Upload
lydat
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres dalam Penyusunan Skripsi
1. Pengertian
Menurut Hardjana (1994) stres adalah keadaan atau kondisi yang
tercipta bila transaksi orang yang mengalami stres dan hal yang dianggap
mendatangkan stres membuat seseorang melihat ketidaksepadanan, entah
nyata atau tidak nyata, antara keadaan atau kondisi dengan sistem sumber
daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada pada diri seseorang.
Selanjutnya menurut Kusumaatmaja (1990) stres adalah keadaan mental
yang tertekan karena adanya tuntutan dari lingkungan.
Lebih lanjut menurut Hardjana (1994) ketika seseorang mengalami
stres maka akan timbul gejala-gejala stres sepeti gejala fisikal, gejala
emosional, gejala intelektual, dan gejala interpersonal yang merupakan ciri
yang timbul ketika seseorang mengalami stres.
Menurut Looker dan Gregson (2005) stres adalah suatu keadaan
yang terjadi ketika seseorang tidak dapat mengatasi tuntutan atau tekakan
yang terjadi pada dirinya sehingga mengaktifkan respon stres. Respon
stres tersebut menimbulkan peningkatan aktivitas sistem saraf otonom
terutama sistem saraf simpatik dan sistem hormon untuk melakukan
tindakan-tindakan pertahanan untuk mengatasi keadaan darurat yang
terjadi.
21
Lebih lanjut menurut Menurut Shenoy (dalam Kholidah, 2012)
menyatakan bahwa berbagai tuntutan yang diterima seseorang merupakan
sumber stres yang potensial. Bahkan tuntutan-tuntutan ini dirasakan pula
oleh mahasiswa dan berbagai tutntutan yang diterima akan mengakibatkan
stres pada mahasiswa.
Skripsi sebagai gerbang terakhir mahasiswa di perguruan tinggi
memiliki berbagai tuntutan yang harus dimiliki mahasiswa, diantaranya
adalah disiplin dalam mengatur jadwal untuk mencapai target-target dalam
skripsi, berpikir dan menulis secara ilmiah, melakukan proses bimbingan,
serta mengintergrasikan pengalaman belajar dengan teori-teori yang
didapat selama perkuliahan. Selanjutnya kapsitas internal yang harus
dimiliki mahasiswa sebagai peneliti diantaranya : latar keilmuan yang
relevan, kemampuan menalar dan mengingat, kemampuan berpikir orsinil
dan objektif, (Darmono & Hasan, 2002).
Lebih lanjut menurut Darmono & Hasan (2002) sebagai laporan
yang bersifat akademik, skripsi harus memenuhi kaidah sebagai karya
ilmiah, seperti harus bersifat objrktif, bertumpu pada data, harus
berdasarkan prosedur yang jelas, seluruh pembahasan dalam skripsi harus
berdasarkan rasio atau akal sehat. Dari uraian tersebut dapat dipahami
bahwa berbagai tuntutan yang harus dimiliki oleh mahasiswa yang sedang
menysusun skripsi akan menjadi sumber stres yang potensial.
King (2013) mengemukakan bahwa stres terjadi karena terdapat
respon yang beragam terhadap stresor, stresor tersebut seperti lingkngan,
22
peristiwa yang mengancam atau peristiwa yang membebani kemampuan
seseorang. Hal ini dapat dipahami ketika mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi tidak dapat mengatasi tuntutan yang harus dipenuhi
sebagai peneliti, maka mahasiswa akan mengalami stres dalam
penyusunan skripsi.
Berdasarkan uraian diatas stres dalam penyusunan skripsi
merupakan keadaan ketika seseorang melihat ketidaksepadanan antara
keadaan yang dialami ketika menyusun skripsi dengan sistem sumberdaya
biologis, psikologis dan sosialnya, dan ketika hal tersebut terjadi maka
akan menimbukan berbagai gejala seperti gejala fisikal, gejala emosional,
gejala intelektual, dan gejala interpersonal karena adanya peningkatan
aktivitas sistem saraf dan sistem hormon dalam tubuh sehingga mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi mengalami stres dalam penyusunan skripsi.
2. Aspek-Aspek Stres Dalam Penyusunan Skripsi
Seperti yang dikemukakan oleh Hardjana (1994) bahwa ketika
seseorang mengalami stres maka akan muncul gejala-gejala pada fisik,
bahkan psikis sebagai ciri bahwa seseorang tersebut mengalami stres.
Menurut Shenoy (dalam Kholidah, 2012) stres yang terjadi tergantung
stresor yang diterima seseorang, tuntutan-tuntutan yang dianggap sebuah
tekanan akan menjadi sumber stres yang potensial. Pendak (2009)
berpendapat bahwa kejadian atau lingkungan yang membuat tegang
23
merupakan stresor, dan stresor tersebut merupakan penyebab timbulnya
stres.
Dalam hal ini dapat dipahami sresor pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi merupakan tuntutan-tuntutan, bahkan masalah-masalah
dalam skripsi yang akan menimbulkan ketegangan-ketegangan dan
tekanan pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Maka ketika
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami stres oleh karena
tuntutan-tuntutan bahkan masalah-masalah ketika menyusun skripsi yang
menimbulkan ketegangan dan tekanan maka mahasiswa akan menunjukan
berbagai gejala dari adanya tekanan-tekanan ketika menyusun skripsi.
Dari penjelasan di atas Kusumaatmaja (1990) mengemukakan
bahwa stres memiliki tiga aspek, yakni:
a. Aspek Fisiologis
Dari berbagai penelitian, stres dapat menimbulkan perubahan-
perubahan pada metabolisme tubuh, dapat meningkatkan debar
jantung dan pernafasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan
keluhan sakit kepala, dan menghadapi resiko serangan jantung.
Kaitannya dengan stres dalam penyusunan skripsi pada
mahasiswa, ketika mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
mengalami stres maka akan menimbulkan perubahan pada
metabolisme tubuh, meningkatnya debar jantung dan pernafasan
ketika sedang menyusun skrpsi, meningkatnya tekanan darah, dan
24
menimbulkan keluhan sakit kepala ketika mahasiswa sedang
menyusun skripsi.
b. Aspek Psikologis
Stres dapat menimbulkan gejala psikologis seperti perasaan
tegang, kecemasan, mudah tersinggung, kebosanan dan lain-lain.
Banyak bukti bahwa orang-oang yang ditempatkan pada pekerjaan
yang banyak tuntutan yang saling bertentangan akan meningkatkan
stres dan ketidakpuasan.
Kaitannya dengan stres dalam penyusunan skripsi pada
mahasiswa, ketika mahasiswa yang sedang meneyusun skripsi
mengalami stres akan menimbulkan gejala psikologis seperti perasaan
tegang, merasa cemas, mudah tersinggung hingga mengalami
kebosanan dalam menyusun skripsi pada mahasiswa.
c. Aspek Perilaku
Aspek perilaku ini timbul karena adanya pengalihan dari
adanya stres, seperti tidak konsistennya dalam mengerjakan pekerjaan
atau tugas, perubahan dalam kebiasaan makan, banyak merokok,
minum alkohol, bicara cepat dan gangguan tidur.
Kaitannya dengan stres dalam penyusunan skripsi pada
mahasiswa, ketika mahasiswa yang sedang meneyusun skripsi
mengalami stres akan berdampak pula pada perilaku dari mahasiswa
itu sendiri, seperti tidak konsisten dalam mengerjakan skripsi,
mengalami perubahan kebiasaan makan ketika sedang menyusun
25
skripsi, menjadi lebih banyak merokok bahkan beberapa sampai pada
mengkonsumsi minuman beralkohol, dan mengalami gangguan tidur
keika mahasiswa sedang menyusun skripsi.
