48
II. PEMBAHASAN 2.1. Selintas Sejarah pestisida Patut dicatat bahwa pestisida diperkenalkan untuk pertamakalinya oleh bangsa Cina pada tahun 900 M , dengan memakai senyawa arsenat, sudah dipakainya pestisida ultra tradisional ini menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah maju dibidang pertanian, terbukti dengan kenyataan pengenalan pestisida yang pertama sekali oleh manusia. Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat mulai tahun 1960 diEropa. Metodenya masih sederhana Pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa itu belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam

Pencemaran Pestisida

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pencemaran Pestisida

II. PEMBAHASAN

2.1. Selintas Sejarah pestisida

Patut dicatat bahwa pestisida diperkenalkan untuk pertamakalinya oleh

bangsa Cina pada tahun 900 M , dengan memakai senyawa arsenat, sudah

dipakainya pestisida ultra tradisional ini menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah

maju dibidang pertanian, terbukti dengan kenyataan pengenalan pestisida yang

pertama sekali oleh manusia.

Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan

cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan.

Pada akhirnya secara tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun

tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat mulai tahun 1960 diEropa.

Metodenya masih sederhana Pembuatan pun cukup sederhana, karena pada

masa itu belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau

direndam didalam air selama satu hari satu malam, baru kemudian dipakai untuk

menyemprot atau disiramkan.

Ternyata racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus racun

pembasmi hama. Berbeda didaratan eropa, di Malaysia dan sekitarnya lebih

mengenal bubuk pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat

pembunuh. Disamping itu juga dipakai bahan aktif Pirenthin I dan II, dan Anerin I

dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum Aneraria Forium.

Semenjak diketemukannya bahan-bahan aktif dari tumbuh-tumbuhan

tersebut, perkembangan pestisida semakin melonjak.Berbagai upaya pemikiran

mulai dilontarkan untuk mendapatkan jenis-jenis pestisida baru yang lebih ampuh.

Page 2: Pencemaran Pestisida

Barulah kemudian diketemukan pestisida sintetis dari senyawa Dinitro dan

Thiosianat.

Namun ternyata sangat dirasakan, bahwa zat-zat pembasmi yang terdahulu

belum begitu memuaskan. Maka tercipta DDT (Dicholro Diphenil Trichloroetana)

pada tahun 1874 oleh seorang warga negara Jerman, Zeidler. Pada akhirnya

pembuatan DDT merupakan babak baru dalam perkembangan industri pestisida.

Dan semenjak itu makin banyak pestisida sintetis buatan manusia, baik yang

betul-betul berbeda dengan DDT, maupun derivat-derivatnya.

Gambar 1.1 Penggunaan pestisida di kalangan petani

2.2. Pengertian Pestisida

Pestisida (Inggris : pesticide) berasal dari kata pest yang berarti hama dan

cide yang berarti mematikan/racun. Jadi pestisida adalah racun hama. Secara

umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk

mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara

langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia.

Page 3: Pencemaran Pestisida

Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan

perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan

pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian. Pestisida secara umum

digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya.

Insektisida, herbisida, fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan

hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang

lain digunakan untuk mengendalikan hama dari tikus dan siput (Alexander, 1977).

Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan

atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap

lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk organochlorines

termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang

terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan,

contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida

kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif

sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion,

Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain (Sudarmo, 1991).

Gambar 1.2. Macam-macam pestisida

Page 4: Pencemaran Pestisida

Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh

jasad pengganggu tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida

berperan sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus sejalan

dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama

tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha

intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai teknologi, seperti penggunaan

pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan

lahan baru akan membawa perubahan pada ekosistem yang sering kali diikuti

dengan timbulnya masalah serangan jasad penganggu. Cara lain untuk mengatasi

jasad penganggu selain menggunakan pestisida kadang-kadang memerlukan

waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat dilakukan pada kondisi

tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan jasad penganggu

dan berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil (Sudarmo, 1991).

