Upload
vonhu
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang mengkaji tentang pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas telah banyak dilakukan. Tetapi, masih terdapat beberapa perbedaan
antara penelitian satu dengan penelitian lain, baik dari segi variabel yang
digunakan maupun hasil penelitiannya. Hasil penelitian yang berbeda
menunjukkan adanya kontra antara peneliti satu dengan peneliti yang lain.
Adapun penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Rahayu (2016) dengan judul
pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa
perputaran kas dan perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas, sedangkan perputaran piutang berpengaruh terhadap
profitabilitas.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Menurut Suminar (2015) dengan judul
pengaruh perputaran persediaan, perputaran piutang dan perputaran kas
terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri barang kosumsi yang
terdaftar di BEI periode 2008-2013. Hasil penelitian menyatakan bahwa
perputaran persediaan mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas
(ROA maupun ROE), perputaran piutang berpengaruh positif terhadap
profitabilitas (ROA maupun ROE), sedangkan perputaran kas berpengaruh
negatif terhadap (ROA maupun ROE). Hasil uji F atau uji simultan
10
3. menunjukkan bahwa secara bersama-sama perputaran persediaan, perputaran
piutang dan perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA
maupun ROE).
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sodiq dan Fitria (2016) dengan judul
pengaruh rasio aktivitas terhadap profitabilitas pada perusahaan food and
beverages. Hasil penelitian menyatakan bahwa perputaran piutang,
perputaran persediaan, tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap
Profitabilitas (ROA).
5. Penelitian yang dilakukan oleh Budiansyah et al. (2015) dengan judul
pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan
terhadap profitabilitas. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara simultan
terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran kas, perputaran piutang,
dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas Kemudian secara parsial,
perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas. Hanya perputaran persediaan yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur Basic Industry And
Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Musmini (2013) dengan judul
pengaruh perputaran kas terhadap profitabilitas pada PT. Tirta Mumbul Jaya
Abadi Singaraja periode 2008-2012. Hasil penelitian menyatakan bahwa
perputaran kas berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
11
7. Penelitian yang dilakukan oleh Wirasari dan Sari (2016) dengan judul
pengaruh perputaran modal kerja, perputaran piutang, dan pertumbuhan
koperasi terhadap profitabilitas. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat
perputaran modal kerja, perputran kas, perputaran piutang dan pertumbuhan
koperasi berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Diana (2016) dengan judul pengaruh
perputaran kas, piutang, persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan
semen di BEI. Hasil penelitian menyatakan bahwa perputaran kas
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedang perputaran piutang dan
perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Karina (2011) dengan judul pengaruh
perputaran aktiva tetap, perputaran piutang dan perputaran persediaan
terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2005-
2009. Teknik analisis yang digunakan yaitu teknik analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara simultan perputaran
aktiva tetap, perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak memiliki
pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Dari delapan penelitian terdahulu yang ada, telah banyak penelitian
mengenai pengaruh modal kerja yang meliputi perputaran kas, perputaran piutang,
dan perputaran kas pada sektor yang hampir sama yaitu perusahaan manufaktur.
Namun masih belum ada peneliti yang meneliti pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas pada perusahaan property dan real estate. Maka dari itu peneliti
ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh modal kerja terhadap perusahaan
12
property dan real estate yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan
perusahaan manufaktur.
B. Kerangka Teori
1. Modal Kerja
a. Devinisi Modal Kerja
Menurut Arthur et al. (1992), modal kerja (working capital) didefinisikan
sebagai investasi perusahaan dalam aktiva lancar. Aktiva lancar sendiri terdiri
dari semua aktiva atau aset yang dapat dicairkan (dituangkan) dalam waktu
paling lama satu tahun. Aktiva yang dapat digolongkan sebagai aktiva lancar
adalah uang tunai atau kas (cash), sekuritas yang mudah diperjual belikan
(marketable secutities), piutang dagang (account receivable) dan simpanan
barang dagangan (inventory).
Menurut Ambarwati (2010), modal kerja atau working capital merupakan
suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan. Dengan kata
lain modal kerja adalah modal yang seharusnya tetap ada dalam perusahaan
sehingga operasional perusahaan menjadi lebih lancar serta tujuan akhir
perusahaan untuk menghasilkan laba akan tercapai.
Mengenai pengertian modal kerja ini dapat dikemukaan adanya beberapa
konsep, yaitu (Abdullah, 2002) :
1) Konsep kuantitatif
Berdasarkan pendekatan konsep kuantitatif, modal kerja merupakan
jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu
13
periode tertentu. Berbagai komponen aktiva lancar memiliki kualitas yang
berbeda-beda tidak mendapat perhatian konsep kuantitatif.
