28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuan 1. Pencarian Pelayanan Kesehatan Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan bukanlah tingakah laku yang acak, tetapi tingkah laku yang selektif, terencana dan berpola dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan bagian integral dari budaya yang bersangkutan (Foster & Anderson,1998). Freidson menyatakan bahwa seluruh proses dalam mencari penentuan mencakup perangkap konsultan potensial, mulai dari batas- batas keluarga yang informal dan dekat melalui orang awam yang terseleksi, lebih jauh dan mempunyai otoritas, sampai pada tingkat profesionalisme. Hal ini disebut dengan struktur rujukan awam (Smet,1995). Kleinman menggambarkan tiga sektor yang saling melengkapi perawatan kesehatan diungkapkan oleh Helman (1990) dalam Smet (1994) : a. Sektor awam atau sektor populer adalah domain masyarakat yang tidak profesional. Pada sektor inilah pertama kali kesakitan dikenali dan ditentukan. Hal ini melibatkan keluarga, teman, dan tetangga. b. Sektor tradisional menempati posisi tengah antara sektor awam dan sektor profesional. sektor tradisional ini terdiri dari orang-orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

  • Upload
    donhan

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencarian Bantuan

1. Pencarian Pelayanan Kesehatan

Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan

bukanlah tingakah laku yang acak, tetapi tingkah laku yang selektif,

terencana dan berpola dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan

bagian integral dari budaya yang bersangkutan (Foster & Anderson,1998).

Freidson menyatakan bahwa seluruh proses dalam mencari

penentuan mencakup perangkap konsultan potensial, mulai dari batas-

batas keluarga yang informal dan dekat melalui orang awam yang

terseleksi, lebih jauh dan mempunyai otoritas, sampai pada tingkat

profesionalisme. Hal ini disebut dengan struktur rujukan awam

(Smet,1995).

Kleinman menggambarkan tiga sektor yang saling melengkapi

perawatan kesehatan diungkapkan oleh Helman (1990) dalam Smet

(1994) :

a. Sektor awam atau sektor populer adalah domain masyarakat yang tidak

profesional. Pada sektor inilah pertama kali kesakitan dikenali dan

ditentukan. Hal ini melibatkan keluarga, teman, dan tetangga.

b. Sektor tradisional menempati posisi tengah antara sektor awam dan

sektor profesional. sektor tradisional ini terdiri dari orang-orang yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

mempunyai spesialisasi dibidang penyembuhan, baik suci atau sekuler

maupun campuran dari keduanya.

c. Sektor para profesional kesehatan, terdiri dari organisasi-organisasi

profesi di bidang penyembuhan, yang resmi dan ada sangsinya seperti

perawat, dokter, bidan dan psikolog.

Hubungan antara ketiga sumber ini sangat kompleks. Jenis bantuan

yang diperlukan oleh seseorang sangat tergantung oleh adanya pelayanan

kesehatan, faktor finansial, keyakinan, parahnya gejala (Smet,1994).

2. Tahapan Pemanfaatan Medis

Dengan menggunakan model Foster dan Anderson, Salan (1988)

dalam Smet (1994) menyebutkan lima tahap dalam menuju pemanfaatan

medis :

a. Keputusan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

b. Keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan

profesional.

c. Keputusan untuk mencari perawatan medis profesional.

d. Keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada tenaga kesehatan

profesional dan menerima serta mengikuti apa yang dianjurkan.

e. Keputusan untuk mengakhiri peran pasien.

3. Tahapan Penyakit Dan Perawatan Medis

Suchman, Doherty dan Camphell (1965) menggambarkan enam

tahap penyakit dan perawatan medis melalui siklus sakit (Friedman, 1998):

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

a. Tahap pencegahan penyakit dan pengurangan resiko.

Pada tahapan ini keluarga dapat memainkan peranan vital dalam upaya

peningkatan kesehatan dan pengurangan resiko. Ada banyak bentuk

peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengurangan resiko yang

kesemuanya melibatkan keputusan dan partisipasi dari keluarga. Agar

strategi sehat dapat berhasil bisa dilakukan dengan perbaikan dalam

pola hidup seluruh anggota keluarga, antara lain dengan mempelajari

status sehat dan sakit pada masing-masing anggota keluarga.

b. Tahap gejala penyakit yang dialami.

Tahap ini dimulai bila gejala-gejalanya diketahui, diinterpretasikan

sejauh mana menyangkut keseriusannya atau kemungkinan penyebab

dan pentingnya atau artinya, dan gejalanya ditemukan dengan berbagai

masalah.

c. Tahap mencari perawatan.

