14
xx BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uraian pada tinjauan pustaka ini mencakup pengertian dan jenis batuan yang ada di Kecamatan Pekuncen, pengertian longsor, faktor- faktor penyebab longsor, sebaran longsor, dan beberapa hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini. A. Batuan Batuan adalah material padat yang terdiri dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk secara alami. Umumnya batuan bersifat heterogen yaitu terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral, dan hanya beberapa yang homogen yaitu disusun oleh satu mineral atau monomineral. Tekstur dari batuan akan memperlihatkan karakteristik komponen penyusunnya, sedangkan struktur batuan akan memperlihatkan proses pembentukannya baik dekat atau jauh dari permukaan (Sofanhadi, 2013). Batuan adalah kombinasi alami dari dua atau lebih mineral. Sifat batuan akan berubah sesuai dengan komposisi mineralnya. Sebagai contoh : granit berisi kuarsa, felspar, dan mika; tetapi ketiadaan salah satu saja dari unsur tersebut akan menghasilkan jenis batu yang berbeda (Anonim, 2012). Menurut Peta Geologi Lembar Purwokerto-Tegal skala 1:25.000, di Kecamatan Pekuncen mempunyai 5 formasi batuan diantaranya: 1. Qls : Endapan lahar gunung Slamet, lahar dengan bongkahan batuan gunung api bersusunan Andesit- Basalt, bergaris tengah 10-50cm, dihasilkan oleh Gunung Slamet Tua. Sebarannya meliputi daerah yang datar. 5 Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

  • Upload
    dangbao

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Uraian pada tinjauan pustaka ini mencakup pengertian dan jenis batuan

yang ada di Kecamatan Pekuncen, pengertian longsor, faktor- faktor penyebab

longsor, sebaran longsor, dan beberapa hasil penelitian terdahulu yang sesuai

dengan penelitian ini.

A. Batuan

Batuan adalah material padat yang terdiri dari satu atau beberapa mineral

dan terbentuk secara alami. Umumnya batuan bersifat heterogen yaitu terbentuk

dari beberapa tipe/jenis mineral, dan hanya beberapa yang homogen yaitu disusun

oleh satu mineral atau monomineral. Tekstur dari batuan akan memperlihatkan

karakteristik komponen penyusunnya, sedangkan struktur batuan akan

memperlihatkan proses pembentukannya baik dekat atau jauh dari permukaan

(Sofanhadi, 2013). Batuan adalah kombinasi alami dari dua atau lebih mineral.

Sifat batuan akan berubah sesuai dengan komposisi mineralnya. Sebagai contoh :

granit berisi kuarsa, felspar, dan mika; tetapi ketiadaan salah satu saja dari unsur

tersebut akan menghasilkan jenis batu yang berbeda (Anonim, 2012).

Menurut Peta Geologi Lembar Purwokerto-Tegal skala 1:25.000, di

Kecamatan Pekuncen mempunyai 5 formasi batuan diantaranya:

1. Qls : Endapan lahar gunung Slamet, lahar dengan bongkahan batuan gunung

api bersusunan Andesit- Basalt, bergaris tengah 10-50cm, dihasilkan oleh

Gunung Slamet Tua. Sebarannya meliputi daerah yang datar.

5

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xxi

2. Qvs : Batuan gunung api Slamet tak terurai, jenis batuannya breksi gunung

api, lava, dan tuff. Sebarannya membentuk dataran dan perbukitan.

3. Tmph : Formasi halang, jenis batuannya adalah batupasir andesit,

konglomerat tufan dan napal, bersisipan batu pasir. Diatas bidang perlapisan

batu pasir terdapat bekas-bekas cacing. Foraminifera kecil menunjukkan

umur Miosen Akhir- Pliosen, tebal sekitar 800m.

4. Tmr : Formasi Rambatan. Jenis batuannya batu pasir gampingan dan

konglomerat yang bersisipan dengan lapisan tipis napal dan serpih menempati

bagian bawah satuan, bagian atas terdiri dari batu pasir gampingan, kelabu

terang sampai kebiruan, yang mengandung kepingan andesit.

