28
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatan Pelayanaan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan dan dituangkan dalam suatu system. Pelayanaan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayaan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialitik (primer) meliputi pelayanaan rawat jalan dan rawat inap. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dalam penyelenggaraan pelayanaan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud bagian Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dapat berupa : (Permenkes RI No.71 Tahun 2013:9). 1. Puskesmas atau yang setara 2. Praktik dokter 3. Praktik dokter gigi 4. Klinik pratama atau yang setara 5. Rumah Sakit Kelas D Pertama atau yang serta Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang berkerja sama dengan BPJS Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanaan kesehatan meliputi: (Kemenkes RI, 2014:20). a. Promotif : yaitu suatu rangkain kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan b. Preventif : yaitu suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit. c. Kuratif : yaitu suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk penyembuhan penyakit atau pengendaliaan kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoktimal mungkin. d. Rehabilitatif : yaitu kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kesehatan

Pelayanaan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh puskesmas

kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

pencatatan, pelaporan dan dituangkan dalam suatu system. Pelayanaan

Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayaan kesehatan perorangan yang

bersifat non spesialitik (primer) meliputi pelayanaan rawat jalan dan rawat

inap. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dalam

penyelenggaraan pelayanaan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud

bagian Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib

membangun jejaring dengan sarana penunjang Fasilitas Kesehatan tingkat

pertama dapat berupa : (Permenkes RI No.71 Tahun 2013:9).

1. Puskesmas atau yang setara

2. Praktik dokter

3. Praktik dokter gigi

4. Klinik pratama atau yang setara

5. Rumah Sakit Kelas D Pertama atau yang serta

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang berkerja sama dengan BPJS

Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanaan kesehatan meliputi:

(Kemenkes RI, 2014:20).

a. Promotif : yaitu suatu rangkain kegiatan pelayanan kesehatan yang

lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan

b. Preventif : yaitu suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah

kesehatan atau penyakit.

c. Kuratif : yaitu suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan

yang ditunjukan untuk penyembuhan penyakit atau pengendaliaan kecacatan

agar kualitas penderita dapat terjaga seoktimal mungkin.

d. Rehabilitatif : yaitu kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita

kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

8

masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksial mungkin

dengan kemampuan (Undang-undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009:2-

4).

B. Puskesmas

1. Definisi puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja

masyarakat (Permenkes RI No.75 Tahun 2014:3).

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif untuk mencapai kesehatan masyarakat yang sejahtera.

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi: pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), Pencegahan penyakit (preventif),

Penyembuhan penyakit (kuratif), Pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep

kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua

fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas. Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Permenkes RI

No.75 Tahun 2014:3).

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi

pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan

strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan

kesehatan masyarakat. Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang

terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan

masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan

pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

9

mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi

kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi

pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian

pharmaceutical care (Permenkes Nomor 74 Tahun 2016:12).

2. Pelayanaan Kefarmasian di Puskesmas

Ada beberapa pelayanaan Kefarmasian di puskesmas yaitu :

a. Pelayanaan Farmasi Klinik

b. Pelayanaan Perbekalan Obat dan Alat Kesehatan

Pelayanaan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanaan

Kefarmasian yang berlangsung dan bertanggung jawab kepada pasien

berkaitan dengan Obat dan Bahan Habis Pakai dengan maksud mencapai

hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

(Menurut Permenkes Nomor 74 Tahun 2016:19).

1) Pelayanaan farmasi klinik bertujuan untuk : (Permenkes Nomor 74 Tahun

2016:19-25).

b. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanaan Kefarmasian di

Puskesmas.

c. Memberikan pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,

kemampuan dan efisiensi Obat dan Bahan Habis Pakai.

d. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien

yang terkait dalam Pelayanaan Kefarmasian.

e. Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan

penggunaan Obat secara rasional.

1. Pelayanan Farmasi Klinis meliputi :

Kegiatan pengkajian resep, Penyerahan obat, pelayanaaninformasi

Obat/PIO, konseling dan pemantauan terapi obat/PTO.

a. Pengkajian dan pelayanaan Resep

Kegiatan pengkajian resep yaitu dimulai dari seleksi persyaratan

administrasi, persyaratan farmasetika dan persyaratan klinis baik untuk

pasien rawat inap maupun rawat jalan.

1) Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

2) Bentuk dan kekuatan sediaan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

10

3) Dosis dan jumlah obat

4) Stabilitas dan ketersediaan

5) Aturan dan cara penggunaan

6) Inkomatibilitas (ketidakcampuran obat)

b. Pelayanaan Informasi Obat ( PIO)

Pelayanaan informasi obat merupakan kegiatan pelayanaan yang

dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas

dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainya dan

pasien.

1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro

aktip dan pasif.

2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui

telepon, surat atau tatap muka.

c. Konseling

Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan

penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien

rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya

konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada

pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal Pengobatan,

cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara

penyimpanaan dan penggunaan obat.

