Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etanol
2.1.1 Pengertian Ethanol
Menurut Logsdon, (1994) Bioetanol ( C2H50H ) adalah cairan yang
tidak berwarna, larut dalam air, semua pelarut organik, serta memiliki bau
khas alkohol. Bioetanol dapat dipandang sebagai turunan dari etana, C2H6,
dengan salah satu atom H digantikan dengan gugus hidroksil, gugus
hidroksil akan membangkitkan polaritas pada molekul dan menimbulkan
ikatan hidrogen antar molekul.
Sifat- sifat kimia dan fisik bioetanol sangat tergantung pada gugus
hidroksil. Studi spektroskopi inframerah menunjukkan bahwa pada keadaan
cair, ikatan-ikatan hidrogen terbentuk karena tarik menarik antara hidrogen-
hidroksil satu molekul dengan oksigen-hidroksil dari molekul yang lain.
Ikatan hidrogen mengakibatkan etanol cair sebagian besar terdimerisasi
dalam keadaan uap molekul-molekul bioetanol bertabiat monomeric.
Pernyataan Seader, Kurtyka, (1984). Bahwa pada tekanan >0,114 bar
(11,510 a) etanol dan air dapat membentuk larutan azeotrop (larutan yang
mendidih seperti cairan murni komposisi uap dan cairan sama). Pada
keadaan atmosferik (l atm) campuran ini terdiri dari etanol 95,57% (massa)
atau 97,3% (volume) atau 89,43% (mol), dan air 4,43% (massa) atau 2,7%
(volume) atau 10,57% (mol). Pada kondisi ini larutan mendidih pada
temperatur 78,15oc
2.2 Motor Bakar 4 Langkah
2.2.1 Defini Motor Bakar
Wiranto Arismunandar, (1988). Motor bakar adalah salah satu jenis
dari mesin kalor, mesin yang dapat mengubah energi termal untuk
melakukan kerja mekanik. Energi dapat diperoleh dari proses pembakaran,
yang terjadi diruang bakar, proses pembakaran dan juga perubahan energi
tersebut dilaksanakan di dalam mesin dan dilakukan di luar mesin.
5
2.2.2 Siklus Otto
Jenis motor bakar piston yang bekerja berlandasakan siklus volume
konstan karena saat pemasukan kalor (langkah pembakaran) dan
pengeluaran kalor terjadi pada volume konstan. Siklus ini adalah siklus yang
ideal, seperti yang terlihat pada diagram P – V .
Gambar 2.1 Diagram P – V Siklus Otto (siklus volume konstan)
Berikut prinsip kerja motor bakar :
A. Proses dan perhitungan ditiap titik :
1. Proses 0 – 1 (Langkah Hisap) :
Po = P 1
2. Proses 1 – 2 (Kompresi adibatis) :
1
1
2 krT
T ; krP
P
1
2
3. Proses 2 – 3 (Proses pembakaran) :
11
W
QFTT .23 ;
2
3
23T
TPP
4. Proses 3 – 4 (Proses Ekspansi / langkah kerja) :
6
krT
T 1
3
4 ; krP
P 3
4
5. Proses 4-1 (proses pembuangan)
B. Panas yang ditambahkan selama pembakan volume tetap :
23 TTCvQm
Panas yang dilepaskan selama proses panas volume tetap :
14 TTCvQk
C. Jumlah kerja siklus (∆w) :
1423 TTTTCv
D. Efisiensi thermal :
1
2
1
2
3
1
41
23
14
33
1423
11
1
12
1
11
kth
th
th
m
kmth
r
T
T
T
TT
T
TT
TT
TT
TTCv
TTCvTTCv
Q
2.3 Komponen Pada Motor Bakar
2.3.1 Silinder Cop
Kepala silinder berfungsi untuk menempatkan mekanisme katup,
ruang bakar dan juga sebagai tutup silinder. Kepala silinder ditempatkan di
atas blok silinder, syarat utama kepala silinder yaitu harus tahan terhadap
tekanan dan temperatur yang tinggi selama mesin bekerja, untuk menahan
tekanan hasil pembakaran dan panas yang timbul, maka kepala silinder
7
harus mempunyai kekuatan yang tinggi, kekerasan yang tinggi, dan
mempunyai sifat red hardness yang baik.
