Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan Kesehatan
Pelayanaan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh puskesmas
kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
pencatatan, pelaporan dan dituangkan dalam suatu system. Pelayanaan
Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayaan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialitik (primer) meliputi pelayanaan rawat jalan dan rawat
inap. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dalam
penyelenggaraan pelayanaan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud
bagian Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib
membangun jejaring dengan sarana penunjang Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama dapat berupa : (Permenkes RI No.71 Tahun 2013:9).
1. Puskesmas atau yang setara
2. Praktik dokter
3. Praktik dokter gigi
4. Klinik pratama atau yang setara
5. Rumah Sakit Kelas D Pertama atau yang serta
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang berkerja sama dengan BPJS
Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanaan kesehatan meliputi:
(Kemenkes RI, 2014:20).
a. Promotif : yaitu suatu rangkain kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan
b. Preventif : yaitu suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan atau penyakit.
c. Kuratif : yaitu suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditunjukan untuk penyembuhan penyakit atau pengendaliaan kecacatan
agar kualitas penderita dapat terjaga seoktimal mungkin.
d. Rehabilitatif : yaitu kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita
kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
8
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksial mungkin
dengan kemampuan (Undang-undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009:2-
4).
B. Puskesmas
1. Definisi puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja
masyarakat (Permenkes RI No.75 Tahun 2014:3).
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai kesehatan masyarakat yang sejahtera.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi: pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), Pencegahan penyakit (preventif),
Penyembuhan penyakit (kuratif), Pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Permenkes RI
No.75 Tahun 2014:3).
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi
pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan
strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan
pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,
9
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi
kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi
pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
pharmaceutical care (Permenkes Nomor 74 Tahun 2016:12).
2. Pelayanaan Kefarmasian di Puskesmas
Ada beberapa pelayanaan Kefarmasian di puskesmas yaitu :
a. Pelayanaan Farmasi Klinik
b. Pelayanaan Perbekalan Obat dan Alat Kesehatan
Pelayanaan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanaan
Kefarmasian yang berlangsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Obat dan Bahan Habis Pakai dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
(Menurut Permenkes Nomor 74 Tahun 2016:19).
1) Pelayanaan farmasi klinik bertujuan untuk : (Permenkes Nomor 74 Tahun
2016:19-25).
b. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanaan Kefarmasian di
Puskesmas.
c. Memberikan pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
kemampuan dan efisiensi Obat dan Bahan Habis Pakai.
d. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yang terkait dalam Pelayanaan Kefarmasian.
e. Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
1. Pelayanan Farmasi Klinis meliputi :
Kegiatan pengkajian resep, Penyerahan obat, pelayanaaninformasi
Obat/PIO, konseling dan pemantauan terapi obat/PTO.
a. Pengkajian dan pelayanaan Resep
Kegiatan pengkajian resep yaitu dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetika dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
1) Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
2) Bentuk dan kekuatan sediaan
10
3) Dosis dan jumlah obat
4) Stabilitas dan ketersediaan
5) Aturan dan cara penggunaan
6) Inkomatibilitas (ketidakcampuran obat)
b. Pelayanaan Informasi Obat ( PIO)
Pelayanaan informasi obat merupakan kegiatan pelayanaan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainya dan
pasien.
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktip dan pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
c. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya
konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal Pengobatan,
cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara
penyimpanaan dan penggunaan obat.
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d. Ronde/ Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesikesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi dan lain-lain.
1) Memeriksa obat pasien
2) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
obat.
11
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat Merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau modifikasi fungsi fisiologis.
1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang
2) Menganalisis laporan efek samping obat.
3) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat /PTO merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
1) Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat
2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait dengan obat.
g. Evaluasi Penggunaan Obat (EVO)
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesimbungan untuk dijamin obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional)
1) Mendapatkan gambara pola penggunaan obat pada kasus tertentu
2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.
D. Sumber Pengadaan obat
1. PemesananObat/Alkes
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya
Dan berdasarkan Formularium Puskesmas. Sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai yang ada di Puskesmas Rawat Inap Simpur berasal dari sumber
resmi, yaitu dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.Pemesanan
obat/alkes di Puskesmas Rawat Inap Simpur sudah dijadwalkan oleh Dinas
Kesehatan Kota seperti puskesmas lainnya yaitu permintaan pertahun dan
triwulan. Puskesmas Rawat Inap Simpur akan melakukan permintaan setiap
tiga bulan. Obat-obat yang tidak diberikan oleh dinas kesehatan dapat
12
dilakukan pembelian langsung kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) sesuai
dengan kebutuhan perbulan atau per tiga bulan melalui Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung dengan menggunakan dana yang berasal dari JKN (Profil
Puskesmas Simpur Tahun 2018:23).
