Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Partisipasi Penyusunan Anggaran
1. Pengertian anggaran
Menurut Ambarwati dan M Jihadi (2003:2), anggaran adalah suatu
rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk unit (kesatuan) moneter dan
berlaku untuk jangka/periode tertentu dimasa yang akan datang.
Christina (2001:1) berpendapat bahwa anggaran adalah suatu rencana
yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam
unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka waktu
(periode) tertentu dimasa yang akan datang.
Anggaran (Budget) merupakan rencana tentang kegiatan perusahaan
dimana rencana tersebut mencakup berbagai kegiatan operasional yang
saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain (Any Agus
Kana:1986).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum
anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun secara sistematis yang
dinyatakan dalam satuan uang, barang dan jasa untuk periode yang akan
datang dan rencana manajemen yang dinyatakan secara spesifik dan
kuantitatif disertai langkah-langkah konkret untuk merealisasikannya.
14
2. Karakteristik Anggaran
Menurut Tunggal (1995:2) beberapa karakteristik umum dari
anggaran adalah sebagai berikut :
a. Anggaran dinyatakan dalam bilangan keuangan dengan rincian yang
mungkin bukan dalam bilangan keuangan.
b. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
c. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yaitu manajer
setuju menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan
dalam anggaran.
d. Usulan anggaran dinilai dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih
tinggi dari penyusunan anggaran.
e. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu.
f. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
g. Dibuat untuk pusat-pusat pertanggungjawaban.
3. Fungsi Anggaran
Menurut (Narafin, 2007) dalam (Richardo, 2013:20) anggaran
memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut :
a. Fungsi perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang
teliti dan akan memberi gambaran yang lebih nyata dan jelas dalam unit
dan uang.
15
b. Fungsi pelaksanaan
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan.
c. Fungsi pengawasan
Anggaran merupakan alat pengawasan (controling). Pengawasan berarti
mengevaluasi atau menilai terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Adapun menurut (Rusdianto, 2009:16) dalam (Richardo, 2013:21),
anggaran mempunyai dua fungsi yaitu :
a. Alat perencanaan: sebagai bagian dari fungsi perencanaan (planning),
anggaran merupakan rencana kerja yang menjadi pedoman bagi anggota
organisasi dalam bertindak.
b. Alat pengendalian: sebagai bagian dari fungsi pengendalian (controlling),
anggaran berguna sebagai alat penilai aktivitas.
c. Setiap bagian organisasi sesuai dengan rencana atau tidak. Anggaran
berfungsi sebagai suatu standar atau tolak ukur manajemen.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum
anggaran mempunyai beberapa macam fungsi yaitu :
a. Fungsi perencanaan, dimana proses manajemen untuk menentukan tujuan
organisasi yang akan dicapai, mengatur strategi yang akan dilaksanakan,
selanjutnya penyusunan program dan tahap terakhir penyusunan anggaran
untuk setiap pusat pertanggungjawaban.
b. Fungsi koordinasi yaitu sebagai alat pengkoordinasikan rencana dan
tindakan berbagai unit atau segmen yang ada di dalam organisasi agar
dapat bekerja secara selaras kearah pencapaian tujuan.
16
c. Fungsi komunikasi dimana komunikasi meliputi menyampaian informasi
yang berhubungan dengan tujuan, strategi, kebijaksanaan, rencana,
pelaksanaan, dan penyimpangan yang terjadi.
d. Fungsi motivasi yaitu sebagai alat untuk memotivasi para pelaksana di
dalam melaksanakan tugas-tugas atau untuk mencapai tujuan. Dalam
memotivasi para pelaksana dapat penghargaan (rewards) kepada mereka
yang berprestasi.
e. Fungsi pengendalian dan evaluasi yaitu sebagai alat pengendalian kegiatan
karena anggaran sudah disetujui merupakan komitmen para pelaksana
yang ikut berperan serta di dalam penyusunan anggaran tersebut.
Pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan rencana dengan
pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan yang timbul.
Penyimpangan tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi atau penilaian
prestasi maupun umpan balik untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
f. Fungsi pendidikan. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mendidik para
pemimpin mengenai bagaimana bekerja secara terinci pada pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya dan sekaligus menghubungkan
dengan pusat pertanggungjawaban lainnya didalam organisasi yang
bersangkutan.
