47
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Maryam, 2012). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik, yaitu semakin rentanya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ (Pandji, 2012). Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik atau biologis, kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut, bahkan juga masyarakat menganggap seakan-akan tugas-tugasnya sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari pergaulan bermasyarakat yang merupakan salah satu ciri fase ini. Dalam fase ini, biasanya usia lanjut merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya pada Tuhan (Tamher, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisirepository.ump.ac.id/9489/3/Fatihah Nur Fitriyani BAB II.pdf · 2019. 10. 24. · perubahan sistem organ tubuh pada lansia (Dewi,

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Definisi

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada

daur kehidupan manusia (Maryam, 2012). Secara biologis penduduk

lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara

terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik,

yaitu semakin rentanya terhadap serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan

dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ (Pandji,

2012).

Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik atau biologis,

kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut,

bahkan juga masyarakat menganggap seakan-akan tugas-tugasnya

sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan

diri dari pergaulan bermasyarakat yang merupakan salah satu ciri fase

ini. Dalam fase ini, biasanya usia lanjut merenungkan hakikat

hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya

pada Tuhan (Tamher, 2011).

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

13

2. Teori Proses Menua

Penuaan atau proses menjadi tua adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta

memperbaiki kerusakan yang diderita (Effendi, 2009).

Dr. H. Sudrajat, MSc., dalam buku Pandji (2012) menjelaskan

bahwa faktor penyebab penuaan secara internal antara lain hormon

berkurang, radikal bebas, diabetes mellitus, apoptosis (kerusakan sel

oleh sel itu sendiri), imunitas menurun dan gen. sedangkan eksternal

adalah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, olahraga tidak sehat,

polusi lingkungan, stress dan kemiskinan.

Gejala penuaan akan terlihat seperti kulit kering, keriput, massa

otot berkurang, daya ingat menurun, lemak meningkat, sakit tulang

dan daya seksual merosot. Lalu dari segi psikis akan tampak

menurunnya gairah hidup, mudah cemas, sulit tidur , mudah

tersinggung dan merasa tidak berarti lagi (Pandji, 2012).

Teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut Maryam

(2012), yaitu teori biologi, teori psikologis dan teori spiritual.

a. Teori biologis

Teori biologis mencakup teori genetik dan mutasi, immunology

slowvirustheory , teori stress, teori radikal bebas dan teori rantai

silang.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

14

b. Teori psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring

dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat

dihubungkan pula dengan kekurangan mental dan keadaan

fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas

motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri

dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan

seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-

nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.

c. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi

individu tentang arti kehidupan.

3. Klasifikasi Lanjut Usia

Di Indonesia, batasan lansia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini di

pertegas dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2012).

Menurut (Maryam, 2012), berikut ini adalah lima klasifikasi pada

lansia:

a. Pralansia: Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia: Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

15

c. Lansia resiko tinggi: Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki

masalah kesehatan.

d. Lansia potensial: Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

e. Lansia tidak potensial: Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

4. Perubahan Sistem Organ Tubuh Akibat Proses Menua

Ketika lansia mengalami perubahan akibat proses menua,

fungsi independen lansia akan mengalami gangguan. Pendekatan

keperawatan diperlukan untuk mencegah kehilangan fungsi lebih

lanjut dan meningkatkan kualitas perawatan diri.Berikut ini adalah

perubahan sistem organ tubuh pada lansia (Dewi, 2014).

a. Sistem kardiovaskular

Sistem kardiovaskular mengalami penurunan efisiensi sejalan

dengan proses menua. Perubahan yang terjadi akibat proses menua

yaitu kekuatan otot jantung menurun, katup jantung mengalami

penebalan dan menjadi lebih kaku, dinding arter menjadi kurang

elastis, dinding kapiler menebal sehingga menyebabkan

melambatnya pertukaran nutrisi dan zat sisa metabolisme antara

sel dan darah

b. Sistem pernafasan

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

16

Perubahan sistem respirasi akibat proses menua antara lain cavum

thorak menjadi kaku seiring dengan proses kalsifikasi kartilago,

otot abdomen melemah sehingga menurunkan usaha nafas baik

inspirasi maupun ekspirasi.

c. Sistem muskuloskeletal

Sebagian besar lansia mengalami perubahan postur, penurunan

rentang gerak, dan gerakan yang melambat.

d. Sistem integumen

Perubahan pada sistem integumen akibat proses menua antara lain

elastisitas kulit menurun, sehingga kulit berkerut dan kering, pada

kelenjar keringat terjadi penurunan ukuran dan jumlah.

e. Sistem gastrointestinal

Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal antara lain

pada organ lambung terjadi penurunan sekresi asam lambung

menyebabkan gangguan absorbsi, reflek telan melemah sehingga

meningkatkan resiko aspirasi.

f. Sistem urinaria

Meski terjadi penurunan aliran darah ke ginjal dan terjadi

penurunan massa ginjal, selama tidak terjadi suatu penyakit maka

sistem urinaria masih dapat berfungsi dengan baik.

g. Sistem persarafan

Terjadi penurunan jumlah neuron di otak dan batang otak, dapat

terjadi insomnia dan mudah terbangun di malam hari

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

17

h. Sistem sensori

Perubahan akibat proses menua pada penglihatan yaitu terjadi

penurunan kemampuan objek dekat, kemampuan melihat pada

malam hari menurun, pada pendengaran terjadi penurunan

kemampuan untuk mendengarkan suara berfrekuensi tinggi.

B. Penyakit Kronis

Penyakit kronis merupakan permasalahan kesehatan serius dan

penyebab kematian terbesar di dunia, pada tahun 2008 penyakit kronis

menyebabkan kematian pada 36 juta orang di seluruh dunia. Berdasarkan

hasil temuan Riskesda pada tahun 2013, penyakit kronis merupakan

sepuluh penyebab utama kematian di Indonesia (Kementerian Kesehatan

RI, 2016).

Sakit kronis adalah rasa sakit terus-menerus setelah identifikasi

etiologi serangan awal.Mungkin kurang intens setelah 4 sampai 6 bulan,

atau dapat pada tingkat sakit yang sama ( Digiulia, 2014).

Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara

perlahan selama bertahun-tahun, namun biasanya tidak dapat

disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan kesehatan

(Hanafiah, 2009)

Penyakit kronis merupakan penyakit yang tidak mudah disembuhkan,

cenderung berkepanjangan, dan biasanya bersifat permanen.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

18

Penyakit ini merupakan kondisi yang akan menjadi bagian dari

kehidupan seseorang (Brunner & Sudart, 2013).

Penyakit kronis dibedakan menjadi dua yaitu penyakit kronis

menular dan penyakit kronis tidak menular.Penyakit menular adalah

penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang

mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau

hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential

host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara

(vector) atau lingkupan hidup.Paling tidak ditemukan sekitar 30 penyakit

infkesi paru yang di perkirakan berkaitan dengan perkembangan

teknologi, sejumlah penyakit infeksi yang sebelumnya tidak diketahui

mulai terindentifikasi (Hanafiah, 2009).

Menurut Riskesda (2018) jenis penyakit kronis menular dibedakan

menjadi 3 yaitu penyakit yang ditularkan dari udara (TBC, Pneumonia),

penyakit yang ditularkan melalui makanan, air dan lainnya (Hepatitis).

Menurut Riskesda (2018)penyakit tidak menular (PTM)

merupakan penyakit yang tidak ditularkan dari orang ke orang.PTM

mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang

lambat.Contoh penyakit kronis tidak menular menurut Riskesdas adalah

Asmabronkial, PPOK, Kanker, DM, Hipertiroid, Hipertensi, Jantung

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

19

koroner, Gagal jantung, Stroke, Gagal Ginjal Kronis, dan Penyakit

sendi/rematik.

Adapun jenis-jenis penyakit kronis menurut Riskesda (2018)

adalah sebagai berikut :

1. Penyakit Kronis Menular

a. TBC

1) Definisi

Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Mycrobacterium tuberculosis yang merupakan kuman aerob yang

dapat hidup terutama di patu atau berbagai organ tubuh lainnya

yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Rab, 2010).

2) Faktor Resiko

Berbagai faktor resiko mempengaruhi perkembangan TB

paru diantaranya (Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia,

2016):

a) Infeksi HIV. Pada pasien yang terinfeksi HIV terjadi penurunan

dan disfungsi limfosit T CD4 secara progresif disertai dengan

terjadinya defek fungsi makrofag dan monosit.

b) Diabetes Melitus (DM). Pada pasien DM dengan kadar gula

yang tinggi akan memicu terjadinya defek imunologi .

c) Kemiskinan diidentikan dengan malnutrisi, keadaan malnutrisi

menurunkan resistansi terhadap infeksi.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

20

3) Etiologi

Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri

Mycrobacterium tuberculosis.Bakteri ini berbentuk batang dan

memiliki panjang 1-4 um. Kuman ini memiliki sifat tahan

terhadap asam karena dilapisi oleh lemak/lipid, sifat lain dari

kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak

mengandung oksigen (Dosen Keperawatan Medikal Bedah

Indonesia, 2016).

4) Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada kondisi Tuberkulosis(Nurarif, 2015):

a) Demam 40-41 derajat Celcius, serta batuk/batuk darah.

b) Sesak nafas dan nyeri dada.

c) Malaise, keringat malam.

d) Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada.

e) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit.

b. Pneumonia

1) Definisi

Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru yang

biasanya berhubungan dengan peningkatan cairan alveolar dan

interstisial (Black & Hawks, 2014).

2) Klasifiasi Etiologi

Jenis-jenis pneumonia berdasarkan faktor penyebabnya

(Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2016):

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

21

a) Pneumonia bakterialis (Strepcococcus pneumonia,

Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, Haemopillus

influenza).

b) Pneumonia atipikal (Legionella pneumophilla, Mycoplasma

pneumonia, Pneumocyctis carinii).

3) Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pneumonia (Nurarif, 2015):

a) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi pertama.

b) Meningmus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi

meninges.

c) Muntah.

d) Diare.

e) Batuk dan bunyi pernafasan seperti mengi atau mengorok.

c. Hepatitis

1) Definisi

Hepatitis adalah peradangan pada sel hati yang disebabkan

oleh infeksi virus ataupun toksin yang menghasilkan kumpulan

perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Dosen

Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2016).

2) Faktor Resiko

Faktor resiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah

terkena hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri.Hepatitis

yang dapat menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

22

hepatitis E, lebih beresiko pada pekerja pengolahan air atau limbah. Untuk

hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B, C

dan D lebih beresiko

pada: petugas medis, pengguna NAPZA dengan jarum

suntik, berganti-ganti pasangan seksual, orang yang sering

menerima transfusi darah (Dosen Keperawatan Medikal Bedah

Indonesia, 2016).

3) Klasifikasi Etiologi

Klasifikasi etiologi hepatitis (Dosen Keperawatan Medikal

Bedah Indonesia, 2016):

a) Hepatitis A

a. Hepatitis A adalah jenis hepatitis yang umumnya bersifat

jinak, dalam waktu tertentu dapat sembuh dengan

sendirinya

b. Waktu inkubasi 2-6 minggu

c. Tidak menyebabkan infeksi kronis

d. Cara penularan penyakit ini fekal-oral

b) Hepatitis B (HBV)

a. Bentuk peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh

infeksi virus hepatitis B.

b. Berpotensi menyebabkan penyakit hati akut dan kronis.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

23

c. Virus hepatitis B menular dengan cara; hubungan seksual,

berbagi jarum suntik, kontak langsung dengan darah,

menurun dari ibu ke anak.

d. Masa inkubasi 15-180 hari

e. Infeksi persisten dihubungkan dengan hepatitis kronis,

sirosis dan kanker hati.

c) Hepatitis C (HCV)

a. Hepatitis C adalah peradangan pada sel-sel hati yang

disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C.

b. Berpotensi menjadi hepatitis kronis, yang mungkin serius

atau bahkan fatal.

c. Masa inkubasi 15-160 hari.

d. Cara penularan: IVDU (alat suntik yang tidak steril, biasa

digunakan pada pengguna penyalahgunaan narkotika

suntik) dan penetrasi jaringan, resepien produk darah,

transmisi seksual, maternal neonatal, tidak terdapat bukti

penyebaran lewat fekal-oral.

d) Hepatitis D (DHV)

a. Peradangan yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D.

b. Penyebaran melalui hubungan intim dengan penderita,

menggunakan jarum suntik dan obat-obatan secara

bersamaan, bayi dari wanita penderita hepatitis D.

c. Masa inkubasi 4-7 hari.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

24

e) Hepatitis E (HEV)

a. Hepatitis E adalah peradangan pada sel-sel hati yang

disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E.

b. Ditularkan melalui jalur fekal-oral.

c. Masa inkubasi rata-rata 40 hari.

d. HEV RNA terdapat di dalam tinja dan serum selama fase

akut.

