Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan penelitian
kali ini, diantaranya :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Penelitian Terdahulu Metode Hasil
1.
Optimasi Kuat Tekan
Beton Dengan
Simulasi Gradasi
Ukuran Butir Agregat
Kasar (Ganarsih
Tunjung Arum
Universitas Negeri
Yogyakarta, tahun
2013)
Metode Eksperimental
Hasil penelitian
menunjukan bahwa nilai
mkb gradasi agregat asli,
gradasi agregat 1, gradasi
agregat 2, dan gradasi
agregat 3 berturut-turut
kuat tekannya 17,673;
19,129; 22,404; dan
17,228 sehingga diperoleh
kuat tekan beton optimal
pada nilai mkb pada
agregat 2 sebesar 22,404.
2.
Beton Non Pasir
Dengan Penggunaan
Agregat Lokal Dari
Merak (Zulmahdi
Darwis Universitas
Sultan Ageng
Tirtayasa Cilegon,
tahun 2008)
Metode Eksperimental
Hasil pengujian ini
menunjukan bahwa
penggunaan rasio semen
agregat 1:6 memberikan
nilai kuat tekan dan kuat
lentur tertinggi yang
masing-masing sebesar
3,712 MPa dan 0,963
N/mm2. Sedangkan untuk
nilai daya serap air, nilai
terbesar terdapat pada
rasio semen agregat 1:4
sebesar 4,7%. Proporsi
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019
7
optimum pada penelitian
ini adalah rasio semen
agregat 1:6.
3.
Contribution of Rice
Husk Ash to the
Properties of Mortar
and Concrete (Alireza
Naji Givi Institute of
Advanced
Technology
Universiti Putra
Malaysia, tahun 2010)
Metode Eksperimental
Meneliti tentang
Kontribusi Abu Sekam
Padi terhadap Sifat Mortar
dan Beton. RHA adalah
bahan sampingan
diperoleh dari pembakaran
sekam padi yang terdiri
dari silikon dioksida non
kristalin dengan luas
permukaan spesifik yang
tinggi dan reaktivitas
pozzolanic tinggi.
Penelitian ini menyajikan
ikhtisar dari pekerjaan
yang dilakukan pada
penggunaan RHA sebagai
penggantian semen parsial
dalam mortar dan beton.
B. Beton Non Pasir
Beton non pasir ialah suatu bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang
dalam pembuatanya tidak dengan agregat halus. Tidak adanya agregat halus
dalam campuran menghasilkan beton yang berpori (yang semula diisi agregat
halus) sehingga beratnya berkurang. Pori-pori didalam beton tersebut mencapai
sekitar 20 % sampai 25 %. Pada umunya agregat kasar yang dipakai berukuran 10
mm sampai 20 mm, walaupun ukuran yang lain dapat pula dipakai. Pemakaian
agregat dengan gradasi rapat dan bersudut tajam (batu pecah) akan menghasilkan
beton non pasir yang kuat tekan dan berat jenisnya sedikit lebih tinggi daripada
yang memakai agregat seragam dan bulat (kerikil).
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019
8
Berat jenis beton non pasir dipengaruhi oleh berat jenis dan gradasi
agregat kasar yang dipakai, dan pada umumnya berkisar antara 60 % sampai 75 %
dari beton biasa. Hasil penelitian Kardiyono (1994) yang menggunakan kerikil
alami dari Sungai Progo dengan butiran seragam (ukuran 10 – 20 mm)
menghasilkan beton non pasir dengan berat jenis sekitar 1,87. Hasil penelitian
Subkhannur (2002) yang menggunakan kerikil alami dari Gunung Merapi dengan
butiran seragam (ukuran 10 – 20 mm ) menghasilkan BJ 1,9. Beton non pasir yang
menggunakan agregat breksi batu apung dari Desa Bawuran, Pleret, Bantul
(Sulistiyowati, 2000) berat jenisnya sekitar 1,60 (berat jenis batu apung 1,20). Jika
digunakan agregat yang lebih ringan, misalnya lempung bekah (hasil pembakaran
shale, yang berat jenisnya 1,20) diperoleh beton non pasir yang berat jenisnya
1,20 (Sumartono, 1993).
Faktor air semen pada beton non pasir berkisar antara 0,36 dan 0,46.
