Upload
phamthu
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stress Kerja
1. Pengertian Stress Kerja
Stress adalah suatu respon adaptif, melalui karakteristik individu dan
atau proses psikologis secara langsung terhadap tindakan, situasi dan
kejadian eksternal yang menimbulkan tuntutan khusus baik fisik maupun
psikologis individu yang bersangkutan. Pendapat lain mengatakan bahwa
stress adalah tanggapan yang menyeluruh dari tubuh terhadap tuntutan
yang datang kepadanya (Nasution, 2000).
Miner (2002) menyatakan bahwa stress merujuk pada kondisi
internal individu untuk menyesuaikan diri secara baik terhadap perasaan
yang mengancam kondisi fisik dan psikis atau gejala psikologis yang
mendahului penyakit, reaksi ansietas, ketidaknyamanan dan atau hal yang
sejenis. Dalam kaitan dalam pekerjaannya, Smet (2004) secara spesifik
menjelaskan bahwa stress kerja sebagai suatu kondisi yang disebabkan
oleh transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi
dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial.
Stress yang terlalu rendah cenderung membuat pekerja menjadi lesu,
malas dan merasa cepat bosan. Sebaliknya stress yang berlebihan dapat
mengakibatkan kehilangan efisiensi, kecelakaan kerja, kesehatan fisik
9
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
terganggu dan dampak lain yang tidak diinginkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stress kerja adalah
respon adaptif, tanggapan, penyesuaian diri pada suatu kondisi antara
individu dan lingkungan. Stress yang rendah dan berlebihan akan
menyebabkan lesu, malas, cepat bosan, kehilangan efisiensi, kecelakaan
kerja dan kelelahan fisik.
2. Tahapan Stress Kerja
Timbulnya stress kerja pada seorang tenaga kerja melalui tiga tahap
yaitu tahap pertama : reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan
timbulnya beberapa gejala/tanda,namun masih dapat diatasi oleh
mekanisme pertahanan diri. Tahap kedua : reaksi pertahanan yang
merupakan adaptasi maksimum dan pada masa tertentu dapat kembali
kepada keseimbangan. Bila stress ini terus berlanjut terus dan mekanisme
pertahanan diri tidak sanggup berfungsi lagi maka berlanjut ke tahap
ketiga, yaitu kelelahan yang timbul akibat mekanisme adaptasi telah
kolaps (layu) (Nasution, 2000). Menurut Hans Selye dalam Nurmiati Amir
(Jiwa Indonesia Phychiatric Quarterly : XXXII:4) bahwa ada tiga fase atau
tahapan stress adalah sebagai berikut :
a. Tahap reaksi waspada, pada tahap ini dapat terlihat reaksi psikologis”
fight orbflight syndrome” dan reaksi fisiologis. Pada tahap ini individu
mengadakan reaksi pertahanan terekspos pada stressor. Tanda fisik
akan muncul adalah curah jantung meningkat, peredaran darah cepat,
darah di perifer dan gastrointestinal mengalir kekepala dan ekstremitas.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Sehingga banyak organ tubuh yang terpengaruh, maka gejala stress
akan mempengaruhi denyut nadi dan ketegangan otot. Pada saat yang
sama daya tahan tubuh akan berkurang dan bahkan bila stressor sangat
besar atau kuat dapat menimbulkan kematian.
b. Tahap melawan, pada tahap ini individu mencoba berbagai macam
mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta
mengatur strategi untuk mengatasi stressor. Tubuh berusaha
menyeimbangkan proses fisiologis yang telah dipengaruhi selama
reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali keadaan normal dan
pada waktu yang sama pula tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor
penyebab stress. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala-
gejala stress akan menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha
normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam
beradaptasi. Jika stressor tidak dapat diatasi atau terkontrol maka
ketahanan tubuh beradaptasi akan habis dan individu tidak akan
sembuh.
c. Tahap kelelahan, tahap ini terjadi ketika ada suatu perpanjangan tahap
awal stress yang tubuh individu terbiasa. Energi penyesuaian terkuras
dan individu tersebut tidak dapat lagi mengambil dari berbagai sumber
penyesuaian yang di gambarkan pada tahap kedua. Akan timbul gejala
penyesuaian terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan
mental, penyakit arteri koroner, bisul, kolitis. Tanpa ada usaha untuk
melawan atau mencegahnya kelehan bahkan kematian dapat terjadi.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Bila tubuh terekspos pada stressor yang sama pada waktu yang lama
secara terusbmenerus, maka tubuh yang semula telah terbiasa
menyesuaikan diri akan kehabisan energi untuk beradaptasi. Daya
tahan tubuh terhadap stressor tidak dapat dianggap dapat bertahan
selamanya karena suatu saat energi untuk adaptasi itu akan habis.
