Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia (Maryam, 2012). Secara biologis penduduk
lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara
terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik,
yaitu semakin rentanya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ (Pandji,
2012).
Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik atau biologis,
kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut,
bahkan juga masyarakat menganggap seakan-akan tugas-tugasnya
sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan
diri dari pergaulan bermasyarakat yang merupakan salah satu ciri fase
ini. Dalam fase ini, biasanya usia lanjut merenungkan hakikat
hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya
pada Tuhan (Tamher, 2011).
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
13
2. Teori Proses Menua
Penuaan atau proses menjadi tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita (Effendi, 2009).
Dr. H. Sudrajat, MSc., dalam buku Pandji (2012) menjelaskan
bahwa faktor penyebab penuaan secara internal antara lain hormon
berkurang, radikal bebas, diabetes mellitus, apoptosis (kerusakan sel
oleh sel itu sendiri), imunitas menurun dan gen. sedangkan eksternal
adalah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, olahraga tidak sehat,
polusi lingkungan, stress dan kemiskinan.
Gejala penuaan akan terlihat seperti kulit kering, keriput, massa
otot berkurang, daya ingat menurun, lemak meningkat, sakit tulang
dan daya seksual merosot. Lalu dari segi psikis akan tampak
menurunnya gairah hidup, mudah cemas, sulit tidur , mudah
tersinggung dan merasa tidak berarti lagi (Pandji, 2012).
Teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut Maryam
(2012), yaitu teori biologi, teori psikologis dan teori spiritual.
a. Teori biologis
Teori biologis mencakup teori genetik dan mutasi, immunology
slowvirustheory , teori stress, teori radikal bebas dan teori rantai
silang.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
14
b. Teori psikologis
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan kekurangan mental dan keadaan
fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas
motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri
dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan
seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-
nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.
c. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi
individu tentang arti kehidupan.
3. Klasifikasi Lanjut Usia
Di Indonesia, batasan lansia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini di
pertegas dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2012).
Menurut (Maryam, 2012), berikut ini adalah lima klasifikasi pada
lansia:
a. Pralansia: Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia: Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
15
c. Lansia resiko tinggi: Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki
masalah kesehatan.
d. Lansia potensial: Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial: Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
4. Perubahan Sistem Organ Tubuh Akibat Proses Menua
Ketika lansia mengalami perubahan akibat proses menua,
fungsi independen lansia akan mengalami gangguan. Pendekatan
keperawatan diperlukan untuk mencegah kehilangan fungsi lebih
lanjut dan meningkatkan kualitas perawatan diri.Berikut ini adalah
perubahan sistem organ tubuh pada lansia (Dewi, 2014).
a. Sistem kardiovaskular
Sistem kardiovaskular mengalami penurunan efisiensi sejalan
dengan proses menua. Perubahan yang terjadi akibat proses menua
yaitu kekuatan otot jantung menurun, katup jantung mengalami
penebalan dan menjadi lebih kaku, dinding arter menjadi kurang
elastis, dinding kapiler menebal sehingga menyebabkan
melambatnya pertukaran nutrisi dan zat sisa metabolisme antara
sel dan darah
b. Sistem pernafasan
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
16
Perubahan sistem respirasi akibat proses menua antara lain cavum
thorak menjadi kaku seiring dengan proses kalsifikasi kartilago,
otot abdomen melemah sehingga menurunkan usaha nafas baik
inspirasi maupun ekspirasi.
c. Sistem muskuloskeletal
Sebagian besar lansia mengalami perubahan postur, penurunan
rentang gerak, dan gerakan yang melambat.
d. Sistem integumen
Perubahan pada sistem integumen akibat proses menua antara lain
elastisitas kulit menurun, sehingga kulit berkerut dan kering, pada
kelenjar keringat terjadi penurunan ukuran dan jumlah.
e. Sistem gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal antara lain
pada organ lambung terjadi penurunan sekresi asam lambung
menyebabkan gangguan absorbsi, reflek telan melemah sehingga
meningkatkan resiko aspirasi.
f. Sistem urinaria
Meski terjadi penurunan aliran darah ke ginjal dan terjadi
penurunan massa ginjal, selama tidak terjadi suatu penyakit maka
sistem urinaria masih dapat berfungsi dengan baik.
g. Sistem persarafan
Terjadi penurunan jumlah neuron di otak dan batang otak, dapat
terjadi insomnia dan mudah terbangun di malam hari
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
17
h. Sistem sensori
Perubahan akibat proses menua pada penglihatan yaitu terjadi
penurunan kemampuan objek dekat, kemampuan melihat pada
malam hari menurun, pada pendengaran terjadi penurunan
kemampuan untuk mendengarkan suara berfrekuensi tinggi.
B. Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan permasalahan kesehatan serius dan
penyebab kematian terbesar di dunia, pada tahun 2008 penyakit kronis
menyebabkan kematian pada 36 juta orang di seluruh dunia. Berdasarkan
hasil temuan Riskesda pada tahun 2013, penyakit kronis merupakan
sepuluh penyebab utama kematian di Indonesia (Kementerian Kesehatan
RI, 2016).
Sakit kronis adalah rasa sakit terus-menerus setelah identifikasi
etiologi serangan awal.Mungkin kurang intens setelah 4 sampai 6 bulan,
atau dapat pada tingkat sakit yang sama ( Digiulia, 2014).
Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun, namun biasanya tidak dapat
disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan kesehatan
(Hanafiah, 2009)
Penyakit kronis merupakan penyakit yang tidak mudah disembuhkan,
cenderung berkepanjangan, dan biasanya bersifat permanen.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
18
Penyakit ini merupakan kondisi yang akan menjadi bagian dari
kehidupan seseorang (Brunner & Sudart, 2013).
Penyakit kronis dibedakan menjadi dua yaitu penyakit kronis
menular dan penyakit kronis tidak menular.Penyakit menular adalah
penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang
mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau
hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential
host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara
(vector) atau lingkupan hidup.Paling tidak ditemukan sekitar 30 penyakit
infkesi paru yang di perkirakan berkaitan dengan perkembangan
teknologi, sejumlah penyakit infeksi yang sebelumnya tidak diketahui
mulai terindentifikasi (Hanafiah, 2009).
