44
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi 1. Pengertian Menurut Hardjana (1994) stres adalah keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi orang yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat seseorang melihat ketidaksepadanan, entah nyata atau tidak nyata, antara keadaan atau kondisi dengan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada pada diri seseorang. Selanjutnya menurut Kusumaatmaja (1990) stres adalah keadaan mental yang tertekan karena adanya tuntutan dari lingkungan. Lebih lanjut menurut Hardjana (1994) ketika seseorang mengalami stres maka akan timbul gejala-gejala stres sepeti gejala fisikal, gejala emosional, gejala intelektual, dan gejala interpersonal yang merupakan ciri yang timbul ketika seseorang mengalami stres. Menurut Looker dan Gregson (2005) stres adalah suatu keadaan yang terjadi ketika seseorang tidak dapat mengatasi tuntutan atau tekakan yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon stres tersebut menimbulkan peningkatan aktivitas sistem saraf otonom terutama sistem saraf simpatik dan sistem hormon untuk melakukan tindakan-tindakan pertahanan untuk mengatasi keadaan darurat yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

  • Upload
    lydat

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres dalam Penyusunan Skripsi

1. Pengertian

Menurut Hardjana (1994) stres adalah keadaan atau kondisi yang

tercipta bila transaksi orang yang mengalami stres dan hal yang dianggap

mendatangkan stres membuat seseorang melihat ketidaksepadanan, entah

nyata atau tidak nyata, antara keadaan atau kondisi dengan sistem sumber

daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada pada diri seseorang.

Selanjutnya menurut Kusumaatmaja (1990) stres adalah keadaan mental

yang tertekan karena adanya tuntutan dari lingkungan.

Lebih lanjut menurut Hardjana (1994) ketika seseorang mengalami

stres maka akan timbul gejala-gejala stres sepeti gejala fisikal, gejala

emosional, gejala intelektual, dan gejala interpersonal yang merupakan ciri

yang timbul ketika seseorang mengalami stres.

Menurut Looker dan Gregson (2005) stres adalah suatu keadaan

yang terjadi ketika seseorang tidak dapat mengatasi tuntutan atau tekakan

yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

stres tersebut menimbulkan peningkatan aktivitas sistem saraf otonom

terutama sistem saraf simpatik dan sistem hormon untuk melakukan

tindakan-tindakan pertahanan untuk mengatasi keadaan darurat yang

terjadi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

21

Lebih lanjut menurut Menurut Shenoy (dalam Kholidah, 2012)

menyatakan bahwa berbagai tuntutan yang diterima seseorang merupakan

sumber stres yang potensial. Bahkan tuntutan-tuntutan ini dirasakan pula

oleh mahasiswa dan berbagai tutntutan yang diterima akan mengakibatkan

stres pada mahasiswa.

Skripsi sebagai gerbang terakhir mahasiswa di perguruan tinggi

memiliki berbagai tuntutan yang harus dimiliki mahasiswa, diantaranya

adalah disiplin dalam mengatur jadwal untuk mencapai target-target dalam

skripsi, berpikir dan menulis secara ilmiah, melakukan proses bimbingan,

serta mengintergrasikan pengalaman belajar dengan teori-teori yang

didapat selama perkuliahan. Selanjutnya kapsitas internal yang harus

dimiliki mahasiswa sebagai peneliti diantaranya : latar keilmuan yang

relevan, kemampuan menalar dan mengingat, kemampuan berpikir orsinil

dan objektif, (Darmono & Hasan, 2002).

Lebih lanjut menurut Darmono & Hasan (2002) sebagai laporan

yang bersifat akademik, skripsi harus memenuhi kaidah sebagai karya

ilmiah, seperti harus bersifat objrktif, bertumpu pada data, harus

berdasarkan prosedur yang jelas, seluruh pembahasan dalam skripsi harus

berdasarkan rasio atau akal sehat. Dari uraian tersebut dapat dipahami

bahwa berbagai tuntutan yang harus dimiliki oleh mahasiswa yang sedang

menysusun skripsi akan menjadi sumber stres yang potensial.

King (2013) mengemukakan bahwa stres terjadi karena terdapat

respon yang beragam terhadap stresor, stresor tersebut seperti lingkngan,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

22

peristiwa yang mengancam atau peristiwa yang membebani kemampuan

seseorang. Hal ini dapat dipahami ketika mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi tidak dapat mengatasi tuntutan yang harus dipenuhi

sebagai peneliti, maka mahasiswa akan mengalami stres dalam

penyusunan skripsi.

Berdasarkan uraian diatas stres dalam penyusunan skripsi

merupakan keadaan ketika seseorang melihat ketidaksepadanan antara

keadaan yang dialami ketika menyusun skripsi dengan sistem sumberdaya

biologis, psikologis dan sosialnya, dan ketika hal tersebut terjadi maka

akan menimbukan berbagai gejala seperti gejala fisikal, gejala emosional,

gejala intelektual, dan gejala interpersonal karena adanya peningkatan

aktivitas sistem saraf dan sistem hormon dalam tubuh sehingga mahasiswa

yang sedang menyusun skripsi mengalami stres dalam penyusunan skripsi.

2. Aspek-Aspek Stres Dalam Penyusunan Skripsi

Seperti yang dikemukakan oleh Hardjana (1994) bahwa ketika

seseorang mengalami stres maka akan muncul gejala-gejala pada fisik,

bahkan psikis sebagai ciri bahwa seseorang tersebut mengalami stres.

Menurut Shenoy (dalam Kholidah, 2012) stres yang terjadi tergantung

stresor yang diterima seseorang, tuntutan-tuntutan yang dianggap sebuah

tekanan akan menjadi sumber stres yang potensial. Pendak (2009)

berpendapat bahwa kejadian atau lingkungan yang membuat tegang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

23

merupakan stresor, dan stresor tersebut merupakan penyebab timbulnya

stres.

Dalam hal ini dapat dipahami sresor pada mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi merupakan tuntutan-tuntutan, bahkan masalah-masalah

dalam skripsi yang akan menimbulkan ketegangan-ketegangan dan

tekanan pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Maka ketika

mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami stres oleh karena

tuntutan-tuntutan bahkan masalah-masalah ketika menyusun skripsi yang

menimbulkan ketegangan dan tekanan maka mahasiswa akan menunjukan

berbagai gejala dari adanya tekanan-tekanan ketika menyusun skripsi.

Dari penjelasan di atas Kusumaatmaja (1990) mengemukakan

bahwa stres memiliki tiga aspek, yakni:

a. Aspek Fisiologis

Dari berbagai penelitian, stres dapat menimbulkan perubahan-

perubahan pada metabolisme tubuh, dapat meningkatkan debar

jantung dan pernafasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan

keluhan sakit kepala, dan menghadapi resiko serangan jantung.

Kaitannya dengan stres dalam penyusunan skripsi pada

mahasiswa, ketika mahasiswa yang sedang menyusun skripsi

mengalami stres maka akan menimbulkan perubahan pada

metabolisme tubuh, meningkatnya debar jantung dan pernafasan

ketika sedang menyusun skrpsi, meningkatnya tekanan darah, dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

24

menimbulkan keluhan sakit kepala ketika mahasiswa sedang

menyusun skripsi.

b. Aspek Psikologis

Stres dapat menimbulkan gejala psikologis seperti perasaan

tegang, kecemasan, mudah tersinggung, kebosanan dan lain-lain.

Banyak bukti bahwa orang-oang yang ditempatkan pada pekerjaan

yang banyak tuntutan yang saling bertentangan akan meningkatkan

stres dan ketidakpuasan.

Kaitannya dengan stres dalam penyusunan skripsi pada

mahasiswa, ketika mahasiswa yang sedang meneyusun skripsi

mengalami stres akan menimbulkan gejala psikologis seperti perasaan

tegang, merasa cemas, mudah tersinggung hingga mengalami

kebosanan dalam menyusun skripsi pada mahasiswa.

c. Aspek Perilaku

Aspek perilaku ini timbul karena adanya pengalihan dari

adanya stres, seperti tidak konsistennya dalam mengerjakan pekerjaan

atau tugas, perubahan dalam kebiasaan makan, banyak merokok,

minum alkohol, bicara cepat dan gangguan tidur.

