Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tamodia (2013), hasil penelitian
menyebutkan bahwa sistem pengendalian persediaan barang dagang sudah efektif,
karena penerimaan dan penyimpanan barang, pencatatan, dan otorisasi dilakukan
oleh fungsi yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti
terdapat kelemahan penerapan sistem pengendalian persediaan barang diantaranya
kesalahan menulis nama, merk maupun size pada barang yang keluar dan kesalahan
mengeluarkan barang dari gudang serta belum ada keseragaman nama barang yang
terjadi pada PT. Laris Manis Utama Cabang Manado.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Widiasa et al. (2015) Hasil
penelitian dan pembahasan UD Tirta Yasa peneliti mengambil kesimpulan bahwa
sistem pengendalian persediaan barang dagang belum efektif karena belum
memenuhi standar sistem pengendalian internal persediaan. Struktur organisasi
pada UD Tirta Yasa sudah cukup memadai, akan tetapi masih banyak bagian-
bagian yang kosong dan mengakibatkan perangkapan jabatan pada karyawan. Hal
ini menambah lemahnya sistem pengendalian dikarenakan dokumen-dokumen
tersebut seharusnya bisa menjadi alat pengendalian internal.
Amanda et al. (2015) Hasil penelitian menyebutkan sistem pengendalian
internal atas persediaan barang dagang di Grand Hardware sudah efektif, dimana
adanya pemisahan diantara fungsi-fungsi terkait dengan penerimaan dan
pengeluaran barang. Pemantauan terhadap persediaan barang dagangan juga
6
dilakukan secara periodik oleh bagian logistik melalui kegiatan stok opname. Hanya
ada beberapa faktor penyusun lingkungan pengendalian yang belum dimiliki oleh
Grand Hardware seperti auditor internal yang merupakan faktor penting terciptanya
pengendalian internal yang baik.
Makisurat et al. (2014) Hasil penelitian menyebutkan bahwa sistem informasi
akuntansi atas prosedur penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang
dagangan CV. Multi Media Persada Manado sudah efektif karena dijalankan sesuai
dengan komponen sistem informasi akuntansi yang ada. Namun peneliti
menemukan kelemahan, tidak adanya catatan manual yang dapat digunakan oleh
perusahaan dalam mengantisipasi apabila terjadi kegagalan dalam sistem
komputerisasi yang selalu digunakan oleh perusahaan. Sebaikanya, CV. Multi
Media Persada Menado dalam penilaian resiko, memiliki karyawan yang
mempunyai keterampilan dalam melakukan penilaian akan kualitas barang
dagangan serta memeriksa cacat/rusaknya barang dagangan, sehingga
mengantisipasi akan terjadinya retur terhadap penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan. Dilihat dari aktivitas pengendalian ada baiknya sesekali melakukan
pemeriksaan independen secara mendadak tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
kepada setiap bagian yang ada.
Salangka (2013), Hasil penelitian menyebutkan bahwa, sistem pengendalian
internal persediaan belum efektif, karena perusahaan masih mengunakan sistem
manual sehingga resiko kesalahan pencatatan persediaan sangat besar, kekeliruan
lain yang seiring terjadi adalah kesalahan mengeluarkan barang dari gudang. Selain
itu PT. Emigas Sejahtera prosedur pengeluaran barang masih belum efektif karena
masih terdapat kekurangan dalam kegiatan pengeluaran barang/tabung yang
7
rusak/bocor. Prosedur penerimaan dan penyimpanan barang pada PT. Emigas
Sejahtera, telah efektif, karena penerimaan dan penyimpanan barang, pencatatan,
dan otorisasi dilakukan oleh fungsi yang berbeda.
Manengkey (2014), Hasil penelitian menyebutkan sistem pengendalian intern
dan penerapan akuntansi persediaan barang dagang pada PT. Cahaya Mitra Alkes
tersebut maka penulis mengambil kesimpulan, secara keseluruhan sistem
pengendalian intern persediaan barang dagang belum efektif, dimana manajemen
perusahaan belum menerapkan konsep dan prinsip-prinsip pengendalian intern
karena PT. Cahaya Mitra Alkes belum memisahkan fungsi operasi, pencatatan, dan
penyimpanan kas, dimana kasir hanya berfungsi sebagai penyimpan kas perusahaan
dan tidak boleh memiliki akses ke sistem komputer untuk melakukan pencatatan
terhadap penjualan barang.