4) Manifestasi klinis

Gejala umum yang biasanya ada pada penyakit hepatitis

adalah (Nurarif, 2015):

a) Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam

dan lemas.

b) Feses berwarna pucat.

c) Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan.

d) Nyeri perut.

e) Berat badan turun.

f) Urin menjadi gelap seperti teh.

g) Kehilangan nafsu makan.

2. Penyakit Kronis Tidak Menular

a. Asma Bronchial

1) Definisi

Asma bronchial adalah satu hiperreaksi dari bronkus dan

trakea, sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

25

bersifat reversible.Akibatnya setiap hari pasien dengan asma

bronchial akan mengalami kesulitan bernafas (Naga, 2012).

2) Faktor resiko

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan

presipitasi timbulnya serangan asma bronchial (Titih, 2018):

a) Faktor predisposisi

a. Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun

belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.

Karena ada bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena

penyakit asma bronkial jika terpapar dengan faktor

pencetus. Selain itu, hiperventilasi saluran pernafasannya

juga bisa diturunkan.

b.) Faktor presipitasi

1. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

- Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. Contoh :

debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri

dan polusi

- Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh : makanan

dan obat-obatan.

3) Klasifikasi Etiologi

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

26

Berdasarkan penyebabnya asma bronchial dapat

diklasifikasikan menjadi tiga tipe (Titih, 2018),yaitu :

a) Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-

faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu

binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora

jamur.Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya

suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

b.) Instrinsik (non-alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non-alergi yang bereaksi

terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak di ketahui,

seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya

infeksi saluran pernafasan dan emosi.Serangan asma ini

menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu

dan berkembang menjadi bronkitis kronik dan emfisema.

4) Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala asma bronchial menurut Naga (2012) antara lain

:

a) Serangan asma sering terjadi pada tengah malam.

b) Nafas terasa sesak dan suara nafas mengi.

c) Batuk kering tanpa sputum.

d) Penderita akan merasakan konstriksi di dalam dadanya, seperti

ada rasa nyeri seperti ada luka di dada.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

27

e) Warna sputum sangat khas yaitu tampak keputih-putihan.

b. PPOK

1) Definisi

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan

penyakit yang ditandai keterbatasan aliran udara yang tidak

reversibel sepenuhnya.Keterbatasan aliran udara biasanya

progresif dan berkaitan dengan respons inflamasi abnormal pada

paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Morton, 2012).

2) Faktor resiko

Merokok dan iritan yang terkandung didalamnya

mengganggu pergerakan silia, menghambat fungsi makrofag

alveolar, dan menyebabkan kelenjar penghasil mukus mengalami

hipertropi. Merokok juga menghasilkan emfisema atau kerusakan

jalan nafas dan konstriksi otot polos, meningkatkan resisten jalan

nafas. Faktor lain yang berkontribusi, antara lain udara, pajanan

pekerjaan terhadap debu atau gas berbahaya, infeksi jalan nafas,

dan faktor familial dan genetik (LeMone, 2017).

3) Etiologi

Menurut Marya (2013) membahas tentang penyebab

terjadinya PPOK yang paling sering adalah :

a) Merokok

Pada saluran nafas, merokok menyebabkan gangguan

gerak silia, menghambat fungsi sel-sel makrofag alveoli dan

menimbulkan hipertrofi serta hyperplasia sel-sel goblet dan

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

28

kelenjar mukus pada percabangan bronkus. Ketiga perubahan

ini mengakibatkan kelainan yang secara klinis diberi nama

bronkitis kronis.

b) Faktor genetik

Faktor genetik dapat memudahkan terjadinya PPOK;

predisposisi ini mungkin timbul melalui defisiensi aktivitas

anti-tripsin yang normalnya terdapat didalam paru-paru untuk

melawan kerja enzim elastase dan enzim-enzim proteolitik

lainnya yang dihasilkan oleh leukosit.

4) Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis COPD atau PPOK beragam dari

bronkitis kronis sederhana tanpa disabilitas hingga gagal nafas

kronis dan disabilitas berat.Batuk biasanya terjadi di pagi hari dan

sering kali melengkapi “batuk perokok”. Pasien seringkali kurus,

takipnea, menggunakan otot aksesoris pernafasan dan sering kali

menerapkan posisi duduk dan bersandar kedepan (Lemone, 2017).

c. Kanker

1) Definisi

Kanker adalah kelainan sel dan sebagian menyebut tumor

(bengkak) yang dibuat dari massa sel. Tumor yang terlihat adalah

hasil akhir dari keseluruhan rangkaian perubahan yang

membutuhkan waktu bertahun-tahun (Rahman, 2017).

2) Faktor resiko

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

29

Banyak faktor yang terlibat dalam pengembangan kanker.

Faktor-faktor tersebut antara lain: faktor endogen seperti

predisposisi genetik dan eksogen faktor seperti paparan karsinogen

lingkungan dan agen infeksius. Faktor usia merupakan faktor

resiko terbesar dalam mengembangkan kanker.Selain itu ada

beberapa faktor resiko terjadinya pengembangan kanker yaitu

tembakau, pekerjaan, faktor diet, kegemukan (Rahman, 2017).

3) Jenis Kanker

Terdapat jenis-jenis kanker yang banyak ditemukan dan

mematikan adalah sebagai berikut (Haryanto, 2009) :

a) Kanker paru-paru dan bronchial. Penyebab utamanya adalah

kebiasaan merokok dan penggunaan produk tembakau.

b) Kanker kolon dan rektum.

c) Kanker payudara. Kanker ini biasanya terbentuk di dalam

saluran yang membawa susu ke kelenjar susu yang

menghasilkan susu pada wanita.

d) Kanker pankreas.

e) Kanker prostat.

f) Leukemia.

g) Kanker hati dan saluran empedu intrahepatik.

h) Kanker ovarium.

i) Kanker kandung kemih.

j) Kanker ginjal.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

30

k) Kanker tiroid.

