16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning (Murraya Paniculata) Kemuning (Murraya paniculata) atau nama sinonimnya Murraya exotica L.; Murraya banati Elm; Chalas paniculata, merupakan tumbuhan tropis yang dapat mencapai tinggi 7 meter dan berbunga sepanjang tahun. Daunnya seperti daun jeruk, cuma berukuran lebih kecil, sering digunakan sebagai tumbuhan hias atau tumbuhan pagar. Bunganya terminal dan harum, petal 12– 18 mm, panjang, putih. Buahnya akan berwarna merah sampai oranye jika sudah matang. Gambar 2.1 Murraya Paniculata Sumber; Agus Kardinan, 2003 Manfaat Tanaman Herbal Secara geografis, tumbuhan kemuning berasal dari daratan India, Asia Selatan (Iskandar, 2005). Kemuning adalah tanaman perdu dengan tinggi mencapai 8 meter. Tempat tumbuhnya dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Selain tumbuh liar di semak belukar, tumbuhan ini juga ditanam sebagai tanaman hias.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Daun Kemuning (Murraya Paniculata)

Kemuning (Murraya paniculata) atau nama sinonimnya Murraya

exotica L.; Murraya banati Elm; Chalas paniculata, merupakan tumbuhan tropis

yang dapat mencapai tinggi 7 meter dan berbunga sepanjang tahun. Daunnya

seperti daun jeruk, cuma berukuran lebih kecil, sering digunakan sebagai

tumbuhan hias atau tumbuhan pagar. Bunganya terminal dan harum, petal 12–

18 mm, panjang, putih. Buahnya akan berwarna merah sampai oranye jika sudah

matang.

Gambar 2.1 Murraya PaniculataSumber; Agus Kardinan, 2003 Manfaat Tanaman Herbal

Secara geografis, tumbuhan kemuning berasal dari daratan India, Asia

Selatan (Iskandar, 2005). Kemuning adalah tanaman perdu dengan tinggi

mencapai 8 meter. Tempat tumbuhnya dari dataran rendah hingga dataran tinggi

dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Selain tumbuh liar di

semak belukar, tumbuhan ini juga ditanam sebagai tanaman hias.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

8

Kemuning (Murraya paniculata) memiliki banyak penamaan daerah,

seperti kamuning (Sunda), kamoneng (Madura), kemunieng (Minangkabau),

kemuni (Bima), kamuning (Menado, Makasar), kamoni (Bare), eschi (Wetar),

fanasa (Aru), kamoni (Ambon, Ulias), kamone (Buru).

Berdasarkan kajian penelitian Universitas Sumatera Utara, pohon

kemuning bercabang dan beranting banyak. Batangnya keras, beralur, dan tidak

berduri. Daunnya majemuk bersirip ganjil dengan jumlah anak daun antara 3-9

helai dan letaknya berseling. Helaian daun bertangkai berbentuk telur, sungsang,

ujung pangkal runcing, serta tepi rata atau sedikit bergerigi. Panjang daun sekitar

2-7 cm dan lebar antara 1-3 cm. Permukaan daun licin, mengilap, dan berwarna

hijau.

Bunga kemuning majemuk dan berbentuk tandan yang terdiri dari 1-8

bunga. Tumbuhan ini sering digunakan sebagai tanaman hias atau tanaman pagar

karena morfologi tajuknya yang lebar dan memiliki nilai estetika dari bunganya

yang berwarna putih dan beraroma harum.

Buah kemuning berbentuk bulat telur atau bulat memanjang dengan

panjang 8-12 mm. Bila masih muda, buah berwarna hijau dan setelah tua menjadi

merah mengkilap. Di dalam buah terdapat dua buah biji (Iskandar, 2005).

1. Klasifikasi tumbuhan kemuning (Murraya Paniculata)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Murraya

Spesies : Murraya paniculate (L.) Jack

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

9

2. Kandungan Kimia daun kemuning (Murraya Paniculata)

Daun kemuning mengandung flavonid, alkaloid, saponin, cadinena, metil-

antranilat, bisabolena, β-kariopilena, geraniol, carane-3, eugenol, citronelol, metil-

salisilat, s-guaiazulena, osthol, paniculatin, tanin, dan coumurrayin (Iskandar,

2005).

