13
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk, 2001:101). Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001:114). Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

  • Upload
    ngothu

  • View
    215

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk, 2001:101).

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan

antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)

oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan,

aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).Status gizi adalah ekspresi dari

keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari

nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001:114).

Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,

mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta

memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan

tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur

tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial

yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah

zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur

pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential

diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

7

kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan

zat gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat

adalah penting guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan

seimbang (Supariasa, dkk, 2001:125).

Pada umumnya zat gizi dibagi dalm lima kelompok utama, yaitu

karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar

juga berpendapat air juga merupakan bahagian dalam zat gizi. Hal ini

didasarkan kepada fungsi air dalam metabolism makanan yang cukup penting

walaupun air dapat disediakan di luar bahan pangan.

Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur

zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam

pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang

mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi

kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis

makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi

makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan

sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap,

sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu

dapat terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi

dalam jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka

menderita gizi kurang.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

8

Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya

dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan

dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi

fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut

karena faktor gizi (Ari Agung, 2003:101).

B. Hakikat Pola Makan

Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis

dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada

waktu tertentu pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap

hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok

masyarakat tertentu.(Yayuk Farida Baliwati. dkk, 2004 : 69).

Secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang

ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan

bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis

makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada

faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.

Batissini (2005: 28) mengatakan bahwa pola makan adalah segala

sesuatu mengenai frekuensi konsumsi makanan, kebiasaan makan, konsumsi

minuman, ukuran porsi, dan kualitas makanan sehari-hari. Anak usia Sekolah

Dasar (7-12 tahun) mempunyai karakteristik banyak melakukan aktivitas

jasmani. Oleh karena itu, pada masa ini, anak harus memiliki pola makan

yang sehat untuk menunjang segala aktivitasnya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

9

Pola makan yang sehat berpengaruh positif pada diri anak seperti

menjaga kesehatan, mencegah atau membantu menyembuhkan penyakit.

Pedoman pola makan sehat untuk masyarakat secara umum yang sering

digunakan adalah pedoman Empat Sehat Lima Sempurna, Makanan Triguna,

dan pedoman yang paling akhir diperkenalkan adalah 13 Pesan dasar Gizi

Seimbang. Pengertian makanan triguna adalah bahwa makanan atau diet

sehari-hari harus mengandung: 1) karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga;

2) protein sebagai zat pembangun; 3) vitamin dan mineral sebagai zat

pengatur (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003: 24).

Berdasarkan keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pola

makan yang sehat harus memenuhi kandungan karbohidrat, lemak, protein,

vitamin serta mineral dalam makanan yang sehari-hari dikonsumsi oleh anak.

Energi dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat,

protein dan lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan

makanan yang cukup dengan mengkonsumsi makanan yang cukup dan

seimbang. Protein diperlukan oleh tubuh untuk membangun sel-sel yang

telah rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon,

membentuk zat anti energi dimana setiap gram protein menghasilkan

sekitar 4,1 kalori (Kartasapoetra & Marsetyo, 2003: 20).

Energi bukanlah satu-satunya faktor yang menunjang pertumbuhan

dan perkembangan anak usia Sekolah Dasar (SD). Selain energi yang cukup,

juga dibutuhkan asupan gizi demi optimalnya tumbuh kembang anak.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, tahun 2011 tercatat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

10

65 anak bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Purworejo berstatus gizi

buruk. Sekitar 60 % balita penyandang gizi buruk berasal dari keluarga

miskin. Sementara 40 % lainnya mengalami gizi buruk karena kesalahan pola

makan serta penyakit. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepedulian

masyarakat tentang kebutuhan gizi anak masih kurang. Kenyataan tersebut

apabila tidak segera ditangani maka akan berdampak buruk pada prestasi

belajar balita yang berstatus gizi buruk tersebut kelak.