Penelitian terdahulu mengenai tema yang sama yang di lakukan oleh Rahayu.,
et al (2016), hasil penelitian menyebutkan struktur organisasi Rumah Sakit Anak
Astrini Wonogiri bagian farmasi belum bisa dikatakan baik karena belum ada
pemisahan tugas dan tanggung jawab dibagian perencanaa, pembelian dan
penerimaan obat, sehingga ada perangkapan tugas. Sistem otorisasi dan prosedur
Rumah Sakit Anak Astrini Wonogiri bagian farmasi juga belum bisa dikatakan
baik. Untuk prosedur memang telah dijalanan sesuai dengan peraturan rumah sakit
tetapi untuk sistem otorisasi belum diberlakukan dengan baik sehingga masih ada
resiko terjadinya kecurangan.
Berdasarkann penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa sistem
pengendalian persediaan barang masih terdapat banyak kelememahan diantaranya
belum ada pemisahan tugas di dalam struktur organisasi dengan jelas, belum bisa
8
memisahkan fungsi operasi, pencatatan, penerimaan kas dan belum menerapkan
konsep – konsep pemisahan tugas di dalam perusahaan (Widiasa et al.,2015) dan
juga menurut (Manengke, 2014). Ini didukung juga dengan penelitian terdahuu
(Rahayu et al., 2016). Kelemahan juga terjadi pada sistem pengendalian internal
persediaan karena, perusahaan masih menggunakan sistem manual sehingga
berisiko pada kesalahan pencatatan. Selain itu, pada prosedur pengeluaran barang
karena masih banyak terjadi kesalahan dalam pengeluaran barang dari gudang dan
barang yang rusak tidak dikeluarkan oleh pihak yang berwenang pada PT. Emigas
Sejahtera (Salangka, 2013). Tetapi pernyataan ini bertolak belakang dengan hasil
penelitian terdahulu oleh (Maskurat et al., 2014) sistem informasi akuntansi atas
prosedur penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang pada CV. Multi Media
Persada sudah efektif dijalankan meskipun tidak ada catatan manual.
B. Tinjauan Pustaka
Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan seperangkat kebijakan dan prosedur
untuk melindungi aktiva atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan
penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang
akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/undang-
undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana
mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan (Hery, 2008).
Menurut Murtanto (2005), Pengendalian Intern diterapkan untuk menjaga
perusahaan dalam mencapai profitabilitas dan pencapaian misinya, serta untuk
meminimalkan hambatan sepanjang proses tersebut.
9
Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2016), Tujuan sistem pengendalian internal yaitu :
1. Menjaga aset organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisensi
4. Mendorong di patuhi kebijakan manajemen.
Unsur - unsur sistem pengendalian internal
Menurut Mulyadi (2016) Unsur – unsur pengendalian internal antara lain :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas
Pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang sengaja
dibentuk perusahaan untuk melakukan kegiatan pokok perusahaan. Pembagian
tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasakan pada prinsip :
a. Harus memisahkan fungsi operasi, penyimpanan dan fungsi akuntansi.
Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan
kegiatan. Setiap kegiatan dalam perusahaan memiliki otorisai dari menejer
yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan didalam
perusahaan.
b. Suatu fungsi bagian tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi yang berkaitan dengan
perusahaan.
2. Sistem wewewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup. Dalam sebuah organisasi, setiap transaksi yang ada di dalam
10
perusahaana hanya terjadi atas dasar otoritasi dari pihak terkait yang memiliki
wewenang untuk menyetujui semua transaksi di dalam perusahaan.
