25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Halus Anak 1. Anak prasekolah Wong dkk. (2009), menyebutkan bahwa batasan usia anak pra sekolah adalah antara 3 sampai 5 tahun. Anak pada usia ini telah memiliki kontrol fungsi tubuh yang baik, pengalaman periode perpisahan yang pendek dan panjang, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan anak lain dan penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental, meningkatnya rentang perhatian dan memori untuk periode berikutnya yaitu masa sekolah. Keberhasilan pencapaian tingkat pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya sangat penting bagi anak prasekolah untuk memperhalus tugas-tugas yang telah dikuasai selama masa toddler. 2. Perkembangan anak Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat mempengaruhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002). Wong (2009), menyebutkan perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan maturasi serta pembelajaran.. Salah satu aspek dalam perkembangan pada anak adalah perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil tetapi diperlukan koordinasi yang cermat (Soetjiningsih, 2002). 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Halus Anakdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-nurjanahni... · penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Motorik Halus Anak

1. Anak prasekolah

Wong dkk. (2009), menyebutkan bahwa batasan usia anak pra

sekolah adalah antara 3 sampai 5 tahun. Anak pada usia ini telah memiliki

kontrol fungsi tubuh yang baik, pengalaman periode perpisahan yang

pendek dan panjang, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan

anak lain dan penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental, meningkatnya

rentang perhatian dan memori untuk periode berikutnya yaitu masa

sekolah. Keberhasilan pencapaian tingkat pertumbuhan dan perkembangan

sebelumnya sangat penting bagi anak prasekolah untuk memperhalus

tugas-tugas yang telah dikuasai selama masa toddler.

2. Perkembangan anak

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur /

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut adanya

proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing

dapat mempengaruhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,

intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya

(Soetjiningsih, 2002). Wong (2009), menyebutkan perkembangan adalah

perubahan dan perluasan secara bertahap perkembangan tahap

kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan

perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan maturasi serta

pembelajaran.. Salah satu aspek dalam perkembangan pada anak adalah

perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus adalah gerakan

yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot

kecil tetapi diperlukan koordinasi yang cermat (Soetjiningsih, 2002).

9

10

3. Ciri-ciri perkembangan

Narendra, dkk (2002), Perkembangan anak mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Perkembangan melibatkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fugsi. Pekembangan system

reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin,

perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan serabut

saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara

umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan

timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh

tertentu.

b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

Seseorang tidak akan bias melewati satu tahap perkembangan sebelum

ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak

akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan

awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan

selanjutnya.

c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap yaitu:

1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian

menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.

2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan

kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut

proksimodistal.

d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap ini dilalui seseorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak

11

terlebih dahulu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar

kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam

kecepatan yang berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada

awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin

berkembang pesat pada masa lainnya.

f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun

demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan

lain-lain.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan

(Soetjiningsih, 2002) antara lain :

a. Faktor Internal

1) Genetik

Pengaruh genetik ini bersifat heredo-konstitusional yang

berarti bentuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor

keturunan. Faktor hereditas akan berpengaruh terhadap kecepatan

pertumbuhan dan perkembangan tulang, alat seksual serta saraf.

Walaupun konstitusi seseorang ditentukan oleh bakat, namun

faktor lingkungan memberi pengaruh dan sudah dimulai sejak

konsepsi, dalam perkembangan embrional intra uterin dan

seterusnya (Narendra,dkk , 2002)

2) Pengaruh Hormon

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu

saat janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang

cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon

pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari.

Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang

12

berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak

(Nursalam, 2005)

b. Faktor Ekternal

1) Gizi anak

Makanan memegang peranan yang penting dalam tumbuh

kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga

kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan

makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan

anak. Makan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat

menyebabkan obesitas. Kedua keadaan ini dapat meningkatkan

morbiditas dan mortalitas anak. ASI (air susu ibu) dapat

menurunkan morbiditas dan mortalitas anak, karena ASI

disamping nilai gizinya tinggi juga mengandung berbagai macam

zat anti yang melindungi anak dari berbagai macam infeksi.

Disamping itu dengan menyusui, akan mendekatkan hubungan

anak-ibu yang penting untuk perkembangan kejiwaan anak,

bahkan sejak hari-hari pertama setelah lahir, sehingga rawat

gabung antara ibu dan bayi sangat menguntungkan.