Menurut Petrovsky, (1962:546) Material kepala silinder yang
direncanakan adalah besi tuang C 4 32 – 52.
Untuk menghitung tebal kepala silinder,didapatkan menggunakan
rumus sebagai berikut, Maleev, (1982)
d
z
S
PDCH ..
Dimana : H = Tebal kepala silinder
C = Konstanta: 0,31
Di = Diameter dalam silinder liner
Pz = Tekanan gas maksimum
Sd = Tegangan yang diijinkan untuk besi tuang
2.3.2 Silinder Blok
Silinder blok berfungsi sebagai tempat untuk menghasilkan energi
panas dari proses pembakaran. Silinder blok terbagi menjadi dua yaitu
silinder liner dan silinder blok.
Silinder blok harus dilengkapi dengan rangka pada bagian dinding
luar untuk memberikan kekuatan silinder blok dan membantu meradiasikan
panas yang terjadi.
Menurut R.S.Khurmi dan J.K.Gupta, (2005) Material yang digunakan
untuk silinder blok adalah Aluminium 6061 dengan kekuatan tarik 276 dan
safety factor 1,95, dan material yang digunakan pada silinder liner adalah
baja 45 X.
Untuk merancang silinder blok dilakuakan perhitungan – perhitungan
sebagai berikut, Petrovsky, (1971 :96) :
iCP
zND
me
i...3,52
..
Dimana : Ne = Daya kuda
I = Jumlah silinder
8
Cm = Kecepatan rata – rata piston
Z = perbandingan langkah, motor 4 tak yaitu 2
Pe = Tekanan efektif rata-rata
2.3.3 Poros Engkol
Poros engkol berfungsi untuk merubah gerak turun naik piston
menjadi gerak putar yang akhirnya menggerakkan roda penerus. Tenaga
yang digunakan untuk menggerakkan roda kendaraan dihasilkan oleh
gerakan batang torak dan dirubah menjadi gerakan putaran pada poros
engkol. Poros engkol menerima beban besar dari piston dan batang piston
serta berputar pada kecepatan tinggi.
Menurut L.Mott Robert, P.E, (2004) untuk merancang poros engkol
menggunakan material dari baja campuran nikel chrom.
Untuk merancang poros engkol perlu dicari dulu gaya tekanan dan
tekanan yang terjadi diruang bakar, gaya tekanan dan tekanan rata-rata,
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
anZV
NP
l
z
450000 dan
Dimana : P = Tekanan Efektif Rata-Rata
a = siklus 0,5
F = gaya tekanan
2.3.4 Piston
Piston berfungsi menerima tekanan hasil pembakaran campuran gas
dan meneruskan tekanan untuk memutar poros engkol melalui batang
piston.
Menurut Kovakh, (1979 : 438). Material yang digunakan adalah
allumunium cooper alloy.
9
Sehingga untuk merancang piston dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
1. Volume ruang bakar (Vc) :
Vc =
2. Kecepatan Rata-Rata Torak (cm/det) dari TMB – TMA :
30
LNV
3. Diameter piston :
Di =
4. Tinggi Piston :
H = (0,9 - 1,3) Di
5. Tinggi dari puncak piston sampai alur ring teratas :
h = ( 0,06 - 0,09) Di
6. Tebal puncak piston, Kovakh (1979 : 439) :
0,07 – 0,08 =
7. Tinggi alur ring piston, Kovakh (1979 : 439) :
h1 = (0,03 - 0,05) Di
8. Tinggi piston skrit Kovakh (1979 : 439) :
H2 = (0,68 - 0,74) H
9. Jarak dari dasar piston hingga sumbu piston pena piston :
H1 = (0,41 - 0,61) H
10
2.3.5 Pena Piston
Pena piston berfungsi menghubungkan piston dengan small end yang
terdapat pada batang piston melalui bushing, dan meneruskan tekanan
pembakaran yang diterima piston ke batang piston.
Material yang digunakan pada pena piston adalah baja paduan (alloy
steel).