D. Resep
1. Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan
atau membuat, meracik, serta menyediakan obat pada pasien (Syamsuni,
2006:18).
2. Pelayanaan Resep
Pelayanaan Resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan
non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat
sampai dengan penyerahan obat kepada pasien, pelayanaan resep dilakukan
sebagai berikut :
a. Penerimaan resep
b. Peracikan obat
c. Penyerahan obat
d. Pelayanaan informasi obat
(Depkes RI Tahun 2006:14).
3. Peresepan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa “Penggunaan obat harus dilakukan secara
rasional. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima
pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai,
dalam periode waktu yang adequate dan dengan biaya yang terjangkau oleh
masyarakat. Pada modul penggunaan Obat Rasional tahun 2011, dijelaskan
dalam melakukan identifikasi masalah maupun melakukan monitoring dan
evaluasi Penggunaan Obat Rasional, WHO menyusun indikator, yang dibagi
menjadi indikator inti dan indikator tambahan yang bertujuan untuk
melakukn pengukuran terhadap capaian keberhasilan upaya dan interversi
13
dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional dalam pelayanaan
kesehatan.
Peresepan terdiri dari beberapa indikator inti, yaitu
a. Indikator Peresepan
1) Rerata jumlah item dalam tiap resep
2) Persentase peresepan dengan nama generik
3) Persentase peresepan dengan antibiotik
4) Persentase peresepan dengan suntikan
5) Persentase peresepan yang sesuai dengan Daftar Obat Esensial
b. Indikator Pelayanaan
1) Rata-rata waktu konsultasi
2) Rata-rata waktu penyerahan obat
3) Persentase obat yang sesungguhnya diserahkan
4) Persentase obat yang dilabel secara adekuat
c. Indikator Fasilitas
1) Pengetahuan pasien mengenai dosis yang benar
2) Ketersediaan Daftar Obat Esensial
3) Ketersediaan key drugs
d. Indikator tambahan meliputi :
1) Persentase pasien yang diterapi tanpa obat
2) Rerata biaya obat tiap peresepan
3) Persentase biaya untuk antibiotik
4) Persentase biaya untuk suntik
5) Peresepan yang sesuai dengan pedoman pengobatan
6) Persentase pasien yang puas dengan pelayanaan yang diberikan
7) Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai akses kepada informasi yang
obyektif (Kemenkes Tahun 2011:31).
E. Formularium Nasional
Formularium Nasional Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berhasiat bermutu
dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup. Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional perlu disusun daftar nama obat dalam bentuk
14
Formularium Nasional. Formularium Nasional sebagaimana dimaksud dalam
diktum kesatu merupakan daftar nama obat terpilih yang dibutuhkan dan
harus tersedia difasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)(Kemenkes RI, 2017:1).
Pelayanan obat untuk peserta Asuransi Kesehatan, Jaminan Kesehatan
Nasional pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum
pada Fornas dan harga obat tercantum pada e-katalog obat yang ditujukan
untuk pasien BPJS (PMK No. 28, 2014:25).
F. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekana darah yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Wahyu, 2009:19).
Hipertensi adalah penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi.
Prevalensi penyakit ini meningkat dengan bertambahnya usia. Peningkatan
tekanan arteri menyebabkan perubahan patologis pada jaringan vascular dan
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi merupakan penyakit penyerta yang utama
yaitu store, faktor resiko utama penyakit arteri coroner dan komplikasinya,
dan kontribusi utama. Gagal ginjal jantung insufisiensi ginjal dan aneurisme
aorta lapah, Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
terus-menurus sebesar ≥140/90mmHg, suatu kreteria yang menunjukan
bahwa resiko penyakit kardiovaskular yang berkaitan dengan hipertensi
cukup sehingga perlu mendapat perhatian medis, risiko penyakit
kardiovaskular fatal dan Nonfatal pada orang dewasa paling rendah bila TD
sistolik <120mmHg dan TD diastrolik <80 mmHg dan meningkatkan secara
progesif bila tekanan darah sistolik dan diastrolik lebih tinggi (Goodman &
Gilman, 2014:508).
15
2.1 Tabel Klasifikasi Tekanan Darah
KlasifikasiTekanan Darah
Tekanan DarahSistolik (mmHg)
Tekanan DarahDiastolik (mmHg)
Normal Systole < 120 danDiastolik < 80
< 80
Prehipertensi Systole 120 – 139 dan Diatolik80 – 89
80 – 89
Hipertensi stage I Systole 140 - 159 dan Diastolik90 – 99
90 – 99
Hipertensi stage II Systole >160 danDiastolik > 100
>100
Sumber :JNC 7 (The seventh Reposrt of the Join National Committee onPrevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High BloodPressure).