Tahap ini dimulai keluarga ketika menyatakan bahwa anggota keluarga

yang sakit benar-benar sakit dan membutuhkan pertolongan. Orang

yang sakit dan keluarga mulai mencari informasi, penyembuhan,

nasehat dan validitas profesional dari keluarga luas, teman-teman,

tetangga dan non profesional (sistem rujukan awam), mencari siapa

yang akan menangani.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

d. Kontak keluarga dengan sistem kesehatan.

Tahap ini dimulai ketika kontak mulai dilakukan dengan lembaga

kesehatan atau profesional di bidang kesehatan atau dengan praktisi

lokal (dukun).

e. Respon akut tahap keluarga dan pasien.

Karena pasien menerima perawatan kesehatan dari para praktisi

kesehatan, sudah tentu ia menyerahkan beberapa hak prerogratifnya

dan keputusannya serta diharapkan dapat menerima peran pasien.

f. Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan.

Adanya suatu penyakit serius dan kronis pada diri seseorang atau

anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada

sistem keluarga. Sebaliknya, efek menghancurkan secara negatif bisa

mempengaruhi hasil dari upaya pemulihan ( rehabilitasi).

4. Kecepatan Dan Penundaan Bantuan

Kecepatan pencarian bantuan akan semakin cepat jika jarak waktu

yang diperlukan untuk memutuskan bahwa dirinya dalam kondisi tidak

sehat itu cepat, maka proses pencarian bantuanpun semakin cepat dan

segera. Hal ini perlu ditunjang juga dengan pengetahuan tentang konsep

sehat-sakit. Pengetahuan kapan dikatakan sakit dan kapan dikatakan sehat

(Smet, 1994).

Penundaan pengobatan adalah jarak waktu pada waktu orang mengetahui adanya gejala sampai dia mencari bantuan (profesional).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

Berdasarkan interview, Safer dkk., membedakan tiga tahap atau

waktu terjadinya penundaan (Sarafino, 1990; Taylor, 1991) dalam Smet

(1994) :

a. Appraisal delay : waktu yang dibutuhkan seseorang untuk

memutuskan bahwa gejala tersebut serius.

b. Illness delay : jarak waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui bahwa

gejala tersebut merupakan gejala penyakit dan keputusan untuk

mencari pengobatan atau perawatan.

c. Utilization delay : waktu antara keputusan untuk mencari pengobatan

dan pelaksanaannya.

Ada beberapa alasan untuk berbagai tahap penundaan pada

umumnya tidak adanya rasa sakit merupakan faktor utama dalam

penundaan. Faktor yang lain adalah biaya pengobatan mereka atau

menganggap bahwa gejala tersebut tidak serius sebagai alasan mahalnya

biaya pengobatan (Smet,1994).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencarian Bantuan Kesehatan.

Menurut Smet (1994), Foster & Anderson (1998), Notoatmodjo

(2003) faktor-fakor yang mempengaruhi pencarian bantuan kesehatan,

yaitu :

a. Keparahan dari gejala

Gejala yang muncul pada tiap individu akan direspon berbeda-beda

sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Bila gejala yang muncul atau

rasa tidak sehat yang ada pada tubuh tidak terlalu dirasakan oleh orang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

mencari pengobatan bahkan sampai penyakitnya bertambah parah.

Sebaliknya orang yang lebih peka terhadap munculnya gejala akan

lebih cepat dalam mencari bantuan petolongan dan maendapatkan

pengobatan dengan cepat pula.

b. Status ekonomi

Status ekonomi disini berkaitan dengan pendapatan keluarga, dengan

pendapat yang cukup baik maka dalam pemenuhan kebutuhan hidup

dan kesehatan akan lebih terjamin. Dan dana untuk biaya kesehatan

telah mereka persiapkan. Sedangkan masyarakat yang mempunyai

pendapatan rendah mereka sangat takut pada biaya berobat karena

alasan tidak mempunyai uang yang cukup dan mahalnya obat yang

harus dibeli.