Menurut Riskesda (2018) jenis penyakit kronis menular dibedakan
menjadi 3 yaitu penyakit yang ditularkan dari udara (TBC, Pneumonia),
penyakit yang ditularkan melalui makanan, air dan lainnya (Hepatitis).
Menurut Riskesda (2018)penyakit tidak menular (PTM)
merupakan penyakit yang tidak ditularkan dari orang ke orang.PTM
mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang
lambat.Contoh penyakit kronis tidak menular menurut Riskesdas adalah
Asmabronkial, PPOK, Kanker, DM, Hipertiroid, Hipertensi, Jantung
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
19
koroner, Gagal jantung, Stroke, Gagal Ginjal Kronis, dan Penyakit
sendi/rematik.
Adapun jenis-jenis penyakit kronis menurut Riskesda (2018)
adalah sebagai berikut :
1. Penyakit Kronis Menular
a. TBC
1) Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycrobacterium tuberculosis yang merupakan kuman aerob yang
dapat hidup terutama di patu atau berbagai organ tubuh lainnya
yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Rab, 2010).
2) Faktor Resiko
Berbagai faktor resiko mempengaruhi perkembangan TB
paru diantaranya (Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia,
2016):
a) Infeksi HIV. Pada pasien yang terinfeksi HIV terjadi penurunan
dan disfungsi limfosit T CD4 secara progresif disertai dengan
terjadinya defek fungsi makrofag dan monosit.
b) Diabetes Melitus (DM). Pada pasien DM dengan kadar gula
yang tinggi akan memicu terjadinya defek imunologi .
c) Kemiskinan diidentikan dengan malnutrisi, keadaan malnutrisi
menurunkan resistansi terhadap infeksi.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
20
3) Etiologi
Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri
Mycrobacterium tuberculosis.Bakteri ini berbentuk batang dan
memiliki panjang 1-4 um. Kuman ini memiliki sifat tahan
terhadap asam karena dilapisi oleh lemak/lipid, sifat lain dari
kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak
mengandung oksigen (Dosen Keperawatan Medikal Bedah
Indonesia, 2016).
4) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada kondisi Tuberkulosis(Nurarif, 2015):
a) Demam 40-41 derajat Celcius, serta batuk/batuk darah.
b) Sesak nafas dan nyeri dada.
c) Malaise, keringat malam.
d) Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada.
e) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit.
b. Pneumonia
1) Definisi
Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru yang
biasanya berhubungan dengan peningkatan cairan alveolar dan
interstisial (Black & Hawks, 2014).
2) Klasifiasi Etiologi
Jenis-jenis pneumonia berdasarkan faktor penyebabnya
(Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2016):
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
21
a) Pneumonia bakterialis (Strepcococcus pneumonia,
Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, Haemopillus
influenza).
b) Pneumonia atipikal (Legionella pneumophilla, Mycoplasma
pneumonia, Pneumocyctis carinii).
3) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pneumonia (Nurarif, 2015):
a) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi pertama.
b) Meningmus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi
meninges.
c) Muntah.
d) Diare.
e) Batuk dan bunyi pernafasan seperti mengi atau mengorok.
c. Hepatitis
1) Definisi
Hepatitis adalah peradangan pada sel hati yang disebabkan
oleh infeksi virus ataupun toksin yang menghasilkan kumpulan
perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Dosen
Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2016).
2) Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah
terkena hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri.Hepatitis
yang dapat menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
22
hepatitis E, lebih beresiko pada pekerja pengolahan air atau limbah. Untuk
hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B, C
dan D lebih beresiko
pada: petugas medis, pengguna NAPZA dengan jarum
suntik, berganti-ganti pasangan seksual, orang yang sering
menerima transfusi darah (Dosen Keperawatan Medikal Bedah
Indonesia, 2016).
3) Klasifikasi Etiologi
Klasifikasi etiologi hepatitis (Dosen Keperawatan Medikal
Bedah Indonesia, 2016):
a) Hepatitis A
a. Hepatitis A adalah jenis hepatitis yang umumnya bersifat
jinak, dalam waktu tertentu dapat sembuh dengan
sendirinya
b. Waktu inkubasi 2-6 minggu
c. Tidak menyebabkan infeksi kronis
d. Cara penularan penyakit ini fekal-oral
b) Hepatitis B (HBV)
a. Bentuk peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh
infeksi virus hepatitis B.
b. Berpotensi menyebabkan penyakit hati akut dan kronis.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
23
c. Virus hepatitis B menular dengan cara; hubungan seksual,
berbagi jarum suntik, kontak langsung dengan darah,
menurun dari ibu ke anak.
d. Masa inkubasi 15-180 hari
e. Infeksi persisten dihubungkan dengan hepatitis kronis,
sirosis dan kanker hati.
c) Hepatitis C (HCV)
a. Hepatitis C adalah peradangan pada sel-sel hati yang
disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C.
b. Berpotensi menjadi hepatitis kronis, yang mungkin serius
atau bahkan fatal.
c. Masa inkubasi 15-160 hari.
d. Cara penularan: IVDU (alat suntik yang tidak steril, biasa
digunakan pada pengguna penyalahgunaan narkotika
suntik) dan penetrasi jaringan, resepien produk darah,
transmisi seksual, maternal neonatal, tidak terdapat bukti
penyebaran lewat fekal-oral.
d) Hepatitis D (DHV)
a. Peradangan yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D.
b. Penyebaran melalui hubungan intim dengan penderita,
menggunakan jarum suntik dan obat-obatan secara
bersamaan, bayi dari wanita penderita hepatitis D.
c. Masa inkubasi 4-7 hari.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
24
e) Hepatitis E (HEV)
a. Hepatitis E adalah peradangan pada sel-sel hati yang
disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E.
b. Ditularkan melalui jalur fekal-oral.
c. Masa inkubasi rata-rata 40 hari.
d. HEV RNA terdapat di dalam tinja dan serum selama fase
akut.
