Upload
hoangkhanh
View
246
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Menurut Daradjat (1976) dalam bukunya Muhaimin (2004:
292), bahwa perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh
pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa
pertumbuhan yang pertama (masa anak) umur 0-12 tahun.
Penanaman pendidikan agama yang diberikan kepada anak-
anak harus menumbuhkan pengaruh yang kuat pada diri anak.
Karakteristik anak-anak masih meniru tingkah laku orang-orang
dewasa dan pendidikan yang diberikannya. Tempat sosialisasi yang
baik sangat tepat untuk kehidupan anak-anak. TPQ menjadi salah satu
tempat yang baik dalam upaya mengembangkan daya pikir anak
terhadap adanya Tuhan.
Menurut As’ad Humam, Taman Pendidikan Al-Qur;an (TPQ)
adalah lembaga pendidikan dan pengajaran al-Qur’an untuk anak usia
SD ( 7-12 tahun). ( Humam , 1995). Namun dalam kenyataan yang ada
saat ini umur di bawah 7 tahun ada yang mengikuti TPQ. Kepedulian
orang tua yang tinggi dalam proses mendidik anak untuk menjadi
8
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
9
manusia yang mempunyai tujuan hidup yang jelas dengan mengenal
Tuhannya sejak dini.
TPQ merupakan salah satu lembaga non formal yang
keberadaannya masih tetap dibutuhkan oleh orang tua dan anak-anak.
TPQ mengajarkan bagaimana cara mengenal Tuhannya dengan
mempelajari al-Qur’an sebagai kitab-Nya?.
Potensi TPQ banyak terdapat di wilayah nusantara. Hal tersebut
dibuktikan dengan jumlah unit TPQ yang ada di Indonesia.
Tabel 1.1
Jumlah TPQ di Indonesia
NO. NAMA UNIT JUMLAH
1. TKQ 15756
2. TPQ 111685
TOTAL 127441
(info dari Dr. Undang Sumantri, Direktorat PD Pontren Dep.
Agama RI, 9-01-07)
Penyebarannya merata hampir di seluruh wilayah Indonesia
terdapat TKQ maupun TPQ. Kedua unit tersebut sama jenis
pengajarannya hanya beda penamaannya saja. Pengajaran utamanya
dalam TKQ maupun TPQ adalah mencintai al-Qur’an.
Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) adalah pendidikan untuk
baca dan menulis al-Qur’an di kalangan anak-anak. (Mansur, 2009:
134). Anak-anak diajak untuk mengenal Tuhan dengan cara
mempelajari al-Qur’an.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
10
Pengertian-pengertian tentang TPQ yang telah dikemukakan di
atas mengandung pemahaman makna yang sama. Peneliti
menyimpulkan bahwa Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) adalah
suatu lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan kepada anak-anak
untuk menjadi manusia yang mencintai al-Qur’an dan berperilaku
sesuai dengan ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP Nomor 55 tahun 2007)
tentang Pendidikan agama dan pendidikan Keagamaan dalam pasal 24
ayat 1, disebutkan bahwa : “Pendidikan al-Qur’an bertujuan
meningkatkan kemampuan peserta didik membaca, menulis,
memahami, dan mengamalkan kandungan al-Qur’an.
TPQ merupakan salah satu lembaga yang menekankan pada
aspek keagamaan. Al-Qur’an menjadi pedoman untuk mengenal
Tuhannya sehingga anak-anak harus mampu membaca dan menulis al-
Qur’an. Pengamalan kandungan al-Qur’an dilaksanakan setelah
mampu membaca dan menulis al-Qur’an. Tujuan yang disebutkan pada
Peraturan Pemerintah sangat tepat karena tahapan-tahapan dalam
mempelajari al-Qur’an sesuai dengan pola pikir anak-anak. Berawal
dari cara membaca, menulis, memahami, dan mengamalkan
kandungan al-Qur’an.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
11
Tujuan TPQ yang sederhana itu mampu membawa dampak
yang besar terhadap masa depannya. Pembentukan generasi yang baik
harus disiapkan sejak anak-anak. Orang tua maupun pendidik harus
mampu menyiapkan pendidikan agama yang baik sehingga hasilnya
bisa dilihat di masa depan anak tersebut.
Di dalam buku Petunjuk Teknis dan Pedoman Pembinaan TK/
TPQ (Kanwil Depag Jatim, 1993) dinyatakan bahwa tujuan pendidikan
di TK/ TPQ adalah “Menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi
muslim yang qur’ani yaitu generasi yang mencintai al-Qur’an,
menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan dan sekaligus pandangan
hidupnya sehari-hari.
Selain itu tujuan Taman Pendidikan al-Qur’an adalah
memberantas buta huruf al-Qur’an di kalangan masyarakat. Anak-anak
menjadi dekat dengan al-Qur’an sehingga menjadikan al-Qur’an
sebagai pedoman hidup sehari-hari begitu juga kepribadiannya
berpedoman pada al-Qur’an. Anak-anak yang berkepribadian seperti
apa yang ada di dalam al-Qur’an itulah yang dinamakan kepribadian
muslim.
Tujuan pengajaran merupakan salah satu aspek dalam
pendidikan yang harus diperhatikan, karena pendidikan akan dikatakan
berhasil apabila tujuan tersebut dapat tercapai atau paling tidak
mendekati target yang ditentukan. (Mansur, 2009: 134).
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
12
Ada tujuan yang hendak dicapai maka diperlukan adanya target
operasional sehingga dalam pelaksanaannya tetap berpegang pada
tujuan TPQ. Target operasionalnya meliputi:
a. Target jangka pendek (1-2 tahun), yaitu anak dapat membaca
al-Qur’an dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu
tajwid; anak dapat melakukan shalat dengan baik; dan anak
hafal beberapa surat pendek, ayat-ayat pilihan dan doa sehari-
hari.
b. Target jangka panjang (3-4 tahun), yaitu anak dapat
mengkhatamkan al-Qur’an 30 juz; anak mampu
mempraktekkan lagu-lagu dasar Qiro’ati; dan anak mampu
menjadikan dirinya sebagai teladan bagi teman segenerasi.
(Muhaimin, 2004: 300)
Target dan tujuan harus berjalan seimbang. Kemampuan
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar merupakan target dan
sekaligus merupakan tujuan pokok dan perdana yang harus dicapai dan
sekaligus dimiliki oleh setiap santri. ( Mansur, 2009: 135)
Ada beberapa tujuan TPQ yang disebutkan di atas menjadi
acuan untuk melaksanakan target-target dalam upaya mencapai tujuan
TPQ tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari adanya
Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) adalah mengajarkan pendidikan
al-Qur’an kepada anak-anak yang diharapkan anak mampu membaca,
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
13
menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan al-Qur’an sehingga
terbentuk generasi qur’ani (generasi yang cinta al-Qur’an).