3. Faktor – faktor Penyebab Stress Kerja
Menurut Hurrel (dalam Munandar, 2001) sumber stress yang
menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan
seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi
dari beberapa pembangkit stress. Sebagian dari waktu manusia adalah
untuk bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kesehatan seorang pekerja. Pembangkit stress di pekerjaan
merupakan pembangkit stress yang besar terhadap kurang berfungsinya
atau jatuh sakitnya seorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor-faktor di
pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stress
dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu :
a. Faktor intrinsik dalam pekerjaan
Faktor intrinsik dalam pekerjaan katagorinya adalah tuntutan
fisik dan tuntutan tugas, tuntutan fisik : kondisi fisik misalnya faktor
kebisingan, panas, penerangan dan lain sebagainya, sedangkan faktor
tugas mencakup : kerja malam.beban kerja dan penghayatan dari
resiko bahaya. Tuntutan fisik yaitu kondisi fisik kerja mempunyai
pengaruh terhadap faal dan psikologis seorang tenaga kerja. Kondisi
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
fisik dapat merupakan pembangkit stress, tuntutan tugas menurut
penelitian menunjukkan bahwa shift kerja /kerja malam merupakan
sumber stress bagi pekerja pabrik roti. Beban kerja berlebih dan beban
kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stress.
b. Peran dalam organisasi
Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam
organisasi artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya
yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai
dengan yang diharapkan oleh atasannya,namun demikian tenaga kerja
tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan
masalah. Kurang baiknya fungsi peran merupakan pembangkit stress
yang meliputi konflik peran dan ketidak jelasan kerja.
c. Pengembangan karir
Pengembangan karir merupakan pembangkit stress yang
potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi yang
berlebih atau promosi yang kurang.
d. Hubungan dalam pekerjaan
Hubungan dalam pekerjaan yang tidak baik terungkap dalam
gejala-gejalanya dalam kepercayaan yang rendah, minat yang rendah
dalam pemecahan masalah dalam organisasi, komunikasi antar pribadi
yang tidak sesuai antara pekerja,ketegangan psikologis dalam bentuk
kepuasan kerja yang menurun dan penurunan kondisi kesehatan.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
e. Struktur dan Iklim organisasi
Faktor stress yang dikenali dalam katagori ini adalah terpusat
pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan serta pada
support sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam
pengambilan keputusan.
Teori lain mengatakan terdapat dua faktor penyebab atau sumber
stress yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor lingkungan
kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen atau hubungan sosial di
lingkungan pekerjaan. Sedangkan faktor personal berupa kepribadian,
peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial ekonomi keluarga,
dimana pribadi berada dan mengembangkan diri (Dwiyanti, 2001).
Hasil penelitian Singarimbun (2004) menyatakan bahwa faktor –
faktor yang menpengaruhi stress terutama pada wanita pekerja adalah
status kawin, umur, pendidikan dan jarak tempat tinggal. Menurut
penelitian Badra (2004) dan Iswanto (2001) ada hubungan antara motivasi
(instrinsik dan akstrinsik ) dengan kinerja serta ada hubungan stress kerja
dengan kinerja. Kepribadian memberikan kontribusi terhadap hubungan
stress kerja dengan kinerja. Tingkat stress yang paling tinggi akan
mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang dan pada gilirannya
akan mempengaruhi kinerja yang semakin menurun.
Orang dengan tipe kepribadian A lebih mudah stress dibandingkan
dengan tipe kepribadian B, orang dengan tipe kepribadian introvert lebih
mudah stress daripada yang extrovert. Pengalaman hidup orang yang
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
pernah mengalami kegagalan di masa lampau akan mudah membuatnya
menilai kegagalan sebagai hal yang sudah biasa. Tetapi bagi orang yang
selalu berhasil, kegagalan sebagai sumber stress yang luar biasa. Orang
yang belum dewasa dalam menghadapi perkara, mudah goyah dalam
sikap, pendirian, dan arah hidupnya dibandingkan orang yang
berkepribadianmatang (Nasution, 2000 ).