Informasi yang terperinci tentang tingkat keracunan, keberadaan dalam tanah,

jalan pengangkutan yang lebih dominan dari berbagai herbisida, insektisida dan

fungisida hendaknya diketahui. Kondisi cuaca penting diperhatikan pada saat

pengaplikasian (Loehr, 1984).

Menurut peraturan pemerintah RI No. 7 Tahun 1973, yang dimaksud

dengan Pestisida ialah Semua zat kimia dan bahan-bahan lain serta zasad-zasad

renik dan virus yang digunakan untuk:

• Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,

bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian.

• Memberantas rerumputan

Page 5: Pencemaran Pestisida

• Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tak diinginkan.

• Mencegah hama-hama air.

• Membrantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit

pada manusia.

Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida

adalah sebagai berikut.

1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan,

mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda,

gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri

atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang.

2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan

tanaman atau pengering tanaman (Djojosumarto, 2004).

2.3. Jenis-Jenis pestisida

Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-

beda, karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan

menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan

sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur

kimianya dan berdasarkan bentuknya.

Hama bersaing dengan manusia untuk mendapatkan makanan yang

ditanam oleh para petani. Oleh karena itu, jika petani ingin meningkatkan hasil

produksinya maka petani harus mengurangi atau membasmi hama tanaman. Pakar

kimia telah mengembangkan material untuk mengatasi masalah hama, yaitu

dengan cara menggunakan pestisida. Pestisida berasal dari kata pest (perusak) dan

Page 6: Pencemaran Pestisida

cide (membunuh) sehingga kata pestisida dapat diartikan sebagai membunuh

perusak. Pestisida adalah zat kimia yang berfungsi mencegah, mengendalikan,

atau membunuh serangga (insektisida), tumbuhan (herbisida), dan jamur

(fungisida)

2.3.1 Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran

Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan

menurut Wudianto (2001) yaitu:

Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti

belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas

serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap,

dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat,

diazinon,dll.

Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan

jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun.

Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri,

dan natrium dikromat.

Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus.

Salahsatu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh

virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah

menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera

diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.

Page 7: Pencemaran Pestisida

Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama

tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan

yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya

harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya.

Contohnya : Warangan.

Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama

tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian

akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi

atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3

minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat

memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam,

dan Dazomet.

Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman

pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh

ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

Pestisida adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau

mengendalikan hama. Pestisida telah terbukti secara luas di seluruh dunia dapat

menyelamatkan produk-produk pertanian dan perkebunan, sehingga tidak dapat

dipungkiri bahwa pestisida memegang peranan penting dalam melindungi

tanaman, ternak, dan juga untuk mengontrol sumber-sumber penyakit (vector-

borne diseases). Demikian juga penggunaan pestisida untuk memproteksi tanaman

bagi petani di seputar Danau Buyan tidak terelakkan.

Page 8: Pencemaran Pestisida

2.3.2 Berdasarkan bentuk fisiknya bentuk fisiknya

Pestisida digolongka kedalam beberapa bentuk yang dilihat secara fisik

Bentuk pestisida yang merupakan formulasi ada berbagai macam. Formulasi ini

perlu dipertimbangkan sebelum membeli untuk disesuaikan dengan ketersediaan

alat yang ada, kemudahan aplikasi, serta efektivitasnya (Wudianto, 2001).

1. Tepung hembus, debu (dust=D)

Bentuk tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya

belerang, atau dicampur dengan pelarut aktif yang bertindak sebagai

karier, atau dicampur bahan-bahan organik seperti walnut, talk. Dalam

penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan menggunakan alat khusus

yang disebut duster.

2. Butiran (Granula=G)

Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran

bahan aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap bahan

aktif. Penggunaanya cukup ditaburkan atau dibenamkan disekitar

perakaran atau dicampur dengan media tanaman.

3. Tepung yang dapat disuspensi dalam air (wettablebpowder = WP)

Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum dapat

secara langsung digunakan secara langsung untuk memberantas jasad

sasaran, harus terlebih dulu dibasahi air. Hasil campurannya dengan air

disebut suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut dalam air, melainkan hanya

tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu disemprotkan harus sering

diaduk atau tangki penyemprot digoyang-goyang.