Hardjana (1994) pun mengungkapkan bahwa terdapat empat gejala
stres, yakni gejala fisikal, gejala emosional, gejala intelektual, dan gejala
interpersonal.
a. Gejala Fisikal
Stres yang terjadi pada diri seseorang akan menimbulkan
gejala yang berhubungan dengan fisik seseorang, diantaranya: sakit
kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur, insomnia, (susah tidur),
tidur terlantur, bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama di
bagian bawah, mencret-mencret dan radang usus besar, sulit buang air
besar, sembelit, gatal-gatal pada kulit, urat tegang-tegang terutama
pada leher dan bahu, terganggu pencernaannya atau bisulan, tekanan
darah tinggi, jantung berdetak lebih tinggi, kelewat berkeringat,
berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya energi. Semua
gejala tersebut pun dialami mahasiswa ketika mahasiswa mengalami
stres dalam penyusunan skripsi.
b. Gejala Emosional
Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi seeseorang ,
dan akan menunjukan gejala: gelisah atau cemas, sedih, depresi,
mudah menangis, merasa jiwa dan hati/mood berubah-ubah cepat,
mudah panas dan marah, gugup, rasa harga diri menurunatau merasa
26
tidak aman, terlalu peka dan mudah tersinggung, marah-marah,
gampang menyerang orang lain dan bermusuhan, emosi mengering
atau kehabisan sumber daya mental (burn out). Semua gejala
emosional tersebut pun dialami mahasiswa ketika mahasiswa
mengalami stres dalam penyusunan skripsi.
c. Gejala Intelektual
Kondisi stres pada diri seseorang akan mengganggu proses
berpikir sehingga akan menimbulkan gejala: susah berkonsentrasi atau
memusatkan pikiran ketika menuangkan ide dalam tulisan skripsi,
sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat
menurun, melamun secara berlebihan terutama melamun seputar
skripsi, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja terutama pikiran
seputar skripsi, kehilangan rasa humor yang sehat, produktivitas atau
prestasi kerja menurun, mutu kerja rendah, dalam bekerja bertambah
jumlah kekeliruan yang dibuat. Gejala intelekrual ini juga dirasakan
oleh mahsiswa mengalami stres dalam penyusunan skripsi.
d. Gejala Interpersonal
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari
yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam
hubungan interpersonal seperti: kehilangan kepercayaan kepada orang
lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah membatalkan janji
atau tidak memenuhinya, suka mencari-cari kesalahan orang lain atau
menyerang orang lain dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu
27
membentengi dan mempertahankan diri, mendiamkan orang lain.
Gejala terseut muncul karena dipengaruhi oleh skripsi yang membuat
mahasiswa mengalai stres.
Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang mengalami stres maka
akan timbul gejala yang dapat dilihat dan dirasakan, yakni gejala fisikal,
gejala emosional, gejala intelektual dan gejala interpersonal, semua gejala
yang muncul merupakan manifestasi dari tekanan yang terjadi pada psikis
seseorang sehingga memunculkan gejala tersebut (Hardjana, 1994).
Kaitannya dengan stres dalam penyusunan skripsi, gejala fisikal
berhubungan dengan reaksi tubuh ketika mahasiswa mengalami stres
dalam penyusunan skripsi, gejala emosional berhubungan dengan
terganggunya emosi seseorang ketika mahasiswa mengalami stres yang
disebabkan skrispi, gejala intelektual berhubungan dengan terganggunya
fungsi kognitif mahasiswa karena mengalami stres dalam penyusunan
skrispi, dan gejala interersonal berhubungan dengan perilaku mahasiswa
yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi baik perilaku sehari-hari
yang berhubungan dengan orang lain atau dengan diri sendiri.
Dalam penelitian ini gejala stres yang dipakai adalah gejala stres
menurut Hardjana (1994), pertimbangan ini diambil karena gejala-gejala
stres yang dikemukakan lebih jelas karena dipaparkan dalam empat gejala
dan sesuai dengan karakteristik stres untuk mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi, yakni gejala fiiskal, gejala emosional, gejala intelektual,
dan gejala interpersonal.
28
Dibandingkan dengan aspek stres menurut Kusumaatmaja (1990)
yang memaparkan hanya tiga aspek dari stres yakni aspek fisikal, aspek
psikologis dan aspek perilaku, gejala stres menurut Hardjana (1994)
dipaparkan lebih rinci tidak hanya fisik dan psikis saja yang dipaparkan
akan tetapi menjelaskan pula gejala intelektual dan gejala interpersonal
yang muncul ketika mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami
stres, dalam hal ini tambahan gejala intelektual dan interpersonal akan
lebih sesuai karena mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
membutuhkan daya pikir atau intelektualnya yang tinggi dan juga relasi
atau hubungan dengan orang lain terutama dengan dosen pembimbing
yang harus selalu terjaga. Oleh sebab itu gejala stres menurut Hardjana
(1994) paling sesuai untuk mengukur stres yang terjadi pada mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi.
3. Faktor-Faktor Yang dapat Menurunkan Stres Dalam Penyusuna
Skripsi
Pendak (2009) mengemukakan bahwa stres dapat dikelola dengan
beberapa cara, yakni membangun sikap menerima, memanfaatkan musik,
humor, dan tidur. Cara atau metode tersebut dijelaskan dapat menurunkan
stres yang terjadi pada diri seseorang karena metode tersebut dapat
berdampak positif pada pengelolaan perasaan negatif yang terjadi ketika
stres, sehingga stres yang terjadi dapat menurun. Metode tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
29
a. Membangun Sikap Menerima
Salah satu pangkal masalah adalah ketika seseorang tidak
dapat menerima suatu keadaan yang terjadi pada saat ini dan pada
masa lalu. Ketika seseorang dapat melepas rasa sedih dan kecewa
dengan berusaha menerima segala hal yang datang menghampiri maka
tekanan terhadap masalah tersebut akan terasa ringan.
Dengan membiasakan diri untuk melihat hikmah dibalik suatu
peristiwa maka ketika masalah atau tekanan datang, seseorang akan
dibiasakan dan dididik untuk mencintai segala peristiwa dan bahkan
akan mampu mengelola peristiwa-peristiwa yang terjadi baik yang
menyenangkan maupun yang menyedikan, sehingga seseorang akan
mampu mengatasi masalah atau tekanan yang terjadi.
b. Musik
Musik membantu melatih diri dengan cara tertentu dalam
keharmonisan. Inilah rahasia magis di balik musik, ketika
mendengarkan musik, menyanyikan atau mendengarkan musik yang
indah berarti seseorang sedang menata dan meletakan diri dalam
keharmonisan kehidupan.
Hal ini karena pertama, musik memengaruhi tubuh, artinya
beat (rythm) memegang peranan dalam gerakan tubuh, kaki, atau
tangan. Rythm merangsang tubuh untuk bergerak dengan teratur
seperti sirkulasi jantung dan langkah kaki. Kedua, musik
memengaruhi emosi, susunan harmoni, ritual. Melodi sebuah musik
30
dapat memengaruhi emosi perasaan sedih, senang, romantis. Musik
yang lembut akan membuat perasaan rileks atau tenang.
Musik dengan potensinya dalam proses fisiologis dan
psikologis menjadi fasilitas yang penting dalam praktik mengatasi
kecemasan. Musik yang sesuai dengan selera seseorang akan
memengaruhi sistem limbik dan saraf otonom, menciptakan suasana
relaks, aman, dan menyenangkan, sehingga merangsang pusat rasa
ganjaran dan pelepasan substrat kimia (gamma amino butyric acid
(GABA), enkephalin, dan beta endorphin) yang akan mengeliminasi
neurotransmitter rasa nyeri maupun kecemasan sehingga menciptakan
ketenangan dan memperbaiki suasana hati (mood).
Djohan (2006) mengemukakan bahwa musik dapat digunakan
sebagai sarana mengatasi stres yang terjadi pada diri seseorang karena
musik dapat mempengaruhi tubuh untuk mencapai kondisi rileks.