4) Manifestasi klinis
Gejala umum yang biasanya ada pada penyakit hepatitis
adalah (Nurarif, 2015):
a) Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam
dan lemas.
b) Feses berwarna pucat.
c) Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan.
d) Nyeri perut.
e) Berat badan turun.
f) Urin menjadi gelap seperti teh.
g) Kehilangan nafsu makan.
2. Penyakit Kronis Tidak Menular
a. Asma Bronchial
1) Definisi
Asma bronchial adalah satu hiperreaksi dari bronkus dan
trakea, sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
25
bersifat reversible.Akibatnya setiap hari pasien dengan asma
bronchial akan mengalami kesulitan bernafas (Naga, 2012).
2) Faktor resiko
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronchial (Titih, 2018):
a) Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Karena ada bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkial jika terpapar dengan faktor
pencetus. Selain itu, hiperventilasi saluran pernafasannya
juga bisa diturunkan.
b.) Faktor presipitasi
1. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
- Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. Contoh :
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi
- Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh : makanan
dan obat-obatan.
3) Klasifikasi Etiologi
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
26
Berdasarkan penyebabnya asma bronchial dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tipe (Titih, 2018),yaitu :
a) Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora
jamur.Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
b.) Instrinsik (non-alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non-alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak di ketahui,
seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi.Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan berkembang menjadi bronkitis kronik dan emfisema.
4) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala asma bronchial menurut Naga (2012) antara lain
:
a) Serangan asma sering terjadi pada tengah malam.
b) Nafas terasa sesak dan suara nafas mengi.
c) Batuk kering tanpa sputum.
d) Penderita akan merasakan konstriksi di dalam dadanya, seperti
ada rasa nyeri seperti ada luka di dada.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
27
e) Warna sputum sangat khas yaitu tampak keputih-putihan.
b. PPOK
1) Definisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan
penyakit yang ditandai keterbatasan aliran udara yang tidak
reversibel sepenuhnya.Keterbatasan aliran udara biasanya
progresif dan berkaitan dengan respons inflamasi abnormal pada
paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Morton, 2012).
2) Faktor resiko
Merokok dan iritan yang terkandung didalamnya
mengganggu pergerakan silia, menghambat fungsi makrofag
alveolar, dan menyebabkan kelenjar penghasil mukus mengalami
hipertropi. Merokok juga menghasilkan emfisema atau kerusakan
jalan nafas dan konstriksi otot polos, meningkatkan resisten jalan
nafas. Faktor lain yang berkontribusi, antara lain udara, pajanan
pekerjaan terhadap debu atau gas berbahaya, infeksi jalan nafas,
dan faktor familial dan genetik (LeMone, 2017).
3) Etiologi
Menurut Marya (2013) membahas tentang penyebab
terjadinya PPOK yang paling sering adalah :
a) Merokok
Pada saluran nafas, merokok menyebabkan gangguan
gerak silia, menghambat fungsi sel-sel makrofag alveoli dan
menimbulkan hipertrofi serta hyperplasia sel-sel goblet dan
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
28
kelenjar mukus pada percabangan bronkus. Ketiga perubahan
ini mengakibatkan kelainan yang secara klinis diberi nama
bronkitis kronis.
b) Faktor genetik
Faktor genetik dapat memudahkan terjadinya PPOK;
predisposisi ini mungkin timbul melalui defisiensi aktivitas
anti-tripsin yang normalnya terdapat didalam paru-paru untuk
melawan kerja enzim elastase dan enzim-enzim proteolitik
lainnya yang dihasilkan oleh leukosit.
4) Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis COPD atau PPOK beragam dari
bronkitis kronis sederhana tanpa disabilitas hingga gagal nafas
kronis dan disabilitas berat.Batuk biasanya terjadi di pagi hari dan
sering kali melengkapi “batuk perokok”. Pasien seringkali kurus,
takipnea, menggunakan otot aksesoris pernafasan dan sering kali
menerapkan posisi duduk dan bersandar kedepan (Lemone, 2017).
c. Kanker
1) Definisi
Kanker adalah kelainan sel dan sebagian menyebut tumor
(bengkak) yang dibuat dari massa sel. Tumor yang terlihat adalah
hasil akhir dari keseluruhan rangkaian perubahan yang
membutuhkan waktu bertahun-tahun (Rahman, 2017).
2) Faktor resiko
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
29
Banyak faktor yang terlibat dalam pengembangan kanker.
Faktor-faktor tersebut antara lain: faktor endogen seperti
predisposisi genetik dan eksogen faktor seperti paparan karsinogen
lingkungan dan agen infeksius. Faktor usia merupakan faktor
resiko terbesar dalam mengembangkan kanker.Selain itu ada
beberapa faktor resiko terjadinya pengembangan kanker yaitu
tembakau, pekerjaan, faktor diet, kegemukan (Rahman, 2017).
3) Jenis Kanker
Terdapat jenis-jenis kanker yang banyak ditemukan dan
mematikan adalah sebagai berikut (Haryanto, 2009) :
a) Kanker paru-paru dan bronchial. Penyebab utamanya adalah
kebiasaan merokok dan penggunaan produk tembakau.
b) Kanker kolon dan rektum.
c) Kanker payudara. Kanker ini biasanya terbentuk di dalam
saluran yang membawa susu ke kelenjar susu yang
menghasilkan susu pada wanita.
d) Kanker pankreas.
e) Kanker prostat.
f) Leukemia.
g) Kanker hati dan saluran empedu intrahepatik.
h) Kanker ovarium.
i) Kanker kandung kemih.
j) Kanker ginjal.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
30
k) Kanker tiroid.