5. Tpt : Formasi tapak, jenis batuannya adalah batu pasir berbutir kasar

berwarna kehijauan dan konglomerat, setempat breksi andesit. Dibagian atas

terdiri dari batu pasir gampingan dan napal berwarna hijau yang mengandung

kepingan moluska. Tebal sekitar 500m.

Menurut Suwarno 2012, terdapat 14 jenis batuan yang ada di Kecamatan

Pekuncen yaitu :

1. Batu Pasir 8. Napal Tersier

2. Batu Pasir Andesit Tersier 9. Breksi Gunung Api Kuarter

3. Breksi Tersier 10. Batu Pasir Kehijauan Tersier

4. Lahar Andesit Kuarter 11. Scoria Kuarter

5. Lava Kuarter 12. Tufa Gampingan Tersier

6. Napal Gampingan Tersier 13. Tufa Kuarter

7. Napal Kehijauan Tersier 14. Tufa Tersier.

6

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xxii

Menurut proses terbentuknya batuan dibagi menjadi 3 jenis batuan :

1.Batuan Beku, 2.Batuan Sedimen, 3.Batuan Metamorf. Berdasarkan batuan yang

terdapat di Kecamatan Pekuncen merupakan batuan yang termasuk jenis batuan

beku dan batuan sedimen.

1. Batuan Beku (Igneous Rocks)

Kata Igneous berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ignis yang berarti

api atau pijar. Karena magma merupakan material atau bahan yang pijar dan

sangat panas maka batuan beku disebut dengan Igneous Rock, yang termasuk jenis

batuan beku adalah lava dan scoria (terak) (Doddy S.G,1987).

a. Lava termasuk kelompok batuan ekstrusi yaitu material yang dikeluarkan ke

permukaan bumi baik di daratan maupun di bawah permukaan laut. Material

ini mendingin dengan cepat, bentuknya padat, debu/ suatu larutan yang kental

dan panas.

b. Scoria atau yang disebut juga Terak merupakan lava yang sebagian besar

terdiri dari lubang-lubang yang bentuknya tidak beraturan, karena

mengandung gas-gas. Lava tersebut membentuk rongga-rongga yang dulunya

ditempati oleh gas pada saat lava membeku. Gas-gas yang keluar

menghasilkan lubang-lubang berbentuk bulat, elip, silinder ataupun

bentuknya tidak beraturan.

c. Lahar merupakan aliran material vulkanik yang biasanya berupa

campuran batu, pasir dan kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi di lereng

gunung (gunung berapi). Di Indonesia khususnya, aktivitas aliran lahar ini

akan meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas curah hujan. Lahar

7

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xxiii

sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi. Aliran lahar sangat

berbahaya terutama bagi penduduk yang tinggal di perkampungan yang

berada di lereng gunung ataupun bagi para penambang pasir yang sering

berada di daerah aliran lahar ini. Lahar dapat mengalir dengan kecepatan

beberapa puluh meter per detik menempuh jarak sampai beberapa kilometer

membawa energi yang cukup besar. Untuk itu biasanya lahar dibuatkan

saluran khusus yang di dalam ilmu geoteknik dikenal sebagai

"sabo"(Anonim,2013).

2. Batuan Sedimen (Sedimentory Rocks)

Menurut Pettijohn (1975) dalam Suwarno (2008) batuan sedimen adalah

batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang

sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di

endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami

pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa

batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini

berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi

ketebalannya relatif tipis (Anonim, 2013).