Maka untuk merancang pena piston menggunakan rumus sebagai
berikut, Kovakh (1979 : 459) :
1. Diameter dalam pena piston :
Din = dex . rd
2. Panjang pena piston :
Lpp = 0,80 . Di
3. Jarak senter kedua boss :
Li =
4. Momen bending maksimal, Petrovsky (1962:372) :
= (
5. Tegangan bending yang terjadi :
=
6. Tegangan geser yang terjadi :
=
2.3.6 Ring Piston
Ring piston berfungsi untuk menahan pembakaran yang terjadi di
ruang bakar. Ring piton pada motor bakar 4 langkah terdiri menjadi dua
bagian yaitu piston ring kompresi dan Piston ring oli,
11
Menurut Petrovsky, (1962:374) Material yang dipakai untuk piston
ring kompresi dan piston ring oli menggunakan besi tuang. Untuk
menghitungan ring piston sebagai berikut :
a. Lebar ring piston :
b = (0,029 - 0,033)Di
b. Tebal ring piston :
h = (0,6 - 1,0)b
c. Jarak antara ujung ring sebelum masuk kedalam silinder :
L = (0,10 – 0,18)Di
d. Jarak antara ujung ring setelah masuk piston :
Li = 0,35 . h
e. Momen bengkok yang terjadi :
f. Momen tahanan pada ring kompresi :
W = b . h2
g. Tegangan bengkok yang terjadi σb :
σb =
2.3.7 Batang Piston
Batang piston berfungsi menerima tenaga dari piston yang diperoleh
dari pembakaran dan meneruskannya ke poros engkol. Bagian ujung batang
piston yang berhubungan dengan pin piston disebut small end. Sedangkan
yang berhubungan dengan poros engkol disebut big end.
12
Poros engkol berputar pada kecepatan tinggi di dalam big end, dan
mengakibatkan temperatur menjadi naik. Untuk menghindari hal tersebut,
maka metal dipasangkan dalam big end. Metal ini dilumasi dengan oli dan
sebagian dari oli ini dipercikkan dari lubang oli ke bagian dalam piston
untuk mendinginkan piston.
Menurut Petrovsky, (1962:378) Material untuk batang penggerak dari
baja karbon grade 45, untuk merancang batang penggerak dapat
menggunakan rumus :
1. Small end :
a. Panjang small end bearing Khovakh, (1979:439) :
bb = (0,40)Di
b. Diameter small end :
= 2 x Ro
2. big end :
a. Diameter crank pin :
Dcp = (0,66 – 0,68)Di
3. Panjang connecting rod dapat dicari dengan ( Maleev, 1975 : 517 )
Lc = (4 – 4,475)R sehingga ( R = ½ . stroke piston)
2.3.8 Poros Nok
Nok berfungsi untuk membuka dan menutup katup sesuai dengan
timing yang ditentukan. Gigi penggerak distributor dan nok penggerak
pompa bensin juga dihubungkan dengan poros nok.
Menurut Khovakh, (1979:531). Material nok yang digunakan adalah
alloy steel 18 X HBA, untuk perancangan camshaft menggunakan rumus :
a. Tinggi pembukaan maksimum (htmaks) :
i
dht thr)28,025,0(max
13
Dimana : dthr = Diameter lubang laluan gas = 2,25 cm
i = (1,4 - 1,75) , dipilih 1,4
b. Jari-jari lingkaran dasar poros bubungan (ρbc) :
ρbc = (1,6 − 2,4)× ht max
c. Jari-jari bagian bulat poros bubungan (ρrp) :
ρrp = ρbc − ∆rp
d. Jari-jari sisi busur (p1)
p1 = (1,0 − 2,0)× htmax
e. Kurva pembukaan katup (ϕo)
2
1802
cf
o
ad
o
f. Jari-jari busur (Pn) menggunakan rumus :
o
obcn ht
cos1
cosmax
g. Tinggi clearance (C) menggunakan rumus :
C = ρbc + htmax −ρn
2.3.9 Katup
Katup berfungsi untuk memasukkan campuran bahan bakar dan
membuang gas bekas hasil pembakaran dari dalam ruang bakar, katup
mempunyai dua jenis yaitu katup masuk dan katup buang.