Menurut Cooper, et.al. (2001) sumber stress terdiri dari faktor-faktor:
a. Lingkungan kerja : kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan
pekerja mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan produktivitas
kerja.
b. Overload (beban kerja berlebih) : dapat dibedakan menjadi kuantitatif
dan kualitatif. Beban kerja berlebih kuantitatif bila target kerja
melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan akibatnya mudah
lelah dan berada dalam ketegangan tinggi.Beban kerja berlebih secara
kualitatif bila pekerjaan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
c. Deprivational stress : yaitu pekerjaan yang tidak menantang atau tidak
menarik lagi bagi pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti
kebosanan, ketidakpuasan dan lain sebagainya.
d. Pekerjaan berisiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi
keselamatan.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi stress kerja adalah faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti
tuntutan fisik dan tuntutan tugas, peran dalam organisasi, pengembangan
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
karir, hubungan dalam pekerjaan, struktur dan iklim organisasi, faktor
lingkungan kerja yaitu kondisi, fisik, manajemen atau hubungan sosial dan
faktor personal yaitu tipe kepribadian. Serta beban kerja yang berlebih,
pekerjaan yang berisiko tinggi, status perkawinan, umur ,pendidikan dan
jarak tempat tinggal.
4. Gejala – gejala Stress Kerja
Menurut Anoraga (2001) gejala stres adalah sebagai berikut :
Menjadi mudah marah dan tersinggung, bertindak secara agresif dan
defensive, merasa selalu lelah, sukar konsentrasi pelupa, jantung berdebar-
debar, otot tegang/nyeri sendi dan sakit kepala, perut dan diare.
Menurut Terry Beehr dan Newman dalam Prihatini (2007) membagi
gejala stress menjadi tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan
perilaku. Gejala psikologis terdiri dari: kecemasan atau ketegangan,
bingung, marah, sensitive, memendam perasaan, komunikasi tidak efektif,
menurunnya fungsi intelektual, mengurung diri, ketidak puasan bekerja,
depresi, kebosanan, lelah mental, merasa terasing dan mengasingkan diri,
kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas,
kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.
Adapun gejala fisik meliputi : meningkatnya detak jantung dan
tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenali dan non adrenalin, gangguan
gastrointestial, misalnya gangguan lambung, mudah terluka, kematian,
gangguan kardiovaskuler, mudah lelah secara fisik, gangguan pernafasan,
lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit dan kepala pusing, migrain,
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
kanker, ketegangan otot, problem tidur.
Gejala stress berdasarkan perilaku : menunda atau menghindari
pekerjaan atau tugas, penurunan prestasi dan produktifitas, meningkatnya
penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, meningkatnya
frekuensi absensi, perilaku makan yang tidak normal, kehilangan nafsu
makan dan penurunan drastis berat badan, kecendrungan perilaku yang
beresiko tinggi seperti ngebut, berjudi, meningkatnya agresivitas dan
kriminalitas, penurunan kualitas hubungan interpersoal dengan keluarga
dan tema dan kecendrungan bunuh diri.
5. Dampak Stress Kerja
Menurut Lubis (2006) stress kerja dapat mengakibatkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Penyakit fisik yang diinduksi oleh stress seperti penyakit jantung
koroner, hipertensi, tukak lambung, asama, gangguan menstruasi dan
lain-lain.
b. Kecelakaan kerja terutama pekerjaan yang menuntut kinerja yang
tinggi, bekerja bergiliran
c. Absensi kerja
d. Lesu kerja, pegawai kehilangan motivasi bekerja
e. Gangguan jiwa mulai dari gangguan ringan sampai ketidak mampuan
yang berat. Gangguan jiwa yang ringan misalnya mudah gugup,
tegang, marah-marah, apatis dan kurang konsentrasi. Gangguan yang
lebih jelas lagi dapat berupa despresi, gangguan cemas.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Beehr dalam Frase (2002) mengatakan stress mempunyai dampak
terhadap :
a. Individu adalah munculnya masalah yang berhubungan dengan
kesehatan, psikologi dan interaksi interpersonal. Pada gangguan fisik
seseorang mengalami stress akan mudah terserang penyakit, pada
gangguan mental stress berkepanjangan akan mengakibatkan
ketegangan hal ini akan merusak tubuh dan gangguan kesehatan. Pada
gangguan intrepersonal stress akan lebih sensitif terhadap hilangnya
percaya diri, menarik diri dan lain-lain.
b. Dampak terhadap organisasi adalah pekerja yang stress akan
berpengaruh pada kualitas kerja dan kesehatan pekerja terganggu
berupa kekacauan manajemen dan operasional kerja, meningkatnya
absensi dan banyak pekerjaan yang tertunda
Jenis dampak tersebut diatas tidak mencakup seluruhnya, hanya
mewakili beberapa dampak potensial yang sering dikaitkan dengan stres.
