15
ix BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluhan Gangguan Muskuloskeletal 1. Definisi Keluhan MSDs Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) tahun 2007, keluhan muskuloskeletal adalah serangkaian sakit pada tendon, otot, dan saraf. Aktifitas dengan tingkat pengulangan tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot. Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi walaupun gaya yang dikeluarkan ringan dan postur kerja memuaskan. Keluhan muskuloskeletal atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus intervertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro fraktur, patah, atau terpelintir (Merulalia, 2010) Keluhan MSDs adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan sampai yang sangat fatal. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluhan Gangguan Muskuloskeletalrepository.ump.ac.id/8206/3/Indana Lazulfa BAB II.pdf · memijit tangan, pergelangan dan lengan Gejala yang dirasakan oleh

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluhan Gangguan Muskuloskeletal

1. Definisi Keluhan MSDs

Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario

(OHSCO) tahun 2007, keluhan muskuloskeletal adalah serangkaian sakit

pada tendon, otot, dan saraf. Aktifitas dengan tingkat pengulangan tinggi

dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sehingga dapat

menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot. Keluhan

muskuloskeletal dapat terjadi walaupun gaya yang dikeluarkan ringan dan

postur kerja memuaskan.

Keluhan muskuloskeletal atau gangguan otot rangka merupakan

kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan

discus intervertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan

otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat

berupa memar, mikro fraktur, patah, atau terpelintir (Merulalia, 2010)

Keluhan MSDs adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal

yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan sampai

yang sangat fatal. Apabila otot menerima beban statis secara berulang

dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa

kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

24

inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal.

2. Gejala Keluhan MSDs

Keluhan MSDs ditandai dengan beberapa gejala sebagai sebrikut

(Macleod, 1999):

a. Sakit, nyeri dan rasa tidak nyaman

b. Mati rasa

c. Rasa lemas atau kehilangan daya dan koordinasi lengan

d. Rasa panas

e. Rasa sukar bergerak

f. Rasa kaku dan retak pada sendi

g. Kemerahan, bengkak, dan panas

h. Rasa sakit yang membuat terjaga pada malam hari dan rasa untuk

memijit tangan, pergelangan dan lengan

Gejala yang dirasakan oleh tiap individu jika menderita gangguan

otot rangka atau musculoskeletal ini tidak sama, meskipun pekerjaan atau

aktivitas yang dilakukan hampir sama. Gejala tersebut adalah adanya rasa

sakit, nyeri, atau tidak nyaman, pegal-pegal, gerakan menjadi lemah dan

kaku, adanya rasa terbakar, pergerakan menjadi terbatas, kaku pada

persendian, kemerahan, bengkak dan hangat pada daerah tersebut

(Macleod, 1999).

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

25

Secara garis besarkeluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada

saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut

akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan, dan

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namum rasa

sakit pada otot masih berlanjut.

3. Tahapan Keluhan MSDs

Gejala yang menunjukkan tingkat keparahan MSDs dapat dilihat

dari tingkatan sebagai berikut:

a. Tingkat pertama

Timbulnya rasa nyeri, pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja

tetapi gejala ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu

malam). Tidak berpengaruh pada kapasitas kerja, efek ini dapat

menghilang atau pulih setelah istirahat.

b. Tingkat kedua

Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu beristirahat satu malam

setelah bekerja. Pada tahap ini terkadang dapat menyebabkan

berkurangnya kapasitas kerja.

c. Tingkat ketiga

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

26

Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istirahat yang cukup, nyeri ketika

melakukan pekerjaan yang berulang, tidur menjadi terganggu,

kesulitan menjalankan pekerjaan yang akhirnya mengakibatkan

terjadinya inkapasitas.

4. Faktor Penyebab Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs)

Peter Vi (2000)menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, diantaranya yaitu:

a. Peregangangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan (over excertion) pada umumnya

sering dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut

pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat,

mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot

yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan

melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering

dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot,

bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

b. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus

menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar,

angkat-angkut, dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot

menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa

memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

27

c. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan

posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,

misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu

membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya.

Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka

semakin tinggi pula terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak

alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat

kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan

keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis & Mc Cnville, 1996;

Waters & Anderson, 1996; Manuaba, 2000).

d. Faktor Penyebab Sekunder

1) Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.

Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka

jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan

langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi,

dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap (Bridger,

1995).

2) Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi

otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

28

darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan

akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma‟mur, 1982).

3) Mikrolimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan

kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan

pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan

menurunnya kekuatan otot (Astrand & Roddhll, 1977; Pulat,

1992; Wilson & Corlett, 1992). Demikian juga dengan paparan

udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh

yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada

dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi

dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi

dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi

kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran

darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses

metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan

asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot (Suma‟mur,

1982; Grandjean, 1993).

e. Faktor Individu

Disamping faktor penyebab terjainya keluhan sistem musculoskeletal

tersebut diatas, beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor individu

seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, masa kerja,kesegaran

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

29

jasmani, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi

penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.