3. Strategi pembelajaran atau penanaman nilai-nilai keagamaan
kepada anak-anak di TPQ
Adanya tujuan-tujuan TPQ serta target-target yang telah
dijelaskan pada uraian sebelumnya, nampak bahwa pendidikan anak di
TKA/TPQ lebih banyak berorientasi pada pembinaan dan
pengembangan kognitif (hafalan surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan
dan doa sehari-hari) dan psikomotorik (cara/keterampilan
melaksanakan ajaran agama secara formal, keterampilan membaca al-
Qur’an, mempraktekkan lagu-lagu islami). Sedangkan pembinaan dan
pengembangan afektif atau sikap, jiwa, dan cita rasa beragama belum
banyak ditonjolkan. Memang dalam target jangka panjang disebutkan
bahwa anak mampu menjadikan dirinya sebagai teladan bagi teman
segenerasi. Tetapi pengertian teladan di situ mungkin lebih
menonjolkan pada keteladanan dalam konteks aspek kognitif dan
psikomotoriknya.
Idealnya pembinaan keagamaan pada anak-anak di TKA/ TPQ
menonjolkan kedua-duanya secara terpadu, yaitu pembinaan aspek
kognitif-psikomotorik dan aspek afektifnya.
Bagaimana strategi pembelajaran atau pendidikan nilai-nilai
(sikap, jiwa, dan cita rasa beragama Islam dalam pendidikan anak di
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
14
TKA/TPQ? Menurut Muhadjir (1989) dan Muhaimin, dkk (1996)
membagi strategi pembentukan nilai ke dalam empat macam, yaitu:
a. Strategi indoktrinasi/ memberitahukan kepada anak nilai mana
yang baik dan mana yang buruk
b. Strategi bebas, yakni anak dibiarkan untuk memilih sendiri mana
nilai yang akan dianut/ diyakini
c. Strategi klarifikasi, yakni pendidik membantu anak untuk memilih
nilai-nilai etik-religius yang diyakininya sebagai baik, bukan
memberitahukan nilai mana yang baik
d. Strategi transinternalisasi, dimana anak diajak mengenal nilai etik-
religius yang digunakan dari zaman ke zaman oleh umat manusia,
anak dibawa untuk menghayatinya, selanjutnya menjadikan nilai
itu miliknya melalui proses transinternalisasi. (Muhaimin, 2004:
302)
Berdasarkan pola pikir anak yang masih dalam masa
pertumbuhan dan belum memiliki banyak pengalaman, sebaiknya
strategi pembelajaran atau pendidikan nilai-nilai (sikap, jiwa, dan cita
rasa) keagamaan dalam pendidikan anak di TKA/ TPQ menggunakan
strategi keteladanan dan transinternalisasi.
Ajaran agama yang diberikan pada anak bukan pengajaran dan
pemberian pengertian yang muluk-muluk, karena kemampuan/
kesanggupan anak dalam perbendaharaan bahasa atau kata-kata, di
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
15
samping itu anak-anak masih belum bisa berpikir abstrak. Sesuai
dengan karakteristiknya, maka pendidikan keagamaan pada anak lebih
bersifat teladan atau peragaan hidup secara riil. Karena anak belajar
dengan cara melihat, mendengar, meniru-niru, menyesuaikan dan
mengintegrasi diri dalam suatu suasana. Karena itu keteladanan
pendidik yang diikuti dengan latihan-latihan keagamaan dan
pembiasaannya oleh anak-anak akan lebih meresap dalam jiwanya.
(Muhaimin, 2004: 302)
Peneliti melihat perkembangan TPQ saat ini terus mengalami
peningkatan. Pengajaran yang diberikan di TPQ tidak hanya sekedar
belajar ilmu pengetahuan di kelas. Namun permainan yang positif dan
mampu menumbuhkembangkan daya kreatifitas santri dan
mengakrabkan hubungan dengan sesama telah menjadi bagian
pengajaran yang harus diperhatikan.
Pada zaman modern, kekreatifan pendidik dituntut untuk
memunculkan kegiatan-kegiatan TPQ yang menarik bagi anak-anak.
Kegiatan TPQ bisa dikemas dalam bentuk yang menarik seperti
permainan yang postif tanpa meninggalkan nilai etik religius. Anak-
anak diharapkan mampu mengikuti perkembangan zaman yang
semakin modern dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip
keteladanan. Peneliti setuju dengan strategi pembentukan nilai
menggunakan keteladanan dan integrasi.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
16
4. Faktor yang mempengaruhi anak mengikuti Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TPQ)
Keikutsertaan mengikuti TPQ ada beberapa faktor, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. (Mansur, 2011: 136-137)
- Faktor intern adalah kepribadian dan faktor pembawaan.
Secara psikologis pada dasarnya setiap anak telah
mempunyai fitrah (bawaan) keimanan atau keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah itulah yang mempengaruhi anak-
anak untuk mengikuti TPQ sebagai salah satu cara ingin tahu anak
tentang Tuhannya yaitu Tuhan Yang Mah Esa.
- Faktor ektern terdiri atas faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
Fitrah (bawaan) keimanan yang ada pada diri setiap anak
tidak akan bisa berkembang sesuai dengan pedoman dan petunjuk
yang ada dalam al-Qur’an dan sunah Rasul ( Muhammad saw.)
tanpa peran dari kedua orang tua/ pendidikan yang memberikan
pedoman dan petunjuk kepada anak.
Faktor intern dan faktor ekstern yang telah diuraikan di atas
merupakan faktor yang ada pada diri anak sehingga anak mengikuti
TPQ. Karakteristik anak masih alami sehingga seorang anak
menjadi baik ataupun buruk tergantung pendidikan yang diberikan
oleh keluarga dan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pendapat John Locke, yang terkenal
dengan teori tabularasa “bahwa anak itu bagaikan sehelai kertas
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
17
putih” ini bisa berarti apapun isi dan tulisan pada kertas tersebut
tergantung orang yang menggoreskan pena pada kertas tersebut.
Artinya perkembangan anak dalam pendidikan tergantung
bagaimana orang tua/ lingkungan/ pendidikan yang memberikan
kepadanya. (Sutrisna Sumadi dan Rafi’udin, 2007: 58)
Teori mengenai fitrah manusia telah ada pada hadits
Rasulullah saw. Beliau bersabda:
الل ه ع ن ه ،ق ال الل ه :أ ن أ ب اه ر ي ر ة ر ض ي ر س ول م ا:"ق ال ل ودإ ل م و م ن ي م جس ان ه ي ن صر ان ه ،أ و ي ول د ع ل ىال ف ط ر ة ،ف أ ب و اه ي ه ود ان ه أ و
“Dari Abu Hurairah ra. berkata, bersabda Nabi saw : Tidak ada
seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka
kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anaknya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
keikutsertaan anak-anak di TPQ maka peneliti menyimpulkan
bahwa anak-anak yang mengikuti pendidikan di TPQ didorong
oleh faktor intern yang berupa kepribadian dan pembawaan yang
memang telah ada sejak anak lahir untuk beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Selain itu, ada pula faktor ektern yang datang dari
orang tua, lingkungan , masyarakat yang menginginkan dan peduli
terhadap anak-anak agar menjadi generasi yang soleh dan solehah
mempunyai kepribadian muslim.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
18
5. Peran Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)
Istiah Peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)
berarti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat. (http://kbbi.web.id/peran tgl 8
Agustus 2016 pukul 05.27 WIB)
Setiap orang memiliki peran masing-masing dalam
kehidupannya. Seorang siswa berperan sebagai anak didik di sekolah,
seorang anak berperan sebagai anak dalam keluarga, dan lain
sebagainya. Selama orang tersebut berinteraksi dengan orang lain pasti
mempunyai peran satu sama lain.
