Upload
others
View
6
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lingkungan Fisik Rumah
1. Pengertian Lingkungan Fisik Rumah
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan
tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia
(tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor
(limbah), rumah hewan ternak, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011).
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygene yang
baik.ebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri seperti mandi, gosok
gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih.Kebersihan
lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan tempat
awam. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara mengelap tingkap
dan perabot rumah, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan masak
dan peralatan makan, membersihkan bilik mandi dan jamban, dan
membuang sampah. Kebersihan lingkungan dimulakan dengan menjaga
kebersihan halaman dan membersihkan jalan di depan rumah daripada
sampah (Chandra, 2012).
Manfaat menjaga kebersihan lingkungan antara lain:
1. Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat.
2. Lingkungan menjadi lebih sejuk.
10
3. Bebas dari polusi udara.
4. Air menjadi lebih bersih dan aman untuk di minum.
5. Lebih tenang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Kesimpulan dari pembahasan di atas yaitu pemahaman kebersihan
lingkungan adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
untuk menciptakan lingkungan yang sehat, aman, bersih, dan sejuk sehingga
tidak mudah terserang berbagai penyakit.
2. Kesehatan Lingkungan Rumah
Sanitasi adalah usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol
dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi
kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia
(Chandra, 2012).Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan
untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga
dan individu.Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai
faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya.Konsep
tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor
risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi,
manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di lingkungan sekitarnya.
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan
budaya.Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah
11
bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan
keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan
sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara
produktif.Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi,
teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi
dengan baik.Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan
lingkungan perumahan yang baik atau bersih untuk kesehatan(Notoatmodjo,
2011).
3 Syarat-Syarat Lingkungan Fisik Rumah Yang Sehat
Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis
kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari
bahaya atau gangguan kesehatan.Persyaratan kesehatan perumahan yang
meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta
persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan
perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan individu, keluarga dan masyrakat(Notoatmodjo, 2011).
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman meliputi
parameter sebagai berikut:
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah
gempa dan sebagainya.
12
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang.
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah
kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas Udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beradun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan
sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
Debu maksimum 350 mm3/m
2 per hari
3. Kebisingan dan Getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
4. Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman
a. Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg
5. Prasarana dan Sarana Lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan.
13
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vektor penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan
tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus
memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak
menyilaukan mata.
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhi syarat kesehatan
f. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,
tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain
sebagainya.
g. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
h. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor Penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan
a. Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan
kelestarian alam.
14
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan
yang mengganggu.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan
limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
4) Faktor Risiko Lingkungan yang Berpengaruh
Menurut Purnama (2016), Lingkungan adalah segala sesuatu yang
ada di luar diri host benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semuaelemen-elemen termasuk host yang lain.
Faktor lingkungan memegang peranan pentingdalam penularan, terutama
lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkunganrumah
15
merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap
statuskesehatan penghuninya. Adapun syarat-syarat yang dipenuhi oleh
rumah sehat secarafisiologis yang berpengaruh terhadap kejadian
tuberkulosis paru antara lain :
a. Kepadatan Penghuni Rumah
Ukuran luas ruangan suatu rumah erat kaitannya dengan kejadian
tuberculosis paru. Disamping itu Asosiasi Pencegahan Tuberkulosis Paru
Bradbury mendapatkesimpulan secara statistik bahwa kejadian
tuberkulosis paru paling besar diakibatkanoleh keadaan rumah yang
tidak memenuhi syarat pada luas ruangannya.Semakin padat penghuni
rumah akan semakin cepat pula udara di dalam rumahtersebut
mengalami pencemaran. Karena jumlah penghuni yang semakin banyak
akanberpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangan tersebut, begitu
juga kadar uap airdan suhu udaranya. Dengan meningkatnya kadar
CO2di udara dalam rumah, maka akanmemberi kesempatan tumbuh dan
berkembang biak lebih bagi Mycobacteriumtuberculosis. Dengan
demikian akan semakin banyak kuman yang terhisap olehpenghuni
rumah melalui saluran pernafasan. Menurut Departemen Kesehatan
RepublikIndonesia kepadatan penghuni diketahui dengan
membandingkan luas lantai rumahdengan jumlah penghuni, dengan
ketentuan untuk daerah perkotaan 6 m² per orangdaerah pedesaan 10 m²
per orang.