Sedangkan tujuan penyusunan anggaran menurut (Ellen dalam
Richardo, 2013 ) adalah sebagai berikut :
17
a. Untuk menyatakan harapan / sasaran perusahaan secara jelas dan formal,
sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa
yang hendak dicapai manajemen.
b. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak
terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan.
c. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud
mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi
individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
d. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka
memaksimalkan sumber daya.
e. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu
dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu
tidaknya tindakan koreksi.
4. Tahapan Anggaran
Diperlukan tahapan-tahapan tertentu dalam proses penyusunan
anggaran, agar dapat menciptakan anggaran yang berkualitas dan realistis
serta dapat memotivasi prapelaksana untuk lebih bertanggung jawab dalam
pencapaian target yang ditetapkan (Supriyono, 1990) dalam (Widayanti,
2006:15-16). Lima tahapan yang harus dilaksanakan dalam penetapan
anggaran, yaitu :
a. Menerbitkan pedoman
Pedoman ini harus menyebutkan rencana strategi yang dimodifikasi
dengan perkembangan kondisi organisasi dengan jelas. Pedoman ini dibuat
18
oleh staf anggaran yang dibentuk oleh manajemen puncak dan disetujui
olehnya.
b. Proposal anggaran permulaan
Sesuai dengan petunjuk pedoman penyusunan anggaran, pimpinan pusat
pertanggungjawaban dibantu oleh stafnya membuat anggaran sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Pimpinan tersebut juga mempelajari
dan menganalisis perubahan kondisi organisasi yang terjadi dalam tahun
anggaran sebelumnya.
c. Negosiasi
Tahap ini merupakan inti proses penyusunan anggaran. Pimpinan puncak
pertanggungajwaban harus memperhatikan validitas proposal yang telah
diajukannya dan melakukan penyesuaian-penyesuaian bila diperlukan.
d. Review dan persetujuan
Review dilakukan berdasarkan diskusi yang dilakukan pimpinan
menengah dan bawah dengan pimpinan puncak.
e. Revisi anggaran
Revisi anggaran dilakukan untuk memperbaiki kualitas anggaran.
5. Keuntungan dan Kelemahan Anggaran
Menurut Christina (2001:18-19) ada beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh bila perusahaan menerapkan penyusunan anggaran yang baik.
Beberapa keuntungan tersebut adalah :
a. Hasil yang diharapkan dari suatu rencana tertentu dapat diproyeksikan
sebelum rencana tersebut dilaksanakan.
19
b. Dalam menyusun anggaran, diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap
setiap tindakan yang akan dilakukan.
c. Anggaran merupakan penelitian untuk kerja sehingga dapat dijadikan
untuk menilai baik buruknya suatu hasil yang diperoleh.
d. Anggaran memerlukan adanya dukungan organisasi yang baik sehingga
setiap manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya.
e. Mengingat setiap manajer dan/atau penyelia dilibatkan dalam penyusunan
anggaran, maka kemungkinan terciptanya perasaan ikut berperan serta
(sense of partisipation).
Disamping beberapa keunggulan tersebut diatas, terdapat pula
beberapa kelemahan antara lain :
a. Dalam menyusun anggaran, penaksiran yang dipakai belum tentu tepat
dengan keadaan yang sebenarnya.
b. Sering kali yang digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran
mengalami perkembangan yang jauh berbeda daripada yang direncanakan.
c. Karena penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, maka secara
potensial dapat menimbulkan persoalan-persoalan hubungan kerja (human
relation) yang dapat menghambat proses pelaksanaan anggaran.
d. Penganggaran tidak dapat terlepas dari penilaian subyektif pembuat
kebijakan (desicion maker) terutama pada saat data dan informasi tidak
lengkap/cukup.
20
6. Partisipasi penyusunan anggaran
Menurut (Brownell, 1982) dalam (Nurcahyani, 2010) Partisipasi
penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individu-
individu secara langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap
penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan
akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran mereka. Seperti yang
dikemukakan oleh (Mulyadi, 1997:512) dalam (Widayanti, 2006) agar dalam
proses penyusunan anggaran dapat menghasilkan anggaran yang dapat
berfungsi sebagai alat manajemen, proses penyusunan anggaran harus
mampu menanamkan sense of commitment dalam diri penyusunnya. Proses
penyusunan anggaran yang tidak berhasil menanamkan sense of commitment
dalam diri penyusunnya akan berakibat anggaran yang disusun hanyalah
sekedar sebagai alat perencanaan belaka, yang jika terjadi penyimpangan
antara realisasi dengan anggaran tidak satupun manajer yang merasa
tanggung jawab.