1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien

2) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat

d. Ronde/ Visite Pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan

secara mandiri atau bersama tim profesikesehatan lainnya terdiri dari dokter,

perawat, ahli gizi dan lain-lain.

1) Memeriksa obat pasien

2) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan

obat.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

11

e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat Merupakan kegiatan pemantauan setiap

respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada

dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,

diagnosis dan terapi atau modifikasi fungsi fisiologis.

1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak

dikenal dan frekuensinya jarang

2) Menganalisis laporan efek samping obat.

3) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan terapi obat /PTO merupakan proses yang memastikan

bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau

dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

1) Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat

2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait dengan obat.

g. Evaluasi Penggunaan Obat (EVO)

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara

terstruktur dan berkesimbungan untuk dijamin obat yang digunakan sesuai

indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional)

1) Mendapatkan gambara pola penggunaan obat pada kasus tertentu

2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.

D. Sumber Pengadaan obat

1. PemesananObat/Alkes

Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan

mempertimbangkan pola konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya

Dan berdasarkan Formularium Puskesmas. Sediaan farmasi dan bahan medis

habis pakai yang ada di Puskesmas Rawat Inap Simpur berasal dari sumber

resmi, yaitu dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.Pemesanan

obat/alkes di Puskesmas Rawat Inap Simpur sudah dijadwalkan oleh Dinas

Kesehatan Kota seperti puskesmas lainnya yaitu permintaan pertahun dan

triwulan. Puskesmas Rawat Inap Simpur akan melakukan permintaan setiap

tiga bulan. Obat-obat yang tidak diberikan oleh dinas kesehatan dapat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

12

dilakukan pembelian langsung kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) sesuai

dengan kebutuhan perbulan atau per tiga bulan melalui Dinas Kesehatan Kota

Bandar Lampung dengan menggunakan dana yang berasal dari JKN (Profil

Puskesmas Simpur Tahun 2018:23).

D. Resep

1. Definisi Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter

hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan

atau membuat, meracik, serta menyediakan obat pada pasien (Syamsuni,

2006:18).

2. Pelayanaan Resep

Pelayanaan Resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan

non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat

sampai dengan penyerahan obat kepada pasien, pelayanaan resep dilakukan

sebagai berikut :

a. Penerimaan resep

b. Peracikan obat

c. Penyerahan obat

d. Pelayanaan informasi obat

(Depkes RI Tahun 2006:14).

3. Peresepan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan menyebutkan bahwa “Penggunaan obat harus dilakukan secara

rasional. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima

pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai,

dalam periode waktu yang adequate dan dengan biaya yang terjangkau oleh

masyarakat. Pada modul penggunaan Obat Rasional tahun 2011, dijelaskan

dalam melakukan identifikasi masalah maupun melakukan monitoring dan

evaluasi Penggunaan Obat Rasional, WHO menyusun indikator, yang dibagi

menjadi indikator inti dan indikator tambahan yang bertujuan untuk

melakukn pengukuran terhadap capaian keberhasilan upaya dan interversi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

13

dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional dalam pelayanaan

kesehatan.

Peresepan terdiri dari beberapa indikator inti, yaitu

a. Indikator Peresepan

1) Rerata jumlah item dalam tiap resep

2) Persentase peresepan dengan nama generik

3) Persentase peresepan dengan antibiotik

4) Persentase peresepan dengan suntikan

5) Persentase peresepan yang sesuai dengan Daftar Obat Esensial

b. Indikator Pelayanaan

1) Rata-rata waktu konsultasi

2) Rata-rata waktu penyerahan obat

3) Persentase obat yang sesungguhnya diserahkan

4) Persentase obat yang dilabel secara adekuat

c. Indikator Fasilitas

1) Pengetahuan pasien mengenai dosis yang benar

2) Ketersediaan Daftar Obat Esensial

3) Ketersediaan key drugs

d. Indikator tambahan meliputi :

1) Persentase pasien yang diterapi tanpa obat

2) Rerata biaya obat tiap peresepan

3) Persentase biaya untuk antibiotik

4) Persentase biaya untuk suntik

5) Peresepan yang sesuai dengan pedoman pengobatan

6) Persentase pasien yang puas dengan pelayanaan yang diberikan

7) Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai akses kepada informasi yang

obyektif (Kemenkes Tahun 2011:31).

E. Formularium Nasional

Formularium Nasional Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berhasiat bermutu

dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup. Pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Nasional perlu disusun daftar nama obat dalam bentuk

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

14

Formularium Nasional. Formularium Nasional sebagaimana dimaksud dalam

diktum kesatu merupakan daftar nama obat terpilih yang dibutuhkan dan

harus tersedia difasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka pelaksanaan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)(Kemenkes RI, 2017:1).

Pelayanan obat untuk peserta Asuransi Kesehatan, Jaminan Kesehatan

Nasional pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum

pada Fornas dan harga obat tercantum pada e-katalog obat yang ditujukan

untuk pasien BPJS (PMK No. 28, 2014:25).

F. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa

gejala, dimana tekana darah yang abnormal tinggi di dalam arteri

menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Wahyu, 2009:19).

