Upload
dangtuyen
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Motorik Halus Anak
1. Anak prasekolah
Wong dkk. (2009), menyebutkan bahwa batasan usia anak pra
sekolah adalah antara 3 sampai 5 tahun. Anak pada usia ini telah memiliki
kontrol fungsi tubuh yang baik, pengalaman periode perpisahan yang
pendek dan panjang, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan
anak lain dan penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental, meningkatnya
rentang perhatian dan memori untuk periode berikutnya yaitu masa
sekolah. Keberhasilan pencapaian tingkat pertumbuhan dan perkembangan
sebelumnya sangat penting bagi anak prasekolah untuk memperhalus
tugas-tugas yang telah dikuasai selama masa toddler.
2. Perkembangan anak
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur /
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat mempengaruhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Soetjiningsih, 2002). Wong (2009), menyebutkan perkembangan adalah
perubahan dan perluasan secara bertahap perkembangan tahap
kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan
perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan maturasi serta
pembelajaran.. Salah satu aspek dalam perkembangan pada anak adalah
perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus adalah gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil tetapi diperlukan koordinasi yang cermat (Soetjiningsih, 2002).
9
10
3. Ciri-ciri perkembangan
Narendra, dkk (2002), Perkembangan anak mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fugsi. Pekembangan system
reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin,
perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara
umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan
timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh
tertentu.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bias melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak
akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan
awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut
proksimodistal.
d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seseorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
11
terlebih dahulu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar
kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam
kecepatan yang berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada
awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin
berkembang pesat pada masa lainnya.
f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan
lain-lain.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
(Soetjiningsih, 2002) antara lain :
a. Faktor Internal
1) Genetik
Pengaruh genetik ini bersifat heredo-konstitusional yang
berarti bentuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor
keturunan. Faktor hereditas akan berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan tulang, alat seksual serta saraf.
Walaupun konstitusi seseorang ditentukan oleh bakat, namun
faktor lingkungan memberi pengaruh dan sudah dimulai sejak
konsepsi, dalam perkembangan embrional intra uterin dan
seterusnya (Narendra,dkk , 2002)
2) Pengaruh Hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu
saat janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang
cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon
pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari.
Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang
12
berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak
(Nursalam, 2005)
b. Faktor Ekternal
1) Gizi anak
Makanan memegang peranan yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga
kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan
makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan
anak. Makan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat
menyebabkan obesitas. Kedua keadaan ini dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas anak. ASI (air susu ibu) dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas anak, karena ASI
disamping nilai gizinya tinggi juga mengandung berbagai macam
zat anti yang melindungi anak dari berbagai macam infeksi.
Disamping itu dengan menyusui, akan mendekatkan hubungan
anak-ibu yang penting untuk perkembangan kejiwaan anak,
bahkan sejak hari-hari pertama setelah lahir, sehingga rawat
gabung antara ibu dan bayi sangat menguntungkan.
Anak yang berumur umur antara 4 bulan sampai 3 tahun
sebaiknya ditimbang setiap bulan, karena pada periode umur
tersebut merupakan penyesuaian dengan makanan orang dewasa,
intake makanan sering tidak adekuat,. dan ASI mulai tidak
mencukupi kebutuhan anak/anak mulai disapih, anak masih
rentan terhadap penyakit, sehingga sering terjadi gangguan
pertumbuhan. Disamping itu dengan KMS kita bisa mengetahui
status keschatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan anak tersebut. Dengan KMS kita
bisa memberikan penyuluhan kepada ibunya, selain mengenai
pertumbuhan anaknya, juga mengenai cara pemberian makanan
yang benar, status keschatannya, imunisasi, pencegaban debidrasi
13
dengan oralit, pemberian vitamin A dosis tinggi, dan bahkan
mengenai keluarga berencana.
2) Kesehatan anak
Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang
tua, yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit
ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Jangan sampai
penyakit sudah menjadi parah, yang bisa membahayakan jiwa
anak. Pertolongan pertama dengan Oralit/cairan rumah tangga
lainnya oleh ibu dirumah pada anak yang diare, dapat
menurunkan angka kematian akibat diare. Demikian pula dengan
penyakit ISPA yang sering memberi dampak pada tumbuh
kembang anak harus ditanggulangi sedini mungkin.
Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengán
baik. Berbeda dengan anak yang sering sakit, biasanya
pertumbuhannya akan terganggu. Oleh karena itu kita perlu
memberikan makanan ekstra pada setiap anak sesudah menderita
sesuatu penyakit. Anak yang menderita penyakit menahun seperti
asma, sakit jantung, sakit ginjal dan lain-lain, tidak hanya
terganggu tumbuh kembangnya tetapi juga pendidikannya. Oleh
karena itu kita harus memberikan perhatian ekstra pada anak-anak
ini, misalnya dengan mengupayakan pengobatan yang murah
sehingga bisa dijamin kontinuitas pengobatan, makanan ekstra,
dan bahkan sarana pendidikan selama anak dirawat di Rumah
Sakit misalnya buku-buku bacaan, alat-alat bermain dil, juga
perhatian serta kasih sayang. Umumnya anak yang berpenyakit
kronis sering disertai gangguan kejiwaan, akibat dari stres yang
berkepanjangan yang disebabkan penyakitnya
3) Imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit
yang bisa dicegah dengan imunisasi. Misalnya penyakit TBC,
14
diphteria, tetanus, pertusis, polio, campak, dan hepatitis B.
Bahkan sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin MMR untuk
mencegah measles (campak), mumps (parotitis) dan rubela
(campak Jerman). Dengan melaksanakan imunisasi yang
lengkap, maka kita harapkan dapat dicegah timbulnya penyakit-
penyakit yang menimbulkan cacat dan kematian.
4) Perumahan
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi
bangunan yang tidak membahayakan penghuninya, akan
menjamin kesclamatan dan kesehatan penghuninya. Misalnya
ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak, cukup
leluasa bagi anak untuk bermain, bebas polusi, maka akan
menjamin tumbuh kembang anak.
5) Sanitasi lingkungan
Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun
kebersihan lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh
kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang, akan
memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran
pencernaan: diare, cacing, dan lain-lain. Sedangkan kebersihan
lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran
pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk
sebagai vektornya seperti: malaria dan demam berdarah. Oleh
karena itu pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus
ditujukan bagaimana membuat lingkungan menjadi layak untuk
tumbuh kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi
ibu/pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya
untuk mengeksplorasi lingkungan.
6) Stimulasi
Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari
lingkungan luar anak. Stimulasi merupakan hal yang sangat
penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak
15
mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak
mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai
penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai
macam stimulasi seperti stimulasi visual, verbal, auditif, taktik
dan lain-lain dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang
penting pada awal perkembangan anak, misainya dengan
mengajaknya bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain, dan
sebagainya.
Morley (1986 dalam Soetjiningsih, 2002) mengatakan
bahwa prioritas untuk anak adalah makanan, perawatan
kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang
adekuat dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi
perkembangan intelektual adalah perlu. Bermain merupakan
"sekolah" yang berharga bagi anak sehingga perkembangan
intelektualnya optimal.
7) Keluarga Berencana.
Keluarga Berencana (KB) bisa membuat sebuah keluarga
dapat merencanakan kapan mulai punya anak, berapa jumlah anak
yang diinginkan, berapa tahun jarak antara anak satu dengan
lainnya dan kapan berhenti tidak hamil lagi. Pada masyarakat
yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk
menunda kehamilannya dulu sampai paling sedikit umur 18
tahun. Kehamilan kurang dari 18 tahun sering melahirkan BBLR
yang angka kesakitan dan kematiannya tinggi, disamping itu
risiko terhadap ibunya juga tinggi. Demikian pula dianjurkan
untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena risiko terhadap
bayi maupun ibunya meningkat lagi.