Pola makan anak akan berpengaruh terhadap status gizi anak

tersebut. Status sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam mengikuti

pelajaran di sekolah dan akan mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian

Wilma ( 2006: 21 ) di Kabupaten Nabire tentang kaitan indeks prestasi

dengan status gizi anak menemukan bahwa semakin rendah status gizi siswa

semakin rendah pula nilai prestasi mereka. Huwae ( 2005: 32 ) menyatakan

dari 43 sampel anak sekolah yang diteliti di Kabupaten Nabire terdapat 36

% menderita gizi kurang dan 1,3 % mengalami gizi buruk. Penelitian

ini menyatakan terdapat hubungan yang erat antara pola makan dengan

prestasi belajar siswa sekolah dasar yaitu pola makan sehat siswa maka akan

berpengaruh pula terhadap prestasi belajar mereka.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan

Pola makan seseorang pada dasarnya tidak dapat dibentuk dengan

sendirinya. Menurut Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007: 27), berbagai

macam faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang adalah sebagai

berikut:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

11

1. Budaya

Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering

dikonsumsi. Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang

diinginkannya. Sebagai contoh, nasi untuk orang-orang Asia dan

Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, curry (kari) untuk orang-orang

India merupakan makanan pokok, selain makana-makanan lain yang

mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat

sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika bagian

Selatan lebih menyukai makanan goreng-gorengan Dirjen Binkesmas

Depkes RI (2007: 28),

2. Agama/Kepercayaan

Agama / kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang

dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodoks

mengharamkan daging babi. Agama Roma Katolik melarang makan

daging setiap hari, dan beberapa aliran agama (Protestan) melarang

pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol Dirjen Binkesmas

Depkes RI (2007: 28),

3. Status Sosial Ekonomi

Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut

dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas

menegah ke bawah atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli

makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal. Pendapatan akan

membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang mahal

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

12

harganya. Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan,

misalnya kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat,

sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger

dan pizza Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007: 29),

4. Personal Preference

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh

terhadap kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai

kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa.

Misalnya, ayah tidak suka makan kai, begitu pula dengan anak laki-

lakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu pula anak perempuannya.

Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung

asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang suka

mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena

mereka sering dihidangkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka

dimarahi bibinya, akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam

yang dimasak bibinya Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007: 29),

5. Rasa Lapar, Nafsu Makan, dan Rasa Kenyang

Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang

menyenangkan karena berhubungan dengan kekurangan makanan.

Sebaliknya, nafsu makan merupakan sensasi yang menyenangkan berupa

keinginan seseorang untuk makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan

perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat

pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

13

kenyang dilakukan oleh sistem saraf pusat, yaitu hipotalamus Dirjen

Binkesmas Depkes RI (2007: 30),

6. Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan

makan. Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat individu

memilih makanan yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan

menelan, memilih menahan lapar dari pada makan Dirjen Binkesmas

Depkes RI (2007: 30).

D. Kebutuhan Gizi Anak Usia SD

Anak usia sekolah dasar dapat digambarkan sebagai bocah berumur

6 sampai 12 tahun, dengan karakteristik pertumbuhan yang relatif tetap dan

dengan sedikit masalah pemberian makanan. Pada masa ini terjadi

peningkatan nafsu makan secara alamiah, sebuah faktor yang dapat

meningkatkan konsumsi makanan. Waktu lebih banyak dihabiskan di sekolah

sehingga anak usia ini mulai menyesuaikan dengan jadwal rutin. Mereka juga

mencoba mempelajari keterampilan fisik dan menghabiskan banyak waktu

untuk berolahraga dan bermain. Di sekolah juga mempelajari tentang

makanan dan gizi sebagai bagian dari kurikulum di sekolah. Pengaruh teman

sebaya, guru, pelatih dan tokoh-tokoh idola sangatlah besar.

Anak pada usia sekolah dasar tumbuh dengan kecepatan genetis

masing-masing, dengan perbedaan tinggi badan yang sudah mulai tampak.

Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek atau lebih tinggi. Atau,

pertumbuhannya lebih lambat dibanding dengan teman-teman sebayanya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

14

Komposisi tubuh anak usia sekolah dasar juga mulai berubah. Komposisi

lemak meningkat setelah anak berusia 6 tahun (Muhilal dan Didit Damayanti,

2006: 92). Hal ini diperlukan untuk persiapan percepatan pertumbuhan

pubertas. Komposisi tubuh anak laki-laki dengan anak perempuan mulai

terlihat berbeda walaupun tidak bermakna. Tubuh anak perempuan lebih

banyak lemak, sedangkan badan anak laki-laki lebih banyak jaringan otot.

Gizi yang cukup, secara bertahap memainkan peran yang penting

selama usia sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak mendapatkan

pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang maksimal. Anak usia

sekolah 7-12 tahun yang memiliki beragam aktifitas kebutuhan gizinya harus

diperhatikan karena pada usia ini anak mudah terpengaruh oleh kebiasaan-

kebiasaan diluar keluarga. Pada usia ini anak mulai memilih/menentukan

sendiri. Kadang-kadang timbul kesulitan yang berlebihan terhadap salah satu

makanan tertentu yang disebut Food Faddism (Anggaraini, 2003: 11).

Dinkes DKI RI tahun 1995 (Anggaraini, 2003: 13) mengatakan bahwa anak

usia 7-12 tahun masuk dalam kategori pra remaja. Pada golongan umur 10-

12 tahun kebutuhan energinya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan

golongan umur 7-9 tahun karena pada usia 10-12 tahun mereka mengalami

pertumbuhan lebih cepat terutama penambahan tinggi badan. Kebutuhan gizi

pada anak umur 10-12 tahun pun berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah dasar akan lebih

maksimal jika kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi. Selain itu, pembiasaan

pola makan sehat di dalam keluarga harus benar-benar ditanamkan agar anak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

15

dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Salah satu pembiasaan yang

penting bagi anak adalah sarapan pagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

anak yang makan pagi mempunyai sikap dan prestasi sekolah yang lebih baik

daripada anak yang tidak sempat sarapan (Muhilal dan Didit Damayanti,

2006: 95). Penelitian olah Pollit, Leibel, dan Greefield menunjukkan pada

anak usia 9-11 tahun dengan gizi baik, kemampuan pemecahan masalahnya

dipengaruhi oleh makan pagi. Penelitian lain menunjukkan bahwa konsentrasi

berpikir anak yang tidak makan pagi lebih rendah secara bermakna.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa agar otak dan sel darah merah bekerja

diperlukan energi dari glukosa (karbohidrat). Tanpa sarapan, pada tengah hari

persediaan glukosa menurun sehingga anak kekurangan energi yang

dibutuhkan otak untuk dapat berkonsentrasi. Makanan pagi menyumbang

seperempat dari kebutuhan gizi sehari yaitu sekitar 450-500 kalori dengan 8-9

gram protein. Selain kandungan gizinya cukup, bentuk makanan pagi

sebaiknya juga yang disukai anak-anak serta praktis pembuatannya (Muhilal

dan Didit Damayanti, 2006: 95).

E. Karakteristik Siswa Kelas IV, V, dan VI Sekolah Dasar

1. Pertumbuhan dan Perkembangan

Dwi Siswoyo dkk, (2007: 96) mengatakan bahwa istilah

pertumbuhan pada diri siswa diartikan sebagai bertambahnya tinggi badan,

berat badan, semakin efektifnya fungsi otot-otot tubuh dan organ fisik,

organ panca indera, kekekaran tubuh dan lain-lain yang menyangkut

kemajuan aspek fisik. Istilah perkembangan ditandai dengan semakin

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

16

optimalnya kemajuan aspek psikis siswa serta kemampuan cipta, rasa,

karsa, karya, kematangan pribadi, pengendalian emosi, kepekaan

spiritualitas, keimanan dan ketaqwaan.

