Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan
golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Penyakit tersebut secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Malaria merupakan
salah satu penyakit yang tersebar dibeberapa wilayah di dunia. Umumnya tempat yang rawan
malaria terdapat pada Negara berkembang dimana tidak memiliki tempat penampuan atau
pembuangan air yang cukup, sehingga menyebabkan air menggenang dan dapat dijadikan
sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur.
World malaria Report 2015 menyebutkan bahwa malaria telah menyerang 106 negara di
dunia. Komitmen global pada millennium Development Goals (MDGs) menempatkan upaya
pemberantasan malaria ke dalam satu tujuan bersama yang harus di capai sampai dengan tahun
2015 melalui tujuan ketujuh yaitu pemberantas penyakit HIV/AIDS, malaria dan tuberkulosis.
Dengan Development goals (SDGs). Pada SDGs, upaya pemberantas malaria tertuang dalam
tujuan ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mengupayakan kesejahteraan bagi
semua orang, dengan tujuan spesifik yaitu mengakhiri epidemis AIDS, tuberkulosis, malaria,
penyakit neglected-tropical sampai dengan tahun 2030.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian
bayi, anak dan ibu yang melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Angka
kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama dikawasan timur Indonesia. Kejadian Luar
Biasa (KLB) malaria masih sering terjadi terutama didaerah yang terjadi perubahan lingkungan,
5
misalnya tambak udang atau ikan yang tak terpelihara, penebangan pohon bakau sebagai bahan
bakar dan arang, muara sungai yang tersumbat yang akan menjadi tempat perindukan nyamuk
malaria (Zulkoni H Akhsin,2010).
B. Epidemiologi Malaria
Epidemiologi yang diberikan dingin sudah tidak ditemukan lagi di daerah endemic
malaria. Namun demikian, malaria masih merupakan kesehtaan yang besar di daerah tropis dan
subtropics dibrash, asia tenggara, dan seluruh sub-sahara afrika. WHO,2002 mengembangkan
suatu program satu respons terpadu untuk mengatasi masalah endemis malaria di Negara
berkembang. Respons tersebut berupa roll back malaria (rbm) yang diartikan sebagai” gerak
malaria” yang merupakan gerakan bersama, terpadu antara pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga donor dan masyarakat. Gerakan malaria bertujuan untuk mengurangi
beban malaria sebanyak 50% yang dimulai sejak tahun 2006.
The world malaria report (2010) menjelaskan, sebanyak lebih dari 1 juta orang termasuk
anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria di mana 80% kematian terjadi afrika, dan 15%
di asia (termasuk eropa timur). Secara keseluruhan terdapat 3,2 miliar penderita malaria di dunia
yang terdapat di 107 negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat di afrika yaitu sebelah
selatan sahara dimana banyak anak-anak meninggal karena malaria dan malaria muncul kembali
di asia tengah, eropa timur dan asia tenggara (WHO,2011).
C. Siklus hidup plasmodium
1. Siklus pada manusia
Pada saat nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia sporozoit yang berada di
kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam perederan darah selama kurang lebih1/2 jam. Setelah
itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang
menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus
ini disebut siklus eksoerritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.
Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagai tropozoit hati tidak berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant yang
disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam hati selama berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Pada suatu saat imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat
menimbulkan relaps (kambuh ).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk keperedaran darah dan
menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasite tersebut berkembang dari
stadium sporozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan
aseksusal ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit
yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus
eritrositer.Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni darah, sebagai merozoit yang menginfeksi sel
darah merah akan membentuk stadium seksual (genosit jantan dan betina).
2. Siklus dalam tubuh Nyamuk Anopheles betina
Nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit di dalam tubuh
nyamuk, gamet jantan dan gamet malakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot tersebut
berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding
lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh
manusia sampai timbulnya gejala klinis yang di tandai dengan demam bervariasi, tergantung
dari spesies plasmodium, sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai sporozoit masuk
sampai parasite dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
Siklus hidup nyamuk diawali dari telur, larva kepompong dan nyamuk berikut dapat
dijelaskan masing masing siklus hidup nyamuk, yaitu:
a. Telur
1) Diletakan di permukaan air atau benda- benda lain di permukaan air.