Pengertian peran kini bisa diaplikasikan dalam suatu lembaga.
Peran suatu lembaga memiliki arti perangkat tingkah atau tindakan
yang diharapkan dimiliki oleh lembaga yang ada dalam masyarakat.
Setiap lembaga pasti mempunyai peran dalam masyarakat sebagai
upaya mencapai tujuan lembaga tersebut. Adanya lembaga juga
menjadi tempat masyarakat dalam menyelesaikan problema yang
dihadapi. Begitupun adanya TPQ, dalam pelaksanaannya memiliki
peran dalam membantu masyarakat khususnya anak-anak belajar mulai
membaca sampai mengamalkan al-Qur’an.
Lembaga Pembinaan TPQ memiliki peranan sebagai berikut :
a. Memfasilitasi dalam pembelajaran al-Qur’an.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
19
b. Mengontrol dan memonitoring secara periodik perkembangan
pendidikan al-Qur’an.
c. Melakukan pembinaan secara menyeluruh dan berkelanjutan
kepada unit-unit tertentu.
d. Melakukan koordinasi secara intensif dengan instansi-instansi
terkait baik instansi horizontal maupun vertikal. (Depag RI, 2009:
8)
Berdasarkan uraian di atas, peran TPQ mampu membantu
membimbing anak-anak belajar tentang al-Qur’an dan cara
mengamalkannya.
B. Perkembangan kepribadian
Menurut Sjarkawi (2006: 22) perkembangan pribadi itu berlangsung
melalui tiga fase sebagai berikut:
1. Mulai perkembangan itu sampai dengan sekitar usia lima tahunan,
merupakan fase yang banyak berkaitan dengan kewibawaan dan
kekuasaan. Pada fase ini inti dari penghargaan diri dan sikap mengenai
aturan yang diterjemahkan dalam bentuk gambaran diri adalah
diarahkan kepada apa yang diharapkan oleh tokoh-tokoh terdekat yang
menguasainya.
2. Masa anak-anak dan masa remaja, merupakan masa yang sebagian
besar diarahkan pada persoalan hubungan dengan teman sebayanya.
Pada masa ini mereka mengembangkan penghargaannya terhadap
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
20
orang lain serta menaruh perhatian terhadap perilaku jujur, keadilan,
dan sikap bersedia membalas jasa orang lain. Jika pada fase pertama
anak pada dasarnya lebih peduli terhadap gambaran dirinya sendiri
sebagaimana diarahkan oleh ortunya, maka pada fase kedua anak harus
menyesuaikan gmbaran dirinya dengan rekan sebayanya.
3. Fase orang mulai memasuki dunia kerja dan mulai berkeluarga.
Persoalan-persoalan pada masa lalu (belajar bergaul dengan rekan
sebaya dan dengan mereka yang berkuasa) berpadu dengan persoalan
identitas diri. Pada masa ini seseorang menentukan corak kepribadian
yang diharapkan dengan cara mengembangkan suatu “Pola Umum
Gambaran Dirinya”, mereka mulai merintis tujuan hidupnya serta
merencanakan strategi yang akan ditempuhnya dalam mengajar tujuan
hidup yang dipilihnya.
Kepribadian muslim pada anak seharusnya dimulai dari fase yang
pertama. Penanaman nilai-nilai akhlak sangat membekas pada diri anak di
usia sampai 5 tahun. Orang tua harus memperhatikan dan menekankan
keteladanan agama pada anak. Anak yang telah terbiasa dengan
keteladanan yang diberikan orang tua menjadikan anak tidak kaget dengan
ajaran agama yang diajarkan di sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai perkembangan
kepribadian secara umum maka peneliti menyimpulkan bahwa kepribadian
seseorang itu bermacam-macam tingkatannya. Kepribadian yang utuh
dapat dibentuk dengan tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tingkat usia
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
21
seseorang. Pada masa anak-anak, kepribadian yang ada pada diri mereka
lebih mengarah pada hubungannya dengan teman sebaya. Sehingga adanya
TPQ menjadi salah satu wadah untuk bersosialisasi dan memenuhi
kebutuhan anak-anak akan hubungannya dengan teman sebaya. Mereka
dipertemukan satu sama lain dan diarahkan untuk membentuk manusia
yang mengenal agama, mematuhi aturan-aturan Illahi yang tercantum
dalam al-Qur’an.
C. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality.
Akar kata personality berasal dari bahasa Latin persona yang berarti “
Topeng” yaitu topeng yang dipakai oleh aktor drama atau sandiwara.
(Hartati dkk, 2005: 117)
Arti kata kepribadian tersebut masih sederhana dan hanya
diartikan sebagai topeng. Para ahli menjelaskan lebih rincinya lagi
mengenai makna dari kepribadian itu sendiri. Kemajuan zaman
memunculkan banyak ahli-ahli psikologi sehingga pendapat mengenai
kepribadian pun banyak didefinisikan. Kepribadian berhubungan
dengan sifat dan tingkah laku manusia. Pandangan mengenai makna
dari kepribadian bersifat subjektif namun ada beberapa unsure yang
sama mengenai definisi kepribadian menurut beberapa ahli. Kita bisa
melihat pendapat-pendapat tersebut dalam banyak literature.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
22
Istilah “kepribadian” sering dijumpai dalam beberapa literature
dengan berbagai ragam makna dan pendekatan. Sebagian Psikolog ada
yang menyebutnya:
(1) personality (kepribadian) sendiri, sedang ilmu yang membahasnya
disebut dengan The Psycology of Personality atau Theory of
Personality;
(2) character (watak atau perangai, sedang ilmu yang
membicarakannya disebut dengan The Psychology of Character,
atau Characterology;
(3) type (tipe), sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan
Typologi. Ketiga istilah tersebut yang dipakai adalah istilah
kepribadian. Selain ruang lingkupnya jelas, istilah kepribadian juga
mencerminkan konsep keunikan diri seseorang. (Hartati dkk,
2005: 118)
Para ahli masih menggunakan beberapa istilah yang berbeda dalam
menyebutkan kepribadian. Hal tersebut terjadi karena masing-masing ahli
melihat kepribadian seseorang yang berbeda-beda. Ada yang melihat
hanya dari ucapan atau tingkah laku. Namun ada juga yang melihat dari
kedua aspek tersebut yaitu ucapan dan tingkah laku.