Hipertensi adalah penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi.

Prevalensi penyakit ini meningkat dengan bertambahnya usia. Peningkatan

tekanan arteri menyebabkan perubahan patologis pada jaringan vascular dan

hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi merupakan penyakit penyerta yang utama

yaitu store, faktor resiko utama penyakit arteri coroner dan komplikasinya,

dan kontribusi utama. Gagal ginjal jantung insufisiensi ginjal dan aneurisme

aorta lapah, Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

terus-menurus sebesar ≥140/90mmHg, suatu kreteria yang menunjukan

bahwa resiko penyakit kardiovaskular yang berkaitan dengan hipertensi

cukup sehingga perlu mendapat perhatian medis, risiko penyakit

kardiovaskular fatal dan Nonfatal pada orang dewasa paling rendah bila TD

sistolik <120mmHg dan TD diastrolik <80 mmHg dan meningkatkan secara

progesif bila tekanan darah sistolik dan diastrolik lebih tinggi (Goodman &

Gilman, 2014:508).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

15

2.1 Tabel Klasifikasi Tekanan Darah

KlasifikasiTekanan Darah

Tekanan DarahSistolik (mmHg)

Tekanan DarahDiastolik (mmHg)

Normal Systole < 120 danDiastolik < 80

< 80

Prehipertensi Systole 120 – 139 dan Diatolik80 – 89

80 – 89

Hipertensi stage I Systole 140 - 159 dan Diastolik90 – 99

90 – 99

Hipertensi stage II Systole >160 danDiastolik > 100

>100

Sumber :JNC 7 (The seventh Reposrt of the Join National Committee onPrevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High BloodPressure).

2. Jenis Hipertensi

a. Hipertensi Primer

Hipertensi Primer ini belum diketahui penyebabnya (terdapat kurang

lebih 90% dari seluruh hipertensi). Hipertensi primer kemungkinkan

memiliki banyak penyebab beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh

darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatkannya tekanan

darah. Hipertensi primer suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi

sebagai akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang

yang pola makanan tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat

badan atau bahkan obesitas, Hipertensi Primer/Essensial merupakan pancetus

awal timbulnya penyakit tekanan darah tinggi.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat adanya

penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipetensi, sekunder.

Sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal.

Sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu (misalnya pil KB ). Hipertensi sekunder suatu kondisi di mana

terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang

mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal,

atau kerusakan system hormon tubuh.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

16

c. Pregnancy-induced bypertension (PIH)

Kondisi di mana hipertensi ini menyerang pada ibu hamil yang menderita

hipertensi. Kondisi hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolong

parah/ berbahaya.

d. Preeclampsia

Di mana pada kondisi wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga

mereka merasa pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka

yang membengkak, kurang nafsu makan. Mual bahkan muntah. Apabila

terjadi kejang-kejang sebagai dampak hipertensi maka disebut

‘eclamsia’(Muhammadun,AS,2010:24).

3. Gejala Hipertensi

Sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala yang

khusus. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala yang terjadi

bersamaan dan percaya berhubungan dengan hipertensi. Gejala yang

dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung (mimisan), migren

atau sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit

tengkuk, dan kelelahan. Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada

penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang

normal (Susilo,dkk,2011:25).

4. Faktor-faktor penyebab hipertensi

a. Faktor Genetik

Faktor Genetik yaitu ada beberapa faktor dimana pada keluarga tertentu

akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi.

Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar

untuk menderita hipertensi dari pada individu yang tidak mempunyai

keluarga dengan riwayat hipertensi.

b. Umur

Kepekatan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-

60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

17

Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang

bertambah usianya.

c. Jenis kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda

demikian juga pada perempuan dan laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi

untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang

lebih besar terdapat morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangakan

pada perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka

sudah berumur diatas 50 tahun.

d. Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stress

ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan

karakteristik personal. Stress merupakan respon tubuh yang bersifatnya

nonspesifok terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Terdapat beberapa jenis

penyakit yang berhubungan dengan stress yang dialami seseorang,

diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari

120mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 80mmHg. Stress yang dialami

seseorang akan membangkitkan saraf simpatetis yang akan memicu kerja

jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.

e. Kegemukaan (Obesitas)

Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya

hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara

berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai

peningkatan umur.

f. Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer. Asupan

garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari

hormonnatriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatan tekanan

darah. Asupan garam tinggi dapat menimbulkan perubahan tekanan darah

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

18

yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi

kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2 sendok makan.

g. Merokok

Merokok penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi salah

satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan

faktor resiko yang berpotensial untuk tindakan dalam upaya melawan arus

peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum

di Indonesia.

h. Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan darah

seseorang. Selain tidak bagus bagi tekanan darah kita, alcohol juga membuat

kita kecanduan yang akan sangat menyulitkan untuk lepas. Menghentikan

kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi hipertensi

kita tetapi juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.

i. Kafein

Kopi adalah bahan minuman yang banyak mengadung kafein. Demikian

pula pada teh walaupun kandungannya tidak sebanyak pada kopi.

j. Kurang olahraga

Zaman modern seperti sekarang ini, banyak kegiatan yang dapat

dilakukan dengan cara yang cepat dan praktis. Manusia pun cenderung

mencari segala sesuatu yang mudah dan praktis sehingga secara otomatis

tubuh tidak banyak bergerak. Selain itu, dengan adanya kesibukan yang luar

biasa manusia pun merasa tidak punya waktu lagi untuk berolahraga.