2) Ukuran telur ± 0,5mm, dengan jumlah telur (sekali bertelur) 100-300 butir, rata-
rata 150 butir, dan frekuensi bertelur dua atau tiga hari
3) Lama menetas dapat beberapa saat setelah kena air, hingga dua sampai tiga hari
setelah berada di air, dan menetas menjadi larva (larva).
b. Larva
1) Larva terletak di air dan mengalami empat masa pertumbuhan ( stadium) yaitu:
stadium 1 (±1 hari), stadium II (±1-2hari), stadium III (±2hari), dan stadium IV
(±2-3hari).
2) Masing-masing stadium ukurannya berbeda-beda dan juga bulu-bulunya, dan tiap
pergantian stadium disertai dengan pergantian kulit dan belm ada perbedaan
jantan dan betina
3) Pergantian kulit terakhir berubah menjadi kepompong dengan umur rata-rata
antara 8-14hari
c. Kepompong
Kepompong terdapat di air, tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan udara,
untuk menetas 1-2 hari menjadi nyamuk, dan umunya nyamuk jantan menetas lebih dahulu
daripada nyamuk betina.
d. Nyamuk dewasa
Nyamuk anopheles dewasa bentuk badannya lebih besar kalau di bandingkan dengan
rata-rata nyamuk lain, mempunyai urat sayap bersisik, mempunyai prombosis panjang,
mempunyai sirip penutup tubuh , sisik pada pinggir sayap berubah menjadi jumbai, dan sayap
terdiri dari 6 urat sayap, yaitu urat sayap 2,4,dan 5 bercabang. Jumlah nyamuk jantan dan betina
menetas dari sekelompok telur pada umumnya sama banyak(1:1), nyamuk jantan umurnya lebih
pendek dari nyamuk betina± seminggu, nyamuk betina lebih panjang daripada nyamuk jantan
dan nyamuk betina dapat terbang jauh antara 0,5-5km.
1. Gejala Malaria
Gejala umum penyakit malaria yaitu demam. Di duga terjadinya hubungan dengan
proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon). Gambaran karakteristik dari malaria adalah demam
periodik, anemia dan splenomegali. Berat ringannya manifestasi malaria tergantung jenis
plasmodium yang menyebabkan infeksi. Untuk P. falciparum demam tiap 2448 jam, P. vivax
demam tiap hari ke-3, P. malariae demam tiap hari ke-4, dan P. ovale memberikan infeksi yang
paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan. Sebelum timbulnya demam,
biasanya penderita mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual di hulu hati,
atau muntah (semua gejala awal ini disebut gejala prodromal), (Kurniawan,2008).
Menurut berat-ringannya tanda-tanda dan gejalanya, gejala malaria dapat dibagi
menjadi 2 jenis:
a. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya
cukup menyiksa. Gejala malaria yang utama yaitu: demam dan menggigil, juga dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat
bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit berasal.
Gejala malaria ini terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria,yaitu:
1) Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi penderita cepat,
tetapi lemah. Bibir dan jari – jari pucat kebiru – biruan (sianotik). Kulitnya kering dan pucat,
penderita mungkin muntah dan pada penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung selama 15 menit – 60 menit, (Arsin,2012:64).
2) Stadium demam (hot stage)
Setelah menggigil/merasa dingin, pada stadium ini penderita mengalami serangan
demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperi
terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah-
muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu
badan bisa meningkat sampai 410C. Stadium ini berlangsung selama 2–4 jam, (Arsin,2012:64).
3) Stadium berkeringat (sweating stage)
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai membasahi tempat
tidur. Namun suhu badan pada fase ini turun dengan cepat, kadang–kadang sampai di bawah
normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga, ia merasa lemah, tetapi tanpa
gejala lain. Stadium ini berlangsung selama 2-4 jam. Sesudah serangan panas pertama terlewati,
terjadi interval bebas panas selama antara 48-72 jam, lalu diikuti dengan serangan panas
berikutnya seperti yang pertama dan demikian selanjutnya. Gejala–gejala malaria “klasik” seperti
diuraikan di atasa tidak selalu ditemukan pada setiap penderita, dan ini tergantung pada spesies
parasit, umur, dan tingkat imunitas penderita, (Arsin,2012:64).
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. Pada infeksi
P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya digolongkan
sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium
aseksual dengan satu atau lebih komplikasi, (Harijanto P. N,2000).
b. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit
malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test
(RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:
1) Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja,
tingkah laku berubah).
2) Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri).
3) Kejang-kejang.
4) Panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning.
5) Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang), Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan.
6) Nafas cepat atau sesak nafas.
