35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.” Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum (1985:50), mengemukakan: “Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan mesalah sasaran maupun tujuan.” Selanjutnya Steers (1985:87) mengemukakan bahwa: “Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya”.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna

atau menunjang tujuan.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.

Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah

ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno

Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah

pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum (1985:50), mengemukakan:

“Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan

suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran

organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar

sasaran. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan

mesalah sasaran maupun tujuan.”

Selanjutnya Steers (1985:87) mengemukakan bahwa:

“Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem

dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan

sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa

memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya”.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi

Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah

kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi)

daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau

ketegangan diantara pelaksanaannya” (Kurniawan, 2005:109).

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan

bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana

target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa :“Efektivitas

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas

dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai,

makin tinggi efektivitasnya”.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui

konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan

apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan

manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan

pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki

secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran

(output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan

personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu

kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan

prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan

dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

2. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat

sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan

tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila

dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan

pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan

jasa.

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara

rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat

sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan,

maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau

tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978:77), yaitu:

a) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya

karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah

dan tujuan organisasi dapat tercapai.

b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi

adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya

dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para

implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

c) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan

dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

ditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-

tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

d) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan

sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

e) Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih

perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat

sebab apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman

bertindak dan bekerja.

f) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator

efektivitas organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif.

Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan

oleh organisasi.

g) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu

program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka

organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan

pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

h) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas

organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan

pengendalian.

Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga

pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani dan

Lubis (1987:55), yakni:

1. Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas

dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang

sesuai dengan kebutuhan organisasi.

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh

mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses

internal atau mekanisme organisasi.

3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada

output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil

(output) yang sesuai dengan rencana.

Selanjutnya Strees dalam Tangkilisan (2005:141) mengemukakan 5

(lima) kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:

1. Produktivitas

2. Kemampuan adaptasi kerja

3. Kepuasan kerja

4. Kemampuan berlaba

5. Pencarian sumber daya

Sedangkan Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53) dalam

bukunya “Efektrivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas,

sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus

dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian

tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti

pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan

dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target

kongktit.

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu

organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus

dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya.

Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses

pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

Dari sejumlah definisi-definisi pengukur tingkat efektivitas yang telah

dikemukakan diatas, perlu peneliti tegaskan bahwa dalam rencana penelitian ini

digunakan teori pengukuran efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh

Duncan (dalam Steers 1985;53), yaitu:

1. Pencapaian Tujuan

2. Integrasi

3. Adaptasi

Dengan menggunakan teori ini diharapkan dapat mengukur tingkat

efektivitas. Dalam hal ini adalah efektivitas pelaksanaan PNPM-MP Simpan

Pinjam Perempuan di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

B. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk

mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi

yang diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat

mengantar masyarakat miskin menuju masyarakat yang madani, sejahtera,

berkeadilan serta berlandaskan iman dan takwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).

Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang

ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya,

memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial

seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai

mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60).

Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan

pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta

landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin

pertumbuhan yang berkelanjutan.

Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal :

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang.

Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat

memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran

bahwa potensi itu dapat dikembangkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu langkah-

langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta

pembukaan berbagai akses kepada berbagai peluang yang akan

membuat masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang.

Pemberdayaan pada jalur ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan

produktif, pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik

maupun sosial, dan pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.

3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah

untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan

kemitraan yang saling menguntungkan (Suriadi, 2005 : 56).

Memberdayakan masyarakat dalam pembangunan biasanya diidentikan

dengan memberikan bantuan uang. Tetapi banyak proyek-proyek Inpres yang

tekanannya memberikan bantuan material kepada masyarakat desa justru

mematikan swadaya masyarakat, bahkan sebaliknya menjadikan masyarakat

menggantungkan diri kepada pemberi bantuan. Pola pemberdayaan dengan

hanya memberikan bantuan langsung uang atau bantuan proyek kepada

masyarakat tidak akan merangsang peran serta masyarakat untuk terlibat di

dalam pembangunan. Pada kasus tertentu, di dalam konsep pembangunan

masyarakat, memang diperlukan, akan tetapi yang lebih penting adalah

pengembangan swadaya masyarakat untuk membangun diri sendiri. Ciri khas

dari suatu kegiatan swadaya adalah adanya sumbangan dalam jumlah besar

yang diambil dari sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat baik yang dimiliki

individu maupun kelompok di dalam masyarakat.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah

program yang disusun sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar

masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan, buta huruf dan

kelompok terabaikan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap

nilai-nilai budaya setempat, memerhatikan dampak lingkungan, tidak

menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat, serta berkelanjutan

(Suriadi, 2005 : 61).