2. Jenis Hipertensi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi Primer ini belum diketahui penyebabnya (terdapat kurang
lebih 90% dari seluruh hipertensi). Hipertensi primer kemungkinkan
memiliki banyak penyebab beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh
darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatkannya tekanan
darah. Hipertensi primer suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang
yang pola makanan tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat
badan atau bahkan obesitas, Hipertensi Primer/Essensial merupakan pancetus
awal timbulnya penyakit tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat adanya
penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipetensi, sekunder.
Sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu (misalnya pil KB ). Hipertensi sekunder suatu kondisi di mana
terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal,
atau kerusakan system hormon tubuh.
16
c. Pregnancy-induced bypertension (PIH)
Kondisi di mana hipertensi ini menyerang pada ibu hamil yang menderita
hipertensi. Kondisi hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolong
parah/ berbahaya.
d. Preeclampsia
Di mana pada kondisi wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga
mereka merasa pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka
yang membengkak, kurang nafsu makan. Mual bahkan muntah. Apabila
terjadi kejang-kejang sebagai dampak hipertensi maka disebut
‘eclamsia’(Muhammadun,AS,2010:24).
3. Gejala Hipertensi
Sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala yang
khusus. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala yang terjadi
bersamaan dan percaya berhubungan dengan hipertensi. Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung (mimisan), migren
atau sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit
tengkuk, dan kelelahan. Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal (Susilo,dkk,2011:25).
4. Faktor-faktor penyebab hipertensi
a. Faktor Genetik
Faktor Genetik yaitu ada beberapa faktor dimana pada keluarga tertentu
akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi.
Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi.
b. Umur
Kepekatan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-
60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.
17
Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang
bertambah usianya.
c. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda
demikian juga pada perempuan dan laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi
untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang
lebih besar terdapat morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangakan
pada perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka
sudah berumur diatas 50 tahun.
d. Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stress
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan
karakteristik personal. Stress merupakan respon tubuh yang bersifatnya
nonspesifok terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Terdapat beberapa jenis
penyakit yang berhubungan dengan stress yang dialami seseorang,
diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
120mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 80mmHg. Stress yang dialami
seseorang akan membangkitkan saraf simpatetis yang akan memicu kerja
jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
e. Kegemukaan (Obesitas)
Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya
hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara
berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai
peningkatan umur.
f. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer. Asupan
garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari
hormonnatriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatan tekanan
darah. Asupan garam tinggi dapat menimbulkan perubahan tekanan darah
18
yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi
kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2 sendok makan.
g. Merokok
Merokok penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi salah
satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan
faktor resiko yang berpotensial untuk tindakan dalam upaya melawan arus
peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum
di Indonesia.
h. Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan darah
seseorang. Selain tidak bagus bagi tekanan darah kita, alcohol juga membuat
kita kecanduan yang akan sangat menyulitkan untuk lepas. Menghentikan
kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi hipertensi
kita tetapi juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.
i. Kafein
Kopi adalah bahan minuman yang banyak mengadung kafein. Demikian
pula pada teh walaupun kandungannya tidak sebanyak pada kopi.
j. Kurang olahraga
Zaman modern seperti sekarang ini, banyak kegiatan yang dapat
dilakukan dengan cara yang cepat dan praktis. Manusia pun cenderung
mencari segala sesuatu yang mudah dan praktis sehingga secara otomatis
tubuh tidak banyak bergerak. Selain itu, dengan adanya kesibukan yang luar
biasa manusia pun merasa tidak punya waktu lagi untuk berolahraga.
Akibatnya, kita terjadi kurang bergerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah
yang memicu kolestrol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus
menguat sehingga memunculkan hipertensi.
k. Kolestrol tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan
timbunan kolestrol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat
pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
Sudah sangat layak kita harus mengendalikan kolestrol kita sedini mungkin
(susilo, dkk, 2011:54).
19
5. Penatalaksanaan hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obat ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup
dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari 1 sendok
the (6gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein,
rokok, dan minuman beralkohol. Olahraga juga dianjurkan bagi penderita
hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit
dengan frekuensi 3-5 perminggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8
jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-
obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Ada pun
makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,
keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap manis, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada
makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam
tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota
besar di Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya
hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan
20
sehingga dikomplikasi yang akan terjadi dapat dihindarkan
(Infodatin,2014:5).