Peneliti menganalisis pendapat para ahli mengenai istilah kepribadian
yang sesuai makna dengan sifat-sifat yang ada pada diri anak. Adapun
beberapa definisi istilah kepribadian menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
23
Pertama, definisi yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.
Kepribadian adalah integrasi antara id, ego, dan super ego. Id sebagai
komponen kepribadian biologis; ego sebagai komponen kepribadian
psikologis; dan super ego sebagai komponen kepribadian sosiologis.
(Hartati dkk, 2005:121)
Pada diri manusia sejak dilahirkan terdapat unsur-unsur yang
menjadikan dirinya sebagai manusia. Sejak anak dilahirkan sudah mulai
memiliki kepribadian. Bayi yang baru lahir akan menangis jika merasa
lapar, haus, dan tidak nyaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi itu
sudah mempunyai kepribadian biologis. Bayi akan berhenti menangisnya
jika sudah dipeluk oleh ibunya. Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi itu
sudah mempunyai kepribadian psikologis. Bayi akan merasa tenang jika
ada orang-orang disekitarnya. Jiwa sosialnya sudah muncul pada bayi
bahwa ia butuh orang lain namun belum mampu berbicara hanya
ditunjukkan dengan ekpresi menangis.
Semakin bertambah usianya, unsur-unsur kepribadian yang terdiri
dari Id, ego, super ego semakin berkembang. Tidak sesederhana saat bayi
baru lahir. Apalagi anak yang sudah mengenal lingkungan masyarakat
maka akan terlihat dengan jelas kepribadiannya tersebut.
Kedua, definisi yang dikemukakan oleh Raymond Bernard Kettel.
Kepribadian adalah sesuatu yang memungkinkan prediksi tentang apa
yang akan dikerjakan seseorang dalam situasi tertentu. Kepribadian
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
24
mencakup semua tingkah laku individu baik yang terbuka (lahiriah)
maupun yang tersembunyi (batiniah). (Hartati dkk, 2005: 122)
Pada definisi kepribadian menurut Raymond Bernard Kettel,
peneliti menganalisis bahwa pengamat kepribadian orang lain hanya
mampu memprediksi terhadap sifat yang akan dimunculkan oleh
seseorang atau tingkah laku yang akan dilakukan oleh seseorang.
Pengamatan tersebut tidak semuanya mampu dilihat karena kita tidak bisa
mengendalikan dan mengatur kepribadian orang lain. Kita hanya mampu
memprediksikan kepribadian yang terlihat saja.
Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari
kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau
suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain.
(http://kbbi.web.id/pribadi diakses pada tanggal 05-08-2016 Pukul 05.27
WIB). Kepribadian tiap orang pasti berbeda-beda. Hal tersebut
dikarenakan pengalaman yang didapat setiap orang tidaklah sama. Namun
kepribadian tersebut bisa diubah jika ada keinginan yang kuat pada
seseorang. Jika dalam diri telah ada kepribadian yang baik maka
menjaganya itu lebih baik. Sedangkan, kepribadian buruk yang terdapat
pada seseorang harus diubah dengan belajar dari orang-orang yang
berkepribadian baik.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
25
2. Faktor-Faktor yang Membentuk Kepribadian
Hakikat manusia menjadi dasar studi dalam menentukan faktor-
faktor yang membentuk kepribadian. Ada tiga aliran yang masing-
masing menentukan kepribadian manusia di antaranya :
a. Aliran Empirisme
Aliran ini menyatakan bahwa faktor utama pembentukan
kepribadian adalah lingkungan. Lingkungan yang mempengaruhi
tingkah laku manusia. Pelopor aliran ini yaitu John Locke ( 1632-
1704) yang merupakan salah satu filosof berkebangsaan Inggris.
(Hartati, 2005: 171)
John Locke berpendapat bahwa manusia yang baru lahir
bagaikan kertas putih (tabula rasa) yang dapat ditulisi apa saja
yang dikehendaki. Bayi yang lahir memiliki kecenderungan yang
sama dengan bayi yang lain. Semua bayi yang lahir selalu dalam
keadaan alami yang ditandai dengan menangis apabila merasa
lapar, haus, dan sakit. Perbedaan kepribadian yang tampak
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dalam proses kehidupannya.
b. Aliran Nativisme
Aliran ini menyatakan bahwa faktor utama pembentukan
kepribadian adalah sifat bawaan, keturunan sebagai penentu
tingkah laku seseorang.
Aliran Nativisme memandang hereditas ( heredity ) sebagai
penentu kepribadian. Hereditas adalah totalitas sifat-sifat
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
26
karakteristik yang dibawa atau dipindahkan dari orang tua ke anak
keturunannya. Aliran ini dipelopori oleh Arthur Scopenhauer
(1788-1860) seorang psikolog berkebangsaan Jerman. (Hartati,
2005: 174-177)
c. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi adalah aliran yang menggabungkan dua
aliran di atas. Kepribadian manusia ditentukan oleh sifat bawaan
dan lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh William Stern (1871-
1938) dan Adler.
Menurut aliran ini, penentuan kepribadian seseorang
ditentukan oleh kerja yang integral antara faktor internal (potensi
bawaan) maupun potensi eksternal (lingkungan). (Hartati, 2005:
178)
D. Kepribadian Muslim
1. Pengertian Kepribadian Muslim
Istilah kepribadian (personality) dalam studi keislaman lebih
dikenal dengan term al-syakhshiyah. Syakhsiyah berasal dari kata
syakhsh yang berarti “pribadi”. Kata itu kemudian diberi ya nisbah
sehingga menjadi kata benda buatan ( masdar shina’iy) syakhshiyah
yang berarti “kepribadian”.
Pada khazanah klasik abad pertengahan, kata syakhshiyah
kurang begitu dikenal dalam literature keislaman. Ada beberapa alasan
term syakhshiyah kurang dikenal: (1) dalam al-Qur’an maupun al-
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
27
Sunnah tidak ditemukan term syakhshiyah, kecuali dalam beberapa
hadis disebutkan term syakhsy yang berarti pribadi (person), bukan
kepribadian (personality); (2) dalam khazanah Islam klasik, para filsuf
maupun sufi lebih akrab menggunakan istilah akhlaq. Penggunaan
istilah ini karena ditopang oleh ayat al-Qur’an dan hadits Rasul; (3)
term syakhshiyah hakikatnya tidak dapat mewakili nilai-nilai
fundamental Islam untuk mengungkap suatu fenomena atau perilaku
batinah manusia. Term syakhshiyah yang lazim dipakai dalam
Psikologi Kepribadian Barat aksentuasinya lebih pada deskripsi
karakter, sifat, atau perilaku unik individu, sementara term akhlaq
lebih menekankan pada aspek penilainnya terhadap baik-buruk suatu
tingkah laku. Syakhshiyah merupakan akhlak yang didevaluasi (tidak
dinilai baik-buruknya), sementara akhlak merupakan syakhshiyah yang
dievaluasi.