Kaitannya dengan stres dalam penyusunan skripsi pada

mahasiswa, ketika mahasiswa yang sedang meneyusun skripsi

mengalami stres akan berdampak pula pada perilaku dari mahasiswa

itu sendiri, seperti tidak konsisten dalam mengerjakan skripsi,

mengalami perubahan kebiasaan makan ketika sedang menyusun

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

25

skripsi, menjadi lebih banyak merokok bahkan beberapa sampai pada

mengkonsumsi minuman beralkohol, dan mengalami gangguan tidur

keika mahasiswa sedang menyusun skripsi.

Hardjana (1994) pun mengungkapkan bahwa terdapat empat gejala

stres, yakni gejala fisikal, gejala emosional, gejala intelektual, dan gejala

interpersonal.

a. Gejala Fisikal

Stres yang terjadi pada diri seseorang akan menimbulkan

gejala yang berhubungan dengan fisik seseorang, diantaranya: sakit

kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur, insomnia, (susah tidur),

tidur terlantur, bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama di

bagian bawah, mencret-mencret dan radang usus besar, sulit buang air

besar, sembelit, gatal-gatal pada kulit, urat tegang-tegang terutama

pada leher dan bahu, terganggu pencernaannya atau bisulan, tekanan

darah tinggi, jantung berdetak lebih tinggi, kelewat berkeringat,

berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya energi. Semua

gejala tersebut pun dialami mahasiswa ketika mahasiswa mengalami

stres dalam penyusunan skripsi.

b. Gejala Emosional

Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi seeseorang ,

dan akan menunjukan gejala: gelisah atau cemas, sedih, depresi,

mudah menangis, merasa jiwa dan hati/mood berubah-ubah cepat,

mudah panas dan marah, gugup, rasa harga diri menurunatau merasa

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

26

tidak aman, terlalu peka dan mudah tersinggung, marah-marah,

gampang menyerang orang lain dan bermusuhan, emosi mengering

atau kehabisan sumber daya mental (burn out). Semua gejala

emosional tersebut pun dialami mahasiswa ketika mahasiswa

mengalami stres dalam penyusunan skripsi.

c. Gejala Intelektual

Kondisi stres pada diri seseorang akan mengganggu proses

berpikir sehingga akan menimbulkan gejala: susah berkonsentrasi atau

memusatkan pikiran ketika menuangkan ide dalam tulisan skripsi,

sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat

menurun, melamun secara berlebihan terutama melamun seputar

skripsi, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja terutama pikiran

seputar skripsi, kehilangan rasa humor yang sehat, produktivitas atau

prestasi kerja menurun, mutu kerja rendah, dalam bekerja bertambah

jumlah kekeliruan yang dibuat. Gejala intelekrual ini juga dirasakan

oleh mahsiswa mengalami stres dalam penyusunan skripsi.

d. Gejala Interpersonal

Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari

yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam

hubungan interpersonal seperti: kehilangan kepercayaan kepada orang

lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah membatalkan janji

atau tidak memenuhinya, suka mencari-cari kesalahan orang lain atau

menyerang orang lain dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

27

membentengi dan mempertahankan diri, mendiamkan orang lain.

Gejala terseut muncul karena dipengaruhi oleh skripsi yang membuat

mahasiswa mengalai stres.

Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang mengalami stres maka

akan timbul gejala yang dapat dilihat dan dirasakan, yakni gejala fisikal,

gejala emosional, gejala intelektual dan gejala interpersonal, semua gejala

yang muncul merupakan manifestasi dari tekanan yang terjadi pada psikis

seseorang sehingga memunculkan gejala tersebut (Hardjana, 1994).

Kaitannya dengan stres dalam penyusunan skripsi, gejala fisikal

berhubungan dengan reaksi tubuh ketika mahasiswa mengalami stres

dalam penyusunan skripsi, gejala emosional berhubungan dengan

terganggunya emosi seseorang ketika mahasiswa mengalami stres yang

disebabkan skrispi, gejala intelektual berhubungan dengan terganggunya

fungsi kognitif mahasiswa karena mengalami stres dalam penyusunan

skrispi, dan gejala interersonal berhubungan dengan perilaku mahasiswa

yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi baik perilaku sehari-hari

yang berhubungan dengan orang lain atau dengan diri sendiri.

Dalam penelitian ini gejala stres yang dipakai adalah gejala stres

menurut Hardjana (1994), pertimbangan ini diambil karena gejala-gejala

stres yang dikemukakan lebih jelas karena dipaparkan dalam empat gejala

dan sesuai dengan karakteristik stres untuk mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi, yakni gejala fiiskal, gejala emosional, gejala intelektual,

dan gejala interpersonal.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

28

Dibandingkan dengan aspek stres menurut Kusumaatmaja (1990)

yang memaparkan hanya tiga aspek dari stres yakni aspek fisikal, aspek

psikologis dan aspek perilaku, gejala stres menurut Hardjana (1994)

dipaparkan lebih rinci tidak hanya fisik dan psikis saja yang dipaparkan

akan tetapi menjelaskan pula gejala intelektual dan gejala interpersonal

yang muncul ketika mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami

stres, dalam hal ini tambahan gejala intelektual dan interpersonal akan

lebih sesuai karena mahasiswa yang sedang menyusun skripsi

membutuhkan daya pikir atau intelektualnya yang tinggi dan juga relasi

atau hubungan dengan orang lain terutama dengan dosen pembimbing

yang harus selalu terjaga. Oleh sebab itu gejala stres menurut Hardjana

(1994) paling sesuai untuk mengukur stres yang terjadi pada mahasiswa

yang sedang menyusun skripsi.

3. Faktor-Faktor Yang dapat Menurunkan Stres Dalam Penyusuna

Skripsi

Pendak (2009) mengemukakan bahwa stres dapat dikelola dengan

beberapa cara, yakni membangun sikap menerima, memanfaatkan musik,

humor, dan tidur. Cara atau metode tersebut dijelaskan dapat menurunkan

stres yang terjadi pada diri seseorang karena metode tersebut dapat

berdampak positif pada pengelolaan perasaan negatif yang terjadi ketika

stres, sehingga stres yang terjadi dapat menurun. Metode tersebut

dijelaskan sebagai berikut :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

29

a. Membangun Sikap Menerima

Salah satu pangkal masalah adalah ketika seseorang tidak

dapat menerima suatu keadaan yang terjadi pada saat ini dan pada

masa lalu. Ketika seseorang dapat melepas rasa sedih dan kecewa

dengan berusaha menerima segala hal yang datang menghampiri maka

tekanan terhadap masalah tersebut akan terasa ringan.

Dengan membiasakan diri untuk melihat hikmah dibalik suatu

peristiwa maka ketika masalah atau tekanan datang, seseorang akan

dibiasakan dan dididik untuk mencintai segala peristiwa dan bahkan

akan mampu mengelola peristiwa-peristiwa yang terjadi baik yang

menyenangkan maupun yang menyedikan, sehingga seseorang akan

mampu mengatasi masalah atau tekanan yang terjadi.

b. Musik

Musik membantu melatih diri dengan cara tertentu dalam

keharmonisan. Inilah rahasia magis di balik musik, ketika

mendengarkan musik, menyanyikan atau mendengarkan musik yang

indah berarti seseorang sedang menata dan meletakan diri dalam

keharmonisan kehidupan.

Hal ini karena pertama, musik memengaruhi tubuh, artinya

beat (rythm) memegang peranan dalam gerakan tubuh, kaki, atau

tangan. Rythm merangsang tubuh untuk bergerak dengan teratur

seperti sirkulasi jantung dan langkah kaki. Kedua, musik

memengaruhi emosi, susunan harmoni, ritual. Melodi sebuah musik

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

30

dapat memengaruhi emosi perasaan sedih, senang, romantis. Musik

yang lembut akan membuat perasaan rileks atau tenang.