Akibatnya, kita terjadi kurang bergerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah

yang memicu kolestrol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus

menguat sehingga memunculkan hipertensi.

k. Kolestrol tinggi

Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan

timbunan kolestrol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat

pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.

Sudah sangat layak kita harus mengendalikan kolestrol kita sedini mungkin

(susilo, dkk, 2011:54).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

19

5. Penatalaksanaan hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-

obat ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup

dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari 1 sendok

the (6gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein,

rokok, dan minuman beralkohol. Olahraga juga dianjurkan bagi penderita

hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit

dengan frekuensi 3-5 perminggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8

jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-

obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Ada pun

makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak

kelapa, gajih).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,

keripik dan makanan kering yang asin).

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta

buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein

hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning

telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap manis, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco

serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada

makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam

tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota

besar di Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya

hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan

penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

20

sehingga dikomplikasi yang akan terjadi dapat dihindarkan

(Infodatin,2014:5).

6. Obat Antihipertensi

Hipertensi perlu mendapatkan pengobatan yang serius. Jika penderita

hipertensi juga mengalami komplikasi dengan diabetes, payah jantung, atau

pun penyakit ginjal, tersedia berbagai obat antihipertensi yang dipercayai

dapat menurunkan tekanan darah, setiap jenis antihipertensi mempunyai cara

kerja yang berbeda sebagai beriku : (Dr.Winarto, 2007:33).

a. Angiostensin-converting enzyme inhibitor / ACE-Inhibitor

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim angiostensin

II (Angiostensin-converting enzyme/ACE-Inhibitor). Angiostensin merupakan

suatu hormon yang berperan dalam menyempitkan pembuluh darah. Dengan

pemberian obat ini, angiostensi II tidak bekerja secara aktif sehingga

pembuluh darah dapat melebar dan menurunkan tekanan darah. Beberapa

obat antihipertensi golongan penghambat ACE-Inhibitor sebagai berikut.

1) Captopril (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:242)

a. Farmakodinamik :

Indikasi

Gagal jantung, kongestif, disfungsi vertikel kiri setelah infark miokard,

nefropati diabetes

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap captopril atau komponen dari formulannya,

angioedema akibat ACE inhibitor, hiperldosteron primer, angioedema

herediter atau idiopatik, stenosis arteri ginjal bilateral

Mekanisme kerja

Menghambat secara kompetitif terhadap enzim pengubah angiostensin

(Angiostensin Converting Enzym); mencegah perubahan angiostensi I

menjadi angiostensin II; vasokonstriktor; hasilnya adalah turunnya level

angiostensi II yang menyebabkan peningkatan aktivitas rennin plasma dan

penurunan sekresi aldosteron

Efek samping

Kardiovaskular : hipotensi (1-2,5%), takikardi (1%), nyeri dada (1%),

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

21

Dermatologi : kemerahan (makulupapular atau urtikaria) (4%-7%), gatla

(2%); pada pasien dengan kemerahan, terdapat positif ANA dan atau

eosinofilia yang tercatat 7%-10%

Ginjal : proteinuria (1%), peningkatan kreatinin serum, memperparah fungsi

ginjal (dapat terjadi pasien dengan stenosis arteri renal bilateral atau

hipovolemia) batuk (0,5%-2%)

Aksi : penurunan dalam menit Efek maksimum :60-90 menit.

Lama kerja : tergantung dosis; membutuhkan beberapa minggu terapi

sebelum efek hipotensif penuh terlihat

b. Farmakokinetik :

Absobsi : Oral: 60%-75%; 7 Lkg

Distribusi : Vd: 7L/kg

Ikatan protein : 25%-30%

Metabolisme : 50% dimetabolisme paruh: Bayi dengan CHF; 3,3 jam; kisaran

: 1.2-12.4 Anak-anak: 1,5 jam; kisaran: 0,98-2,3 jam dewasa normal

Waktu paruh : dewasa normal : tergantung fungsi jantung dan ginjal: 1,9 jam

gangguan fungsi ginjal: 3,5-32 jam

Anuria : 20-40 jam

c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:280).

Tablet 12,5 mg, 25 mg, 37,5 mg, 50 mg, 100 mg

d. Aturan pakai :

Dosis Awal : Sehari 2x 12,5 mg sebelum makan

Pemeliharaan : Sehari 2x 25 mg, dapat ditingkatkan setelah 2-4 minggu

Dosis Maksimal : Sehari 2x 50 mg.

Dosis Anak Awal : 0,3 mg/kgBB/hari .