Page 9: Pencemaran Pestisida

4. Tepung yang larut dalam air (water-soluble powder = SP)

Jenis pestisida ini sepintas mirip dengan bentuk WP, penggunaan

juga dicampur dengan air. Perbedaanya jenis ini larut dalam air jadi dalam

penggunaanya dalam penyemprotan, pengadukan hanya dilakukan sekali

pada waktu pencampuran.

5. Suspensi (flowable concentrate = F)

Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambahkan

pelarut serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah

seperti pasta yang disebut campuran pasta.

6. Cairan (emulsifiable = EC)

Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran

bahan aktif dengan perantara emulsi. Dalam penggunannya, biasanya

dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengecerannya atau

cairan semprotnya disebut emulsi.

7. Ultra Low Volume (ULV)

Pestisida bentuk ini merupakan jenis khusus dari formulasi

S(solution). Bentuk murninya merupakan cairan atau bentuk padat yang

larut dalam solven minimum. Konsentrat ini mengandung pestisida

berkonsentrasi tinggi

8. Solution(S)

Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan

pestisida ke dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam

Page 10: Pencemaran Pestisida

pengendalian jasad pengganggu secara langsung tanpa perlu dicampur

dengan bahan lain.

9. Aerosol (A)

Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan

aktif berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak)

kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang diberi tekanan gas propelan.

Formulasi jenis ini banyak digunakan di rumah tangga, rumah kaca, atau

perkarangan.

10. Umpan beracun (Poisonous Bait = B)

Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif

pestisida digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad

pengganggu.

11. Powder concentrate (PC)

Formulasi ini berbentuk tepung, penggunaanya dicampur dengan

umpan dan dipasang di luar rumah. Pestisida jenis ini biasanya tergolong

Rodentisida yaitu untuk memberantas tikus.

12. Ready Mix Bait (RMB)

Formulasi ini berbentuk segi empat (blok) besar dengan bobot

300gram dan blok kecil dengan bobot 10-20 gram serta pellet. Formulasi

ini berupa umpan beracun siap pakai untuk tikus.

13. Pekatan yang dapat larut dalam air (WSC)

Merupakan formulasi berbentuk cairan yang larut dalam air. Hasil

pengecerannya dengan air disebut larutan.

Page 11: Pencemaran Pestisida

14. Seed Treatment (ST)

Formulasi ini berbentuk tepung. Penggunaanya dicampurkan

dengan sedikit air sehingga terbentuk suatu pasta. Untuk perlakuan benih

digunakan formulasi ini dan diaplikasikan langsung tanpa penambahan air.

2.3.3 Dari segi struktur kimianya

Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Meliala 2005,

berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :

1. Golongan organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain

Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang

universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.

Penggunaan pestisida makin marak sejak ditemukannya senyawa yang

disebut DDT (diklorodifenil-trikloroetan). DDT merupakan senyawa

organik yang memiliki kemampuan untuk membunuh insektisida, dengan

struktur kimia seperti berikut.

Gambar 2.3 Struktur DDT

Kali pertama DDT ditemukan oleh Othmar Zeidler pada 1874. Pada waktu

itu belum diketahui manfaatnya. Setelah 65 tahun kemudian, diketahui oleh Paul

Mueler bahwa DDT dapat membunuh serangga. Pada 1942, sebuah perusahaan

Page 12: Pencemaran Pestisida

tempat Mueler bekerja memproduksi DDT dan dikirim ke Amerika untuk diuji

coba. Pada 1984, Mueler mendapat Hadiah Nobel atas penemuan tersebut. Sejak

perang dunia II, DDT digunakan secara luas untuk berbagai tujuan, seperti:

a. menghentikan wabah penyakit yang disebarkan melalui serangga, seperti

malaria, demam kuning, dan tifus;

b. membunuh hama tanaman kapas sehingga pada saat itu produksi kapas

menjadi melimpah.

