16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Pestisida. 2.1.1. Pengertian Pestisida Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata Pestisida berasal dari kata pest yang artinya Hama dan cida yang artinya pembunuh, jadi Pestisida artinya Pembunuh Hama (Sudarno, 1988). Pada penjelasan yang lebih luas, pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk : - Memberantas dan mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian. - Memberantas gulma (tanaman pengganggu). - Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. - Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk. - Memberantas atau mencegah hama-hama air. - Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan atau ternak. - Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat pengangkutan. - Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan pengunaan tanaman, tanah atau air (Wudianto,1988). 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Pestisida.

2.1.1. Pengertian Pestisida

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh

atau mengendalikan berbagai hama. Kata Pestisida berasal dari kata pest

yang artinya Hama dan cida yang artinya pembunuh, jadi Pestisida artinya

Pembunuh Hama (Sudarno, 1988).

Pada penjelasan yang lebih luas, pestisida adalah semua zat kimia dan

bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk :

- Memberantas dan mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,

bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian.

- Memberantas gulma (tanaman pengganggu).

- Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

- Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman, tidak termasuk pupuk.

- Memberantas atau mencegah hama-hama air.

- Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan atau

ternak.

- Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam

rumah tangga, bangunan dan dalam alat pengangkutan.

- Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

pengunaan tanaman, tanah atau air (Wudianto,1988).

7

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

2.1.2. Pengelompokan Pestisida

Pestisida secara umum dikelompokkan berdasarkan hama atau

penyakit sasaran, cara kerja, sifat fisik dan kandungan bahan aktifnya menjadi

beberapa kelompok :

a. Berdasarkan Hama atau Penyakit Sasaran :

1. Insektisida : Pestisida untuk mengendalikan serangga pengganggu.

2. Herbisida : Pestisida untuk mengendalikan tumbuhan

pengganggu/gulma.

3. Fungisida : Pestisida untuk mengendalikan jamur penyebab

penyakit tanaman.

4. Nematisida : Pestisida untuk mengendalikan nematoda /

cacing.

5. Akarisida : Pestisida untuk mengendalikan akarina / tungau.

6. Rodentisida : Pestisida untuk mengendalikan hama Tikus.

7. Pisisida : Pestisida untuk mengendalikan siput atau bekicot.

8. Bakterisida : Pestisida untuk mengendalikan bakteri pada

tanaman.

b. Berdasarkan Cara Kerja :

1. Pestisida Racun Kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah

tubuh jasad terkena sasaran.

2. Pestisida Fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad

sasaran terkena uap atau gas.

3. Pestisida Sistemik, berarti dapat ditranslokasi melalui jaringan

tanaman. Hama akan mati apabila mengisap atau memakan jaringan

tanaman.

4. Pestisida Lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad

sasaran mekmakan pestisida.

8

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

c. Berdasarkan Sifat Fisik :

1. Cairan Emulsi, Pestisida golongan ini berbentuk cairan emulsi

karena berupa cairan perekat yang dapat dicampur dengan air dan

akan membentuk emulsi.

2. Pestisida Butiran (gramulars), biasanya digunakan sebagai

insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk

melindungi tanaman pada umur awal.

3. Debu (Dust), komposisi pestisida ini biasanya terdiri atas bahan aktif

dan zat pembawa seperti talek. Formulasi ini kurang banyak

digunakan karena efektivitas mengenai sasaran hanya antara 10 - 40

% saja.

4. Tepung (Powder), komposisi biasanya terdiri atas bahan aktif dan

bahan pembawa seperti tanah dan talek ( 50 – 75 % ).

5. Oli (Oil), Pestisida ini biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO

(Solluble Concentrate in Oil), biasanya dicampur dengan larutan

minyak seperti Xylen, Karosen atau Aminoester.

6. Fumigansia (fumigant), pestisida ini berupa zat kimia yang dapat

menghasilkan gas, bau, uap asap yang berfungsi untuk membunuh

hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan. (Kardinan,

2001).

Selain penggolongan berdasar sifat-sifat pestisida, berdasarkan

ketahanannya dilingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua

golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap

lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk

organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan

meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam

jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes,

Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat

adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan

cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon,

Azodrin, Gophacide dan lain-lain (Sudarmo,1991).