Pembangunan pedesaan harus melakukan empat upaya besar yang

saling berkaitan :

a. Memberdayakan ekonomi masyarakat desa yang memerlukan

masukan modal, bimbingan teknologi, dan pemasaran untuk

memandirikan masyarakat desa.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya penduduk pedesaan dengan

peningkatan pendidikan, kesehatan, dan gizi sehingga memperkuat

produktivitas dan daya saing.

c. Membangun prasarana pendukung pedesaan yang cukup karena

lokasi perkampungan terpencil, seperti jalan, jaringan telekomunikasi

dan penerangan, yang masih merupakan tanggung jawab

pemerintah. Keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam gotong-

royong harus diutamakan.

d. Mengatur kelembagaan pedesaan, yaitu berbagai lembaga

pemerintah dan lembaga kemasyarakatan desa. Pemerintahan desa

harus mampu menampung aspirasi dan menggali aspirasi

masyarakat (Kartasasmita dalam Jayadinata & Pramandika, 2006 : 3).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

C. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM MP)

Pelaksanaan PNPM merupakan kelanjutan dari program serupa, yaitu

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan

pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukunganya

seperti PNPM : Generasi dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana dan

konflik.

Berdasarkan Buku Pedoman Umum PNPM MP Tahun 2008 yang

menyatakan bahwa visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah :

“Tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin

perdesaan.”

Kesejahteraan berarti terpenuhinya dasar masyarakat. Kemandirian

berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada

dilingkungannya, mampu mengakses sumber daya tersebut untuk mengatasi

masalah kemiskinan.

Sedangkan Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:

a. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya

b. Kelembagaan sistem pembangunan partisipatif

c. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal

d. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar

ekonomi masyarakat

e. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM MP, strategi yang

dikembangkan yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok

sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan

kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang

dikembangkan, maka Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya

pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri

Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan

yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran

dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK).

Anonim (2008) menyatakan bahwa PNPM Mandiri Perdesaan adalah

program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis

pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM

Mandiri adalah :

a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka

kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.

PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dari pengembangan

sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan

pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa

dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan

yang berkelanjutan.

b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk

menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara

individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai

persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan

keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta

berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin

keberkelanjutan berbagai hasil yang dicapai.

PNPM Mandiri Perdesaan menekankan prinsip-prinsip dasar sebagai

berikut :

1) Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM

Mandiri Perdesaan senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan

martabat manusia seutuhnya.

2) Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki

kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan

dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

3) Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan

sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau

masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

4) Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang

dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat

miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

5) Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses

pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong

menjalankan pembangunan.

6) Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan

mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan

dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

7) Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan

secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada

kepentingan masyarakat miskin.

8) Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang

memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan

keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara

terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal,

maupun administratif.

9) Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan

pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan

mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

10) Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam

penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama

dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan

kemiskinan.

11) Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus

mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan

masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan

tetap menjaga kelestarian lingkungan.

12) Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam

pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah

dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan

oleh masyarakat.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

a. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan

Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan merupakan ketentuan-

ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku

lainnya dalam melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Ketentuan dasar PNPM Mandiri

Perdesaan dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara lebih terarah. Ketentuan

dasar meliputi :

b. Desa Berpartisipasi

Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri Perdesaan berhak

berpartisipasi dalam seluruh tahapan program. Untuk dapat berpasrtisipasi dalam

PNPM Mandiri Perdesaan, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa

dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya

dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya

kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM

Mandiri Perdesaan.

Untuk mengoptimalkan pengelolaan program, bagi kecamatan yang

memiliki jumlah desa lebih dari 20 disarankan untuk menggabungkan desa-desa

tersebut menjadi sekurang-kurangnya 10 satuan desa cluster. Penggabungan

tersebut didasarkan atas kesepakatan desa-desa dengan mempertimbangkan

kedekatan wilayah. Proses pembentukan desa cluster dilakukan dalam MAD

Sosialisasi.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

c. Kriteria dan Jenis Kegiatan

Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk

kegiatan yang memenuhi kriteria :

1. Lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin

2. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan

3. Dapat dikerjakan oleh masyarakat

4. Didukung oleh sumber daya yang ada

5. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan

Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalu BLM PNPM Mandiri Perdesaan

adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasana sarana dasar yang

dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang

secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

2. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan

termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat

(pendidikan non formal)

3. Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha

ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan

produksi berbasis sumber daya lokal )tidak termasuk penambahan

modal).

4. Penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan

(SPP).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

d. Mekanisme usulan kegiatan

Setiap desa dapat mengajukan 3 (tiga) usulan untuk dapat didanai

dengan BLM PNPM Mandiri Perdesaan. Setiap usulan harus merupakan 1 (satu)

jenis kegiatan/ satu paket kegiatan yang secara langsung saling berkaitan. Tiga

usulan dimaksud adalah;

1. Usulan kegiatan sarana prasana dasar atau kegiatan peningkatan

kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) atau

peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi yang

ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan.

2. Usulan kegiatan simpan pinjam bagi kelompok perempuan (SPP)

yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusuh perempuan. Alokasi

dana kegiatan SPP ini maksimal 25 % dari BLM kecamatan. Tidak

ada batasan alokasi maksimal per desa namun harus

mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan kelompok.

3. Usulan kegiatan sarana dan prasarana dasar, kegiatan peningkatan

kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan_ dan

oeningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi yang

ditetapkan oleh musyawarah desa perencanaan.

Jika usulan non-SPP dari musyawarah khusus perempuan sama dengan

usulan musyawarah desa campuran, maka kaum perempuan dapat mengajukan

usulan pengganti, sehingga jumlah usulan kegiatan dari musyawarah desa

perencanaan tetap tiga. Maksimal nilai satu usulan kegiatan yang dapat didanai

BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar Rp 350 juta. Usulan kegiatan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

pendidikan dan kesehatan harus mempertimbangkan rencana induk dari instansi

pendidikan atau kesehatan di kabupaten.

e. Swadaya Masyarakat

Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang

disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program.

Swadaya masyarakat merupakan salah satu wujud partisipasi dalam

pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya biasa diwujudkan

dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat pelaksanaan

kegiatan. Dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat, sehingga harus

dipastikan bebas dari tekanan atau keterpaksaan.

f. Kesetaraan dan Keadilan Gender

Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender salah satu langkah

yang dilakukan adalah dengan pemihakan kepada perempuan. Pemihakan

memberi makna berupa upaya pemberian kesempatan bagi perempuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik serta mengakses aset

produktif.

Sebagai salah satu wujud keberpihakan kepada perempuan, PNPM

Mandiri Perdesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai

pengambil keputusan dan pelaku pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan

dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

g. Jenis Kegiatan yang Dilarang (Negative List)

Jenis kegiatan yang tidak boleh didanai melalui PNPM Mandiri Perdesaan

adalah sebagai berikut :

1. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan militer atau

angkatan bersenjata, pembiayaan kegiatan politik praktis/partai

politik.

2. Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor pemerintah dan tempat

ibadah

3. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-

bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obat

terlarang dan lain-lain).

4. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton dan

perlengkapannya.

5. Pembiayaan gaji pegawai negeri.

6. Pembiayaan kegiatan yang memperkerjakan anak-anak di bawah

usia kerja.

7. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan,atau

penjualan barang-barang yang mengandung tembakau.

8. Kegiatan apapun yang dilakukan pada lokasi yang telah ditetapkan

sebagai cagar alam, kecuali ada ijin tertulis dan instansi yang

mengelola lokasi tersebut.

9. Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan dan penggunaan

terumbu karang.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

10. Kegiatan yang berhunbungan dengan pengelolaan sumber daya air

dari sungai yang mengalir dan atau menuju negara lain.

11. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur sungai.

12. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan yang luas lebih

dari 50 Hektar (Ha)

13. Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha.

14. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan

kapasitas besar, lebih dari 10.000 meter kubik.

h. Sanksi

Sanksi adalah satu bentuk pemberlakuan kondisi adanya pelanggaran

atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan di dalam PNPM Mandiri

Perdesaan. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab

berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

Sanksi dapat berupa:

1. Sanksi masyarakat yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan

dalam musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi

dituangkan secara tertulis dan dicantumkan dalam berita acara

pertemuan.

2. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

3. Sanksi program adalah pemberhentian bantuan apabila kecamatan

atau desa yang bersangkutan tidak dapat mengelola PNPM Mandiri

Perdesaan dengan baik. Seperti menyalahi prinsip-prinsip,

menyalahgunakan dana atau wewenangt, penyimpangan prosedur,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

hasil kegiatan tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat

dimanfaatkan. Kecamatan tersebut akan dimasukkan sebagai

kecamatan bermasalah serta tidak dialokasikan untuk tahun

berikutnya.

D. Dasar Hukum PNPM MP

Dasar hukum pelaksanaan PNPM MP mengacu pada landasan

konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya, landasan idil Pancasila, dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Secara lebih rinci peraturan perundang-undangan khususnya yang terkait

sistem kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah :

1. Perpres No. 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan (TKPK), yang diketuai oleh Menkokesra dan bertugas untuk

merumuskan langkah-langkah kongkrit dalam penanggulangan

kemiskinan.

2. Surat Keputusan Menkokesra No. 28/Kep/Menko/Kesra/XI/2006 yang

diperbaharui dengan Kepmenkokesra No. 23/KEP/Menko/Kesra/VII/2007

tentang Tim Pengendali PNPM Mandiri.

3. Keputusan Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat Selaku

Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan No:

25/Kep/Menko/Kesra/VII/2007 Tentang Pedoman Umum Program

Nasional Pembedaryaan Masyarakat Mandiri.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

E. PNPM MP Simpan Pinjam Perempuan (SPP)

Berdasarkan Bahan Bacaan Penjelasan Petunjuk Teknis Operasional

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Tahun 2009 dijelaskan bahwa Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok

Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberikan permodalan untuk kelompok

perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam.

a. Tujuan dan Ketentuan

1) Tujuan Umum

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi

kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudian akses pedanaan usaha

skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan

memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong

pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja.

2) Tujuan Khusus

a) Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha

ataupun sosial dasar

b) Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan

ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha

c) Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum

perempuan.

b. Ketentuan Dasar

Ketentuan dasar dalam Kegiatan Simpan Pinjam untuk kelompok

Perempuan (SPP) adalah sebagai berikut:

1) Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat

mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

2) Terlembagakan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui

kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku

dalam pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman.

3) Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan

yang profesional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan

pelestarian dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan

kesejahteraan.

4) Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus

berorientasi pada peningkatan pendapatan, sehingga meningkatkan

pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat perdesaan.

5) Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

c. Ketentuan Pendanaan BLM

Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana yang

disediakan untuk mendanai kegiatan Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan (SPP) perkecamatan maksimal 25% dari alokasi BLM.

1) Sasaran dan Bentuk Kegiatan

a) Sasaran Program adalah rumah tangga miskin yang produktif

yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan

sosial dasar melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang

sudah ada di masyarakat.

b) Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai

tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang

mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana

pinjaman.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

2) Ketentuan Kelompok SPP, yaitu :

a) Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan yang satu

sama lain saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan

pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu

Tahun.

b) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan

dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.

c) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai

sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.

d) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan

baik.

e) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara

sederhana.

d. Mekanisme Pengelolaan

Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan program PNPM

MP, akan tetapi perlu memberikan beberapa penjelasan dalam tahapan,

yaitu sebagai berikut :

1. Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosialisasi

Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan

Persyaratan untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat

desa memahami adanya kegiatan SPP dan dapat memanfaatkannya.

2. Musdes Sosialisasi

Dalam Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan

Persyaratan untuk kegiatan SPP di tingkat desa sehingga pelaku-

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan

persiapan proses lanjutan.

3. Musyawarah Dusun

Proses Identifikasi Kelompok melalui musyawarah di

dusun/kampung dengan proses sebagai berikut :

- Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan

perkembangan kelompok SPP dan melakukan kategorisasi

kelompok yang terdiri dari; Kelompok pemula, kelompok

berkembang dan kelompok siap. Proses kategorisasi

kelompok mengacu pada ketentuan kategorisasi

perkembangan kelompok. manyiapkan daftar pemanfaat

setiap kelompok beserta jumlah kebutuhan dan daftar rumah

tangga miskin yang akan menjadi pemanfaat.

- Rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok

agar dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota

kelompok sehingga dapat menjadi pemanfaat.

- Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara

dilampiri;

1) Daftar kelompok yang diidentifikasi,

2) Kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan,

3) Peta sosial dan peta rumah tangga miskin

4) Rekap kebutuhan pemanfaat

4. Musyawarah Desa dan MKP

Musyawarah ini merupakan tahapan seleksi di tingkat desa

adalah :

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

- Penentuan Usulan Desa untuk kegiatan SPP melalui

keputusan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP). Hasil

keputusan dalam MKP merupakan usulan desa untuk

kegiatan SPP.

- Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh kelompok yang

diusulkan dalam paket usulan desa.

- Penulisan usulan kelompok adalah tahapan ysng

menghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetisikan

di tingkat kecamatan .

- Dalam penulisan usulan SPP paling tidak harus memuat hal

sebagai berikut:

1) Sekilas kondisi kelompok SPP

2) Gambaran Kegiatan dan Rencana yang menjelaskan

kondisi anggota, kondisi permodalan, kualitas pinjaman,

kondisi operasional, rencana usaha dalam satu tahun

yang akan datang, perhitungan rencana kebutuhan dana.

3) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan

dilengkapi dengan peta sosial dan peta rumah tangga

miskin.

5. Verifikasi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan

SPP adalah :

- Penetapan Formulir Verifikasi

Penetapan Formulir Verifikasi merupakan proses penyesuaian

dengan contoh format formulir yang telah tersedia

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

- Proses Pelaksanaan Verifikasi

Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai

berikut :

1) Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam.

2) Persyaratan kelompok

3) Kondisi kegiatan simpan pinjam, dengan penilaian :

Permodalan

Kualitas Pinjaman

Administrasi dan Pengelolaan

Pendapatan

Likuiditas (pendanaan jangka pendek)

4) Penilaian khusus rencana kegiatan

5) Jumlah rumah tangga miskin sebagai contoh pemanfaat

diverifikasi dengan daftar rumah tangga miskin.

6) Penilaian Katergorisasi Kelompok

7) Pembuatan berita acara (BA) hasil verifikasi, dalam BA

tersebut mencantumkan rekomendasi-rekomendasi

termasuk jumlah usulan kelompok apakah sudah dalam

kewajaran, keterlibatan rumah tangga miskin sebagai

pemanfaat, dan dikategorisasi perkembangan kelompok.

6. MAD Prioritas Usulan

Tahapan ini merupakan tahapan usulan evaluasi akhir dengan

model prioritas kebutuhan dengan mempertimbangkan hasil

verifikasi. Prioritas penilaian ditekankan pada kelompok yang lebih

mengutamakan calon pemanfaat kategori rumah tangga miskin.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

Dalam tahapan prioritas kebutuhan ini menilai usulan-usulan

kelompok yang tergantung dalam paket usulan desa. Penilaian

dilakukan dengan basis usulan kelompok sehingga jika ada kelompok

yang tidak layak maka tidak secara otomatis menggugurkan paket

usulan desa tersebut, kelompok yang dianggap layak tetap

mendapatkan pendanaan sampai jumlah kuota BLM terpenuhi.

Pemeringkatan dilakukan pada seluruh kelompok SPP tanpa

memperhatikan alat desanya, sehingga raangking prioritas yang

diperoleh merupakan peringkat kelompok bukan peringkat paket

usulan desa atau desa.

Hasil pemeringkatan kelompok SPP sudah dapat menunjukkan

kebutuhan pendanaan BLM untuk SPP sehingga sudah dapat

ditentukan kelompok-kelompok layak yang akan didanai dari BLM.

Untuk kelompok yang layak dan akan didanai BLM, tahap selanjutnya

adalah melakukan penyempurnaan dokumen usulan misalnya: KTP

dan Perjanjian Pinjaman.

Prioritas kebutuhan kelompok SPP agar mempertimbangkan :

- Keterlibatan hasil rumah tangga miskin sebagai anggota dan

pemanfaat

- Kategorisasi tingkat perkembangan kelompok

- Hasil penilaian kelayakan kelompok pengusul yang

dituangkan dalam Berita Acara TIM Verifikasi.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

- Pertimbangan lain yang mendukung pengurangan jumlah

rumah tangga miskin dan peningkatan kesempatan

kerja/usaha.

- Pertimbangan lain yang mendukung pengurangan jumlah

rumah tangga miskin dan peningkatan kesempatan

kerja/usaha.