Lebih lanjut Mucci (2002) menegaskan bahwa musik memiliki
efek yang besar dalam mempengaruhi ketegangan atau kondisi rileks
pada diri seseorang, karena musik dapat merangsang pengeluaran
endorphine dan serotonin dalam tubuh sesorang, yaitu sejenis morfin
alami tubuh sehingga seseorang dapat merasa lebih rileks pada tubuh
yang mengalami stres.
31
c. Humor
Humor merupakan bagian dari pikiran yang dapat melepaskan
diri dari rasa takut, depresi, dan kesepian yang menyertai suatu
pandangan yang menakutkan dalam kehidupan.
Humor memungkinkan seseorang untuk menjauhi segala usaha
untuk membuktikan pada orang lain bahwa dirinya sempurna, benar,
dan terkendali. Humor memungkinkan seseorang untuk melihat
sesuatu yang lucu dalam diri daripada melihat perspektif diri yang
negatif dan tertekan.
Dalam humor, tawa adalah pangkal stres yang sangat baik,
murah, dan mudah. Tertawa adalah salah satu cara yang terbaik untuk
mengendurkan otot. Tertawa memperlebar pembuluh darah dan
mengirim lebih banyak darah hingga ke ujung-ujung dan semua otot
di seluruh tubuh.
d. Tidur
Tidur adalah unsur pokok untuk membangkitkan rasa tenang
guna menjalani hidup. Keadaan tidur menyebabkan dua macam efek
fisiologis positif utama; pertama efek pada perbaikan sistem saraf dan
kedua pada struktur tubuh yang lain.
Menurut Dr. David Posen, dalam tulisannya di Canadian
Journal of Continuing Medical Education, sejarah peristiwa stres,
hampir selalu diakibatkan oleh keletihan. Keletihan yang terjadi
membuat seseorang kurang dapat mengatasi situasi tekanan dengan
32
baik. Ketika seseorang mengalami stres dan selanjutnya banyak
istirahat, maka seseorang tersebut akan merasa lebih baik dan lebih
tabah serta mampu beradaptasi ketika mengalami suatu masalah atau
tekanan yang dialami sehari-hari.
Dari adanya penjelasan di atas, disimpulkan bahwa terdapat
berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk mengatasi stres yang
terjadi pada diri seseorang, dan salah satunya adalah dengan menggunakan
musik sebagai sarana mengelola perasaan terhadap stres.
Dalam penelitian ini musik digunakan sebagai metode untuk
menurunkan stres dalam penyusunan skripsi pada mahasiswa,
pertimbangan ini diambil karena hasil penelitian Mahargiantary (2009)
dengan judul “Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres”
menunjukkan bahwa musik memiliki koreksi kesalahan sampling masuk
dalam batas interval kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa musik
dapat membantu dalam meningkatkan relaksasi pada situasi yang
menimbulkan stres dengan nilai estimasi korelasi populasi yang diperoleh
sebesar 0,22. Dari hasil penelitian tersebut peneliti memilih musik sebagai
metode untuk menurunkan tingkat stres dalam penyusunan skripsi.
Pertimbangan selanjutnya karena menurut Campbell (2001)
secara keseluruhan, musik dapat berpengaruh secara fisik maupun
psikologis. Secara fisik musik dapat membangkitkan aktivitas sistem saraf
otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon yang bersifat spontan
dan tidak terkontrol, misalnya mengetukkan jari. Musik juga dapat
33
mempengaruhi pernapasan, denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah,
mengurangi ketegangan otot, memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh,
memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas, suhu tubuh, dan
mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres.
Lebih lanjut Champbell (2001) mengemukakan bahwa musik
memiliki beberapa manfaat, yaitu: (1) musik menutupi bunyi dan perasaan
yang tidak menyenangkan; (2) musik dapat memperlambat dan
menyeimbangkan gelombang otak; (3) musik mempengaruhi pernapasan;
(4) musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah;
(5) musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta
koordinasi tubuh; (6) musik juga mempengaruhi suhu badan; (7) musik
dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stres; (8) musik
dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) musik mengubah persepsi
kita tentang ruang dan waktu; (10) musik dapat memperkuat ingatan dan
pelajaran; (11) musik dapat meningkatkan produktivitas; (12) musik
meningkatkan asmara dan seksualitas; (13) musik merangsang
pencernaan; (14) musik meningkatkan daya tahan; (15) musik
meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme; (16) musik
dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera; (17) dan musik dapat
menaikan tingkat endorfin dalam tubuh.
Djohan (2006) mengemukakan bahwa harmonisasi vibrasi yang
hidup dalam tubuh manusia dapat seimbang dan dapat pula tidak
seimbang. Dengan menggunakan musik dan suara, gangguan di dalam
34
keseimbangan manusia dapat diperbaiki. Vibrasi atau frekuensi bentuk
suara yang dikombinasikan dengan musik atau elemen musik (misalnya,
irama, melodi, harmoni) dapat memperbaiki gangguan di dalam tubuh
seseorang. Fokusnya adalah pada perubahan-perubahan fisiologis seperti
penurunan tekanan darah, detak jantung, atau meredakan ketegangan otot.
Mucci (2002), bahwa musik memiliki pengaruh pada psikologis
seseorang, yakni: (1) mempengaruhi emosi; (2) menyembuhkan rasa sedih
dan depresi; (3) menciptakan lingkungan penuh damai; (4) menciptakan
kedamaian batin.
Lebih lanjut Djohan (2006) mengemukakan bahwa musik
berperan dalam menstabilkan ketidakseimbangan dalam diri seseorang dan
dapat dilihat dalam dua indikator, yakni; indikator fisiologis dan indikator
psikologis.
a. Indikator Fisiologis
Indikator fisiologis dari musik antara lain, detak jantung,
tekanan darah, pernapasan, suhu kulit, aktivitas arus listrik pada
permukaan kulit, dan gelombang otak. Bila elemen musik stabil dan
dapat diprediksi maka seseorang akan cenderung merasa rileks
begitupun sebaliknya bila elemen musik tidak stabil atau tinggi maka
akan terjadinya peningkatan.
b. Indikator Psikologis
Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi
lebih rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera,
35
melepaskan rasa gembira dan sedih, dan membantu serta melepaskan
rasa sakit.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa musik akan
berpengaruh positif pada aspek fisiologis dan psikologis seseorang
tergantung bagaimana elemen musik tersebut diperdengarkan. Elemen
musik stabil atau lembut akan membuat kondisi releks pada diri seseorang.
Mangacu pada apa yang dikemukakan Djohan (2009) bahwa
salah satu metode aktivitas musik adalah dengan bermain musik, dan
aktivitas musik ini akan memiliki efek yang lebih efektif dibandingkan
dengan hanya mendengarkan musik, hal ini pula yang menjadi salah satu
pertimbangan peneliti memilih bermain musik sebagai metode untuk
menurunkan stres dalam penyusunan skripsi pada mahasiswa. Dalam
penelitian ini metode bermain musik akan dikombinasikan dengan alat
musik angklung, dan pada akhirnya metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan bermain musik angklung sebagai metode
untuk menurunkan tingkat stres dalam penyusunan skripsi pada
mahasiswa.
4. Stres dalam Penyusunan Skripsi pada Mahasiswa
Menurut Dariyo (2003) dewasa muda atau dewasa awal (young
adulthood) merupakan rentang usia 20 sampai dengan 40 tahun, dan
dalam rentang usia tersebut mahasiswa umumnya berada pada semester
akhir, dan sedang menyusun skripsi. Dalam hal ini Turner dan Helms
36
(dalam Dariyo, 2003) mengemukakan ketika seseorang memeasuki fase
ini, kapasitas kognitif dewasa awal berada dalam taraf oprasional formal,
bahkan sampai mencapai taraf penalaran post-formal (post-formal
reasioning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat
dialektikal (dialectical thought), yaitu kemampuan seseorang untuk
memahami, menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-
gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat, dan pemikiran-pemikiran yang
saling bertentangan sehingga individu mampu menyintesiskan dalam
pemikiran baru dan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Gisela Labouvie-Vief (dalam Dariyo, 2003) menyatakan bahwa
tahap oprasional formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan untuk seorang
dewasa muda atau dewasa awal, berada pada tahap penalaran post-formal
karena seorang dewasa muda atau dewasa awal mampu memahami
masalah-masalah secara logis dan mampu mencari inti sari hal-hal yang
bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru.