Dosis Maksimum : 0.6 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi

2) Benazepril

3) Enalapril

4) Fasinopril

5) Lisinopril, dll.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

22

e. Agiotensin II Reseptor Blocker/ARB

Cara kerja obat ini mirip dengan ACE-inhibitor. Jika ACE-inhibitor

menghambat aktivitas enzyme angiostensi II, tetapi obat jenis ini bekerja

dengan cara menghambat reseptor Angiostensin II. Itulah sebabnya obat ini

lebih memberikan efek yang lebih efektif dalam penurunan tekanan darah.

Jika ACE-Inhibitor menimbulkan efek samping berupa batuk yang sangat

mengganggu, pemberian obat jenis ini tidak menimbulkan batuk.

Golongan Antagonis reseptor angiostensin meliputi beberapa jenis obat

berikut : (Dr.Winarto, 2007:34).

1) Irbensartan (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:758)

a. Farmakodinamik :

Indikasi

Hipertensi; kobinasi dengan HCT: pengobatan hipertensi yang tidak

dapat terkontrol dengan irbensartan

Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap candesartan atau bahan dalam formulasi.

Mekanisme kerja

Menghasilkan onism dari efek angiostensin II. Berbeda dengan ACE

inhibitor, irbesartan menghambat pengikatan angiostensin II dengan subtipe

reseptor AT1. Menghasilkan efek penurun tekanan darah dengan

antagonizing AT1 yang diinduksi vasokonstriksi, pelepasan aldosteron,

pelepasan katekolamin, pelepasan vasopresin arginin, respons hipotropik air.

Efek samping

Mual, muntah, lelah, nyeri pada otot; tidak terlalu sering; diare,

dyspepsia, kemerahan, takikardia, batuk, disfungsi seksual; jarang: ruam,

urtikaria; sangat jarang; sakit kepala, mialgia, arthalgia, telinga berdenging,

gangguan pencecap, hepatitis, disfungsi ginjal.

efek maksimum : 3-6 jam pascaposis; dengan efek maksimum dosis kronis: -

2 minggu

b. Farmakokinetik

Absopsi : cepat dan hampir lengkap

Distribusi : dewasa 53-93 L

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

23

Pengikat protein : terutama pada albumin dan alfa, asam gylcoprotein .

Metabolisme : dihati

Bioavabilitas : 60% -80%

Waktu paruh : 11-15 jam

c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:295).

Tablet 150 mg dan 300 mg

d. Aturan minum :

Dosis awal : 150 mg sehari 1x. dapat ditingkatkan sampai dengan 300 mg

Pada Lansia : >75 tahun dan pasien hemodialisa dosis awal 75 mg.

2) Eprosartan

3) Losartan

4) Telmisartan

5) Candesartan

f. Beta-Blocker

Beta-blocker bekerja dengan cara memperlambat kerja jantung melalui

pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan menurunkan tekanan darah.

Secara kimiawi komponen golongan Beta-bloker menghambat kerja

noradrenalin dan adrenalin. Kerja sama kedua senyawa kimia ini berguna

mempersiapkan tubuh saat menghadapi bahaya sehingga tubuh siap lari.

Penghambatan terhadap kerja noradrenalin dan adrenalin mengakibatkan

menurunnya kontraksi otot, memperlambat kerja jantung, dan menurunkan

tekanan darah. Beberapa contoh obat antihipertensi golongan Beta-Blocker

sebagai berikut : (Dr.Winarto, 2007:32).

1) Proponolol (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:1175)

a. Farmakodinamik:

Indikasi

proponolol obat terapi hipertensi, angina, aritma, pencegahan migrain.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap proponolol atau komponen apa pun;CHF tanpa

kompensasi, syok bradikardia atau blok jantung, asma, penyakit jalan napas

hiperaktif, penyakit paru obstruktif kronis, sindrom raynaud.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

24

Mekanisme kerja

Non-beta blocker adrenergic (kelas II antiaritmia); secara kompetitif

memblokir respon terhadap stimulasi beta, dan beta 2-adrenergik yang

menghasilkan denyut jantung, kontraktilitas tekanan darah miokard, dan

kebutuhan oksigen miokard. Efek pemblokiran beta-adrenergik disebabkan

oleh (-) enansiomer. Proponolol juga memberikan membran akior seperti

anestesi seperti quinidine pada dosis yang lebih tinggi dari yang diperlukan

untuk blockade beta; ini mempengaruhi potensi aksi jantung.

Efek samping

Kardiovaskular : insufisiensi arteri, brandikardia, CHF, hipotensi,

gangguan kontraktilitas miokardium, thrombosis arteri teric mese(jarang),

sindrom raynaud, perburukan gangguan konduksi AV.

Beta blockade : Oral (pelepasan segera); timbulnya aksi: dalam 1-2 jam

durasi: -6 jam

b. Farmakokinetik :

Absopsi : oral; rapid dan lengkap

Distribusi: Vd: dewasa: 3,9 U/kg, IV: 5-10 menit paruh

Metabolisme : efek first-passyang luas dimetabolisme dihati menjadi senyawa

aktif dan tidak aktif ;3 jalur metabolisme utama meliputi : hidroksilasi

aromatic (terutama 4-hidroksilasi), N-dealkilasi diikuti oleh oksida rantai

samping lebih lanjut dan glukuronidasi langsung.