9

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

2.1.3. Peranan Pestisida dalam Bidang Pertanian

Dalam bidang pertanian, Pestisida merupakan sarana untuk

membunuh jasad pengganggu tanaman. Dalam konsep pengendalian Hama

Terpadu, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian, yang

mana harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk

mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan

sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan

berbagai teknologi seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan

pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa

perubahan pada ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah

serangan jasad pengganggu. Cara lain untuk mengatasi jasad pengganggu

selain menggunakan pestisida kadang-kadang memerlukan waktu, biaya dan

tenaga yang besar dan hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai

saat ini hanya pestisida yang mampu melawan jasad pengganggu dan

berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil (Sudarno,1991).

Pestisida bergerak dari lahan pertanian menuju aliran sungai dan

danau yang dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada

aliran permukaan, terdapat pada lapisan tanah dan larut bersama dengan

aliran air tanah. Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahan-

bahan kimia yang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan

konsentrasi pestisida di air. Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida

berhubungan dengan keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana

kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan

kemampuan diserap oleh partikel-partikel tanah. Sebagian menguap dan

menyebar di atmosfer dimana akan diuraikan oleh sinar ultraviolet atau

diserap hujan dan jatuh ke tanah (Uehara,1993).

10

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

2.1.4. Efek Samping Penggunaan Pestisida

Dalam penerapan dibidang pertanian, ternyata tidak semua Pestisida

mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 % pestisida mengenai sasaran

sedangkan 80 % lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut

mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai

makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan penyakit seperti

kanker, mutasi, bayi lahir cacar, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency

Syncrom) dan sebagainya (Sa’id,1994).

Sifat racun dalam pestisida juga bisa meracuni manusia, ternak

piaraan, serangga penyerbuk, musuh alami serangga hama dan tanaman serta

lingkungan bisa terpolusi. Bahkan pemakaian dosis yang tidak tepat bisa

membuat hama menjadi kebal. Pestisida dalam bentuk gas merupakan

pestisida yang paling berbahaya bagi pernapasan, sedang yang berbentuk

cairan sangat berbahaya bagi kulit karena dapat masuk kedalam tubuh melalui

kulit keracunan (Wudianto,1988).

Secara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah

sebagai berikut :

- Residu pestisida sintetis sangat terurai secara alami. Bahkan untuk

beberapa jenis pestiisda sintetis, residunya dapat bertahan di tanah dan air

hingga puluhan tahun.

- Resurgensi hama dapat terjadi karena pestisida sintetis memiliki daya

racun yang tinggi dengan spektrum pengendalian yang luas dan

mematikan apa saja.

- Kematian organisme yang menguntungkan, seperti lebah yang sangat

berperan dalam penyerbukan bunga.

- Timbulnya kekebalan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) terhadap

pestisida sintetis (Novizan,2002).

11

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

2.2. Tinjauan Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Pestisida

2.2.1. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Pestisida

Tumbuh-tumbuhan yang berfungsi sebagai pestisida yang dikenal

dengan istilah Pestisida Nabati (atau ada yang menyebut Biopestisida) adalah

suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida yang

berasal dari tumbuhan ini relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan

pengetahuan yang terbatas.oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati, maka

pestisida ini bersifat mudah terurai (Biodegradable) di alam sehingga tidak

mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan

karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “Pukul Lari (Hit and

run)”, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan

setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang

(Kardinan,2001).

2.2.2. Efektivitas Pestisida dari Tumbuhan

Menurut Sutanto (2002), pada umumnya keampuhan jangka pendek

perlindungan tanaman dengan menggunakan bahan alami tidak sebesar

menggunakan pestisida sintetis. Tetapi dalam jangka panjang dapat dilihat

kelebihannya, antara lain :

1) Menurunkan resiko hama meningkatkan ketahanan terhadap perlakuan

yang dilakukan

2) Tidak membasmi musuh alami

3) Menurunkan kemungkinan terjadinya resiko ledakan hama sekunder

4) Tidak merusak lingkungan dan sumber air

5) Menurunkan ketergantungan petani pada bahan kimia pertanian

6) Menurunkan biaya produksi.