Upaya untuk menjaga kesehatan ibu dan anak sebaiknya
jarak antara kehamilan tidak kurang dari 2 tahun. Jaraknya terlalu
16
dekat dapat mengganggu tumbuh kembang anak baik fisik
maupun mentalnya. Hal ini disebabkan karena ASI terpaksa
dihentikan, ibu tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan
mpkanan anak, juga berkurangnya perhatian dan kasih sayang.
Ibu memerlukan waktu sekitar 2 tahun untuk memulihkan
kesehatannya sebelum hamil lagi. Kalau ibu hamil terialu cepat,
maka sering melahirkan BBLR.
Mempunyai anak lebih dari 4 orang juga akan menambah
risiko terhadap ibu dan bayinya. Lebih-lebih kalau jarak antara
kehamilan kurang dari 2 tahun, maka ibu akan lemah akibat dan
seringnya hamil, melahirkan, menyusui, dan merawat anak-
anaknya. Sehingga sering mengakibatkan berbagai masalah
seperti ibu yang menderita anemia, kurang gizi, dan bankan
sering terjadi perdarahan setelah mehhirkan yang membahayakan
nyawa ibunya.
8) Keluarga
Suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga sangat
penting dalam tumbuh kembang anak. Interaksi orangtua anak
merupakan suatu proses yang majemuk yang dipengaruhi banyak
faktor, yaitu kepribadian orang tua, sifat bawaan anak, kelahiran
anak yang kin, tingkah faku setiap anggota keiuarga, interaksi
antar anggota keluarga, dan pengaruh luar. beberapa faktor yang
mempunyai dampak negatif terhadap pola interaksi keluarga
adalah perkawinan yang tidak harmonis, penyakit menahun yang
diderita salah satu anggota keluarga, dan adanya gangguan jiwa
dari salah satu anggota keluarga.
17
5. Jenis-jenis perkembangan
Soetijiningsih (2002), menyatakan bahwa jenis perkembangan anak
usia 3-5 tahun itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur
dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang
meliputi :
a. Perilaku Sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan.
b. Gerakan Motorik Halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu
yang dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat.
c. Bahasa
Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan
d. Gerakan Motorik Kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
6. Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah
Setiap anak adalah individu yang unik karena faktor bawaan dan
lingkungan yang berbeda, maka pencapaian kemampuan perkembangan
anak juga berbeda, tetapi setiap anak pasti akan melalui semua tahapan
sesuai dengan usia. Menurut Wong (2009), umur anak usia prasekolah
masuk dalam rentang 3-5 tahun, kemampuan motorik halus anak
prasekolah yaitu:
a. Usia 3 tahun
Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai kemampuan untuk
membangun menara dari 9 atau 10 kotak, membangun jembatan dengan
tiga kotak, secara benar memasukkan biji-bijian dalam botol berleher
sempit, dalam menggambar, meniru lingkaran, meniru silangan,
18
menyebutkan apa yang telah digambarkan, tidak dapat menggambar
gambar tongkat tetapi dapat membuat lingkaran dengan gambaran
wajah.
b. Usia 4 tahun
Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai dengan kemampuan
untuk menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar
mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat
talinya, dan dalam menggambar menyalin bentuk kotak, menjiplak garis
silang dan permata, menambahkan tiga bagian pada gambar jari.
c. Usia 5 tahun
Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai dengan kemampuan
untuk mengikat tali sepatu, menggunakan gunting, alat sederhana, atau
pensil dengan sangat baik, dan dalam menggambar, meniru gambar
permata segitiga, menambahkan tujuh sampai sembilan bagian dari
gambar garis, mencetak beberapa huruf, angka, atau kata seperti nama
panggilan.
7. Pemantauan perkembangan motorik halus anak prasekolah
Pemantauan perkembangan motorik halus anak 3-5 tahun adalah
penting untuk mempengaruhi penyimpangan secara dini sehingga upaya
pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan
dalam pelayanan kesehatan anak. Upaya tersebut dilakukan sesuai umur
perkembangan anak sehingga dapat tercapai kondisi yang optimal..
Kegiatan pemantauan perkembangan motorik halus anak dapat dilakukan
di pusat-pusat pelayanan kesehatan, posyandu dan lingkungan keluarga
dengan misalnya menggunakan skrining perkembangan menurut Denver II
(Denver Development Screening Test/ DDST).
DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu
dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini
bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat
19
(15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi.
Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-
100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan (Soetjiningsih, 2002). Didalam tes DDST perkembangan
dites sesuai dengan penilaian diberikan pada balok dengan P (lulus), F
(gagal), R (menolak) dan No (tidak mendapat kesempatan untuk
melaksanakan tugas).
Interpretasi skor Denver II:
a. Lanjut
Butir secara keseluruhan dilewati pada sebelah kanan dari garis usia
(dilewati oleh kurang dari 25% anak pada usia yang lebih tua dari pada
usia anak).
b. O.K
Butir yang dilewati, gagal, atau menolak bersilangan dengan garis usia
antara persentil ke-25 dan ke-75.
c. Peringatan
Butir yang gagal atau ditolak bersilangan dengan garis usia pada atau
diantara persentil ke-75 dan ke-90.
d. Terlambat
Butir secara keseluruhan gagal dilewati pada sebelah kiri garis usia,
menolak pada sebelah kiri garis usia, menolak pada sebelah kiri garis
usia dapat juga dianggap terlambat, karena alasan menolak mungkin
akibat ketidakmampuan melakukan tugas.
Interpretasi uji:
a. Normal
Tidak ada keterlambatan dan maksimal hanya ada satu peringatan.
b. Dicurigai
Satu atau lebih keterlambatan dan atau dua atau lebih peringatan
20
c. Tidak dapat di uji
Menolak satu atau lebih butir seluruhnya pada sebelah kiri garis usia
atau lebih dari satu butir yang bersilangan dengan garis usia pada area
75% sampai 90%
Rekomendasi perujukan pada uji yang mencurigakan atau yang tidak
dapat diuji:
a. Lakukan uji ulang 1 sampai 2 minggu untuk menyingkirkan faktor-
faktor sementara
b. Jika hasil skrining ulang tetap mencurigakan atau tidak dapat diuji,
gunakan penilaian klinis berdasarkan hal-hal berikut ini: jumlah
peringatan dan keterlambatan, butir yang mana yang menjadi
peringatan dan keterlambatan, tingkat perkembangan masa lalu,
pemeriksaan klinis dan riwayat, ketersediaan sumber-sumber rujukan
(Wong dkk, 2009)
8. Cara mengukur perkembangan motorik halus 4-5 tahun
Cara mengukur perkembangan motorik halus adalah dengan
menggunakan lembar observasi yang dimodifikasi dari DENVER II
sesuai usia yaitu:
a. Perkembangan motorik halus anak usia 4 tahun
1) Memilih garis yang lebih panjang
2) Mencontoh +
3) Menggambar orang 3 bagian
4) Mencontoh lingkaran
Cara ukur: normal: ≥90% anak bisa melakukan suspek: ≤90% anak
tidak bisa melakukan atau ada keterlambatan
21
b. Perkembangan motorik halus anak usia 5 tahun
1) Mencontoh segiempat
2) Menggambar orang 6 bagian
3) Mencontoh segi empat ditunjukkan
4) Memilih garis yang lebih panjang
Cara ukur: normal: ≥90% anak bisa melakukan suspek: ≤90%
anak tidak bisa melakukan atau ada keterlambatan
B. Pola Asuh Gizi
1. Pengertian Pola Asuh Gizi
Secara etimologi pola berarti bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti
menjaga, merawat dan mendidik. Gizi mengandung arti zat yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan. Ibu berarti
orang tua wanita yang sudah melahirkan. Berdasarkan pengertian tersebut
maka dapat diterjemahkan bahwa pola asuh gizi ibu merupakan tata cara
atau sistem yang diterapkan oleh orang tua wanita dalam menjaga,
merawat, mendidik dalam memberikan zat yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Zaitlen dalam LIPI (2000), pola asuh gizi adalah praktek rumah tangga
yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan
serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pola pemberian makan sehari-hari yang dipilih harus
dapat memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh. Pola pemberian makan yang tidak benar, maka tubuh akan
mengalami kekurangan zat-zat gizi essensial (Almatsier, 2002).