Bioavailabilitas tablet pelepasan sebesar 50%

Eliminasi (berpanjangan dengan disfungsi hati);neonates dan inifan

waktu paruh: 3,9-6,4 jam dewasa: 4-6 jam.

c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:285).

Tablet 10 mg, 20 mg, 40 mg

d. Aturan pakai :

Dosis awal : Sehari 2x 40 mg selanjutnya ditingkatkan menjadi 160 mg-

320 mg sehari dalam dosis terbagi

Aritmia : Sehari 3-4x 10-80 mg

Angina pectoris : 3-4x 10-20 mg, dosis dapat ditingkatka menjadi sehari 160-

240 mg dalam dosis terbagi 4.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

25

2) Pindolol

3) Bisoporol

g. Calcium Channel Blocker / CCB

Penghambat saluran kalsium bekerja dengan menghambat kerja kalsium

dalam otot halus pada dinding arteriol. Kalsium dapat menyebabkan

penyempitan otot halus arteriol sehingga tekanan darah meningkat (terjadi

hipertensi). Beberapa obat antihipertensi golongan Penghambat Saluran

Kalsium, sebagai berikut : (Dr.Winarto, 2007:33).

1) Amlodipin (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:242)

a. Farmakodinamik :

Indikasi

Terapi hipertensi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain;

angina pectoris stabil tunggal atau kombinasi dengan antiangina lain.

Kontraindikasi

Hipersensitifitas terhadap amlodipin atau komponenya atau terhadap

penghambat kalsium lain; hipotensi berat atau blok jantung derajat 2 atau 3.

Mekanisme kerja

Amlodipin menghambat ion kalsium memasuki “slow channel” pada otot

polos veskuler dan miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi

otot polos vaskuler koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan pasokan

oksigen miokard pada pasien angina vasospatik.

Efek samping

>10% : edema perifer (1,8% sampai 14,6% tergantung dosis 1%-10%.

flusing (0,7%-2,6%), palpitasi (0,7-4,5%), sakit kepala (7,3% sama dengan

placebo), kemerahan (1%-2%), gatal (1%-2%), mual (2,9), nyeri abdomen

(1%-2%), dyspepsia (1%-2%), hyperplasia gingival dispnea (1%-2%), edema

pulmonal (15% pada trial PRAISE, dengan populasi gagal jantung kongestif)

Serangan awal; Oral dalam : 30-60 menit

I.M :30 menit

i.V : 5 menit

Efek maksimum : Oral dalam : 1-2 hari

Durasi : Oral : 6-8 hari

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

26

I.V : 2 jam

b. Farmakokinetik :

Absopsi : Dengan baik

Distribusi : anak-anak; mirip per kg basis yang disesuaikan dengan berat

badan anak yang lebih muda (Usia 6 tahun) dewasa; 21L /kg

Ikatan protein : 93%

waktu paruh : dewasa; fungsi ginjal normal : 30 menit, gagal ginjal: 9 jam

Metabolisme : 90% didalam hati

Bioavaibilitas : 64% sampai 90%

waktu paruh : 30-50 jam

Eliminasi : 60% dari metabolit

Ekskresi : melalui urine

c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:286).

Tablet 2.5 mg, 5 mg, 10 mg

d. Aturan pakai :

Dosis Awal : Sehari 1x 5 mg

Dosis Maksimal : Sehari 1x 10 mg

Dosis Lansia Awal : Sehari 2.5 mg

2) Nifedipin

3) Nisoldipine dll.

h. Golongan diuretik

Golongan diuretik bekerja dengan cara membusng kelebihsn air dan

natrium melalui pengeluaran urine. Berkurangnya air dalam darah

mengakibatkan volume darah menurun sehingga pekerjaan jantung menjadi

ringan. Pemakaian obat diuretik mengalami banyak buang air (kecil).

Golongan obat jenis ini merupakan pilihan pertama untuk pengobatan

hipertensi. Berikut adalah obat dari golongan diuretik : (Dr.Winarto,

2007:31).

1) Furosemide (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:632)

a. Farmakodinamik :

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

27

Indikasi

Terapi edema yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif, penyakit

liver dan ginjal, sebagai antihipertensi tunggal atau kombinasi

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap furosemid, komponennya, atau sulfonylurea, koma

hepatic, kekurangan elektrolit yang parah

Mekanisme kerja

Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada loop ansa henle dan

tubulus distal ginjal, menyebabkan peningkatan ekresi air, natrium, florida,

magnesium dan kalsium.