4) Manifestasi Klinis
Gejala umum kanker biasanya tergantung pada jenis,
tempat dan stadium kanker (Haryanto, 2009):
a.) Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misal pada
payudara maka akan terjadi pembengkakan di payudara).
b.) Terjadi perubahan warna.
c.) Demam terus-menerus.
d.) Batuk terus-menerus (terutama pada kanker paru) atau
perubahan suara ( pada kanker leher).
e.) Terjadinya perubahan pada sistem tubuh yang terkena kanker.
f.) Penurunan nafsu makan.
g.) Wajah semakin pucat.
h.) Keluar cairan tidak normal.
d. Diabetes mellitus
1) Definisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang
umum terjadi pada dewasa yang membutuhkan supervise medis
berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada pasien. Namun,
bergantung pada tipe DM dan usia pasien, kebutuhan dan asuhan
keperawatan pasien dapat sangat berbeda (LeMone, 2018).
2) Faktor Resiko
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
31
Menurut Riyadi dalam buku Keperawatan Medikal Bedah
tahun 2011, faktor resiko terjadinya Diabetes Mellitus adalah
sebagai berikut:
a) Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel b, antara
lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas, dan kehamilan.
b) Gangguan sistem imunitas.
c) Kelainan insulin.
3) Klasifikasi Etiologi
Menurut Black& Hawks (2014) dalam buku Keperawatan
Medikal Bedah edisi ke 8, menyebutkan ada 2 jenis klasifikasi
DM:
a) DM tipe 1
Sebelumnya disebut IDDM, ditandai dengan destruksi sel beta
pankreas, mengakibatkan defisiensi insulin absolute.DM tipe
1 diturunkan sebagai heterogen, sifat multigenik.
b) DM tipe 2
DM tipe 2 sebelumnya disebut NIDDM adalah gangguan yang
melibatkan baik genetik maupun faktor lingkungan. DM tipe 2
biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum
diantara dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnik serta populasi
ras tertentu.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
32
4) Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dan gejala diabetes melitus menurut
klasifikasinya menurut Digiulia (2014) yaitu :
Tipe I :
a) Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi.
b) Nafsu makan meningkat karena sel-sel kekurangan energi,
sinyal bahwa perlu makan banyak.
c) Haus meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa,
urinasi meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa.
d) Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel.
e) Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.
f) Penyembuhan tertunda/ lama karena naiknya kadar glukosa di
dalam darah menghalangi proses kesembuhan.
Tipe II :
a) Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi.
b) Haus meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa.
c) Urinasi meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa.
d) Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.
e) Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di
dalam darah menghalangi proses kesembuhan.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
33
e. Hipertiroid
1) Definisi
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau
gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan
oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif (Manurung dkk, 2017).
2) Faktor resiko
Faktor resiko terjadi penyakit hipertiroid adalah (Tandra, 2011):
a) Faktor merokok: merokok bisa membentuk penyakit Graves,
dibandingkan dengan bukan perokok, orang yang mempunyai
kebiasaan merokok bukan hanya lebih mudah terkena
penyakit Graves tetapi bisa mengalami komplikasi pada mata
10 kali lipat.
b) Faktor diet: kelebihan yodium pada makanan juga dapat
mempengaruhi fungsi tiroid. Dimulai dengan penekanan
fungsi tiroid beberapa saat, yang kemudian dilanjutkan dengan
hipertiroid yang semakin hebat.
c) Fungsi hormon: perubahan semua hormon di dalam tubuh bisa
berpengaruh pada tiroid kita.
d) Faktor radiasi.
e) Faktor obat-obatan.
f) Faktor penyakit tertentu.
3) Etiologi
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
34
Penyebab paling umum dari hipertiroid adalah penyakit
gangguan autoimun Graves. Dalam gangguan ini, tubuh membuat
antibodi yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin yang
menyebabkan kelenjar tiroid membuat terlalu banyak tiroid. Selain
penyakit Graves hipertiroid juga bisa disebabkan oleh nodular
gondok beracun, yang merupakan benjolan atau nodul pada
kelenjar tiroid yang menyebabkan tiroid untuk memproduksi
hormone tiroid. Selain itu, radang kelenjar tiroid yang disebut
tiroiditis akibat virus atau masalah dengan sistem kekebalan tubuh
dapat menyebabkan sementara gejala hipertiroid (Aleppo, 2015).
4) Manifestasi Klinis
Hipertiroid mempunyai tanda dan gejala yang bervariasi
yaitu (Manurung dkk, 2017):
a) Banyak keringat.
b) Sering BAB, kadang diare.
c) Jantung berdebar kencang.
d) Denyut nadi tidak teratur terutama pada usia diatas 60 tahun.
e) Tekanan darah meningkat.
f) Terjadi perubahan pada mata bertambahnya pembentukan air
mata, iritasi dan peka terhadap cahaya.
f. Hipertensi
1) Definisi
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
35
Hipertensi adalah isu kesehatan masyarakat yang penting:
saat hipertensi jarang menyebabkan gejala atau keterbatasan nyata
pada kesehatan fungsional pasien, hipertensi adalah faktor resiko
utama pada penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke.
Hipertensi dan akibatnya tidak unik di Amerika Serikat, WHO
(World Health Organization) mengidentifikasi tekanan darah di
atas tingkat normal (TD sistolik 115 mmHg) sebagai penyebab 62
penyakit serebrovaskular dan 49 penyakit jantung iskemik di
seluruh dunia (LeMone, 2018).
2) Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Kategori Tekanan darah
sistol (mmHg)
Tekanan darah diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal – tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Subgroup: perbatasan 140-149 ≤90
Sumber: (Suparto, 2010)
3) Faktor Resiko
Menurut Saputra, 2014 faktor resiko terjadinya hipertensi
adalah sebagai berikut :
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
36
a) Jenis kelamin &usia tua: laki-laki berusia 35-50 tahun dan
wanita premenopouse beresiko tinggi untuk mengalami
hipertensi.
b) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
c) Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
d) Berat badan: obesitas (>25 diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
4) Klasifikasi Etiologi
Menurut Udjianti (2010) dalam buku Keperawatan
Kardiovaskular adalah sebagai berikut:
a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90 dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
esensial yang di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang tidak di ketahui penyebabnya (idiopatik).
b) Hipertensi sekunder
Merupakan 10 dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit
ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya
hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
37
coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis,
gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume
intravascular, luka bakar, dan stress.