Sebagian besar pestisida nabati mengandung racun yang aktif melalui

sentuhan, hirupan (saluran pernafasan) dan lambung (termakan). Kaena itu,

mereka tidak pandang bulu dan mempunyai target yang sangat luas. Tingkat

keracunan pada pestisida nabati biasnaya tidak terlalu tinggi dan bisa

dikurangi dengan penerapan yang selektif karena pestisida nabati biasanya

12

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

dapat dikendalikan, sehingga menjadi tidak aktif dalam waktu beberapa jam

atau beberapa hari. Ini akan mengurangi dampak negatif terhadap organisme-

organisme bermanfaat. Pestisida nabati pun cukup ramah lingkungan

(Anonymous,2002).

Pemakaian pestisida nabati juga masih dirasakan oleh petani sebagai

kekurangannya, antara lain :

1) Pestisida ini efeknya tidak langsung mematikan, sehingga sering kali

dianggap kurang ampuh.

2) Kalau dipakai terus menerus, belum dapat dipastikan apakah tidak

akan menimbulkan resistensi terhadap hama.

3) Perlu dalam jumlah banyak, karena efeknya kurang kuat.

(Anonymous,2001).

Meskipun bersifat alami dan digunakan secara luas dalam sistem-

sistem pertanian, sejumlah pestisida nabati bisa membahayakan manusia dan

meracuni musuh-musuh alami. Nikotin yang diambil dari tanaman tembakau

misalnya, adalah salah satu racun yang paling berbahaya bagi manusia dan

hewan berdarah panas lain. Sebelum menerapkan pestisida nabati baru secara

luas, perlu dilakukan pengujian skala kecil untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap ekosistem. Jangan salah menggunakan pestisida nabati, sehingga

langkahnya pertama pahamilah ekosistem dan bagaimana pestisida

mempengaruhinya (Anonymous,2002).

Pengendalian hama dengan pestisida kimia atau sintetis mahal dan

dilakukan 2 kali dalam seminggu, sedangkan biopestisida selain harganya

lebih murah, dilakukan hanya satu kali dalam seminggu sehingga menghemat

tenaga kerja (Astuti,2005).

2.2.3. Cara Kerja Pestisida Nabati

Tumbuhan dapat bersifat sebagai bahan makanan, obat atau bersifat

sebagai racun. Tumbuhan yang bersifat racun seyogyanya kita hindari.

Khasiat itu berasal dari bagian-bagian tumbuhan yang bersangkutan, seperti

13

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

seluruh bagian tumbuhan yang terdapat diatas permukaan tanah yang sering

disebut herba, juga akar, rimpang, kulit batang, kayu, daun, bunga, buah atau

biji tergantung pada kadar zat berkhasiat yang kita perlukan. Bagian-bagian

tumbuhan yang digunakan tadi dapat dalam bentuk segar atau yang telah

dikeringkan. Bagian tumbuhan yang segar dapat langsung digunakan dalam

bentuk lumatannya atau perasan lumatan tersebut. Sedang bagian tumbuhan

yang telah dikeringkan dapat digunakan dalam bentuk rebusan atau

seduhannya atau sediaan-sediaan padat yang disiapkan dari ekstrak bahan-

bahan yang telah dikeringkan tersebut, misalnya pil, tablet, kapsul dan

sebagainya (Huda,2006).

Perlu diketahui setiap simplisia (bahan obat alam) atau tumbuhan obat

selalu mengandung sejumlah zat, baik yang secara farmakologik aktif

maupun inaktif. Diantara zat-zat aktif tersebut merupakan senyawa turunan

inti molekul tertentu, seperti misalnya kulit batang kita (Cinchonae cortex)

mengandung kurang lebih 20 macam alkaloid, yang beberapa diantaranya

telah diketahui rumus bangunnya, yakni kinina, kinidina, sinkonina dan

sinkonidina. Keempatnya merupakan senyawa turunan inti kinolina, berarti

dalam molekulnya terdapat molekul kinlina tersebut. Jadi jika simplisisa atau

ekstrak totalnya digunakan untuk pengobatan, maka semua zat-zat kandungan

tersebut saling berinteraksi, sehingga khasiatnya merupakan resultante antar

aksi tersebut (Hargono,1996). Selanjutnya, dalam menguatkan sistem kerja

zat kandungan aktif tumbuhan, Webster (1985), menyatakan bahwa masing-

masing zat kandungan aktif suatu simplisia aktivitas biologiknya secara

kualitatif sama, namun secara kuantitatif berbeda, berarti macam khasiat dan

efek sampingnya sama, namun besarnya berbeda sehingga resultantenya

dapat meningkatkan khasiat namun memperkecil efek samping.