Efek samping

hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis kronik, hipotensi akut, serangan

jantung , parestase, vertigo, sakit kepala, pusing, demam, dermatitis

eksfoliatif, eritma multiforme, purpara, fotosensitif, urtikaria, gatal, mual,

muntah, anoreksia, iritasi oral dan gaster, kram, diare, konsipasi, pancreatitis,

anemia aplastik (jarang), trombositopenia, agranulositosis (jarang)

Neuromoskular : spasme otot, lemah, gangguan pendengaran, tinnitus

Serangan awal; Oral dalam : 30-60 menit

I.M : 30 menit

I.V : 5 menit

Efek maksimum : Oral dalam : 1-2 hari

Durasi : Oral : 6-8 hari

I.V : 2 jam

b. Farmakokinetik :

Absopsi : 65% pada pasien dengan fungsi ginjal normal, berkurang

hingga 45% pada patierts dengan gagal ginjal

Ikatan protein : 98%

Waktu paruh : dewasa; fungsi ginjal normal : 30 menit, gagal ginjal: 9 jam

Metabolisme : dihati

Bioavaibilitas : 64% sampai 90%

Waktu paruh : 30-50 jam

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

28

Eliminasi : 50% dosis dan 80% IV dosis diekskresi lewat ginjal, 10%

Ekskresi : tidak berubah dalam urine dalam waktu 24 jam

c. Bentuk sediaan (ISO, VOL 50, 2016:230).

Tablet 20 mg, 40 mg, 80 mg

d. Aturan pakai :

Dewasa : Sehari 1-2x 1-2 tab, maksimal 5 Tab sehari

Dosis Awal : 20-40 mg IM/IV

Edema paru-paru akut pada dosis awal 40 mg IV, bisa dilanjutkan 20-40 mg

setelah 20 menit

2) Hidroklotiazid

3) Spironolaktone

G. Profil Puskesmas

Puskesmas Rawat Inap Simpur terletak di Jl. Tamin no. 121 Kel. Kelapa

Tiga dengan Wilayah Kerja3Kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat

yaitu Kelurahan Kelapa Tiga, Kelurahan Kaliawi Persada dan Kelurahan

Pasir Gintung. Batas wilayah kerja puskesmas rawat inap simpur :

1. Sebelah Utara : Berbatas dengan kelurahan Sidodadi Kecamatan

Kedaton

2. Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kelurahan Durian Payung Kecamatan

TK Pusat

3. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kelurahan Sukadanaham Kec. TK

Barat

4. Sebelah Timur : Berbatas dengan Kelurahan Gunung Sari Kecamatan

Enggal

Secara topografi merupakan dataran rendah dan berbukit dengan aliran kali /

sungai kecil.

Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Jumlah Rumah Dan LuasWilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur Tahun 2017.

No KelurahanJumlah

PendudukJumlahRumah

Jumlah KKLuas

Wilayah123

Kelapa TigaPasir GintungKaliawi Persada

8.5276.9194.993

1.3521.006783

3.0081.7061.891

67 Ha56 Ha15 Ha

Jumlah 20.439 3.141 6.605 138

Sumber : Profil puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

29

1. Sejarah Puskesmas Simpur

Puskesmas Simpur berdiri sejak tahun 1958 dengan wilayah kerja 11

kelurahan dan 4 puskesmas pembantu, berlokasi di Jl. Kartini No. 24

Keluruhan Tanjung Karang. Pada tahun 1970 puskesmas ini pindah ke Jl.

Batu Sangkar No. 4 Kel. Kelapa Tiga dan tahun 1982 pindah lokasi ke Jl.

Tamin no. 121 Kel. Kelapa Tiga dengan 2 Puskesmas Pembantu dan

membina 6 kelurahan wilayah kerja. Sesuai Surat Keputusan Walikota

Bandar Lampung Nomor 184/09/HK/2009, tanggal 31 Maret 2009,

Puskesmas Simpur berubah status menjadi Puskesmas Rawat Inap Simpur

dengan membawahi 4 kelurahan wilayah kerja yakni Kelurahan Kelapa Tiga,

Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Penengahan, dan Kelurahan Gunung

Sari, tanpa Puskesmas Pembantu. Dengan adanya Peraturan Daerah kota

Bandar Lampung Nomor 04 tahun 2012 yang disinergikan dengan Peraturan

Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 12 tahun 2012 Tentang Penataan dan

Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, maka jumlah kecamatan dari 13

kecamatan bertambah menjadi 20 kecamatan dan jumlah kelurahan dari 98

kelurahan menjadi 126 kelurahan, maka terjadi perubahan wilayah kerja

Puskesmas Rawat Inap Simpur menjadi 3 Kelurahan Wilayah Kerja yaitu

Kelurahan Kelapa Tiga, Kelurahan Kaliawi Persada, dan Kelurahan Pasir

Gintung.

1) Instalasi Farmasi Puskesmas

Visi :

terwujudnya pelayanan Puskesmas yang optimal bebas KLB, dengan

bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat menuju

Bandar Lampung Sehat 2020.