5) Manifestasi Klinis
Menurut buku Keperawatan Medikal Bedah
(Digiulia,2014) tanda dan gejala hipertensi yaitu :
a) Asimsomatik.
b) Sakit kepala .
c) Pusing.
g. Stroke
1) Definisi
CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa dikenal oleh
masyarakat dengan istilah stroke.Istilah ini lebih populer
dibanding dengan CVA, kelainan ini terjadi pada organ otak.
Lebih tepatnya adalah gangguan pembuluh darah otak berupa
penurunan kualitas pembuluh darah otak.Stroke menyebabkan
angka kematian yang tinggi (Padila, 2012).
2) Faktor Resiko
Menurut Padila dalam buku Keperawatan Medikal Bedah
(2012) faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1) Faktor resiko yang dapat dicegah :
a) Perokok.
b) Penyakit jantung (fibrasi jantung).
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
38
c) Tekanan darah tinggi.
d) Peningkatan jumlah sel darah merah (policitemia).
e) TIA (Transient Ischemic Attack).
2) Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
a) Usia.
b) Peningkatan tekanan karotis (indikasi terjadinya
artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan stroke).
c) DM (Diabetes Mellitus).
d) Keturunan.
e) Pernah terserang stroke.
3) Klasifikasi etiologi
Klasifikasi stroke berdasarkan keadaan patologis menurut
Aru W (2009):
a) Stroke Iskemia (non hemorogik) yaitu tersumbatnya pembuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti, 80 stroke adalah stroke iskemik.
b) Stroke Haemoragik. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
ke otak. Hampir 70 kasus stroke hemorogik terjadi pada
penderita hipertensi.
4) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Stroke menurut Digiulia (2014) adalah
sebagai berikut :
a) Ketidakseimbangan mental.
b) Disorientasi, bingung.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
39
c) Perubahan emosional, perubahan kepribadian.
d) Afasia (sulit berbicara; mungkin reseptif, ekspresif).
e) Kata-kata tidak jelas.
f) Perubahan sensori.
g) Kekebalan unilateral atau kelemahan pada wajah dan kaki-
tangan.
h) Gejala-gejala TIA serupa namun durasinya singkat dan sembuh.
h. Gagal Jantung
1) Definisi
Gagal jantung terjadi saat jantung tidak mampu memompa
darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh. Dampak dari penurunan curah jantung adalah
memburuknya perfusi atau aliran darah ke berbagai organ tubuh
dan kongesti vaskular pada sirkulasi paru maupun sistemik (Dosen
Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2016).
2) Faktor Resiko
Sedangkan menurut Padila (2012) faktor pencetus terjadinya
gagal jantung yaitu hipertensi dapat meningkatkan resiko.
Peningkatan tekanan darah mempercepat arterosklerosis sehingga
rupture dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahun lebih cepat
daripada orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat
dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
40
perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekanan dalam
beberapa cara terlibat langsung. Akibatnya, lebih tinggi tekanan
darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskuler.
3) Etiologi
Menurut buku Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
yang disusun oleh Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia
(2016) etiologi gagal jantung adalah :
a) Penyakit arteri koroner. Arterosklerosis arteri koroner
merupakan penyebab utama gagal jantung. Penyakit arteri
koroner ini ditemukan pada lebih dari 60 pasien gagal jantung.
b) Iskemia/ infark miokard. Iskemia menyebabkan disfungsi
miokardial akibat hipoksia dan asidosis akibat akumulasi asam
laktat.
c) Kardiomipati. Kardiomipati merupakan penyakit pada otot
jantung dan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu dilatasi,
hipertrofi dan restriktif.
d) Hipertensi. Hipertensi sistemik maupun pulmonary
meningkatkan afterload (tahanan terhadap ejeksi jantung).
Kondisi ini dapat menyebabkan beban jantung dan memicu
terjadinya hipertrofi tersebut.
e) Penyakit katup jantung. Katup jantung berfungsi untuk
memastikan bahwa darah mengalir dalam satu arah dan
mencegah terjadinya aliran balik. Disfungsi katup jantung
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
41
membuat aliran darah kearah depan terhambat, meningkatnya
tekanan dalam ruang jantung, dan meningkatnya beban
jantung.
4) Manifestasi Klinis
Pada umumnya, gagal jantung bersifat kronis. Artinya
gejala-gejala penyakit ini terkadang timbul secara bertahap,
bahkan periodenya hingga beberapa bulan dan tahun. Namun pada
kasus lain, ada juga gejala-gejala yang timbul secara mendadak.
Beberapa timbulnya gagal jantung, yaitu dispnea, edema, dan
sianosis (Naga, 2012).
i. Gagal Ginjal Kronis
1) Definisi
Gagal ginjal merupakan gangguan sebagian atau total dari
fungsi ginjal yang mengakibatkan ketidakmampuan ginjal untuk
mengekresikan hasil sampah metabolisme dan air. Gagal ginjal
kronis berhubungan dengan perkembangan penyakit
kardiovaskular (Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia,
2016).
2) Faktor Resiko
a) Umur merupakan faktor resiko penyakit degeneratif yang tidak
dapat dihindari. Semakin bertambahnya umur semakin
meningkat pula resiko untuk mengalami gagal ginjal kronis.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
42
b) Riwayat keluarga sedarah juga meningkatkan resiko gagal
ginjal kronis sebesar 2,58 kali.
c) Mempunyai riwayat penyakit batu ginjal.
d) Konsumsi minuman berenergi & minuman bersoda (Delima &
Emiliana et al, 2014).
3) Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronis sangat
kompleks.Glomerulonefritis, gagal ginjal akut hipertensi esensial
dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari gagal
ginjal kronik. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
hipertensi, lupus eritematosus juga dapat menyebabkan gagal
ginjal kronis (Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia,
2016).
4) Manifestasi Klinis
a) Manifestasi kardiovaskular: hipertensi, gagal ginjal kongestif,
edema pulmonal.
b) Gejala dermatologis: gatal-gatal hebat (pruritus).
c) Gejala gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah dan cegukan,
penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam dalam mulut.
d) Keletihan dan letagik, sakit kepala, kelemahan umum (Brunner
& Sudart, 2013).
j. Arthritis
1) Definisi
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
43
Arthritis rheumatoid merupakan salah satu kelainan
multisystem yang etiologinya belum diketahui secara pasti dan
dikarakteristikkan dengan destruksi sinovitis (Brunner & Sudart,
2013).