6. Obat Antihipertensi
Hipertensi perlu mendapatkan pengobatan yang serius. Jika penderita
hipertensi juga mengalami komplikasi dengan diabetes, payah jantung, atau
pun penyakit ginjal, tersedia berbagai obat antihipertensi yang dipercayai
dapat menurunkan tekanan darah, setiap jenis antihipertensi mempunyai cara
kerja yang berbeda sebagai beriku : (Dr.Winarto, 2007:33).
a. Angiostensin-converting enzyme inhibitor / ACE-Inhibitor
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim angiostensin
II (Angiostensin-converting enzyme/ACE-Inhibitor). Angiostensin merupakan
suatu hormon yang berperan dalam menyempitkan pembuluh darah. Dengan
pemberian obat ini, angiostensi II tidak bekerja secara aktif sehingga
pembuluh darah dapat melebar dan menurunkan tekanan darah. Beberapa
obat antihipertensi golongan penghambat ACE-Inhibitor sebagai berikut.
1) Captopril (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:242)
a. Farmakodinamik :
Indikasi
Gagal jantung, kongestif, disfungsi vertikel kiri setelah infark miokard,
nefropati diabetes
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap captopril atau komponen dari formulannya,
angioedema akibat ACE inhibitor, hiperldosteron primer, angioedema
herediter atau idiopatik, stenosis arteri ginjal bilateral
Mekanisme kerja
Menghambat secara kompetitif terhadap enzim pengubah angiostensin
(Angiostensin Converting Enzym); mencegah perubahan angiostensi I
menjadi angiostensin II; vasokonstriktor; hasilnya adalah turunnya level
angiostensi II yang menyebabkan peningkatan aktivitas rennin plasma dan
penurunan sekresi aldosteron
Efek samping
Kardiovaskular : hipotensi (1-2,5%), takikardi (1%), nyeri dada (1%),
21
Dermatologi : kemerahan (makulupapular atau urtikaria) (4%-7%), gatla
(2%); pada pasien dengan kemerahan, terdapat positif ANA dan atau
eosinofilia yang tercatat 7%-10%
Ginjal : proteinuria (1%), peningkatan kreatinin serum, memperparah fungsi
ginjal (dapat terjadi pasien dengan stenosis arteri renal bilateral atau
hipovolemia) batuk (0,5%-2%)
Aksi : penurunan dalam menit Efek maksimum :60-90 menit.
Lama kerja : tergantung dosis; membutuhkan beberapa minggu terapi
sebelum efek hipotensif penuh terlihat
b. Farmakokinetik :
Absobsi : Oral: 60%-75%; 7 Lkg
Distribusi : Vd: 7L/kg
Ikatan protein : 25%-30%
Metabolisme : 50% dimetabolisme paruh: Bayi dengan CHF; 3,3 jam; kisaran
: 1.2-12.4 Anak-anak: 1,5 jam; kisaran: 0,98-2,3 jam dewasa normal
Waktu paruh : dewasa normal : tergantung fungsi jantung dan ginjal: 1,9 jam
gangguan fungsi ginjal: 3,5-32 jam
Anuria : 20-40 jam
c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:280).
Tablet 12,5 mg, 25 mg, 37,5 mg, 50 mg, 100 mg
d. Aturan pakai :
Dosis Awal : Sehari 2x 12,5 mg sebelum makan
Pemeliharaan : Sehari 2x 25 mg, dapat ditingkatkan setelah 2-4 minggu
Dosis Maksimal : Sehari 2x 50 mg.
Dosis Anak Awal : 0,3 mg/kgBB/hari .
Dosis Maksimum : 0.6 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi
2) Benazepril
3) Enalapril
4) Fasinopril
5) Lisinopril, dll.
22
e. Agiotensin II Reseptor Blocker/ARB
Cara kerja obat ini mirip dengan ACE-inhibitor. Jika ACE-inhibitor
menghambat aktivitas enzyme angiostensi II, tetapi obat jenis ini bekerja
dengan cara menghambat reseptor Angiostensin II. Itulah sebabnya obat ini
lebih memberikan efek yang lebih efektif dalam penurunan tekanan darah.
Jika ACE-Inhibitor menimbulkan efek samping berupa batuk yang sangat
mengganggu, pemberian obat jenis ini tidak menimbulkan batuk.
Golongan Antagonis reseptor angiostensin meliputi beberapa jenis obat
berikut : (Dr.Winarto, 2007:34).
1) Irbensartan (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:758)
a. Farmakodinamik :
Indikasi
Hipertensi; kobinasi dengan HCT: pengobatan hipertensi yang tidak
dapat terkontrol dengan irbensartan
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap candesartan atau bahan dalam formulasi.