1) Usia

Guo, dkk menyatakan bahwa pada umumnya keluhan sistem

musculoskeletal dirasakan pada umur antara 35 tahun – 65 tahun.

Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan

tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan

bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah

baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga

risiko terjadinya keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2013).

2) Jenis Kelamin

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli

tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan sistem

musculoskeletal, namun beberapa hasil penelitian secara

signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat

mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena

secara fisiologis, kemampuan otot wanita hanya sekitar dua

pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun

lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Pheasant, 1991).

3) Kebiasaan Merokok

Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan

merokok terhadap risiko keluhan otot juga masih diperdebatkan

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

30

dengan para ahli, namun demikian, beberapa penelitian telah

membuktikan bahwa meningkatnya kaluhan otot sangat erat

hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.

Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin

tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan (Tarwaka, 2013).

4) Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama

kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian ini berlangsung.

Masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot

dan meningktakan risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs),

terutama untuk pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja

yang tinggi (Tarwaka, 2013).

5) Kesegaran Jasmani

Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada

seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup

waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam

kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan

pengerahan tenaga yang besar, sisi lain tidak mempunyai waktu

yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi

keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh

tingkat kesegaran tubuh.

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

31

6) Kekuatan Fisik

Sama halnya beberapa faktor lainnya, hubungan antara kekuatan

fisik dengan risiko keluhan musculoskeletal juga masih

diperdebatkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara kekuatan fisik dengan keluhan otot

skeletal.

7) Ukuran Tubuh (Antropometri)

Walaupun pengaruhnya relative kecil, berat badan, tinggi badan

dan masa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal.

B. Pengukuran Keluhan Muskuloskeletal dengan Nordic Body Map

Kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering

digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja karena

sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Pengisian kuesioner Nordic Body Map

ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit

sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun kerja. Survei ini

menggunakan banyak pilihan jawaban yang terdiri dari dua bagian yaitu

bagian umum dan terperinci. Bagian umum menggunakan bagian tubuh yaitu

yang dilihat dari bagian depan dan belakang. Responden yang mengisi

kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada

bagian area tubuh tersebut.

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

32

Melalui kuesionerNordic Body Map dapat diketahui bagian-bagian

otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak

nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Tarwaka et al. (2004)

menyampaikan bahwa dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM),

maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan

oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena

mengandung subjektifitas yang tinggi.

Nordic body Map memiliki 28 pertanyaan tentang keluhan

muskuloskeletal dari leher hingga ujung kaki. Masing-masing sisi tubuh kiri

dan kanan memiliki pertanyaan yang berbeda, sehingga seluruh tubuh yang

nyeri akan dinilai dengan cermat. Pada NBM terdapat empat rentang skor

yaitu skor satu untuk tidak sakit, skor dua untuk agak sakit, skor tiga untuk

sakit, dan skor empat untuk sangat sakit. Setelah kuesioner diisi skor dari

masing-masing pertanyaan akan diakumulasi untuk mengetahui tingkatan

keluhan muskuloskeletal yang diderita (Dryastiti, 2013).

Kusmindari et al. (2014) menyampaikan bahwa penilaian dengan

menggunakan kuesioner Nordic Body Map dapat dilakukan dengan berbagau

cara; misalnya dengan menggubakan 2 jawaban sederhana yaitu „Ya‟ (Ada

keluhan atau rasa sakit pada otot skeletal) dan „Tidak‟ (Tidak ada keluhan

atau tidak ada rasa sakit pada otot skeletal). Tetapi lebih utama menggunakan

desain penilaian dengan 6ocus66 (misalnya; 4 skala likert). Apabila

digunakan 6ocus66 dengan skala likert, maka setiap skor atau nilai haruslah

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

33

mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami oleh

responden.

Dibawah ini adalah contoh desain penilaian dengan 4 skala likert,

dimana:

a. Skor 1 = Tidak ada keluhan/kenyerian atau tidak ada rasa sakit sama

sekali yang dirasakan oleh pekerja (Tidak sakit).

b. Skor 2 = Dirasakan sedikit adanya keluhan atau kenyerian pada otot

skeletal (Agak sakit).

c. Skor 3 = Responden merasakan adanya keluhan/kenyerian atau sakit pada

otot skeletal (Sakit).

d. Skor 4 = Responden merasakan keluhan sangat sakit atau sangat nyeri

pada otot skeletal (Sangat sakit).