D. Pengendalian
1. Pengendalian malaria
Penanggulangan malaria seharusnya ditunjukan untuk memutuskan rantai penularan
antara host, agent, dan environment, pemutusan rantai penularan ini harus di tunjukan kepada
sasaran yang tepat, yaitu:
Penangulangan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan
rumah dengan insektisida), dengan dibunuhnya nyamuk tersebut maka dapat memutus
penyebaran/ transmisi penyakit malaria. Kegiatan anti jentik dan mengurangi atau
menghilangkan tempat perindukan, sehingga perkembangan jumlah (density) nyamuk dapat
dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria.
Marwoto(1989) menyebutkan bahwa penanggulangan vector dapat dilakukan dengan
memanfaatkan ikan pemakan jentik, penelitian biologik yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan, ikan suka memakan
jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat. menjelaskan bahwa ikan nila memiliki daya
adaptasi tinggi berbagai jenis air, Nila dapat hidup di air tawar, air payau dan di laut (Arsin A.
Arsunan, 2012).
E. Cara pencegahan
Cara pencegahan sederhana dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain:
1. Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria, dengan cara tidur memakai
kelambu, tidak berada di luar rumah pada malam hari mengolesi badan dengan lotion anti
nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela.
2. Membersihkan tempat sarang nyamuk, dengan cara membersihkan semak- semak di
sekitar rumah dan melipat kain-kain yang bergantungan, mengusahkan di dalam rumah tidak
gelap, mengalirkan genangan air serta menimbunnya.
F. Karakteristik
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kejadian malaria ditinjau dari sisi epidemiologi:
1. Host (manusia dan nyamuk)
a. Manusia
1) Umur
Usia anak-anak lebih rentan terkena malaria. Anak yang bergizi baik justru lebih sering
mendapatkan kejang dan demam malaria dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk, namun
anak yang bergizi baik lebih baik maupun untuk mengatasi malaria berat daripada anak bergizi
buruk.
2) Jenis kelamin
Perempuan memiliki respons yang lebih baik dibandingkan laki-laki, namun apabila
menginfeksi wanita hamil maka akan terjadi anemia berat.
3) Pendidikan
Menurut Kawatu (2011), menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara
pendidikan dengan kejadian malaria dan orang yang berpendidikan rendah mempunyai risiko
2,02 kali untuk menderita malaria dibandingkan dengan orang yang pendidikan tinggi.
Menurut yuwarni (2012), menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
orang yang berpendidikan tinggi dengan orang yang pendidikan rendah dengan kejadian malaria
4) Pekerjaan
Suharmasto (2000), menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara perkerjaan
dengan kejadian malaria dan orang yang pekerjaan berisiko mempunyai risiko 2,82 kali untuk
terserang malaria dibandingkan dengan orang yang pekerjaannya tidak berisiko.
G. Faktor Kejadian Malaria
1. Teori BLUM
Blum dari hasil penelitiannya di amerika menyatakan bahwa statsus kesehatan seseorang
itu di pengaruhi oleh 4 faktor, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehataan, dan herditas atau
keturunan.H.L.Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar
terhadap status kesehatan; kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku, pelayanan kesehatan,
dan keturunan yang mempunyai andil paling kecil terhadap statsus kesehatan. Keempat faktor
tersebut selain beerpengaruh langsung kepada kesehatan juga saling berpengaruh satu sama lain.
Status kesehatan akan tercapai secara optimal jika keempat faktor tersebut secara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal pula. Jika salah satu faktor berada dalam keadaan yang tidak
optimal, maka status kesehatan akan bergeser kea rah dibawah optimal.
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan.Kondisi
sehat secara holistic bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spititual dan sosial
dalam bermasyarakat.Untuk menciptakan kondisi sehat seperti di perlukan suatu keharmonisan
dalam menjaga kesehatan tubuh.H.L.Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Keempat faktor tersebut merupakan faktor
determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor lingkungan(sosial,ekonomi, politik, budaya),
faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan
kualitasnya) dan faktor genitik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarkat.
Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang
paling besar dan paling sukar di tanggulamgi, disusul dengan faktor lingkungan.Hal ini
disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan
karena lingkungan hidup manusia juga sangat berpengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara pandang kita terhadap
kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu kita mempergunakan paradigma sakit
yakni kesehatan hanya dipandang sebagi upaya memyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin
hubungan dokter dengan pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai
adalah paradigma sehat, dimana upaya kesehatan dipandang suatu tindakan untuk menjaga dan
meningkatan derjat kesehatan individu ataupun masyarakat.