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan

ketebalan antara beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran

butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar. Dibanding dengan batuan beku,

batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen

hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5%

8

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xxiv

ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80%

(Doddy S.G,1987).

a. Batu pasir merupakan klas dari batuan sedimen. Batu pasir menempati 30%

dari seluruh batuan sedimen di permukaan bumi. Penamaan bila batuan 100%

pasir (sand) disebut batu pasir. Menurut pengelompokan cara terbentuknya

batuan, batu pasir termasuk pada kelompok batuan sedimen detritus (klastik)

yaitu pengendapan dengan proses mekanik, yang terbagi dalam dua golongan

besar yang pembagian golongannya berdasarkan ukuran besar butirnya. Batu

pasir termasuk pada golongan detritus kasar.

b. Breksi merupakan batuan sedimen yang berukuran besar. Pengendapannya

dapat terjadi secara langsung dari gunung api dan dapat diendapkan di sekitar

gunung api tersebut, ataupun diendapkan di lingkungan air (sungai,

danau/laut). Breksi termasuk pada golongan detritus kasar.

c. Napal merupakan batuan sedimen yang pengendapannya diendapkan di

lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Termasuk golongan

detritus halus.

d. Tufa merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan

sebagai lapisan tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai

(rivers). Tufa memiliki tubuh yang berpori dan permukaan yang keras seperti

batu. Selain itu, Calyx tufa juga dapat menyerap oksigen dari air melalui

proses difusi.

9

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xxv

B. Longsor

Menurut Permen Pekerjaan Umum No 22 Th 2007 Tentang Pedoman

Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor pasal 1 ayat 2, Longsor

adalah suatu proses perpindahan massa tanah atau batuan pembentuk lereng

dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang

mantap, karena pengaruh gravitasi dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan/atau

translasi. Tanah longsor (landslide) adalah bentuk erosi (pemindahan massa

tanah) yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat

secara tiba-tiba dalam volume yang besar (sekaligus), terjadi jika dipenuhi tiga

keadaan, yaitu: lereng cukup curam, terdapat bidang peluncur yang kedap air di

bawah permukaan tanah, dan terdapat cukup air dalam tanah di atas lapisan

(Paimin dkk, 2009).

Secara umum terdapat 14 (empat belas) faktor penyebab terjadinya longsor

sebagai berikut : 1. Curah hujan yang tinggi; 2. Lereng yang terjal; 3. Lapisan

tanah yang kurang padat dan tebal; 4. Jenis batuan (litologi) yang kurang kuat; 5.

Jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng; 6.

Getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor); 7.

Susutnya muka air danau/bendungan; 8. Beban tambahan seperti konstruksi

bangunan dan kendaraan angkutan; 9. Terjadinya pengikisan tanah atau erosi; 10.

Adanya material timbunan pada tebing; 11. Bekas longsoran lama yang tidak

segera ditangani; 12. Adanya bidang diskontinuitas; 13. Penggundulan hutan;

dan/atau 14. Daerah pembuangan sampah (Permen Pekerjaan Umum No 22

10

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xxvi

Tahun 2007, tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Bencana Longsor pasal

2 ayat 1).

Faktor kondisi geologi menurut Suwarno (2004) yang dapat memicu

terjadinya gerakan tanah adalah:

1. Tanah pelapukan tebal pada lereng yang terjal

2. Pada keadaan kering, batuan dasar batu lempung dan napal memiliki sifat

pecah- pecah. Mudah hancur, dan licin pada keadaan basah.

3. Posisi kemiringan lapisan batuan searah kemiringan lereng bukit

4. Merupakan daerah yang dilalui struktur geologi, batuannya hancur dan

merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah.

5. Bidang kontak antara batuan kedap air dan batuan meluluskan air.

C. Faktor penyebab longsor

1) Pelapukan Batuan

Pelapukan adalah proses berubahnya batuan menjadi tanah (soil) baik oleh

proses fisik atau mekanik (disintegrasi) maupun oleh proses kimia

(decomposition). Proses decomposition dapat menyebabkan terjadinya mineral-

mineral baru. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan

sedimen dan tanah (soil). Proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau

bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau

diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik (Anonim, 2013).

a. Pelapukan fisika/ mekanik

11

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xxvii

Pelapukan fisika adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan yang

lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan mineral yang

berarti.

b. Pelapukan biologi (organik)

Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan

manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah,

serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang

dibuat oleh binatang.

c. Pelapukan kimia

Pelapukan kimia atau dekomposisi kimia adalah „penghancuran‟ batuan

oleh pengubahan kimia terhadap mineral-mineral pembentuknya yang melibatkan

beberapa reaksi penting antara unsur-unsur di atmosfir dan mineral-mineral pada

kerak bumi (Anonim, 2013).