Lebih lanjut Hurlock (2009) mengemukakan bahwa pada masa
dewasa awal, merupakan masa “usia banyak masalah” (Problem age).
Masa ini merupakan masa yang penuh dengan masalah. Jika seseoang
tidak siap memasuki tahap ini, maka seseorang tersebut akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Pada masa
dewasa awal ini juga merupakan masa ketegangan emosional (emotional
tension) yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialami,
ketegangan emosional ini seringkali ditampakkan dalam ketakutan-
37
ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran
yang timbul ini pada umumnya bergantung pada tercapainya penyesuaian
terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu.
Senada dengan hal tersebut Berk (2012) mengemukakan bahwa
banyaknya tugas yang menantang menjadikan masa dewasa muda atau
dewasa awal sebagai masa hidup penuh tekanan. Lebih lanjut dijelaskan
oleh Berk (2012) bahwa orang dewasa muda atau dewasa awal lebih
sering mengalami stres dan depresi dibandingkan dengan orang paruh
baya atau dewasa tengah.
Dari uraian di atas, sesuai pendapat (Hurlock, 2009; dan Berk,
2012) ketika mahasiswa yang sedang menyusun skripsi sebagai seorang
dewasa awal mengalami berbagai masalah, karena pada tahap dewasa awal
merupakan masa ketegangan emosi, masa banyak masalah (problem age),
dan masa hidup penuh tekanan yang mendatangkan stres, dalam hal ini
masalah dan tekanan yang terjadi terkait dengan proses menyusun skripsi.
Mengacu pada apa yang dikemukakan Turner dan Helms (dalam Dariyo,
2003) bahwa dewasa awal memasuki perkembangan kognitif tahap
penalaran post-formal, sehingga mahasiswa diharapkan akan dapat
memecahkan berbagai masalah dan tekanan yang dialaminya terkait proses
penyusunan skripsi.
38
B. Bermain Musik Angklung
1. Pengertian
Dari segi kata, bermain musik teridiri dari dua kata yakni bermain
dan musik. Menurut Hidayat (dalam Kusmiyati, 2012) bermain merupakan
suatu aktivitas yang dilakukan dan dipraktikkan dengan keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif. Selanjutnya
menurut Adriana (dalam Kusmyati, 2012) bermain adalah suatu aktivitas
yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku bermasalah dengan
melakukan aktivitas permainan di ruang yang diatur sedemikian rupa
sehingga dapat dengan bebas mengekspresikan segala perasaan Kata
musik sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau
seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan
temporal untuk mengasilkan komposisi (suara) yang memiliki kesatuan
dan kesinambungan nada atau suara yang disusun sehingga mengandung
irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat
yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain musik
adalah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengekspresikan perasaan
dengan menyusun nada atau suara menggunakan alat-alat yang
menghasilkan bunyi sehingga tercipta suatu nada atau suara yang
mengandung irama, lagu dan keharmonisan antara satu dengan yang
lainnya.
39
Nugraheni dkk (dalam Kusmiyati, 2012) mengungkapkan bahwa
aktivitas bermain dapat dilakukan untuk mengekspresikan segala perasaan,
karena saat bermain akan memunculkan perasaan gembira, dimana
gembira merupakan jenis reaksi emosional positif yang dapat muncul
untuk menurunkan kadar hormon neuroendokrin yang berasosiasi dengan
respon stres. Dalam hal ini bermain musik pun merupakan salah satu
bentuk dari aktivitas bermain, dari apa yang dikemukakan tersebut dapat
dipahami bermain musik pun akan memunculkan perasaan gembira
sehingga akan menurunkan kadar stres seseorang.
Menurut Djohan (2009) terdapat empat metode aktivitas musik
dalam memanfaatkan kekuatan musik, dan salah satunya adalah dengan
bermain musik. Bermain musik dapat membantu pengembangan dan
koordinasi kemampuan motorik, bermain alat musik secara ansambel
membantu klien dengan gangguan belajar untuk mengontrol impuls saraf
yang kacau melalui latihan secara terstruktur dalam kelompok.
Mempelajari sebuah karya musik dengan cara memainkannya dapat
mengembangkan keterampilan musik serta membangun rasa percaya diri
dan disiplin diri. Lebih lanjut Djohan (2006) memaparkan bahwa ketika
seseorang memainkan alat musik maka orang tersebut akan didorong
untuk dapat berinteraksi, berimprovsasi, mendengarkan, atau aktif bermain
musik, dengan memainkan alat musik tersebut seseorang akan dapat
mengekspresikan apa yang dirasakannya lewat musik yang dimainkan.
40
Lebih lanjut Djohan (2006) mengemukakan bahwa dengan
melibatkan seseorang dalam serangkaian aktivitas musik maka hal tersebut
lebih efektif dilakukan untuk mengatasi stres dan depresi dibandingkan
dengan hanya mendengarkan musik secara pasif. Lebih lanjut Djohan
(2009) bahwa dengan bermain musik, selain dapat mendengarkan musik
juga akan membuat alunan musik yang dihasilkan dari alat musik dapat
secara utuh dirasakan untuk mengungkapkan perasaan ketika bermain alat
musik dan menggugah perasaan ketika musik itu terdengar.
Ketika seseorang memainkan musik, menyanyikan atau
mendengarkan musik yang indah berarti seseorang tersebut sedang menata
dan meletakkan diri dalam keharmonisan kehidupan, hal ini berarti musik
akan menunjukkan keharmonisan yang sama dengan detak jantung
sehingga detak jantung seseorang akan sesuai dengan ritme dan nada
musik itu sendiri, musik dengan nuansa indah dan nyaman akan membuat
seseorang masuk dalam suasana rileks (Pendak, 2009).
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa bermain musik merupakan
salah satu aktivitas musik yang dapat dilakukan sebagai metode untuk
dapat mengambil manfaat dari musik atau manfaat dari kekuatan musik
untuk mempengaruhi kondisi seseorang secara positif .
Menurut Djohan (2006) di berbagai daerah di Indonesia sudah
sejak lama musik digunakan dalam berbagai aktivitas ritual dan tradisi.
Terkait dengan hal tersebut Wiramihardja (2010) menjelaskan bahwa
angklung adalah salah satu alat musik/bunyi-bunyian yang digunakan
41
untuk upacara yang berhubungan dengan padi, angklung tidak dijadikan
atau digunakan sebagai kesenian murni melainkan sebagai kesenian yang
berfungsi dalam kegiatan kepercayaan. Selanjutnya Supardi (2010)
mengatakan bahwa angklung adalah alat musik asli Indonesia yang terbuat
dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh
benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan getaran bunyi dalam
susunan nada 2, 3 sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun
kecil dan biasanya dimainkan secara grup.
Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa bermain musik
angklung adalah satu kegiatan yang dilakukan secara grup untuk
mengekspresikan perasaan dengan menyusun nada atau suara
menggunakan alat musik angklung dengan cara menggoyangkan pipa-pipa
bambu dari alat musik angklung sehingga menghasilkan bunyi, getaran
dari pipa-pipa bambu akan menrciptakan suatu nada atau suara yang
mengandung irama, lagu dan keharmonisan antara nada satu dengan yang
lainnya. Dalam penelitian ini bermain musik angkung digunakan sebagai
sarana untuk mengatasi stres dalam penyusunan skripsi pada mahasiswa.