Setelah diketahui manfaat DDT bagi pertanian, pestisida jenis lain mulai

banyak diteliti dan dikembangkan. Penggunaan pestisida harus hati-hati sebab

pestisida yang beredar di pasaran boleh jadi:

a. mengganggu kesehatan manusia;

b. merusak atau mengganggu sistem ekologi lingkungan;

c. menimbulkan kematian bagi serangga tertentu yang justru dibutuhkan untuk

membantu kesuburan tanah, seperti bakteri nitrifikasi.

2. Golongan organophosfat misalnya diazonin dan basudin

Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak

selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan,

menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi

predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada

organokhlor.

3. Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain Golongan ini

mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat,

Page 13: Pencemaran Pestisida

tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan

dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk

tawon.

4. Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC Salah satu pernafasan dalam

sel hidup melalui proses pengubahan ADP(Adenesone-5-diphosphate) dengan

bantuan energi sesuai dengan kebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran

elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton

dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi

berlebihan dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan

jaringan.

5. Pyretroid

Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester

yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus Chrysanthemum.

Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin,

permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang stabil

terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,

sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,

flusitrinate.

6. Fumigant

Fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau

asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya fumigant

merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau menghasilkan gas

Page 14: Pencemaran Pestisida

yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin,

ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.

7. Petroleum

Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanah yang

juga digunakan sebagai herbisida.

8. Antibiotik

Misanya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme

ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.

2.3.4 Pestisida berdasarkan sifat toksiknya

Berdasarkan tingkat toksisitas (racun) dan kegunaannya, pestisida

dikelompokkan ke dalam empat golongan, yaitu golongan A, golongan B,

golongan C, dan golongan D.

1) Pestisida golongan A

Pestisida digolongkan ke dalam kelompok ini didasarkan pada

fungsinya, yaitu sebagai insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida.

Isektisida adalah jenis pestisida yang berfungsi mencegah dan membasmi

serangga. Isektisida juga digunakan di rumah-rumah untuk membasmi

nyamuk, kecoa, laba-laba, dan sejenisnya. Contoh insektisida: DDT,

aldrin, paration, malation, dan karbaril. Namun, saat ini penggunaan

produk tersebut dalam rumah tangga telah dibatasi. Herbisida adalah jenis

pestisida yang berfungsi mencegah dan membasmi tanaman yang

Page 15: Pencemaran Pestisida

merugikan petani seperti alang-alang dan rumput liar. Contoh herbisida:

2,4–D, 2,4,5–T, pentaklorofenol, dan amonium sulfonat.

Fungisida adalah pestisida khusus untuk jamur. Selain racun bagi

jamur, juga dapat dipakai untuk racun tanaman dan racun serangga.

Contoh fungisida adalah organomerkuri dan natrium dikromat.

Rodentisida adalah pestisida khusus untuk membasmi tikus. Contoh

rodentisida adalah senyawa arsen.

2) Pestisida Golongan B

Pestisida digolongkan ke dalam golongan B didasarkan pada jenis

bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Jenis-jenis pestisida yang

menurut golongan ini adalah:

a) Organoklor

Selain DDT, jenis pestisida yang tergolong terklorinasi

adalah aldrin, dieldrin, heksaklorobenzena (BHC), 2,4-D dan 2,4,5-

T. Aldrin dan dieldrin digunakan sebagai racun serangga

(insektisida), sedangkan 2,4- D dan 2,4,5-T digunakan sebagai

racun tanaman (herbisida).

Gambar 2.5. Struktur kimia

Aldrin

Page 16: Pencemaran Pestisida

b) Organofosfat

Senyawa pestisida yang mengandung fosfat di antaranya

paration dan malation. Kedua senyawa ini tergolong insektisida.