22
2. Aspek pola asuh gizi
Aspek kunci pola asuh gizi meliputi (LIPI, 2000):
a. Perawatan dan perlindungan bagi ibu untuk anaknya
Seorang anak yang hidup dalam sebuah rumah tangga yang
sekaligus merupakan bagian dari keluarga tersebut tidak lagi dapat
dianggap sebagai miniatur dari orang dewasa. Anak harus dilihat
sebagaimana layaknya seorang individu yang utuh dan unik, dan
mempunyai kebutuhan khusus yang berbeda dengan orang dewasa.
Peran dan pengasuhan orang tua sangat dibutuhkan sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang sesuai pertambahan umurnya (Riyadi dan
Sukarmin, 2009).
b. Praktik menyusui dan pemberian MP-ASI
Menyusui adalah proses memberikan ASI pada bayi. ASI
mengandung bermacam-macam zat anti baik yang seluler maupun yang
humoral, sehingga morbiditas dan mortalitas bayi yang minum ASI
lebih rendah daripada yang minum susu formula, mendekatkan
hubungan ibu dan bayi sehingga menimbulkan perasaan aman bagi bayi
( Narendra dkk, 2002). Fungsi ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
penyakit keseimbangan zat-zat dalam ASI berada pada tingkat terbaik
pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari akanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf
(Rosita , 2008) .
Pemberian MP-ASI mulai diberikan pada usia 6 bulan karena bayi
sudah mempunyai reflex mengunyah dengan pencernaan yang kuat
harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan
kebutuhannya. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktifitas
makin bertambah, sedangkan produksi ASI relatif tetap. Sehingga
diperlukan tambahan makanan selain ASI yang dimulai pada usia 6
bulan. Tujuan pemberian MP-ASI adalah: memenuhi kebutuhan zat
23
makanan yang adekuat untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan,
dan untuk aktifitas sehari-hari, menunjang tercapainya tumbuh
kembang yang optimal, mendidik anak supaya terbina selera dan
kebiasaan makan yang sehat, memilih dan menyukai makanan sesuai
dengan keperluan anak ( Narendra dkk, 2002).
c. Pengasuhan psikososial
Pengasuhan psikososial ini antara lain terdiri dari cinta dan kasih
sayang serta interaksi antara ibu dan anak. Psikososial terwujud dalam
pola interaksi dengan anak, interaksi timbal balik antara anak dan orang
tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Perkembangan sosial
dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah
ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak mulai
melepaskan diri dari keluarga, dan mendekatkan diri dengan orang-
orang lain selain keluarga. Masa ini keluarga harus dapat memberikan
pengasuhan yang baik terutama berkaitan dengan moral dan agama
(Monks dan Haditomo, 2004).
d. Penyiapan makanan
Almatsier (2002) makanan adalah bahan selain obat yang mengandung
zat-zat gizi dan atau unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi
oleh tubuh, yang berguna bila dimasukan ke dalam tubuh, sedangkan zat gizi
yang dimaksud adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan
setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat
pencernaan. Bahan makanan di uraikan menjadi zat gizi atau nutrien.
Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk dalam
cairan tubuh. Fungsi umum zat gizi tersebut adalah:
1) Sebagai sumber energi atau tenaga
2) Menyumbang pertumbuhan badan
3) Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel rusak atau aus
24
4) Mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral
dan asam-basa di dalam cairan tubuh
5) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit
sebagai antibodi dan antitoksin
Terdapat penggolongan lain bahan makanan berdasarkan fungsi
zat gizi tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Zat gizi penghasil energi, ialah karbonhidrat, lemak, protein. Zat
gizi ini sebagian besar dihasilkan dari makanan pokok
2) Zat gizi pembangun sel, terutama diperankan oleh protein. Oleh
karena itu, bahan pangan lauk-pauk digolongkan makanan sumber
zat pembangun
3) Zat pengatur, termasuk di dalamnya vitamin dan mineral. Bahan
pangan sumber mineral dan vitamin adalah buah dan sayur
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2008)
Komponen zat gizi:
1) Karbohidrat
Sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan,
karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab
kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka
dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan yang
menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia
atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan.