Selanjutnya Menurut Wiramihardja (2010) angklung memiliki
berbagai jenis, yakni:
a. Angklung Kanekes
Angklung dari daerah Kanekes atau sering disebut orang sebagai
Badui. Angklung ini digunakan dalam upacara menanam padi, bukan
semata hiburan tetapi bernilai magis tertentu.
42
b. Angklung Gubrag
Angklung jenis ini terdapat di kampung Cipining Kecamatan
Cigudeg Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk
menghormati Dewi Padi dalam kegiatan menanam padi, mengangkut
padi dan menempatkannya ke lumbung.
c. Angklung Dogdog Lojor
Angklung ini merupakan jenis angklung yang terdapat dalam
kesenian Dogdog Lojor di Kasepuhan Pancen Pangawinan atau
kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar gunung
Halimun, berbatasan dengan Sukabumi, Bogor dan Lebak.
d. Angklung Badeng
Anglung Badeng merupakan kesenian yang menekankan segi
musikal dengan angklung sebagai alat musik utamanya. Angklung
Badeng terdapat di Desa Sanding Kecamatan Malangbong Garut.
Dahulu kesenian ini dipakai sebagai hiburan untuk kepentingan
dakwah Islam.
e. Angklung Buncis
Pada mulanya Angklung Buncis digunakan pada acara pertanian
yang berhubungan dengan padi. Dan pada perkembangan
selanjutnya Angklung Buncis ini menjadi sebuah seni pertunjukan
yang bersifat hiburan.
43
f. Angklung Padaeng
Merupakan angklung yang dikembangkan oleh Bapak Daeng
Soetigna sehingga semula angklung memiliki skala nada pentatonik
(salendro) ke skala nada diatonik kromatik pada tahun 1938.
Menurut Supardi (2010) terdapat beberapa jenis angklung dengan
berbagai fungsinya masing-masing, yakni:
a. Angklung Buncis
Disebut angklung buncis karena rombongan yang bermain musik
angklung biasanya memainkan lagu “Buncis” dan jumlah angklung
yang digunakan ini berjumlah sembilan buah.
b. Angklung Bungko
Angklung Bungko merupakan angklung yang disertai dengan tarian,
dan dimainkan pada saat upacara Nadran, ngunjung ke gunung jati
dan sedekah bumi, serta kaulan (nadzar) dan terdapat di Desa
Bungko yang berada di perbatasan Cirebon dan Indramayu.
c. Angklung Gubrak
Jenis angklung ini merupakan seperangkat angklung yang terdapat di
kampung Cipining, Desa Argapura Kecamatan Cibedug, Bogor.
Angklung ini dimainkan terutama sehubungan dengan ritual
penenaman padi untuk menghormati Dewi Sri yang dipercaya dapat
menyuburkan pertumbuhan padi.
44
d. Angklung Pa Daeng
Angklung jenis ini merupakan angklung yang diciptakan oleh Daeng
Sutigna. Pada mulanya angklung ini dipergunakan sebagai alat
pendidikan kerja sama dan disiplin anak-anak. Berbeda dengan
angklung tradisional yang bernada salendro, angklung Pa Daeng ini
bertangga nada diatonis sehingga dapat menyebar ke seluruh daerah
Indonesia bahkan juga ke luar negeri.
Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa dari semua jenis angklung
yang ada di berbagai daerah, khususnya Jawa Barat pada dasarnya
memiliki bentuk dan cara yang sama dalam membunykan atau memainkan
angklung tersebut, hanya tiap daerah memiliki kegunaan atau fungsi yang
berbeda-beda dalam penggunaan angklung itu sendiri.
Dalam penelitian ini angklung yang dipilih adalah jenis angklung
Padaeng. Menurut Supardi (2010) angklung Padaeng adalah angklung
yang diciptakan oleh Daeng Sutigna, yang pada mulanya angklung ini
dipergunakan sebagai alat pendidikan kerja sama dan disiplin pada anak-
anak. Berbeda dengan angklung tradisional yang bernada salendro,
angklung Padaeng memiliki tangga nada diatonis sehingga dapat
menyebar ke seluruh daerah Indonesia bahkan juga ke luar negeri, hal
inilah yang menjadi pertimbangan peneliti menggunakan jens angklung
Padaeng..
Wiramihardja (2010) mengemukakan bahwa angklung Padaeng
yang memiliki nada diatonik sebagai hasil gubahan dari nada asli angklung
45
yakni nada pentatonik (salendro). Nada diatonik (do, re, mi, fa, sol, la, si,
do) merupakan nada internasional sehingga musik yang dimainkan dari
angklung akan dapat mudah disesuaikan dengan lagu yang memiliki nada-
nada diatonis.
Pertimbangan memakai metode bermain musik angklung untuk
mengatasi stres dalam penyusunan skripsi pada mahasiswa ini didasarkan
karena alat musik angklung dapat dimainkan dengan mudah oleh
pemain/peserta, dalam artian tidak memerlukan manipulasi tangan dan jari
yang sulit (fingering), berbeda dengan alat musik lainnya, memainkan alat
musik angklung cukup dengan memegang dan menggoyangkan alat musik
angklung maka angklung akan berbunyi (Wiramihardja, 2010).
Dengan menciptakan suara atau musik dari alat musik, maka
tindakan tersebut akan memberikan kegembiraan pada orang yang
memainkannya. Lebih lanjut menciptakan musik dengan bermain alat
musik akan sangat efektif untuk memberikan pengaruh yang baik terhadap
kesehatan fisik, emosional, dan spiritual, dalam hal ini tidak menjadi
masalah jika dalam memainkan alat musik, seseorang lupa atau belum
pernah belajar memainkannya, dengan memainkan alat musik maka hal
tersebut merupakan jalan seseorang untuk berekspersi (Mucci, 2002).
Metode bermain musik angklung dipakai sebagai variabel
perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan
pendapat Mucci (2002) bahwa jenis musik yang tepat untuk digunakan
sebagai pencegahan stres yang manjur bukanlah musik jazz yang rumit,
46
heavy rock, dan musik klasik yang menggelora, melainkan yang terbaik
adalah menggunakan musik istrumental, musik alam sekitar atau musik
meditatif.
Terkait dengan musik instrumental menurut Supardi (2010)
angklung adalah alat musik instrumental yang terbuat dari bambu yang
memiliki nada ganda, dibunyikan dengan cara digoyangkan sehingga
benturan dari pipa-pipa bambu menghasilkan getaran bunyi dalam susunan
nada 2, 3 sampai 4 nada dalam satu ukuran baik besar maupun kecil.
Menurut Djohan (2006) dengan melibatkan seseorang yang
mengalami stres atau depresi secara aktif dalam serangkaian aktivitas
musik, maka hal tersebut akan lebih efektif dalam mengatsi stres atau
depresi yang dialami dibandingkan hanya mendengarkan musik tanpa
terlibat dalam serangkaian aktivitas musik. Dalam penelitian ini
serangkaian aktivitas musik yang dimaksud adalah bermain musik
angklung secara grup.
Menurut Seligman (2005) terlibat penuh dalam sebuah aktivitas
seperti hobi atau aktivitas dengan orang lain atau keluarga akan
berpengaruh kepada kebahagiaan yang dirasakan seseorang. Selanjunya
Wiramihardja (2010) mengungkapkan bahwa dengan bermain musik
angklung dalam sebuah grup maka akan membuat seseorang belajar hidup
dalam kebersamaan, berkooperasi dengan sesama pemain, membangun
kekompakan dalam jalinan rasa simpati dan saling pengertian dalam
suasana keriangan dan ketakjuban terhadap nilai-nilai estetika dunia musik
47
angklung, sehingga dapat menumbuhkan saling memiliki, menjalin
kemitraan, memelihara suasana solidaritas komunitas grup dengan
membina hubungan silaturahmi dengan saling memberi dan menerima
antara sesama pemain.
