Upload
buithuan
View
218
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Fidrianny et al pada tahun 2016 melakukan penelitian yang berjudul
“Antioxidant Activities of Arabica Green Coffee from Three Regions Using
ABTS and DPPH Assays” dan dari hasil penelitiannya diketahui bahwa nilai
IC50 ekstrak biji kopi hijau arabika adalah 0,7 – 134,56 ppm yang merupakan
antioksidan kuat hingga sedang. Penelitian tersebut tidak dibuat sediaan.
Izzati, M.K pada tahun 2014 melakukan penelitian dengan judul
“Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off
Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis”. Penelitian tersebut menggunakan
ekstrak kulit buah manggis sedangkan penelitian kali ini digunakan ekstrak
etanol biji kopi hijau arabika.
Mutiara, et al pada tahun 2015 meneliti tentang “Uji Aktivitas
Antioksidan Ekastrak Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmani Ness
ex BI. ) dan Formulasinya dalam Bentuk Sediaan Masker Gel Peel-Off”.
Penelitian tersebut menggunakan ekstrak kulit batang kayu manis sedangkan
penelitian kali ini digunakan ekstrak etanol biji kopi hijau arabika.
B. Landasan Teori
1. Tanaman Kopi Arabika
a. Klasifikasi
Gambar 2.1. Coffea arabica L.
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
5
Klasifikasi kopi arabika secara taksonomi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Trachebionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea arabica L.
(Rahardjo, 2012)
b. Karakteristik tumbuhan kopi arabika
Kopi Arabika termasuk ke dalam genus Coffea dengan famili
Rubiaceae (suku kopi – kopian). Tanaman kopi Arabika merupakan
jenis tanaman berkeping dua (dikotil) dan memiliki akar tunggang.
Pada akar tunggang, ada beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping
(melebar) yang sering disebut akar lateral. Pada akar lateral ini
terdapat akar rambut, bulu – bulu akar, dan tudung akar (Panggabean,
2011).
Kopi Arabika merupakan tanaman berbentuk semak tegak atau
pohon kecil yang memiliki tinggi 5 - 6 m dan memiliki diameter 7 cm
saat tingginya setinggi dada orang dewasa. Kopi Arabika memiliki dua
jenis cabang, yaitu orthogeotropic yang tumbuh secara vertikal dan
plagiogeotropic cabang yang memiliki sudut orientasi yang berbeda
dalam kaitannya dengan batang utama. Selain itu, kopi Arabika
memiliki warna kulit abu - abu, tipis, dan menjadi pecah - pecah dan
kasar ketika tua, (Hiwot, 2011).
Daun kopi Arabika berwarna hijau gelap dan dengan lapisan
lilin mengkilap. Daun ini memiliki panjang empat hingga enam inci
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
6
dan juga berbentuk oval atau lonjong. Menurut Hiwot (2011), daun
kopi Arabika juga merupakan daun sederhana dengan tangkai yang
pendek dengan masa pakai daun kopi Arabika adalah kurang dari satu
tahun. Pohon kopi Arabika memiliki susunan daun bilateral, yang
berarti bahwa dua daun tumbuh dari batang berlawanan satu sama lain
(Roche dan Robert, 2007).
Bunga kopi Arabika memiliki mahkota yang berukuran kecil,
kelopak bunga berwarna hijau, dan pangkalnya menutupi bakal buah
yang mengandung dua bakal biji. Benang sari pada bunga ini terdiri
dari 5 – 7 tangkai yang berukuran pendek. Kopi Arabika umumnya
akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula – mula bunga
ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau
cabang reproduksi. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari
ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari
kuncup – kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya
menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi
bunga secara serempak dan bergerombol (Budiman, 2012).
Buah tanaman kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging
buah terdiri atas tiga lapisan, yaitu kulit luar (eksokarp), lapisan daging
(mesokarp) dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tapi keras.
Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji, tetapi kadang –
kadang hanya mengandung satu butir atau bahkan tidak berbiji
(hampa) sama sekali (Budiman, 2012). Biji kopi terdiri atas kulit biji
dan lembaga. Lembaga atau sering disebut endosperm merupakan
bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kopi
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
2. Kandungan Kimia
Kopi jenis arabika memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.Menurut
(Nicoli et al., (1997); Del et al., (2002); dan Nebesny (2003)) salah
satunya pada biji kopi hijau arabika, banyak senyawa yang terkandung
dalam biji kopi hijau arabika yang berperan sebagai antioksidan
diantaranya adalah asam clorogenik, asam ferulat, asam kafeat, asam
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
7
n-kumarat, kafein, trigonelina, dan antioksidan volatil berupa furan
dan pirol (Alexander et al, 2013). Polifenol merupakan senyawa kimia
yang bekerja sebagai antioksidan kuat di dalam kopi (Almada 2009,
dan Lelyana 2008).Kadar polifenol pada biji kopi arabika bervariasi
antara 6 - 7 %, sedangkan pada robusta sekitar 10 % (Septianus, 2011).
3. Radikal Bebas
Radikal bebas (Bahasa Latin: radicalis) adalah atom atau
molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada
orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri (Clarkson and Thompson,
2000). Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas
akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh
pasangan elektron dan reaksi ini akan berlangsung terus menerus
dalam tubuh (Kikuzaki et al, 2002). Radikal bebas sangat reaktif dan
mempunyai waktu paruh yang sangat pendek, yang jika tidak
diinaktivasi, reaktivitasnya dapat merusak seluruh tipe makromolekul
seluler, termasuk karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat (Marks
et al, 2000).
Mekanisme terbentuknya radikal bebas dapat dimulai oleh
banyak hal, baik yang bersifat endogen maupun eksogen. Reaksi
selanjutnya adalah peroksidasi lipid membran dan sitosol yang
mengakibatkan terjadinya serangkaian reduksi asam lemak sehingga
terjadi kerusakan membran dan organel sel. Peroksidasi (otooksidasi)
lipid bertanggung jawab tidak hanya pada kerusakan makanan, tapi
juga menyebabkan kerusakan jaringan in vivo karena dapat
menyebabkan kanker, penyakit inflamasi, aterosklerosis, dan penuaan.
Efek merusak tersebut akibat produksi radikal bebas (ROO•, RO•,
OH•) pada proses pembentukan peroksida dari asam lemak.
Peroksidasi lipid merupakan reaksi berantai yang memberikan pasokan
radikal bebas secara terus-menerus yang menginisiasi peroksidasi lebih
lanjut. Proses pembentukan radikal bebas tersebut secara keseluruhan
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
8
dapat digambarkan sebagai berikut (Marks et al, 2000):
a. Inisiasi
ROOH + logam (n) ROO• + Logam(n-1) + H+
X• + RH R• + XH
b. Propagasi
R• + O2 ROO•
ROO• + RH ROOH + R•
c. Terminasi
ROO• + ROO• ROOR + O2
ROO• + R• ROOR
R• + R• RR
Radikal bebas sering disamakan dengan oksidan karena
memiliki sifat yang mirip dan dapat menyebabkan kerusakan yang
sama walaupun prosesnya berbeda (Halliwel, 1999). Efek radikal
bebas dalam tubuh akan dinetralisir oleh antioksidan yang dibentuk
oleh tubuh sendiri dan suplemen luar melalui makanan, minuman atau
obat-obatan, seperti karotenoid, vitamin C, E dan lain-lain
(Qomariyatus et al, 2008).
4. Antioksidan
Antioksidan merupakan substansi yang mampu menetralkan
radikal bebas dengan cara mengorbankan dirinya agar teroksidasi.
Antioksidan berperan dalam mencegah kerusakan yang ditimbulkan
oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak.
Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi
kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat
menimbulkan stress oksidatif (Muray et al, 2003).
a. Penggolongan antioksidan
Antioksidan digolongkan menjadi tiga yaitu:
1) Antioksidan primer
Antioksidan primer berfungsi mencegah terbentuknya
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
9
radikal bebas yang baru dengan mengubah radikal bebas yang
ada menjadi molekul yang berkurang efek negatifnya sebelum
sempat bereaksi. Contoh dari antioksidan primer yaitu enzim
superperoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx)
dan katalase. Kerjanya sangat dipengaruhi oleh mineral-
mineral seperti mangan, seng, tembaga dan selenium.
2) Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi
kerusakan yang lebih besar, contoknya adalah asam askorbat
dan alfa tokoferol.
3) Antioksidan tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang
memperbaiki sel-sel dan jaringan-jaringan yang rusak karena
serangan radikal bebas (Sidik, 1997).
b. Mekanisme antioksidan
Mekanisme reaksi antioksidan yang paling penting adalah
reaksi antara antioksidan dengan radikal bebas. Biasanya
antioksidan bereaksi dengan radikal bebas peroksil atau hidroksil
yang terbentuk dari hidroperoksida yang berasal dari lipid.
Senyawa antioksidan lain dapat menstabilkan hidroperoksida
dengan menghambat peruraian hidroperoksida menjadi radikal
bebas. Peruraian hidroperoksida dapat dikatalisis oleh logam berat
akibatnya senyawa-senyawa yang dapat mengkelat logam juga
termasuk antioksidan. Beberapa senyawa disebut sebagai sinergis
karena senyawa tersebut dengan sendirinya tidak mempunyai
aktivitas antioksidan akan tetapi senyawa tersebut dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan senyawa lain. Kelompok lain
adalah senyawa-senyawa yang mampu menguraikan
hidroperoksida melalui jalur non radikal sehingga senyawa ini
dapat mengurangi kandungan radikal bebas (Pokorny et al, 2001).
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
10
5. Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl)
Gambar 2.2. Rumus bangun DPPH (Molyneux, 2004)
DPPH biasanya digunakan sebagai substrat untuk menguji
aktivitas antioksidan beberapa senyawa antioksidan (Kumaran &
Karunakaran, 2006). DPPH merupakan senyawa berwarna ungu yang
merupakan suatu radikal stabil. Metode DPPH adalah sebuah metode
yang sederhana yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan
antioksidan yang terkandung dalam makanan. Metode DPPH dapat
digunakan untuk sampel yang padat dan juga dalam bentuk larutan.
Prinsipnya dimana elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan
serapan maksimum pada panjang gelombang 517 nm yang berwarna
ungu. Warna ini akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila
elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang
disumbangkan senyawa antioksidan. Perubahan warna ini berdasarkan
reaksi kesetimbangan kimia (Prakash, 2001).
Gambar 2.3. Struktur DPPH sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) menerima
atom H (Molyneux, 2004)
6. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak terlarut dengan
pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung berbagai
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
11
senyaawa aktif yang dapat larut dan senyawa aktif yang tidak dapat
larut seperti serat, karbohdrat, protein dan lain-lain (DitJen POM,
2000). Menurut Harbone (1987), prinsip ekstraksi adalah melarutkan
senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non-polar dalam
pelarut non-polar.
a. Metode ekstraksi
Beberapa metode yang digunakan dalam ekstraksi antara lain
(DitJen POM, 2000):
1) Cara dingin
a) Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar (DitJen POM,
2000).
b) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu
baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya terus menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan
cara maserasi karena:
(1) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian
larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya
lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
(2) Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk
saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
12
saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup
untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi (DitJen POM,
2000).
2) Cara panas
a) Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut
yang selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut
relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DitJen POM,
2000).
b) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DitJen
POM, 2000).
c) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan
kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur
ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
oC (DitJen POM, 2000).
d) Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya
dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam
air dari bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90
oC selama 15 menit (DitJen POM, 2000).
e) Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan
temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-
100 oC (DitJen POM, 2000).
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
13
7. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh
suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan
analisa kualitatif dan kuantitatif. Spektroskopi ultraviolet UV-Vis
berarti spektrofotometri yang bekerja pada panjang gelombang
ultraviolet dan visible. Panjang gelombang untuk sinar ultraviolet
antara 200-400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar
tampak/visible antara 400-750 nm (Rohman, 2007).
Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah dimana
sinar/cahaya dilewatkan melewati sebuah wadah (kuvet) yang berisi
larutan, dimana akan menghasilkan spektrum. Alat ini menggunakan
hukum Lambert Beer sebagai acuan (Ewing, 1975).
Shutter
Gambar 2.4. Skema alat spektrofotometer UV-Vis (Harvey, 2000)
Fungsi masing-masing bagian :
a. Lampu wolfram dan lampu deuterium berfungsi sebagai sumber
sinar polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang
gelombang. Lampu wolfram merupakan sumber energi untuk
mengukur sampel pada daerah sinar tampak (350-2200 nm),
sedangkan lampu deuterium digunakan untuk mengukur sampel
pada daerah UV (190-380 nm).
b. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang
yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar
polikromatis menjadi cahaya monokromatis. Monokromator
disebut juga sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. Dengan
adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan
panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel.
Source Monokromator Sample Detector Signal
proscessor
Blank
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
14
c. Kuvet berfungsi sebagai tempat meletakan sampel. Kuvet biasanya
terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang
terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini
disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV
sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar
tampak (VIS). Kuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan
lebar 1 cm.
d. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel
dan mengubahnya menjadi arus listrik.
e. Read out (recorder) merupakan suatu sistem baca yang menangkap
besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor (Yahya, 2013)
Hukum Lambert-Beer (Beer’s law) adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan analit (Dachriyanus, 2004).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban
dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan
transmitan. Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :
A = ε.b.c
dimana : A = absorban
ε = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa syarat, yaitu
(Arsyad, 2013):
1) Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
2) Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai
penampang yang sama
3) Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut
4) Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
5) Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
15
8. Kosmetik
Menurut Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 19 Tahun
2015 tentang persyaratan teknis kosmetika, yang dimaksud kosmetika
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.
a. Penggolongan kosmetik
Penggolongan kosmetik berdasarkan Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor:
HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik, berdasarkan
bahan dan penggunaannya serta untuk maksud evaluasi produk
kosmetik dibagi 2 (dua) golongan, yaitu :
1) Kosmetik golongan I adalah :
a) Kosmetik yang digunakan untuk bayi;
b) Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan
mukosa lainnya;
c) Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar
dan penandaan;
d) Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum
lazim serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
2) Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk
golongan I
b. Kategori Kosmetik
Berdasarkan fungsi, kosmetik terdiri dari 13 (tiga belas) kategori,
yaitu (BPOM, 2003):
1) Sediaan bayi;
2) Sediaan mandi;
3) Sediaan kebersihan badan;
4) Sediaan cukur;
5) Sediaan wangi-wangian;
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
16
6) Sediaan rambut;
7) Sediaan pewarna rambut;
8) Sediaan rias mata;
9) Sediaan rias wajah;
10) Sediaan perawatan kulit;
11) Sediaan mandi surya dan tabir surya;
12) Sediaan kuku;
13) Sediaan hygiene mulut.
9. Masker Gel Peel-off
Masker gel peel-off merupakan masker yang memiliki bahan
pembawa berupa gel yang biasanya dioleskan ke kulit wajah. Masker
gel peel-off mengandung alkohol yang setelah menguap, terbentuk
lapisan film yang tipis dan transparan pada kulit wajah. Setelah
berkontak selama 15-30 menit, lapisan tersebut diangkat dari
permukaan kulit dengan cara dikelupas (Slavtcheff, 2000). Masker
peel-off memiliki beberapa manfaat di antaranya mampu merilekskan
otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan dan
melembutkan kulit wajah (Vieira, 2009).
1) Formulasi masker gel peel-off
a) Polivinil alkohol (PVA)
Polivinil alkohol merupakan suatu material yang
dibuat melalui proses alkoholisis dari polivinil asetat (PVAc).