2) Konsep kualitatif
Konsep ini menitik beratkan kualitas modal kerja suatu badan
usaha/perusahaan. Modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan selisih
jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan hutang lancar pada periode
waktu tertentu.
3) Konsep fungsional
Konsep fungsional menekankan pada aspek fungsi modal kerja yang
dimiliki perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok
perusahaan.
b. Jenis-Jenis Modal Kerja
Kebutuhan modal kerja perusahaan ditentukan oleh aktivitas produksi
dan kapasitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Apabila kapasitas
produksi berubah maka modal kerja yang dibutuhkan juga mengalami
perubahan. Menurut Abdullah (2002), modal kerja dibedakan menjadi :
1) Modal keja permanen
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus ada dalam
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen berupa barang jadi. Modal
kerja pemanen dibedakan menjadi :
a) Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus dimiliki
perusahaan agar dapat terus beroperasi.
14
b) Modal kerja normal adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan
agar dapat beroperasi dalam kapasitas normal.
2) Modal kerja variabel
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang selalu berubah
proporsional dengan perubahan kapasitas produksi. Modal kerja variabel terdiri
dari:
a) Modal kerja musiman adalah modal kerja yang berubah sesuai perubahan
musim/permintaan. Misalnya permintaan yang besar pada saat hari raya.
b) Modal kerja siklis adalah modal kerja yang berubah akibat fluktuasi
konjungtur.
c) Modal kerja darurat adalah modal kerja yang berubah sesuai keadaan yang
terjadi di luar kemampuan perusahaan.
c. Manajemen Modal Keja
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005), manajemen modal kerja
adalah administrasi aktiva lancar perusahaan dan pendanaan digunakan untuk
mendukung aktiva lancar. Menurut Muslich (2003), manajemen modal kerja
merupakan manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar. Manajemen modal
kerja memiliki arti penting bagi perusahaan. Petama, modal kerja menunjukkan
ukuran besarnya investasi yang dilakukan perusahan dalam aktiva lancar dan
klaim atas perusahaan yang diwakili oleh utang lancar. Kedua, investasi dalam
aktiva likuid, piutang barang adalah sensitif terhadap tingkat produktifitas dan
penjualan.
15
Menurut Sawir (2005), sasaran yang ingin dicapai oleh manajemen
modal kerja antar lain :
1) Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga
tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari
biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
2) Meminimalkan biaya yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
3) Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dari ketersediaan dana
dari sumber utang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban
keuangannya ketika jatuh tempo.
Dalam tiga tujuan tersebut yang paling utama adalah yang pertama yaitu
memaksimumkan nilai perusahaan. Pemahaman memaksimumkan nilai
perusahaan adalah bagaiman pihak manajemen perusahaan mampu
memberikan nilai yang maksimum pada saat perusahaan tersebut masuk ke
pasar.
d. Fungsi Manajemen Modal Kerja
Menurut Munawir (2012), modal kerja mampu membiayai pengeluaran
atau operasi perusahaan sehari-hari. Dengan modal kerja yang cukup akan
membuat perusahaan beroperasi secara ekonomis dan efisien serta tidak
mengalami kesulitan keuangan. Manfaat modal kerja menurut Munawir (2012)
adalah:
1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
dari aktiva lancar.
16
2) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat
pada waktunya.
3) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani para konsumen.
4) Memungkinkan bagi perusaahan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa
yang dibutuhkan.
e. Kebijakan Modal Kerja
Menurut Fahmi (2012), kebijakan modal kerja adalah keputusan-
keputusan kebijakan dasar yang berhubungan dengan tingkat sasaran untuk
masing-masing kategori aktiva lancar, dan bagaimana aktiva lancar tersebut
akan didanai. Menurut Brigham dan Daves (2010), kebijakan modal kerja
menyangkut keputusan yang berkaitan dengan aktiva lancar dan pembiayaan.
Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan tergantung
terhadap sikap manajemen terhadap laba dan risiko. Kebijakan modal kerja
adalah bagian dari manajemen modal kerja yang merupakan salah satu aspek
penting dari keseluruhan manajemen pembelanjaan perusahan. Aktiva lancar
harus cukup untuk menutup hutang lancar sehingga menggambarkan tingkat
keamanan (margin of safety) yang memuaskan.
Menurut Sutrisno (2008) perusahaan pada umumnya memiliki tiga jenis
kebijakan modal kerja, yaitu :
1) Kebijakan yang agresif, adalah modal kerja dipenuhi dengan seluruhnya
dengan utang jangka pendek.