c. Sikap, kepercayaan dan nilai

Sikap masyarakat terhadap respon sakit yang dirasakan ditanggapi atau

dibiarkan saja, akan mempengaruhi dalam pola pencarian bantuan

kesehatan. Kepercayaan ini adalah keyakinan tentang kebenaran

terhadap sesuatu yang di dasarkan pada budaya yang ada di

masyarakat tersebut. Sehingga bila dalam masyarakat mempunyai

kepercayaan yang salah tentang penyakit maka dapat menghambat

dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

kepada orang yang tidak profesional. Sedangkan nilai di masyarakat

adalah sebuah konsep yang diwujudkan dalam sistem moral atau

agama yang dianut dan di dasarkan juga pada budaya yang ada di

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

masyarakat tersebut. Jika sikap, kepercayaan dan nilai yang ada di

masyarakat sangat bagus dan benar dalam penempatannya maka akan

memudahkan mereka berada pada sistem pelayanan kesehatan.

d. Kesadaran masyarakat

Masyarakat yang mempunyai kesadaran tinggi akan lebih mau

menerima masukan dan informasi-informasi tentang hal baru terutama

dalam masalah kesehatan, sehingga mereka mampu berperilaku baru

atau cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Begitu juga

dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan mereka akan membawa

berobat diri/anggota keluarga yang sakit tanpa menunda-nunda.

Sedangkan masyarakat yang mempunyai kesadaran rendah akan

melakukan hal sebaliknya, yaitu mereka lebih memilih berdiam diri di

rumah dan membiarkan gejala yang di rasakannya sampai hilang.

e. Sikap petugas kesehatan

Sikap petugas kesehatan disini adalah bagaimana para petugas

kesehatan (Perawat, Bidan, Dokter dan tenaga kesehatan lainnya)

berlaku tidak ramah atau tidak simpatik kepada pasien, bahkan judes

dan tidak responsif saat menerima pasien serta dalam memberikan

tindakan medis dan keperawatan. Inilah yang membuat masyarakat

menjadi enggan untuk berobat ke sarana kesehatan, karena mereka

tahu informasi tersebut dari anggota keluarga, teman, ataupun

tetangganya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

f. Jarak ke sarana pelayanan kesehatan

Jauhnya jarak sarana kesehatan menjadi pengaruh masyarakat dalam

mencari bantuan kesehatan. Semakin jauh jarak pusat kesehatan dari

rumah maka mereka tidak pergi ke tempat pelayanan kesehatan

tersebut, masyarakat lebih memilih mengobati sendiri ataupun pergi ke

dukun dan orang pintar lainnya.

6. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati

oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Pengertian lain menyebutkan perilaku manusia berasal dari

dorongan yang ada dalam diri manusia , sedang dorongan merupakan

usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia

(Purwanto,2002).

b. Jenis Respon

Skinner mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil

hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Untuk respon

dibedakan menjadi dua :

1) Respondent response atau reflexive, adalah respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan

relatif tetap.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

2) Operan response atau instrumental reflexive, adalah respon yang

timbul dan berkembang oleh perangsang tertentu. Perangsang ini

bersifat memperkuat respon yang telah dilakukan

(Notoatmodjo,2003).

c. Respon Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon

organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek.

Respon ini berbentuk dua macam yaitu :

1) Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi didalam diri

manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.

Dalam hal ini perilaku masih terselubung atau covert behavior .

2) Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi

secara langsung. Perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan

nyata atau overt behavior (Notoatmodjo, 2003).

d. Terbentuknya Perilaku

Selanjutnya Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku

manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang

atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor

perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor:

1) Faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai dan juga dipengaruhi oleh faktor

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

demografi yang mencakup juga tingkat pendidikan dan tingkat

ekonomi.

2) Faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik,

ketersediaan fasilitas kesehatan, ketercapaian fasilitas kesehatan,

jarak yang mudah ditempuh, keterampilan yang berkaitan dengan

kesehatan.

3) Faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku masyarakat.

Keterjangkauan fasilitas sangat berpengaruh dalam proses

pencarian bantuan. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat

masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Keterjangkauan fasilitas dapat juga dilihat dari segi biaya. Biaya harus

disesuaikan dengan pendapatan dari masyarakat di wilayah kerjanya

(Effendy, 1998 ).

Sikap dan pelayanan dari petugas kesehatan perlu diperhatikan.

Karena akan menarik masyarakat untuk pergi dan berkunjung ke

fasilitas kesehatan tersebut dalam hal ini adalah puskesmas

(Effendy,1998).

e. Cakupan Perilaku

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan

mencakup :

1) Perilaku seseoarang terhadap sakit dan penyakit. Perilaku ini sesuai

dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yaitu:

a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan.

b) Perilaku pencegahan penyakit adalah respon untuk melakukan

pencegah penyakit.

c) Perilaku sehubungan dengan pencarian bantuan pengobatan

dan perawatan yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari

pengobatan dan perawatan.

d) Perilaku sehubungsan dengan pemulihan kesehatan yaitu

perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan

kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.