Mekanisme kerja
Menghasilkan onism dari efek angiostensin II. Berbeda dengan ACE
inhibitor, irbesartan menghambat pengikatan angiostensin II dengan subtipe
reseptor AT1. Menghasilkan efek penurun tekanan darah dengan
antagonizing AT1 yang diinduksi vasokonstriksi, pelepasan aldosteron,
pelepasan katekolamin, pelepasan vasopresin arginin, respons hipotropik air.
Efek samping
Mual, muntah, lelah, nyeri pada otot; tidak terlalu sering; diare,
dyspepsia, kemerahan, takikardia, batuk, disfungsi seksual; jarang: ruam,
urtikaria; sangat jarang; sakit kepala, mialgia, arthalgia, telinga berdenging,
gangguan pencecap, hepatitis, disfungsi ginjal.
efek maksimum : 3-6 jam pascaposis; dengan efek maksimum dosis kronis: -
2 minggu
b. Farmakokinetik
Absopsi : cepat dan hampir lengkap
Distribusi : dewasa 53-93 L
23
Pengikat protein : terutama pada albumin dan alfa, asam gylcoprotein .
Metabolisme : dihati
Bioavabilitas : 60% -80%
Waktu paruh : 11-15 jam
c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:295).
Tablet 150 mg dan 300 mg
d. Aturan minum :
Dosis awal : 150 mg sehari 1x. dapat ditingkatkan sampai dengan 300 mg
Pada Lansia : >75 tahun dan pasien hemodialisa dosis awal 75 mg.
2) Eprosartan
3) Losartan
4) Telmisartan
5) Candesartan
f. Beta-Blocker
Beta-blocker bekerja dengan cara memperlambat kerja jantung melalui
pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan menurunkan tekanan darah.
Secara kimiawi komponen golongan Beta-bloker menghambat kerja
noradrenalin dan adrenalin. Kerja sama kedua senyawa kimia ini berguna
mempersiapkan tubuh saat menghadapi bahaya sehingga tubuh siap lari.
Penghambatan terhadap kerja noradrenalin dan adrenalin mengakibatkan
menurunnya kontraksi otot, memperlambat kerja jantung, dan menurunkan
tekanan darah. Beberapa contoh obat antihipertensi golongan Beta-Blocker
sebagai berikut : (Dr.Winarto, 2007:32).
1) Proponolol (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:1175)
a. Farmakodinamik:
Indikasi
proponolol obat terapi hipertensi, angina, aritma, pencegahan migrain.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap proponolol atau komponen apa pun;CHF tanpa
kompensasi, syok bradikardia atau blok jantung, asma, penyakit jalan napas
hiperaktif, penyakit paru obstruktif kronis, sindrom raynaud.
24
Mekanisme kerja
Non-beta blocker adrenergic (kelas II antiaritmia); secara kompetitif
memblokir respon terhadap stimulasi beta, dan beta 2-adrenergik yang
menghasilkan denyut jantung, kontraktilitas tekanan darah miokard, dan
kebutuhan oksigen miokard. Efek pemblokiran beta-adrenergik disebabkan
oleh (-) enansiomer. Proponolol juga memberikan membran akior seperti
anestesi seperti quinidine pada dosis yang lebih tinggi dari yang diperlukan
untuk blockade beta; ini mempengaruhi potensi aksi jantung.
Efek samping
Kardiovaskular : insufisiensi arteri, brandikardia, CHF, hipotensi,
gangguan kontraktilitas miokardium, thrombosis arteri teric mese(jarang),
sindrom raynaud, perburukan gangguan konduksi AV.
Beta blockade : Oral (pelepasan segera); timbulnya aksi: dalam 1-2 jam
durasi: -6 jam
b. Farmakokinetik :
Absopsi : oral; rapid dan lengkap
Distribusi: Vd: dewasa: 3,9 U/kg, IV: 5-10 menit paruh
Metabolisme : efek first-passyang luas dimetabolisme dihati menjadi senyawa
aktif dan tidak aktif ;3 jalur metabolisme utama meliputi : hidroksilasi
aromatic (terutama 4-hidroksilasi), N-dealkilasi diikuti oleh oksida rantai
samping lebih lanjut dan glukuronidasi langsung.
Bioavailabilitas tablet pelepasan sebesar 50%
Eliminasi (berpanjangan dengan disfungsi hati);neonates dan inifan
waktu paruh: 3,9-6,4 jam dewasa: 4-6 jam.
c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:285).
Tablet 10 mg, 20 mg, 40 mg
d. Aturan pakai :
Dosis awal : Sehari 2x 40 mg selanjutnya ditingkatkan menjadi 160 mg-
320 mg sehari dalam dosis terbagi
Aritmia : Sehari 3-4x 10-80 mg
Angina pectoris : 3-4x 10-20 mg, dosis dapat ditingkatka menjadi sehari 160-
240 mg dalam dosis terbagi 4.