Diantaranya :
a. Kepala Fungsi Gudang : Berwenang mengajukan Prosedur permintaan
pembelian yang ditujukan kepada fungsi pembelian.
b. Kepala Fungsi Pembelian : Berwenang memberikan otorisasi surat order
pembelian yang diterbitkan oleh fungsi pembelian.
c. Kepala fungsi penerimaan : Berwenang memberikan otorisasi pada laporan
penerimaan barang yang diterbitkan oleh fungsi penerimaan.
d. Kepala fungsi akuntansi : Berwenang memberikan otorisasi pada bukti kas
keluar yang dipakai sebagai dasar pencatatan atas terjadinya transaksi pembelian
barang.
3. Praktik kerja yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang tidak
akan berjalan dengan baik bila tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin
praktik yang sehat dalam pelaksanaannya di dalam perusahaan.
Adapun cara-cara yang ditempuh diantaranya :
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
ditanggung jawabkan oleh yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak yang tida terjadwalkan (inspeksi mendadak)
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu
unit organisasi tanpa ada campur tangan unit lain.
11
d. Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin dapat menjaga indepedensi
pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga kecuranagn dapat
dihindarkan.
e. Karyawan berhak dan diharuskan mengambil cuti dan selama cuti jabatan
karyawan sementara digantikan dengan pejabat lain, bila terjadi kecurangan
diharapkan dapat diungkap oleh pejabat yang mengantikan.
f. Untuk menjaga aset perusahaan secara periodik harus diadaan pencocokan
antara aset secara fisik dan catatan akuntansi atas aset tersebut.
g. Pembentukan unit organisasi atau staf pemeriksaan intern (SPI) perusahaan.
Satuan pengawas intern dalam perusahaan akan menjamin efektifitas unsusr-
unsur sistem pengendalian intern, agar aset perusahaan menjadi aman dan
data akuntansinya akan terjamin ketelitian serta keandalannya.
4. Karyawan yang mutunya sesuai denga tanggung jawab
Karyawan yang jujur dan ahli dibidangnya akan dapat melaksanakan pekerjaan
dengan efisisen dan efektif, meskipun hanya sedikit unsur sistem pengendalian
internal yang mendukungnya. Untuk mendapatkan karyawan yang berkompeten
dan dapat dipercaya, berbagai cara berikut ini dapat ditempuh :
a. Seleksi karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.
Untuk mmeperoleh karyawan yang mempunyai kecakapan yang sesuai
dengan tuntutan tanggung jawab yang akan dipikulnya, manajemen harus
mengadakan analisis jabatan yang ada dalam perusahaan tersebut. Program
yang baik dalam seleksi karyawan akan menjamin perolehan karyawan yang
memiliki kompetensi sesuai jabatan yang dimilikinya.
12
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahan,
sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaan.
Sistem pembelian disusun dengan dasar berikut ini :
a. Transaksi pembelian harus dilaksanakan secara independen: fungsi gudang,
fungsi pembelian barang, fungsi penerimaan barang, dan fungsi akuntansi.
b. Formulir-formulir :
Kepala fungsi gudang : Untuk surat permintaan pembelian
Kepala fungsi pemebelian : Untuk surat order pembelian barang
Kepala fungsi penerimaan : Untuk laporan penerimaan barang
Kepala fungsi akuntansi : Untuk bukti kas keluar
c. Secara periodik diadakan rekonsialisasi antara buku pembantu persediaan
yang di selenggarakkan oleh fungsi akuntansi dengan persediaan barang
secara fisik yang terdapat digudang.
5. Para karyawan yang sesuai dengan sumberdaya sesuai dengan tanggung jawab
dalam perusahaan.
Jika perusahaan memiliki karyawan yang berkopenten, jujur, maka unsur
pengendalian yang lain dapat diminimalisirkan sampai batas minimum, dan
perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggung jawaban keuangan yang
dapat diandalkan dan akurat. Untuk mendapatkan karyawan yang berkompeten
dibidangnya, dapat memngunakan cara sebagai berikut :
a. Seleksi karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut sesuai dengan
bidang pekerjaannya. Untuk memperoleh karyawan yang memiliki
kecakapan yang sesui dengan tuntutan tanggung jawab yang akan
dipikulknya, manajemen harus mengadakan analisis jabatan dan menentukan
13
syarat - syarat yang harus dipenuhi oleh calon karyawan yang akan
menduduki jabatannya.