2) Lemak
Zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, K yang
larut dalam lemak. Proporsi konsumsi energi dari lemak 20% dari
total konsumsi energi. Lemak juga sumber yang kaya akan energi,
sumber lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega,
kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan dan minyak
sayur.
25
Tabel 2.1
Angka Kecukupan Energi Per Hari
Umur Energi (Kkal)
3 tahun 1000
4 tahun 1550
5 tahun 1550
Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004
3) Protein
Zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel,
selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting
untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan
untuk keseimbangan osmotik. Sumber protein dari susu, telur,
daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan padi-
padian (Solihin Pudjiadi, 2001 dalam Hidayat, 2008)
Tabel 2.2
Angka Kecukupan Protein Per Hari
Umur Protein (gr)
3 tahun 25
4 tahun 39
5 tahun 39
Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004
4) Air
Air bagi tubuh dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran
seluler, sebagai medium untuk ion, transport nutrien dan produk
buangan dan pengaturan suhu tubuh.
5) Vitamin
Senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator
metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta dapat mempertahankan organisme. Vitamin
26
yang dibutuhkan antara lain: vitamin A, vitamin B komplek,
vitamin B2, vitamin B12, vitamin C, vitamin D, vitamin E dan
vitamin K
Tabel 2.3
Angka Kecukupan Vitamin Larut Lemak Per Hari
Umur Vitamin A
(µg RE)
Vitamin D
(µg)
Vitamin E
(mg)
Vitamin
K(µg)
3 tahun 400 5 6 15
4 tahun 450 5 7 20
5 tahun 450 5 7 20
Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004
Tabel 2.4
Angka Kecukupan Vitamin Air Lemak Per Hari
Umur Vitamin
B1 (mg)
Vitamin
B2 (mg)
Niasin
(mg)
Asam folat
(µg)
Piridoksin
(mg)
Vitamin
B12 (µg)
Vitamin c
(mg)
3 0.5 0.5 6 150 0.5 0.9 40
4 0.8 0.6 8 200 0.6 1.2 45
5 0.8 0.6 8 200 0.6 1.2 45
Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004
6) Mineral
Komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro, yang
terdiri dari kalsium, klorida, kobalt, tembaga, fluorin, iodium, besi,
magnesium, mangan, fosfor, kalium, natrium, sulfur dan seng.
Tabel 2.5
Angka Kecukupan Mineral Per Hari
Umur Kalsium (mg) Fosfor (mg) Magnesium
(mg)
Fluor (mg)
3 tahun 500 400 60 0.6
4 tahun 500 400 80 0.8
5 tahun 500 400 80 0.8
Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004
Zaviera (2008) menyatakan berbagai penelitian menunjukkan
bahwa kekurangan beberapa zat gizi mempunyai dampak negatif
terhadap proses pertumbuhan kembang otak. Anak membutuhkan
energi dan protein per kilogram berat badan lebih banyak daripada
27
orang dewasa, karena anak masih bertumbuh dan berkembang. Selain
itu nutrisi yang dikonsumsi harus seimbang. Artinya, jumlah protein,
hidrat arang, dan lemak masing-masing merupakan 10-20%, 50-60%
dan 20-30% dari kalori yang dibutuhkan. Kelengkapan zat gizi dalam
makanan merupakan hal yang mutlak dengan jumlah yang sesuai
dengan angka kecukupan gizi. Dengan demikian, pemenuhan gizi yang
baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak, karena zat
gizi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Oleh
karena itu pola asuh keluarga dalam memberikan asupan gizi pada anak
harus diperhatikan guna menciptakan anak yang berkualitas.
e. Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
Sehat merupakan suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang baik
sempurna serta bukan selalu tidak berpenyakit atau cacat. Kesehatan
sendiri harus dimulai dari rumah yang merupakan tempat dimana
anggota keluarga serta kebiasaan hidup sehari-harinya merupakan suatu
kesatuan yang berhubungan erat. Penderitaan, kebahagiaan ataupun
perbuatan salah seorang anggota keluarga, mempengaruhi pula pada
anggota keluarga yang lain. Berkaitan hal tersebut maka rumah bukan
sekedar tempat istirahat, melainkan juga merupakan tempat untuk
mendapatkan kesenangan, kecintaan dan mendapatkan kebahagiaan.