Anak yang berumur umur antara 4 bulan sampai 3 tahun

sebaiknya ditimbang setiap bulan, karena pada periode umur

tersebut merupakan penyesuaian dengan makanan orang dewasa,

intake makanan sering tidak adekuat,. dan ASI mulai tidak

mencukupi kebutuhan anak/anak mulai disapih, anak masih

rentan terhadap penyakit, sehingga sering terjadi gangguan

pertumbuhan. Disamping itu dengan KMS kita bisa mengetahui

status keschatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan anak tersebut. Dengan KMS kita

bisa memberikan penyuluhan kepada ibunya, selain mengenai

pertumbuhan anaknya, juga mengenai cara pemberian makanan

yang benar, status keschatannya, imunisasi, pencegaban debidrasi

13

dengan oralit, pemberian vitamin A dosis tinggi, dan bahkan

mengenai keluarga berencana.

2) Kesehatan anak

Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang

tua, yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit

ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Jangan sampai

penyakit sudah menjadi parah, yang bisa membahayakan jiwa

anak. Pertolongan pertama dengan Oralit/cairan rumah tangga

lainnya oleh ibu dirumah pada anak yang diare, dapat

menurunkan angka kematian akibat diare. Demikian pula dengan

penyakit ISPA yang sering memberi dampak pada tumbuh

kembang anak harus ditanggulangi sedini mungkin.

Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengán

baik. Berbeda dengan anak yang sering sakit, biasanya

pertumbuhannya akan terganggu. Oleh karena itu kita perlu

memberikan makanan ekstra pada setiap anak sesudah menderita

sesuatu penyakit. Anak yang menderita penyakit menahun seperti

asma, sakit jantung, sakit ginjal dan lain-lain, tidak hanya

terganggu tumbuh kembangnya tetapi juga pendidikannya. Oleh

karena itu kita harus memberikan perhatian ekstra pada anak-anak

ini, misalnya dengan mengupayakan pengobatan yang murah

sehingga bisa dijamin kontinuitas pengobatan, makanan ekstra,

dan bahkan sarana pendidikan selama anak dirawat di Rumah

Sakit misalnya buku-buku bacaan, alat-alat bermain dil, juga

perhatian serta kasih sayang. Umumnya anak yang berpenyakit

kronis sering disertai gangguan kejiwaan, akibat dari stres yang

berkepanjangan yang disebabkan penyakitnya

3) Imunisasi

Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit

yang bisa dicegah dengan imunisasi. Misalnya penyakit TBC,

14

diphteria, tetanus, pertusis, polio, campak, dan hepatitis B.

Bahkan sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin MMR untuk

mencegah measles (campak), mumps (parotitis) dan rubela

(campak Jerman). Dengan melaksanakan imunisasi yang

lengkap, maka kita harapkan dapat dicegah timbulnya penyakit-

penyakit yang menimbulkan cacat dan kematian.

4) Perumahan

Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi

bangunan yang tidak membahayakan penghuninya, akan

menjamin kesclamatan dan kesehatan penghuninya. Misalnya

ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak, cukup

leluasa bagi anak untuk bermain, bebas polusi, maka akan

menjamin tumbuh kembang anak.

5) Sanitasi lingkungan

Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun

kebersihan lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh

kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang, akan

memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran

pencernaan: diare, cacing, dan lain-lain. Sedangkan kebersihan

lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran

pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk

sebagai vektornya seperti: malaria dan demam berdarah. Oleh

karena itu pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus

ditujukan bagaimana membuat lingkungan menjadi layak untuk

tumbuh kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi

ibu/pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya

untuk mengeksplorasi lingkungan.

6) Stimulasi

Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari

lingkungan luar anak. Stimulasi merupakan hal yang sangat

penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak

15

mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak

mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai

penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai

macam stimulasi seperti stimulasi visual, verbal, auditif, taktik

dan lain-lain dapat mengoptimalkan perkembangan anak.

Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang

penting pada awal perkembangan anak, misainya dengan

mengajaknya bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain, dan

sebagainya.

Morley (1986 dalam Soetjiningsih, 2002) mengatakan

bahwa prioritas untuk anak adalah makanan, perawatan

kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang

adekuat dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi

perkembangan intelektual adalah perlu. Bermain merupakan

"sekolah" yang berharga bagi anak sehingga perkembangan

intelektualnya optimal.