2.2.4. Sumber-sumber Pestisida dari Tumbuhan

Collins dan Gentner (1985), menyebutkan bahwa apa yang dilakukan

dan dipikirkan petani terhadap tanamannya mempengaruhi apa yang mereka

lakukan terhadap tanamannya. Meski petani merunut dan memahami cara

14

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

penggunaan pestisida, namun petani tidak memahami skema pemahaman

pestisida sebagai obat. Mereka hanya tahu bahwa pestisida adalah racun bagi

hama.

Dengan persepsi yang berkembang selama ini di petani, tindakan yang

dilakukan dapat mengatasi penyakit tanamannya utamanya padi dan bawang

merah serta sayuran adalah dengan upacara ritual (Winarto,1998). Selain

proses ritual yang masih ada dimasyarakat, menurut Friedberg (1990),

menyadari bahwa pengetahuan masyarakat terhadap manfaat tumbuhan bagi

kehidupannya atau dalam istilah modern disebut etnobotani memberikan

perspektif berdasarkan ruh dan hasil kajian fitrah masyarakat yang telah teruji

secara berkala.

2.2.5. Perkembangan Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Pestisida

Pada akhir tahun 1960-an, perhatian masyarakat dunia terhadap

berbagai residu senyawa asing (xenobiotics) pada bahan pangan masih sangat

kurang, karena pada saat itu perhatian masyarakat masih terpusat kepada

masalah residu pestisida pada buah-buahan dan sayuran. Namun, setelah

terungkap kandungan senyawa DDT, dieldrin, tetrasiklin, hormon dan obat-

obatan lain pada produk ternak, produk asal ternak mulai mendapat perhatian

khusus (Bahri,1994).

Data dari California menunjukkan (yang dites menggunakan alat ukur

terbatas sedikit kurang sensitif) menunjukkan pangan konvensional

mengandung 31 % residu pestisida, sedangkan di sampel pangan organik

hanya mengandung 6,5% residu pestisida dan pangan konvensional

mengandung residu multi-pestisida sembilan kali lebih banyak dibandingkan

pangan organik (Surjadi,2005).

Berbagai penelitian untuk menghasilkan formula pestisida hayati dari

bahan alami telah dilakukan. Baculovirus-multienvolve mucleopolyhedrosis

virus (MNPV) merupakan salah satu formula dari panduan Balai Penelitian

Tanaman Sayuran (Balitsa) dan Institut Pertanian Bogor yang dapat

diaplikasikan pada tanaman bawang merah. Purifikasi toksin Arachnida,

15

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

Disochorea dan Baculovirus (BV) dapat menekan perkembangbiakan hama

sampai 55 %. (Adiyoga et al, 2001).

Pelaksanaan pengendalian Hama Terpadu (HPT) pada sayuran telah

berhasil mengurangi penggunaan pestisida kimia sintetis hingga 20 % pada

kondisi ekosistem tertentu. Penggunaan pestisida sintetis umumnya masih

berdasarkan nilai ambang hama yang secara teknis sulit dilakukan pada skala

luas. Stallen et al dalam Astuti (2005), menyatakan bahwa untuk

mengendalikan ulat bawang (Spedoptora exsigua), petani menggunakan

insektisida sintetis rata-rata 924 L/ha dengan frekuensi penyemprotan 2 kali

seminggu. Penggunaan pestisida sintetis selain mahal juga dapat

menimbulkan resistensi hama (Adiyoga, 2000).