Akan tetapi jangan diartikan bahwa stres selalu menyebabkan dampak
seperti yang disebutkan diatas. Karena stres ada tingkatannya yaitu ringan
dan berat tergantung dari individu dalam menyesuaikan diri atau
beradaptasi dengan stres tersebut atau tergantung pada individu tersebut
memanajemen stres yang dihadapinya, sehingga bisa menjadi distress
maupun eustress. Distres jika seseorang tersebut tidak mampu mengelola
stres dengan baik, sedangkan eustres adalah jika seseorang tersebut
mampu mengelola stress dengan baik (Cox, 2000).
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Kemampuan individu menahan stres berbeda-beda, hal tersebut
bergantung pada sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal,
dan umum (general) dan sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
Cara mencegah dan mengendalikan stress kerja menurut Sauter (2000)
adalah sebagai berikut:
a. Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan
kemampuan dan kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan
menghindarkan adanya beban berlebih maupun yang ringan.
b. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun
tanggung jawab diluar pekerjaan
c. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan
karier, mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan
keahlian.
d. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang
satu dengan yang lain, upervisor yang baik dan sehat dalam organisasi.
e. Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan
stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan
ketrampilannya.
Pengendalian stress menurut Quick (2001) adalah secara :
a. Organisasional yaitu memodifikasikan tuntutan kerja,meningkatkan
hubungan kerja.
b. Individual yaitu memanajemen persepsi pribadi tentang stress,
memanajemen lingkungan kerja pribadi, menghindari tugas yang
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
beban kerja berlebihan, memanajemi gaya hidup dan menghindari
respon terhadap stress.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja
Minner (2002), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi stres
kerja meliputi faktor eksternal (kondisi lingkungan fisik, beban kerja yang
berlebihan, karir, tanggung jawab, konflik peran dan ambiguitas peran)
dan faktor internal (karakteristik pribadi meliputi kepribadian, umur,
pendidikan, kesehatan). Hasibuan (2000), mengungkapkan hal-hal yang
dapat mempengaruhi stres kerja adalah beban kerja yang berlebihan,
tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar, konflik antar
pribadi, balas jasa yang terlalu rendah, waktu dan peralatan kerja yang
kurang memadai, dan masalah keluarga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkah laku individu dalam bekerja ialah:
a. Faktor Internal
Menurut As’ad (1999), faktor internal yang mempengaruhi
tingkah laku individu dalam bekerja adalah keadaan fisik dan psikis
individu. Faktor Fisik, meliputi:
1) Bentuk tubuh dan komposisinya
2) Bentuk tubuh meliputi besar kecilnya tubuh, bagian-bagiannya,
warna kulit, kelengkapan anggota badan. Sedangkan,
komposisinya meliputi bagaimana letak dan kesesuaiannya dengan
bagian-bagian tubuh lainnya. Penting dan tidaknya pengaruh kedua
hal tersebut didalam pekerjaan tergantung jenis pekerjaannya.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3) Taraf kesehatan fisik pada umumnya
Taraf kesehatan individu pada umumnya berbeda. Perbedaan ini
bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-sehari. Misalnya ada orang
yang mudah sekali diserang penyakit dan ada pula orang yang daya
tahannya terhadap penyakit cukup kuat. Taraf kesehatan ini sangat
menentukan produktivitas kerja, oleh karena didalam bekerja
terdapat aktivitas fisik dan kesehatan didalam produktivitas kerja.
4) Kemampuan panca inderanya
Kemampuan fisik yang berujud kemampuan panca indera
diperlukan didalam bekerja. Misalnya untuk bekerja dibagian
perusahaan rokok diperlukan kemampuan penciuman yang baik. Di
samping itu banyak sekali riset-riset yang diadakan menunjukan
pengaruh gangguan sensoris terhadap kuantitas dan kualitas
produksi.