Daun kemuning (Murraya paniculata) mengandung metabolit sekunder

yaitu minyak atsiri, saponin, tannin, flavonoid, dan alkaloid.(Aini. P, 2015)

3. Manfaat daun kemuning (Murraya paniculata)

Kemuning bersifat pedas, pahit, dan hangat. Selain berkhasiat sebagai

penurun kolesterol, kemuning juga berkhasiat sebagai pemati rasa (anastesia),

penenang (sedatif), antiradang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak,

pelangsing tubuh, pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit (Iskandar, 2005).

B. Aedes Aegypti

Aedes Aegypti merupakan penyebar penyakit pada manusia yang utama

dalam penyebaran penyakit demam berdarah. Aedes Aegypti tersebar di daerah

tropis. Nyamuk Aedes Aegypti mempunyai kebiasaan hidup di dekat manusia.

Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti yaitu pada badan dan tungkai nyamuk

terdapat belang hitam dan putih. Nyamuk betina menghisap darah agar bisa

memperoleh protein untuk mematangkan telurnya sampai dibuahi oleh nyamuk

jantan. Telurnya resisten terhadap lingkungan yang tidak baik dan menetas setelah

beberapa bulan lamanya. (Sarudji, 2011).

Virus dengue adalah virus dari genus Flavivirus, family Flavividae.

Penyakit demam berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Nyamuk Aedes Aegypti betina menyimpan virus dengue pada telurnya,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

10

selanjutnya virus tersebut akan ditularkan ke manusia melalui gigitan, sehingga

darah dari seseorang yang mengandung virus dengue dapat dengan mudah

dpindahkan ke orang lain. (Sukohar, 2014).

1. Siklus hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypty mengalami metamorphosis sempurna, dari

telur, larva (jentik), pupa, hingga imago atau dewasa. Telur, larva dan pupa hidup

di dalam air sedangan stadium dewasa hidup di udara. Nyamuk betina dewasa

biasanya menghisap darah manusia dan binatang. Telur yang baru diletakkan

berwarna putih, tetapi sesudah 1-2 jam akan berubah menjadi hitam. Pada Aedes

telur juga diletakkan satu per satu terpisah.

Gambar 2.2. Siklus hidup nyamuk Aedes AegyptiSumber ; Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011

Setelah 2-4 hari telur menetas menjadi larva yang selalu hidup di dalam

air. Tempat perindukan (breeding place) untuk masing-masing spesies berlainan,

misalnya kolam,sungai, sawah, rawa dan tempat-tempat yang dapat digenangi air

seperti got, saluran air, bekas jejak kaki binatang, lubang-lubang di pohon dan

kaleng-kaleng. Larva terdiri dari 4 subtadium (instar) dan mengambil makanan

dari tempat perindukannya. Pertumbahan larva instar 1-4 berlangsung selama 6-8

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

11

hari pada culex dan aedes, larva tumbuh menjadi pupa yang tidak memakan apa-

apa, tetapi masih memerlukan oksigen yang diambilnya melalui tabung

pernapasan (breathing trumpet). Untuk tumbuh menjadi nyamuk dewasa

diperlukan waktu 1-3 hari bahkan sampai beberapa minggu. Pupa jantan menetas

lebih dahulu, nyamuk jantan biasanya untuk berkopilasi. Nyamuk betina

kemudian menghisap darah untuk diperlukan untuk pembentukkan telur, tetapi

ada beberapa spesies yang tidak memerlukan darah untuk pembentukkan telurnya

(autogen), misalnya Toxorhynchites Amboinesis (Sucipto, 2011)

a. Stadium telur

Telur Aedes Aegypti berukuran kurang lebih 50 mikron, berwarna hitam

dan sepintas tampak bulat panjang dan berbentuk oval. Dilihat dengan mikroskop,

pada dinding luar nyamuk ini tampak adanya garis-garis. Di alam bebas telur

nyamuk ini diletakkan satu persatu menempel pada dinding wadah atau tempat

perindukan dan terlihat sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan

menetas dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air.