25
2) Pindolol
3) Bisoporol
g. Calcium Channel Blocker / CCB
Penghambat saluran kalsium bekerja dengan menghambat kerja kalsium
dalam otot halus pada dinding arteriol. Kalsium dapat menyebabkan
penyempitan otot halus arteriol sehingga tekanan darah meningkat (terjadi
hipertensi). Beberapa obat antihipertensi golongan Penghambat Saluran
Kalsium, sebagai berikut : (Dr.Winarto, 2007:33).
1) Amlodipin (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:242)
a. Farmakodinamik :
Indikasi
Terapi hipertensi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain;
angina pectoris stabil tunggal atau kombinasi dengan antiangina lain.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap amlodipin atau komponenya atau terhadap
penghambat kalsium lain; hipotensi berat atau blok jantung derajat 2 atau 3.
Mekanisme kerja
Amlodipin menghambat ion kalsium memasuki “slow channel” pada otot
polos veskuler dan miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi
otot polos vaskuler koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan pasokan
oksigen miokard pada pasien angina vasospatik.
Efek samping
>10% : edema perifer (1,8% sampai 14,6% tergantung dosis 1%-10%.
flusing (0,7%-2,6%), palpitasi (0,7-4,5%), sakit kepala (7,3% sama dengan
placebo), kemerahan (1%-2%), gatal (1%-2%), mual (2,9), nyeri abdomen
(1%-2%), dyspepsia (1%-2%), hyperplasia gingival dispnea (1%-2%), edema
pulmonal (15% pada trial PRAISE, dengan populasi gagal jantung kongestif)
Serangan awal; Oral dalam : 30-60 menit
I.M :30 menit
i.V : 5 menit
Efek maksimum : Oral dalam : 1-2 hari
Durasi : Oral : 6-8 hari
26
I.V : 2 jam
b. Farmakokinetik :
Absopsi : Dengan baik
Distribusi : anak-anak; mirip per kg basis yang disesuaikan dengan berat
badan anak yang lebih muda (Usia 6 tahun) dewasa; 21L /kg
Ikatan protein : 93%
waktu paruh : dewasa; fungsi ginjal normal : 30 menit, gagal ginjal: 9 jam
Metabolisme : 90% didalam hati
Bioavaibilitas : 64% sampai 90%
waktu paruh : 30-50 jam
Eliminasi : 60% dari metabolit
Ekskresi : melalui urine
c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:286).
Tablet 2.5 mg, 5 mg, 10 mg
d. Aturan pakai :
Dosis Awal : Sehari 1x 5 mg
Dosis Maksimal : Sehari 1x 10 mg
Dosis Lansia Awal : Sehari 2.5 mg
2) Nifedipin
3) Nisoldipine dll.
h. Golongan diuretik
Golongan diuretik bekerja dengan cara membusng kelebihsn air dan
natrium melalui pengeluaran urine. Berkurangnya air dalam darah
mengakibatkan volume darah menurun sehingga pekerjaan jantung menjadi
ringan. Pemakaian obat diuretik mengalami banyak buang air (kecil).
Golongan obat jenis ini merupakan pilihan pertama untuk pengobatan
hipertensi. Berikut adalah obat dari golongan diuretik : (Dr.Winarto,
2007:31).
1) Furosemide (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:632)
a. Farmakodinamik :
27
Indikasi
Terapi edema yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif, penyakit
liver dan ginjal, sebagai antihipertensi tunggal atau kombinasi
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap furosemid, komponennya, atau sulfonylurea, koma
hepatic, kekurangan elektrolit yang parah
Mekanisme kerja
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada loop ansa henle dan
tubulus distal ginjal, menyebabkan peningkatan ekresi air, natrium, florida,
magnesium dan kalsium.
Efek samping
hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis kronik, hipotensi akut, serangan
jantung , parestase, vertigo, sakit kepala, pusing, demam, dermatitis
eksfoliatif, eritma multiforme, purpara, fotosensitif, urtikaria, gatal, mual,
muntah, anoreksia, iritasi oral dan gaster, kram, diare, konsipasi, pancreatitis,
anemia aplastik (jarang), trombositopenia, agranulositosis (jarang)
Neuromoskular : spasme otot, lemah, gangguan pendengaran, tinnitus
Serangan awal; Oral dalam : 30-60 menit
I.M : 30 menit
I.V : 5 menit
Efek maksimum : Oral dalam : 1-2 hari
Durasi : Oral : 6-8 hari
I.V : 2 jam
b. Farmakokinetik :
Absopsi : 65% pada pasien dengan fungsi ginjal normal, berkurang
hingga 45% pada patierts dengan gagal ginjal
Ikatan protein : 98%
Waktu paruh : dewasa; fungsi ginjal normal : 30 menit, gagal ginjal: 9 jam
Metabolisme : dihati
Bioavaibilitas : 64% sampai 90%
Waktu paruh : 30-50 jam
28
Eliminasi : 50% dosis dan 80% IV dosis diekskresi lewat ginjal, 10%
Ekskresi : tidak berubah dalam urine dalam waktu 24 jam
c. Bentuk sediaan (ISO, VOL 50, 2016:230).