2) Faktor resiko
Faktor resiko dalam peningkatan terjadinya artrritis
rheumatoid antara lain jenis kelamin perempuan, ada riwayat
keluarga yang menderita rematik, umur lebih tua, paparan salisilat
dan merokok.Resiko juga mungkin terjadi akibat konsumsi kopi
lebih dari tiga cangkir sehari, khususnya kopi decaffeinated
(Suarjana, 2009).
3) Etiologi
Etiologi Artritis Reumatoid belum diketahui dengan pasti.
Namun, kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang
kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009) :
a) Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor
ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60.
b) Faktor lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.
c) Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi
sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon
sel T sehingga muncul timbulnya penyakit ini.
4) Manifestasi Klinis
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
44
Menurut Suarjana tahun 2009 manifestasi klinis dari arthritis
remautoid terbagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi artikular
dan manifestasi ekstraartikular :
a) Manifestasi artikular yaitu berupa inflamasi sendi yang dapat
menyebabkan nyeri, bengkak, dan kekakuan sendi, serta
hidrops ringan. Tanda kardinal inflamasi berupa nyeri,
bengkak, kemerahan, dan teraba hangat mungkin ditemukan
pada awal atau selama kekambuhan, namun kemerahan dan
perabaan hangat mungkin tidak dijumpai pada arthritis kronik.
Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi
manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin
berupa gejala asimptomatik setelah bertahun-tahun dari onset
kejadian.
b) Manifestasi ekstraartikular jarang ditemukan pada arthritis
remautoid, secara umum manifestasi klinis penyakit ini
mengenai hampir seluruh bagian tubuh. Manifestasinya
meliputi :
a. Konstitusional, Tanda dan gejalanya berupa penurunan
berat badan, demam >38,3derajat C, kelelahan, malaise,
depresi, dan pada banyak kasus terjadi kaheksia yang
secara umum merefleksi derajat inflamasi dan kadang
mendahului terjadinya gejala awal pada kerusakan sendi.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
45
b. Nodul. Terjadi pada 30-4- penderita dan biasanya
merupakan level tertinggi aktivitas penyakitini. Saat di
palpasi nodul biasanya tegas, tidak lembut, dekat
periosteum, tendo atau bursa.
C. Faktor Sosio Demografi Pada Kejadian Penyakit Kronis
1. Umur
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Allorerung tahun 2016
yaitu sebagian besar responden penderita DM tipe 2 adalah responden
yang berusia 50-60 tahun, hal ini dikarenakan sebagian besar
responden berada pada usia beresiko.
Menurut jurnal penelitian yang dipaparkan oleh Kraja tahun
2016 didapatkan hasil bahwa responden dengan umur 66 tahun ke
atas menunjukkan prevalensi tertinggi penyakit kronis.
Tidak jauh berbeda dengan penelitian diatas penelitian yang
dikemukakan oleh Zhao tahun 2017 peserta lanjut usia yang berusia
80 tahun ke atas memiliki prevalensi penyakit kronis tertinggi. Tetapi
untuk peserta yang berusia 60-69 tahun memiliki prevalensi terendah
dari 4 penyakit kronis yaitu hipertensi, diabetes mellitus, ppok dan
stroke.
Kemudian menurut buku yang ditulis oleh Tamher dalam buku
Kesehatan Usia lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan tahun
2011 mengungkapkan usia lebih dari 40 tahun atau faktor penuaan
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
46
adalah faktor yang terkuat dari penyakit Artritis karena perubahan
tulang rawan sendi yang ada pada penuaan.
Hal ini dikarenakan seorang lanjut usia sudah dalam proses
penuaan, proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai
dengan tahapan-tahapan menurunya berbagai fungsi organ tubuh,
yang ditandai dengan semakin rentanya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit pada berbagai sistem yang dapat menyebabkan
kematian, hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Perubahan tersebut pada umumnya mempengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis (Fathmah, 2010).
2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian dari Zhao tahun 2017 yang meneliti tentang
prevalensi penyakit kronis dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakit kronis termasuk di dalamnya faktor sosiodemografi,
penelitian ini menemukan bahwa jenis kelamin wanita dan pria
tidak berbeda jauh pada kondisi kronis hipertensi dan diabetes
mellitus, tetapi pada penyakit kronis sistem pernafasan PPOK dan
penyakit kronis sistem persarafan stroke jenis kelamin pria lebih
tinggi prevalensinya dibandingkan dengan wanita (PPOK 1,6 vs 0,5)
(stroke, 2,3 vs 1,5 ).
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
47
Sedangkan menurut penelitian lain menyebutkan bahwa
responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki resiko diabetes
melitus tipe 2 2,8kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki
(Allorerung,2016).
Sejalan dengan penelitian dari Allorerung (2016) penelitian
yang dilakukan oleh Kraja tahun 2016 yang membahas tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit kronis di India
menyebutkan bahwa prevalensi penyakit kronis lebih tinggi terjadi
pada wanita dibandingkan dengan laki-laki (25,2 vs 20,3).
3. Pekerjaan
Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang
diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang
bersangkutan. Bekerja ringan dan sedang merupakan bentuk aktivitas
fisik yang dapat memperlambat terjadinya penurunan fungsi tubuh
(Tamher, 2011).
Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia
dengan berbagai tujuan, pekerjaan dilakukan seseorang biasanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup.Orang yang memiliki pekerjaan
yang lebih layak guna memenuhi semua kebutuhan hidupnya yang
memiliki kecenderungan untuk tingkat kesehatan dan perilaku
kesehatan yang lebih baik daripada orang yang memiliki tingkat
pekerjaan yang lebih rendah dengan asumsi memilki pekerjaan yang
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
48
layak akan lebih memperhatikan perilaku kesehatan untuk dirinya dan
lingkungan. Perilaku penderita penyakit kronis diharapkan memiliki
perhatian yang serius bagi kesehatannya (Notoatmodjo, 2012).