4) Manifestasi Klinis

Gejala umum kanker biasanya tergantung pada jenis,

tempat dan stadium kanker (Haryanto, 2009):

a.) Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misal pada

payudara maka akan terjadi pembengkakan di payudara).

b.) Terjadi perubahan warna.

c.) Demam terus-menerus.

d.) Batuk terus-menerus (terutama pada kanker paru) atau

perubahan suara ( pada kanker leher).

e.) Terjadinya perubahan pada sistem tubuh yang terkena kanker.

f.) Penurunan nafsu makan.

g.) Wajah semakin pucat.

h.) Keluar cairan tidak normal.

d. Diabetes mellitus

1) Definisi

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang

umum terjadi pada dewasa yang membutuhkan supervise medis

berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada pasien. Namun,

bergantung pada tipe DM dan usia pasien, kebutuhan dan asuhan

keperawatan pasien dapat sangat berbeda (LeMone, 2018).

2) Faktor Resiko

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

31

Menurut Riyadi dalam buku Keperawatan Medikal Bedah

tahun 2011, faktor resiko terjadinya Diabetes Mellitus adalah

sebagai berikut:

a) Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel b, antara

lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana

pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara

berlebihan, obesitas, dan kehamilan.

b) Gangguan sistem imunitas.

c) Kelainan insulin.

3) Klasifikasi Etiologi

Menurut Black& Hawks (2014) dalam buku Keperawatan

Medikal Bedah edisi ke 8, menyebutkan ada 2 jenis klasifikasi

DM:

a) DM tipe 1

Sebelumnya disebut IDDM, ditandai dengan destruksi sel beta

pankreas, mengakibatkan defisiensi insulin absolute.DM tipe

1 diturunkan sebagai heterogen, sifat multigenik.

b) DM tipe 2

DM tipe 2 sebelumnya disebut NIDDM adalah gangguan yang

melibatkan baik genetik maupun faktor lingkungan. DM tipe 2

biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum

diantara dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnik serta populasi

ras tertentu.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

32

4) Manifestasi Klinis

Tanda-tanda dan gejala diabetes melitus menurut

klasifikasinya menurut Digiulia (2014) yaitu :

Tipe I :

a) Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi.

b) Nafsu makan meningkat karena sel-sel kekurangan energi,

sinyal bahwa perlu makan banyak.

c) Haus meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa,

urinasi meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa.

d) Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam

sel.

e) Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.

f) Penyembuhan tertunda/ lama karena naiknya kadar glukosa di

dalam darah menghalangi proses kesembuhan.

Tipe II :

a) Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi.

b) Haus meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa.

c) Urinasi meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa.

d) Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.

e) Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di

dalam darah menghalangi proses kesembuhan.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

33

e. Hipertiroid

1) Definisi

Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau

gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan

oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif (Manurung dkk, 2017).

2) Faktor resiko

Faktor resiko terjadi penyakit hipertiroid adalah (Tandra, 2011):

a) Faktor merokok: merokok bisa membentuk penyakit Graves,

dibandingkan dengan bukan perokok, orang yang mempunyai

kebiasaan merokok bukan hanya lebih mudah terkena

penyakit Graves tetapi bisa mengalami komplikasi pada mata

10 kali lipat.

b) Faktor diet: kelebihan yodium pada makanan juga dapat

mempengaruhi fungsi tiroid. Dimulai dengan penekanan

fungsi tiroid beberapa saat, yang kemudian dilanjutkan dengan

hipertiroid yang semakin hebat.

c) Fungsi hormon: perubahan semua hormon di dalam tubuh bisa

berpengaruh pada tiroid kita.

d) Faktor radiasi.

e) Faktor obat-obatan.

f) Faktor penyakit tertentu.

3) Etiologi

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

34

Penyebab paling umum dari hipertiroid adalah penyakit

gangguan autoimun Graves. Dalam gangguan ini, tubuh membuat

antibodi yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin yang

menyebabkan kelenjar tiroid membuat terlalu banyak tiroid. Selain

penyakit Graves hipertiroid juga bisa disebabkan oleh nodular

gondok beracun, yang merupakan benjolan atau nodul pada

kelenjar tiroid yang menyebabkan tiroid untuk memproduksi

hormone tiroid. Selain itu, radang kelenjar tiroid yang disebut

tiroiditis akibat virus atau masalah dengan sistem kekebalan tubuh

dapat menyebabkan sementara gejala hipertiroid (Aleppo, 2015).

4) Manifestasi Klinis

Hipertiroid mempunyai tanda dan gejala yang bervariasi

yaitu (Manurung dkk, 2017):

a) Banyak keringat.

b) Sering BAB, kadang diare.

c) Jantung berdebar kencang.

d) Denyut nadi tidak teratur terutama pada usia diatas 60 tahun.

e) Tekanan darah meningkat.

f) Terjadi perubahan pada mata bertambahnya pembentukan air

mata, iritasi dan peka terhadap cahaya.

f. Hipertensi

1) Definisi

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

35

Hipertensi adalah isu kesehatan masyarakat yang penting:

saat hipertensi jarang menyebabkan gejala atau keterbatasan nyata

pada kesehatan fungsional pasien, hipertensi adalah faktor resiko

utama pada penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke.

Hipertensi dan akibatnya tidak unik di Amerika Serikat, WHO

(World Health Organization) mengidentifikasi tekanan darah di

atas tingkat normal (TD sistolik 115 mmHg) sebagai penyebab 62

penyakit serebrovaskular dan 49 penyakit jantung iskemik di

seluruh dunia (LeMone, 2018).

2) Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH

Kategori Tekanan darah

sistol (mmHg)

Tekanan darah diastol (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Normal – tinggi 130-139 85-89

Grade 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub-group: perbatasan 140-149 90-94

Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110

Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90

Subgroup: perbatasan 140-149 ≤90

Sumber: (Suparto, 2010)

3) Faktor Resiko

Menurut Saputra, 2014 faktor resiko terjadinya hipertensi

adalah sebagai berikut :

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

36

a) Jenis kelamin &usia tua: laki-laki berusia 35-50 tahun dan

wanita premenopouse beresiko tinggi untuk mengalami

hipertensi.

b) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

c) Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat

meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap.

d) Berat badan: obesitas (>25 diatas BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi.