Menurut Khovakh.M, (1979:514). Material katup masuk yang
digunakan adalah Alloy tool steel X 18 H 25 C, sedangkan katup
pengeluaran disebut katup buang (exhaust valve). Material katup buang
dipilih Alloy tool steel dengan perlakuan panas X 14 H 14 B. Untuk
merancang katup ini menggunakan rumus :
14
1. Dimensi throat :
Dthr = (0,42 - 0,46)Di
2. Diameter maksimum kepala katup :
d = (1,06 - 1,16)dthr
3. Diameter minimum kepala katup, Khovakh (1979: 523) :
dex = (0,95 - 1)dthr
4. Diameter batang katup :
ds = (0,18 - 0,23)dthr
5. Tinggi dari puncak dalam silinder ke kepala katup :
h1 = (0,025 - 0,045)dthr
6. Tinggi kepala katup :
h2 = (0,10 - 0,13)dthr
7. Lebar dudukan katup :
b = (0,10 - 0,12)dthr
8. Luas pembukaan katup
αmax = π(dthr + hmax cosθsinθ)hmax.cosθ
2.3.10 Pemanasan Induksi Bahan Bakar
Elektromagnetic 1Induction Heater merupakan alat untuk
memanaskan bahan bakar yang berupa gulungan kawat nikelin. Dimana
voltase dan arus yang dilewatkan di gulungan berasal dari baterai motor.
Pemanas digunakan untuk memanaskan bioetanol sebelum masuk ke
injektor sehingga didapatkan temperatur bioetanol sesuai dengan yang
diinginkan. Sistem pemanasan dari pemanas ini adalah bahan bakar
dipanaskan sampai suhu yang diinginkan, sehingga thermostat akan
15
mengirimkan sinyal untuk mematikan pemanas jika temperatur telah sesuai
dengan yang dikehendaki. Adapun skema pemanas seperti gambar berikut
ini :
Gambar 2.2 pemanas induksi bahan bakar
Keterangan :
1. Termocouple inlet heater
2. Elemen pemanas
3. Heater
4. Isolator
5. Reley
6. Pengontrol pemanas
7. Sumber DC
8. Thermocouple outlet heater
9. Injector
10. Intake valve
11. Intek manifol
2.3.11 Volume silinder
Volume silinder yaitu besarnya volume langkah ditambah volume
ruang bakar. Volume langkah dihitung dari volume diatas piston saat posisi
piston di TMB sampai garis TMA. Sedangkan volume ruang bakar dihitung
volume diatas piston saat posisi piston berada di TMA, juga disebut volume
16
sisa. besarnya volume langkah atau isi langkah piston adalah luas lingkaran
dikalikan panjang piston, dengan persamaan :
VL = A . L ; dimana A = π/4 . D
VL = π/4 . D. L
Volume/isi silinder adalah sebesar :
Vt = VL + Vs
Dimana : VL = Volume Langkah (cm3) atau (cc)
A = Luas penampang silinder (cm)
D = Diameter silinder (cm)
L = Panjang langkah piston (cm)
Vt = Volume total atau isi silinder (cc)
Vs = Volume sisa atau volume ruang bakar (cc)
Untuk menentukan perbandingan kompresi (r) motor dapat dicari
dengan persamaan :
r = (VL + Vs)/Vs
Untuk menghitung gaya (F dalam Newton) yang bekerja pada piston,
dapat menggunakan persamaan momen atau torsi ( τ dalam Newton meter)
dari spesifikasi mesin yaitu ;
τ = F x L
Dan untuk mengetahui tekanan (P dalam Pascal) yang bekerja pada
piston dapat menggunakan persamaan ;
P = F/A
Untuk mengetahui muatan volume silinder, pada motor ukuran standar
besarnya diameter silinder sama dengan diameter piston atau ( Ø piston = Ø
silinder) dikalikan langkah piston. Sedangkan untuk pada motor dengan
permukaan piston dengan kontur radius gelombang sinus dapat diasumsikan
; ukuran diameter silinder lebih kecil dari pada ukuran diamter piston atau
diameter piston lebih besar dari pada diameter silinder ( Ø piston > Ø
silinder) dikalikan langkah piston.