Faktor Psikis, meliputi:
1) Intelegensi
Intelegensi diberi batasan sebagai kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan sebaik-baiknya terhadap lingkungan.
Oleh karena itu tingkat intelegensi sesorang sangat menentukan
kesuksesan bekerja. Orang-orang yang intelegensinya tinggi,
sanggup memecahkan kesulitan yang dihadapinya dalam bekerja
dan sebaliknya.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2) Bakat
Bakat ialah kemampuan dasar yang menentukan sejauh mana
kesuksesan individu untuk memperoleh keahlian atau pengetahuan
tertentu, apabila individu itu diberi latihan-latihan tertentu. Jadi
apabila seseorang mempunyai bakat mekanik, bila Dia diberi
latihan-latihan tentang mekanik Dia akan mudah untuk menguasai
masalah mekanik dan sebaliknya.
3) Minat
Minat adalah sikap yang membuat orang senang akan objek situasi
atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan
kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi itu. Pola-pola
minat seseorang merupakan salah satu faktor yang menentukan
kesesuaian orang dengan pekerjaannya. Minat orang terhadap jenis
pekerjaanpun berbeda-beda. Tingkat prestasi kerja seseorang
ditentukan oleh perpaduan antara bakat dan minat.
4) Kepribadian
Pada pekerjaan-pekerjaan tertentu sifat-sifat kepribadian seseorang
sangat berhubungan dengan kesuksesan dalam bekerja. Menurut
Ulfah (2008) pengukuran kepribadian didalam bimbingan jabatan
karyawan berguna bagi maksud-maksud sebagai berikut:
a) Bagi mereka yang penyesuaian kepribadiaanya tidak baik,
mungkin akan mengalami kesukaran penyesuaian diri di dalam
training ataupun dalam situasi kerja.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b) Bagi mereka yang mempunyai sifat-sifat kepribadian tertentu
yang mengganggu penyesuaian diri dengan posisi kerja bisa
dilakukan usaha-usaha yaitu penempatan yang sesuai dengan
kepribadiannya, diberi psikoterapi untuk penyesuaiannya.
5) Motivasi
Motivasi ialah faktor yang menyebabkan organisme berbuat seperti
apa yang diperbuat. Menurut Ulfah (2008), motivasi kerja adalah
sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja.
Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong
dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan
memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian
kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ke tidak
seimbangan dan semua kebutuhan dapat dipuaskan pada satu saat.
6) Edukasi
Yang dimaksud dengan edukasi disini ialah pendidikan formil di
sekolah-sekolah atau kursus-kursus. Didalam bekerja seringkali
faktor edukasi merupakan syarat paling cocok untuk memegang
fungsi-fungsi tertentu. Untuk pekerjaan tertentu, pendidikan
akademi sudah cukup, tetapi untuk pekerjaan lainnya menuntut
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Untuk tercapainya
kesuksesan didalam bekerja dituntut pendidikan yang sesuai
dengan jabatan yang akan dipegangnya.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Faktor Eksternal
Menurut Cooper (1983) dalam Rice (1999), faktor eksternal yang
mempengaruhi tingkah laku individu dalam bekerja antara lain:
kondisi pekerjaan, stres karena peran, faktor interpersonal,
perkembangan karir, struktur organisasi, serta tampilan rumah dan
pekerjaan.
1) Kondisi pekerjaan, meliputi: beban kerja berlebihan secara
kuantitatif; beban kerja berlebihan secara kualitatif; keputusan
yang dibuat oleh seseorang; bahaya fisik; jadwal bekerja; kelelahan
mental atau fisik; kelelahan yang amat sangat dalam bekerja
(burnout); serta meningkatnya kesensitifan dan ketegangan.
2) Stres karena peran, meliputi: ketidakjelasan peran; adanya bias
dalam membedakan gender dan stereotype peran gender;
pelecehan seksual; meningkatnya kecemasan dan ketegangan; serta
menurunnya prestasi pekerjaan.
3) Faktor interpersonal, meliputi: hasil kerja dan sistem dukungan
sosial yang buruk; persaingan politik, kecemburuan dan
kemarahan; kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan;
meningkatnya ketegangan; meningkatnya tekanan darah; serta
ketidakpuasan kerja.