Polivinil alkohol memiliki sifat tidak berwarna, padatan
termoplastik yang tidak larut pada sebagian besar pelarut
organik dan minyak, tetapi larut dalam air bila jumlah dari
gugus hidroksil dari polimer tersebut cukup tinggi (Harper &
Petrie 2003). Berbeda dari senyawa polimer pada umumnya
yang diproduksi melalui reaksi polimerisasi, polivinil alkohol
diproduksi secara komersial melalui hidrolisis polivinil asetat
dengan alkohol karena monomer dari vinil alkohol tidak dapat
dipolimerisasi secara alami menjadi PVA (Kirk & Othmer,
1982). Secara komersial, polivinil alkohol adalah plastik yang
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
17
paling penting dalam pembuatan film yang dapat larut dalam
air. Hal ini ditandai dengan kemampuannya dalam
pembentukan film, pengemulsi, dan sifat adesifnya. Polivinil
alkohol memiliki kekuatan tarik yang tinggi, fleksibilitas yang
baik, dan sifat penghalang oksigen yang baik (Ogur, 2005).
b) HPMC
Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) secara luas
digunakan sebagai eksipien dalam formulasi dalam sediaan
topikal dan oral. Dibandingkan metilsellulosa, HPMC
menghasilkan cairan lebih jernih. HPMC juga digunakan
sebagai zat pengemulsi, agen pensuspensi dan agen penstabil
didalam sediaan gel. Pemerianya adalah serbuk hablur putih,
tidak berasa, tidak berbau, larut dalam air dingin, dan
membentuk koloid yang melekat. Tidak larut dalam kloroform,
etanol 95%, eter tetapi dapat larut dalam diklorometana.
Berfungsi sebagai suspending agent (Rowe et al, 2009).
HPMC mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas
banyak digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan aplikasi
lainnya (Anonim, 2006; Rowe et al., 2005).
c) Propilen glikol
Propilen glikol berfungsi sebagai pengawet antibakeri,
disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer untuk
vitamin dan water-miscible cosolvent (Rowe et al, 2005).
Propilen glikol dapat menahan lembab, memungkinkan
kelembutan dan daya sebar yang tinggi dari sediaan, dan
melindungi gel dari kemungkinan pengeringan (Voigt, 1984).
Propilen glikol stabil secara kimia bila dikombinasikan dengan
etanol, gliserin, atau air.
d) Gliserin
Gliserin (CAS No 56-81-5) adalah alkohol polihidrat
dengan rumus molekul C3H8O3. Gliserin (juga disebut sebagai
gliserol dalam literatur) adalah senyawa poliol sederhana yang
memiliki tiga gugus hidroksil. Gliserin secara alami terjadi
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017
18
dalam semua hewan dan materi tanaman dalam bentuk
gabungan sebagai gliserida dalam lemak dan ruang intraseluler.
Gliserin alam diperoleh sebagai hasil sampingan dalam
konversi lemak dan minyak menjadi asam lemak atau lemak
metil asam esters sedangkan gliserin sintetis mengacu pada
materi yang diperoleh dari sumber-sumber non-trigliserida.
Gliserin berfungsi sebagai humektan (Chirman et al, 2014).
e) Akuades
Aqua destilata (Aquadest) atau air murni adalah air yang
dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan
menggunakan penukar ion, osmotik balik, atau proses lain yang
sesuai. Aquadest merupakan air murni yang tidak mengandung
zat tambahan lain (Anonim, 1995). Fungsi dari aquadest adalah
sebagai pelarut.
C. Kerangka konssep
Pembuatan ekstrak etanol 70% biji kopi hijau arabika
Uji aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH
Formulasi sediaan masker gel peel-off
Evaluasi sifat fisik dan uji aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH
Masker gel peel-off yang memiliki sifat fisik dan aktivitas penangkapan radikal
bebas terhadap DPPH yang paling baik
Gambar 2.5, Kerangka konsep penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah pada konsentrasi tertentu ekstrak kopi biji
kopi hijau arabika dapat memberikan aktivitas penangkapan radikal bebas
terhadap DPPH yang tinggi.
Formulasi Sediaan Masker…, Atia Askarima, Fakultas Farmasi UMP, 2017