Term syakhshiyah telah banyak digunakan untuk
menggambarkan dan menilai kepribadian individu. Sebutan
syakhshiyah al-muslim memiliki arti kepribadian orang Islam.
Pergeseran makna ini menunjukkan bahwa term syakhshiyah telah
menjadi kesepakatan umum untuk dijadikan padanan dari personality.
Yusuf Murad menyebut dua istilah yang terkait dengan kepribadian.
Pertama, istilah al-syakhshiyah al-iniyah atau al-syakhshiyah al-
zatiyah untuk mendeskripsikan kepribadian yang tampak dari
perspektif diri sendiri; Kedua, istilah al-syakhshiyah al-mudhu’iyah
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
28
atau al-syakhshiyah al-khalq untuk mendeskripsikan kepribadian yang
tampak dari perspektif orang lain, sebab kepribadian individu menjadi
objek (maudhu’) penggambaran. (Hartati, 2005: 124-125)
Peneliti menyimpulkan bahwa kata “kepribadian” lebih umum
maknanya dibanding akhlak. Jika akhlak telah jelas nilai baik
buruknya dan Islam menggunakan kata akhlak dalam menggambarkan
kepribadian seseorang. Namun mayoritas masyarakat mengartikan
kepribadian dalam bahasa Indonesia dan akhlak dalam bahasa Arab.
Hal tersebut sependapat dengan Muhammad ‘Imad Al-Din Ismail,
beliau berpendapat bahwa terminology akhlak dan syakhshiyah dalam
literature klasik digunakan secara bergantian, karena memiliki makna
satu.
Pada literature modern, keduanya dibedakan karena memiliki
konotasi makna. Akhlak merupakan usaha untuk mengevaluasi
kepribadian, atau evaluasi sifat-sifat umum yang terdapat pada perilaku
pribadi dari sudut baik-buruk, kuat-lemah dan mulia –rendah.
Sementara syakhshiyah tidak terkait dengan diterima atau tidaknya
suatu tingkah laku, sebab didalamnya tidak ada unsure-unsur evaluasi.
(Hartati, 2005: 128)
Akhlak lebih khusus daripada kepribadian. Perbedaan pendapat
yang begitu beragam tersebut, pada intinya akhlak dan kepribadian
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
29
memiliki akar makna yang sama. Sifat dan sikap seseorang yang
berbeda-beda sehingga menjadi ciri khas orang tersebut.
Jalaluddin (2003: 196) menyatakan bahwa Kepribadian
individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkah laku,
serta kemampuan intelektual yang dimilikinya. Islam memandang
setiap manusia memiliki potensi yang berbeda, hingga kepada setiap
orang dituntut untuk menunaikan perintah agamanya sesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing yaitu yang terdapat dalam Qs. Al-
An’am (6): 152.
Islam telah mengatur kepribadian yang semestinya dimiliki
oleh manusia. Manusia diberi pengajaran tentang kepribadian yang
baik. Adapun kepribadian yang buruk harus ditinggalkan, jangan
sampai dijadikan acuan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia diberi
kebebasan untuk melakukan sesuatu sesuai kemampuannya. Hal
tersebut sama kaitannya dengan beribadah. Kebebasan yang dilakukan
manusia ada batasannya. Jika manusia melampaui batas maka akan
berakibat buruk terjadi pada dirinya. Manusia harus mampu
menempatkan dirinya di lingkungan masyarakat sebagai sosok yang
memiliki kepribadian seorang muslim.
Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui
pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang
dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
30
memiliki akhlak mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya
dengan tingkat keimanan. Sebab Nabi mengemukakan “Orang mukmin
yang paling sempurna imannya, adalah orang mukmin yang paling
baik akhlaknya (Hadits). Pencapaian tingkat akhlak yang mulia
merupakan tujuan pembentukan kepribadian muslim. (Jalaluddin,
2003: 198)
Penjelasan dalam bukunya Jalaluddin tersebut sepaham dengan
aliran nativisme. Aliran yang mengatakan bahwa lingkunganlah yang
membentuk kepribadian seseorang. Jika lingkungannya baik maka
kepribadian seseorang pun akan baik namun manusia yang berada pada
lingkungan yang tidak baik akan terpengaruh oleh lingkungannya
tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka peneliti
menyimpulkan bahwa kepribadian seseorang meliputi ciri khas
seseorang dalam bersikap, pengalaman individu yang berbeda-beda,
sehingga membentuk kepribadian yang muslim bisa dibentuk melalui
pendidikan islam yang diajarkan sejak masa anak-anak melalui orang
tua, TPQ, dan lingkungan masyarakat pastinya harus memberi teladan
yang baik bagi anak-anak. Karena sifat anak itu meniru orang-orang
yang dilihatnya. Anak-anak belum mengetahui baik dan buruk suatu
perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga harus diarahkan
melalui pendidikan Islam.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
31
2. Proses Membentuk Kepribadian Muslim
Berbicara mengenai proses membentuk kepribadian muslim,
kita harus memahami kepribadian muslim yang sesuai dengan perintah
Allah SWT. Ada aspek-aspek yang memang harus diperhatikan dalam
upaya membentuk kepribadian muslim.
Pada dasarnya muslim harus meneladani sifat-sifat yang ada
pada diri Rasulullah saw itulah kepribadian muslim. Hal tersebut telah
disebutkan dalam firman Allah QS. Al-Ahzab (33) : 21
م و ال ي و الل ه ي ر ج و ان ك ل م ن ح س ن ة ة و أ س الل ه ر س ول ف ي ل ك م ك ان ل ق د ث يرا ك الل ه و ذ ك ر ر )۲۱(اآلخ
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.21
Pembentukan kepribadian muslim tidak secara langsung dapat
dilihat saat itu juga, namun perlu adanya tahapan-tahapan dalam upaya
menuju kepribadian muslim. Pemahaman dan pengembangan pribadi
merupakan proses dari pembentukan kepribadian muslim. Kita harus
memahami diri sendiri. Jika masih kecil maka paling tidak kita tahu
nama, orang tua, dan tempat tinggal. Setelah mengetahui identitas diri
walaupun hanya sebatas nama saja, tahapan selanjutnya yaitu
mengembangkan pribadi. Maksudnya potensi-potensi yang ada dalam
diri kita kembangkan melalui sosialisasi di lingkungan masyarakat.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
32
Tempat sosialisasi pun perlu diperhatikan terhadap nilai-nilai
yang diajarkan pada tempat tersebut. Bagi seorang anak, tempat
sosialisasi yang baik dan sesuai dengan kondisi anak di antaranya
sekolah, pesantren, TK, TPQ. Orang tua perlu mengikutsertakan anak
pada tempat sosialisasi yang baik.