4) Perkembangan karir, meliputi: promosi ke jabatan yang lebih
rendah dari kemampuannya; promosi ke jabatan yang lebih tinggi
dari kemampuannya; keamanan pekerjaannya, ambisi yang
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
berlebihan sehingga mengakibatkan frustrasi; menurunnya
produktivitas; kehilangan rasa percaya diri; meningkatkan
kesensitifan dan ketegangan; serta ketidakpuasan kerja.
5) Struktur organisasi, meliputi: struktur yang kaku dan tidak
bersahabat; pertempuran politik; pengawasan dan pelatihan yang
tidak seimbang; ketidakterlibatan dalam membuat keputusan;
menurunnya motivasi dan produktivitas; serta ketidakpuasan kerja.
6) Tampilan rumah dan pekerjaan, meliputi: mencampurkan masalah
pekerjaan dengan masalah pribadi; kurangnya dukungan dari
pasangan hidup; konflik pernikahan; stres karena memiliki dua
pekerjaan; meningkatnya konflik dan kelelahan mental;
menurunnya motivasi dan produktivitas; serta meningkatnya
konflik pernikahan.
B. Tipe Kepribadian
Seperti yang telah dikemukakan di atas menurut As’ad (1999) bahwa
faktor tipe kepribadian adalah salah satu dari beberapa faktor internal dan
tergolong dalam faktor psikis merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
stress kerja. Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial yang
sama akan mengalami stres. Ternyata pada seseorang yang mempunyai tipe
kepribadian tertentu yaitu tipe kepribadian “A” (A type personality) atau
disebut pula sebagai pola perilaku tipe A (type “A” Behavior pattern) lebih
rentan (vulnerable) terhadap stres. Sedangkan orang dengan tipe kepribadian
“B” (“B” type personality or type “B” Behavio Patternr) lebih kebal
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
(immune) terhadap stres. Meskipun demikian tidak berarti orang dengan tipe
kepribadian diluar kategori diatas tidak akan mengalami stres, atau dengan
kata lain orang dengan tipe kepribadian “A” tadi risiko mengalami stres lebih
besar dari pada tipe kepribadian lain. Tipe kepribadian (pola perilaku) menurut
Hawari (2001), yaitu : dalam kaitannya dengan tipe kepribadian yang berisiko
tinggi terkena stres (yaitu tipe “A”).
Sedangkan Goliszek (2005), dalam buku manajemen stres terdapat tiga
tipe kepribadian yaitu kepribadian tipe A, tipe B dan tipe AB. Kepribadian
tipe AB merupakan kebanyakan orang yang memiliki sebagian tipe A dan
sebagian tipe B. Sebagian karena mengetahui cara berelaksasi serta tidak
terlalu agresif dan kompetitif.
Hawari (2001), menggambarkan antara lain dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Ambisius, agresif dan kognitif (suka akan persaingan), banyak jabatan
rangkap.
2. Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional).
3. Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over
confidence).
4. Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, dan tidak dapat diam.
5. Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).
6. Pandai berorganisasi dan memimpin serta memerintah (otoriter).
7. Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.
8. Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa-gesa.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
9. Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila
tidak tercapai maksudnya mudah sikap bermusuhan.
10. Tidak mudah dipengaruhi dan kaku (tidak fleksibel).
11. Bila berlibur pikirannya kepekerjaan dan tidak dapat santai.
12. Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.
Sedangkan orang dengan kepribadian tipe “B” atau pola perilaku tipe
“B” adalah kebalikan dari tipe “A” tersebut diatas, yaitu dengan ciri-ciri antara
lain sebagai berikut :
1. Ambisinya wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam berkompetisi
serta tidak memaksakan diri.
2. Penyabar, tenang, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah marah (emosi
terkendali).
3. Kewaspadaan dalam batas yang wajar demikian pula kontrol diri dan
percaya diri tidak berlebihan.
4. Cara bicara tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat yang tepat, dan
perilaku tidak hiperaktif.
5. Dapat mengatur waktu dalam bekerja (menyediakan waktu untuk
istirahat).
6. Dalam berorganisasi dan memimpin bersikap akomodatif dan manusiawi.
7. Lebih suka bekerjasama dan memaksakan diri bila menghadapi tantangan.
8. Pandai mengatur waktu dan tenang (relaks), tidak tergesa-gesa.
9. Mudah bergaul, ramah dan dapat menimbulkan empati untuk mencapai
kebersamaan (mutual benefit).