Chanjuan Zhao memaparkan penelitiannya bahwa seseorang
yang memiliki pekerjaan manual atau pekerjaan yang lebih banyak
menggunakan tenaga memiliki prevalensi penyakit kronis lebih
rendah daripada seseorang yang bekerja menggunakan intelektual
atau lebih sering menggunakan otaknya dan pensiunan, contohnya
seseorang yang sering bekerja di depan komputer (Zhao, 2017).
4. Penghasilan
Status ekonomi merupakan tingkat status suatu penghasilan
perekonomian dalam sosiologi yang dibagi atas kasta, ras dan
keluarga. Penghasilan dapat dilihat dari tinggi rendahnya penghasilan
setiap kepala keluarga. Status ekonomi suatu keluarga dalam kategori
tingkat tinggi yaitu apabila penghasilan kepala keluarga diatas rata-
rata berdasarkan upah minimum provinsi (UMR), sedangkan dalam
kategori rendah/bawah yaitu apabila penghasilan kepala keluarga
dibawah rata-rata berdasarkan upah minimum provinsi (UMR)
(Soerjono, 2009). Gaji UMR yang ada di Banyumas khususnya kota
Purwokerto menurut Keputusan Gubernur Nomor 560 / 94 / 2017
tentang Upah Minimum pada 35 (Tiga Puluh Lima) Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018adalah sebesar Rp. 1.589.000,-.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
49
Penelitian yang dilakukan oleh Zhao tahun 2017 di Haikou
China menyebutkan bahwa lanjut usia yang memiliki penghasilan
tinggi (pendapatan 6001 RMB/bulan) memiliki prevalensi penyakit
kronis hipertensi dan diabetes mellitus yang lebih tinggi dibandingkan
dengan lansia yang berpenghasilan rendah (pendapatan 1500
RMB/bulan), tetapi untuk jenis penyakit kronis stroke dan ppok lebih
banyak dijumpai pada lansia yang berpenghasilan rendah.
5. Pendidikan
Pendidikan umum bagi orang Indonesia adalah SD, SMP, SMA,
dan perguruan tinggi.Individu yang berpendidikan rendah memiliki
prevalensi yang yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang lansia
yang memiliki pendidikan tinggi (29 vs 21) (Kraja, 2016).Lansia
yang berpendidikan tinggi memiliki prevalensi tertinggi untuk
penyakit kronis hipertensi dan diabetes melitus, tetapi tidak untuk
penyakit kronis PPOK dan stroke (Zhao, 2017)
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang di
peroleh dibangku sekolah.Dimana menurut Notoatmodjo (2012)
pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan
yang diberikan kepada anak didik yang menuju dewasa.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk berhubungan antara orang lain, baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
50
diharapkan oleh perilaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan
pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya
dan keluarganya (Amijaya, 2009)
Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam
menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
banyak pengalaman hidup yang dilaluinya. Umumnya lansia yang
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih dapat produktif
(Tamher, 2011).
6. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh menjadi patokan untuk memantau apakah
berat badan seseorang tergolong kurang, ideal atau bahkan
kegemukan atau obesitas (Sutomo, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chanzuan Zhao (2017)
pada Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tidak ideal atau obesitas atau
kelebihan berat badan dianggap sebagai faktor resiko untuk kondisi
kronis, kelebihan berat badan atau obesitas telah menjadi masalah
kesehatan di China.
Kemudian menurut penelitian dari Mohan tahun 2016
didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara hipertensi,
hiperkolesterolmia, dan diabetes Melitus dengan kelebihan berat
badan dan obesitas.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
51
Cara menghitung indeks massa tubuh (IMT) adalah :
IMT𝐵𝐵/𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛/𝑘𝑔
𝑇𝐵/𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚2)
Tabel 2.2. Kategori Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat
badan tingkat berat
< 17,0
Kekurangan berat
badan tingkat ringan
17,0 – 18,4
Normal Berat badan ideal 18,5 -25,0
Gemuk Kelebihan berat badan
tingkat ringan
25,1 – 27,0
Obesitas Kelebihan berat badan
tingkat berat/ obesitas
>27,0
Sumber: (Sutomo,2009)
7. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungan (Nugroho, 2012).
Menurut Suryani (2010) gaya hidup sehat menggambarkan pola
perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik,
mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat
meliputi kebiasaan tidur, makan, tidak merokok, berolahraga secara
teratur.
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
52
Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola
makan, olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau
rokok (Sutomo, 2009).
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga (pembakaran kalori), yang meliputi aktifitas fisik
sehari-hari dan olahraga, sedangkan menurut WHO yang dimaksud
dengan aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan paling sedikit
30 menit tanpa henti.Aktivitas fisik dibagi atas tiga tingkatan yakni
aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Aktivitas fisik ringan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh,
aktivitas fisik sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata lain adalah bergerak
yang menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari biasanya, aktivitas
fisik berat adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga cukup banyak (pembakaran kalori) (Nugroho, 2012).
Aktifitas fisik yang bermanfaat untuk kesehatan lansia
sebaiknya memenuhi kriteria frekuensi, intensitas, waktu dan tipe.
Frekuensi adalah seberapa sering aktivitas dilakukan, berapa hari
dalam satu minggu.Intensitas adalah seberapa keras suatu aktivitas
dilakukan.Biasanya diklasifikasikan menjadi intensitas rendah,
sedang, dan tinggi. Waktu mengacu pada durasi, seberapa lama suatu
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
53
aktivitas dilakukan dalam satu pertemuan, sedangkan jenis aktivitas
adalah jenis-jenis aktivitas fisik yang dilakukan (Ambardini, 2009).
Temuan yang diungkapkan oleh Ismail dkk tahun 2015 bahwa
lansia yang berusia lebih dari 75 tahun kemungkinan memiliki tingkat
aktivitas fisik yang rendah daripada mereka yang berusia kurang dari
65 tahun. Kemudian, jenis kelamin perempuan lebih tidak aktif
daripada jenis kelamin laki-laki.Pendidikan yang lebih tinggi lebih
mungkin untuk berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi seperti olahraga
atau terapi untuk kesehatan.