16
b. Kelembaban Rumah
Kelembaban udara dalam rumah minimal 40% – 70 % dan suhu
ruangan yang idealantara 180C – 300C. Bila kondisi suhu ruangan tidak
optimal, misalnya terlalu panasakan berdampak pada cepat lelahnya saat
bekerja dan tidak cocoknya untuk istirahat.Sebaliknya, bila kondisinya
terlalu dingin akan tidak menyenangkan dan pada orangorangtertentu
dapat menimbulkan alergi. Hal ini perlu diperhatikan karena
kelembabandalam rumah akan mempermudah berkembangbiaknya
mikroorganisme antara lainbakteri spiroket, ricketsia dan virus.
Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui
udara ,selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran
mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam
menghadang mikroorganisme. Kelembaban udara yang meningkat
merupakan media yang baik untuk Bakteri-Baktri termasuk bakteri
tuberkulosis. Kelembaban di dalam rumah menurut Depatemen
Pekerjaan Umum (1986) dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu :
1) Kelembaban yang naik dari tanah (rising damp)
2) Merembes melalui dinding (percolating damp)
3) Bocor melalui atap (roof leaks)
Untuk mengatasi kelembaban, maka perhatikan kondisi drainase
atau saluran air disekeliling rumah, lantai harus kedap air, sambungan
pondasi dengan dinding haruskedap air, atap tidak bocor dan tersedia
ventilasi yang cukup.
c. Ventilasi
17
Jendela dan lubang ventilasi selain sebagai tempat keluar
masuknya udara jugasebagai lubang pencahayaan dari luar, menjaga
aliran udara di dalam rumah tersebuttetap segar. Menurut indikator
pengawasan rumah , luas ventilasi yang memenuhisyarat kesehatan
adalah = 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidakmemenuhi
syarat kesehatan adalah < 10%luas lantai rumah. Luas ventilasi rumah
yang< 10% dari luas lantai Tidak adanya ventilasi yang baik pada suatu
ruangan makin membahayakankesehatan atau kehidupan, jika dalam
ruangan tersebut terjadi pencemaran oleh bakteriseperti oleh penderita
tuberkulosis atau berbagai zat kimia organik atau anorganik.Ventilasi
berfungsi juga untuk membebaskan uadar ruangan dari
bakteribakteri,terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis, karena di
situ selalu terjadi aliran udarayang terus menerus. Bakteri yang terbawa
oleh udara akan selalu mengalir. Selain itu,luas ventilasi yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan terhalangnya proses
pertukaran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah,
akibatnyakuman tuberkulosis yang ada di dalam rumah tidak dapat
keluar dan ikut terhisapbersama udara pernafasan.
d. Pencahayaan Sinar Matahari
Cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga
mempunyai daya untuk membunuh bakteri. Hal ini telah dibuktikan oleh
Robert Koch. Darihasil penelitian dengan melewatkan cahaya matahari
pada berbagai warna kacaterhadap kuman Mycobacterium tuberculosis
didapatkan data sebagaimana pada table berikut
18
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Dengan melewatkan Cahaya Matahari Pada
Berbagai Warna Kaca Terhadap Kuman Tuberkulosis Paru
Warna Kaca Waktu Mematikan (Menit)
Hijau
Merah
Biru
Tak Berwarna
45
20-30
10-20
5-10
Sumber : (Azwar (1995) dalam Purnama (2016))
Sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit
tuberkulosis paru,dengan mengusahakan masuknya sinar matahari pagi
ke dalam rumah. Cahaya mataharimasuk ke dalam rumah melalui
jendela atau genteng kaca. Diutamakan sinar mataharipagi mengandung
sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman.
e. Lantai rumah
Komponen yang harus dipenuhi rumah sehat memiliki lantai kedap
air dan tidaklembab. Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses
kejadian Tuberkulosis paru,melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai
tanah cenderung menimbulkan kelembaban, pada musim panas lantai
menjadi kering sehingga dapat menimbulkandebu yang berbahaya bagi
penghuninya.
f. Dinding
tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya
kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak
cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan, lebih
baik dinding atau papan.
19
Dinding berfungsi sebagai pelindung, baik dari gangguan hujan
maupun angin sertamelindungi dari pengaruh panas dan debu dari luar
serta menjaga kerahasiaan penghuninya. Beberapa bahan pembuat
dinding adalah dari kayu, bambu, pasangan batu bata atau batu dan
sebagainya. Tetapi dari beberapa bahan tersebut yang paling baik adalah
pasangan batu bata atau tembok (permanen) yang tidak mudah terbakar
dan kedap air sehingga mudah dibersihkan.
5) Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan
Pengelolaan dan pelesatarian lingkungan hidup adalah upaya untuk
melestarikan dan memelihara fungsi lingkungan hidup untuk kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.Salah satu upaya untuk
meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam
dan wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi
melindungi sumberdaya alam(Chandra, 2012).
Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan
langsung dengan upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumber
daya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi,
terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi
alternatif sehingga tidak merusak lingkungan yaitu peningkatan pengetahuan
dan wawasan lingkungan, pengembangan keterampilan
masyarakat,pengembangan kapasitas masyarakat, pengembangan kualitas
20
diri, peningkatan motivasi masyarakat untuk berperan serta dan penggalian,
dan pengembangan nilai tradisional masyarakat(Chandra, 2012).
Kesimpulan dari pembahasan di atas yaitu perilaku hidup bersih
dan sehat adalah kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
mempraktekkan PHBS dengan tujuan derajat kesehatannya meningkat, tidak
mudah sakit, meningkatnya produktivitas kerja setiap anggota keluarga yang
tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka mencegah dan menanggulangi
timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan, memanfaatkan
pelayanan kesehatan, mengembangkan, dan menyelenggarakan upaya
kesehatan bersumber masyarakat. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan
hidup manusia seperti memperhatikan ketersediaan air bersih, kepemilikan
jamban, dan ketersediaan SPAL.Tempat pembuangan sampah juga perlu
diperhatikan. Peran masyarakat sangat penting dengan meningkatkan
pengetahuan, keterampilan,dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu
demi menjaga dan melindungi sumber daya alam.
B. Tuberkulosis Paru
1. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut
biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup kedalam
paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran
pernapasan, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya
21
(Notoatmodjo, 2011). Kuman tuberkulosis pertama kali ditemukan oleh
Robert Koch pada tahun 1882. Jenis kuman tersebut adalah Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium africanum dan Mycobacterium bovis. Basil
tuberkulosis termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari
family dan termasuk ke dalam ordo Actinomycetales. Mycobacterium
tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan juga
penyebab terjadinya infeksi tersering. Basil–basil tuberkel di dalam jaringan
tampak sebagai mikroorganisme berbentuk batang, dengan panjang
berfariasi antara 1 – 4 mikron dan diameter 0,3 – 0,6 mikron. Bentuknya
sering agak melengkung dan kelihatan seperti manik–manik atau bersegmen.
(Purnama, 2016).
Tuberkulosis disebabkan oleh kuman dan karena itu tuberkulosis
bukanlah disebabkan oleh keturunan. Karena disebabkan oleh kuman, maka
tuberkulosis dapat ditularkan dari seseorang ke orang lain. Bila seorang
penderita tuberkulosis batuk-batuk, maka kuman tuberkulosis yang ada di
dalam paruparunya tersebut akan ikut dibatukkan keluar atau ikut
dikeluarkan, dan bila kemudian terisap ataupun terhirup orang lain maka
kuman tuberkulosis itu akan ikut pula terhirup dan mungkin menimbulkan
penyakit. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan
umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama (Depkes RI, 2017).
Kuman penyebab TBC (mycobacterium tuberculosis) ditemukan
pertama kali pada tahun 1882 oleh Robert Koch, sedangkan vaksin BCG
ditemukan pada tahun 1994 ditemukan streptomisin sebagai obat pertama
22
anti TBC, kemudian disusul INH pada tahun 1949. Penyakit TBC muncul
kembali ke permukaan dengan meningkatnya kasus TBC di Negara-negara
maju atau industry pada tahun 1990.
Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut
biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup kedalam
paru-paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lain melalui system peredaran darah, system saluran limfa, melalui
saluran pernafasan (bronkus) atau penyebaran secara langsung kebagian-
bagian tubuh lainnya. (Notoatmodjo, 2011).
TBC pada manusia dapat ditemui berbagai bentuk, yaitu:
a) Tuberkulosis primer : bila penyakit terjadi pada infeksi pertama
kali
b) Tuberkulosis pascaprimer : bila penyakit timbul setelah
beberapa waktu seseorang terkena infeksi dan sembuh. TBC ini
merupakan salah satu bentuk yang sering dijumpai oleh setiap
manusia. Dengan terdapatnya kuman dalam dahak, penderita
merupakan sumber penularnya.