Perkisaran faktor air semen tidak dapat terlalu besar (beton biasa dari 0,35 dan
0,60) karena jika faktor air semen terlalu rendah maka pasta semennya tidak
cukup menyelimuti butir-butir agregat kasarnya, dan jika faktor air semen terlalu
tinggi maka pasta semen akan terlalu encer sehingga pada waktu pemadatan pasta
semen mengalir kebawah (tidak lagi menyelimuti butir – butir semen). Dengan
demikian ada suatu nilai faktor air semen optimum yang menghasilkan kuat tekan
maksimum untuk suatu nilai perbandingan agregat semen tertentu. Hasil
penelitian Kardiyono (1992) yang memnuat beton non pasir dari pecahan genteng
keramik diperoleh nilai faktor air semen optimum sekitar 0,40 dengan kuat tekan
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019
9
antara 5 Mpa sampai 10 Mpa untuk perbandingan volume agregat semen 10
sampai 6.
C. Semen Portland
Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker, yang terutama terdiri dari silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu [Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A
(Bahan Bangunan Bukan Logam), SK-SNI-S-04-1989-F].
D. Agregat Kasar
Agregat Kasar adalah kerikil sebagai disintegrasi alami dari batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm (SNI – 03 – 2847 - 2002).
Berikut ini adalah tabel dari gradasi agregat kasar :
Tabel 2.2 Gradasi Agregat Kasar
Ukuran Saringan Ayakan Lolos Saringan Ayakan (%)
Ukuran Maks.
10 mm
Ukuran
Maks. 20 mm
Ukuran
Maks. 40 mm Mm SNI ASTM Inch
75 76 mm 3 in 3
100 - 100
37,5 38 mm 1 ½ in 1,5
100 – 100 95 - 100
19 19 mm 3/4 in 0,75 100 - 100 95 – 100 35 - 70
9,5 9,6 mm 3/8 in 0,375 50 - 85 30 – 60 10 - 40
4,75 4,8 mm no. 4 0,187 0 - 10 0 – 10 0 – 5
Sumber: SNI 03-2834-2000
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019
10
E. Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya
paling murah. Dalam pembuatan beton air diperlukan untuk :
1. Bereaksi dengan semen portland.
2. Menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah
dikerjakan (diaduk, dituang dan dipadatkan).
Menurut Standar SK SNI – 04 – 1989 – F, Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A, air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi syarat :
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda melayang lainya, yang
dapat dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh
lebih dari 2 gram per liter.
3. Tidak mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam dan zat organik ) lebih dari 15 gram/liter.
4. Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari 0,5 gram/liter. Khusus
untuk beton prategang kandungan klorida tidak boleh lebih dari 0,05
gram/liter.
5. Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO3) lebih dari 1
gram/liter.
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019
11
F. Kuat Tekan Dengan Fas dan Agregat Kasar
Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik lainya,
agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk masa padat. Beton disusun dari agregat kasar dan agregat halus. (SNI-
03-2847-2002).
Tabel 2.3 Kuat Tekan Beton dengan Fas dan Agregat Kasar
Jenis Semen Jenis Agregat
Kasar
Kekuatan Tekan (Mpa)
Umur (hari) Bentuk benda
uji 3 7 28 29
Semen Portland
Tipe I
Batu tak dipecah 17 23 33 40 Silinder
Batu pecah 19 27 37 45
Semen Tahan
Sulfat Tipe II,
IV
Batu tak dipecah 20 28 40 48
Kubus
Batu pecah 25 32 45 54
Semen Portland
Tipe III
Batu tak dipecah 21 28 38 44 Silinder
Batu pecah 25 33 44 48
Batu tak dipecah 25 31 46 53 Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Sumber: SNI-03-2834-2000.
G. Uji Los Angeles
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil atau batu pecah dengan menggunakan alat mesin Los Angeles. Pengujian
ketahanan aus kerikil dengan cara ini memberikan gambaran yang berhubungan
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019
12
dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, serta kemungkinan terjadinya pecah butir-
butir kerikil selama penumpukan, pemindahan maupun selama pengangkutan.
Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan kekuatan beton yang dibuat. Nilai
yang diperoleh dari hasil pengujian ketahanan aus ini berupa prosentase antara
berat bagian yang halus (lewat lubang ayakan 2 mm) setelah pengujian dan berat
semula sebelum pengujian. Makin banyak yang aus makin kurang tahan
keausannya. Pada umumnya kerikil disyaratkan bagian yang aus atau hancur tidak
lebih dari 10% setelah diputar 10 kali, dan tidak boleh lebih dari 40% setelah
diputar 100 kali.