2.3. Tinjauan Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Pestisida

2.3.1. Pengertian Pengetahuan Lokal (Indigenous Knowledge)

Berdasarkan Strong (1990), pengetahuan lokal atau Indigenous

knowledge atau pengetahuan asli dan lokal adalah akar dari sebuah kearifan

lokal. Didalamnya mengandung sesuatu yang unik dalam satu kultur

masyarakat. Pewarisan pengetahuannya berlangsung dari mulut ke mulut dari

generasi ke generasi dengan menggunakan upacara, ritual dan adat istiadat.

Dengan demikian tulisan ini akan membahas secara mendetail tentang

khazanah indigenous knowledge, perannya dalam peradaban global serta

kemampuaannya bertahan ditengah arus sains teknologi yang kian berinvasi.

2.3.2. Prinsip-prinsip Ilmu sebagai Pengetahuan Lokal (Indigenous

Knowledge)

Pengetahuan lokal (Indigenous Knowledge) memiliki kesejalanan

dengan prinsip-prinsip ilmiah, kekayaan pengetahuan lebih berdasar pada

banyaknya pengetahuan dari pengalaman setempat yang unik dan teruji.

Richard (1994), menyebutkan bahwa pengetahuan lokal memiliki

kemampuan yang lebih baik dari pada pengetahuan ilmiah jika digunakan

menilai faktor-faktor resiko yang menyangkut keputusan-keputusan produksi.

16

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

Kekuatan pengetahuan lokal menurut Bentley (1992), dipetakan

berdasarkan 2 prinsip utama, yaitu, kemudahan dalam melakukan

pengamatan, dan pentingya sesuatu itu dalam lingkup wacana budaya

penduduk lokal. Pengetahuan atau sebaliknya, tidak tahu dalam pengetahuan

masyarakat lokal ditentukan oleh kemampuannya dalam mengamati benda

yang mudah. Selain itu juga, akan semakin banyak diketahui pula oleh

masyarakat lokal ketika benda yang mudah diamati berguna dan penting

dalam budaya masyarakat lokal mereka.

Dalam perkembangannya pengetahuan yang dimiliki masyarakat

justru bisa menjadi alternatif bagi fenomena masalah yang berkembang secara

global. Rhoades dan Bebington (1995), menyebutkan bahwa ketika

masyarakat mendapat intervensi pengetahuan melalui introduksi teknologi

yang cenderung merubah pengetahuan lokal, maka penduduk lokal masih

menjadikan dirinya bukan seorang yang hanya pasif menerima teknologi,

karena masyarakat lokal merupakan pencipta dari solusi-solusi yang

dihasilkan sendiri dalam menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang

timbul dari intervensi pengetahuan yang baru. Dalam konteks inilah,

pengetahuan memberikan pengujian secara sosiologis dan kultural dengan

kurun waktu yang cukup panjang, ternyata terbukti ampuh menghadapi satu

masalah tertentu.

Dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu kehidupan, kearifan setempat

yang selalu ditonjolkan orang memang terlihat dampak kemanfaatannya

dalam menangani pengelolaan kelestarian keanekaragaman hayati. Bentuk-

bentuk –sasi dan abstensi penyadapan atau pemanenan yang diatur adat

ternyata sangat cocok buat mengatasi pengurasan stok pohon induk.

Ecological complementarity yang dipraktikkan masyarakat Madura Timur

tidak menurunkan derajat keanekaragaman hayati setempat sekalipun

penggunaan sumber daya nabati setempat terhitung tinggi (Rifai, 1995).

Selain pengetahuan lokal yang ditemukan berdasarkan prinsip

pengamatan dan kepentingannya dalam kultur budaya masyarakat lokal,

sebenarnya pengetahuan lokal juga berdasar pada proses pewarisan. Proses

17

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

pewarisan kebudayaan berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sifat pewarisan tidak hanya bersifat vertikal (atas ke bawah), dari eyang

buyut ke cucu, melainkan bisa bersifat horizontal atau mendatar. Horizontal

ini dilukiskan dengan proses pewarisan budaya kepada struktur sosial

lingkungan manusia. Dari manusia satu ke manusia lain, dengan cara

mengkomunikasikan gagasan dan pengetahuannya pada manusia lain

(Purwanto, 2000).