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami ketika seseorang berada
dalam sebuah grup bermain musik angklung maka akan terjalin suatu
hubungan positif dengan orang lain. Terkait dengan hubungan positif
dengan orang lain, Seligman (2005) mengungkapkan pula bahwa dengan
terjalinnya hubungan positif dengan orang lain maka akan berpengaruh
pada rasa bahagia yang dirasakan seseorang, hubungan positif tersebut
bukan sekedar memiliki teman, pasangan, ataupun anak, tetapi dengan
menjalin hubungan yang positif dengan individu yang ada disekitar.
Disimpulkan bahwa ketika bermain musik angklung secara grup,
maka mahasiswa yang yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi
dapat terlibat aktif dalam serangkaian aktivitas bermain musik angklung
yang akan memberikan jalinan kebersamaan, berkooperasi dengan sesama
pemain, membangun kekompakan dalam jalinan rasa simpati dan saling
pengertian dalam suasana keriangan, menumbuhkan saling memiliki,
menjalin kemitraan, memelihara suasana solidaritas komunitas grup
dengan membina hubungan silaturahmi dengan saling memberi dan
menerima antara sesama pemain sehingga mahasiswa yang mengalami
stres dalam penyusunan skripsi diharapkan emosi negatif dalam dirinya
dapat berubah menjadi positif.
48
Menurut Hidayat (dalam, Kusmiyati, 2012) dengan melakukan
aktivitas bermain seperti bermain secara afektif sosial yakni permainan
yang menunjukan adanya perasaan senang dalam berhubungan dengan
orang lain sehingga menimbulkan perasaan tertawa dan bahagia, dan
aktivitas bermain yang bersifat kooperatif yakni aktivitas ang dilakukan
secara bersama-sama dengan adanya aturan yang jelas sehingga
menimbulkan perasaan kebersamaan sehingga terbentuk hubungan antara
pengatur dan yang diatur, dapat menjadikan seseorang merasa lebih
senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan yang dirasakan
dapat dihindarkan, mengingat aktivitas bermain ini bersifat menghibur.
Dalam hal ini bermain musik angklung pun dilakukan secara
kooperatif dan afektif sosial karena dilakukan oleh banyak oang dalam
satu grup dan memiliki aturan yang jelas ketika melakukan aktivitas
memainkan musik dengan alat musik angklung, sehingga akan menjadikan
peserta dalam grup angklung akan mersa bahagia, merasakan rasa senang,
mendapat ketenang dan perasaan nyaman sehingga stres dalam
penyusunan skripsi pada mahasiswa dalam penelitian ini diharapkan
menjadi menurun.
Selanjutya Natalina (2012) menjelaskan bahwa melalui berbagai
aktivitas musik seperti menari, drama, bernyanyi, bermain musik dan lain
sebagainya, secara alamiah musik tersebut memberikan hiburan kepada
seseorang. Lebih lanjut Supardi (2010) mengungkapkan bahwa musik
yang dihasilkan dari memainkan angklung memiliki kekuatan energi,
49
penuh harmoni dan keindahan dan membuat siapa saja yang mendengar
musik yang dihasilkan dari angklung akan membuat suasana emosi dalam
diri menjadi positif.
Dari apa yang dikemukakan tersebut disimpulkan bahwa ketika
mahasiswa mengalami stres dalam penyusunan skripsi dan diberikan
perlakuan bermain musik angklung secara grup yang memiliki kekuatan
energi, penuh harmoni dan keindahan, maka diharapkan mahasiswa akan
merasa tenang dan nyaman dan juga suasana emosi dalam diri mahasiswa
yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi menjadi positif sehingga
akan membantu menurunkan stres dalam penyusunan skripsinya.
Alasan lain mengapa peneliti memilih bermain musik angklung
sebgai metode untuk menurunkan tingkat stres dalam penyusunan skripsi
pada mahasiswa karena dari hasil penelitian Yudistira dkk, (2011) dengan
judul “Tembang Tradisional Angklung Untuk Mengatasi Permasalahan
Psikologis Khususnya Masalah Kesepian (Loneliness) Lansia Ditinjau
Dari Analisis Spektrum Frekuensi” dapat memperkuat mengapa peneliti
memilih musik angklung sebagai metode untuk menurunkan stres pada
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Dari hasil penelitian tersebut
diketahui spektrum frekuensi tembang tradisional angklung ini memiliki
ciri spektrum frekuensi dominan dengan bandwith 4-5 kHz pada durasi
pertengahan 3.33-5 kHz pada durasi awal dan akhir. Dalam hal ini
spektrum frekuensi tembang tradisional angklung tersebut hampir sama
dengan spektrum frekuensi pada musik klasik Mozart yakni frekuensi
50
dominan berada pada 4-7 kHz sesuai dengan hasil penelitian Hidayat dkk,
(2009) dalam jurnal PELITA Volume IV, Nomor 1 dengan judul “Analisis
Perbandingan Spektrum Frekuensi Tembang Tradisional Sunda Dengan
Musik Klasik”
2. Teknik dalam Bermain Musik Angklung
Pada awalnya angklung dimainkan dengan cara berkelompok atau
grup, karena tiap alat musik angklung hanya memiliki satu bunyi nada,
akan tetapi sampai saat ini perkembangan zaman semakin berkembang,
bermain musik angklung dapat pula dimainkan secara solo (Azhari &
Andarini, 2011), dalam penelitian ini bermain musik angklung akan
dimainkan secara grup atau dinamakan dengan angklung interaktif yakni
merupakan kegiatan ketika seorang konduktor mengajak banyak orang,
yang umumnya awam untuk bermain angklung beramai-ramai. Para
peserta akan dibagikan angklung-angklung yang sudah diberi nomor
sesuai nadanya, lalu sang konduktor akan memimpin jalannya proses
bermain musik angklung (Wiramihardja, 2010).
Alat musik angklung dapat dimainkan oleh satu orang atau lebih
menurut kegunaan angklung itu sendiri di dalam kelompok musik
disesuaikan dengan nada-nada yang dikehendaki. Dalam bermain alat
musik angklung pemain dalam mermainkan angklung ini dapat duduk dan
dapat pula berdiri. Dalam permainan kelompok, musik angklung biasanya
dimainkan dengan berdiri (Ali, 2002).
51
Menurut Azhari & Andarini (2011) terdapat 3 cara membunyikan
angklung saat bermain musik angklung yang akan menghasilkan suara
yang berbeda:
a. Kurulung
Teknik ini merupakan teknik dasar memainkan angklung dengan
cara menggetarkan tabung suara. Kurulung dilakukan dengan
menggoyangkan angklung kiri dan kanan secara cepat dan rapat,
sehigga dihasilkan bunyi yang mengalun dan tidak terputus-putus
seperti suara kayu yang bertabrakan.
b. Centok (staccato)
Centok merupakan teknik dasar memainkan angklung dengan cara
memukul tabung horizontal pada bagian dasar angklung oleh
telapak tangan. Ciri khas dari trknik ini adalah pada saat dilakukan,
posisi angklung harus sedikit dimiringkan agar tidak terjadi
pantulan tabung yang menyebabkan centok bergaung. Bunyi yang
dihasilkan biasanya diinterpretasikan seperti bunyi stacatto atau
pizzicato, yaitu bunyi pendek saat biola di petik.
c. Tengkep
Merupakan teknik dasar memiankan angklung dengan cara
menggetarkan tabung besar saja. Pada eknik ini tabung kecil
biasanya ditahan menggunakan jari kelingking atau diberi sumbat
sehingga tidak dapat bergetar. Karena hanya menggetrakan tabung
besar saja, suara yang dihasilkan oleh teknik tengkep akan lebih
52
lembut dibading dengan teknik kurulung meskipun keduanya
sama-sama digetrakan.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa terdapat dua metode untuk
memainkan musik angklung, yakni dengan grup atau solo. Dalam
penelitian ini teknik atau metode bermain musik angklung yang digunakan
adalah permainan secara grup atau berkelompok, peserta akan diberikan
masing-masing satu buah angklung dengan nada yang berbeda antara satu
peserta dengan peserta lainnya. Sebelum memulai proses bermain musik
angklung konduktor akan menjelaskan terlebih dahulu nada-nada yang ada
pada tiap angklung dan teknik untuk membunyikan angklung pada para
peserta.