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pewarnaan.Oleh karena itu disebut juga sebagai Basil Tahan
Asam (BTA).Kuman Tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
23
dan lembab.Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun (Depkes RI, 2017).
Basil penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan
Jerman yang bernama Robert Koch pada tahun 1882. Hasil penemuannya ini
dilaporkan kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret pada tahun
1882 juga, oleh karena itu setiap tanggal 24 Maret setiap tahunnya
diperinagti sebagai TB Day (Hari Tuberkulosis) (Notoatmodjo, 2011).
2. Etiologi
Penyebab tuberculosis paru adalah kuman tahan asam
mycobacterium tuberculosis, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak).Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan.Penyakit Tb paru dapat menyerang siapa saja, dimana saja, dan
kapan saja tanpa mengenal waktu. Apabila kuman telah masuk ke dalam
tubuhpada saat itu kuman akan berkembang biak dan berpotensi untuk
terjadinya Tb paru.Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran
nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut.Bila hasil pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
24
menular.Seseorang terinfeksi tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut(Notoatmodjo,
2011).
1. Manifestasi Klinis dan Cara Penularan
Menurut Notoatmodjo (2011), beberapa manifestasi klinis dan cara
penularan TBC antara lain sebagai berikut:
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang pada umunya
menimbulkan tanda-tanda dan gejala yang sangat bervariasi pada masing-
masing penderita, mulai dari yang tanpa gejala hingga sampai mengalami
gejala akut dan hanya beberapa bulan setelah diketahui sehat hingga
beberapa tahun sering tidak ada hubungan antara lama sakit maupun luas
penyakitnya. Secara klinis memanifestasikan TBC dapat terjadi dalam
beberapa fase, antara lain sebagai berikut:
a) Dimulai dengan fase asimtomfatik dengan lesi yang hanya dapat
dideteksi secara radiologic
b) Berkembang menjadi plinis yang jelas kemudian mengalami stagnasi
atau regresi
c) Eksaserbasi memburuk
d) Dapat berulang kemudian menjadi menahun
Tanda-tanda dan gejala penderita TBC adalah sebagai berikut:
a) Sistemik : malaise, anoreksia, berat badan menurut, keringat malam.
Akut: demam tinggi, seperti flu, menggigil milier, demam akut, sesak
nafas dan sianosis.
25
b) Respiratorik: batuk batuk lama lebih dari 2 minggu, riak yang mukoid,
nyeri dada, batuk darah, dan gejala-gejala lain, yaitu bila ada tanda-tanda
penyebaran ke organ-organ lain seperti pleura: nyeri plueritik, sesak
nafas, ataupun gejala minengeal, yaitu nyeri kepala, kaku kuduk, dan
lain-lain.
Cara penularan: daya penularan dari seorang penderita TBC ditentukan
oleh:
a. Banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita.
b. Penyebaran kuman diudara
2. Penyebaran kuman bersama dahak berupa droplet dan berada
disekitar penderita TBC.
4. Gejala Klinis
Menurut Nizar (2017), akan memaparkan berbagai metode
diagnosis yang pernah dilakukan uji diagnostic terutama dalam penelitian
kesehatan dengan berbagai desain metodologi, prinsip diagnostic TB paru
pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukan mycobacterium
tuberculosis atau kuman TB. Pada program TB Nasional, untuk mengakkan
diagnosis TB dengan metode mikroskopis sebagai diagnostic utama atau
gold standard. Selain itu dengan rontgen, biakan dan uji kepekaan lainnya
sebagai penentu diagnosis TB maupun diagnosis alternative.
Untuk mendiagnosis TB pada anak belum diperoleh metode
diagnostik yang lebih efektif, efisien, karena kesulitan untuk memperoleh
media atau sampel pemeriksaan. Menurt WHO untuk mendeteksi TB anak
terutama pada usia 6-8 tahun kesulitan mengeluarkan sputum sementara
26
tindakan bilas lambung (larynx) hanya diperuntuk bagi rumah sakit yang
mempunyai metode biakan. Oleh karena itu diagnosis TB anak hanya
bersifat presumptive.