7. MAD Penetapan Usulan

Pada tahapan ini keputusan pendanaan mencakup penentuan

pendanaan usulan dengan menentukan kelompok-kelompok yang

telah memenuhi syarat pemeringkatan dapat didanai dengan

dana BLM. Dalam MAD penetapan usulan ini, dimungkinkan

adanya kelompok yang didanai sesuai dengan MAD Prioritas

Usulan mengundurkan diri sehingga peringkat selanjutnya yang

akan menerima, jika terjadi tidak sama.

8. Penetapan Persyaratan

Penetapan persyaratan pinjaman yang tertuang dalam Perjanjian

Pinjaman paling tidak mencakup hal-hal :

- Penentuan jasa pinjaman dengan ketentuan; Besar jasa

pinjaman ditentukan berdasarkan bunga pasar untuk

pinjaman pada lembaga keuangan pada wilayah masing-

masing Sistem perhitungan jasa pinjaman menurun atau

tetap.

- Jangka waktu pinjaman sember dana BLM maksimal 12

bulan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

- Jadwal angsuran dana BLM paling tidak diangsur 3 kali

angsuaran dalam 12 bulan dengan memperhatikan dengan

siklus usaha baik pada tingkat pemanfaat maupun tingkat

kelompok.

- Angsuran langsung dari kelompok ke UPK.

9. Pencairan Dana

Ketentuan pencairan dana BLM dengan ketentuan sebagai

berikut :

- Pencairan melalui desa sesuai dengan ketentuan program

dilampiri SPPB dengan bukti penyaluran KW2.

- Pencairan dilakukan sekaligus (100%) pada setiap kelompok.

- Dalam saat bersamaan ketua TPK memberikan dana SPP

setelah dikurangi Operasional UPK 2 % dan Operasional desa

3% dengan Bukti Kuitansi yang ditandatangani oleh ketua

UPK sebagai Pengelola Kegiatan.

- Kelompok membuat Perjanjian Pinjaman dengan UPK

sebagai lempiran kuitansi penerimaan dana.

- Kelompok menyerahkan kuitansi/tanda terima uang per

pemanfaat kepada UPK.

10. Pengelolaan Dokumen dan Administrasi di UPK

Pengelolaan Kegiatan di tingkat UPK meliputi :

- Pengelolaan Dokumen UPK mencakup beberapa hal sebagai

berikut; pengelolaan data kelompok dan peminjam/pemanfaat,

pengelolaan proposal penulisan usulan dengan peta sosial,

pengelolaan dokumen penyalur: kuitansi, SPPB.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

- Pengelolaan Administrasi meliputi: Rekening pengembalian

SPP, Buku Bantu Bank SPP, Buku kas Harian SPP, Kartu

Pinjaman.

- Pengelolaan Pelaporan sebagai berikut: Laporan Realisasi

Penyaluran, Laporan perkembangan Pinjaman-SPP, Laporan

Kolektibilitas-SPP, Neraca, Laporan Operasional.

11. Pengelolaan Dokumen dan Administrasi di Kelompok

Hal-hal yang dikelola ditingkat kelompok meliputi; data-data

peminjam, dokumen pendanaan/kuitansi di kelompok maupun

pemanfaat, administrasi realisasi pengembalian pinjaman ke

UPK, administrasi penyaluran dan pengembalian/kartu pinjaman

dan administrasi pinjaman pemanfaat.

12. Penetapan Daftar Tunggu

Usulan kegiatan kelompok SPP yang belum terdanai oleh BLM

tetapi telah dianggap layak dapat didanai dengan dana bergulir.

Jika dana bergulir tidak mencukupi maka kelompok layak dapat

ditetapkan sebagai kelompok tunggu yang dilaporkan dalam

daftar tunggu kelompok. daftar tunggu ini ditetapkan dengan

Berita Acara. Selain menetapkan daaftar tunggu juga

menetapkan mekanisme dan persyaratan dalam pendanaan

kelompok termasuk daftar tunggu.

13. Pelestarian Dan Pengembangan Kegiatan

Pelestarian kegiatan SPP mengacu pada ketentuan pengelolaan

dana bergulir dengan mempertimbangkan ketentuan akses BLM

yang telah disepakati dalam MAD yang mencakup:

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

- Pelestarian Kegiatan

Dasar-dasar dalam rangka mewujudkan pelestarian kegiatan

adalah :

1) adanya dana kegiatan SPP yang produktif dan bertambah

jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan pendanaan

masyarakat miskin

2) adanya pelestarian prinsip PNPM Mandiri – Perdesaan

terutama keberpihakan kepada orang miskin dan

transparansi.