H. Uji Gradasi (Analisis Saringan Agregat)
Pemeriksaan gradasi agregat mengacu pada Standar Nasional Indonesia
SNI 03-1968-1990 tentang analisis saringan agregat halus dan kasar. Pada
pengujian ini digunakan saringan standar ASTM (American society of testing and
materials). Tujuan dari uji ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah presentase butiran baik agregat halus dan agregat kasar. (SNI 03-1968-
1990).
I. Uji Berat Jenis
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan
yang kita uji. Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan
untuk menyerap air. Jumlah rongga atau pori yang didapat pada agregat disebut
porositas. (Ridho, 2012).
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019
13
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh angka berat jenis curah,
berat jenis kering permukaan jenuh dan berat jenis semu dari agregat kasar serta
angka penyerapan dari agregat kasar.
J. Kuat Tekan Beton
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar,
menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat pada
benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm) sampai hancur. Untuk
standar pengujian kuat tekan digunakan SNI 03- 6805 – 2002 dan ASTM C 39/C
39M-04a. Pengujian dilakukan terhadap beton segar (fresh concrete) yang
mewakili campuran beton, bentuk benda uji bisa berwujud silinder ataupun kubus.
(SNI 03- 1974-1990).
K. Kerikil
Kerikil atau gravel yaitu batuan kecil biasanya batu granit yang dipecah,
ukuran kerikil yang selalu digunakan ialah antara 2 mm dan 75 mm. Pengertian
kerikil menurut kamus besar bahasa indonesia adalah butiran batu lebih besar
daripada pasir dan lebih kecil daripada kerakal (kira-kira sebesar biji kacang tanah
atau biji nangka) endapan batuan yang komponennya bulat, biasanya bercampur
dengan tanah liat dan pasir. Jenis kerikil yang digunakan pada penelitian ini yaitu
kerikil sungai, yang diambil dari sungai Banjaran, Desa Kedung wuluh,
Kecamatan Purwokerto barat.
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019
14
Gambar 2.1 Agregat kasar berupa kerikil sungai
L. Beton Mutu K-175 (Fc’ 14,5 Mpa)
Beton juga memiliki beberapa jenis mutu, salah satunya yaitu beton mutu
K-250. Yang dimaksud dengan mutu beton K-250 adalah pada huruf “K” yang
berarti “karakteristik atau kualitas” dan angka “250” menunjukan bahwa beton
tersebut sanggup menahan beban atau kuat tekan minimum sebesar 250 kg/cm²,
dengan menggunakan kubus beton ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm sebagai alat
cetakanya. Biasanya kuat tekan ini diperoleh setelah beton mengering dan
dilakukan perawatan beton selama 28 hari setelah pengecoran. Sedangkan yang
dimaksud dengan Fc’ 21,7 Mpa yaitu menyatakan nilai kuat tekan beton
minimunya sebesar 21,7 Mpa pada umur 28 hari dengan menggunakan silinder
berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebagai alat cetakanya. Beton mutu
ini biasanya digunakan untuk pekerjaan struktur seperti plat lantai, jalan, pondasi,
sloof, dan kolom. (Chaniago, 2017).
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019
15
Berikut adalah tabel daftar mutu beton SNI :
Tabel 2.4 Daftar Mutu Beton SNI
Mutu Beton Semen
(kg)
Pasir
(kg)
Kerikil
(kg) Air (kg)
W/C
ratio
7,4 Mpa (K-100) 247 869 999 215 0,87
9,8 Mpa (K-125) 276 828 1012 215 0,78
12,2 Mpa (K-150) 299 799 1017 215 0,72
14,5 Mpa (K-175) 326 760 1029 215 0,66
16,9 Mpa (K-200) 352 731 1031 215 0,61
19,3 Mpa (K-225) 371 698 1047 215 0,58
21,7 Mpa (K-250) 384 692 1039 215 0,56
24,0 Mpa (K-275) 406 684 1026 215 0,53
26,4 Mpa (K-300) 413 681 1021 215 0,52
28,8 Mpa (K-325) 439 670 1006 215 0,49
31,2 Mpa (K-350) 448 667 1000 215 0,48
Sumber : SNI DT-91-0008-2007
Analisis Kuat Tekan…, Bagus Dwi Setyono, Fakultas Teknik dan Sains UMP, 2019