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
10. Tidak kaku (fleksibel), dapat menghargai pendapat orang lain, tidak
merasa dirinya paling benar.
11. Dapat membebaskan diri dari segala macam problem kehidupan dan
pekerjaan manakala sedang berlibur.
12. Dalam mengendalikan segala sesuatunya mampu menahan serta
mengendalikan diri.
Kepribadian tipe AB seperti kebanyakan orang mempunyai sebagian
karakteristik tipe A dan sebagian lagitipe B. Hal ini dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman sehingga meningkatkan dirinya dalam upaya
berelaksasi. Kepribadian tipe AB mempunyai perilaku yang baik karena hal
itu memungkinkan seseorang untuk mencapai sasaran, termotivasi dan
produktif. Selain itu seseorang dapat melakukan apapun yang dilakukan orang
dengan tipe A tanpa harus merasa bermusuhan, agresif, tidak sabar atau
merasa terancam (Goliszek, 2005). Kepribadian tipe AB dapat mencapai
setiap yang diinginkan sekaligus mempertahankan ketenangan diri dan
bersikap rileks adalah sesuatu hal yang dapat kita pelajari.
Menurut Robbins (2003) untuk mengukur kepribadian menggunakan
model lima besar. Model ini menggambarkan lima faktor kepribadian. Lima
faktor tersebut yaitu :
1. Ekstroversi
Mencakup tingkat kesenangan seseorang akan hubungan. Orang-
orang ekstrovet cenderung suka berkelompok, tegas dan mampu
bersosialisasi. Kaum introvert cenderung pendiam, pemalu dan tenang.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2. Kemampuan untuk bersepakat
Kecenderungan individu untuk tunduk ke yang lain. Orang-orang
yang berkemampuan tinggi untuk bersepakat bersifat kooperatif, hangat
dan percaya.
3. Kemampuan untuk mendengarkan suara hati
Merupakan ukuran dari keandalan. Orang yang sangat peka terhadap
suara hati bersifat bertanggungjawab, terorganisir, dapat dipercaya, dan
gigih.
4. Stabilitas emosi
Stabilitas emosi ini membuka jalan bagi kemampuan seseorang
untuk bertahan terhadap stress. Orang dengan stabilitas emosi yang positif
cenderung tenang, percaya diri, dan merasa aman.
4. Keterbukaan terhadap pengalaman
Mengukur kisaran minat dan kekaguman individu terhadap hal baru.
Orang yang secara ekstrem terbuka adalah orang yang kreatif, ingin tahu,
dan secara artistik sensitive.
C. Perawat
1. Pengertian
Definisi tentang perawat dari beberapa sumber sebagaimana terdapat,
antara lain:
a. Menurut International Council Of Nursing dalam Ali (2002), Perawat
adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan
pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan,
penegakan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
b. Menurut Taylor C. Lilis dalam Ali (2002), Perawat adalah seorang
yang berperan dalam merawat dan membantu seorang dengan
melindunginya dari sakit, luka dan proses perawatan.
c. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat, definisi perawat adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai denganperaturanperundang-undangan.
d. Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Perawat profesional
adalah tenaga keperawatan yang berasal dari jenjang pendidikan tinggi
keperawatan (Ahli Madya, Ners, Ners Spesialis, Ners konsultan).
2. Perawat kritis
Menurut American Association of Colleges Nursing (AACN)
(2006), perawat kritis adalah seorang perawat profesional berlisensi yang
bertanggungjawab terhadap pasien kritis dan keluarganya untuk
memperoleh perawatan yang optimal.
3. Peran perawat kritis
Peran perawat kritis ada beberapa macam, diantaranya pemberi
pelayanan perawatan, pendidik, peneliti dan perawat spesialis klinis
(AACN, 2006). Menurut Buku Uraian Tugas Dan Wewenang Perawat Di
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
ruang Intensif RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo (2003), tugas perawat
kritis adalah sebagai berikut:
a. Melaksanankan serah terima tugas setiap pergantian tugas.
b. Menerima pasien baru sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Mengkaji kebutuhan pasien, menyusun pelayanan asuhan keperawatan
intensif, memberikan tindakan asuhan keperawatan Intensif sesuai
prosedur, dan menilai proses pelayanan asuhan keperawatan Intensif.
d. Memonitor kondisi pasien, penatalaksanaan spesifik, sistem bantuan
tubuh dan penunjang – penunjangnya.
e. Menyiapkan pasien yang akan pindah ruangan, rujuk, atau pulang
paksa serta menyelesaikan pasien meninggal dunia.
f. Menciptakan suasana kerja kondusif.
g. Memberikan pelayanan konseling keluarga.
h. Melaksanakan peran advokasi perawat keperawatan Intensif.
i. Mengikuti pertemuan baik bersifat berkala maupun insidentil, ilmiah
yang diadakan oleh kepala ruang perawatan Intensif.
j. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan.