Munculnya penyakit malaria disebabkan oleh berbagai faktor yang menunjang vektor
nyamuk anhopeles bisa tetap survival karena penyesuaian terhadap lingkungan yang ada
sehingga faktor yang pertama adalah lingkungan kemudia perilaku, pelayanan kesehatan, dan
hereditas. Hal ini serupa yang di ungkapkan oleh Hendrick L. Blum (1974) bahwa faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarkat adalah:
a. Lingkungan
b. Perilaku
c. Pelayanan kesehatan
d. Hereditas
Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, hereditas.
a. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan serimg kali kita meninjau dari kondisi fisik.Lingkungan
yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit.Hal ini
jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak
dapat dikelola dengan baik, populasi, udara, air dan tanah juga menjadi penyebab. Upaya
menjaga lingkungan menjadi tangung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua
pihak.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda hidup,
benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya.Termasuk suasana yang
terbentuk, maka terjadi interaksi di antara elemen-elemen di alam tersebut.Faktor lingkungan
menempati urutan ke 3 dalam indicator kunci status kesehata masyarkat.Ketinggian,
kelembaban, curah huja, kondisi satwa maupun tumbuhan memainkan peranan di sini.Tetapi
bagaimanapun juga, kondisi lingkungan dapat dimodifikasi dan dapat dipekirakan dampak atau
ekses buruknya sehingga dapat dicarikan solusi ataupun kondisi yang paling optimal bagi
kesehatan manusia.
Indikator lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan diantaranya kondisi rumah
sehat, ketersediaan air bersih, saranan buangan air limbah (SPAL), sampah dan jamban sehat.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk
social kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interkasi individu satu dengan yang
lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan social yang buruk dapat menimbulkan
masalah kejiwaan.
b. Perilaku Masyarakat
Menurut sekijo Notoatmojo (1997), pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan
jiwa (berpendapat berpikir, bersikap dan sebagainya) untuk memberikan respons terhadap situasi
di luar subyek tersebut. Response ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) dan juga dapat bersifat
aktif (dengan tindakan atau action).
Perilaku yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat mencakup perilaku
terhadap sakit dan penyakit perilaku terhadap system pelayanan kesehatan, perilaku terhadap
makanan, dan perilaku terhadap lingkungan.
1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya penyakit
termasuk penyakit malaria.Hal ini didukung oleh penelitian Husin. Alamsyah, dkk (2001), yang
menyatakan bahwa masyarkat yang berpengetahuan rendah terhadap penyakit malria menjadi
salah satu penyab tingginya insiden malaria di gugus Kepulauan Aceh.
2) Perilaku dalam bentuk sikap.
Sikap yang positif akan cenderung membawa masyrakat untuk bertindak dalam
mencegah terjadi penularan penyakit termasuk penyakt malaria. Hal ini didukung oleh soetanto,
dkk (1980) dalam husin, Alamsyah dkk (2001) menyatakan bahwa buruknya kebiasanya dan
sikap masyarkat merupakan salah satu faktor pendukung penyebaran malaria.
3) Perilaku dalam bentuk tindakan.
Tindakan adalah suatu respon terhadap rangsangan atau stimulus dalam bentuk nyata
yang dapat di observasi secara langsung melalui kegiatan wawancara dam kegiatan responden,
merupakan bentuk tindakan nyata/ tindakan seseorang (overt behavior). Terwujudnya sikap agar
menjadi suatu perbuatan (tindakan) nyata diperlukan penduduk atau kondisi yang
memungkinkan, misalnya faktor dukungan dari pihak keluarga, teman dekat ataupun masyarakat
sekitar.
4) Perilaku hidup bersih dan sehat
Kebiasaan hidup yang tidak bersih dan sehat mempermudah penularan penyakit
malaria. Perilaku manusia sering ditentukan oleh alas an social dan ekonomi, dapat
mempengaruhi resiko malaria bagi individu dan masyarakat. Sebagai contoh : ketidakmampuan
untuk memiliki rumah layak huni dan membeli kelambu serta pengetahuan yang minim tentang
malaria; wisatwan dari daerah yang bukan endemik tidak menggunakan obat nyamuk atau lation
atau minum obat-obatan untuk mencegah malaria; kegiatan malaria dapat membuat situs
perkembangbiakan larva (genangan air saluran irigasi) pekerjaan petani seperti panen (juga di
pengaruhi oleh iklim) meningkatkan paparan terhadap gigitan nyamuk pada malam hari (Najmah
2016:188).