Partisipasi anggaran adalah tahap partisipasi pengurus dalam
menyusun anggaran dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat
petanggungjawaban. Partisipasi merupakan keikutsertaan dalam
mempersepsikan tentang pengembangan, yang mencakup penjelasan
anggaran tahunan atau periode lainnya pada departemennya. Partisipasi
secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, dimana para
individual terlibat dan mempunyai pengaruh dalam pembuatan keputusan
21
yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap peran individu tersebut
(Supomo dan Indriantoro, 1998) dalam (Saraswati, 2015:27).
Menurut (Hansen dan Mowen, 2002:201) dalam ( Wdayanti, 2006:19)
paritisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mempengaruhi sikap, usaha
pencapaian anggaran, dan kinerja manajerial dengan memperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut :
a. Pemberian kesempatan untuk mengembangkan dan menerapkan
pengetahuan dan kemampuannya.
b. Penyusunan anggaran dapat disesuaikan dengan kemampuan pimpinan
yang bersangkutan.
c. Anggaran yang disusun tersebut mudah dipahami oleh pimpinan.
d. Pimpinan tersebut merasa bahwa anggaran yang disusun merupakan milik
mereka sehingga mereka berusaha mencapai sasaran yang telah
ditetapkan.
e. Menerima anggaran yang telah disusun sebagai dasar pengukuran kinerja.
Jadi, partisipasi penyusunan anggaran adalah keterlibatan pihak-pihak
secara langsung dalam proses pengambilan kebijakan penyusunan anggaran.
Manfaat dari partisipasi penyusunan anggaran ini adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kerjasama yang baik antar departemen.
b. Mengurangi atau menghilangkan konflik dan ketegangan diantara anggota
organisasi.
22
c. Meningkatkan kinerja atau prestasi manajer karena manajer atau bawahan
memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapainya karena merasa ikut
terlibat dalam penyusunan anggaran.
d. Menambah pemahaman tentang tugas, tanggung jawab dan strategi yang
akan dijalankan karena bawahan diberi kesempatan lebih untuk meminta
penjelasan dari atasan.
e. Memungkinkan adanya transfer informasi dari bawahan kepada atasan
sehingga pendapat menggunakan informasi sebagai masukan untuk
menerapkan strategi yang lebih baik dan anggaran yang disusun lebih
relevan.
Diharapkan adanya partisipasi ini, kinerja manajerial akan semakin
meningkat, karena suatu tujuan dirancang dan secara partisipasi disetujui,
maka karyawan memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapainya karena
ikut terlibat dalam penyusunan anggaran.
B. Budaya Organisasi
Teori-teori manajemen modern menekankan pentingnya perilaku
manajerial dalam melaksanakan tugasnya, perilaku tersebut sebagian besar
dipengaruhi oleh budaya organisasi. Baik atau tidaknya layanan manajerial
ditentukan oleh perilaku pelaku manajerial. Setiap organisasi mempunyai
budaya organisasi yang memengaruhi semua aspek organisasi dan perilaku
anggotanya secara individual dan kelompok. Pengaruh budaya organisasi dapat
dirasakan semua orang, budaya sistem sosial atau organisasi memengaruhi
23
perilaku anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja anggota dan
organisasi.
Budaya organisasi menurut Tika (2007) adalah seperangkat asumsi dasar
dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi kemudian
dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi
eksternal dan masalah integrasi internal. Seperti yang dikemukakan oleh
(Supomo dan indriantoro, 1998) dalam (Widayanti, 2006) kultur itu sendiri
merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial
yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain. Kultur dapat
diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan antara lain: nasional, daerah,
gender, generasi, kelas sosial, dan organisasi perusahaan. Sementara itu, di
dalam buku Budaya dan Iklim Organisasi ini budaya organisasi didefinisikan
sebagai norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat dan kebiasaan
organisasi yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin
dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru
serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga mempengearuhi pola pikir,
sikap dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, para
konsumen dan mencapai tujuan organisasi.
Jika semua definisi mengenai budaya organisasi diambil intinya,
hasilnya merupakan dimensi-dimensi isi budaya organisasi. Edgar H. Schein
(1985) melukiskan budaya organisasi dalam 3 level:
24
a. Artefak
Level ini merupakan dimensi yang paling terlihat dari budaya organisasi,
merupakan lingkungan fisik dan sosial organisasi. Pada level ini, orang yang
memasuki suatu organisasi dapat melihat dengan jelas bangunan, output
(barang atau jasa), teknologi, bahasa dan tulisan.
b. Nilai-nilai
Semua pembelajaran organsasi merefleksikan nilai-nilai anggota organisasi,
perasaan mereka mengenai apa yang seharusnya berbeda dengan apa yang
adanya. Jika anggota menghadapi persoalan baru, solusinya adalah nilai-nilai.