17
2) Kebijakan yang moderat, adalah modal kerja dipenuhi 50% dengan utang
jangka pendek dan 50% dipenuhi dengan utang jangka panjang.
3) Kebijakan yang konservatif, adalah seluruh modal kerja dipenuhi dengan
utang jangka panjang.
f. Sumber Modal Kerja
Menurut Abdullah (2002), modal kerja bersumber pada :
1) Hasil Operasi Perusahaan
Hasil operasi perusahaan merupakan pendapatan bersih (net income)
yang tampak dalam laporan perhitungan laba-rugi ditambah dengan depresiasi
dan amortisasi. Dengan adanya laba dari hasil operasional perusahaan dan laba
tersebut tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan maka laba tersebut akan
menambah modal kerja perusahaan.
2) Penjualan Aktiva Tetap
Sumber modal kerja dari hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka
panjang dan hasil penjualan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak dipakai.
Perubahan dari aktiva tetap menjadi kas maupun piutang berakibat menambah
modal kerja sebesar penjualan tersebut. Bertambahnya modal kerja melalui
penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai tidak segera digunakan untuk
penggantian aktiva tetap baru maka perusahaan akan mengalami kelebihan
modal kerja.
3) Penjualan Surat Berharga Jangka Pendek
Surat berharga jangka pendek (marketable securities) yang dimiliki
perusahaan merupakan salah satu komponen aktiva lancar yang dapat dijual
18
dan menimbulkan keuntungan perusahan. Keuntungan penjualan ini terjadi
apabila nilai jual surat berharga lebih besar dari nilai perolehan, maka akan
menambah atau sebagai sumber modal.
4) Penjualan Obligasi
Untuk menambah modal yang dibutuhkan, perusahaan juga dapat
mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada pemilik perusahaan untuk
menambah modal. Selain itu perusahaan dapat menerbitkan obligasi atau
bentuk hutang jangka panjang lainnya guna menambah modal kerja
perusahaan. Memang diakui penerbitan obligasi akan menimbulkan biaya, baik
biaya penerbitan maupun biaya bunga tetap, sehingga keputusan menerbitkan
obligasi guna menambah modal kerja seharusnya disesuaikan dengan esensi
kebutuhan perusahaan.
5) Depresiasi Aktiva Tetap
Depresiasi terhadap aktiva tetap walaupuan perusahaan tidak
mengeluarkan dan kas namun demikian merupakan sumber modal kerja.
g. Penggunaan Modal Kerja
Menurut Abdullah (2002) penggunaan modal kerja terdiri dari :
1) Kerugian Operasioanl Perusahaan
Operasional perusahaan yang menimbulkan kerugian (total penjualan
tidak mampu menutupi biaya-biaya) berakibat berkurangnya modal kerja.
Kondisi ini dapat diketahui melalui laporan laba-rugi pada suatu periode
tertentu.
19
2) Pembelian Aktiva Tetap
Guna keperluan peningkatan produksi/penjualan perusahaan membeli
aktiva tetap baru guna menggantikan aktiva tetap lama yang berakibat pada
penggunaan dana atau modal kerja perusahaan. Dengan demikian sejumlah
aktiva tetap tersebut bertambah pada neraca.
3) Kerugian Penjualan Surat Berharga Jangka Pendek
Apabila penjualan surat berharga jangka pendek mengalami kerugian
(nilai jual lebih kecil dari pada nilai perolehan) maka akan mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan. Guna menutup kerugian inilah perusahaan
menggunakan modal kerja.
4) Pembelian Obligasi
Apabila pembelian obligasi berakibat menambah modal kerja, maka
pembelian obligasi oleh perusahaan akan berakibat penggunaan atau
mengurangi modal kerja. Demikian halnya apabila perusahaan membayar
kembali / mengangsur hutang jangka panjang lainnya juga berakibat
berkurangnya modal kerja.
5) Prive
Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadi berakibat berkurangnya modal kerja. Hal yang sama juga
terjadi apabila adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam
perusahaan perseorangan atauu adanya pembayaran deviden dalam bentuk kas.
20
2. Perputaran Kas
Kas mempunyai tingkat likuiditas yang paling tinggi dalam unsur modal
kerja. Apabila kas perusahaan semakin tinggi maka tingkat likuiditasnya juga
tinggi dan mengurangi risiko perusahaan sebaliknya jika kas perusahaan lebih
kecil maka, perusahaan terancam tidak dapat memenuhi kewajiban financial
perusahaan (Riyanto, 2011). Menurut Wild et al. (2010), semakin tinggi tingkat
perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan.
Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai
operasional. Sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan. Menurut
Wild et al. (2010), perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan
rumus:
3. Perputaran Piutang
Perputaran piutang dapat dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan
piutang bersih rata-rata (Warren dan Reeve, 2014). Perputaran piutang merupakan
salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Jika melakukan pengelolaan piutang dengan baik, kemungkinan
perusahaan dapat membayar semua kewajibannya tepat waktu dan memungkinkan
perusahaan tersebut untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada
kesulitan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Hal ini akan
berdampak pada tingkat perolehan keuntungan perusahaan. Sebaliknya apabila
tingkat perputaran piutang rendah, maka akan terjadi kelebihan piutang dan
perusahaan akan mengalami kebangkrutan (HOIRIYA, 2015).
21
Menurut Munawir (2012) semakin tinggi rasio perputaran piutang
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika
rasio semakin rendah berarti over investment dalam piutang sehingga memerlukan
analisa lebih lanjut, kemungkinan karena bagian kredit dan penagihan bekerja
tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijakan pemberian kredit.
Menurut Sartono (2001), menyatakan bahwa semakin cepat periode berputarnya
piutang menunjukkan semakin cepat perjualan kredit dapat kembali menjadi kas.
Menurut Wild et al. (2010), perputaran piutang dalam satu periode dapat
dihitung dengan rumus :
4. Perputaran Persediaan
Menurut Fahmi (2012), rasio perputaran persediaan (inventory turnover)
digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat perputaran persediaan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa
kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi rasio ini,
maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Untuk mengukur
efisiensi persediaan maka perlu diketahui perputaran persediaan (inventory
turnover) yang dihitung dengan membandingkan antara harga pokok penjualan
(HPP) terhadap nilai rata-rata persediaan yang dimiliki.
Menurut Munawir (2004) semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan
memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga
atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos
penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
22
Menurut Wild et al. (2010), perputaran persediaan dalma satu periode dapat
dihitung dengan rumus:
5. Profitabilitas
Menurut Husnan (2012), profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan
modal saham tertentu. Sedangkan menurut Raharjaputra (2009), profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, dimana
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut
(Kasmir,2012), menyatakan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditunjukkan dengan laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Dari pengertian diatas, profitabilitas mempunyai arti yang sangat penting
untuk kegiatan operasional perusahaan dan untuk mempertahaknkan
kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Dengan demikian
setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka kelangsungan kegiatan
usaha perusahaan tersebut akan terus terjamin.
6. Faktor yang mempengaruhi profitabilitas
Menurut Riyanto (2011), untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor
yang mempengaruhi profitabilitas maka dapat digunakan rasio keuangan. Menurut
Riyanto (2011) rasio keuangan di klasifikasikan sebagai berikut :
23
a) Rasio Likuiditas
Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya
jangka pendek yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Macam-macam
rasio yang terdapat pada rasio likuiditas antara lain :
1) Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.
2) Rasio Cepat (Acid-Test (Quick) ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan aktiva yang paling likuid.
b) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas disebut juga sebagai rasio efisiensi atau perputaran,
mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Menurut
Riyanto (2011) contoh dari rasio aktivitas, antara lain :
1) Average payable period
Merupakan periode rata-rata yang diperlukan untuk membayar hutang dagang.
2) Average day’s inventory
Periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang
dagang di gudang.
7. Return On Asset (ROA)
Return on asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam
menganalisa laporan keuangan atas kinerja keuangan perusahaan. ROA dapat
dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan
24
memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya. Menurut Hanafi dan
Halim (2003), ROA (Return on Asset) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh
perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset
tersebut.Menurut (Van Horne (2005)), ROA mengukur efektivitas keseluruhan
dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia, daya untuk menghasilkan
laba dari modal yang diinvestasikan.