Pembuatan peraturan tentang perilaku sehat juga harus di barengi dengan pembinaan
untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat.Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan
sanksi hanya bersifat jangka pendek.Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat.Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam
menyukseskan program-program kesehatan.
c. Pelayanan Kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyakarat membutuhkan posyandu,
puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan untuk membantu dalam mendapatakan
pengobatan dan perawatan kesehatan. terutama untuk pelayanan keshetan dasar yang memang
banyak dibutuhkan masyarakat.Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan
juga mesti di tingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar
peranan. Sebab di puskesmaslah akan di tangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan
perawatan primer. Peranan sarjana kesehatan masyarakat sebagai manager yang memiliki
kompetensi di bidang manajemen kesehatan. Dibutuhkan dalam menyusun program-program
kesehatan.Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga
masyarakat tidak banyak yang jatuh sakit.
Faktor pelayanan kesehatan lebih berkait dengan kinerja pemerintahan yang sedang
berkuasa. Kesungguhan dan keseriusan pemerintah dalam mengelola pelayanan kesehatan
menjadi penentu susksesnya faktor pelayanan kesehatan.Kader desa, puskesmas, dan posyandu
menjadi ujung tombak dalam peningkatan status kesehatan masyarakat.
d. Genetik
Faktor genetik atau keturunan merupakan faktor yang sulit diintervensi karena bersifat
bawaan dari orang tua. Penyakit atau kelainan-kelainan tertentu seperti diabetes mellitus, buta
warna, albino, atau yang lainnya. Bias diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya atau dari
generasi ke generasi. Pencegahannya cukup sulit karena menyakut masalah gen atau DNA.
Pencegahan yang paling efektif adalah dengan menghindari genpembawa sifatnya.
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita
harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan
memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
H. Faktor agent ( plasmodium)
Agent tau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun tidak hidup
dimana dalam kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif dengan manusia yang rentan akan
menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Penyebab penyakit
malaria dari genus plasmodium, family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Hingga saat ini
parasite malaria yang dikenal ada empat macam, yaitu :
1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria topika yang sering menyebabkan malaria otak/
berat dengan risiko kematian yang tinggi.
2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertian
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana
4. Plasmodium ovale, jarang dijumpai terbanyak ditemukan di afrika dan pasifik barat. Pada
penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis
plasmodium. Infeksi demikian disebutkan infeksi campuran (mixed infection).
I. Penyebab Penyakit Malaria
1. Parasit Malaria
Malaria disebabkan oleh Parasit Plasmodium. Parasit ini ditularkan melalui gigitang
nyamuk Anopheles yang merupakan vektor malaria, yang terutama menggigit manusia malam
hari mulai magrib (dusk) sampai fajar (dawn).
Terdapat empat parasit penyebab malaria pada manusia yaitu :
a. Plasmodium Falciparum
b. Plasmodium Vivax
c. Plasmodium Malariae
d. Plasmodium Ovale
Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax merupakan penyebab malaria terbanyak,
plasmodium falciparum adalah penyebab kematian paling utama, (Soedarto,2011 : 2).
2. Ciri Genus Plasmodium
Ciri utama genus plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yaitu siklus hidup
seksual dalam tubuh nyamuk serta siklus hidup aseksual dalam tubuh manusia.
a. Fase seksual
Fase ini terjadi pada tubuh nyamuk, fase ini dimulai sejak nyamuk menghisap darah
manusia yang sudah terinfeksi plasmodium, maka plasmodium dalam bentuk gametosit masuk
seiring dengan darah yang dihisap dari tubuh manusia. Darah tersebut sudah mengandung
gametosit jantan dan gametosit betina, kemudian kedua gametosit ini mengalami pembuahan
yang mengahasilkan zygot dalam waktu antara 12-24 jam sesudah nyamuk menghisap darah,
setelah zygot terbentuk, maka zygot berubah menjadi oocynet, yang dapat menembus dinding
lambung nyamuk, kemudian berubah menjadi oocysta yang didalamnya mengandung ribuan
sporozoit, oocysta pecah maka lepaslah sporozoit, dengan lepasnya sporozoit ini nyamuk siap
menularkan sporozoit kemanusia melalui gigitan saat menghisap darah manusia. Fase ini hasil
akhirnya berupa sporozoit sehingga disebut juga fase sporogoni, (Soedarto dalam Santjaka Aris,
2013 : 13).