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
klinik dan gejala umum.Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala
klinik ialah gejala respiratorik (Purnama, 2016).
a) Gejala Respiratorik
Gejala respiratorik sangat bervariasi dari mulai tidak bergejala
sampai gejala yang cukup berat bergantung dari luas lesi. Gejala
respiratorik terdiri dari:
1) Batuk ≥ 3 minggu
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan
bronkus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkus;
selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan
menjadi produktif dengan kata lain sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
batuk produktif (sputum).
2) Batuk darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah.Berat
dan ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan
kerusakan paru yang cukup luas.
27
4) Nyeri dada
Nyeri dadaGejala ini jarang ditemukan, gejala ini timbul
apabilasistem persyarafan yang terdapat di pleura (selaput paru)
terkena sehingga menimbulkan pleuritis. Gejala ini bersifat lokal.
b) Gejala Umum
1) Demam
Demam merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru,
biasanya timbul pada sore dan malam hari disertai dengan keringat
mirip demam influenza yang segera mereda.Tergantung dari daya
tahan tubuh penderita dan virulensi kuman.Serangan demam yang
berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan.Demam
seperti influenza ini hilang timbul dan semakin lama makin panjang
masa serangannya.Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu
40°−41°C.
2) Malaise
Karena tuberkulosis bersifat radang menahun. maka dapat
terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang,
badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita
kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus haid.
3. Komplikasi
Komplikasi Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan komplikasi.Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada
penderita Tb paru dibedakan menjadi dua, yaitu:
28
a) Komplikasi dini
1) Pleuritis
2) efusi pleura
3) empyema
4) laryngitis, usus
b) Komplikasi pada stadium lanjut
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita
stadium lanjut adalah:
1) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau
syok hipovolemik.
2) Kolaps lobus akibat sumbatan duktus.
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru.
4) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah.
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi,
ginjal, dan sebagainya(Purnama, 2016).
4. Penyebab Terjadinya
MenurutHeriana(2018), faktor-faktor yang menentukan terjadinya
penyakit adalah sebagai berikut:
a. Agent (bibit penyakit)
29
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri. Mycobakterium tuberculosis, akteri ini berbentuk batang
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan
Asam (BTA).Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA
positif pada waktu batuk atau bersin.
b. Host
1) Umur
Tb Paru Menyerang siapa saja tua, muda bahkan anak-
anak.Sebagian besar penderita Tb Paru di Negara berkembang
berumur dibawah 50 tahun.Data WHO menunjukkan bahwa kasus
Tb paru di negara berkembang banyak terdapat pada umur produktif
15-29 tahun. Penelitian Rizkiyani pada tahun 2008 menunjukkan
jumlah penderita baru Tb Paru positif 87,6% berasal dari usia
produktif (15-54 tahun) sedangkan 12,4 % terjadi pada usia lanjut (≤
55 tahun).
2) Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Penyakit Tb Paru menyerang orang dewasa
dan anak-anak, lakilaki dan perempuan.Tb paru menyerang sebagian
besar laki-laki usia produktif.
3) Tingkat Pendidikan
Merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang dimasyarakat terhadap
gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus TB
30
Paru yang datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan
berat. Hal tersebut disebabkan oleh kurang mengerti cara serta
pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit TB Paru.
4) Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan
meningkatkan risiko untuk menyebabkan kanker paru-paru, penyakit
jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung kemih.
Kebiasaan merokok meningkatkan risiko untuk terkena TB Paru
sebanyak 2,2 kali. Prevalensi merokok pada hamper semua Negara
berkembang lebih dari 50%. Dengan adanya kebiasaan merokok
akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru (Nizar, 2017)
5) Perilaku
Perlu diketahui kuman tuberkulosis dari dalam paru tidak
hanya keluar ketika penderitanya batuk saja, namun dapat juga
keluar bila penderita bersin,berbicara, bahkan bernyanyi ataupun
bersiul misalnya, yang keluar dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei). Hanya saja perlu diketahui bahwa tidak semua penderita
tuberkulosis paru berpotensi menularkan penyakitnya kepada orang
lain. Banyak faktor yang berperan dalam penularan penyakit
tergantung dari jumlah kuman yang ada, tingkat keganasan kuman
tersebut, sertadaya tahan tubuh seseorang yang ditulari.