Tablet 20 mg, 40 mg, 80 mg
d. Aturan pakai :
Dewasa : Sehari 1-2x 1-2 tab, maksimal 5 Tab sehari
Dosis Awal : 20-40 mg IM/IV
Edema paru-paru akut pada dosis awal 40 mg IV, bisa dilanjutkan 20-40 mg
setelah 20 menit
2) Hidroklotiazid
3) Spironolaktone
G. Profil Puskesmas
Puskesmas Rawat Inap Simpur terletak di Jl. Tamin no. 121 Kel. Kelapa
Tiga dengan Wilayah Kerja3Kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat
yaitu Kelurahan Kelapa Tiga, Kelurahan Kaliawi Persada dan Kelurahan
Pasir Gintung. Batas wilayah kerja puskesmas rawat inap simpur :
1. Sebelah Utara : Berbatas dengan kelurahan Sidodadi Kecamatan
Kedaton
2. Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kelurahan Durian Payung Kecamatan
TK Pusat
3. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kelurahan Sukadanaham Kec. TK
Barat
4. Sebelah Timur : Berbatas dengan Kelurahan Gunung Sari Kecamatan
Enggal
Secara topografi merupakan dataran rendah dan berbukit dengan aliran kali /
sungai kecil.
Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Jumlah Rumah Dan LuasWilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur Tahun 2017.
No KelurahanJumlah
PendudukJumlahRumah
Jumlah KKLuas
Wilayah123
Kelapa TigaPasir GintungKaliawi Persada
8.5276.9194.993
1.3521.006783
3.0081.7061.891
67 Ha56 Ha15 Ha
Jumlah 20.439 3.141 6.605 138
Sumber : Profil puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung
29
1. Sejarah Puskesmas Simpur
Puskesmas Simpur berdiri sejak tahun 1958 dengan wilayah kerja 11
kelurahan dan 4 puskesmas pembantu, berlokasi di Jl. Kartini No. 24
Keluruhan Tanjung Karang. Pada tahun 1970 puskesmas ini pindah ke Jl.
Batu Sangkar No. 4 Kel. Kelapa Tiga dan tahun 1982 pindah lokasi ke Jl.
Tamin no. 121 Kel. Kelapa Tiga dengan 2 Puskesmas Pembantu dan
membina 6 kelurahan wilayah kerja. Sesuai Surat Keputusan Walikota
Bandar Lampung Nomor 184/09/HK/2009, tanggal 31 Maret 2009,
Puskesmas Simpur berubah status menjadi Puskesmas Rawat Inap Simpur
dengan membawahi 4 kelurahan wilayah kerja yakni Kelurahan Kelapa Tiga,
Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Penengahan, dan Kelurahan Gunung
Sari, tanpa Puskesmas Pembantu. Dengan adanya Peraturan Daerah kota
Bandar Lampung Nomor 04 tahun 2012 yang disinergikan dengan Peraturan
Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 12 tahun 2012 Tentang Penataan dan
Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, maka jumlah kecamatan dari 13
kecamatan bertambah menjadi 20 kecamatan dan jumlah kelurahan dari 98
kelurahan menjadi 126 kelurahan, maka terjadi perubahan wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Simpur menjadi 3 Kelurahan Wilayah Kerja yaitu
Kelurahan Kelapa Tiga, Kelurahan Kaliawi Persada, dan Kelurahan Pasir
Gintung.
1) Instalasi Farmasi Puskesmas
Visi :
terwujudnya pelayanan Puskesmas yang optimal bebas KLB, dengan
bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat menuju
Bandar Lampung Sehat 2020.
Misi :
1) Memberikan pelayanan yang profesional dan bermutu
2) Memberikan pelayanan yang nyaman dan ramah
3) Meningkatkan sumber daya manusia
4) Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
5) Menggalang kemitraan dengan semua pihak dan pemberdayaan
masyarakat untuk hidup sehat.