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan,
sesui dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya. Misalnya seorang
karyawan lulusan D3 mendapat tugas kuliah S1 agar pengetahuan dan
keterampilannya lebih meningkat.
Komponen pengendalian internal
Menurut (Murtanto, 2005) Pengendalian internal terdiri dari 5 komponen
yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Lima komponen ini diturunkan dengan
cara penyelenggaran bisnis oleh menejemen, dan terpadu dengan proses
manajemen, diantaranya :
a. Lingkungan pengendalian :
Inti setiap bisnis adalah orangnya, atribut individu mereka, termasuk
integritas, nilai etika dan kompetensi serta lingkungan kerja mereka.
b. Penilaian resiko :
Entitas harus menyadari dan menangani resiko yang mungkin terjadi.
Maka entitas harus menetapkan tujuan, terpadu dengan kegiatan
penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan lainnya sehingga
organisasi beroperasi secara serasi. Entitas juga harus menetapkan
mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola resiko.
c. Kegiatan pengendalian :
Kebijakan dan prosedur pengendalian harus ditetapkan dan dilaksanakan
untuk membantu menjamin bahwa tindakan yang terindetifikasi oleh
14
manajemen sebagai tindakan yang terindefikasi oleh manajemen sebagai
tindakan yang perlu untuk menangani resiko pada pencapaian tujuan
entitas dilaksanakan secara efektif.
d. Informasi dan komunikasi :
Kedua sistem ini memungkinkan orang – orang dalam entitas
memperoleh dan bertukar informasi yang diperlukan untuk mengadakan,
mengelola dan mengendalikan operasinya.
e. Monitoring
Proses keseluruhan harus dimonitoring dan modifikasi bila perlu. Dengan
demikian sistem tersebut dapat bereaksi secara dinamis sembari
melakukan perubahan bila kondisi memungkinkan.
Manfaat Pengendalian Internal
Hopwood (2006) menyatakan, pengendalian dibutuhkan untuk mengurangi
eksposur (ancaman) terhadap resiko. Libby (2008) mendefinisikan, organisasi
merupakan sasaran berbagai macam eksposur yang dapat mengganggu operasi
perusahaan atau bahkan eksistensi kelangsungan hidup perusahaan. Oleh sebab itu,
pengendalian yang efektif untuk mengurangi eksposur mencakup hal-hal sebagai
berikut ini:
1. Pemisahan Tugas
a) Pemisahan antara pekerjaan penerimaan kas dan pengeluaran kas.
b) Pemisahaan antara prosedur akuntansi penerimaan kas dengan pengeluaran.
c) Pemisahan antara penanganan kas secara fisik dengan semua fase fungsi
akuntansi.
15
2. Kebijakan dan Prosedur
a) Semua penerimaan kas harus segera disetorkan ke bank setiap hari.
b) Pemisahaan otorisasi atas penerimaan dan pengeluaran kas.
c) Pemisahan tanggung jawab antara otorisasi pengeluaran kas dengan
penandatanganan cek atau pihak yang mentransfer dana secara elektronik.
d) Rekonsiliasi rekening bank dengan rekening kas dalam pembukuan perusahaan
setiap bulan.
Keterbatasan pengendalian internal
Menurut Murtanto (2005), keterbatasan pengendalian internal ada 6 yaitu :
a. Penilaian :
Efektifitas pengendalian internal dibatasi oleh kelemahan manusia dalam
membuat keputusan bisnis. Keputusan bisnisharus dibuat dengan penilaian
manusiawi, dalam waktu yang tersedia, didasarkan pada informasi yang
ada, dan dibawah tekanan etika bisnis.
b. Hambatan
Walaupun pengendalian internal dirancang dengan baik, namun dapat
mengalami hambatan. Karyawan perusahaan mungkin salah memahami
intruksi misalnya, supervisior departemen akuntansi yang bertanggung
jawab untuk menyelidiki kecurangan gagal melakukan penyelidikan cukup
jauh untuk dapat membuat koreksi yang sesuai.