Musik dengan potensinya dalam proses fisiologis dan

psikologis menjadi fasilitas yang penting dalam praktik mengatasi

kecemasan. Musik yang sesuai dengan selera seseorang akan

memengaruhi sistem limbik dan saraf otonom, menciptakan suasana

relaks, aman, dan menyenangkan, sehingga merangsang pusat rasa

ganjaran dan pelepasan substrat kimia (gamma amino butyric acid

(GABA), enkephalin, dan beta endorphin) yang akan mengeliminasi

neurotransmitter rasa nyeri maupun kecemasan sehingga menciptakan

ketenangan dan memperbaiki suasana hati (mood).

Djohan (2006) mengemukakan bahwa musik dapat digunakan

sebagai sarana mengatasi stres yang terjadi pada diri seseorang karena

musik dapat mempengaruhi tubuh untuk mencapai kondisi rileks.

Lebih lanjut Mucci (2002) menegaskan bahwa musik memiliki

efek yang besar dalam mempengaruhi ketegangan atau kondisi rileks

pada diri seseorang, karena musik dapat merangsang pengeluaran

endorphine dan serotonin dalam tubuh sesorang, yaitu sejenis morfin

alami tubuh sehingga seseorang dapat merasa lebih rileks pada tubuh

yang mengalami stres.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

31

c. Humor

Humor merupakan bagian dari pikiran yang dapat melepaskan

diri dari rasa takut, depresi, dan kesepian yang menyertai suatu

pandangan yang menakutkan dalam kehidupan.

Humor memungkinkan seseorang untuk menjauhi segala usaha

untuk membuktikan pada orang lain bahwa dirinya sempurna, benar,

dan terkendali. Humor memungkinkan seseorang untuk melihat

sesuatu yang lucu dalam diri daripada melihat perspektif diri yang

negatif dan tertekan.

Dalam humor, tawa adalah pangkal stres yang sangat baik,

murah, dan mudah. Tertawa adalah salah satu cara yang terbaik untuk

mengendurkan otot. Tertawa memperlebar pembuluh darah dan

mengirim lebih banyak darah hingga ke ujung-ujung dan semua otot

di seluruh tubuh.

d. Tidur

Tidur adalah unsur pokok untuk membangkitkan rasa tenang

guna menjalani hidup. Keadaan tidur menyebabkan dua macam efek

fisiologis positif utama; pertama efek pada perbaikan sistem saraf dan

kedua pada struktur tubuh yang lain.

Menurut Dr. David Posen, dalam tulisannya di Canadian

Journal of Continuing Medical Education, sejarah peristiwa stres,

hampir selalu diakibatkan oleh keletihan. Keletihan yang terjadi

membuat seseorang kurang dapat mengatasi situasi tekanan dengan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

32

baik. Ketika seseorang mengalami stres dan selanjutnya banyak

istirahat, maka seseorang tersebut akan merasa lebih baik dan lebih

tabah serta mampu beradaptasi ketika mengalami suatu masalah atau

tekanan yang dialami sehari-hari.

Dari adanya penjelasan di atas, disimpulkan bahwa terdapat

berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk mengatasi stres yang

terjadi pada diri seseorang, dan salah satunya adalah dengan menggunakan

musik sebagai sarana mengelola perasaan terhadap stres.

Dalam penelitian ini musik digunakan sebagai metode untuk

menurunkan stres dalam penyusunan skripsi pada mahasiswa,

pertimbangan ini diambil karena hasil penelitian Mahargiantary (2009)

dengan judul “Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres”

menunjukkan bahwa musik memiliki koreksi kesalahan sampling masuk

dalam batas interval kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa musik

dapat membantu dalam meningkatkan relaksasi pada situasi yang

menimbulkan stres dengan nilai estimasi korelasi populasi yang diperoleh

sebesar 0,22. Dari hasil penelitian tersebut peneliti memilih musik sebagai

metode untuk menurunkan tingkat stres dalam penyusunan skripsi.

Pertimbangan selanjutnya karena menurut Campbell (2001)

secara keseluruhan, musik dapat berpengaruh secara fisik maupun

psikologis. Secara fisik musik dapat membangkitkan aktivitas sistem saraf

otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon yang bersifat spontan

dan tidak terkontrol, misalnya mengetukkan jari. Musik juga dapat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

33

mempengaruhi pernapasan, denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah,

mengurangi ketegangan otot, memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh,

memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas, suhu tubuh, dan

mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres.

Lebih lanjut Champbell (2001) mengemukakan bahwa musik

memiliki beberapa manfaat, yaitu: (1) musik menutupi bunyi dan perasaan

yang tidak menyenangkan; (2) musik dapat memperlambat dan

menyeimbangkan gelombang otak; (3) musik mempengaruhi pernapasan;

(4) musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah;

(5) musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta

koordinasi tubuh; (6) musik juga mempengaruhi suhu badan; (7) musik

dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stres; (8) musik

dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) musik mengubah persepsi

kita tentang ruang dan waktu; (10) musik dapat memperkuat ingatan dan

pelajaran; (11) musik dapat meningkatkan produktivitas; (12) musik

meningkatkan asmara dan seksualitas; (13) musik merangsang

pencernaan; (14) musik meningkatkan daya tahan; (15) musik

meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme; (16) musik

dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera; (17) dan musik dapat

menaikan tingkat endorfin dalam tubuh.

Djohan (2006) mengemukakan bahwa harmonisasi vibrasi yang

hidup dalam tubuh manusia dapat seimbang dan dapat pula tidak

seimbang. Dengan menggunakan musik dan suara, gangguan di dalam

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

34

keseimbangan manusia dapat diperbaiki. Vibrasi atau frekuensi bentuk

suara yang dikombinasikan dengan musik atau elemen musik (misalnya,

irama, melodi, harmoni) dapat memperbaiki gangguan di dalam tubuh

seseorang. Fokusnya adalah pada perubahan-perubahan fisiologis seperti

penurunan tekanan darah, detak jantung, atau meredakan ketegangan otot.

Mucci (2002), bahwa musik memiliki pengaruh pada psikologis

seseorang, yakni: (1) mempengaruhi emosi; (2) menyembuhkan rasa sedih

dan depresi; (3) menciptakan lingkungan penuh damai; (4) menciptakan

kedamaian batin.

Lebih lanjut Djohan (2006) mengemukakan bahwa musik

berperan dalam menstabilkan ketidakseimbangan dalam diri seseorang dan

dapat dilihat dalam dua indikator, yakni; indikator fisiologis dan indikator

psikologis.

a. Indikator Fisiologis

Indikator fisiologis dari musik antara lain, detak jantung,

tekanan darah, pernapasan, suhu kulit, aktivitas arus listrik pada

permukaan kulit, dan gelombang otak. Bila elemen musik stabil dan

dapat diprediksi maka seseorang akan cenderung merasa rileks

begitupun sebaliknya bila elemen musik tidak stabil atau tinggi maka

akan terjadinya peningkatan.

b. Indikator Psikologis

Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi

lebih rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

35

melepaskan rasa gembira dan sedih, dan membantu serta melepaskan

rasa sakit.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa musik akan

berpengaruh positif pada aspek fisiologis dan psikologis seseorang

tergantung bagaimana elemen musik tersebut diperdengarkan. Elemen

musik stabil atau lembut akan membuat kondisi releks pada diri seseorang.

Mangacu pada apa yang dikemukakan Djohan (2009) bahwa

salah satu metode aktivitas musik adalah dengan bermain musik, dan

aktivitas musik ini akan memiliki efek yang lebih efektif dibandingkan

dengan hanya mendengarkan musik, hal ini pula yang menjadi salah satu

pertimbangan peneliti memilih bermain musik sebagai metode untuk

menurunkan stres dalam penyusunan skripsi pada mahasiswa. Dalam

penelitian ini metode bermain musik akan dikombinasikan dengan alat

musik angklung, dan pada akhirnya metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan bermain musik angklung sebagai metode

untuk menurunkan tingkat stres dalam penyusunan skripsi pada

mahasiswa.