2.4. Tinjauan tentang Etnobotani

Etnobotani dapat didefinisikan sebagai suatu studi yang mempelajari konsep-

konsep pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan yang merupakan hasil

perkembangan kebudayaan suatu masyarakat. Dinamika perubahan akan

mewarnai tumbuhan dan pemanfaatan, pelestarian dan konservasi secara tradisi

lambat laut akan mengalami penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi. Melalui temuan dan kajian etnobotani diharapkan kekayaan budaya suatu

masyarakat mengenai pengetahuan tumbuhan dapat dikembalikan kepada generasi

baru masyarakat tersebut. (Darnaedi dalam Muhammad, 2003).

Sedangkan menurut Rifai (1998), etnobotani sebagai cabang ilmu yang

bersinggungan dengan ilmu0ilmu alamiah disatu pihak, dengan ilmu-ilmu sosial

serta pengetahuan budaya pada pihak yang lain, etnobotani berkepentingan

mengikuti dari dekat perkembangan yang berlangsung baik di seputar persoalan

etnik maupun dalam ranah botani sendiri.

Perkembangan etnobotani di Indonesia lebih di warnai nuansa botani

ekonomi yang menelaah tumbuhan yang bermanfaat sebelum dieksploitasi

komersial. Etnobotani pada dasarnya berangkat dari prinsip etnisains yaitu sistem

pengetahuan kognitif, pandangan-pandangan yang ada di masyarakat yang diteliti

mengenai pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan (Darnaedi dalam Muhammad,

2003). Menurut Rifai (1998), upaya pengembangan etnobotani di Indonesia

haruslah dilakukan dengan memperhatikan isu-isu perkembangan nasional, yang

dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan upaya peningkatan pemanfaatan,

pengembangan dan penguasaan ilmu dan teknologi. Untuk itu, etnobotani harus

18

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

dapat mendukung upaya peningkatan daya saing sektor produksi untuk

memanfaatkan peluang yang terbuka oleh adanya proses globalisasi.

Adanya gejala atau indikasi masyarakat Indonesia menuju “Paradigma Sehat”

yaitu menjaga kesehatan secara menyeluruh, terpadu serta terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat, sehingga upaya untuk menggunakan potensi alam atau

tumbuhan obat Indonesia juga meningkat (Zuhud, 2000).

Pengetahuan tradisional suatu kelompok masyarakat tentang keanekaragaman

jenis tumbuh-tumbuhan sangat penting, tidak hanya untuk kelompok masyarakat

itu sendiri, tetapi juga untuk masyarakat lainnya, sehingga sangat mendesak untuk

dilakukan penggalian pengetahuan tradisional tentang berbagai jenis tumbuhan

berikut budidaya dari masyarakat lokal yang menghilang seiring dengan

perkembangannya.penggalian pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan

sumberdaya tumbuhan tersebut, maka ujung tombaknya adalah penelitian

dibidang etnobotani. Pengungkapan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang

dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat lokal

seperti jenis tumbuhan obat, jenis tanaman pangan akan menghasilkan sumber

informasi tentang diversitas genetik bagi para pemulia tanaman dan kandungan

bahan aktif dalam pengobatan modern bagi para ahli farmakologi, sehingga

penelitian etnobotani sangat mendukung usaha konservasi keanekaragaman

genetik berbagai jenis tanaman lokal yang sangat penting untuk program

pemuliaan dimasa yang akan datang serta pengobatan modern (Munawaroh dan

Purwanto, 2002).

Menurut Walujo (1998), dalam penelitian etnobotani ada dua pendekatan

yang perlu dipahami, yakni etnik dengan tujuan mendapatkan data mengenai

pengetahuan masyarakat tentang objek yang sedang diamati, tanpa harus menguji

kebenarannya dan pendekatan etik dalam menganalisis data dan pengetahuan

masyarakat tersebut secara ilmiah sesuai dengan bidang yang diteliti.

Etnobotani sebagai sebuah studi mengenai tumbuhan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat mempunyai harapan besar sebagai bagian dari ilmu yang akan mampu

menjawab persoalan mas kini (Banilodu, 1998).