7) Keluarga Berencana.

Keluarga Berencana (KB) bisa membuat sebuah keluarga

dapat merencanakan kapan mulai punya anak, berapa jumlah anak

yang diinginkan, berapa tahun jarak antara anak satu dengan

lainnya dan kapan berhenti tidak hamil lagi. Pada masyarakat

yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk

menunda kehamilannya dulu sampai paling sedikit umur 18

tahun. Kehamilan kurang dari 18 tahun sering melahirkan BBLR

yang angka kesakitan dan kematiannya tinggi, disamping itu

risiko terhadap ibunya juga tinggi. Demikian pula dianjurkan

untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena risiko terhadap

bayi maupun ibunya meningkat lagi.

Upaya untuk menjaga kesehatan ibu dan anak sebaiknya

jarak antara kehamilan tidak kurang dari 2 tahun. Jaraknya terlalu

16

dekat dapat mengganggu tumbuh kembang anak baik fisik

maupun mentalnya. Hal ini disebabkan karena ASI terpaksa

dihentikan, ibu tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan

mpkanan anak, juga berkurangnya perhatian dan kasih sayang.

Ibu memerlukan waktu sekitar 2 tahun untuk memulihkan

kesehatannya sebelum hamil lagi. Kalau ibu hamil terialu cepat,

maka sering melahirkan BBLR.

Mempunyai anak lebih dari 4 orang juga akan menambah

risiko terhadap ibu dan bayinya. Lebih-lebih kalau jarak antara

kehamilan kurang dari 2 tahun, maka ibu akan lemah akibat dan

seringnya hamil, melahirkan, menyusui, dan merawat anak-

anaknya. Sehingga sering mengakibatkan berbagai masalah

seperti ibu yang menderita anemia, kurang gizi, dan bankan

sering terjadi perdarahan setelah mehhirkan yang membahayakan

nyawa ibunya.

8) Keluarga

Suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga sangat

penting dalam tumbuh kembang anak. Interaksi orangtua anak

merupakan suatu proses yang majemuk yang dipengaruhi banyak

faktor, yaitu kepribadian orang tua, sifat bawaan anak, kelahiran

anak yang kin, tingkah faku setiap anggota keiuarga, interaksi

antar anggota keluarga, dan pengaruh luar. beberapa faktor yang

mempunyai dampak negatif terhadap pola interaksi keluarga

adalah perkawinan yang tidak harmonis, penyakit menahun yang

diderita salah satu anggota keluarga, dan adanya gangguan jiwa

dari salah satu anggota keluarga.

17

5. Jenis-jenis perkembangan

Soetijiningsih (2002), menyatakan bahwa jenis perkembangan anak

usia 3-5 tahun itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur

dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang

meliputi :

a. Perilaku Sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian

bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan.

b. Gerakan Motorik Halus

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu

yang dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

cermat.

c. Bahasa

Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti

perintah, dan berbicara spontan

d. Gerakan Motorik Kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

6. Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah

Setiap anak adalah individu yang unik karena faktor bawaan dan

lingkungan yang berbeda, maka pencapaian kemampuan perkembangan

anak juga berbeda, tetapi setiap anak pasti akan melalui semua tahapan

sesuai dengan usia. Menurut Wong (2009), umur anak usia prasekolah

masuk dalam rentang 3-5 tahun, kemampuan motorik halus anak

prasekolah yaitu:

a. Usia 3 tahun

Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai kemampuan untuk

membangun menara dari 9 atau 10 kotak, membangun jembatan dengan

tiga kotak, secara benar memasukkan biji-bijian dalam botol berleher

sempit, dalam menggambar, meniru lingkaran, meniru silangan,

18

menyebutkan apa yang telah digambarkan, tidak dapat menggambar

gambar tongkat tetapi dapat membuat lingkaran dengan gambaran

wajah.

b. Usia 4 tahun

Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai dengan kemampuan

untuk menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar

mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat

talinya, dan dalam menggambar menyalin bentuk kotak, menjiplak garis

silang dan permata, menambahkan tiga bagian pada gambar jari.

c. Usia 5 tahun

Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai dengan kemampuan

untuk mengikat tali sepatu, menggunakan gunting, alat sederhana, atau

pensil dengan sangat baik, dan dalam menggambar, meniru gambar

permata segitiga, menambahkan tujuh sampai sembilan bagian dari

gambar garis, mencetak beberapa huruf, angka, atau kata seperti nama

panggilan.