4) Klasifikasi Etiologi

Menurut Udjianti (2010) dalam buku Keperawatan

Kardiovaskular adalah sebagai berikut:

a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer.

Merupakan 90 dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial yang di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah

yang tidak di ketahui penyebabnya (idiopatik).

b) Hipertensi sekunder

Merupakan 10 dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit

ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya

hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

37

coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis,

gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume

intravascular, luka bakar, dan stress.

5) Manifestasi Klinis

Menurut buku Keperawatan Medikal Bedah

(Digiulia,2014) tanda dan gejala hipertensi yaitu :

a) Asimsomatik.

b) Sakit kepala .

c) Pusing.

g. Stroke

1) Definisi

CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa dikenal oleh

masyarakat dengan istilah stroke.Istilah ini lebih populer

dibanding dengan CVA, kelainan ini terjadi pada organ otak.

Lebih tepatnya adalah gangguan pembuluh darah otak berupa

penurunan kualitas pembuluh darah otak.Stroke menyebabkan

angka kematian yang tinggi (Padila, 2012).

2) Faktor Resiko

Menurut Padila dalam buku Keperawatan Medikal Bedah

(2012) faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :

1) Faktor resiko yang dapat dicegah :

a) Perokok.

b) Penyakit jantung (fibrasi jantung).

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

38

c) Tekanan darah tinggi.

d) Peningkatan jumlah sel darah merah (policitemia).

e) TIA (Transient Ischemic Attack).

2) Faktor resiko yang tidak dapat diubah :

a) Usia.

b) Peningkatan tekanan karotis (indikasi terjadinya

artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan stroke).

c) DM (Diabetes Mellitus).

d) Keturunan.

e) Pernah terserang stroke.

3) Klasifikasi etiologi

Klasifikasi stroke berdasarkan keadaan patologis menurut

Aru W (2009):

a) Stroke Iskemia (non hemorogik) yaitu tersumbatnya pembuluh

darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau

keseluruhan terhenti, 80 stroke adalah stroke iskemik.

b) Stroke Haemoragik. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

ke otak. Hampir 70 kasus stroke hemorogik terjadi pada

penderita hipertensi.

4) Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala Stroke menurut Digiulia (2014) adalah

sebagai berikut :

a) Ketidakseimbangan mental.

b) Disorientasi, bingung.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

39

c) Perubahan emosional, perubahan kepribadian.

d) Afasia (sulit berbicara; mungkin reseptif, ekspresif).

e) Kata-kata tidak jelas.

f) Perubahan sensori.

g) Kekebalan unilateral atau kelemahan pada wajah dan kaki-

tangan.

h) Gejala-gejala TIA serupa namun durasinya singkat dan sembuh.

h. Gagal Jantung

1) Definisi

Gagal jantung terjadi saat jantung tidak mampu memompa

darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

tubuh. Dampak dari penurunan curah jantung adalah

memburuknya perfusi atau aliran darah ke berbagai organ tubuh

dan kongesti vaskular pada sirkulasi paru maupun sistemik (Dosen

Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2016).

2) Faktor Resiko

Sedangkan menurut Padila (2012) faktor pencetus terjadinya

gagal jantung yaitu hipertensi dapat meningkatkan resiko.

Peningkatan tekanan darah mempercepat arterosklerosis sehingga

rupture dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahun lebih cepat

daripada orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat

dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

40

perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekanan dalam

beberapa cara terlibat langsung. Akibatnya, lebih tinggi tekanan

darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskuler.

3) Etiologi

Menurut buku Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah

yang disusun oleh Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia

(2016) etiologi gagal jantung adalah :

a) Penyakit arteri koroner. Arterosklerosis arteri koroner

merupakan penyebab utama gagal jantung. Penyakit arteri

koroner ini ditemukan pada lebih dari 60 pasien gagal jantung.

b) Iskemia/ infark miokard. Iskemia menyebabkan disfungsi

miokardial akibat hipoksia dan asidosis akibat akumulasi asam

laktat.

c) Kardiomipati. Kardiomipati merupakan penyakit pada otot

jantung dan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu dilatasi,

hipertrofi dan restriktif.

d) Hipertensi. Hipertensi sistemik maupun pulmonary

meningkatkan afterload (tahanan terhadap ejeksi jantung).

Kondisi ini dapat menyebabkan beban jantung dan memicu

terjadinya hipertrofi tersebut.

e) Penyakit katup jantung. Katup jantung berfungsi untuk

memastikan bahwa darah mengalir dalam satu arah dan

mencegah terjadinya aliran balik. Disfungsi katup jantung

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

41

membuat aliran darah kearah depan terhambat, meningkatnya

tekanan dalam ruang jantung, dan meningkatnya beban

jantung.

4) Manifestasi Klinis

Pada umumnya, gagal jantung bersifat kronis. Artinya

gejala-gejala penyakit ini terkadang timbul secara bertahap,

bahkan periodenya hingga beberapa bulan dan tahun. Namun pada

kasus lain, ada juga gejala-gejala yang timbul secara mendadak.

Beberapa timbulnya gagal jantung, yaitu dispnea, edema, dan

sianosis (Naga, 2012).

i. Gagal Ginjal Kronis

1) Definisi

Gagal ginjal merupakan gangguan sebagian atau total dari

fungsi ginjal yang mengakibatkan ketidakmampuan ginjal untuk

mengekresikan hasil sampah metabolisme dan air. Gagal ginjal

kronis berhubungan dengan perkembangan penyakit

kardiovaskular (Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia,

2016).

2) Faktor Resiko

a) Umur merupakan faktor resiko penyakit degeneratif yang tidak

dapat dihindari. Semakin bertambahnya umur semakin

meningkat pula resiko untuk mengalami gagal ginjal kronis.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

42

b) Riwayat keluarga sedarah juga meningkatkan resiko gagal

ginjal kronis sebesar 2,58 kali.

c) Mempunyai riwayat penyakit batu ginjal.

d) Konsumsi minuman berenergi & minuman bersoda (Delima &

Emiliana et al, 2014).

3) Etiologi

Penyebab gagal ginjal kronis sangat

kompleks.Glomerulonefritis, gagal ginjal akut hipertensi esensial

dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari gagal

ginjal kronik. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,

hipertensi, lupus eritematosus juga dapat menyebabkan gagal

ginjal kronis (Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia,

2016).