4. Stres dalam Penyusunan Skripsi pada Mahasiswa

Menurut Dariyo (2003) dewasa muda atau dewasa awal (young

adulthood) merupakan rentang usia 20 sampai dengan 40 tahun, dan

dalam rentang usia tersebut mahasiswa umumnya berada pada semester

akhir, dan sedang menyusun skripsi. Dalam hal ini Turner dan Helms

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

36

(dalam Dariyo, 2003) mengemukakan ketika seseorang memeasuki fase

ini, kapasitas kognitif dewasa awal berada dalam taraf oprasional formal,

bahkan sampai mencapai taraf penalaran post-formal (post-formal

reasioning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat

dialektikal (dialectical thought), yaitu kemampuan seseorang untuk

memahami, menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-

gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat, dan pemikiran-pemikiran yang

saling bertentangan sehingga individu mampu menyintesiskan dalam

pemikiran baru dan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Gisela Labouvie-Vief (dalam Dariyo, 2003) menyatakan bahwa

tahap oprasional formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan untuk seorang

dewasa muda atau dewasa awal, berada pada tahap penalaran post-formal

karena seorang dewasa muda atau dewasa awal mampu memahami

masalah-masalah secara logis dan mampu mencari inti sari hal-hal yang

bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru.

Lebih lanjut Hurlock (2009) mengemukakan bahwa pada masa

dewasa awal, merupakan masa “usia banyak masalah” (Problem age).

Masa ini merupakan masa yang penuh dengan masalah. Jika seseoang

tidak siap memasuki tahap ini, maka seseorang tersebut akan mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Pada masa

dewasa awal ini juga merupakan masa ketegangan emosional (emotional

tension) yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialami,

ketegangan emosional ini seringkali ditampakkan dalam ketakutan-

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

37

ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran

yang timbul ini pada umumnya bergantung pada tercapainya penyesuaian

terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu.

Senada dengan hal tersebut Berk (2012) mengemukakan bahwa

banyaknya tugas yang menantang menjadikan masa dewasa muda atau

dewasa awal sebagai masa hidup penuh tekanan. Lebih lanjut dijelaskan

oleh Berk (2012) bahwa orang dewasa muda atau dewasa awal lebih

sering mengalami stres dan depresi dibandingkan dengan orang paruh

baya atau dewasa tengah.

Dari uraian di atas, sesuai pendapat (Hurlock, 2009; dan Berk,

2012) ketika mahasiswa yang sedang menyusun skripsi sebagai seorang

dewasa awal mengalami berbagai masalah, karena pada tahap dewasa awal

merupakan masa ketegangan emosi, masa banyak masalah (problem age),

dan masa hidup penuh tekanan yang mendatangkan stres, dalam hal ini

masalah dan tekanan yang terjadi terkait dengan proses menyusun skripsi.

Mengacu pada apa yang dikemukakan Turner dan Helms (dalam Dariyo,

2003) bahwa dewasa awal memasuki perkembangan kognitif tahap

penalaran post-formal, sehingga mahasiswa diharapkan akan dapat

memecahkan berbagai masalah dan tekanan yang dialaminya terkait proses

penyusunan skripsi.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

38

B. Bermain Musik Angklung

1. Pengertian

Dari segi kata, bermain musik teridiri dari dua kata yakni bermain

dan musik. Menurut Hidayat (dalam Kusmiyati, 2012) bermain merupakan

suatu aktivitas yang dilakukan dan dipraktikkan dengan keterampilan,

memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif. Selanjutnya

menurut Adriana (dalam Kusmyati, 2012) bermain adalah suatu aktivitas

yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku bermasalah dengan

melakukan aktivitas permainan di ruang yang diatur sedemikian rupa

sehingga dapat dengan bebas mengekspresikan segala perasaan Kata

musik sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau

seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan

temporal untuk mengasilkan komposisi (suara) yang memiliki kesatuan

dan kesinambungan nada atau suara yang disusun sehingga mengandung

irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat

yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain musik

adalah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengekspresikan perasaan

dengan menyusun nada atau suara menggunakan alat-alat yang

menghasilkan bunyi sehingga tercipta suatu nada atau suara yang

mengandung irama, lagu dan keharmonisan antara satu dengan yang

lainnya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

39

Nugraheni dkk (dalam Kusmiyati, 2012) mengungkapkan bahwa

aktivitas bermain dapat dilakukan untuk mengekspresikan segala perasaan,

karena saat bermain akan memunculkan perasaan gembira, dimana

gembira merupakan jenis reaksi emosional positif yang dapat muncul

untuk menurunkan kadar hormon neuroendokrin yang berasosiasi dengan

respon stres. Dalam hal ini bermain musik pun merupakan salah satu

bentuk dari aktivitas bermain, dari apa yang dikemukakan tersebut dapat

dipahami bermain musik pun akan memunculkan perasaan gembira

sehingga akan menurunkan kadar stres seseorang.

Menurut Djohan (2009) terdapat empat metode aktivitas musik

dalam memanfaatkan kekuatan musik, dan salah satunya adalah dengan

bermain musik. Bermain musik dapat membantu pengembangan dan

koordinasi kemampuan motorik, bermain alat musik secara ansambel

membantu klien dengan gangguan belajar untuk mengontrol impuls saraf

yang kacau melalui latihan secara terstruktur dalam kelompok.

Mempelajari sebuah karya musik dengan cara memainkannya dapat

mengembangkan keterampilan musik serta membangun rasa percaya diri

dan disiplin diri. Lebih lanjut Djohan (2006) memaparkan bahwa ketika

seseorang memainkan alat musik maka orang tersebut akan didorong

untuk dapat berinteraksi, berimprovsasi, mendengarkan, atau aktif bermain

musik, dengan memainkan alat musik tersebut seseorang akan dapat

mengekspresikan apa yang dirasakannya lewat musik yang dimainkan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

40

Lebih lanjut Djohan (2006) mengemukakan bahwa dengan

melibatkan seseorang dalam serangkaian aktivitas musik maka hal tersebut

lebih efektif dilakukan untuk mengatasi stres dan depresi dibandingkan

dengan hanya mendengarkan musik secara pasif. Lebih lanjut Djohan

(2009) bahwa dengan bermain musik, selain dapat mendengarkan musik

juga akan membuat alunan musik yang dihasilkan dari alat musik dapat

secara utuh dirasakan untuk mengungkapkan perasaan ketika bermain alat

musik dan menggugah perasaan ketika musik itu terdengar.

Ketika seseorang memainkan musik, menyanyikan atau

mendengarkan musik yang indah berarti seseorang tersebut sedang menata

dan meletakkan diri dalam keharmonisan kehidupan, hal ini berarti musik

akan menunjukkan keharmonisan yang sama dengan detak jantung

sehingga detak jantung seseorang akan sesuai dengan ritme dan nada

musik itu sendiri, musik dengan nuansa indah dan nyaman akan membuat

seseorang masuk dalam suasana rileks (Pendak, 2009).

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa bermain musik merupakan

salah satu aktivitas musik yang dapat dilakukan sebagai metode untuk

dapat mengambil manfaat dari musik atau manfaat dari kekuatan musik

untuk mempengaruhi kondisi seseorang secara positif .

Menurut Djohan (2006) di berbagai daerah di Indonesia sudah

sejak lama musik digunakan dalam berbagai aktivitas ritual dan tradisi.

Terkait dengan hal tersebut Wiramihardja (2010) menjelaskan bahwa

angklung adalah salah satu alat musik/bunyi-bunyian yang digunakan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

41

untuk upacara yang berhubungan dengan padi, angklung tidak dijadikan

atau digunakan sebagai kesenian murni melainkan sebagai kesenian yang

berfungsi dalam kegiatan kepercayaan. Selanjutnya Supardi (2010)

mengatakan bahwa angklung adalah alat musik asli Indonesia yang terbuat

dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh

benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan getaran bunyi dalam

susunan nada 2, 3 sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun

kecil dan biasanya dimainkan secara grup.