Gambar 2.3. Telur Aedes AegyptiSumber ; Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

12

Jumlah telur dikeluarkan dalam sekali bertelur antara 100-300 butir, rata-

rata 150 butir. Nyamuk dewasa dapat bertelur 10-100 kali dalam jarak 4-5 hari

dengan menghasilkan telur antara 300-750 butir, serta mempunyai sifat tahan

panas atau kering yaitu pada temperature 71-850F atau 25-300C.

Nyamuk betina meletakkan telurnya didinding tempat penampungan air

atau barang-barang yang memungkinkan air tergenang sedikit di permukaan air.

Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2 atau 3 hari.

b. Stadium Larva

Untuk perkembangan stadium jentik memerlukan tingkatan-tingkatan.

Dalam hal ini pertumbuhan ini larva akan bergerak aktif dalam air. Gerakannya

berulang-ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas, pada waktu

istirahat posisinya hampir tegak dengan permukaan air.

Selama stadium larva dikenal dengan empat tingkatan larva yang masing-

masing tingkatan larva dinamakan instar yaitu terdiri dari instar I, instar II, instar

III, instar IV.

Gambar 2.4. Larva Aedes AegyptiSumber ; Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

13

Larva Aedes Aegypti dapat hidup di wadah yang mengandung air dengan

pH 5,6 – 8,6. Larva pada instar IV dalam waktu kurang lebih 2 hari melakukan

pengelupasan kulit kemudian tumbuh menjadi pupa. Pertumbuhan dan

perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

:temperatur, cukup/tidaknya bahan makanan, ada tidaknya binatang air lainnya

yang merupakan peredaran.

c. Stadium Pupa

Stadium pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada

didalam air. Stadium pupa tidak memerlukan makanan dan pupa merupakan

stadium dalam keadaan iknaktif. Pupa Aedes Aegypti mempunyai ciri-ciri

morfilogi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang

membentuk segitiga. Apabila pupa diganggu oleh gerakan atau tersentuh maka

pupa tersebut akan bergerak cepat menyelam ke dalam air selama beberapa detik

kemudian muncul kembali dengan cara menggantungkan badannya menggunakan

tabung pernafasan pada permukaan air di wadah atau tempat peindukannya.

Gambar 2.5. Pupa Aedes AegyptiSumber ; Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

14

Pada stadium ini terjadi pembentukan sayap sehingga setelah muncul

cukup waktunya nyamuk keluar dari pupa dan dapat terbang. Pupa membutuhkan

zat asam (O2), zat asam masuk ketubuh pupa melalui corong nafas. Stadium pupa

menjadi dewasa memerlukan waktu kurang lebih 1-2 hari.

d. Stadium Dewasa

Perkembangan nyamuk Aedes Aegypti mengalami metamorphosis

sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Proses ini membutuhkan waktu 7-

14 hari.

- Dari telur menjadi larva : 2-3 hari

- Dari larva menjadi pupa : 4-9 hari

- Dari pupa menjadi dewasa : 1-2 hari

Nyamuk-nyamuk yang keluar dari pupa sebagian menjadi nyamuk jantan

dan nyamuk betina. Nyamuk jantan keluar lebih dahulu daripada nyamuk betina,

dalam hal ukuran nyamuk jantan lebih kecil dari nyamuk betina dan terdapat

rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.

Gambar 2.6. Nyamuk Dewasa Aedes AegyptiSumber ; Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

15

2. Pola Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Perkembang biakkan nyamuk Aedes Aegypti ini sendiri adalah di dalam

tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti tempayan, bak

mandi, drum air, vas bunga dan barang bekas yang dapat menampung air hujan di

daerah urban dan sub urban. Setelah itu akan mencari tempat yang berair untuk

meletakkan telurnya.