7. Pemantauan perkembangan motorik halus anak prasekolah

Pemantauan perkembangan motorik halus anak 3-5 tahun adalah

penting untuk mempengaruhi penyimpangan secara dini sehingga upaya

pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan

dalam pelayanan kesehatan anak. Upaya tersebut dilakukan sesuai umur

perkembangan anak sehingga dapat tercapai kondisi yang optimal..

Kegiatan pemantauan perkembangan motorik halus anak dapat dilakukan

di pusat-pusat pelayanan kesehatan, posyandu dan lingkungan keluarga

dengan misalnya menggunakan skrining perkembangan menurut Denver II

(Denver Development Screening Test/ DDST).

DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu

dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini

bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan

yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat

19

(15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-

100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan

perkembangan (Soetjiningsih, 2002). Didalam tes DDST perkembangan

dites sesuai dengan penilaian diberikan pada balok dengan P (lulus), F

(gagal), R (menolak) dan No (tidak mendapat kesempatan untuk

melaksanakan tugas).

Interpretasi skor Denver II:

a. Lanjut

Butir secara keseluruhan dilewati pada sebelah kanan dari garis usia

(dilewati oleh kurang dari 25% anak pada usia yang lebih tua dari pada

usia anak).

b. O.K

Butir yang dilewati, gagal, atau menolak bersilangan dengan garis usia

antara persentil ke-25 dan ke-75.

c. Peringatan

Butir yang gagal atau ditolak bersilangan dengan garis usia pada atau

diantara persentil ke-75 dan ke-90.

d. Terlambat

Butir secara keseluruhan gagal dilewati pada sebelah kiri garis usia,

menolak pada sebelah kiri garis usia, menolak pada sebelah kiri garis

usia dapat juga dianggap terlambat, karena alasan menolak mungkin

akibat ketidakmampuan melakukan tugas.

Interpretasi uji:

a. Normal

Tidak ada keterlambatan dan maksimal hanya ada satu peringatan.

b. Dicurigai

Satu atau lebih keterlambatan dan atau dua atau lebih peringatan

20

c. Tidak dapat di uji

Menolak satu atau lebih butir seluruhnya pada sebelah kiri garis usia

atau lebih dari satu butir yang bersilangan dengan garis usia pada area

75% sampai 90%

Rekomendasi perujukan pada uji yang mencurigakan atau yang tidak

dapat diuji:

a. Lakukan uji ulang 1 sampai 2 minggu untuk menyingkirkan faktor-

faktor sementara

b. Jika hasil skrining ulang tetap mencurigakan atau tidak dapat diuji,

gunakan penilaian klinis berdasarkan hal-hal berikut ini: jumlah

peringatan dan keterlambatan, butir yang mana yang menjadi

peringatan dan keterlambatan, tingkat perkembangan masa lalu,

pemeriksaan klinis dan riwayat, ketersediaan sumber-sumber rujukan

(Wong dkk, 2009)

8. Cara mengukur perkembangan motorik halus 4-5 tahun

Cara mengukur perkembangan motorik halus adalah dengan

menggunakan lembar observasi yang dimodifikasi dari DENVER II

sesuai usia yaitu:

a. Perkembangan motorik halus anak usia 4 tahun

1) Memilih garis yang lebih panjang

2) Mencontoh +

3) Menggambar orang 3 bagian

4) Mencontoh lingkaran

Cara ukur: normal: ≥90% anak bisa melakukan suspek: ≤90% anak

tidak bisa melakukan atau ada keterlambatan

21

b. Perkembangan motorik halus anak usia 5 tahun

1) Mencontoh segiempat

2) Menggambar orang 6 bagian

3) Mencontoh segi empat ditunjukkan

4) Memilih garis yang lebih panjang

Cara ukur: normal: ≥90% anak bisa melakukan suspek: ≤90%

anak tidak bisa melakukan atau ada keterlambatan

B. Pola Asuh Gizi

1. Pengertian Pola Asuh Gizi

Secara etimologi pola berarti bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti

menjaga, merawat dan mendidik. Gizi mengandung arti zat yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan. Ibu berarti