b. Fase aseksual
Fase ini dimulai sejak nyamuk menghisap darah manusia, maka serta merta nyamuk
menularkan sporozoit yang berada pada kelenjar ludahnya kedalam tubuh manusia, sekitar 30
menit sporozoit masuk ke sel hati dan menjadi tropozoit hati, kemudian berkembang menjadi
skizon hati yang mengandung 10.000-30.000 merozoit, hal ini disebut siklus eksoeritrisiter yang
berlangsung kurang lebih dua minggu, (Aris Santjaka, 2013 : 14).
c. Nyamuk Anopheles
Nyamuk betina memerlukan darah untuk perkembangan telurnya. Sesudah
menghisap darah penuh, nyamuk betina beristirahat beberapa hari selama darah dicerna dan telur
mengalami perkembangan. Didaerah tropis waktu istirahat ini berlangsung antara 2-3 hari.
Segera sesudah telurnya berkembang sempurna, induk nyamuk akan mengeluarkan telurnya
dengan meletakkan di permukaan air, lalu akan aktif lagi mencari darah hospes. Di daerah
dingin, nyamuk betina dapat bertahan hidup dengan cara meminimalkan metabolismenya
(hibernasi). Siklus ini akan berlangsung terus sampai nyamuk betina mati. Di alam umur
nyamuk betina sekitar 1-2 minggu (tergantung pada suhu udara, kelembaban dan jumlah darah
yang didapatnya) sedangkan nyamuk yang dipelihara di laboratorium dapat hidup lebih dari satu
bulan lamanya, (Soedarto, 2011: 97)
J. Cara Penularan
Penularan malaria sangat terkait dengan iklim yang bersifat local spesifik.Pergantian
musim berpengaruh baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap vector
pembawa penyakit. Kondisi lingkungan mempunyai dampak langsung terhadap reporduksi
vector, perkembangan, umur relative populasi dan perkembangan vegetasi pola tanam pertanian
juga mempengaruhi kepadatan populasi vector ( Saputro, 2015; Raza kandrainibe et al., 2009).
Malaria dapat ditularkan dengan berbagaicara yang pada umumnya dibagi atas alamiah dan
tidak alamiah.
1. Penularan secara alamiah (natural infection) yaitu melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah
terinfeksi oleh Plasmodium, cara penularan malaria (nyamuk malaria) mengigit penderita
malaria dan menghisap darah penderita yang mengandung parasite sehingga parasite malaria
masuk ketubuh nyamuk anopheles. Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan menjelang
malam hari. Beberapa vektor mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan
menjelang fajar. Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit
pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut
nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada lapisan
luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap untuk ditularkan. Pada
saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah
manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.
2. Penularan yang tidak alamiah dibagi atas :
a. Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan, karena ibunya menderita malaria.Penularan
terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
b. Secara mekanik
Terjadi melalui tranfusi darah atau jarum suntik.
c. Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan kepada ayam (plasmodium gallinasium),
burung dara (plasmodium relection) dan monyet (plasmodium knowlesi), (Arsin, 2012 : 51).
K. Faktor Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktiftas organisme ( mahluk hidup) yang bersangkutan.
Boleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena meraka mempunyai aktifitas
masing-masing.
Pada hakikatnya faktor perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang
menghasilkan ketidakseimbangan antara agent, host dan lingkungan yang berpengaruh terhadap
status kesehatan manusia.Kejadian malaria disebabkan oleh salah satu faktor yaitu
perilaku.perilaku manusia dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati dari luar.
1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007)
2. Perilaku Dalam Bentuk Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yangdalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial (Notoadmodjo, 2007)
3. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan
Tindakan adalah suatu respon terhadap rangsangan atau stimulasi dalam bentuk nyata
yang dapat di observasi secara langsung melalui kegiatan wawancara dan kegiatan responden,
merupakan bentuk tindakan nyata/ tindakan seseorang (overt behavior) misalnya: pemakaian
kelambu, kebiasaan keluar malam, pemakaian obat anti nyamuk dll. Terwujudnya sikap agar
menjadi suatu perbuatan (tindakan) nyata diperlukan pendukung atau kondisi yang
memungkinkan, misalnya faktor dukungan dari pihak keluarga, teman dekat ataupu masyarakat
sekitarnya.