30
7) Tujuan Instalasi Farmasi Puskesmas
1. Menyediakan dan memberikan sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan
disertai informasi yang terkait
2. Agar masyarakat memperoleh manfaat yang terbaik.
8) Fungsi Instalasi Farmasi Puskesmas
1. Managemen Kefarmasian
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
2. Pelayanan Farmasi Klinis
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alatkesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga
f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga
g. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
h. Melaporkan setiap kegiatan
31
H. Kerangka Teori
(Sumber :Permenkes Nomor 74 Tahun 2016)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Pelayanaan Kesehatan
Puskesmas
Pelayanaan Kefarmasian
Pelayanaan Farmasi Klinik
Resep Hipertensi
1. Krakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin danusia.
2. Jumlah item obat perlembar resep.3. Golongan Antihipertensi.4. Jenis obat hipertensi.5. Jenis obat penyerta .6. Persentase peresepan obat generik.7. Persentase peresepan obat hipertensi sesuai dengan
Formularium Nasional8. Persentase peresepan obat hipertensisesuai dengan
Formularium Puskesmas.
a.Pengkajiandan pelayanaanresep
Pelayanan perbekalan obat dan alatkesehatan
c. Konseling d. Ronde/VisitePasien
b.PelayanaanInformasiObat (PIO)
e.MonitoringEfek Samping(MESO)
f.Pemantauanterapiobat(PTO)
1) 1)Nama, umur, jeniskelamin, dan beratbadan pasien.2)Bentuk dan kekuatansediaan3)Dosis dan jumlah obat4)Stabilitasdanketersediaan
2) 5)Aturan dan carapenggunaan6)Inkopatibilitas(ketidakcampuran obat)
g. EvaluasiPenggunaanObat (EVO)
32
l. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Pola Peresepan pada penderita
Hipertensi padapasien Rawat
Jalan
1. Krakteristik pasienberdasarkan jenis kelamin danumur.
2. Jumlah item obat perlembarresep
3. Golongan Antihipertensi.4. Jenis obat hipertensi.5. Jenis obat penyerta6. Persentase peresepan obat
generik7. Persentase peresepan obat
hipertensi sesuai denganFormularium Nasional
8. Persentase peresepan obathipertensi sesuai denganFormularium Puskesmas
33
J. Definisi Operasional
Tabel 2.3 Definisi Operasional
No VariabelDefinisi
OperasionalCara Ukur
AlatUkur
Hasil UkurSkalaUkur
1. JenisKelamin
a. Identitas gender PenelitianDokumen
Checklist 1. Laki-Laki2. Perempuan
Nominal
2. Usia b. lama hidupdihitung dariulang tahunterakhir
PenelitianDokumen
Checklist 1. Remaja (17-25 tahun)2. Dewasa(26- 45 tahun)3.Lansia(46-65 tahun)4.Manula(>65tahun)
Ordinal
3. Jumlah itemobatperlembarresep
Jumlah obatperlembar resep
PenelitianDokumen
Checklist 1.12. 23. 34.45.56.6Dll
Nominal
4. Golonganobathipertensi
Antihipertensiyang diresepkansesuai dengangolonganantihipertensimenurutfarmakologinya
PenelitianDokumen
checklist Antihipertensiberdasarkanpenggolongan1.AgiontensiConvestingenzymeinhibitor/ACE-I2.AntagonisreseptorBlocker/ARB3. CalciumChannelBlocker /CCB4. Beta-Bloker/ BB5.Diuretik6.dll
Nominal
34
5. Jenis obathipertensi
Jenis obathipertensi yangpaling banyakdigunakandipuskesmas
PenelitianDokumen
checklist 1.Captopril1. irbensartan2.Amlodipine3.Propranolol4.Furosemide6.dll
Nominal
6. Jenis obatpenyerta
Jenis obat yangterdapat dalamresep selain obathipertensi
PenelitianDokumen
checklist 1. Kaliumdiclofenac2. B. Complek3. Meloxicam4. Paracetamol5. Cetirizine6. allupurinol7. Simvastatin8.Ibuprofen9. Metformin
Nominal
7.Peresepanobat generik
Resep obat yangmengadung obatyang sesuaidengan namakandungan zataktifnya
PenelitianDokumen
Checklist 1.Generik2.Non generik
Nominal
8. Peresepanobat sesuaiFormulariumNasional
Peresepan obathipertensi sesuaiatau tidak dengandaftar obat yangdisediakansebagai acuanuntuk penulisanresep
PenelitianDokumen
checklist 1. Sesuai2. Tidak sesuai
Ordinal
9. PeresapanObat sesuaidenganformulariumpuskesmas
Peresapanantihipertensisesuai atau tidakdengan daftarobat dalamformulariumpuskesmas untukpasien dengandiagnosahipertensi
PenelitianDokumen
checklist 1. Sesuai2. Tidak sesuai
Ordinal