6) Status Gizi
Status nutrisi merupakan salah satu faktor yang menetukan
fungsi seluruh sistem tubuh termasuk sistem imun.Sistem kekebalan
31
dibutuhkan manusia untuk memproteksi tubuh terutama mencegah
terjadinya infeksi yang disebabkan oleh `mikroorganisme.Bila daya
tahan tubuh sedang rendah, kuman Tb paru akan mudah masuk ke
dalam tubuh. Kuman ini akan berkumpul dalam paruparu kemudian
berkembang biak.Tetapi, orang yang terinfeksikuman TB Paru belum
tentu menderita Tb paru.Hal ini bergantung pada daya tahan tubuh
orang tersebut. Apabila, daya tahan tubuh kuat maka kuman akan
terus tertidur di dalam tubuh (dormant) dan tidak berkembang
menjadi penyakt namun apabila daya tahan tubuh lemah makan
kuman Tb akan berkembang menjadi penyakit. Penyakit Tb paru
Lebih dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi rendah
karena sistem imun yang lemah sehingga memudahkan kuman Tb
Masuk dan berkembang biak.
c. Lingkungan (environment)
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan
yang ditularkan melalui udara. Keadaan berbagai lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyebaran Tb paru salah satunya adalah lingkungan
yang kumuh,kotor. Penderita Tb Paru lebih banyak terdapat pada
masyarakat yang menetap pada lingkungan yang kumuh dan kotor.
C. Perilaku
1. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
(makhlukhidup) yang bersangkutan.Oleh sebab itu, dari sudut pandang
biologissemua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang
32
sampaidengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktifitasmasing-masing. Dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang
dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung
atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2011)
Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) seorang ahli
psikologi, mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang (stimulus) dan tanggapan dan respon.
Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon, yakni :
1) Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam
inidisebut eleciting stimulalation karena menimbulkan respon-
responyang relatif tetap.
2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer,
karena mencakup respon.
Menurut Notoatmodjo (2011) dilihat dari bentuk respon stimulus
inimaka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
33
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik
(practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.
2. Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulusatau rangsangan dari luar organisme (orang), namun
dalammemberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-
faktorlain dari orang yang bersangkutan.Faktor-faktor yangmembedakan
respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebutdeterminan perilaku.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadidua, yakni:
a) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang
yangbersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya
tingkatkecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
b) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor
lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007, p. 139).
Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2011),
membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan
yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor
(psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi
untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan,
sikap, dan praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2011).
34
3. Pengukuran Perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan
melaluidua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi),
yaitumengamati tindakan dari subyek dalam rangka
memeliharakesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan
metodemengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui
pertanyaan-pertanyaanterhadap subyek tentang apa yang telah
dilakukanberhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2011).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (2005) dalam Notoatmodjo
(2011),perilaku diperilaku oleh 3 faktor utama, yaitu:
a) Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kepercayaan keyakinan, persepsi nilai-nilai,
pengetahuan dan sikap.
b) Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan
bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,
dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk juga perilaku tokok
masyarakat, perundang-undangan dan peraturan lain.
35
c) Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor dukungan dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada
petugaskesehatan. Termasuk juga disini dukungan petugas
kesehatan,dukungan keluarga dan dukungan masyarakat.
5. Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2011), perilaku kesehatan adalahsesuatu
respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yangberkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,makanan dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilakupemeliharaan kesehatan ini terjadi dari
3 aspek:
a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bilasakit,
serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit.
b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat.
c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru
didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan), yakni :
a) Awareness (kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b) Interest (merasa tertarik)
Terhadap stimulus atau objek tersebut.Disini sikap subjek sudah
mulai timbul.
36
c) Evaluation (menimbang-menimbang)
Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d) Trial
Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e) Adaption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini,
dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya,
apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan
tidak berlangsung lama. Jadi, Pentingnya pengetahuan disini adalah
dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu
langgeng.
D. Penelitian Terkait
1 Penelitian Agustian Deny, Abdul Salam, Virhan Novianry tentang
Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah Dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas I Dan II
Kecamatan Pontianak Barat, menyebutkan bahwa Hasil analisis
multivariat menunjukkan bahwa probabilitas seseorang menderita TB
paru bila tinggal di sebuah rumah dengan kepadatan hunian dan ventilasi
alami kamar tidur yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah sebesar
93%. Kondisi fisik lingkungan rumah yang berhubungan dengan
37
kejadian TB paru adalah kepadatan hunian, ventilasi alami dan
pencahayaan alami, baik di ruangan yang dominan digunakan maupun di
kamar tidur responden.