Peneliti memahami bahwa pembentukan kepribadian muslim
melalui suatu proses. Metode pemahaman dan pengembangan pribadi
bisa dijadikan salah satu proses membentuk kepribadian muslim. Dalam
bukunya Hanna Djumhana Bastaman( 2011: 126-127), Ada macam-
macam metode pemahaman dan pengembangan pribadi , antara lain
adalah :
a. Pembiasaan: melakukan suatu perbuatan atau keterampilan
tertentu terus-menerus secara konsisten untuk waktu yang cukup
lama, sehingga perbuatan dan keterampilan itu benar-benar
dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit
ditinggalkan. Dalam psikologi proses pembiasaan disebut
conditioning. Proses ini akan menjelmakan kebiasaan (habit) dan
kebisaan (ability), akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi
(personality traits) yang terperangai dalam perilaku sehari-hari.
b. Peneladanan: mencontoh pemikiran, sikap, sifat-sifat, dan perilaku
dari orang-orang yang dkagumi untuk kemudian mengambilalihnya
sebagai sikap, sifat, dan perilaku pribadi. Ada dua ragam bentuk
penteladanan yaitu peniruan (imitation) dan identifikasi diri (self-
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
33
identification). Peniruan adalah usaha untuk menampilkan diri dan
berlaku seperti penampilan dan perilaku orang yang dikagumi
(idola), sedangkan identifikasi diri adalah mengambil alih nilai-
nilai (values) dari tokoh-tokoh yang dikagumi untuk kemudian
dijadikan nilai-nilai pribadi (personal values ) yang berfungsi
sebagai pedoman dan arah pengembangan diri.
c. Pemahaman, penghayatan, dan penerapan: secara sadar berusaha
untuk mempelajari dan memahami benar hal-hal (nilai-nilai, asas-
asas, dan perilaku) yang dianggap baik dan bermakna, kemudian
berusaha untuk mendalami dan menjiwainya, lalu mencoba
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Ibadah: ibadah khusus seperti: shalat, puasa, dzikir, dan ibadah
dalam artian umum, yakni berbuat kebajikan dengan niat semata-
mata karena Allah, secara sadar ataupun tidak disadari akan
mengembangkan kualitas-kualitas terpuji pada mereka yang
melaksanakannya. Sebagai contoh adalah ibadah salat dan dzikir.
Keempat metode tersebut masing-masing dapat dilaksanakan
sendiri maupun kelompok, itulah yang dinamakan “Menuju Kepribadian
Muslim”. Maknanya pun sama dengan “membentuk Kepribadian
Muslim”. Sehingga ruang lingkup yang diajarkan kepada anak dalam
pembelajaran di Taman Pendidikan al-Qur’an bisa mengacu pada
keempat metode di atas. Sebagai aspek-aspek yang harus diperhatikan
dalam membentuk kepribadian muslim. Hal itu tentu harus dimulai sejak
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
34
masa anak-anak karena pola pikir anak masih sangat dipengaruhi oleh
orang-orang di sekitarnya.
Selain itu, dalam bukunya Jamaluddin Mahfudz ( 2007: 113)
mengatakan bahwa inti seseorang mempunyai kepribadian muslim yaitu
a. Menyerahkan Diri kepada Allah
Islam sendiri berasal dari bahasa arab yaitu salama-yaslimu-
tasliman yang artinya berserah diri.
Implikasi dari pengakuan diri sebagai seorang muslim adalah
dengan menyerahkan diri sepenuhnya terhadap perintah Allah
SWT. Cara mengaplikasikan bentuk penyerahan diri terhadap
Allah dengan beriman kepada keesaan Allah dan tercermin dalam
kepribadian sehari-hari dalam kehidupan seorang muslim. Semua
kepribadiannya harus dilandasi oleh perintah dari Allah yang
tercantum dalam kitab Al-Qur’an dan terdapat pada kehidupan
Rasulullah saw yang dijadikan sebagai uswatun hasanah (contoh
yang baik).
Kehidupan yang dijalani oleh Rasulullah saw adalah bentuk
nyata bahwa kehidupan yang beliau jalani hanya semata karena
perintah dari Allah SWT. Segala yang beliau lakukan di dunia ini
dalam rangka beribadah kepada Allah. Hal itu bisa kita lihat dalam
firman Allah SWT,
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
35
Qs. Al-An’am (6) :162-163
ال ع ال م ين ي اي و م م ات يل ل ه ر ب ل(۱۶۲)ق ل إ ن ص الت يو ن س ك يو م ح ل م ين ال م س و أ ن اأ و ل أ م ر ت و ب ذ ل ك ل ه (۱۶۱)ش ر يك
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
(162). Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (163).
b. Mampu menjaga kesimbangan dalam kepribadian
Islam menganjurkan penyatuan antara kebutuhan jasmani
dan rohani secara adil, sehingga tercipta keseimbangan antar
kebutuhan jasmani dan rohani dalam diri manusia. ( Muhammad
Utsman Najati, 2008: 285)
Manusia memiliki hak untuk memenuhi kebutuhan jasmani
dan rohani. Kebutuhan jasmani manusia antara lain makan, minum,
tidur, olahraga, membutuhkan pakaian dan lain-lain. Kebutuhan
rohani manusia antara lain berupa rasa ketenangan, kebebasan,
keamanan, keyakinan dalam hidup. Pemenuhan kebutuhan jasmani
dan rohani manusia haruslah seimbang.
Menjaga kesehatan badan merupakan salah satu bentuk
pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani manusia yang adil.
Pribadi muslim harus menjaga kesehatan badan dalam upaya
untuk mendukung terlaksananya ibadah kepada Allah SWT. Misal
jika orang yang sakit pasti tidak tenang dalam melaksanakan
ibadah salat.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
36
Kesehatan badan yang harus dijaga antara lain:
1) Kesucian dan kebersihan
Allah telah memerintahkan kita agar selalu menjaga kebersihan
dan kesucian sebagaiman yang terdapat dalam Qs. Al-Maidah :
6
و ج وه ك م ل وا ف اغ س إ ل ىالص الة ت م ق م إ ذ ا آم ن وا ال ذ ين أ ي ه ا ي اإ ل ى و أ ر ج ل ك م ك م ب ر ء وس و ام س ح وا ال م ر اف ق إ ل ى و أ ي د ي ك م ر ف ع ل ىس م ر ض ىأ و ك ن ت م ج ن باف اط ه ر واو إ ن ك ن ت م و إ ن ال ك ع ب ي ن د وا ت ج ف ل م النس اء ت م لم س أ و ال غ ائ ط م ن م ن ك م أ ح د ج اء أ و
و أ ي د يك م ف ام س ح واب و ج وه ك م ف ت ي م م واص ع يداط يبا م ن ه م ام اءو ل ي ت م ل ي ط هر ك م ي ر يد و ل ك ن ح ر ج م ن ع ل ي ك م ع ل ل ي ج الل ه ي ر يد
ك ر ون ع ل ي ك م ل ع ل ك م ت ش )۶(ن ع م ت ه Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
hendak mengerjakan salat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayamumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
Rasulullah saw juga bersabda tentang bersuci :
النظافة من الإميانKebersihan adalah sebagian dari iman (HR. Muslim)
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
37
Kebersihan diajarkan sejak dari masa anak-anak
sehingga semakin dewasa sudah terlatih dan terbiasa untuk
hidup bersih. Kebersihan yang diajarkan sejak kecil bisa
berawal dari membersihkan diri sendiri selanjutnya
membersihkan tempat tinggalnya dan dilanjutkan dengan
membersihkan lingkungannya yang dikerjakan secara
bersama-sama dengan masyarakat.