Misi :

1) Memberikan pelayanan yang profesional dan bermutu

2) Memberikan pelayanan yang nyaman dan ramah

3) Meningkatkan sumber daya manusia

4) Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

5) Menggalang kemitraan dengan semua pihak dan pemberdayaan

masyarakat untuk hidup sehat.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

30

7) Tujuan Instalasi Farmasi Puskesmas

1. Menyediakan dan memberikan sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan

disertai informasi yang terkait

2. Agar masyarakat memperoleh manfaat yang terbaik.

8) Fungsi Instalasi Farmasi Puskesmas

1. Managemen Kefarmasian

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

2. Pelayanan Farmasi Klinis

a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alatkesehatan

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan

d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan

e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga

f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga

g. Melakukan pencatatan setiap kegiatan

h. Melaporkan setiap kegiatan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

31

H. Kerangka Teori

(Sumber :Permenkes Nomor 74 Tahun 2016)

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Pelayanaan Kesehatan

Puskesmas

Pelayanaan Kefarmasian

Pelayanaan Farmasi Klinik

Resep Hipertensi

1. Krakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin danusia.

2. Jumlah item obat perlembar resep.3. Golongan Antihipertensi.4. Jenis obat hipertensi.5. Jenis obat penyerta .6. Persentase peresepan obat generik.7. Persentase peresepan obat hipertensi sesuai dengan

Formularium Nasional8. Persentase peresepan obat hipertensisesuai dengan

Formularium Puskesmas.

a.Pengkajiandan pelayanaanresep

Pelayanan perbekalan obat dan alatkesehatan

c. Konseling d. Ronde/VisitePasien

b.PelayanaanInformasiObat (PIO)

e.MonitoringEfek Samping(MESO)

f.Pemantauanterapiobat(PTO)

1) 1)Nama, umur, jeniskelamin, dan beratbadan pasien.2)Bentuk dan kekuatansediaan3)Dosis dan jumlah obat4)Stabilitasdanketersediaan

2) 5)Aturan dan carapenggunaan6)Inkopatibilitas(ketidakcampuran obat)

g. EvaluasiPenggunaanObat (EVO)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

32

l. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Pola Peresepan pada penderita

Hipertensi padapasien Rawat

Jalan

1. Krakteristik pasienberdasarkan jenis kelamin danumur.

2. Jumlah item obat perlembarresep

3. Golongan Antihipertensi.4. Jenis obat hipertensi.5. Jenis obat penyerta6. Persentase peresepan obat

generik7. Persentase peresepan obat

hipertensi sesuai denganFormularium Nasional

8. Persentase peresepan obathipertensi sesuai denganFormularium Puskesmas

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

33

J. Definisi Operasional

Tabel 2.3 Definisi Operasional

No VariabelDefinisi

OperasionalCara Ukur

AlatUkur

Hasil UkurSkalaUkur

1. JenisKelamin

a. Identitas gender PenelitianDokumen

Checklist 1. Laki-Laki2. Perempuan

Nominal

2. Usia b. lama hidupdihitung dariulang tahunterakhir

PenelitianDokumen

Checklist 1. Remaja (17-25 tahun)2. Dewasa(26- 45 tahun)3.Lansia(46-65 tahun)4.Manula(>65tahun)

Ordinal

3. Jumlah itemobatperlembarresep

Jumlah obatperlembar resep

PenelitianDokumen

Checklist 1.12. 23. 34.45.56.6Dll

Nominal

4. Golonganobathipertensi

Antihipertensiyang diresepkansesuai dengangolonganantihipertensimenurutfarmakologinya

PenelitianDokumen

checklist Antihipertensiberdasarkanpenggolongan1.AgiontensiConvestingenzymeinhibitor/ACE-I2.AntagonisreseptorBlocker/ARB3. CalciumChannelBlocker /CCB4. Beta-Bloker/ BB5.Diuretik6.dll

Nominal

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/687/2/3. BAB 2(1).pdf · dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini

34

5. Jenis obathipertensi

Jenis obathipertensi yangpaling banyakdigunakandipuskesmas

PenelitianDokumen

checklist 1.Captopril1. irbensartan2.Amlodipine3.Propranolol4.Furosemide6.dll

Nominal

6. Jenis obatpenyerta

Jenis obat yangterdapat dalamresep selain obathipertensi

PenelitianDokumen

checklist 1. Kaliumdiclofenac2. B. Complek3. Meloxicam4. Paracetamol5. Cetirizine6. allupurinol7. Simvastatin8.Ibuprofen9. Metformin

Nominal

7.Peresepanobat generik

Resep obat yangmengadung obatyang sesuaidengan namakandungan zataktifnya

PenelitianDokumen

Checklist 1.Generik2.Non generik

Nominal

8. Peresepanobat sesuaiFormulariumNasional

Peresepan obathipertensi sesuaiatau tidak dengandaftar obat yangdisediakansebagai acuanuntuk penulisanresep

PenelitianDokumen

checklist 1. Sesuai2. Tidak sesuai

Ordinal

9. PeresapanObat sesuaidenganformulariumpuskesmas

Peresapanantihipertensisesuai atau tidakdengan daftarobat dalamformulariumpuskesmas untukpasien dengandiagnosahipertensi

PenelitianDokumen

checklist 1. Sesuai2. Tidak sesuai

Ordinal