C. Pengaruh Bermain Musik Angklung Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Dalam Penyusunan Skripsi pada Mahasiswa
Menurut Djohan (2006) dengan melibatkan seseorang yang mengalami
stres atau depresi secara aktif dalam serangkaian aktivitas musik, maka hal
tersebut akan lebih efektif dalam mengatsi stres atau depresi yang dialami
dibandingkan hanya mendengarkan musik tanpa terlibat dalam serangkaian
aktivitas musik. Lebih lanjut Djohan (2009) bahwa dengan bermain musik, selain
dapat mendengarkan musik juga akan membuat alunan musik yang dihasilkan dari
53
alat musik dapat secara utuh dirasakan untuk mengungkapkan perasaan ketika
bermain alat musik dan menggugah perasaan ketika musik itu terdengar.
Ketika memainkan musik, menyanyikan atau mendengarkan musik yang
indah berarti aktivitas tersebut membuat seseorang menata dan meletakan diri
dalam keharmonisan kehidupan, hal ini berarti musik akan menunjukan
keharmonisan yang sama dengan detak jantung sehingga detak jantung seseorang
akan sesuai dengan ritme dan nada musik itu sendiri, musik dengan nuansa indah
dan nyaman akan membuat seseorang masuk dalam keadaan rileks (Pendak,
2009).
Lebih lanjut Mucci (2002) mengungkapkan bahwa dengan menciptakan
suara atau musik dari alat musik, maka tindakan tersebut akan memberikan
kegembiraan pada orang yang memainkannya. Menciptakan musik dengan
bermain alat musik akan sangat efektif untuk memberikan pengaruh yang baik
terhadap kesehatan fisik, emosional, dan spiritual.
Nugraheni dkk (dalam Kusmiyati, 2012) mengungkapkan bahwa aktivitas
bermain dapat dilakukan untuk mengekspresikan segala perasaan, karena saat
bermain akan memunculkan perasaan gembira, dimana gembira merupakan jenis
reaksi emosional positif yang dapat muncul untuk menurunkan kadar hormon
neuroendokrin yang berasosiasi dengan respon stres. Selanjutnya Hidayat (dalam,
Kusmiyati, 2012) bahwa aktivitas bermain terutama bermain secara kooperatif
dan afektif sosial dapat menjadikan seseorang merasa lebih senang dan nyaman
sehingga adanya stres dan ketegangan yang dirasakan dapat dihindarkan,
mengingat aktivitas bermain ini bersifat menghibur. Dalam hal ini bermain musik
54
angklung pun dilakukan secara kooperatif dan afektif sosial karena dilakukan oleh
banyak orang dalam satu grup dan memerluka kerjasama antar sesama anggota
grup sehingga akan menjadikan peserta dalam grup angklung akan memunculkan
perasaan gembira dan terhibur.
Dinyatakan oleh Hardjana (1994) bahwa ketika seseorang mengalami
stres, maka akan menunjukkan berbagai gejala stres gejala yang timbul dari
dirinya yakni pertama gejala fisikal seperti jantung berdebar kencang, sulit tidur,
tekanan darah menjadi tinggi berubah selera makan. Kedua gejala emosional
seperti mudah tersinggung, mudah marah, mood cepat berubah. Ketiga gejala
intelektual seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa,
bertambahnya jumlah kekeliruan yang dibuat. Terakhir gejala interpersonal seperti
kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mendiamkan orang lain, suka mencari-
cari kesalahan orang lain. Lebih lanjut Looker & Gregson (2005) mengungkapkan
bahwa stres terjadi karena adanya tekanan dari adanya tuntutan yang tidak dapat
teratasi sehingga menimbulkan peningkatan kerja sisten saraf otonom dan sistem
hormon dalam tubuh.
Selanjutnya Mucci (2002) mengungkapkan musik instrumental merupakan
salah satu musik yang paling tepat digunakan untuk menurunkan stres dalam
penyusunan skripsi. Hal ini sesuai karena dengan pendapat Supardi (2010) yang
menyatakan bahwa angklung merupakan alat musik instrumental yang terbuat dari
bambu dan memiliki nada ganda serta dibunyikan dengan cara digoyangkan.
Lebih lanjut Supardi (2010) mengungkapkan bahwa musik yang dihasilkan dari
memainkan angklung memiliki kekuatan energi, penuh harmoni dan keindahan
55
dan membuat siapa saja yang memainkan atau mendengar musik yang dihasilkan
dari angklung akan membuat suasana emosi dalam diri menjadi positif.
Disimpulkan bahwa ketika mahasiswa mengalami stres dalam penyusunan
skripsi dan diberikan perlakuan bermain musik angklung secara grup serta
ditambah dengan siftat musik angklung yang memiliki kekuatan energi, penuh
harmoni dan keindahan, maka diharapkan mahasiswa akan merasa tenang,
nyaman, gembira dan terhibur sehingga berpengaruh baik secara fisik, emosional,
dan spiritual pada mahasiswa yang mengalami stres dalam penyusunan dan
akhirnya akan membantu menurunkan stres dalam penyusunan skripsinya.
Selanjutnya dengan terlibat penuh dalam sebuah aktivitas seperti hobi atau
aktivitas dengan orang lain akan berpengaruh baik pada kebahagiaan yang
dirasakan seseorang (Seligman, 2005). Dengan bermain musik angklung dalam
sebuah grup maka akan membuat seseorang belajar hidup dalam kebersamaan,
berkooperasi dengan sesama pemain, membangun kekompakan dalam jalinan rasa
simpati dan saling pengertian dalam suasana keriangan dan ketakjuban terhadap
nilai-nilai estetika dunia musik angklung, sehingga dapat menumbuhkan saling
memiliki, menjalin kemitraan, memelihara suasana solidaritas komunitas grup
dengan membina hubungan silaturahmi dengan saling memberi dan menerima
antara sesama pemain (Wiramihardja, 2010).
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami ketika seseorang berada dalam
sebuah grup bermain musik angklung maka akan terjalin suatu hubungan positif
dengan orang lain. Terkait dengan hubungan positif dengan orang lain, Seligman
(2005) mengungkapkan pula bahwa dengan terjalinnya hubungan positif dengan
56
orang lain atau individu yang ada disekitar maka akan berpengaruh pada rasa
bahagia yang dirasakan seseorang.
Disimpulkan bahwa ketika bermain musik angklung secara grup, maka
mahasiswa yang yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi dapat terlibat
aktif dalam serangkaian aktivitas bermain musik angklung yang akan memberikan
jalinan kebersamaan, berkooperasi dengan sesama pemain, membangun
kekompakan dalam jalinan rasa simpati dan saling pengertian dalam suasana
keriangan, menumbuhkan saling memiliki, menjalin kemitraan, memelihara
suasana solidaritas komunitas grup dengan membina hubungan silaturahmi
dengan saling memberi dan menerima antara sesama pemain sehingga mahasiswa
yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi diharapkan merasakan
kebahagiaan ketika berada di dalam sebuah grup musik angklung sehingga emosi
negatif dalam dirinya dapat berubah menjadi positif.
Mengacu pada pendapat Djohan (2006) proses bermain musik akan
membuat seseorang yang mengalami stres mengalami perubahan yang positif
pada aspek fisiologis dan psikologisnya. Stimulasi musik yang dihasilkan dari
proses bermain musik akan membuat seseorang yang mengalami stres menjadi
rileks, melepas rasa gembira, melepas perasaan sedih, dan mengurangi stres yang
dialaminya. Dalam hal ini stimulasi dari musik yang dihasilkan dari bermain
angklung yang dilakukan oleh mahasiswa yang mengalami stres dalam
penyusunan skripsi pada penelitian ini akan membuat mahasiswa mengalami
perubahan yang positif pada aspek fisiologis dan psikologisnya, menjadikan
57
seseorang lebih rileks, melepas rasa gembira, melepasa perasaan sedih, dan
mengurangi stres dalam penyusunan skripsi yang dialaminya.