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa bermain musik

angklung adalah satu kegiatan yang dilakukan secara grup untuk

mengekspresikan perasaan dengan menyusun nada atau suara

menggunakan alat musik angklung dengan cara menggoyangkan pipa-pipa

bambu dari alat musik angklung sehingga menghasilkan bunyi, getaran

dari pipa-pipa bambu akan menrciptakan suatu nada atau suara yang

mengandung irama, lagu dan keharmonisan antara nada satu dengan yang

lainnya. Dalam penelitian ini bermain musik angkung digunakan sebagai

sarana untuk mengatasi stres dalam penyusunan skripsi pada mahasiswa.

Selanjutnya Menurut Wiramihardja (2010) angklung memiliki

berbagai jenis, yakni:

a. Angklung Kanekes

Angklung dari daerah Kanekes atau sering disebut orang sebagai

Badui. Angklung ini digunakan dalam upacara menanam padi, bukan

semata hiburan tetapi bernilai magis tertentu.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

42

b. Angklung Gubrag

Angklung jenis ini terdapat di kampung Cipining Kecamatan

Cigudeg Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk

menghormati Dewi Padi dalam kegiatan menanam padi, mengangkut

padi dan menempatkannya ke lumbung.

c. Angklung Dogdog Lojor

Angklung ini merupakan jenis angklung yang terdapat dalam

kesenian Dogdog Lojor di Kasepuhan Pancen Pangawinan atau

kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar gunung

Halimun, berbatasan dengan Sukabumi, Bogor dan Lebak.

d. Angklung Badeng

Anglung Badeng merupakan kesenian yang menekankan segi

musikal dengan angklung sebagai alat musik utamanya. Angklung

Badeng terdapat di Desa Sanding Kecamatan Malangbong Garut.

Dahulu kesenian ini dipakai sebagai hiburan untuk kepentingan

dakwah Islam.

e. Angklung Buncis

Pada mulanya Angklung Buncis digunakan pada acara pertanian

yang berhubungan dengan padi. Dan pada perkembangan

selanjutnya Angklung Buncis ini menjadi sebuah seni pertunjukan

yang bersifat hiburan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

43

f. Angklung Padaeng

Merupakan angklung yang dikembangkan oleh Bapak Daeng

Soetigna sehingga semula angklung memiliki skala nada pentatonik

(salendro) ke skala nada diatonik kromatik pada tahun 1938.

Menurut Supardi (2010) terdapat beberapa jenis angklung dengan

berbagai fungsinya masing-masing, yakni:

a. Angklung Buncis

Disebut angklung buncis karena rombongan yang bermain musik

angklung biasanya memainkan lagu “Buncis” dan jumlah angklung

yang digunakan ini berjumlah sembilan buah.

b. Angklung Bungko

Angklung Bungko merupakan angklung yang disertai dengan tarian,

dan dimainkan pada saat upacara Nadran, ngunjung ke gunung jati

dan sedekah bumi, serta kaulan (nadzar) dan terdapat di Desa

Bungko yang berada di perbatasan Cirebon dan Indramayu.

c. Angklung Gubrak

Jenis angklung ini merupakan seperangkat angklung yang terdapat di

kampung Cipining, Desa Argapura Kecamatan Cibedug, Bogor.

Angklung ini dimainkan terutama sehubungan dengan ritual

penenaman padi untuk menghormati Dewi Sri yang dipercaya dapat

menyuburkan pertumbuhan padi.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

44

d. Angklung Pa Daeng

Angklung jenis ini merupakan angklung yang diciptakan oleh Daeng

Sutigna. Pada mulanya angklung ini dipergunakan sebagai alat

pendidikan kerja sama dan disiplin anak-anak. Berbeda dengan

angklung tradisional yang bernada salendro, angklung Pa Daeng ini

bertangga nada diatonis sehingga dapat menyebar ke seluruh daerah

Indonesia bahkan juga ke luar negeri.

Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa dari semua jenis angklung

yang ada di berbagai daerah, khususnya Jawa Barat pada dasarnya

memiliki bentuk dan cara yang sama dalam membunykan atau memainkan

angklung tersebut, hanya tiap daerah memiliki kegunaan atau fungsi yang

berbeda-beda dalam penggunaan angklung itu sendiri.

Dalam penelitian ini angklung yang dipilih adalah jenis angklung

Padaeng. Menurut Supardi (2010) angklung Padaeng adalah angklung

yang diciptakan oleh Daeng Sutigna, yang pada mulanya angklung ini

dipergunakan sebagai alat pendidikan kerja sama dan disiplin pada anak-

anak. Berbeda dengan angklung tradisional yang bernada salendro,

angklung Padaeng memiliki tangga nada diatonis sehingga dapat

menyebar ke seluruh daerah Indonesia bahkan juga ke luar negeri, hal

inilah yang menjadi pertimbangan peneliti menggunakan jens angklung

Padaeng..

Wiramihardja (2010) mengemukakan bahwa angklung Padaeng

yang memiliki nada diatonik sebagai hasil gubahan dari nada asli angklung

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

45

yakni nada pentatonik (salendro). Nada diatonik (do, re, mi, fa, sol, la, si,

do) merupakan nada internasional sehingga musik yang dimainkan dari

angklung akan dapat mudah disesuaikan dengan lagu yang memiliki nada-

nada diatonis.

Pertimbangan memakai metode bermain musik angklung untuk

mengatasi stres dalam penyusunan skripsi pada mahasiswa ini didasarkan

karena alat musik angklung dapat dimainkan dengan mudah oleh

pemain/peserta, dalam artian tidak memerlukan manipulasi tangan dan jari

yang sulit (fingering), berbeda dengan alat musik lainnya, memainkan alat

musik angklung cukup dengan memegang dan menggoyangkan alat musik

angklung maka angklung akan berbunyi (Wiramihardja, 2010).

Dengan menciptakan suara atau musik dari alat musik, maka

tindakan tersebut akan memberikan kegembiraan pada orang yang

memainkannya. Lebih lanjut menciptakan musik dengan bermain alat

musik akan sangat efektif untuk memberikan pengaruh yang baik terhadap

kesehatan fisik, emosional, dan spiritual, dalam hal ini tidak menjadi

masalah jika dalam memainkan alat musik, seseorang lupa atau belum

pernah belajar memainkannya, dengan memainkan alat musik maka hal

tersebut merupakan jalan seseorang untuk berekspersi (Mucci, 2002).

Metode bermain musik angklung dipakai sebagai variabel

perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan

pendapat Mucci (2002) bahwa jenis musik yang tepat untuk digunakan

sebagai pencegahan stres yang manjur bukanlah musik jazz yang rumit,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

46

heavy rock, dan musik klasik yang menggelora, melainkan yang terbaik

adalah menggunakan musik istrumental, musik alam sekitar atau musik

meditatif.

Terkait dengan musik instrumental menurut Supardi (2010)

angklung adalah alat musik instrumental yang terbuat dari bambu yang

memiliki nada ganda, dibunyikan dengan cara digoyangkan sehingga

benturan dari pipa-pipa bambu menghasilkan getaran bunyi dalam susunan

nada 2, 3 sampai 4 nada dalam satu ukuran baik besar maupun kecil.

Menurut Djohan (2006) dengan melibatkan seseorang yang

mengalami stres atau depresi secara aktif dalam serangkaian aktivitas

musik, maka hal tersebut akan lebih efektif dalam mengatsi stres atau

depresi yang dialami dibandingkan hanya mendengarkan musik tanpa

terlibat dalam serangkaian aktivitas musik. Dalam penelitian ini

serangkaian aktivitas musik yang dimaksud adalah bermain musik

angklung secara grup.

Menurut Seligman (2005) terlibat penuh dalam sebuah aktivitas

seperti hobi atau aktivitas dengan orang lain atau keluarga akan

berpengaruh kepada kebahagiaan yang dirasakan seseorang. Selanjunya

Wiramihardja (2010) mengungkapkan bahwa dengan bermain musik

angklung dalam sebuah grup maka akan membuat seseorang belajar hidup

dalam kebersamaan, berkooperasi dengan sesama pemain, membangun

kekompakan dalam jalinan rasa simpati dan saling pengertian dalam

suasana keriangan dan ketakjuban terhadap nilai-nilai estetika dunia musik

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

47

angklung, sehingga dapat menumbuhkan saling memiliki, menjalin

kemitraan, memelihara suasana solidaritas komunitas grup dengan

membina hubungan silaturahmi dengan saling memberi dan menerima

antara sesama pemain.