2) Kemiringan lereng

Daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring pada

dasarnya merupakan daerah rawan terjadi longsor. Lereng dengan kemiringan

lebih dari 20° (atau sekitar 40%) memiliki potensi untuk bergerak atau longsor,

namun tidak selalu lereng atau lahan yang miring punya potensi untuk longsor

tergantung dari kondisi geologi yang bekerja pada lereng tersebut. Menurut

Karnawati, 2003 kejadian longsor dapat teridentifikasi tiga tipologi lereng yang

rentan untuk bergerak/longsor yaitu:

a) Lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah residu yang dialasi oleh batuan

atau tanah yang lebih kompak;

12

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xxviii

b) Lereng yang tersusun oleh perlapisan batuan yang miring searah kemiringan

lereng maupun berlawanan dengan kemiringan lereng;

c) Lereng yang tersusun oleh blok-blok batuan.

Kemiringan lereng dari suatu daerah merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya gerakan tanah seperti pada Tabel2.1 berikut ini:

Tabel 2.1Klasifikasi Lereng

KELERENGAN (%) KLASIFIKASI SATUAN MORFOLOGI

0 – 8 Datar Dataran

8 – 15 Landai Perbukitan berelief halus

15 – 25 Agak Curam Perbukitan berelief sedang

25 – 45 Curam Perbukitan berelief kasar

> 45 Sangat Curam Perbukitan berelief sangat kasar

Sumber : Van Zuidam,1983 dalam Suranto, 2008.

3) Penggunaan lahan

Pada peta RBI penggunaan lahan di Indonesia secara umum meliputi

permukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, kebun/ perkebunan, hutan, semak/

belukar, tegalan/ ladang, rumput/ tanah kosong, dan hutan rawa. Tanah longsor

banyak terjadi di daerah sawah irigasi/ persawahan, perladangan, dan adanya

genangan air di lereng yang terjal. Pada daerah persawahan akarnya kurang kuat

untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh air

sehingga mudah longsor. Daerah perladangan sebagai penyebab yaitu adanya akar

pohon yang tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam, dan umumnya

terjadi di daerah longsoran lama.

13

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

xxix

4) Formasi batuan

Formasi batuan merupakan suatu susunan batuan yang mempunyai

keseragaman ciri-ciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis

batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di

permukaan bumi atau di bawah permukaan ( Anonim, 2014).

5) Curah hujan

Faktor penting yang dapat memicu terjadinya longsor adalah air. Air

permukaan yang berasal dari curah hujan, sebagian meresap ke dalam tanah/

batuan dan sebagian akan mengalir di atas permukaan tanah sehingga ketika air

masuk kedalam tanah, tanah tidak kuat untuk menopangnya ( Suyono

Sosrodarsono, 1980).

D. Sebaran longsor

Berbagai pola penyebaran gejala geografi, dapat dianalisis menggunakan

analisa tetangga terdekat. Analisa tetangga terdekat merupakan metode kuantitatif

yang membatasi skala yang berkenaan dengan pola-pola penyebaran gejala

geografi pada wilayah tertentu. Terdapat 3 macam pola penyebaran gejala

geografi pada wilayah tertentu, yaitu pola bergerombol ( cluster pattern ), tersebar

tidak merata (random pattern ), dan tersebar merata (dispersed pattern), (Nursid,

1988).

14

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

30

E. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian

Penelitian/

Tahun Rusdiyanto, Anies, dan Sri P. 2012 Hermawan dan Tri Endah Utami. 2003 Nurul Faizah (peneliti). 2014

1 2 3

Tujuan

1.Untuk mengetahui tingkat risiko

longsor dan upaya mitigasinya untuk

mengurangi tingkat kerentanan

bencana yang terjadi.

2.Dapat secara langsung mengenali

kondisi daerah yang rawan bencana.