orang tua wanita yang sudah melahirkan. Berdasarkan pengertian tersebut

maka dapat diterjemahkan bahwa pola asuh gizi ibu merupakan tata cara

atau sistem yang diterapkan oleh orang tua wanita dalam menjaga,

merawat, mendidik dalam memberikan zat yang dibutuhkan oleh tubuh

untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Zaitlen dalam LIPI (2000), pola asuh gizi adalah praktek rumah tangga

yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan

serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan

perkembangan anak. Pola pemberian makan sehari-hari yang dipilih harus

dapat memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal

tubuh. Pola pemberian makan yang tidak benar, maka tubuh akan

mengalami kekurangan zat-zat gizi essensial (Almatsier, 2002).

22

2. Aspek pola asuh gizi

Aspek kunci pola asuh gizi meliputi (LIPI, 2000):

a. Perawatan dan perlindungan bagi ibu untuk anaknya

Seorang anak yang hidup dalam sebuah rumah tangga yang

sekaligus merupakan bagian dari keluarga tersebut tidak lagi dapat

dianggap sebagai miniatur dari orang dewasa. Anak harus dilihat

sebagaimana layaknya seorang individu yang utuh dan unik, dan

mempunyai kebutuhan khusus yang berbeda dengan orang dewasa.

Peran dan pengasuhan orang tua sangat dibutuhkan sehingga anak dapat

tumbuh dan berkembang sesuai pertambahan umurnya (Riyadi dan

Sukarmin, 2009).

b. Praktik menyusui dan pemberian MP-ASI

Menyusui adalah proses memberikan ASI pada bayi. ASI

mengandung bermacam-macam zat anti baik yang seluler maupun yang

humoral, sehingga morbiditas dan mortalitas bayi yang minum ASI

lebih rendah daripada yang minum susu formula, mendekatkan

hubungan ibu dan bayi sehingga menimbulkan perasaan aman bagi bayi

( Narendra dkk, 2002). Fungsi ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi

bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan

penyakit keseimbangan zat-zat dalam ASI berada pada tingkat terbaik

pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari akanan yang

mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf

(Rosita , 2008) .

Pemberian MP-ASI mulai diberikan pada usia 6 bulan karena bayi

sudah mempunyai reflex mengunyah dengan pencernaan yang kuat

harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan

kebutuhannya. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktifitas

makin bertambah, sedangkan produksi ASI relatif tetap. Sehingga

diperlukan tambahan makanan selain ASI yang dimulai pada usia 6

bulan. Tujuan pemberian MP-ASI adalah: memenuhi kebutuhan zat

23

makanan yang adekuat untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan,

dan untuk aktifitas sehari-hari, menunjang tercapainya tumbuh

kembang yang optimal, mendidik anak supaya terbina selera dan

kebiasaan makan yang sehat, memilih dan menyukai makanan sesuai

dengan keperluan anak ( Narendra dkk, 2002).

c. Pengasuhan psikososial

Pengasuhan psikososial ini antara lain terdiri dari cinta dan kasih

sayang serta interaksi antara ibu dan anak. Psikososial terwujud dalam

pola interaksi dengan anak, interaksi timbal balik antara anak dan orang

tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Perkembangan sosial

dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah

ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak mulai

melepaskan diri dari keluarga, dan mendekatkan diri dengan orang-

orang lain selain keluarga. Masa ini keluarga harus dapat memberikan

pengasuhan yang baik terutama berkaitan dengan moral dan agama

(Monks dan Haditomo, 2004).

d. Penyiapan makanan

Almatsier (2002) makanan adalah bahan selain obat yang mengandung

zat-zat gizi dan atau unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi

oleh tubuh, yang berguna bila dimasukan ke dalam tubuh, sedangkan zat gizi

yang dimaksud adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan

setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat

pencernaan. Bahan makanan di uraikan menjadi zat gizi atau nutrien.

Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk dalam

cairan tubuh. Fungsi umum zat gizi tersebut adalah:

1) Sebagai sumber energi atau tenaga

2) Menyumbang pertumbuhan badan

3) Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel rusak atau aus

24

4) Mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral

dan asam-basa di dalam cairan tubuh

5) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit

sebagai antibodi dan antitoksin

Terdapat penggolongan lain bahan makanan berdasarkan fungsi

zat gizi tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Zat gizi penghasil energi, ialah karbonhidrat, lemak, protein. Zat

gizi ini sebagian besar dihasilkan dari makanan pokok

2) Zat gizi pembangun sel, terutama diperankan oleh protein. Oleh

karena itu, bahan pangan lauk-pauk digolongkan makanan sumber

zat pembangun

3) Zat pengatur, termasuk di dalamnya vitamin dan mineral. Bahan

pangan sumber mineral dan vitamin adalah buah dan sayur

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2008)

Komponen zat gizi:

1) Karbohidrat

Sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan,

karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab

kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka

dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan yang

menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia

atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan.

2) Lemak

Zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, K yang

larut dalam lemak. Proporsi konsumsi energi dari lemak 20% dari

total konsumsi energi. Lemak juga sumber yang kaya akan energi,

sumber lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega,

kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan dan minyak

sayur.

25

Tabel 2.1

Angka Kecukupan Energi Per Hari

Umur Energi (Kkal)

3 tahun 1000

4 tahun 1550

5 tahun 1550

Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004

3) Protein

Zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel,

selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting

untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan

untuk keseimbangan osmotik. Sumber protein dari susu, telur,

daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan padi-

padian (Solihin Pudjiadi, 2001 dalam Hidayat, 2008)

Tabel 2.2

Angka Kecukupan Protein Per Hari

Umur Protein (gr)

3 tahun 25

4 tahun 39

5 tahun 39

Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004

4) Air

Air bagi tubuh dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran

seluler, sebagai medium untuk ion, transport nutrien dan produk

buangan dan pengaturan suhu tubuh.

5) Vitamin

Senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator

metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan

perkembangan serta dapat mempertahankan organisme. Vitamin

26

yang dibutuhkan antara lain: vitamin A, vitamin B komplek,

vitamin B2, vitamin B12, vitamin C, vitamin D, vitamin E dan

vitamin K

Tabel 2.3

Angka Kecukupan Vitamin Larut Lemak Per Hari

Umur Vitamin A

(µg RE)

Vitamin D

(µg)

Vitamin E

(mg)

Vitamin

K(µg)

3 tahun 400 5 6 15

4 tahun 450 5 7 20

5 tahun 450 5 7 20

Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004

Tabel 2.4

Angka Kecukupan Vitamin Air Lemak Per Hari

Umur Vitamin

B1 (mg)

Vitamin

B2 (mg)

Niasin

(mg)

Asam folat

(µg)

Piridoksin

(mg)

Vitamin

B12 (µg)

Vitamin c

(mg)

3 0.5 0.5 6 150 0.5 0.9 40

4 0.8 0.6 8 200 0.6 1.2 45

5 0.8 0.6 8 200 0.6 1.2 45

Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004

6) Mineral

Komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro, yang

terdiri dari kalsium, klorida, kobalt, tembaga, fluorin, iodium, besi,

magnesium, mangan, fosfor, kalium, natrium, sulfur dan seng.

Tabel 2.5

Angka Kecukupan Mineral Per Hari

Umur Kalsium (mg) Fosfor (mg) Magnesium

(mg)

Fluor (mg)

3 tahun 500 400 60 0.6

4 tahun 500 400 80 0.8

5 tahun 500 400 80 0.8

Sumber: Widya Karya nasional Pangan dan Gizi VIII 2004

Zaviera (2008) menyatakan berbagai penelitian menunjukkan

bahwa kekurangan beberapa zat gizi mempunyai dampak negatif

terhadap proses pertumbuhan kembang otak. Anak membutuhkan

energi dan protein per kilogram berat badan lebih banyak daripada

27

orang dewasa, karena anak masih bertumbuh dan berkembang. Selain

itu nutrisi yang dikonsumsi harus seimbang. Artinya, jumlah protein,

hidrat arang, dan lemak masing-masing merupakan 10-20%, 50-60%

dan 20-30% dari kalori yang dibutuhkan. Kelengkapan zat gizi dalam

makanan merupakan hal yang mutlak dengan jumlah yang sesuai

dengan angka kecukupan gizi. Dengan demikian, pemenuhan gizi yang

baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak, karena zat

gizi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Oleh

karena itu pola asuh keluarga dalam memberikan asupan gizi pada anak

harus diperhatikan guna menciptakan anak yang berkualitas.

e. Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan

Sehat merupakan suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang baik

sempurna serta bukan selalu tidak berpenyakit atau cacat. Kesehatan

sendiri harus dimulai dari rumah yang merupakan tempat dimana

anggota keluarga serta kebiasaan hidup sehari-harinya merupakan suatu

kesatuan yang berhubungan erat. Penderitaan, kebahagiaan ataupun

perbuatan salah seorang anggota keluarga, mempengaruhi pula pada

anggota keluarga yang lain. Berkaitan hal tersebut maka rumah bukan

sekedar tempat istirahat, melainkan juga merupakan tempat untuk

mendapatkan kesenangan, kecintaan dan mendapatkan kebahagiaan.