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami ketika seseorang berada

dalam sebuah grup bermain musik angklung maka akan terjalin suatu

hubungan positif dengan orang lain. Terkait dengan hubungan positif

dengan orang lain, Seligman (2005) mengungkapkan pula bahwa dengan

terjalinnya hubungan positif dengan orang lain maka akan berpengaruh

pada rasa bahagia yang dirasakan seseorang, hubungan positif tersebut

bukan sekedar memiliki teman, pasangan, ataupun anak, tetapi dengan

menjalin hubungan yang positif dengan individu yang ada disekitar.

Disimpulkan bahwa ketika bermain musik angklung secara grup,

maka mahasiswa yang yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi

dapat terlibat aktif dalam serangkaian aktivitas bermain musik angklung

yang akan memberikan jalinan kebersamaan, berkooperasi dengan sesama

pemain, membangun kekompakan dalam jalinan rasa simpati dan saling

pengertian dalam suasana keriangan, menumbuhkan saling memiliki,

menjalin kemitraan, memelihara suasana solidaritas komunitas grup

dengan membina hubungan silaturahmi dengan saling memberi dan

menerima antara sesama pemain sehingga mahasiswa yang mengalami

stres dalam penyusunan skripsi diharapkan emosi negatif dalam dirinya

dapat berubah menjadi positif.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

48

Menurut Hidayat (dalam, Kusmiyati, 2012) dengan melakukan

aktivitas bermain seperti bermain secara afektif sosial yakni permainan

yang menunjukan adanya perasaan senang dalam berhubungan dengan

orang lain sehingga menimbulkan perasaan tertawa dan bahagia, dan

aktivitas bermain yang bersifat kooperatif yakni aktivitas ang dilakukan

secara bersama-sama dengan adanya aturan yang jelas sehingga

menimbulkan perasaan kebersamaan sehingga terbentuk hubungan antara

pengatur dan yang diatur, dapat menjadikan seseorang merasa lebih

senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan yang dirasakan

dapat dihindarkan, mengingat aktivitas bermain ini bersifat menghibur.

Dalam hal ini bermain musik angklung pun dilakukan secara

kooperatif dan afektif sosial karena dilakukan oleh banyak oang dalam

satu grup dan memiliki aturan yang jelas ketika melakukan aktivitas

memainkan musik dengan alat musik angklung, sehingga akan menjadikan

peserta dalam grup angklung akan mersa bahagia, merasakan rasa senang,

mendapat ketenang dan perasaan nyaman sehingga stres dalam

penyusunan skripsi pada mahasiswa dalam penelitian ini diharapkan

menjadi menurun.

Selanjutya Natalina (2012) menjelaskan bahwa melalui berbagai

aktivitas musik seperti menari, drama, bernyanyi, bermain musik dan lain

sebagainya, secara alamiah musik tersebut memberikan hiburan kepada

seseorang. Lebih lanjut Supardi (2010) mengungkapkan bahwa musik

yang dihasilkan dari memainkan angklung memiliki kekuatan energi,

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

49

penuh harmoni dan keindahan dan membuat siapa saja yang mendengar

musik yang dihasilkan dari angklung akan membuat suasana emosi dalam

diri menjadi positif.

Dari apa yang dikemukakan tersebut disimpulkan bahwa ketika

mahasiswa mengalami stres dalam penyusunan skripsi dan diberikan

perlakuan bermain musik angklung secara grup yang memiliki kekuatan

energi, penuh harmoni dan keindahan, maka diharapkan mahasiswa akan

merasa tenang dan nyaman dan juga suasana emosi dalam diri mahasiswa

yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi menjadi positif sehingga

akan membantu menurunkan stres dalam penyusunan skripsinya.

Alasan lain mengapa peneliti memilih bermain musik angklung

sebgai metode untuk menurunkan tingkat stres dalam penyusunan skripsi

pada mahasiswa karena dari hasil penelitian Yudistira dkk, (2011) dengan

judul “Tembang Tradisional Angklung Untuk Mengatasi Permasalahan

Psikologis Khususnya Masalah Kesepian (Loneliness) Lansia Ditinjau

Dari Analisis Spektrum Frekuensi” dapat memperkuat mengapa peneliti

memilih musik angklung sebagai metode untuk menurunkan stres pada

mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Dari hasil penelitian tersebut

diketahui spektrum frekuensi tembang tradisional angklung ini memiliki

ciri spektrum frekuensi dominan dengan bandwith 4-5 kHz pada durasi

pertengahan 3.33-5 kHz pada durasi awal dan akhir. Dalam hal ini

spektrum frekuensi tembang tradisional angklung tersebut hampir sama

dengan spektrum frekuensi pada musik klasik Mozart yakni frekuensi

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

50

dominan berada pada 4-7 kHz sesuai dengan hasil penelitian Hidayat dkk,

(2009) dalam jurnal PELITA Volume IV, Nomor 1 dengan judul “Analisis

Perbandingan Spektrum Frekuensi Tembang Tradisional Sunda Dengan

Musik Klasik”

2. Teknik dalam Bermain Musik Angklung

Pada awalnya angklung dimainkan dengan cara berkelompok atau

grup, karena tiap alat musik angklung hanya memiliki satu bunyi nada,

akan tetapi sampai saat ini perkembangan zaman semakin berkembang,

bermain musik angklung dapat pula dimainkan secara solo (Azhari &

Andarini, 2011), dalam penelitian ini bermain musik angklung akan

dimainkan secara grup atau dinamakan dengan angklung interaktif yakni

merupakan kegiatan ketika seorang konduktor mengajak banyak orang,

yang umumnya awam untuk bermain angklung beramai-ramai. Para

peserta akan dibagikan angklung-angklung yang sudah diberi nomor

sesuai nadanya, lalu sang konduktor akan memimpin jalannya proses

bermain musik angklung (Wiramihardja, 2010).

Alat musik angklung dapat dimainkan oleh satu orang atau lebih

menurut kegunaan angklung itu sendiri di dalam kelompok musik

disesuaikan dengan nada-nada yang dikehendaki. Dalam bermain alat

musik angklung pemain dalam mermainkan angklung ini dapat duduk dan

dapat pula berdiri. Dalam permainan kelompok, musik angklung biasanya

dimainkan dengan berdiri (Ali, 2002).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

51

Menurut Azhari & Andarini (2011) terdapat 3 cara membunyikan

angklung saat bermain musik angklung yang akan menghasilkan suara

yang berbeda:

a. Kurulung

Teknik ini merupakan teknik dasar memainkan angklung dengan

cara menggetarkan tabung suara. Kurulung dilakukan dengan

menggoyangkan angklung kiri dan kanan secara cepat dan rapat,

sehigga dihasilkan bunyi yang mengalun dan tidak terputus-putus

seperti suara kayu yang bertabrakan.

b. Centok (staccato)

Centok merupakan teknik dasar memainkan angklung dengan cara

memukul tabung horizontal pada bagian dasar angklung oleh

telapak tangan. Ciri khas dari trknik ini adalah pada saat dilakukan,

posisi angklung harus sedikit dimiringkan agar tidak terjadi

pantulan tabung yang menyebabkan centok bergaung. Bunyi yang

dihasilkan biasanya diinterpretasikan seperti bunyi stacatto atau

pizzicato, yaitu bunyi pendek saat biola di petik.

c. Tengkep

Merupakan teknik dasar memiankan angklung dengan cara

menggetarkan tabung besar saja. Pada eknik ini tabung kecil

biasanya ditahan menggunakan jari kelingking atau diberi sumbat

sehingga tidak dapat bergetar. Karena hanya menggetrakan tabung

besar saja, suara yang dihasilkan oleh teknik tengkep akan lebih

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

52

lembut dibading dengan teknik kurulung meskipun keduanya

sama-sama digetrakan.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa terdapat dua metode untuk

memainkan musik angklung, yakni dengan grup atau solo. Dalam

penelitian ini teknik atau metode bermain musik angklung yang digunakan

adalah permainan secara grup atau berkelompok, peserta akan diberikan

masing-masing satu buah angklung dengan nada yang berbeda antara satu

peserta dengan peserta lainnya. Sebelum memulai proses bermain musik

angklung konduktor akan menjelaskan terlebih dahulu nada-nada yang ada

pada tiap angklung dan teknik untuk membunyikan angklung pada para

peserta.