Return on asset (ROA) menunjukkan keefisienan perusahaan dalam
mengelola seluruh aktivanya untuk memperoleh pendapatan. Menurut Sartono
(2001), merumuskan formula untuk menghitung pengembalian tingkat
aktiva/return on asset (ROA) sebagai berikut:
C. Pengembangan Hipotesis
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007), hipotesis adalah pernyataan
atau tuduhan bahwa sementara masalah penelitian yang kebenarannya masih
lemah (belum tentu benar) sehingga harus diuji secara empiris. Berdasarkan
rumusan masalah dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Profitabilitas
Menurut Riyanto (2011), kas mempunyai tingkat likuiditas yang paling
tinggi dalam unsur modal kerja. Apabila kas perusahaan semakin tinggi maka
tingkat likuiditasnya juga tinggi dan mengurangi risiko perusahaan sebaliknya jika
kas perusahaan lebih kecil perusahaan terancam tidak dapat memenuhi kewajiban
25
financial perusahaan. Menurut Rahma (2011), semakin tinggi perputaran kas
maka kas semakin produktif, sehingga profitabilitas yang diperoleh semakin
meningkat. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah perputaran kas maka
sejumlah dana kas menganggur sehingga menyebabkan menurunnya profitabilitas
perusahaan.
Dari penelitian Wirasari dan Sari (2016), Putri dan Musmini (2013), hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perputaran kas berpengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan yang didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Karina (2011) yang menyatakan bahwa perputaran kas juga berpengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
H1: Perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
2. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas
Perputaran piutang merupakan salah satu faktor yang menentukan besar
kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan, jika melakukan pengelolaan
piutang dengan baik, kemungkinan perusahaan dapat membayar semua
kewajibannya tepat waktu dan memungkinkan perusahaan tersebut untuk dapat
beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh
barang dan jasa yang diperlukan, hal ini akan berdampak pada tingkat perolehan
keuntungan perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya apabila tingkat perputaran
piutang rendah, maka akan terjadi kelebihan piutang dan perusahaan akan
mengalami kebangkrutan (HOIRIYA, 2015).
26
Dalam penelitian Wirasari dan Sari (2016), hasil penelitian menyatakan
bahwa perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Rahayu (2016) yang
menyatakan bahwa perputaran piutang juga berpengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulan hipotesis :
H2 : Perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
3. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas
Menurut Ristono (2009), persediaan adalah barang-barang yang disimpan
untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Tingkat
perputaran persediaan, menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam
arti dibeli dan dijual kembali. Semakin cepat perputaran persediaan maka semakin
cepat menghasilkan kas, kas tersebut kemudian dikeluarkan lagi untuk membiayai
kegiatan operasional perusahaan agar perusahaan memperoleh pendapatan yang
otomatis berpengaruh terhadap profitabilitas.
Menurut Munawir (2012), perputaran persediaan (inventory turnover)
digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola
persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi
penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin cepat persediaan diubah
menjadi penjualan. Untuk mengukur efisiensi persediaan maka perlu diketahui
perputaran persediaan (inventory turnover) yang terjadi dengan membandingkan
antara harga pokok penjualan (HPP) dengan nilai rata-rata persediaan yang
dimiliki.
27
Penelitian yang dilakukan oleh Budiansyah et al. (2015) menyatakan
bahwa perputaran persediaan berpengaruh terhadap ROA. Didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Suminar (2015) yang menyatakan bahwa
perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas.
H3 : Perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
4.Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaan Persediaan
Terhadap ROA.
Dari hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan di atas, secara parsial
masing-masing variabel penelitian mempunyai berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas yang diukur dalam rasio Return On Assets Maka perumusan
hipotesis yang dapat disimpulkan oleh peneliti secara simultan adalah sebagai
berikut :
H4 : Perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
D. Rerangka Pemikiran Teoritis
Menurut Ambarwati (2010), modal kerja atau working capital merupakan
suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan. Dengan kata lain
modal kerja adalah modal yang seharusnya tetap ada dalam perusahaan sehingga
operasional perusahaan menjadi lebih lancar serta tujuan akhir perusahaan untuk
menghasilkan laba akan tercapai.
Menurut Riyanto (2011), modal kerja memiliki beberapa komponen
penting yang perlu utnuk dikelola dengan baik agar menghasilkan manajemen
modal kerja yang baik pula. Komponen modal kerja antara lain kas, piutang dan
28
persediaan. Semakin cepat perputaran modal kerja perusahaan, maka semakin
efisien modal kerja dari perusahaan tersebut. Sebaliknya semakin lambat
perputaran modal kerja perusahaan, maka manajemen modal kerja menjadi tidak
efisien. Setelah mengetahui perputaran modal kerja, kemudian dilihat tingkat
profitabilitasnya apakah saat manajemen modal kerja semakin efisien juga
menghasilkan profitabilitas yang naik.
Dari uraian diatas, manajemen modal kerja menjadi penting sebab dapat
disimpulkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Dengan demikian, maka rerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 2.1
Rerangka Pemikiran
Perputaran Kas
X1
Perputaran
Persediaan
X3
Perputaran
Piutang
X2
Profitabilitas
Y