2 Penelitian Sumarmi, Artha Budi Susila Duarsa tentang Hasil analsis
bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian TB Paru
BTA positif dengan kondisi fisik rumah (OR = 3,72), umur (OR = 2,32),
pendidikan (OR = 2,55), pekerjaan (OR = 2,75) dan kepadatan hunian
(OR = 3,13). Sedangkan hasil analisis multivariat ternyata ada hubungan
bermakna antara kejadian TB Paru BTA positif dengan kondisi fisik
rumah (OR = 7,033), umur (OR = 3,06), jenis kelamin (OR = 2,22),
pendidikan (OR = 2,33), kondisi fisik rumah dengan pendidikan (OR =
0,12) dan interaksi antara pekerjaan dengan kepadatan hunian (OR =
6,08).
3 Penelitian Greis Dawile, Ricky C. Sondakh, Franckie R. R. Maramis
tentangHubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian
tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tobelo Kabupaten
Halmahera Utara, menyebutkan bahwahasil uji statistik menunjukkan
bahwa hubungan dari setiap variabel yang diteliti dengan kejadian
Tuberkulosis paru yaitu kepadatan hunian kamar (p = 0,010, OR=
7,000),suhu ruang tidur, (p = 0,001, OR = 7,500), pencahayaan alami
ruang tidur (p = 0,004, OR = 7,500), jenis lantai rumah (p = 0,000,
OR=21,000). Variabel yang tidak berhubungan dengan Tuberkulosis
paru adalah kelembaban ruang tidur (p = 0,347) dan jenis dinding rumah
(p = 0, 196).
38
E. KerangkaTeori
Kerangka teori merupakan suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu.Kerangka teori disusun berdasarkan
tinjauan pustaka (Notoatmodjo, 2014).
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber:(Kustjadi,2001) dalam Nizar (2017)
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visiualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti.
(Notoatmodjo, 2014). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Lingkungan Fisik Rumah:
1) Ventilasi
2) Pecahayaan
3) Lantai
4) Kelembapan
5) Kepadatan Hunian
6) Dinding
Kejadian TBC
Perilaku:
- Kebiasaan Merokok
- Membuang Sputum
Sembarangan
Sosial Ekonomi:
1) Pendidikan
2) Status Pekerjaan
3) Pendapatan
Personal:
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Status Gizi
Agent:
Mycobacterium
tuberculosis
39
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau
dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini
benar atau salah, dapat diterima atau ditolak.Hipotesis berfungsi untuk
menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan
pernyataan yang harus dibuktikan (Sulistyaningsih, 2016).
Hipotesis dalam penelitian adalah:
Ha Ada hubungan ventilasi rumah dengan kejadian tuberkulosis paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara
2019.
Lingkungan Fisik Rumah:
1) Ventilasi
2) Pecahayaan
3) Lantai
4) Kelembapan
5) Kepadatan Hunian
6) Dinding
Kejadian TBC
Perilaku:
1) Kebiasaan Merokok
2) Membuang Sputum
Sembarangan
40
Ho Tidak ada hubungan ventilasi rumah dengan kejadian tuberkulosis paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara
2019.
Ha Adahubungan pencahayaan rumah dengan kejadian tuberkulosis paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara
2019.
Ho Tidak adahubungan pencahayaan rumah dengan kejadian tuberkulosis
paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung
Utara 2019.
Ha Ada hubungan lantai rumah dengan kejadian tuberkulosis paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara
2019.
Ho Tidak ada hubungan lantai rumah dengan kejadian tuberkulosis paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara
2019.
Ha Ada hubungan kelembapan rumah dengan kejadian tuberkulosis paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara
2019.
Ho Tidak ada hubungan kelembapan rumah dengan kejadian tuberkulosis
paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung
Utara 2019.
Ha Adahubungan kepadatan hunian rumah dengan kejadian tuberkulosis
paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung
Utara 2019.
41
Ho Tidak adahubungan kepadatan hunian rumah dengan kejadian
tuberkulosis paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten
Lampung Utara 2019.
Ha Adahubungan dinding rumah dengan kejadian tuberkulosis paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara
2019.
Ho Tidak adahubungan dinding rumah dengan kejadian tuberkulosis paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara
2019.
Ha Ada hubungan prilaku kesehatan dengan kejadian tuberkulosis paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara
2019.
Ho Tidak ada hubungan prilaku kesehatan dengan kejadian tuberkulosis
paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung
Utara 2019.