Untuk mengetahui informasi / wawasan

tentang terbentuknya lapisan tipis lempung

sangat lunak, yang diduga sebagai faktor utama

longsoran besar di daerah penelitian.

Untuk mengetahui faktor penyebab

kejadian longsor pada berbagai

jenis batuan di daerah penelitian.

Metodologi

Penelitian

1.Metode survai lapangan

2.Metode pendekatan kualitatif

deskriptif

3.Pengumpulan data primer diperoleh

langsung dari lapangan

4.Pengumpulan data sekunder diperoleh

dari peta dan data dari BMKG

1.Pengolahan data sekunder dan analisis data

laporan pemeriksaan longsoran, data hasil

pengujian mekanika tanah dan batuan pada

Direktorat Tata lingkungan Geologi dan

kawasan pertambangan.

1. Metode pendekatan kualitatif

deskriptif

2. Pengolahan data dan analisis data

keruangan melalui peta.

3. Pengumpulan data sekunder dari

peta dan hasil penelitian

Suwarno,2012.

Hasil Longsor di daerah penelitian

disebabkan adanya beberapa faktor

yaitu geomorfologi, penggunaan lahan

yang dialihfungsikan secara tidak

benar seperti pemotongan lereng, dan

curah hujan yang tinggi.

Longsoran besar yang umum terjadi pada

daerah penelitian disebabkan adanya lapisan

tipis lempung yang berubah menjadi sangat

plastis merupakan longsoran yang didahului

oleh gaya gravitasi massa batuan pada

kemiringan lereng yang terjal.

Faktor yang dominan terhadap

kejadian longsor yaitu curah hujan

yang rendah hingga sedang,

kemiringan lereng yang curam dan

pada penggunaan lahan untuk

pemukiman dan sawah pada jenis

batuan batu pasir.

Sumber : Rusdiyanto, Anies, Sri P, Hermawan, dan Tri Endah U

15

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

31

E. Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat dibuat landasan teori

sebagai berikut:

1. Batuan adalah material padat yang terdiri dari satu atau beberapa mineral

dan terbentuk secara alami.

2. Longsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah atau batuan

pembentuk lereng dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga

terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh gravitasi dengan jenis

gerakan berbentuk rotasi dan/atau translasi.

3. Faktor penyebab longsor

1. Pelapukan batuan

2. Kemiringan lereng

3. Penggunaan lahan

4. Curah hujan

5. Jenis batuan

4. Sebaran longsor. Terdapat 3 macam pola penyebaran gejala geografi pada

wilayah tertentu, yaitu pola bergerombol ( cluster pattern ), tersebar tidak

merata (random pattern ), dan tersebar merata (dispersed pattern).

16

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

32

F. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Bagan Alir Penelitian.

Kondisi fisik alam

Longsor Tidak Longsor

Peta Jenis

Batuan

Penggunaan

Lahan

Curah

Hujan Kemiringan

Lereng

Peta Curah

Hujan

Peta

Sebaran

Longsor

Peta

Kemiringan

Lereng

Peta Jenis

Batuan terhadap

sebaran longsor

Faktor yang dominan

terhadap kejadian longsor

pada tiap Jenis Batuan

Peta

Kerawanan

Longsor

Peta Kerawanan Longsor

Terhadap Penggunaan Lahan

Peta Kerawanan Longsor Terhadap

Penggunaan Lahan Pada Tiap Jenis

Batuan

Peta

Penggunaan

Lahan

Peta Sebaran

Longsor

Peta Penggunaan

Lahan terhadap

sebaran longsor

17

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5569/3/BAB II.pdf · merupakan bidang lemah yang mudah terjadi gerakan tanah. 5. Bidang kontak antara batuan kedap

33

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai

berikut: “Kejadian longsor lebih banyak terdapat pada jenis batuan batu pasir

yang dipengaruhi oleh faktor kemiringan lereng, curah hujan, dan penggunaan

lahan”.

18

Kajian Kejadian Longsor..., Nurul Faizah, FKIP, UMP, 2015