Rumah adalah tempat dimana kesetiaan ditumpahkan, menimbulkan

kerinduan bila jauh dan mendatangkan kebahagiaan bila berada di

dalamnya (Irianto dan Waluyo, 2007).

f. Praktek kesehatan dirumah dan pola pencarian kesehatan

Upaya mewujudkan kesehatan dapat dilihat dari dua aspek, yakni

pengobatan terhadap penyakit dan pemulihan kesehatan setelah sembuh

dari penyakit. Peningkatan kesehatan sendiri terdiri dari dua aspek

yakni pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Upaya

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu

wadah pelayanan kesehatan, yang disebut sarana atau pelayanan

kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang

28

digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Pelayanan

kesehatan terhadap anak usia 3-5 tahun dapat meliputi pelayanan

kesehatan di tingkat Posyandu, Puskesmas dan pelayanan kesehatan

lainnya serta terkait pula dengan peran tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan. Tempat pelayanan kesehatan ini

dibagi menjadi tiga, yakni (Notoatmodjo, 2010) :

1) Sarana pelayanan kesehatan primer

Sarana ini merupakan pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau

penyakit-penyakit ringan. Sarana kesehatan primer ini adalah yang

paling dekat dengan masyarakat, misalnya puskesmas, poliklinik,

dokter praktik swasta dan sebagainya.

2) Sarana pelayanan kesehatan tingkat dua

Sarana ini merupakan pelayanan rujukan bagi kasus-kaus atau

penyakit-penyakit dari pelayanan kesehatan primer. Sarana

pelayanan kesehatan ini menangani kasus-kasus yang tidak atau

belum bisa ditangani oleh sarana kesehatan primer, misalnya

puskesmas rawat inap, rumah sakit kabupaten, rumah sakit tipe D

dan C serta rumah sakit bersalin.

3) Sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga

Sarana ini merupakan pelayanan rujukan bagi kasus-kasus yang

tidak dapat ditangani oleh sarana kesehatan tingkat dua, misalnya

rumah sakit provisi, rumah sakit tipe B dan A.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pola asuh gizi

Green dalam Notoadmodjo (2003), kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku

(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes) dan

selanjutnya perilaku itu sendiri dituntut atau terbentuk dari 3 faktor:

a. Faktor predisposisi (Predisposition Factor)

Terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-

nilai, dan sebagainya.

29

b. Faktor pendukung (enabling factor)

Terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya

fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan,

jamban dan sebagainya.

c. Faktor pendorong (renforming factor)

Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas

yang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai

yang ada dan sebagainya dari seseorang atau masyarakat. Ketersediaan

fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga

akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku seseorang atau

masyarakat.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh gizi:

Laksana (2011), menyebutkan faktor yang mempengaruhi pola asuh gizi

meliputi :

a. Tingkat Pendapatan Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga relatif lebih mudah diukur dan

berpengaruh besar pada konsumsi pangan, dimana konsumsi pangan

pada balita ditentukan dan pola asuh gizi, terutama pada keluarga

golongan miskin. Hal ini disebabkan karena penduduk golongan miskin

menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kehutuhan

makanan. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan

pola asuh gizi adalah pendapatan keluarga dan harga (baik harga pangan

maupun harga komoditas kebutuhan dasar).

Perubahan pendapatan dapat mempengaruhi perubahan pola asuh

gizi yang secara langsung mempengaruhi konsumsi pangan pada balita.

Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli

pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya

30

penurunan pendapatan akan rnenyebabkan penurunan dalam hal kualitas

penurunan kuantitas pangan yang dibeli.

b. Tingkat pendidikan ibu

Tingkat pendidikan adalah jenjang aktifitas dan usaha manusia

untuk rneningkatkan kepribadiannva dengan jalan membina potensi-

potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani)

dan jasmani (panca indera dan keterampilan keterampilan) melalui

pendidikan formal. Adapun tingkat pendidikan di negara kita meliputi :

pendidikan dasar, pendidikan rnenengah dan pendidikan tinggi.

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalarn

tumbuh kembang anak. karena dengan pendidikan yang baik, maka

orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang

cara pengasuhan anak yang baik/cara mempraktekkan pola asuh dalam

kehidupan sehari-hari, bagaimana cara menjaga kesehatan anak,

pendidikannya dan sebagainya.

c. Tingkat pengetahuan ibu

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi

didasarkan pada tiga kenyataan :

1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan.

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan

yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk

dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan

gizi. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan

pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara di dunia.

Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi

merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Lain sebab

yang penting dan gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan

tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi, dengan

31

pengetahuan yang kurang dapat menentukan pola asuh gizi yang

dilaksanakan sehari-hari.

d. Jumlah anggota keluarga

Besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh

terhadap pembagian pangan pada masing-masing anggota keluarga. Pada

keluarga yang memiliki balita, dengan jumlah anggota keluarga yang

besar bila tidak didukung dengan seimbangnya persediaan makanan di

rumah maka akan berpengaruh terhadap pola asuh yang secara langsung

mempengaruhi konsumsi pangan yang diperoleh masing-masing anggota

keluarga terutama balita yang membutuhkan makanan pendamping ASI.

Program Keluarga Berencana telah mencanangkan bahwa jumlah

anggota keluarga yang paling ideal adalah 4 orang. Program pemerintah

ini bertujuan agar anggota keluarga dengan jumlah sekian diharapkan

dapat lebih memudahkan keluarga tersebut mencukupi semua kebutuhan

anggota keluarganya, tanpa menanggung beban kebutuhan anggota

keluarganya yang banyak. Namun program pemerintah ini belum 100 %

berhasil. Terbukti dengan masih banyaknya keluarga yang memiliki

jumlah anggota keluarga yang banyak. Hal ini lebih banyak dilihat pada

keluarga yang tinggal di pedesaan.

e. Budaya pantang makanan

Pola asuh dan pola konsumsi makanan merupakan hasil budaya

masyarakat yang bersangkutan. dan mengalami perubahan terus-menerus

menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan

budaya masyarakat tersebut. Pola asuh ini diajarkan dan bukan

diturunkan secara herediter dan nenek moyang sampai generasi sekarang

dan generasi-generasi yang akan datang. Pendapat masyarakat tentang

konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan

bahan makanan. Salah satu pengaruh yang sangat dominan terhadap pola

konsumsi adalah pantangan atau tabu. Terdapat jenis-jenis makanan yang

tidak boleh dimakan oleh kelompok umur tertentu atau oleh perempuan

remaja atau perempuan hamil dan menyusui. Larangan ini sering tidak

32

jelas dasarnya, tetapi mempunyai kesan larangan dan penguasa

supernatural, yang akan memberii hukuman bila larangan tersebut

dilanggar. Namun demikian, orang sering tidak dapat mengatakan

dengan jelas dan pasti. siapa yang melarang tersebut dan apa alasannya

C. Kerangka teori

.

Perkembangan

motorik halus anak

Faktor internal:

Genetik

Hormon

Faktor eksternal:

Gizi anak

Kesehatan anak

Imunisasi

Perumahan

Sanitasi lingkungan

Stimulasi

Keluarga berencana

Keluarga

Pola asuh gizi ibu:

Penyiapan makanan

Kebersihan diri

Faktor – Faktor yang

mempengaruhi pola asuh gizi

ibu:

Tingkat pendapatan keluarga

Tingkat pendidikan ibu

Tingkat pengetahuan ibu

Jumlah anggota keluarga

Budaya pantang makanan

keluarga

33

Gambar 2.6 Kerangka teori

Sumber : LIPI (2000), Soetjningsih (2002)

D. Kerangka konsep

Gambar 2.7 Kerangka konsep

E. Variabel penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh gizi ibu

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus

anak

F. Hipotesis penelitian

Ada hubungan antara pola asuh gizi ibu dengan perkembangan motorik halus

anak

Pola asuh gizi ibu Perkembangan

motorik halus anak

Variabel bebas Variabel terikat