Pendiri organisasi menghadapi sesuatu yang harus dipecahkan, ia mengajukan
cara penyelesaiannya dan berhasil menyelesaikannya cara ini kemudian
disosialisasikan kepada anggota organisasi lainnya. Kepercayaan pemimpin
ini merupakan nilai-nilai dari pemimpin.
c. Asumsi dasar
Jika solusi yang dikemukakan pemimpin perusahaan dapat berhasil berulang-
ulang, maka solusi dianggap sebagai sudah seharusnya (taken of granted).
Apa yang semula hanya merupakan hipotesis yang didukung oleh nilai-nilai,
setelah berhasil dianggap realitas dan kebenaran. Asumsi dasar merupakan
solusi yang paling dipercaya sama dengan teori ilmu pengetahuan yang
sedang diterapkan untuk suatu problem yang dihadapi organisasi.
Sebuah budaya awal organisasi merupakan perkembangan dari ide yang
dibentuk atau diciptakan atas interaksi beberapa orang pendiri organisasi
kemudian filosofi tersebut berbentuk asumsi, nilai dan artefak. Seiring
berdirinya perusahaan, nilai-nilai tersebut ditanamkan dan diwariskan kepada
25
karyawan melalui seleksi, pelatihan, dan rutinitas keseharian diorganisasi
tersebut sehingga nilai-nilai tersebut tetap terjaga. Budaya organisasi hanya
diajarkan kepada anggota yang mendapat status tetap dan diizinkan masuk ke
dalam lingkaran kelompok tersebut, yang mana dalam kelompok tersebut
nantinya anggota mendapatkan rahasia dari organisasinya. Budaya organisasi
diajarkan melalui proses sosialisasi yang mana dalam menemukan anggota baru
dengan melihat dan menyesuaikan kebutuhan organisasi melalui asumsi dasar
sebagai rujukan. Kemudian asumsi dasar dan norma yang akan dijalankan
tersebut disampaikan kepada anggota baru. Penyampaian kepada anggota baru
dapat melalui pemberian reward dan punishment yang dijatuhkan oleh anggota
lama kepada anggota baru apabila perilaku mereka berbeda atau menyimpang.
Sosialisasi selalu ada proses pengajaran yang terjadi meskipun tersirat dan tidak
sistematis.
C. Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial merupakan hasil evaluasi terhadap aktivitas
manajerial yang efektif yang dilakukan melalui atasan langsung, rekan kerja,
diri sendiri, dan bawahan. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang
dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, partisipasi penyusunan anggaran dan peran anggaran sebagai
pengukur kinerja memiliki kaitan yang cukup erat. Menurut (Mardiasmo, 2006)
dalam (Saraswati, 2015) kinerja manajerial adalah gambaran seorang manajer
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program,
26
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.
Menurut Mahoney (1963) dalam (Nurcahyani, 2010) kinerja manajerial
diartikan sebagai kinerja individu dalam kegiatan manajerial yang meliputi
perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi, dan
representasi. Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor kunci untuk
mengembangkan organisasi agar lebih efektif dan efisien. Anggaran dapat
digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja suatu organisasi dengan
melakukan pengendalian dalam hal pengarahan dan pengendalian individu yang
terlibat dalam organisasi. Kinerja manajerial dapat dilihat dari partisipasi
penyusunan anggaran terjadi apabila adanya keterlibatan dan tingkat pengaruh
yang dirasakan oleh individu. Kinerja manajerial yang diperoleh manajer
merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas
organisasi.
Wewenang, tanggung jawab, dan peran seorang pemimpin dalam
penyusunan anggaran harus jelas karena dapat mempengaruhi kinerja
manajerial. Jika seorang pemimpin tidak mempunyai pemahaman yang baik
akan perannya di organisasi, maka ia tidak akan termotivasi untuk ikut aktif
berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan pengendalian kegiatan
unuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk mengukur dan mengevaluasi, manajer unit bisnis menggunakan
berbagai ukuran, baik keuangan maupun non keuangan. Pengukuran kinerja
merupakan suatu proses mencatat dan mengukur pelaksanaan kegiatan dalam
27
arah pencapaian sasaran, tujuan, visi dan misi melalui hasil-hasil yang
ditampilkan ataupun proses pelaksanaan suatu kegiatan. Pengukuran kinerja
juga berarti membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja
yang sebenarnya terjadi.