Untuk mengukur aktivitas fisik pada lansia menggunakan
kuesioner PASE (Physicial Activity Scale for the Eldery) ukuran
aktivitas fisik yang digunakan dalam skala ini membedakan dengan
jelas kegiatan menjadi 3 komponen yaitu; aktivitas waktu luang,
aktivitas rumah tangga, dan aktivitas terkait pekerjaan.Menurut jurnal
penelitian yang dilakukan oleh Ismail tahun (2015) bahwa skala
pengukuran aktivitas fisik dengan menggunakan skala PASE berguna
untuk menilai tingkat aktivitas fisik pada orang usia lanjut.
b. Pola makan
Hasil penelitian (Kiki, 2013) pola makan lansia yang sering
dikonsumsi harian untuk jenis makanan pokok adalah paling banyak
nasi dan jagung, lauk pauk paling banyak adalah tahu, tempe, telur,
ayam, ikan laut, teri, ikan asin sayuran paling banyak sayur bayam,
kacang panjang, daun singkong; buah-buahan paling banyak adalah
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
54
pisang dan pepaya.kebanyakan lansia yang mengkonsumsi daging
ayam, susu yang mengandung lemak dan gorengan yang banyak
mengandung minyak mengakibatkan kolesterol dalam darah
meningkat dan menjadi plak yang menempel di arteri.
Menurut Kiki, 2013 makanan sehat untuk lanjut usia yang
dianjurkan adalah sebagai berikut :
- Bahan makanan segar (tidak diawetkan)
- Bahan makanan sumber karbohidrat
- Bahan makanan sumber protein
- Bahan makanan sumber lemak
- Sayur-sayuran beragam
- Buah-buahan segar
- Minum air bening/putih 6-8 gelas sehari.
- Menggunakan bumbu-bumbu seperti bawang merah,
bawang putih, jahe, kunyit lada, gula dan garam dalam
porsi tertentu dan bumbu rempah lainnya untuk menambah
cita rasa.
c. Pola tidur
Tidur dianggap sebagai fungsi fisiologis dan psikologis
manusia.Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi fisiologis, jika
seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk
mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek negatif
(Nugroho, 2012).
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
55
Banyak penyakit yang dikaitkan dengan kurang tidur misalnya
kanker, gagal jantung, depresi , dimensia, dan penyakit kronis lainnya.
Kemudian pada penelitian ini menemukan bahwa gangguan pola tidur
umumnya terjadi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki tetapi
tidak ada hubungan linear antara usia dengan kualitas tidur (Bosse et
al, 2015).
Masalah istirahat tidur berhubungan dengan kelelahan,
kualitas hidup (fisik maupun mental), keluhan fisik, kecemasan, dan
kurangnya optimisme dan status sosial ekonomi. Dalam penelitian ini
juga menilai kualitas tidur dengan menggunakan PSQI (Pitthburg
Sleep Quality Index). PSQI yang dikembangkan oleh Buysee 1989
merupakan instrumen self-reportyang paling sering digunakan untuk
menilai kualitas tidur, terdiri dari 19 poin pertanyaan pribadi yang
berada di dalam 7 komponen nilai dan 5 pertanyaan untuk lansia, 19
poin itu mengkaji secara luas faktor yang berhubungan dengan tidur
seperti durasi tidur, latensi tidur dan masalah tidur.
d. Perilaku merokok
Perilaku merokok merupakan faktor resiko hampir seluruh
penyakit tidak menular. Kandungan racun dalam rokok
membahayakan kesehatan seseorang baik asap yang dihisap langsung
saat merokok maupun yang keluar dari ujung rokok, bahan kimia
tersebut apabila berinteraksi dan berakumulasi secara kronis dapat
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
56
menimbulkan penyakit kanker, jantung dan penyakit pada organ paru
(Fathmah, 2010).
Merokok merupakan faktor resiko yang potensial untuk
ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi
khususnya dan penyakit kardiovaskular secara umum di Indonesia
(Nugroho,2012).
Menurut penelitian Kraja (2016) perokok aktif adalah pengaruh
positif terjadinya penyakit kronis yang ada pada lansia.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Chanjuan Zhao (2017)
lansia yang merokok aktif memiliki prevalensi tertinggi penyakit
hipertensi, PPOK, DM dan stroke. Kemudian untuk penyakit ISPA
kebiasaan merokok pada orang tua bisa menjadi 2x lipat episode ISPA
(Hidayat, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati tahun 2010 tentang
merokok ada temuan bahwa jumlah batang rokok yang dihisap perhari
bisa sampai 24 batang/hari.Sehingga berdasarkan kategori perokok
termasuk perokok berat.
Kategori perokok menurut Depkes (2009) dibagi menjadi tiga
kategori yaitu perokok ringan (1-10 batang per hari), perokok sedang
(11-20 batang per hari), perokok berat (lebih dari 20 batang per hari).
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
57
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
(Zhao, 2017; Sutomo,2009; Dewi, 2014; Riskesda, 2018)
Gaya Hidup
1. Aktivitas Fisik
2. Pola makan
3. Pola tidur
4. Perilaku merokok
Penyakit Kronis :
1. Penyakit kronis
menular
2. Penyakit kronis tidak
menular
Tanda dan gejala penyakit
kronis
Faktor Sosio Demografi
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Penghasilan
4. Pekerjaan
5. Pendidikan
6. IMT
Perubahan Sistem Organ
Pada Lansia
Penyakit Kronis Dan…, Fatihah Nur Fitriyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
58
E. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
: yang diteliti
F. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan antara faktor sosio demografi dengan
penyakit kronis pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang 1.
Ho : Tidak ada hubungan antara faktor sosio demografi
dengan penyakit kronis pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang
1.
Faktor-faktor sosio
demografi :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Penghasilan
5. Pendidikan
6. IMT
7. Gaya hidup
Penyakit
kronis
Penyakit kronis menular
Penyakit kronis tidak
menular