Rumah adalah tempat dimana kesetiaan ditumpahkan, menimbulkan
kerinduan bila jauh dan mendatangkan kebahagiaan bila berada di
dalamnya (Irianto dan Waluyo, 2007).
f. Praktek kesehatan dirumah dan pola pencarian kesehatan
Upaya mewujudkan kesehatan dapat dilihat dari dua aspek, yakni
pengobatan terhadap penyakit dan pemulihan kesehatan setelah sembuh
dari penyakit. Peningkatan kesehatan sendiri terdiri dari dua aspek
yakni pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu
wadah pelayanan kesehatan, yang disebut sarana atau pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang
28
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Pelayanan
kesehatan terhadap anak usia 3-5 tahun dapat meliputi pelayanan
kesehatan di tingkat Posyandu, Puskesmas dan pelayanan kesehatan
lainnya serta terkait pula dengan peran tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Tempat pelayanan kesehatan ini
dibagi menjadi tiga, yakni (Notoatmodjo, 2010) :
1) Sarana pelayanan kesehatan primer
Sarana ini merupakan pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau
penyakit-penyakit ringan. Sarana kesehatan primer ini adalah yang
paling dekat dengan masyarakat, misalnya puskesmas, poliklinik,
dokter praktik swasta dan sebagainya.
2) Sarana pelayanan kesehatan tingkat dua
Sarana ini merupakan pelayanan rujukan bagi kasus-kaus atau
penyakit-penyakit dari pelayanan kesehatan primer. Sarana
pelayanan kesehatan ini menangani kasus-kasus yang tidak atau
belum bisa ditangani oleh sarana kesehatan primer, misalnya
puskesmas rawat inap, rumah sakit kabupaten, rumah sakit tipe D
dan C serta rumah sakit bersalin.
3) Sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga
Sarana ini merupakan pelayanan rujukan bagi kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani oleh sarana kesehatan tingkat dua, misalnya
rumah sakit provisi, rumah sakit tipe B dan A.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pola asuh gizi
Green dalam Notoadmodjo (2003), kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes) dan
selanjutnya perilaku itu sendiri dituntut atau terbentuk dari 3 faktor:
a. Faktor predisposisi (Predisposition Factor)
Terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-
nilai, dan sebagainya.
29
b. Faktor pendukung (enabling factor)
Terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya
fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan,
jamban dan sebagainya.
c. Faktor pendorong (renforming factor)
Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
yang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai
yang ada dan sebagainya dari seseorang atau masyarakat. Ketersediaan
fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku seseorang atau
masyarakat.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh gizi:
Laksana (2011), menyebutkan faktor yang mempengaruhi pola asuh gizi
meliputi :
a. Tingkat Pendapatan Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga relatif lebih mudah diukur dan
berpengaruh besar pada konsumsi pangan, dimana konsumsi pangan
pada balita ditentukan dan pola asuh gizi, terutama pada keluarga
golongan miskin. Hal ini disebabkan karena penduduk golongan miskin
menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kehutuhan
makanan. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan
pola asuh gizi adalah pendapatan keluarga dan harga (baik harga pangan
maupun harga komoditas kebutuhan dasar).
Perubahan pendapatan dapat mempengaruhi perubahan pola asuh
gizi yang secara langsung mempengaruhi konsumsi pangan pada balita.
Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli
pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya
30
penurunan pendapatan akan rnenyebabkan penurunan dalam hal kualitas
penurunan kuantitas pangan yang dibeli.
b. Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pendidikan adalah jenjang aktifitas dan usaha manusia
untuk rneningkatkan kepribadiannva dengan jalan membina potensi-
potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani)
dan jasmani (panca indera dan keterampilan keterampilan) melalui
pendidikan formal. Adapun tingkat pendidikan di negara kita meliputi :
pendidikan dasar, pendidikan rnenengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalarn
tumbuh kembang anak. karena dengan pendidikan yang baik, maka
orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang
cara pengasuhan anak yang baik/cara mempraktekkan pola asuh dalam
kehidupan sehari-hari, bagaimana cara menjaga kesehatan anak,
pendidikannya dan sebagainya.
c. Tingkat pengetahuan ibu
Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada tiga kenyataan :
1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan.
2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
yang optimal, pemeliharaan dan energi.
3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk
dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan
gizi. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara di dunia.
Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi
merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Lain sebab
yang penting dan gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan
tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi, dengan
31
pengetahuan yang kurang dapat menentukan pola asuh gizi yang
dilaksanakan sehari-hari.
d. Jumlah anggota keluarga
Besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh
terhadap pembagian pangan pada masing-masing anggota keluarga. Pada
keluarga yang memiliki balita, dengan jumlah anggota keluarga yang
besar bila tidak didukung dengan seimbangnya persediaan makanan di
rumah maka akan berpengaruh terhadap pola asuh yang secara langsung
mempengaruhi konsumsi pangan yang diperoleh masing-masing anggota
keluarga terutama balita yang membutuhkan makanan pendamping ASI.
Program Keluarga Berencana telah mencanangkan bahwa jumlah
anggota keluarga yang paling ideal adalah 4 orang. Program pemerintah
ini bertujuan agar anggota keluarga dengan jumlah sekian diharapkan
dapat lebih memudahkan keluarga tersebut mencukupi semua kebutuhan
anggota keluarganya, tanpa menanggung beban kebutuhan anggota
keluarganya yang banyak. Namun program pemerintah ini belum 100 %
berhasil. Terbukti dengan masih banyaknya keluarga yang memiliki
jumlah anggota keluarga yang banyak. Hal ini lebih banyak dilihat pada
keluarga yang tinggal di pedesaan.
e. Budaya pantang makanan
Pola asuh dan pola konsumsi makanan merupakan hasil budaya
masyarakat yang bersangkutan. dan mengalami perubahan terus-menerus
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan
budaya masyarakat tersebut. Pola asuh ini diajarkan dan bukan
diturunkan secara herediter dan nenek moyang sampai generasi sekarang
dan generasi-generasi yang akan datang. Pendapat masyarakat tentang
konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan
bahan makanan. Salah satu pengaruh yang sangat dominan terhadap pola
konsumsi adalah pantangan atau tabu. Terdapat jenis-jenis makanan yang
tidak boleh dimakan oleh kelompok umur tertentu atau oleh perempuan
remaja atau perempuan hamil dan menyusui. Larangan ini sering tidak
32
jelas dasarnya, tetapi mempunyai kesan larangan dan penguasa
supernatural, yang akan memberii hukuman bila larangan tersebut
dilanggar. Namun demikian, orang sering tidak dapat mengatakan
dengan jelas dan pasti. siapa yang melarang tersebut dan apa alasannya
C. Kerangka teori
.
Perkembangan
motorik halus anak
Faktor internal:
Genetik
Hormon
Faktor eksternal:
Gizi anak
Kesehatan anak
Imunisasi
Perumahan
Sanitasi lingkungan
Stimulasi
Keluarga berencana
Keluarga
Pola asuh gizi ibu:
Penyiapan makanan
Kebersihan diri
Faktor – Faktor yang
mempengaruhi pola asuh gizi
ibu:
Tingkat pendapatan keluarga
Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pengetahuan ibu
Jumlah anggota keluarga
Budaya pantang makanan
keluarga
33
Gambar 2.6 Kerangka teori
Sumber : LIPI (2000), Soetjningsih (2002)
D. Kerangka konsep
Gambar 2.7 Kerangka konsep
E. Variabel penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh gizi ibu
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus
anak
F. Hipotesis penelitian
Ada hubungan antara pola asuh gizi ibu dengan perkembangan motorik halus
anak
Pola asuh gizi ibu Perkembangan
motorik halus anak
Variabel bebas Variabel terikat