D. Pengembangan Hipotesis
1. Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Manajerial
Partisipasi dalam penyusunan anggaran lebih mangacu pada sejauh
mana manajer berpartisipasi dalam penyusunan anggaran dan mempengaruhi
sasaran untuk mencapai kinerja manajerial. Sasaran dapat dipandang sebagai
tujuan atau tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu. Apabila manajer
atau karyawan diberikan kewenangan untuk berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran maka akan mempengaruhi sasaran tertentu atau tingkat kinerja
manajerial yang diinginkan.
Secara garis besar, ada tiga pedekatan dalam proses partisipasi
penyusunan anggaran yaitu :
a. Top down approach (bersifat dari atas ke bawah)
Dalam penyusunan anggaran ini, manajemen senior menetapkan
anggaran bagi tingkat yang lebih rendah sehingga pelaksana anggaran
hanya melakukan apa saja yang telah disusun. Tapi pendekatam ini jarang
berhasil karena mengarah kepada kurangnya komitmen dari sisi pembuat
anggaran dan hal ini membahayakan keberhasilan rencana anggaran.
b. Bottom up approach (bersifat dari bawah ke atas)
28
Dalam penyusunan ini, anggaran sepenuhnya disusun oleh bawahan
dan selanjutnya diserahkan atasan untuk mendapatkan pengesahan. Dalam
pendekatan ini, manajer tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam
menentukan besaran anggarannya. Pendekatan dari bawah ke atas dapat
menciptakan komitmen untuk mencapai tujuan anggaran, tetapi apabila
tidak dikendalikan dengan hati-hati dapat menghasilkan jumlah yang
sangat mudah atau yang tidak sesuai dengan tujuan keseluruhan
perusahaan.
c. Kombinasi top down dan bottom up
Kombinasi antara kedua pendekatan inilah yang paling efektif.
Pendekatan ini menekankan perlunya interaksi antara atasan dan bawahan
secara bersama menetapkan anggaran yang terbaik bagi perusahaan. Jadi,
keberhasilan anggaran hanya akan dicapai jika semua pelaksana bekerja
sama dalam pelasanaan anggaran. Pada partisipasi penyusunan anggaran,
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran akan
menyesuaikan dengan tujuan pribadinya sehingga dapat meningkatkan
keselasan tujuan yang dapat mendorong terciptanya kreatifitas dan rasa
tanggung jawab.
Berbagai penelitian yang menguji hubungan antara partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial hasilnya saling
bertentang satu sama lain. Bambang Sarjito dan Osmad Muthaher (2008)
melakukan penelitian di pemerintahan daerah menemukan hubungan
positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja
29
manajerial. Tetapi dalam penelitian pihak lain, penelitian Suryanawa
(2008) menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh
pada kinerja manajerial tidak signifikan, sedangkan Purwandani (2012)
menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif
dan signifikan.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mencoba mengemukakan
hipotesis pertama sebagai berikut :
H1 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja
manajerial.
2. Budaya Organisasi dan Kinerja Manajerial
Menurut (Sardjito dan Osmad Muthaher, 2007) dalam (Purwandani,
2012) Budaya Organisasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku, cara kerja
dan motivasi para bawahannya untuk mencapai kinerja organisasi. Beberapa
penelitian dibidang akuntansi mengemukakan bahwa para manajer tingkat
bawah mempunyai tingkat informasi yang lebih akurat daripada para
atasannya mengenai kondisi-kondisi lokal pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya. Penelitian unit organisasinya daripada atasannya (manajer
puncak). Pengaruh budaya organisasi terhadap hubungan partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial dapat dikatakan bahwa
dengan adanya partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan
meningkatkan kinerja manajerial pada budaya organisasi, sedangkan pada
partisipasi yang rendah dalam penyusunan anggaran akan mennurunkan
kinerja manajerial pada budaya organisasi. Penelitian ini didukung oleh
30
penelitian (Supomo dan Indriantoro, 1998) dalam (Wati, 2013) anggaran
partisipatif mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial
pada kultur organisasi untuk menciptakan kinerja yang unggul. Oleh karena
itu disusunlah hipotesis kedua sebagai berikut :
H2 : Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
3. Budaya Organisasi Memoderasi Hubungan Antara Partisipasi
Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Manajerial.