2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon

seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem

pelayanan kesehatan modern ataupun tradisional.

3) Perilaku terhadap makanan, yaitu respon seseorang terhadap

makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4) Perilaku terhadap lingkungan adalah respon seseorang terhadap

lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

f. Proses Adopsi

Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri seseorang tersebut terjadi

proses yang berurutan yaitu (Notoatmodjo,2003) :

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2) Interest (merasa tertarik ) terhadap stimulus atau obyek tersebut.

Disini sikap subyek mulai timbul.

3) Evaluation ( menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

4) Trial (mencoba), subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption (menerapkan), subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Dari kelima tahapan itu yang paling berperan dan rawan

terhadap penolakan adalah tahapan trial (mencoba). Apabila pada

tahapan ini masyarakat mengalami gangguan atau mendapat kesulitan

serta tidak merasakan manfaatnya maka masyarakat tersebut tidak

akan mengadopsi atau mengambil tindakan tersebut dikemudian hari.

Untuk itu peran health provider atau pemberi pelayanan kesehatan

harus benar-benar memberi bimbingan yang benar pada tahapan ini

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

agar masyarakat berhasil dan kelak akan mengadopsi perilaku yang

dikehendaki oleh pemberi pelayanan kesehatan.

Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu

melewati tahap-tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku

baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari

oleh pengetahuan, kesadaran oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

positif, maka perilaku itu akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2003).

7. Konsep Sehat-Sakit

Pada masyarakat terdapat ragam konsep sehat-sakit yang kadang

tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang

diberikan oleh provider atau penyelenggara pelayanan kesehatan.

Timbulnya perpedaan sehat-sakit yang dianut oleh masyarakat dengan

konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan

kesehatan disebabkan adanya persepsi sakit yang berbeda antara provider

dan masyarakat. Perbedaan itu berkisar antara penyakit dengan rasa sakit

(Notoatmodjo,2003).

Penyakit dan kesakitan meskipun sangat berkaitan satu dengan

yang lainnya, namun mencerminkan suatu perbedaan yang fundamental

dan konseptual tentang periode sakit. Menurut Cassel, kesakitan adalah

apa yang dirasakan pasien saat pergi ke dokter, sedang penyakit adalah apa

yang didapatnya sepulang dari dokter (Smet,1994).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

Klienman (1983) menggambarkan penyakit sebagai gangguan

fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologis dan psikofisiologi pada

seseorang, sedangkan kesakitan reaksi personal, interpersonal serta

kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman (Smet,1994).

Sedangkan menurut Perkins sakit adalah suatu keadaan yang tidak

menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan

gangguan aktivitas sehari-hari, baik aktitas jasmani, rohani maupun sosial

(Effendy,1998).

Jadi kesakitan menurut Helman adalah respon subyektif dari

pasien, serta respon disekitarnya terhadap keadaan tidak sehat. Tidak

hanya memasukkan pengalaman tidak sehat tapi juga arti pengalaman

tersebut buat dia (Smet,1994).

Dari sinilah sesuatu yang sangat menentukan bahwa penyakit atau

gejala yang sama, bisa ditafsirkan secara sangat berbeda. Hal ini akan

mempengaruhi perilaku mereka selanjutnya serta jenis perawatan yang

dicari (Smet,1994). Sudut pandang masyarakat yang berbeda-beda

mengenai respon subyektif si pasien dan lingkungan, bukan hanya

pengalaman tentang kesehatan dan kesakitan, tetapi juga arti yang dia

berikan untuk pengalaman tersebut. Arti ini disebut keyakinan awam.

Contohnya keyakinan pada penyakit timbul akibat roh halus atau guna-

guna, ketidak seimbangan antara panas dan dingin (Smet,1994;Foster &

Anderson,1998).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

Pengertian sehat juga mempunyai banyak perbedaan. Ada yang

menganggap bahwa sehat adalah keadaan yang memungkinkan kita dapat

bekerja, ada juga yang mengatakan bahwa keadaan yang mengalami

peningkatan nafsu makan (Foster & Anderson,1998). Menurut WHO sehat

adalah keseimbangan yang sempurna baik antara fisik, mental maupun

sosial dan tidak hanya semata-mata hanya terbabas dari penyakit atau

cacat (Effendy,1998). Sedang menurut undang-undang Kesehatan

Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 yang dimaksud sehat adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Effendy,1998).