Nyamuk dewasa lebih suka menggigit di daerah yang terlindung seperti

disekitar rumah. Aktivitas menggigit mencapai puncak saat perubahan intensitas

cahaya tetap bisa menggigit sepanjang hari dan tertinggi sebelum matahari

terbenam.

Nyamuk Aedes Aegypti aktif menghisap darah manusia pada sing hari

dengan 2 puncak aktivitas yaitu pada pukul 08.00-12.00 dan 15.00-17.00. Aedes

Aegypti lebih suka menghisap darah manusia di dalam rumah daripada di luar

rumah dan menyukai tempat yang agak gelap. Nyamuk manusia lebih menyukai

darah manusia daripada darah binatang sampai lambung penuh berisi darah,

dalam satu siklus gonotropik. Dengan begitu nyamuk Aedes Aegypti sangat efektif

sebagai penular penyakit.

Tempat hinggap yang paling disenangi nyamuk Aedes Aegypti ialah benda-

benda yang bergantung seperti: pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan didekat

tempat berkembangbiaknya. Biasanya ditempat gelap dan lembab. Ditempat

tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah beristirahat dan

proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di

dinding tempat berkembang-biaknya, sedikit diatas permukaan air. (Sucipto,

2011)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

16

3. Tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti menyukai tempat-tempat yang mudah digenangi

air, misalnya :

a. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, seperti drum,

tangki, tempayan, bak mandi dan ember.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti

ayunan ban, vas bunga, perangkap semut, tempat sampah, kano, rakit,

kayak, tempat makan hewan peliharaan, mainan anak-anak dan barang-

barang bekas yang dapat menampung air.

c. Tempat penampungan air alamiah, seperti lubang pohon, lubang batu

pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, dan potongan bambu.

4. Nyamuk Aedes Aegypti sebagai Vektor Demam Berdarah

Salah satu jenis arthropoda yang menjadi vektor penyakit adalah nyamuk

Aedes Aegypti. Aedes Aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa

virus dengue penyebab demam berdarah dengue. Penularan penyakit demam

berdarah dilakukan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina karena nyamuk betina yang

menghisap darah. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang

biak dengan cara membelah diri dan menyebar diseluruh bagian tubuh nyamuk.

Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk dalam waktu 8-10 hari

sebelum ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.

Virus dalam tubuh nyamuk betina juga dapat ditularkan kepada telurnya.

Pada manusia, virus memerlukan waktu 4-6 hari sebelum menimbulkan sakit.

Penularan dari manusia kepada manusia hanya dapat terjadi bila nyamuk

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

17

menggigit manusia yang sedang mengalami viremia yaitu 2 hari sebelum panas

sampai 5 hari setelah demam timbul. (DepKes RI, DIRJEN PM &PLP : 1999).

Virus dengue ini kemudian berkembang biak dalam Prinsip penularan

penyakit demam berdarah dengue yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.7 Mekanisme penularan penyakit Demam Berdarah Dengue

Mengingat keganasan penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti

maka kita perlu mencegah penyebaran penyakit ini dengan cara mengendalikan

populasi nyamuk Aedes Aegypti tersebut sehingga dapat memutuskan rantai

penularan penyakit demam berdarah dengue.

C. Upaya pencegahan Nyamuk Aedes Aegypti

Upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan repellent atau pengusir,

misalnya lotion yang digosokkan pada kulit sehingga nyamuk enggan mendekat.

Hal ini yang dapat dilakukan untuk mengusir nyamuk selain dengan menanam

tanaman yang tidak disukai serangga terutama nyamuk.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

18

Untuk menghindari ancaman gigitan nyamuk Aedes Aegypti diantaranya :

a. Memutuskan rantai penularan nyamuk dengan membunuh nyamuk

dewasa dan membasmi jentik yang akan beekembang biak menjadi

nyamuk dewasa.

b. Nyamuk dewasa dapat dibunuh dengan cara pengasapan atau fogging.

c. Jentik nyamuk dapat dicegah dan dibasmi dengan cara menutup

wadah atau tempat yang memungkinkan nyamuk berkembang biak.

d. Memasukkan ikan pada kolam dan mengubur barang bekas yang

dapat menampung air.

e. Membersihkan luar dan dalam rumah dan jangan biarkan baju banyak

bergantungan.