19

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

2.5. Tinjauan tentang Desa Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto

2.5.1. Letak Geografi

Desa Sajen termasuk salah satu desa dari 20 desa yang terdapat di

kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Desa ini terdiri dari 4 dusun yaitu

Dusun Sajen, Treceh, Sumberan dan Podorejo. Desa Sajen mempunyai luas

wilayah kurang lebih 284,356 Ha yang terbagi dalam 4 pemanfaatan lahan,

yaitu Tanah Sawah seluas 182,47 Ha, Tanah Kering yang terdiri untuk ladang

dan pemukiman seluas 51,8 Ha, Tanah untuk fasilitas umum seperti tanah kas

desa (ganjaran), lapangan, Perkantoran Pemerintah Desa seluas 37,63 Ha

serta Tanah Hutan seluas 12,447 Ha.

Desa sajen termasuk desa sekitar hutan yang mengandalkan hasil

pertanian dilahan basah dan kering. Wilayah Desa Sajen berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Kesiman Tengah dan

Desa Kemiri.

Sebalah Barat : Berbatasan dengan Kawasan Hutan (HGU).

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Pacet, dan

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kawasan Hutan (HGU)

(Peta desa Sajen ada di Lampiran).

Desa Sajen terletak di ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut

dengan suhu rata-rata 26oC. Pada tahun 2004, curah hujan rata-rata

adalah 1872 mm dengan jumlah bulan hujan sebanyak 6 bulan sepanjang

tahun. Melihat kondisi geografis yang berbukit, desa Sajen termasuk desa

dekat hutan yaitu tepatnya di lereng pegunungan Welirang dan Arjuna

serta pegunungan gugus Taman Hutan Raya R. Soerjo. Jarak desa Sajen

dari dari ibu kota kabupaten Mojokerto adalah 30 km atau 1 jam apabila

ditempuh dengan kendaraan. Sedangkan jarak dengan ibukota kecamatan

Pacet hanya 2 km.

20

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

2.5.2. Kondisi Demografi

Tahun 2006, penduduk Desa Sajen berjumlah 4.005 jiwa dengan

mayoritas bekerja sebagai buruh tani, Wiraswasta dan Petani. Rincian

pekerjaan masyarakat desa Sajen adalah sebagai berikut :

No Profesi Jumlah Prosentase (%)

1 Buruh Tani 1.602 40

2 Petani 521 13

3 PNS 320 8

4 Wiraswasta 200 5

5 Pedagang 160 4

6 Tukang Kayu / Batu 881 22

7 Pensiunan 160 4

8 Lain-lain 160 4

JUMLAH 4.005 100

Selanjutnya, tingkat pendidikan masyarakat Desa Sajen cukup

bervariasi. Dari 4.005 jiwa telah ada 6 orang yang telah tamat Sarjana Strata 2

(S2) dan yang buta aksara sejumlah 37 orang. Lebih lengkap data tingkat

penduduk Desa Sajen sebagai berikut :

No Status Pendidikan Jumlah

(Orang)

Prosentase (%)

1 Strata 2 6 0,1

2 Strata 1 76 1,9

3 Diploma 3 29 0,7

4 Diploma 2 150 3,7

5 Diploma 1 171 4,3

6 Tamat SMA 490 12,2

7 Tamat SMP 767 19,2

8 Tamat SD 926 23,1

9 Drop Out SD 752 18,8

10 Belum Sekolah 601 15

21

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53047/37/BAB II.pdfSecara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis adalah sebagai berikut : - Residu pestisida

11 Buta Huruf 37 0,9

Total 4.005 100,0 %

(Anonymous, 2006).

2.5.3. Potensi Komoditas Pertanian

Pada tahun 2005, komoditas pertanian non padi yang dihasilkan di

Desa Sajen adalah :

No Tanaman Luas (Ha) Hasil (Ton/Ha)

1 Jagung 29 4

2 Kacang Tanah 3 5

3 Ubi Kayu 5 15

4 Ubi Jalar 55 15

5 Cabe 5 4

6 Bawang Putih 125 10

7 Bawang Merah 20 15

8 Tomat 5 10

9 Sawi 5 10

10 Kubis 6 12

TOTAL 258

(Sumber : Monografi data desa Sajen Tahun 2006).

22