4. Ruang Perawatan Intensif
Menurut Depkes (2003), ruang perawatan Intensif adalah suatu
bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan peralatan khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau penyulit-
penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa dengan
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
prognosis dubia.
Kemampuan minimal yang harus dimilik suatu ruang perawatan
Intensif menurut Depkes RI (2003), adalah : resusitasi jantung paru;
pengelolaan jalan nafas; terapi Oxigen; pemantauan ECG, oximetri terus-
menerus; pemberian nutrisi enteral dan parenteral; pemeriksaan laborat
khusus dengan cepat dan menyeluruh; pelaksanaan terapi titrasi;
kemampuan melaksanakan tehnik khusus sesuai dengan kondisi pasien;
memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portable selama
transportasi pasien gawat; serta kemampuan fisiotherapi dada.
D. Kerangka Teori
Peningkatan kebutuhan akan tenaga kerja perawat yang handal
merupakan kebutuhan mendesak yang dialami instansi rumah sakit, baik
swasta maupun pemerintah.salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah
bagian Intensive Care Unit (ICU), dimana perawat yang dibutuhkan pada
pelayanan ICU merupakan sumber daya tenaga terlatih yang sangat spesifik
(Hanafie, 2007). Perawat ICU adalah perawat yang melakukan perawatan
khusus terhadap masalah-masalah yang mengancam nyawa. Seorang perawat
ICU adalah seorang perawat professional berlisensi yang bertanggungjawab
untuk memastikan bahwa pasien dengan sakit akut atau sakit kritis beserta
keluarganya menerima perawatan yang optimal sesuai standar (American
Association of Critical Care Nurses, 2008). Dinamika perawat ICU yang
kompleks dan kondisi pasien kritis tersebut yang sering memicu terjadinya
stress kerja di ruang ICU (Hudak & Gallo, 2010).
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Stress kerja merupakan suatu tekanan yang tidak dapat ditoleransi oleh
individu baik yang bersumber dari dalam dirinya (fisik dan psikis individu)
maupun dari luar dirinya (kondisi pekerjaan, stres karena peran, faktor
interpersonal, perkembangan karir, struktur organisasi, serta tampilan rumah
dan pekerjaan) (As’ad, 1999). Salah satu factor yang bersumber pada psikis
adalah tipe kepribadian. Tipe Kepribadian merupakan pola perilaku perawat
dalam menghadapi dan menerima kondisi dan beban kerja yang ada. Dimana
tipe kepribadian ada 3 jenis yaitu tipe A, tipe AB, dan tipe B. Pada tipe
kepribadian yang sangat mempengaruhi terjadinya stres adalah kepribadian
tipe A karena memiliki perilaku lebih mudah stres, sedangkan kepribadian tipe
B lebih tahan terhadap stres dan kepribadian tipe AB merupakan orang yang
memiliki perilaku sebagian tipeA dan sebagian tipe B sehingga lebih mudah
dalam beradaptasi tergantung mana yang lebih dominan (Goliszek, 2005).
Berasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka teori sebagai
berikut:
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Gambar 2.1. Kerangka Teori (Berdasarkan teori As’ad, 1999; Cooper dalam Rice, 1999)
E. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Tipe Kepribadian
Stres Kerja Perawat
Tipe Kepribadian
Faktor-faktor lain: a. fisik b. psikis c. kondisi pekerjaan d. peran e. interpersonal f. perkembangan karir g. struktur organisasi h. tampilan rumah dan
pekerjaan
Ruang ICU
Stres Kerja Perawat
Perawat ICU
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
F. Hipotesis
Ada hubungan tipe kepribadian dengan stress kerja perawat Ruang ICU
RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.
Hubungan Tipe Kepribadian..., Khamim Basyir, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013