C. Pengaruh Bermain Musik Angklung Terhadap Penurunan

Tingkat Stres Dalam Penyusunan Skripsi pada Mahasiswa

Menurut Djohan (2006) dengan melibatkan seseorang yang mengalami

stres atau depresi secara aktif dalam serangkaian aktivitas musik, maka hal

tersebut akan lebih efektif dalam mengatsi stres atau depresi yang dialami

dibandingkan hanya mendengarkan musik tanpa terlibat dalam serangkaian

aktivitas musik. Lebih lanjut Djohan (2009) bahwa dengan bermain musik, selain

dapat mendengarkan musik juga akan membuat alunan musik yang dihasilkan dari

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

53

alat musik dapat secara utuh dirasakan untuk mengungkapkan perasaan ketika

bermain alat musik dan menggugah perasaan ketika musik itu terdengar.

Ketika memainkan musik, menyanyikan atau mendengarkan musik yang

indah berarti aktivitas tersebut membuat seseorang menata dan meletakan diri

dalam keharmonisan kehidupan, hal ini berarti musik akan menunjukan

keharmonisan yang sama dengan detak jantung sehingga detak jantung seseorang

akan sesuai dengan ritme dan nada musik itu sendiri, musik dengan nuansa indah

dan nyaman akan membuat seseorang masuk dalam keadaan rileks (Pendak,

2009).

Lebih lanjut Mucci (2002) mengungkapkan bahwa dengan menciptakan

suara atau musik dari alat musik, maka tindakan tersebut akan memberikan

kegembiraan pada orang yang memainkannya. Menciptakan musik dengan

bermain alat musik akan sangat efektif untuk memberikan pengaruh yang baik

terhadap kesehatan fisik, emosional, dan spiritual.

Nugraheni dkk (dalam Kusmiyati, 2012) mengungkapkan bahwa aktivitas

bermain dapat dilakukan untuk mengekspresikan segala perasaan, karena saat

bermain akan memunculkan perasaan gembira, dimana gembira merupakan jenis

reaksi emosional positif yang dapat muncul untuk menurunkan kadar hormon

neuroendokrin yang berasosiasi dengan respon stres. Selanjutnya Hidayat (dalam,

Kusmiyati, 2012) bahwa aktivitas bermain terutama bermain secara kooperatif

dan afektif sosial dapat menjadikan seseorang merasa lebih senang dan nyaman

sehingga adanya stres dan ketegangan yang dirasakan dapat dihindarkan,

mengingat aktivitas bermain ini bersifat menghibur. Dalam hal ini bermain musik

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

54

angklung pun dilakukan secara kooperatif dan afektif sosial karena dilakukan oleh

banyak orang dalam satu grup dan memerluka kerjasama antar sesama anggota

grup sehingga akan menjadikan peserta dalam grup angklung akan memunculkan

perasaan gembira dan terhibur.

Dinyatakan oleh Hardjana (1994) bahwa ketika seseorang mengalami

stres, maka akan menunjukkan berbagai gejala stres gejala yang timbul dari

dirinya yakni pertama gejala fisikal seperti jantung berdebar kencang, sulit tidur,

tekanan darah menjadi tinggi berubah selera makan. Kedua gejala emosional

seperti mudah tersinggung, mudah marah, mood cepat berubah. Ketiga gejala

intelektual seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa,

bertambahnya jumlah kekeliruan yang dibuat. Terakhir gejala interpersonal seperti

kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mendiamkan orang lain, suka mencari-

cari kesalahan orang lain. Lebih lanjut Looker & Gregson (2005) mengungkapkan

bahwa stres terjadi karena adanya tekanan dari adanya tuntutan yang tidak dapat

teratasi sehingga menimbulkan peningkatan kerja sisten saraf otonom dan sistem

hormon dalam tubuh.

Selanjutnya Mucci (2002) mengungkapkan musik instrumental merupakan

salah satu musik yang paling tepat digunakan untuk menurunkan stres dalam

penyusunan skripsi. Hal ini sesuai karena dengan pendapat Supardi (2010) yang

menyatakan bahwa angklung merupakan alat musik instrumental yang terbuat dari

bambu dan memiliki nada ganda serta dibunyikan dengan cara digoyangkan.

Lebih lanjut Supardi (2010) mengungkapkan bahwa musik yang dihasilkan dari

memainkan angklung memiliki kekuatan energi, penuh harmoni dan keindahan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

55

dan membuat siapa saja yang memainkan atau mendengar musik yang dihasilkan

dari angklung akan membuat suasana emosi dalam diri menjadi positif.

Disimpulkan bahwa ketika mahasiswa mengalami stres dalam penyusunan

skripsi dan diberikan perlakuan bermain musik angklung secara grup serta

ditambah dengan siftat musik angklung yang memiliki kekuatan energi, penuh

harmoni dan keindahan, maka diharapkan mahasiswa akan merasa tenang,

nyaman, gembira dan terhibur sehingga berpengaruh baik secara fisik, emosional,

dan spiritual pada mahasiswa yang mengalami stres dalam penyusunan dan

akhirnya akan membantu menurunkan stres dalam penyusunan skripsinya.

Selanjutnya dengan terlibat penuh dalam sebuah aktivitas seperti hobi atau

aktivitas dengan orang lain akan berpengaruh baik pada kebahagiaan yang

dirasakan seseorang (Seligman, 2005). Dengan bermain musik angklung dalam

sebuah grup maka akan membuat seseorang belajar hidup dalam kebersamaan,

berkooperasi dengan sesama pemain, membangun kekompakan dalam jalinan rasa

simpati dan saling pengertian dalam suasana keriangan dan ketakjuban terhadap

nilai-nilai estetika dunia musik angklung, sehingga dapat menumbuhkan saling

memiliki, menjalin kemitraan, memelihara suasana solidaritas komunitas grup

dengan membina hubungan silaturahmi dengan saling memberi dan menerima

antara sesama pemain (Wiramihardja, 2010).

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami ketika seseorang berada dalam

sebuah grup bermain musik angklung maka akan terjalin suatu hubungan positif

dengan orang lain. Terkait dengan hubungan positif dengan orang lain, Seligman

(2005) mengungkapkan pula bahwa dengan terjalinnya hubungan positif dengan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

56

orang lain atau individu yang ada disekitar maka akan berpengaruh pada rasa

bahagia yang dirasakan seseorang.

Disimpulkan bahwa ketika bermain musik angklung secara grup, maka

mahasiswa yang yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi dapat terlibat

aktif dalam serangkaian aktivitas bermain musik angklung yang akan memberikan

jalinan kebersamaan, berkooperasi dengan sesama pemain, membangun

kekompakan dalam jalinan rasa simpati dan saling pengertian dalam suasana

keriangan, menumbuhkan saling memiliki, menjalin kemitraan, memelihara

suasana solidaritas komunitas grup dengan membina hubungan silaturahmi

dengan saling memberi dan menerima antara sesama pemain sehingga mahasiswa

yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi diharapkan merasakan

kebahagiaan ketika berada di dalam sebuah grup musik angklung sehingga emosi

negatif dalam dirinya dapat berubah menjadi positif.