a. Kebiasaan Berada Di Luar Rumah Pada Malam Hari
Pada umumnya nyamuk anopheles lebih mengigit pada malam hari.perilaku nayamuk
anopheles dalam mencari darah (feeding Places) terbagi berdasarkan spesies yaitu ada nyamuk
yang aktif mengigit mulai senja hari hingga menjelang tengah malam dan ada nyamuk yang aktif
menggit tengah malam sampai pagi sepanjang malam sejak matahari terbenam yaitu pukul
18.30-22.00 (pranoto dkk, 1980).
b.Pemakaian lotion Anti Nyamuk
Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadia malaria diantaranya yaitu
dengan mengunakan obat anti nyamuk. Jenis dari obat anti nyamuk yang banyak beredar di
masyarakat yaitu obat nyamuk bakar (fumigant), obat nyamuk semprot (aerosol), obat nyamuk
listrik (electrik) dan zat penolak nyamuk (repellent).
a. Kebiasaan Memakai Kelambu
Kelambu merupakan alat untuk mengurangi atau menghindari kontak dengan nyamuk
sejak dahulu kala, jumlah lubang per centimeter kelambu sebaiknya 6 – 8 dengan diameter 1,5 –
2,5 mm. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan penggunaan kelambu pada
masyarakat bervariasi. Namun penggunaan kelambu dewasa ini sudah jauh berkurang disamping
di anggap kurang praktis, banyak penduduk yang merasa bahwa penggunaan kelambu
menyebabkan suhu dalam kamar menjadi agak lebih panas, dan masih banyak penggunaan
kelambu yang tidak tepat sehingga nyamuk masih dapat masuk untuk menggigit pada saat tidur.
Pemakaian kelambu yang benar, jika kelambu tersebut digantung dibagian luar pada tiang, dan
menggantung bebas dan lubang tidak ditambal, sedangkan pemakaian kelambu dikatakan salah
jika kelambu digantung dibagian dalam pada tiang, disisipkan dibagian bawah kasur dan jika ada
lubang harus ditambal, (Harijanto,2000)
L. Faktor lingkungan
1. Lingkungan fisik
a) Suhu udara.
b) Kelembaban udara
c) Ketinggian
d) AnginHujan
e) Kawat kasa
Kawat kasa di pasang pada setiap lubang angin agar nyamuk tidak dapat masuk
kedalam rumah, kasa harus dipasang pada setiap lubang angin yang ada pada rumah, jumlah
lubang yang dianggap optimal adalah 14 – 16 per inchi (2,3 cm). Bahannya bermacam-macam
mulai dari tembaga, aluminium, dan plastic, (Prabowo,2004)
2. Lingkungan kimia
Lingkungan kimia yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat
perkembangbiakan. Sebagai contoh, An. Sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar
garamnya berkisar antara 12-18% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 40% ke
atas, meskipun di beberapa tempat di sumatera utara an. Sundaicus sudah ditemukan pula dalam
air tawar, an. Letifer terdapat hidup di tempat yang asam/PH rendah.
3. Lingkungan biologi
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang, dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi
kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan
makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala
timah,gambusia, nila, mujair dll akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu
adanya ternak besar seperti sapi, kerbau, dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada
manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah.
Comberan adalah genangan air kotor yang mengendap hasil buangan air limbah rumah
tangga, seperti buangan air dari kamar mandi dan dapur.Air comberan indentik dengan air kotor,
keruh dan bau serta tempat berkembang biaknya nyamuk.
4. Lingkungan sosial ekonomi dan budaya
Lingkungan sosial budaya merupakan bentuk kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik,
sistem organisasi serta peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat
tersebut. Lingkungan ini meliputi sistem hukum, administrasi dan kehidupan sosial politik serta
ekonomi, bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat, sistem pelayanan kesehatan serta
kebiasaan hidup sehat pada masyarakat setempat, kepadatan penduduk, kepadatan rumah tangga,
dan berbagai sistem kehidupan sosial lainnya (Noor Nasry. 2000).
K. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjuan pustaka yang ada, maka dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Faktor agent ( parasite malaria)
Protozoa dari genus plasmodium
Faktor host ( pejamu)
a. Manusia (host intermediate)
1) Karakteristik
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Pekerjan
d) Pendidikan
e) Tempat tinggal
2) Perilaku
a) penggunaan lotion
anti nyamuk
b) pemakaian
kelambukebiasaan
keluar rumah
c) kelambu
Faktor environment ( lingkungan)
a) Lingkungan fisik
-suhu
-kelembaban
- kawat kasa
b) Lingkungan biologi
-Budidaya ikan pemakan larva
- pemelihara hewan ternak
c) Lingkungan sosial budaya
kejadian
malaria
L. Kerangka konsep
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Kejadian malaria
Karakteristik orang
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Tempat
Perilaku
1. Kebiasaan keluar
rumah pada malam
hari
2. Kebiasaan pemakaian
obat anti nyamuk
3. kelambu
Lingkungan
1. Kawat kasa
2. Rawa-rawa (genangan
air)
3. Pelihara hewan ternak
M. Definisi Operasional
Table 1
Definisi Operasional
No Variable Definisi Operasional Cara ukur Skala Hasil Ukur
a. A. KARAKTERISTIK
1 Umur
Usia responden yang
terhitung sejak lahir
hingga ulang tahun
terakhir
Wawancara Nominal 1= anak-anak 0-
12th
2=remaja 13-25
th
3= dewasa 26-
45 th
4= lansia 46-65
th
2 Jenis kelamin Ciri fisik yang di
miliki seseorang sejak
lahir pada penduduk
yang tinggal di
wilayah kerja
puskesmas sukamaju
Wawancara Ordinal 1. laki- laki
2. perempuan
3 Pekerjaan Kegiatan yang
dilakukan responden
untuk memperoleh
penghasilan
Wawancara Ordinal 1= buruh/
wiraswata
2=nelayan/petan
i
3=pelajar/mahas
iswa
4=pns/polri/tni
5=tidak berkerja
4 Pendidikan Jenjang pendidikan
yang telah dicapai
responden.
Wawancara Ordinal 0= tidak tamat
sekolah
1= SD
2= SMP
3= SMA
4=
PERGURUAN
TINGGI
5 Tempat Tinggal Daerah/tempat yang
merupakan tempat
tinggal responden di
yang di bagi atas
kelurahan keteguhan,
sukamaju, dan way
tataan
Wawancara Ordinal 1= keteguhan
2= sukamaju
3= way tataan
B. PERILAKU
6 Keluar rumah pada
malam hari
Kegiatan responden
yang dilakukan pada
malam hari yang dapat
memungkinkan kontak
langsung dengan
Wawancara Ordinal 1. Ya,tidak
berada di luar
rumah
2. Tidak ,berada
diluar rumah
nyamuk secara intensif
7 Pemakaian lotion anti
nyamuk
Kegiatan responden
menggunakan obat
anti nyamuk( semprot,
bakar, oles, dan
elektrik) pada saat
tidur di malam hari
diwilayah kerja
puskesmas sukamaju
Wawancara Ordinal 1. Ya, memakai
2. Tidak
memakai lotion
nyamuk
8 Kelambu
Sebuah tirai tipis,
tembus pandang
dengan jarring -jarring
yang dapat menahan
berbagai serangga
mengigit. Dipasang
pada tempat tidur.
kegiatan responden
menggunakan
kelambu pada malam
hari, diwilayah kerja
puskesmas sukamaju
Wawancara
dan
observasi
Ordinal 1. ya, jika setiap
malam
mengunakan
kelambu
2. tidak, jika
tidak setiap
malam atau
tidak
mengunakan
kelambu
C. LINGKUNGAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK
9 Kawat Kasa
Anyaman kawat halus
yang berguna untuk
menutup lubang angin
pada rumah. Fungsi
nya untuk mencegah
serangga masuk ke
dalam rumah. Di
wilayah kerja
puskesmas sukamaju
Observasi Ordinal 1.Ya, jika kasa
dipasang pada
semua ventilasi
2. tidak, jika
kasa tidak
terpasang pada
semua ventilasi
10 Genangan air Ada tidak genangan
air, di area lingkungan
rumah penderita
malaria di wilayah
kerja puskesmas
observasi Nominal 1. ya, jika ada
genangan air
2. tidak, jika
tidak ada
genagan air
11 Kandang hewan Ada tidaknya tempat
pemeliharaan ternak,
di sekitar rumah
penderita malaria
diwilayah kerja
puskesmas sukamaju
observasi Nominal 1. ya, jika
terdapat
kandang ternak
disekitar rumah
2. tidak, jika
tidak terdapat
kandang ternak
disekitar rumah