Evadarianto dan Dwiyanti (2017) melakukan penelitian yang

menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) menyampaikan bahwa

dalam metode penskoran menggunakan NBM tersebut, terdapat 4 kategori

skor untuk menilai tingkat keluhan yang dirasakan oleh pekerja pada bagian

tubuhnya yaitu skor 1 (tidak sakit), skor 2 (agak sakit), skor 3 (sakit), skor 4

(sangat sakit). Semua skor dicatat lalu dijumlahkan untuk mendapatkan hasil

akhir skor yang akan digunakan untuk menentukan tingkat risiko keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang dirasakan oleh pekerja. Pada pekerja

didasarkan pada ada tidaknya keluhan muskuloskeletal dan tingkat

keluhannya.

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

34

Identifikasi keluhan muskuloskeletal berdasarkan tingkat keluhan yang

dirasakan menurut Nordic Body Map (NBM). Berdasarkan metode NBM

maka tingkat keluhan yang dirasakan dapat dikategorikan menjadi rendah,

sedang, tinggi dan sangat tinggi. Menurut Nuryaningtyas dan Martiana (2014)

responden dikatakan mengalami keluhan muskuloskeletal jika nilainya lebih

dari 49 maka perlu dilakukan tindakan perbaikan karena dirasa menghasilkan

nyri pada bagian tubuhnya.

C. Kerangka Teori

Penelitian ini mengacu pada kerangka teori model sistem neuman.

Model sistem neuman didasarkan pada teori sistem umum dan sifat organisme

hidup sebagai sistem terbuka dalam interaksi antara individu dengan

lingkungan. Dalam model neuman klien dapat berperan sebagai individu,

keluarga, kelompok, komunitas atau etnis sosial. Asumsi dari teori neuman

adalah setiap manusia ditandai dengan lima komponen variabel yaitu: variabel

fisiologis, psikologis, sosio-kultural, spiritual, dan perkembangan.

1. Variabel fisiologis mengacu pada pengaruh sosial dan budaya

2. Variabel psikologis mengacu pada proses mental dalam berinteraksi

dengan lingkungan

3. Variabel sosio-kultural mengacu pada pengaruh sosial dan budaya

4. Variabel spiritual mengacu pada keyakinan dan pengaruh spiritual

5. Variabel perkembangan mengacu pada pengaruh proses dan aktivitas

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

35

Neuman (1995) mendefinisikan stressor sebagai stimulus yang

memproduksi tekanan dan mempunyai potensi untuk menyebabkan ketidak

stabilan sistem. Sistem mungkin perlu berurusan dengan satu atau lebih

stressor pada waktu tertentu. Penting untuk mengidentifikasi jenis, sifat, dan

intensitas dari stressor; waktu pertemuan sistem dengan stressor; dan sifat dari

reaksi sistem atau reaksi potensial terhadap pertemuan itu, termasuk energi

yang dibutuhkan. Reaksi mungkin terjadi di satu atau lebih sub bagian dari

sistem. Reaksi dalam satu sub sistem pada gilirannya dapat mempengaruhi

stressor aslinya. Hasil mungkin positif dengan potensi perubahan sistem yang

menguntungkan yang mungkin dapat bersifat sementara atau permanen.

Stressor hadir baik di dalam maupu diluar sistem. Neuman (1995)

mengklasifikasikan stressor menurut sifatnya menjadi tiga, yaitu

intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal. Stressor intrapersonal yang

terjadi di dalam batas sistem klien dan berhubungan dengan lingkungan

internal. Contoh untuk sistem klien individual adalah respon auto imun.

Stressor interpersonal terjadi diluar batas sistem klien, proksimal ke sistem,

dan mempunyai dampak pada sistem. Contohnya adalah peran harapan.

Stressor ekstapersonal juga terjadi diluar batas sistem tapi berada pada jarak

sistem yang lebih jauh daripada stressor interpersonal. Contohnya adalah

kebijakan sosial. Stressor interpersonal dan ekstrapersonal berhubungan

dengan lingkungan eksternal. Lingkungan tercipta meliputi stressor

intrapersonal, interpersonal, dan esktrapersonal

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

36

Gambar 2.1 Kerangka teori

Sumber: Kerangka teori ini dimodifikasi dari teori Neuman (1995)

1. Peregangan otot yang

berlebih

2. Aktivitas berulang

3. Sikap kerja tidak alamiah

Faktor Lingkungan:

1. Tekanan

2. Getaran

3. Mikrolimat

Faktor Individu:

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Kebiasaan merokok

4. Masa kerja

5. Kesegaran jasmani

6. Kekuatan fisik

7. Ukuran tubuh

(Antropometri)

Keluhan

Muskuloskeletal

intrapersonal interpersonal ekstrapersonal

Teori Stressor Neuman

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

37

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana peneliti menyusun teori/menghubungkan secara logis beberapa

faktor yang dianggap penting untuk masalah (Notoatmodjo, 2010). Adapun

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan :

: Yang diteliti

: Arah penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Tingkat Keluhan

Muskuloskeletal Perawat dan

Mahasiswa

Perbedaan Tingkat Keluhan..., Indana Lazulfa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018