Menurut Hurlock (1992: 24) perkembangan adalah serangkaian

perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan

dan pengalaman. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa pertumbuhan pada siswa bersifat kuantitatif

(bertambah tinggi, bertambah besar, dll) sedangkan perkembangan pada

siswa bersifat kualitatif (bertambah dewasa, bertambah matang, dll).

Pertumbuhan dan perkembangan siswa dari masa anak-anak hingga

dewasa melalui berbagai proses dan tahapan. Masing-masing tahap

merupakan masa peka siswa terhadap kebutuhan tertentu yang

membutuhkan perlakuan sesuai dari pendidik. Maria Montessori dalam

Dwi Siswoyo, dkk (2007: 92) mengemukakan masa peka ini dengan

istilah “sensitive periods”. Tugas seorang pendidik adalah mengenali

masa peka yang ada pada diri siswa yang kemudian memberikan

pelayanan dan perlakuan yang tepat.

Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005: 38) mengatakan bahwa

masa usia sekolah dasar sering pula disebut sebagai masa intelektual atau

masa keserasian sekolah. Pada masa ini secara relatif anak lebih mudah

dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci

menjadi dua fase, yaitu masa kelas rendah sekolah dasar (kelas 1, 2, dan

3), dan masa kelas tinggi sekolah dasar (kelas 4, 5, dan 6).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

17

Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005: 39) mengatakan bahwa

masa kelas tinggi sekolah dasar memiliki sifat khas antara lain adalah

seperti yang disebutkan di bawah ini:

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar. c. Menjelang masa akhir ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.

e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.

F. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang berkaitan dengan pola

makan dan gizi siswa sekolah dasar:

1. Penelitian oleh Suhendra tahun 2010 yang berjudul “Gambaran Pola

Makan Siswa Kelas V dan VI SD Negeri Boja 1 Kecamatan Boja

Kabupaten Kendal”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

V dan VI SD Negeri Boja 1 Kendal sebanyak 40 orang. Instrumen

penelitian berupa kuesioner. Teknis analisis data adalah analisis

deskriptif yaitu analisis presentase. Hasil penelitian menunjukkan 52,5%

siswa memiliki pola makan baik, 30 % memiliki pola makan cukup baik,

dan 17,5% memiliki pola makan kurang baik.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Gizieprints.uny.ac.id/9384/3/BAB 2 - 10604227400.pdf · dalam jangka waktu yang cukup lama. ... Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih pendek

18

G. Kerangka Berpikir

Pola makan yang sehat adalah pola makan yang teratur serta

memenuhi kandungan karbohidrat, lemak, protein, vitamin serta mineral

dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Oleh karena itu, pola makan

anak harus benar-benar sehat sehingga dapat memenuhi gizi yang dibutuhkan,

demi optimalnya pertumbuhan dan perkembangan anak.

Hasil wawancara secara singkat antara peneliti dengan siswa SD

Negeri Purworejo, memang ada beberapa siswa yang mempunyai pembiasaan

pola makan yang sehat seperti terpapar pada paragraf di atas. Namun banyak

juga siswa yang mengaku jarang sarapan pagi karena kesibukan orang tuanya

sehingga tidak sempat menyediakan sarapan pagi bagi putra-putrinya.

Sebagai gantinya, siswa mendapat uang saku yang lebih banyak sehingga

ketika istirahat ia bisa membeli makanan apapun yang ia sukai dan

mengabaikan nilai gizi dari makanan yang ia makan. Gizi sangat berpengaruh

terhadap perkembangan anak, sehingga asupan nutrisi yang tidak seimbang

akan mengakibatkan anak terlalu pendek, terlalu kurus ataupun obesitas.

Hal ini mendorong peneliti untuk lebih mengetahui pola makan siswa

kelas IV, V dan VI SD Negeri Purworejo, dan penulis berharap hasil

penelitian dapat dijadikan salah pertimbangan dalam memotivasi wali murid

dan siswa agar memiliki pola makan yang sehat.