Mengacu pada pendapat Djohan (2006) proses bermain musik akan

membuat seseorang yang mengalami stres mengalami perubahan yang positif

pada aspek fisiologis dan psikologisnya. Stimulasi musik yang dihasilkan dari

proses bermain musik akan membuat seseorang yang mengalami stres menjadi

rileks, melepas rasa gembira, melepas perasaan sedih, dan mengurangi stres yang

dialaminya. Dalam hal ini stimulasi dari musik yang dihasilkan dari bermain

angklung yang dilakukan oleh mahasiswa yang mengalami stres dalam

penyusunan skripsi pada penelitian ini akan membuat mahasiswa mengalami

perubahan yang positif pada aspek fisiologis dan psikologisnya, menjadikan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

57

seseorang lebih rileks, melepas rasa gembira, melepasa perasaan sedih, dan

mengurangi stres dalam penyusunan skripsi yang dialaminya.

Lebih lanjut Djohan (2006) mengungkapkan bahwa musik memiliki

pengaruh pada fisik dan psikis seseorang tergantung bagaimana musik itu

disajikan. Musik-musik sedatif (memiliki tempo lambat) dapat menurunkan detak

jantung dan tekanan darah, dan secara umum membuat tenang. Hal ini karena

menurut Campbell (2001) musik berpengaruh pada perubahan fisiologis tubuh

yang mengalami stres, dan musik berkaitan dengan pengaturan sistem saraf

otonom serta pengaturan hormon-hormon yang berkaitan dengan stres. Musik

yang dimainkan dalam perlakuan bermain musik angklung ini pun memiliki

tempo yang stabil dan bukan merupakan musik yang bersifat stimulatif dengan

tempo yang cepat dan keras sehingga musik angklung yang dimainkan akan

berpengaruh baik terhadap fisik dan psikologis pada orang yang memainkan

musik angklung tersebut.

Mucci (2002) mengemukakan bahwa musik memiliki efek yang besar

dalam mempengaruhi ketegangan atau kondisi rileks seseorang, karena musik

dapat merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin dalam tubuh, yaitu

sejenis morfin alami tubuh sehingga seseorang dapat merasa lebih relaks pada

tubuh yang mengalami stres. Terkait dengan hal tersebut Natalina (2013)

menyatakan musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormon beta-endorfin.

Ketika mendengar musik yang indah maka hormon kebahagiaaan (beta-endorfin)

akan diproduksi.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

58

Mengacu pada apa yang dikemukakan Campbell (2001) bahwa dengan

musik, tubuh yang mengalami stres akan terpengaruh secara fisik, dengan musik

maka akan membangkitkan aktivitas sistem saraf otonom pada otak dengan

munculnya beberapa respon yang bersifat spontan dan tidak terkontrol. Terkait

dengan sistem saraf otonom, Looker & Gregson (2005) mengungkapkan ketika

musik yang dimainkan terdengar oleh seseorang maka stimulasi musik akan

membuat otak mengirimkan perintah-perintah untuk mengurangi aktivitas sistem

saraf simpatik dan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf

parasimpatik selanjutnya mencurahkan asetikolin yang bereaksi pada organ-organ

tubuh dan akan mengantarkan pada keadaan istirahat dan relaksasi sehingga stres

menjadi menurun.

Lebih lanjut aktivitas sistem saraf otonom dari adanya rangsangan musik

dapat mempengaruhi pernapasan, denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah,

mengurangi ketegangan otot, memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh,

memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas, suhu tubuh, dan mengurangi

ketegangan-ketegangan otot sehingga stres yang dialami menjadi menurun

(Campbell, 2001; Djohan, 2006).

Dengan musik yang dihasilkan dari bermain musik angklung ini,

peningkatan aktivitas sistem saraf otonom dan sistem hormon ketika seseorang

mengalami stres akan distabilkan, karena musik akan mempengaruhi kerja sistem

saraf otonom dan juga merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin dalam

tubuh seseorang (Mucci, 2002; Looker & Gregson, 2005), kaitannya dengan stres

dalam penyusunan skripsi pada penelitian ini diharapkan dengan stimulasi dari

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

59

musik yang dihasilkan dari bermain musik angklung, akan mempengaruhi kerja

sistem saraf otonom dan juga merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin

dalam tubuh mahasiswa yang mengalami stres sehingga stres alam penyusunan

skripsi yang dialaminya menjadi menurun.

Dinamika proses penurunan tingkat stres dalam penyusuna skripsi pada

mahasiswa akibat dari perlakuan bermain musik angklung dapat dilihat pada

gambar berikut :

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

60

Gambar 1.

Bagan proses bermain musik angklung terhadap penurunan tingkat stres dalam

penyusunan skripsi pada mahasiswa

Bermain Musik

Angklung

Musik

Otak

Sistem

Hormon

Sistem

Saraf Otonom

Telinga

Aktivitas

Bermain Musik

FISIOLOGIS

Gejala

Fisikal (+) Gejala

Emosional (+) Gejala

Intelektual (+)

Gejala

Interpersonal (+)

Stres Dalam Penyusunan Skripsi Menurun

PSIKOLOGIS

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

61

Disimpulkan bahwa ketika mahasiswa mengalami stres dalam penyusunan

skripsi dan diberikan perlakuan bermain musik angklung secara grup serta

ditambah dengan siftat musik angklung yang memiliki kekuatan energi, penuh

harmoni dan keindahan, maka diharapkan mahasiswa akan merasa tenang,

nyaman, gembira dan terhibur sehingga berpengaruh baik secara fisik, emosional,

dan spiritual pada mahasiswa yang mengalami stres dalam penyusunan dan

akhirnya akan membantu menurunkan stres dalam penyusunan skripsinya.

Selanjutnya ketika bermain musik angklung secara grup, maka mahasiswa

yang yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi dapat terlibat aktif dalam

serangkaian aktivitas bermain musik angklung yang akan memberikan jalinan

kebersamaan, berkooperasi dengan sesama pemain, membangun kekompakan

dalam jalinan rasa simpati dan saling pengertian dalam suasana keriangan,

menumbuhkan saling memiliki, menjalin kemitraan, memelihara suasana

solidaritas komunitas grup dengan membina hubungan silaturahmi dengan saling

memberi dan menerima antara sesama pemain sehingga mahasiswa yang

mengalami stres dalam penyusunan skripsi diharapkan merasakan kebahagiaan

ketika berada di dalam sebuah grup musik angklung sehingga emosi negatif dalam

dirinya dapat berubah menjadi positif dan akhirnya stres dalam penyusunan

skripsi yang dialaminya menjadi menurun.

Stimulasi musik yang dihasilkan dari proses bermain musik akan membuat

seseorang yang mengalami stres menjadi rileks, melepas rasa gembira, melepas

perasaan sedih, dan mengurangi stres yang dialami mahasiswa. Dalam hal ini

stimulasi dari musik yang dihasilkan dari bermain angklung yang dilakukan oleh

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

62

mahasiswa yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi pada penelitian ini

akan membuat mahasiswa mengalami perubahan yang positif pada aspek

fisiologis dan psikologisnya, menjadikan seseorang lebih rileks, melepas rasa

gembira, melepasa perasaan sedih, dan mengurangi stres dalam penyusunan

skripsi yang dialaminya.

Tempo musik stabil yang dimainkan dalam perlakuan bermain musik

angklung ini pun akan berpengaruh baik terhadap fisiologis dan psikologis pada

mahasiswa yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi. Peningkatan

aktivitas sistem saraf otonom dan sistem hormon ketika mahasiswa mengalami

stres dalam penyusunan skripsi akan distabilkan, karena musik akan

mempengaruhi kerja sistem saraf otonom dan juga merangsang pengeluaran

endorphine dan serotonin dalam tubuh, sehingga stres dalam penyusunan skripsi

yang dialaminya menjadi menurun.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis yaitu ada perbedaan

tingkat stres dalam penyusunan skripsi pada kelompok mahasiswa yang diberikan

perlakuan bermain musik angklung (kelompok eksperimen) dengan kelompok

mahasiswa yang tidak diberikan perlakuan bermain musik angklung (kelompok

kontrol). Kelompok mahasiswa yang mendapakan perlakuan bermain musik

angklung (kelompok eksperimen) memiliki tingkat stres dalam penyusunan

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres dalam Penyusunan Skripsi ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1126/2/BAB II.pdf · yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon

63

skripsi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang tidak

mendapatkan perlakuan bermain musik angklung (kelompok kontrol).