Lebih lanjut Djohan (2006) mengungkapkan bahwa musik memiliki
pengaruh pada fisik dan psikis seseorang tergantung bagaimana musik itu
disajikan. Musik-musik sedatif (memiliki tempo lambat) dapat menurunkan detak
jantung dan tekanan darah, dan secara umum membuat tenang. Hal ini karena
menurut Campbell (2001) musik berpengaruh pada perubahan fisiologis tubuh
yang mengalami stres, dan musik berkaitan dengan pengaturan sistem saraf
otonom serta pengaturan hormon-hormon yang berkaitan dengan stres. Musik
yang dimainkan dalam perlakuan bermain musik angklung ini pun memiliki
tempo yang stabil dan bukan merupakan musik yang bersifat stimulatif dengan
tempo yang cepat dan keras sehingga musik angklung yang dimainkan akan
berpengaruh baik terhadap fisik dan psikologis pada orang yang memainkan
musik angklung tersebut.
Mucci (2002) mengemukakan bahwa musik memiliki efek yang besar
dalam mempengaruhi ketegangan atau kondisi rileks seseorang, karena musik
dapat merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin dalam tubuh, yaitu
sejenis morfin alami tubuh sehingga seseorang dapat merasa lebih relaks pada
tubuh yang mengalami stres. Terkait dengan hal tersebut Natalina (2013)
menyatakan musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormon beta-endorfin.
Ketika mendengar musik yang indah maka hormon kebahagiaaan (beta-endorfin)
akan diproduksi.
58
Mengacu pada apa yang dikemukakan Campbell (2001) bahwa dengan
musik, tubuh yang mengalami stres akan terpengaruh secara fisik, dengan musik
maka akan membangkitkan aktivitas sistem saraf otonom pada otak dengan
munculnya beberapa respon yang bersifat spontan dan tidak terkontrol. Terkait
dengan sistem saraf otonom, Looker & Gregson (2005) mengungkapkan ketika
musik yang dimainkan terdengar oleh seseorang maka stimulasi musik akan
membuat otak mengirimkan perintah-perintah untuk mengurangi aktivitas sistem
saraf simpatik dan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf
parasimpatik selanjutnya mencurahkan asetikolin yang bereaksi pada organ-organ
tubuh dan akan mengantarkan pada keadaan istirahat dan relaksasi sehingga stres
menjadi menurun.
Lebih lanjut aktivitas sistem saraf otonom dari adanya rangsangan musik
dapat mempengaruhi pernapasan, denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah,
mengurangi ketegangan otot, memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh,
memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas, suhu tubuh, dan mengurangi
ketegangan-ketegangan otot sehingga stres yang dialami menjadi menurun
(Campbell, 2001; Djohan, 2006).
Dengan musik yang dihasilkan dari bermain musik angklung ini,
peningkatan aktivitas sistem saraf otonom dan sistem hormon ketika seseorang
mengalami stres akan distabilkan, karena musik akan mempengaruhi kerja sistem
saraf otonom dan juga merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin dalam
tubuh seseorang (Mucci, 2002; Looker & Gregson, 2005), kaitannya dengan stres
dalam penyusunan skripsi pada penelitian ini diharapkan dengan stimulasi dari
59
musik yang dihasilkan dari bermain musik angklung, akan mempengaruhi kerja
sistem saraf otonom dan juga merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin
dalam tubuh mahasiswa yang mengalami stres sehingga stres alam penyusunan
skripsi yang dialaminya menjadi menurun.
Dinamika proses penurunan tingkat stres dalam penyusuna skripsi pada
mahasiswa akibat dari perlakuan bermain musik angklung dapat dilihat pada
gambar berikut :
60
Gambar 1.
Bagan proses bermain musik angklung terhadap penurunan tingkat stres dalam
penyusunan skripsi pada mahasiswa
Bermain Musik
Angklung
Musik
Otak
Sistem
Hormon
Sistem
Saraf Otonom
Telinga
Aktivitas
Bermain Musik
FISIOLOGIS
Gejala
Fisikal (+) Gejala
Emosional (+) Gejala
Intelektual (+)
Gejala
Interpersonal (+)
Stres Dalam Penyusunan Skripsi Menurun
PSIKOLOGIS
61
Disimpulkan bahwa ketika mahasiswa mengalami stres dalam penyusunan
skripsi dan diberikan perlakuan bermain musik angklung secara grup serta
ditambah dengan siftat musik angklung yang memiliki kekuatan energi, penuh
harmoni dan keindahan, maka diharapkan mahasiswa akan merasa tenang,
nyaman, gembira dan terhibur sehingga berpengaruh baik secara fisik, emosional,
dan spiritual pada mahasiswa yang mengalami stres dalam penyusunan dan
akhirnya akan membantu menurunkan stres dalam penyusunan skripsinya.
Selanjutnya ketika bermain musik angklung secara grup, maka mahasiswa
yang yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi dapat terlibat aktif dalam
serangkaian aktivitas bermain musik angklung yang akan memberikan jalinan
kebersamaan, berkooperasi dengan sesama pemain, membangun kekompakan
dalam jalinan rasa simpati dan saling pengertian dalam suasana keriangan,
menumbuhkan saling memiliki, menjalin kemitraan, memelihara suasana
solidaritas komunitas grup dengan membina hubungan silaturahmi dengan saling
memberi dan menerima antara sesama pemain sehingga mahasiswa yang
mengalami stres dalam penyusunan skripsi diharapkan merasakan kebahagiaan
ketika berada di dalam sebuah grup musik angklung sehingga emosi negatif dalam
dirinya dapat berubah menjadi positif dan akhirnya stres dalam penyusunan
skripsi yang dialaminya menjadi menurun.
Stimulasi musik yang dihasilkan dari proses bermain musik akan membuat
seseorang yang mengalami stres menjadi rileks, melepas rasa gembira, melepas
perasaan sedih, dan mengurangi stres yang dialami mahasiswa. Dalam hal ini
stimulasi dari musik yang dihasilkan dari bermain angklung yang dilakukan oleh
62
mahasiswa yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi pada penelitian ini
akan membuat mahasiswa mengalami perubahan yang positif pada aspek
fisiologis dan psikologisnya, menjadikan seseorang lebih rileks, melepas rasa
gembira, melepasa perasaan sedih, dan mengurangi stres dalam penyusunan
skripsi yang dialaminya.
Tempo musik stabil yang dimainkan dalam perlakuan bermain musik
angklung ini pun akan berpengaruh baik terhadap fisiologis dan psikologis pada
mahasiswa yang mengalami stres dalam penyusunan skripsi. Peningkatan
aktivitas sistem saraf otonom dan sistem hormon ketika mahasiswa mengalami
stres dalam penyusunan skripsi akan distabilkan, karena musik akan
mempengaruhi kerja sistem saraf otonom dan juga merangsang pengeluaran
endorphine dan serotonin dalam tubuh, sehingga stres dalam penyusunan skripsi
yang dialaminya menjadi menurun.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis yaitu ada perbedaan
tingkat stres dalam penyusunan skripsi pada kelompok mahasiswa yang diberikan
perlakuan bermain musik angklung (kelompok eksperimen) dengan kelompok
mahasiswa yang tidak diberikan perlakuan bermain musik angklung (kelompok
kontrol). Kelompok mahasiswa yang mendapakan perlakuan bermain musik
angklung (kelompok eksperimen) memiliki tingkat stres dalam penyusunan
63
skripsi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang tidak
mendapatkan perlakuan bermain musik angklung (kelompok kontrol).