2) Menjaga diri dari penyakit
Dalam bukunya M. Jamaluddin Mahfuzh (2001: 113),
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Hal itu dilakukan
agar tidak menjalar ke lingkungan yang lebih luas. Rasulullah
saw bersabda,
“Waspadalah terhadap tiga orang yang terkutuk; orang
yang buang air besar di sumber-sumber air, di tengah jalan,
dan di bawah naungan.”(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Al-Qur’an menjelaskan pentingnya keseimbangan dalam
kepribadian sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Qashash (28):
77
ار الد الل ه آت اك ا ف يم ن ي او اب ت غ الد م ن يب ك ن ص ت ن س و ل ر ة اآلخ إ ن الل ه ل ال ف س اد ف ياألر ض و لت ب غ الل ه إ ل ي ك ك م اأ ح س ن ن و أ ح س
د ين ال م ف س ب )۷۷(ي ح Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
38
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Qs.
Al-Qashash (28): 77)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus menjadikan
dunia ini sebagai sarana untuk mendapatkan kebahagiaan di
akherat. Manusia tidak boleh egois hanya memenitingkan
kehidupan akherat saja tetapi melupakan kehidupan di dunia.
Hidup di dunia hanya beribadah mahdah ( khusus).
Dalam ayat lain, al-Qur’an menggambarkan ketiga bentuk
kepribadian manusia yaitu :
1) Mukmin (terdapat pada Qs. Al-Baqarah (2): 2-5);
ل ل م ت ق ين ه دى ف يه ر ي ب ل ال ك ت اب م ن ون )۲(ذ ل ك ي ؤ ال ذ ين ي ن ف ق ون ن اه م ر ز ق و م م ا الص الة و ي ق يم ون و ال ذ ين )۱(ب ال غ ي ب
ه م ر ة و ب اآلخ ق ب ل ك م ن أ ن ز ل و م ا إ ل ي ك أ ن ز ل ب م ا م ن ون ي ؤ ه م )۴(ي وق ن ون و أ ول ئ ك ر به م م ن ه دى ع ل ى أ ول ئ ك
)۵(ال م ف ل ح ون Artinya: Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (2). (yaitu)
mereka yang beriman kepada yang gaib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki
yang Kami anugerahkan kepada mereka. (3). Dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang
telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang
telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat. (4).
2) Kafir (terdapat pada Qs. al-Baqarah (2): 6-7),
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
39
3) Munafik (terdapat pada Qs. al-Baqarah (2): 8-20). Masing-
masing dijadikan nama surat dalam Al-Qur’an, yaitu Al-
Mukminun, Al-Kafirun, dan Al-Munafiqun. (Muhammad
Ustman Najati, 2008: 289 )
Ciri-ciri orang mukmin yang digambarkan Al-Qur’an
tercermin dalam keteladanan. Keteladanan itu mencakup
kehidupan pribadi, rumah tangga, sosial, dan pekerjaannya. Mereka
berpegang teguh pada akhlak mulia. Rasulullah sendiri telah
mendidik dan berhasil mencetak generasi awal orang mukmin. Hal
itu terbukti dengan adanya para sahabat Nabi saw yang
menyerahkan harta dan jiwa demi terwujudnya keselamatan orang-
orang mukmin.
Ciri-ciri yang terdapat dalam kepribadian orang mukmin ini
saling berkait satu dengan lainnya. Semuanya berperan dalam
membentuk sikap orang mukmin di berbagai bidang kehidupan.
Karena itu sikap orang mukmin terlihat tenang dan serasi, baik
dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, maupun
dirinya sendiri. Ciri-ciri yang berkaitan dengan aqidah memiliki
peranan yang penting dan mendasar dalam membentuk sikap
manusia di berbagai bidang kehidupan.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
40
c. Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim
Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim dalam istilah
bahasa Arab dikenal dengan Ukhuwah Islamiyah. Sesama muslim
harus menjalin persaudaraan di seluruh dunia tanpa melihat
perbedaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa, dan
kewarganegaraan. Hal yang menjaga persaudaraan itu adalah
kesamaan keyakinan atau iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka sama-sama bersaksi Tiada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah SWT dan Muhammad saw adalah Nabi dan Utusan-
Nya.
Persaudaraan seiman itu dijelaskan oleh Allah SWT dalam
surat al-Hujurat ( 49 ) : 10
ل ع ل ك م الل ه و ات ق وا أ خ و ي ك م ب ي ن ف أ ص ل ح وا ة و إ خ م ن ون ال م ؤ إ ن م ا(۱۱)ت ر ح م ون
Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.10
Rasulullah telah berhasil mempersatukan suku Aus dan
Khazraj yang merupakan dua suku tradisional di bangsa Arab yang
sangat bertentangan satu sama lain. Begitu juga beliau telah
mempersatukan dan mempersaudarakan antara Muhajirin (orang
Mekkah yang berhijrah) dengan Anshar ( penduduk asli Madinah).
Mereka rela berbagi apa saja untuk saudara-saudara seiman.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
41
Persaudaraan Islam betul-betul merupakan nikmat Allah yang
harus disyukuri dan dijaga.
Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim, ialah dengan
cara tetap mempertahankan perasaan saling mencintai, saling
mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong. Hal tersebut
yang akan memperkuat dan tetap menjaga hubungan baik dengan
sesama muslim sehingga menumbuhkan semangat dalam
membentuk kepribadian muslim yang baik.
Pribadi seorang muslim itu harus mampu berinteraksi dengan
baik terhadap sesama. Rasulullah saw bersabda,
إ ذ ا ال ج س د ، ف يت و اده م ،و ت ع اط ف ه م ،و ت ر اح م ه م ،م ث ل م ن ين ال م ؤ م ث ل وت د اع ىس ائ ر ت ك ىم ن ه ع ض ال ج س د ب الس ه ر و ال ح م ىاش
Artinya: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling
rasa cinta dan kasih sayang mereka, adalah seperti satu
tubuh yang apabila ada salah satu anggotanya yang
mengeluh sakit, maka anggota-anggota tubuh lainnya
ikut merasa sakit.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim diperlukan
empat tahap yang semestinya dilakukan yaitu :
1) Ta’aruf
Saling kenal mengenal, tidak hanya ta’aruf fisik atau biodata
ringkas belaka, tapi lebih jauh lagi juga ta’aruf latar belakang
pendidikan, budaya, keagamaan; ta’aruf pemikiran, ide-ide,
cita-cita; dan ta’aruf problem kehidupan yang dihadapi.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
42
2) Tafahum
Saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan
kelemahan masing-masing, sehingga segala macam bentuk
kesalahfahaman dapat dihindari.