B. Tingkat Pendidikan

1. Pengertian

Pengertian pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Mengutip pendapat Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan

berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti

(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak (Tim

Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1991). Definisi lain menurut M.J

Langevelt, bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan

dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang tertuju kepada kedewasaan

(jasmani dan rohani) atau pendewasaan anak (Notoatmodjo,2003).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

2. Ruang Lingkup Pendidikan

Ruang lingkup pendidikan terdiri dari pendidikan informal, formal

dan non formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh

seseorang di rumah dalam lingkungan keluarga. Pendidikan ini

berlangsung tanpa organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang diangkat

atau ditunjuk sebagai pendidik, tanpa suatu progam yang harus

diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, tanpa evaluasi yang formal

berbentuk ujian. Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai

bentuk atau organisasi tertentu, seperti terdapat di sekolah atau universitas.

Sedang pendidikan non formal adalah meliputi berbagai usaha khusus

yang diselenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda

dan juga orang dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali

tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki

pengetahuan praktik dan ketrampilan dasar yang mereka perlukan sebagai

warga masyarakat yang produktif. (Tim Pengembangan MKDK IKIP

Semarang, 1991; Notoatmodjo, 2003).

3. Jenjang Pendidikan Formal

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang pendidikan

No 20 Tahun 2003, jenjang pendidikan formal terdiri atas :

a. Pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Contohnya : SD, MI, SMP dan MTs atau

bentuk lain yang sederajat.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

b. Pendidikan menengah yaitu lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari

pendidikan menengah kejuruan. Contohnya : SMA, MA, SMK dan

MAK atau bentuk lain yang sederajat.

c. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup progam pendidikan diploma, sarjana,

magister, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah

tinggi, istitut atau universitas.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan

a. Umur

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah

umur pendidikan yang di dapat akan lebih banyak. Baik itu pendidikan

formal maupun pendidikan non formal yang diinginkan adalah terjadi

perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Selanjutnya

perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan

pengetahuan, sikap, atau ketrampilannya (Notoatmodjo, 2003).

b. Tingkat sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan

dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat.

Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan

memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan

bermutu (Effendy,1998;Notoatmodjo, 2003).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

c. Lingkungan

Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan

seseorang. Seperti contoh orang yang berada dalam lingkungan

keluarga yang mendukung serta mengutamakan pendidikan mereka

akan lebih termotivasi untuk belajar. Sehingga pengetahuan yang

mereka peroleh akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang

keluarganya tidak mendukung untuk merasakan bangku sekolahan

(Effendy,1998; Notoatmodjo, 2003).

C. Tingkat Pengetahuan ( Knowledge )

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan pengideraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan terjadi

melalui pancaindra manusia yakni melalui indra penglihatan, penciuman,

rasa, raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan mencakup ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan

dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah, dan prinsip serta metode

yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan akan digali

pada saat yang dibutuhkan melalui bentuk mengingat atau mengenal

kembali.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), yang mengutip dari Bloom tingkat

pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall). Sesuatu spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang diterima.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

mengiterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap suatu objek materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek

yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebelumnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

a. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

b. Evaluasi (Evaluation)

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilain terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang

sudah ada.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2003), yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih

mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula

untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

memberikan pengetahuan yang jelas.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,

karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai dengan

tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur

semakin banyak(bertambah tua).

e. Sosial Ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan

dengan penghasilan yang ada. Sehingga menuntut pengetahuan yang di

miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin.begitupun dalam

mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan

dengan pendapatan keluarga.

4. Cara pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden Kedalam pengetahuannya yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut

diatas (Arikunto,2002 ; Notoatmodjo, 2003).

4. Cara Mencari Pengetahuan

Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu:

a. Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai

orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis

(Notoatmodjo, 2003).

b. Cara coba-salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu seseorang

apabila menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya

dilakukan dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah

digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan

berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih

sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak

mengetahui cara memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2003).

c. Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran

apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini

biasanya diwariskan turun temurun dari generasi berikutnya. Dimana

pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan

maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau

pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tiak

semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik

kesimpulan dengan benar maka diperlukan berfikir kritis dan logis

(Notoatmodjo, 2003).

e. Melalui jalan pikir

Sejalan dengan perkembangan kebudayaaan umat manusia, cara

berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik

melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2003).

f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian.

Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakat kemudian hasil pengmatannya

tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil

keimpulan umum (Notoatmodjo, 2003).

D. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Dengan Kecepatan

Pencarian Bantuan ke Sarana Pelayanan Kesehatan.

Tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan mempunyai pengaruh

yang tidak sedikit pada masyarakat, terutama dalam menentukan serta

mengambil suatu keputusan yang terbaik untuk membatu seseorang atau

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

anggota keluarga yang sakit. Yaitu dengan membawanya ke sarana pelayanan

kesehatan yang ada. Individu yang mempunyai pendidikan tinggi secara

otomatis dia mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan

dengan individu yang mempunyai pendidikan formal rendah. Dengan

demikian penyerapan dan pemahamannya terhadap hal baru lebih cepat,

mereka akan lebih tanggap terhadap masalah yang sedang terjadi sehingga

segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut atau dengan

segera membawa diri atau anggota keluarganya untuk mencari pertolongan

pada orang yang lebih profesional.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Sriyatun (2002) tentang

hubungan tingkat pendidikan terhadap lamanya pemberian ASI kepada bayi,

didapat bahwa tingkat pendidikan formal yang di miliki seorang ibu ternyata

menunjukkan hasil yang bermakna yaitu 67,3% ibu dengan pendidikan

SLTAmempunyai kesungguhan untuk memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya, di banding ibu yang mempunyai pendidikan rendah. Begitupun

dengan tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang. Seperti

penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2002) tentang hubungan tingkat

pengetahuan terhadap perilaku pencegahan penyakit diare pada balita,

dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan yang di miliki seseorang maka

dia akan lebih cepat tahu dan mau menerapkan hal-hal baru yang di

informasikan oleh petugas kesehatan untuk kesehatan dirinya dan mampu

melakukan pencegahan penyakit diare pada anaknya terbukti 53,5 % ibu yang

mempunyai pengetahuan dalam kategori tinggi mampu melakukan perawatan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

dan pencegahan penyakit diare pada anak balitanya. Dari berbagai penelitian

yang telah dilakukan beberapa peneliti, dapat diambil kesimpulan bahwa

tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan akan mempengaruhi masyarakat

dalam mencari bantuan khususnya kesehatan ke sarana pelayanan kesehatan

yang ada.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

E. Kerangka Teori

Bagan 1: Kerangka Teori Modifikasi dari: Bloom 1974; Green1988;

Smet 1994; Foster & Anderson 1998; dan Notoatmodjo 2003.

Tingkat pendidikan Faktor-faktor yang mempengaruhi: · Umur · Tingkat sosial ekonomi

· Lingkungan

Tingkat pengetahua n Faktor-faktor yang mempengaruhi: · Tingkat pendidikan · Informasi · Budaya · Pengalaman · Sosial ekonomi

Kecepatan masyarakat dalam mencari bantuan ke sarana

pelayanan kesehatan Faktor-faktor yang mempengaruhi: · Keparahan dari gejala · Status ekonomi · Sikap, kepercayaan dan nilai · Kesadaran masyarakat · Sikap petugas kasehatan

· Jarak ke sarana kesehatan

Pelaksanaan terhadap keputusan dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

f. Kerangka Konsep

G. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut dengan variabel bebas, variabel stimulus, input,

prediktor, dan antecendent adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat), jadi variabel

independen adalah variabel yang mempengaruhi( Sugiyono, 2005).

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan

tingkat pengetahuan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat tergantung

dari variabel bebas terhadap perubahan( Alimul, 2003).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecepatan masyarakat

dalam mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan.

T in g k a t P e n g e t a h u a n

T in g k a t P e n d id ik a n

K e c e p a ta n M a s y a ra k a t D a la m M e n c a r i B a n tu a n k e S a n a P e la y a n a n K e s e h a ta n

V a r ia b e l D e p e n d e n V a r ia b e l In d e p e n d e n

B a g a n 2 : K e r a n g k a K o n s e p

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencarian Bantuandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/...s1-2008-srihartati-233-3-bab2.pdf · dalam proses pencarian bantuan kesehatan, atau membawa berobat

H. Hipotesis

Hipotesis alternatif (Ha) yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini

adalah :

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecepatan masyarakat

dalam mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Cepiring Kabupaten Kendal.

2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecepatan masyarakat

dalam mencari bantuan ke sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Cepiring Kabupaten Kendal.