D. Upaya Pengendalian Jentik Nyamuk Aedes aegypti

1. Fisik

Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-

tempat perindukan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang pada

dasarnya ialah pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak

dapat berkembang biak. PSN ini dapat dilakukan dengan :

a. Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air

sekurang-kurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk selama

7-10 hari.

b. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan

tempat air lain.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

19

c. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurang-

kurangnya satu minggu sekali.

d. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang

bekas seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi

sarang nyamuk.

e. Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan

tanah.

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) pada dasarnya, untuk

memberantas jentik atau mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang

biak. Mengingat Aedes Aegypti tersebar luas, maka pemberantasannya

perlu peran aktif masyarakat khususnya memberantas jentik Aedes Aegypti

2. Kimia

Dikenal sebagai Larvasida yakni cara memberantas jentik nyamuk

Aedes Aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik.

Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah temephos.

3. Biologi

Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup, baik

dari golongan mikroorganisme, hewan invertebrate atau hewan vertebrata.

Organisme tersebut dapat berperan sebagai pathogen, parasit atau

pemangsa. Beberapa jenis ikan pemangsa yang cocok untuk jentik nyamuk

seperti ikan kepala timah (Panchax-panchak), ikan gabus (Gambusia

Affinis), dan ikan gupi local seperti ikan P. Reticulata. selain itu juga dapat

menggunakan tumbuhan alami yang mengandung senyawa yang tidak

disukai oleh nyamuk maupun jentik nyamuk.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

20

E. Kerangka Teori

(Sumber:Dra. Denai Wahyuni, M.Si. Entomologi dan Pengendalian Vektor, 2017)

Pengendalian larva nyamuk Aedes Aegypti :

a. Fisik

3 M (Menguras, menutup danmengubur)

b. Kimia

Temephos (Abate)

- Dosis (1 gr/10 liter air)

c. Biologi

Predator: Ikan cupang, ikan gabus,ikan

kepala timah.

Tumbuhan alami

Kematian

larva nyamuk

Aedes Aegypti

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

21

F. Kerangka Konsep

Pengendalian Aedes Aegypty dengan tanaman Kemuning(Murraya Paniculata)

Variabel Bebas

Secara Biologi:Dosis perasan daun kemuning

(Murraya Paiculata)10 gr/100 mL,15 gr/100 mL,20 gr/100 mL,25 gr/100 mL.

Variabel Terikat

Jumlah LarvaAedes Aegypty yang mati

Variabel Kendali

Suhu, pH,Jumlah larva, Volume AIr

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Kemuning ( L.; Chalas

22

G. Definisi Operasional

Tabel 2.1Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur SkalaUkur

1. Dosis Perbandingan antaradaun kemuning denganpelarut air,10 gr/100 mL,15 gr/100 mL,20 gr/100 mL, dan25 gr/100 mL.

Volumetri Pengukuran Dosis Rasio

2. Jumlahkematianlarva

Banyaknya larva AedesAegypty yang matisetelah pemberianperlakuan.Larva dianggap matibila tidak ada tanda-tanda kehidupan.

TallyCounter

Pengukuran Jumlahkematianlarva

Rasio

3. Suhu Derajat panas ataudingin pada masing-masing blok sampel.

ThermometerBatang

PengukuranSuhu

Derajatcelcius (oC)

Interval

4. pH Tingkat keasaman airpada masing-masingblok sampel.

pH Universal Pengukuran <6 asam=7 netral>7 basa

Interval

5. Jumlahlarva

Banyaknya larva yangdigunakan dalampenelitian.

TallyCounter

Pengukuran 20 Larva Rasio

6. Volumeair

Banyaknya air yangdigunakan dalampenelitian yaitusebanyak 100 mL padatiap wadah.

Volumetri Pengukuran 100 mL Rasio