4) Manifestasi Klinis

a) Manifestasi kardiovaskular: hipertensi, gagal ginjal kongestif,

edema pulmonal.

b) Gejala dermatologis: gatal-gatal hebat (pruritus).

c) Gejala gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah dan cegukan,

penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam dalam mulut.

d) Keletihan dan letagik, sakit kepala, kelemahan umum (Brunner

& Sudart, 2013).

j. Arthritis

1) Definisi

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

43

Arthritis rheumatoid merupakan salah satu kelainan

multisystem yang etiologinya belum diketahui secara pasti dan

dikarakteristikkan dengan destruksi sinovitis (Brunner & Sudart,

2013).

2) Faktor resiko

Faktor resiko dalam peningkatan terjadinya artrritis

rheumatoid antara lain jenis kelamin perempuan, ada riwayat

keluarga yang menderita rematik, umur lebih tua, paparan salisilat

dan merokok.Resiko juga mungkin terjadi akibat konsumsi kopi

lebih dari tiga cangkir sehari, khususnya kopi decaffeinated

(Suarjana, 2009).

3) Etiologi

Etiologi Artritis Reumatoid belum diketahui dengan pasti.

Namun, kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang

kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009) :

a) Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor

ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60.

b) Faktor lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.

c) Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi

sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon

sel T sehingga muncul timbulnya penyakit ini.

4) Manifestasi Klinis

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

44

Menurut Suarjana tahun 2009 manifestasi klinis dari arthritis

remautoid terbagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi artikular

dan manifestasi ekstraartikular :

a) Manifestasi artikular yaitu berupa inflamasi sendi yang dapat

menyebabkan nyeri, bengkak, dan kekakuan sendi, serta

hidrops ringan. Tanda kardinal inflamasi berupa nyeri,

bengkak, kemerahan, dan teraba hangat mungkin ditemukan

pada awal atau selama kekambuhan, namun kemerahan dan

perabaan hangat mungkin tidak dijumpai pada arthritis kronik.

Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi

manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin

berupa gejala asimptomatik setelah bertahun-tahun dari onset

kejadian.

b) Manifestasi ekstraartikular jarang ditemukan pada arthritis

remautoid, secara umum manifestasi klinis penyakit ini

mengenai hampir seluruh bagian tubuh. Manifestasinya

meliputi :

a. Konstitusional, Tanda dan gejalanya berupa penurunan

berat badan, demam >38,3derajat C, kelelahan, malaise,

depresi, dan pada banyak kasus terjadi kaheksia yang

secara umum merefleksi derajat inflamasi dan kadang

mendahului terjadinya gejala awal pada kerusakan sendi.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

45

b. Nodul. Terjadi pada 30-4- penderita dan biasanya

merupakan level tertinggi aktivitas penyakitini. Saat di

palpasi nodul biasanya tegas, tidak lembut, dekat

periosteum, tendo atau bursa.

C. Faktor Sosio Demografi Pada Kejadian Penyakit Kronis

1. Umur

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Allorerung tahun 2016

yaitu sebagian besar responden penderita DM tipe 2 adalah responden

yang berusia 50-60 tahun, hal ini dikarenakan sebagian besar

responden berada pada usia beresiko.

Menurut jurnal penelitian yang dipaparkan oleh Kraja tahun

2016 didapatkan hasil bahwa responden dengan umur 66 tahun ke

atas menunjukkan prevalensi tertinggi penyakit kronis.

Tidak jauh berbeda dengan penelitian diatas penelitian yang

dikemukakan oleh Zhao tahun 2017 peserta lanjut usia yang berusia

80 tahun ke atas memiliki prevalensi penyakit kronis tertinggi. Tetapi

untuk peserta yang berusia 60-69 tahun memiliki prevalensi terendah

dari 4 penyakit kronis yaitu hipertensi, diabetes mellitus, ppok dan

stroke.

Kemudian menurut buku yang ditulis oleh Tamher dalam buku

Kesehatan Usia lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan tahun

2011 mengungkapkan usia lebih dari 40 tahun atau faktor penuaan

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

46

adalah faktor yang terkuat dari penyakit Artritis karena perubahan

tulang rawan sendi yang ada pada penuaan.

Hal ini dikarenakan seorang lanjut usia sudah dalam proses

penuaan, proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai

dengan tahapan-tahapan menurunya berbagai fungsi organ tubuh,

yang ditandai dengan semakin rentanya tubuh terhadap berbagai

serangan penyakit pada berbagai sistem yang dapat menyebabkan

kematian, hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga

terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ. Perubahan tersebut pada umumnya mempengaruh pada

kemunduran kesehatan fisik dan psikis (Fathmah, 2010).

2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian dari Zhao tahun 2017 yang meneliti tentang

prevalensi penyakit kronis dan faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit kronis termasuk di dalamnya faktor sosiodemografi,

penelitian ini menemukan bahwa jenis kelamin wanita dan pria

tidak berbeda jauh pada kondisi kronis hipertensi dan diabetes

mellitus, tetapi pada penyakit kronis sistem pernafasan PPOK dan

penyakit kronis sistem persarafan stroke jenis kelamin pria lebih

tinggi prevalensinya dibandingkan dengan wanita (PPOK 1,6 vs 0,5)

(stroke, 2,3 vs 1,5 ).

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

47

Sedangkan menurut penelitian lain menyebutkan bahwa

responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki resiko diabetes

melitus tipe 2 2,8kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki

(Allorerung,2016).

Sejalan dengan penelitian dari Allorerung (2016) penelitian

yang dilakukan oleh Kraja tahun 2016 yang membahas tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit kronis di India

menyebutkan bahwa prevalensi penyakit kronis lebih tinggi terjadi

pada wanita dibandingkan dengan laki-laki (25,2 vs 20,3).

3. Pekerjaan

Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang

diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang

bersangkutan. Bekerja ringan dan sedang merupakan bentuk aktivitas

fisik yang dapat memperlambat terjadinya penurunan fungsi tubuh

(Tamher, 2011).

Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia

dengan berbagai tujuan, pekerjaan dilakukan seseorang biasanya

untuk memenuhi kebutuhan hidup.Orang yang memiliki pekerjaan

yang lebih layak guna memenuhi semua kebutuhan hidupnya yang

memiliki kecenderungan untuk tingkat kesehatan dan perilaku

kesehatan yang lebih baik daripada orang yang memiliki tingkat

pekerjaan yang lebih rendah dengan asumsi memilki pekerjaan yang

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

48

layak akan lebih memperhatikan perilaku kesehatan untuk dirinya dan

lingkungan. Perilaku penderita penyakit kronis diharapkan memiliki

perhatian yang serius bagi kesehatannya (Notoatmodjo, 2012).

Chanjuan Zhao memaparkan penelitiannya bahwa seseorang

yang memiliki pekerjaan manual atau pekerjaan yang lebih banyak

menggunakan tenaga memiliki prevalensi penyakit kronis lebih

rendah daripada seseorang yang bekerja menggunakan intelektual

atau lebih sering menggunakan otaknya dan pensiunan, contohnya

seseorang yang sering bekerja di depan komputer (Zhao, 2017).

4. Penghasilan

Status ekonomi merupakan tingkat status suatu penghasilan

perekonomian dalam sosiologi yang dibagi atas kasta, ras dan

keluarga. Penghasilan dapat dilihat dari tinggi rendahnya penghasilan

setiap kepala keluarga. Status ekonomi suatu keluarga dalam kategori

tingkat tinggi yaitu apabila penghasilan kepala keluarga diatas rata-

rata berdasarkan upah minimum provinsi (UMR), sedangkan dalam

kategori rendah/bawah yaitu apabila penghasilan kepala keluarga

dibawah rata-rata berdasarkan upah minimum provinsi (UMR)

(Soerjono, 2009). Gaji UMR yang ada di Banyumas khususnya kota

Purwokerto menurut Keputusan Gubernur Nomor 560 / 94 / 2017

tentang Upah Minimum pada 35 (Tiga Puluh Lima) Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018adalah sebesar Rp. 1.589.000,-.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

49

Penelitian yang dilakukan oleh Zhao tahun 2017 di Haikou

China menyebutkan bahwa lanjut usia yang memiliki penghasilan

tinggi (pendapatan 6001 RMB/bulan) memiliki prevalensi penyakit

kronis hipertensi dan diabetes mellitus yang lebih tinggi dibandingkan

dengan lansia yang berpenghasilan rendah (pendapatan 1500

RMB/bulan), tetapi untuk jenis penyakit kronis stroke dan ppok lebih

banyak dijumpai pada lansia yang berpenghasilan rendah.

5. Pendidikan

Pendidikan umum bagi orang Indonesia adalah SD, SMP, SMA,

dan perguruan tinggi.Individu yang berpendidikan rendah memiliki

prevalensi yang yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang lansia

yang memiliki pendidikan tinggi (29 vs 21) (Kraja, 2016).Lansia

yang berpendidikan tinggi memiliki prevalensi tertinggi untuk

penyakit kronis hipertensi dan diabetes melitus, tetapi tidak untuk

penyakit kronis PPOK dan stroke (Zhao, 2017)

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang di

peroleh dibangku sekolah.Dimana menurut Notoatmodjo (2012)

pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan

yang diberikan kepada anak didik yang menuju dewasa.

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk berhubungan antara orang lain, baik individu,

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

50

diharapkan oleh perilaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan

pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya

dan keluarganya (Amijaya, 2009)

Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam

menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin

banyak pengalaman hidup yang dilaluinya. Umumnya lansia yang

memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih dapat produktif

(Tamher, 2011).

6. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh menjadi patokan untuk memantau apakah

berat badan seseorang tergolong kurang, ideal atau bahkan

kegemukan atau obesitas (Sutomo, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chanzuan Zhao (2017)

pada Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tidak ideal atau obesitas atau

kelebihan berat badan dianggap sebagai faktor resiko untuk kondisi

kronis, kelebihan berat badan atau obesitas telah menjadi masalah

kesehatan di China.

Kemudian menurut penelitian dari Mohan tahun 2016

didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara hipertensi,

hiperkolesterolmia, dan diabetes Melitus dengan kelebihan berat

badan dan obesitas.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

51

Cara menghitung indeks massa tubuh (IMT) adalah :

IMT𝐵𝐵/𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛/𝑘𝑔

𝑇𝐵/𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚2)

Tabel 2.2. Kategori Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat

badan tingkat berat

< 17,0

Kekurangan berat

badan tingkat ringan

17,0 – 18,4

Normal Berat badan ideal 18,5 -25,0

Gemuk Kelebihan berat badan

tingkat ringan

25,1 – 27,0

Obesitas Kelebihan berat badan

tingkat berat/ obesitas

>27,0

Sumber: (Sutomo,2009)

7. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang

diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan

lingkungan (Nugroho, 2012).

Menurut Suryani (2010) gaya hidup sehat menggambarkan pola

perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik,

mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat

meliputi kebiasaan tidur, makan, tidak merokok, berolahraga secara

teratur.

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

52

Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola

makan, olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau

rokok (Sutomo, 2009).

a. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga (pembakaran kalori), yang meliputi aktifitas fisik

sehari-hari dan olahraga, sedangkan menurut WHO yang dimaksud

dengan aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan paling sedikit

30 menit tanpa henti.Aktivitas fisik dibagi atas tiga tingkatan yakni

aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Aktivitas fisik ringan adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh,

aktivitas fisik sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata lain adalah bergerak

yang menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari biasanya, aktivitas

fisik berat adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran

tenaga cukup banyak (pembakaran kalori) (Nugroho, 2012).

Aktifitas fisik yang bermanfaat untuk kesehatan lansia

sebaiknya memenuhi kriteria frekuensi, intensitas, waktu dan tipe.

Frekuensi adalah seberapa sering aktivitas dilakukan, berapa hari

dalam satu minggu.Intensitas adalah seberapa keras suatu aktivitas

dilakukan.Biasanya diklasifikasikan menjadi intensitas rendah,

sedang, dan tinggi. Waktu mengacu pada durasi, seberapa lama suatu

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

53

aktivitas dilakukan dalam satu pertemuan, sedangkan jenis aktivitas

adalah jenis-jenis aktivitas fisik yang dilakukan (Ambardini, 2009).