Anggaran yang disusun secara partisipasif lebih mencerminkan bahwa
keputusan-keputusan yang penting dalam proses penyusunan anggaran
dibuat secara kelompok daripada individual. Pengaruh budaya organisasi
terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja
manajerial dapat dikatakan bahwa dengan adanya partisipasi yang tinggi
dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial pada
budaya organisasi, sedangkan pada partisipasi yang rendah dalam
penyusunan anggaran akan mennurunkan kinerja manajerial pada budaya
organisasi.
Solikhun Arifin (2012) mencoba melakukan penelitian dengan
memperluas hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan
kinerja manajerial terhadap komitmen organisasi, budaya organisasi dan gaya
kepemimpinan sebagai variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Berdasarkan hal
tersebut, hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah :
31
H3 : Budaya Organisasi Memoderasi Hubungan Antara Partisipasi
Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Manajerial.
E. Penelitian terdahulu
Penelitian yang menguji pengaruh antara partisipasi penyusunan
anggaran dengan kinerja manajerial telah banyak dilakukan, tetapi hasil dari
penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten. Di bawah ini akan diuraikan
sekilas tentang penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti tentang pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan budaya
organisasi sebagai variabel moderating.
Bambang Sarjito dan Osmad Muthaher (2008) melakukan penelitian di
pemerintahan daerah dengan menambahkan budaya dan komitmen organisasi
sebagai variabel moderating. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara partisipasi penyusunan
anggaran terhadap kinerja manajerial, terdapat pengaruh signifikan antara
variabel budaya dan komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi
anggaran dengan kinerja aparat pemerintahan.
Suryanawa (2008) juga melakukan penelitian pada SKPD Dinas
Kabupaten dengan menambahkan komitmen organisasi sebagai variabel
moderating. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dapat
disimpulkan bahwa penyusunan anggaran terbukti memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja manajerial dan interaksi antara partisipasi
32
penyusunan anggaran dan komitmen organisasi tidak signifikan terhadap kinerja
manajerial.
Liana Intansari (2011) melakukan penelitian pengaruh partisipasi
penyusunan anggaran kepada manajer rumah sakit di wilayah Sukoharjo dengan
menambahkan variabel komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan
sebagai variabel moderating. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang dapat
disimpulkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh
signifikan terhadap senjangan anggaran. Sedangkan komitmen organisasi tidak
memoderasi pengaruh partisipasi penganggaran dengan senjangan anggaran.
Begitupula dengan variabel ketidakpastian lingkungan tidak memoderasi
pengaruh partisipasi penganggaran dengan senjangan anggaran.
Solikhun Arifin (2012) melakukan penelitian pada aparat pemerintahan
dengan menambahkan variabel komitmen organisasi, budaya organisasi dan
gaya kepemimpinan sebagai variabel Moderating. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja aparat, selain itu juga dalam penelitian ini juga terdapat faktor-faktor
situasional yang dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat
yaitu komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan.
Gita Pramudya Saraswati (2015) melakukan penelitian di dinas
pemerintahan kota dengan menambahkan job relevant information sebagai
variabel moderating. Dalam penelitian yang telah dianalisis dapat disimpulkan
bahwa partisipasi penyusunan anggaran perpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial dan menurut kriteria variabel moderating dari hasil MRA, job
33
relevant information dalam penelitian ini bukan merupakan variabel
moderating. Job relevant information tidak memperkuat hubungan antara
partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.
F. Kerangka Pemikiran
Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya
ketidakkonsistenan pengaruh partisipasi penyusunan anggaran pada kinerja
manajerial. Untuk mengetahui penyebab ketidakkonsistenan ini diperlukan
suatu pendekatan dan upaya untuk mengevaluasi faktor-faktor yang
kemungkinan menyebabkan pertisipasi penyusunan anggaran menjadi efektif.
Partisipasi penyusunan anggaran merujuk kepada tingkat pengaruh
keterlibatan setiap individu dalam proses perancangan anggaran. Partisipasi
tersebut diartikan sebagai suatu bentuk kerjasama yang terjadi antara atasan dan
bawahan. Dengan penyusunan anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja
manajer akan meningkat, karena saat tujuan atas standar yang dirancang secara
partisipatif disetujui, maka bawahan akan memiliki tanggung jawab pribadi
untuk mencapai tujuan tersebut karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya.
Variabel moderating merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini
menggunakan variabel partisipasi penyusunan anggaran sebagai variabel
independen dan kinerja manajerial sebagai variabel dependen. Hubungan antara
dua variabel tersebut dipengaruhi oleh variabel moderating yaitu budaya
34
organisasi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
Partisipasi Penyusunan
Anggaran
Budaya Organisasi
Kinerja Manajerial