3) Ta’awun
Saling tolong menolong. Muslim yang kuat menolong orang
yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang
kekurangan.
4) Takaful
Saling memberikan jaminan, sehingga menimbulkan rasa
aman. Tidak ada rasa kekhawatiran dan kecemasan
menghadapi hidup ini karena ada jaminan dari sesama saudara
untuk memberikan pertolongan.
Peneliti menyimpulkan bahwa untuk menjaga hubungan baik
dengan sesama muslim sebaiknya dilakukan ke empat hal di atas
sehingga dalam diri setiap muslim ada rasa saling membutuhkan satu
sama lain dan jika ada yang mengalami cobaan hidup maka muslim
lain akan segera menolongnya. Jika mereka sudah seperti satu tubuh
yang masing-masing bagian tubuh ikut merasakan penderitaan dan rasa
ketenangan bagian tubuh lainnya.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
43
d. Selalu optimis
Selalu optimis dan tidak mudah berputus asa, akan dapat
mewujudkan jiwa yang damai dan tenang. Allah SWT berfirman
dalam Qs. Yusuf (12): 87
ر و ح و لت ي أ س وام ن يه و أ خ ي وس ف ف ت ح س س وام ن اذ ه ب وا الل ه ي اب ن ي م ال ك اف ر ون الل ه إ لال ق و ر و ح م ن لي ي ئ س )۷۷(إ ن ه
Artinya : “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir".87
Al-Qur’an memberi ketenangan kepada kaum muslim
dengan menyatakan, bahwa sesungguhnya Allah akan selalu
bersama mereka. Bagi siapa saja hamba-Nya yang tetap berusaha
dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita. Cita-cita
tertinggi seorang muslim yaitu dapat masuk ke surganya Allah
SWT yang hanya ada di akhirat. Hal itu mereka usahakan di dunia
ini dengan rasa optimis.
Apabila kaum muslim bertanya kepada Allah,
sesungguhnya Dia amat dekat dengan mereka. Allah tentu akan
mengabulkan apabila mereka mau berdoa kepada –Nya. Orang
yang optimis adalah orang yang selalu haus akan ilmu sehingga
mereka selalu bertanya baik bertanya kepada Allah melalui doa
maupun bertanya kepada sesama manusia melalui interaksi.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2) : 186
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
44
د ع ان إ ذ ا الد اع ة د ع و يب أ ج ق ر يب ف إ ني ع ني ع ب اد ي س أ ل ك و إ ذ ام ن واب يل ع ل ه م ي ر ش د ون يب وال يو ل ي ؤ ت ج (۱۷۶)ف ل ي س
Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.186
Seorang muslim yang mempunyai kepribadian muslim
harus selalu optimis dalam melakukan hal-hal yang baik dalam
usahanya untuk menggapai cita-cita yang diinginkan dan tentunya
cita-cita yang mulia. Sikap selalu optimis dilakukan dengan cara
selalu bertanya dan berdoa kepada Allah karena Allah Maha Tahu.
Pepatah mengatakan “Malu Bertanya Sesat di Jalan”. Siapapun
yang malu bertanya maka ia tidak akan tahu apapun karena salah
satu cara mendapatkan ilmu yaitu dengan bertanya.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan di
atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kepribadian muslim
adalah ciri khas yang dimiliki oleh seorang anak berdasarkan dari
hasil pengalaman dan pendidikan yang dilaluinya sehingga akhlak
mulia seperti ikhlas, syukur, sabar, cinta kebersihan, dan menjaga
kesehatan harus diterapkan sejak kecil sehingga kepribadian
muslim yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an dapat menjadi sifat
kehidupan sehari-hari seorang manusia.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
45
E. Penelitian Terdahulu
1. “Studi Komparatif Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam antara
Siswa yang Belajar di TPQ dengan yang Tidak Belajar TPQ bagi siswa
kelas III Semester II di SDN 04 Mersi Purwokerto Tahun Pelajaran
2004/2005”. (Skripsi Dian Wulan Sari, NIM: 0106010016, Prodi PAI)
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya perbedaan
prestasi belajar PAI antara siswa yang belajar di TPQ dengan yang
tidak belajar TPQ bagi siswa kelas III semester II di SDN 04 Mersi
Purwokerto tahun pelajaran 2004/2005. Instrumen pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi,
angket/ kuesioner. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan
statistik t-test. Hasil dari penelitian adalah variabel bebas tersebut
dapat mempengaruhi prestasi belajar PAI antara siswa yang belajar di
TPQ dengan yang tidak belajar TPQ bagi siswa kelas III semester II di
SDN 04 Mersi Purwokerto tahun pelajaran 2004/2005.
Persamaan dengan penelitian ini adalah teknik pengumpulan
data yang digunakan observasi dan dokumentasi. Perbedaannya
terletak pada jenis penelitian yang digunakan oleh Dian Wulan Sari
yaitu kuantitatif dengan pendekatan statistik t-test sedangkan peneliti
menggunakan kualitatif, variabel, dan judul yang berbeda. Adanya
perbedaan tersebut peneliti merumuskan judul “Peran Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) KH. Ahmad Dahlan Universitas
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
46
Muhammadiyah Purwokerto Dalam Membentuk Kepribadian Muslim
di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas”.
2. “Pembinaan Akhlakul Karimah Bagi Anak di TPQ Al-Falah Desa
Bakal Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara”. (Skripsi Ivka
Zuhrotun Najiha, Nim: 1123301015, Prodi PAI). Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses
pembinaan akhlakul karimah bagi anak di TPQ Al-Falah. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan
akhlakul karimah bagi anak di TPQ Al-Falah dilakukan melalui
berbagai kegiatan yaitu 1) hafalan surat pendek, 2) materi pembinaan
akhlak, 3) metode keteladanan dan metode pembiasaan. Pembiasaan
akhlakul karimah di TPQ Al-Falah dapat dikatakan berhasil hal ini
dapat dibuktikan dengan kebiasaan dan perilaku anak dalam kehidupan
sehari-hari mereka yang sopan dalam tutur kata, perbuatannya, dan
selalu mengerjakan shalat lima waktu.
Persamaan dengan penelitian ini adalah teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain itu,
tempat penelitian juga terdapat pada lembaga TPQ, Jenis penelitian
sama yaitu kualitatif. Perbedaannya terletak pada variabel. Adapun
variabel bebas pada skripsi ini adalah peran TPQ KH. Ahmad Dahlan
dan variabel terikatnya adalah membentuk kepribadian muslim.
Sedangkan variabel bebas pada skripsi Ivka Zuhrotun Najiha adalah
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016
47
pembinaan akhlakul karimah dan variabel terikatnya adalah TPQ Al-
Falah. Adanya perbedaan tersebut peneliti merumuskan judul “Peran
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) KH. Ahmad Dahlan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto Dalam Membentuk Kepribadian Muslim
di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas”.
Peran Taman Pendidikan..., Septi Ari Subekti, FKIP UMP, 2016