Temuan yang diungkapkan oleh Ismail dkk tahun 2015 bahwa

lansia yang berusia lebih dari 75 tahun kemungkinan memiliki tingkat

aktivitas fisik yang rendah daripada mereka yang berusia kurang dari

65 tahun. Kemudian, jenis kelamin perempuan lebih tidak aktif

daripada jenis kelamin laki-laki.Pendidikan yang lebih tinggi lebih

mungkin untuk berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi seperti olahraga

atau terapi untuk kesehatan.

Untuk mengukur aktivitas fisik pada lansia menggunakan

kuesioner PASE (Physicial Activity Scale for the Eldery) ukuran

aktivitas fisik yang digunakan dalam skala ini membedakan dengan

jelas kegiatan menjadi 3 komponen yaitu; aktivitas waktu luang,

aktivitas rumah tangga, dan aktivitas terkait pekerjaan.Menurut jurnal

penelitian yang dilakukan oleh Ismail tahun (2015) bahwa skala

pengukuran aktivitas fisik dengan menggunakan skala PASE berguna

untuk menilai tingkat aktivitas fisik pada orang usia lanjut.

b. Pola makan

Hasil penelitian (Kiki, 2013) pola makan lansia yang sering

dikonsumsi harian untuk jenis makanan pokok adalah paling banyak

nasi dan jagung, lauk pauk paling banyak adalah tahu, tempe, telur,

ayam, ikan laut, teri, ikan asin sayuran paling banyak sayur bayam,

kacang panjang, daun singkong; buah-buahan paling banyak adalah

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

54

pisang dan pepaya.kebanyakan lansia yang mengkonsumsi daging

ayam, susu yang mengandung lemak dan gorengan yang banyak

mengandung minyak mengakibatkan kolesterol dalam darah

meningkat dan menjadi plak yang menempel di arteri.

Menurut Kiki, 2013 makanan sehat untuk lanjut usia yang

dianjurkan adalah sebagai berikut :

- Bahan makanan segar (tidak diawetkan)

- Bahan makanan sumber karbohidrat

- Bahan makanan sumber protein

- Bahan makanan sumber lemak

- Sayur-sayuran beragam

- Buah-buahan segar

- Minum air bening/putih 6-8 gelas sehari.

- Menggunakan bumbu-bumbu seperti bawang merah,

bawang putih, jahe, kunyit lada, gula dan garam dalam

porsi tertentu dan bumbu rempah lainnya untuk menambah

cita rasa.

c. Pola tidur

Tidur dianggap sebagai fungsi fisiologis dan psikologis

manusia.Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi fisiologis, jika

seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk

mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek negatif

(Nugroho, 2012).

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

55

Banyak penyakit yang dikaitkan dengan kurang tidur misalnya

kanker, gagal jantung, depresi , dimensia, dan penyakit kronis lainnya.

Kemudian pada penelitian ini menemukan bahwa gangguan pola tidur

umumnya terjadi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki tetapi

tidak ada hubungan linear antara usia dengan kualitas tidur (Bosse et

al, 2015).

Masalah istirahat tidur berhubungan dengan kelelahan,

kualitas hidup (fisik maupun mental), keluhan fisik, kecemasan, dan

kurangnya optimisme dan status sosial ekonomi. Dalam penelitian ini

juga menilai kualitas tidur dengan menggunakan PSQI (Pitthburg

Sleep Quality Index). PSQI yang dikembangkan oleh Buysee 1989

merupakan instrumen self-reportyang paling sering digunakan untuk

menilai kualitas tidur, terdiri dari 19 poin pertanyaan pribadi yang

berada di dalam 7 komponen nilai dan 5 pertanyaan untuk lansia, 19

poin itu mengkaji secara luas faktor yang berhubungan dengan tidur

seperti durasi tidur, latensi tidur dan masalah tidur.

d. Perilaku merokok

Perilaku merokok merupakan faktor resiko hampir seluruh

penyakit tidak menular. Kandungan racun dalam rokok

membahayakan kesehatan seseorang baik asap yang dihisap langsung

saat merokok maupun yang keluar dari ujung rokok, bahan kimia

tersebut apabila berinteraksi dan berakumulasi secara kronis dapat

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

56

menimbulkan penyakit kanker, jantung dan penyakit pada organ paru

(Fathmah, 2010).

Merokok merupakan faktor resiko yang potensial untuk

ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi

khususnya dan penyakit kardiovaskular secara umum di Indonesia

(Nugroho,2012).

Menurut penelitian Kraja (2016) perokok aktif adalah pengaruh

positif terjadinya penyakit kronis yang ada pada lansia.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Chanjuan Zhao (2017)

lansia yang merokok aktif memiliki prevalensi tertinggi penyakit

hipertensi, PPOK, DM dan stroke. Kemudian untuk penyakit ISPA

kebiasaan merokok pada orang tua bisa menjadi 2x lipat episode ISPA

(Hidayat, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati tahun 2010 tentang

merokok ada temuan bahwa jumlah batang rokok yang dihisap perhari

bisa sampai 24 batang/hari.Sehingga berdasarkan kategori perokok

termasuk perokok berat.

Kategori perokok menurut Depkes (2009) dibagi menjadi tiga

kategori yaitu perokok ringan (1-10 batang per hari), perokok sedang

(11-20 batang per hari), perokok berat (lebih dari 20 batang per hari).

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

57

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Zhao, 2017; Sutomo,2009; Dewi, 2014; Riskesda, 2018)

Gaya Hidup

1. Aktivitas Fisik

2. Pola makan

3. Pola tidur

4. Perilaku merokok

Penyakit Kronis :

1. Penyakit kronis

menular

2. Penyakit kronis tidak

menular

Tanda dan gejala penyakit

kronis

Faktor Sosio Demografi

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Penghasilan

4. Pekerjaan

5. Pendidikan

6. IMT

Perubahan Sistem Organ

Pada Lansia

Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

58

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: yang diteliti

F. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan antara faktor sosio demografi dengan

penyakit kronis pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang 1.

Ho : Tidak ada hubungan antara faktor sosio demografi

dengan penyakit kronis pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang

1.

Faktor-faktor sosio

demografi :

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Pekerjaan

4. Penghasilan

5. Pendidikan

6. IMT

7. Gaya hidup

Penyakit

kronis

Penyakit kronis menular

Penyakit kronis tidak

menular