3) Penguatan kelembagaan baik dalam aspek permodalan

ataupun kelembagaan kelompok.

4) Pengembangan layanan kepada masyarakat.

5) Pengembangan permodalan

- Pengembangan kelompok

Pengembangan kelompok SPP diarahkan sebagai lembaga

pengelola simpanan dan pinjaman yang profesional,

akuntabel sehingga mampu menarik minat kerjasama

lembaga lain sebagai lembaga penyalur dan pengelola

pinjaman. Pengembangan kelembagaan kelompok SPP,

secara badan hukum dapat menjadi Koperasi Simpan Pinjam.

Fasilitasi pengembangan kelompok dapat didasarkan pada

tingkat perkembangan kelompok maupun fungsi kelompok

yang dijelaskan dalam pengelolaan dana bergulir.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

Adapun alur tahapan dari program SPP dapat digambarkan sebagai

berikut :

ALUR KEGIATAN SPP

Gambar 1. Alur Kegiatan SPP

MAD Sosialisasi

Musyawarah Dusun

Musdes Sosialisasi

Pertemuan penggalian gagasan & identifikasi kelompok SPP

Musyawarah Desa

Musyawarah Khusus Perempuan (Seleksi kelompok)

Penentuan penulisan usulan dan Paket usulan desa Verifikasi

Usulan

MAD Prioritas Usulan

MAD Penetapan Usulan

Musdes Pertanggungjawaban

Mudes Informasi dan Hasil

Penentuan penulisan usulan dan Paket usulan

desa

RPD,Pencairan, Pelaksanaan,

dan LPD Kegiatan

Persiapan Penyaluran

PENGEMBALIAN SPP dan PENGELOLAAN DANA

BERGULIR

Supervisi dan Monitoring

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

F. Kerangka Konseptual

Salah satu wujud keseriusan pemerintah dalam penanggulangan

kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat, yaitu dengan meningkatkan bantuan

pembangunan kepada masyarakat desa melalui Program Nasional

pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM MP). Pada PNPM MP ini

terdapat banyak program yang ditawarkan pemerintah, salah satunya yaitu

pemberian dana bergulir khusus bagi kaum perempuan yaitu Simpan Pinjam

untuk Kelompok Perempuan (SPP). Pada prinsipnya PNPM MP SPP ini

bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara nasional

melalui pemberian dana bergulir untuk pengembangan usaha produktif, dimana

dalam pelaksanaannya, program ini melibatkan seluruh unsur yang terdapat di

daerah, mulai dari unsur pemerintah, pihak konsultan maupun segenap lapisan

masyarakat yang menjadi sasaran program ini.

Efektivitas pelaksanaan PNPM MP SPP dapat terlaksana apabila unsur

yang terlibat dalam proses pelaksanaannya dapat berperan dengan baik.

Kesatupaduan unsur-unsur tersebut akan menentukan efektifnya pelaksanaan

program Simpan Pinjam Perempuan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis efektivitas pelaksanaan program nasional pemberdayaan

masyarakat mandiri perdesaan khusus program simpan pinjam perempuan

(PNPM MP SPP) di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Propinsi

Sulawesi Tenggara pada periode tahun 2010.

Untuk mengukur seberapa jauh tingkat efektivitas efektivitas pelaksanaan

program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan khusus

program simpan pinjam perempuan (PNPM MP SPP) di Kecamatan Ranomeeto

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

pada periode tahun 2010, maka penulis menggunakan teori pengukuran

efektivitas yang dikemukakan oleh Duncan (dalam Richard M. Steers; 1985:53)

dimana terdapat 3 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

efektifitas yaitu :

1. Pencapaian Tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus

dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian

tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti

pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan

dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa

faktor, yaitu: Kurun waktu, sasaran yang merupakan target kongktit.

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu

organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus

dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya.

Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses

pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian

Adapun pemaparan secara ringkas atas kerangka konseptual di atas,

dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :

Efektivitas Pelaksanaan PNPM SPP

Ukuran Efektivitas

(Duncan dalam R.M.

Steers :1985) :

Pencapaian Tujuan

Integrasi

Adaptasi

PNPM MP SPP

Gambar 2 . Kerangka Konsep