c. Penolakan manajemen
16
Penolakan manajemen yang dimaksud disini berarti pemaksaan kebijakan
atau prosedur yang dianjurkan dengan keuntungan atau status kepatuhan
suatu entitas.
d. Kolusi
Kegiatan kolusi dua individu atau lebih di dalam entitas dapat menimbulkan
kegagalan pengendalian. Individu yang bertindak secara kolektif untuk
melakukan kecurangan sering kali dapat mengubah data kecurangan atau
informasi manajemen lain dengan cara yang tidak dapat diidentifikasi oleh
sistem pengendalian.
e. Biaya dan manfaat
Dalam menentukan apakah pengendaian khusus di tetapkan atau tidak,
resiko kegagalan dan pengaruh potensial pada entitas dipertimbangkan
bersama biaya untuk menetapkan pengendalian baru. Pengukuran biaya dan
manfaat untuk melaksanakan pengendalian dilakukan dengan tingkat presisi
yang berbeda. Kompleksitas penentuan biaya dan manfaat dipersulit karena
saling berhungan antara pengendalian dengan operasi bisnis.
Pengertian Persediaan
Sistem akuntansi persediaan bertujuan untuk mencatat mutasi setiap jenis
persediaan yang disimpan di gudang. Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya
terdiri dari satu jenis, yaitu persediaan barang dagang , yang merupakan barang
yang dibeli untuk kemudian dijual kembali (Mulyadi, 2016).
Manfaat Persediaan
Sulistiyowati (2010), Menyatakan persediaan adalah aktiva yang tersedia
untuk dalam kegiatan biasa, dalam proses produksi untuk penjualan atau dalam
17
bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Fungsi Persediaan
Rangkuti (2004), Menyatakan fungsi persediaan memiliki beberapa fungsi
penting bagi perusahaan, yaitu :
1) agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi
2) untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi,
3) untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam
jumlah yang banyak ada diskon,
4) untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga,
5) untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, mutu, dan ketidak tepatan pengiriman,
6) untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.
Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung maupun yang
tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan,dan penempatan
persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku atau barang yang diperoleh
untuk dijual kembali, biaya termasuk harga pembelian ,pengiriman, penerimaan,
penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi sampai barang siap untuk dijual.
Jenis-Jenis Pesediaan
Herfan (2008), Mengungkapkan jenis persediaan dapat dikelompokkan ke
dalam empat jenis, yaitu
18
1. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga
terjadinyapermintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi
bila kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau
pengiriman barang.
2. Anticipation stock, merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang
dapat diramalkan pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat
itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk
menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak
mengakibatkan terhentinya produksi.
3.Lot-size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang
lebih besar kebutuhan saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah yang
besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengakutan perunit yang
lebih rendah.
4. Pipeline inventory, merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari
tempat asal ke tempat dimanabarang tersebut akan digunakan. Misalnya, barang
yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu
beberapa hari atau minggu.
Biaya – biaya persediaan
Herjanto (2008), Dalam setiap penentuan pemesanan barang yang akan
mempengaruhi besarnya jumlah persediaan,berikut ini biaya-biaya variable yang
harus di pertimbangkan :
19
1) Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan
diadakannya persediaan barang. Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua
bentuk yaitu persentase dari unit harga/nilai barang, dan dalam bentuk rupiah
perunit barang, dalam periode waktu tertentu.
Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
a) Biaya sewa gudang
b) Biaya administrasi pergudangan
c) Gaji pelaksana pergudangan
d) Biaya listrik
e) Biaya modal yang tertanam dalam persediaan
f) Biaya asuransi
g) Biaya kerusakan
h) Biaya penyusutan.
Biaya modal biasanya merupakan komponen biaya penyimpanan yang terbesar,
baik berupa biaya bunga jika modalnya berasal dari pinjaman maupun biaya
oportunitas apabila modalnya milik sendiri.
2) Biaya pemesanan (pembelian), merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak dari penempatan pemesanan
sampai tersediaanya barang di gudang. Setiap kali suatu bahan dipesan, organisasi
menanggung biaya pemesanan (order costs atau procurementcosts). Biaya-biaya
pemesanan secara terperinci meliputi :
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya telephone
20
d. Pengeluaran surat menyurat
e. Biaya pengepakan dan penimbangan
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
h. Biaya hutang lancar; dan sebagainya.
3) Biaya kekurangan persediaan (shortage costs, stockout cost) adalah biaya yang
timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya
kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan
berupa biaya kehilangan kesempatan. Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini
merupakan biaya kesempatan yang timbul misalnya karena terhentinya proses
produksi sebagai akibat tidak adanya bahan yang diproses, yang antara lain
meliputi biaya kehilangan waktu produksi bagi mesin dan karyawan.
Metode Pencatatan Persediaan :
Menurut Mulyadi (2008), Terdapat dua macam metode pencatatan persediaan:
1. Metode mutasi persediaan (perpetual inventory method)
Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu
persediaan.
2. metode persediaan fisik (phisical inventory method)
Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian
saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena
pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan.
Jadi dapat disimpulkan metode pencatatan persediaan terbagi menjadi dua
yaitu metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan metode
persediaan fisik (phisical inventory method).
21
Dokumen yang digunakan :
Dokumen yang digunakan dalam perhitungan fisik persediaan menurut
(Mulyadi, 2010) adalah sebagai berikut :
1. Dokumen sumber yang digunakan dalam prosedur pencatatan produk jadi
adalah laporan produk selesai dan bukti memorial. Laporan produk selesai
digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat tambahan kuantitas produk jadi
balam kartu gudang. Bukti memorial digunakan untuk mencatat tambahan kuantitas
dan harga pokok persediaan produk jadi dalam kartu persediaan dan digunakan
sebagai dokumen sumber dalam mencatat transaksi selesainya produk jadi dalam
jurnal umum.
2. Dokumen sumber yang digunakan dalam prosedur pencatatan harga pokok
produk jadi yang dijual adalah surat order pengiriman dan faktur penjualan. Surat
order pengiriman diterima oleh bagian gudang dan bagian order penjualan. Setelah
bagian gudang mengisi surat order pengiriman tersebut dengan kuantitas produk
jadi yang diserahkan kepada bagian pengiriman, atas dasar surat order pengiriman
tersebut bagian gudang mencatat kuantitas yang diserahkan ke bagian pengiriman
dalam kartu gudang. Harga pokok produk jadi yang dijual dicatat oleh bagian kartu
persediaan dalam kartu persediaan atas dasar tembusan faktur yang diterima oleh
bagian tersebut dari bagian penagihan.
3. Dokumen sumber yang digunakan dalam prosedur permintaan dan pengeluaran
barang gudang adalah bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.
4. Dokumen yang digunakan untuk merekam, meringkas, dan membukukan hasil
perhitungan fisik persediaan adalah kartu perhitungan fisik (inventory tag) yang
digunakan untuk merekam hasil perhitungan fisik persediaan, daftar hasil
22
perhitungan fisik (inventory summary) yang digunakan untuk meringkas data yang
telah direkam dalam hasil kartu perhitungan fisik persediaan, dan bukti memorial
digunakan untuk membukukan adjustment rekening persediaan sebagai akibat dari
hasil penghitungan fisik ke dalam jurnal umum.
Pengendalian Intern Persediaan
Menurut Rangkuti (2007), Pengawasan persediaan merupakan salah satufungsi
manajemen yang dapat dipecahkan dengan menerapakan metode kuantitatif.
Teknik pengendalian persediaan ini merupakan tindakan yang sangat penting
dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan, serta
kapan saatnya mengadakan pemesanan kembali.
Menurut Render (2014) menyatakan semua organisasi memiliki beberapa jenis
sistem perencanaan dan sistem pengendalian persediaan,karena pada hakekatnya
perencanaan dan pengendalian persediaan perludiperhatikan. Dari pengertian
diatas dapat diartikan bahwa pengendalian persediaan perlu diperhatikan dimana
untuk menjaga keseimbangan antara besarnya persediaan dengan biaya yang
ditimbulkan daripersediaan.