Paration sangat efektif digunakan untuk mencegah hama

pengganggu buah-buahan, tetapi pestisida ini sangat beracun bagi

manusia. Berbeda dengan paration, malation sangat efektif untuk

serangga tertentu dan efek racunnya tidak terlalu kuat bagi

manusia.

c) Karbamat

Contoh dari pestisida yang mengandung karbamat adalah

isopropil N-fenilkarbamat (IPC), sevin, dan baygon. Isopropil N–

fenilkarbamat digunakan sebagai herbisida terutama untuk mengontrol

pertumbuhan rumput tanpa memengaruhi tanaman utama. Adapun sevin

dan baygon tergolong insektisida.

3. Pestisida Golongan C

Pestisida digolongkan ke dalam golongan C didasarkan pada pengaruhnya

terhadap hama.

Jenis Pengaruh

Repelant Dapat menjauhkan serangga

Defoliant Dapat menggugurkan daun

Perencat Dapat menggagalkan pertumbuhan

Page 17: Pencemaran Pestisida

4. Pestisida Golongan D

Pestisida dapat juga digolongkan berdasarkan cara tindakannya terhadap

hama. Pestisida Golongan D

Jenis Racun Cara Tindakan

Racun perut Membunuh jika termakan

Racun sentuh Membunuh jika menyentuh kulit

Racun sistemik Membunuh jika masuk ke dalam sistem organisme

Racun pracambah Membunuh terhadap benih

2.3.5 Pestisida berdasarkan Berdasarkan bahan aktifnya

1. Pestisida organik (Organic pesticide): pestisida yang bahan aktifnya

adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang,

misal: neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem).

2. Pestisida elemen (Elemental pesticide): pestisida yang bahan aktifnya

berasal dari alam seperti: sulfur.

3. Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide): pestisida yang berasal dari

campuran bahan-bahan kimia.

2.3.6 Berdasarkan cara kerjanya,

1.Pestisida sistemik (Systemic Pesticide): adalah pestisida yang diserap

dan dialirkan ke seluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi

hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram.

Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini

Page 18: Pencemaran Pestisida

bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama.

Contoh: Neem oil.

2. Pestisida kontak langsung (Contact pesticide): adalah pestisida yang

reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik

ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih

baik menggunakan jenis pestisida ini. Contoh: Sebagian besar pestisida

kimia.

2.4 Pengertian Pencemaran

Disadari atau tidak, sebenarnya masalah pencemaran lingkungan mau

tidak mau akan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam. Manusia memang kurang

daya penguasaanya, artinya jika kemampuan manusia menguasai alam meningkat,

maka akan lebih sedikit masalah yang akan dihadapi. Peristiwa pencemaran baru

dapat dikatakan sebagai pencemaran lingkungan bila lingkungan yang tercemar

adalah lingkungan hidup manusia, yang terkena dampak akibat negatif (yang tidak

diinginkan adalah manusianya dan didalam lingkungan tersebut terdapat bahan-

bahan berbahaya yang disebabkan oleh peradaban manusia itu sendiri.

Batasan pencemaran menurut UU No. 4 Tahun 1982, menjelaskan bahwa

“Pencemaran” adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy

dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau merubahnya tatanan

lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kwalitas lingkungan

Page 19: Pencemaran Pestisida

turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menmjadi kurang

atau tidak dabat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran suatu lingkungan bisanya melalui tahap-tahap yaitu:

1. Tingkatan Pertama

Bila zat pencemar tersebut baik jumlah dan waktu aktifnya tidak

membawa akibat yang merugikan manusia.

2. Tingkatan ke-2

Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan pada alat- alat panca

indera dan alat perkembangbiakan secara vegetatif serta kerusakan

lingkungan hidup yang lebih luas.

3. Tingkatan ke- 3

Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan fisiologis yang

membawa akibat kesakitan yang menahun.

4. Tingkatan ke- 4

Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan-ganguan yang gawat

seperti kematian dan lain-lain.

Pencemaran dapat terjadi di lingkungan hidup manusia. Berdasarkan itu

dikenal pencemaran lingkungan berdasarkan objeknya, yaitu :

• Pencemaran Udara

• Pencemaran Tanah

• Pencemaran Air

• Pencemaran Kebudayaan

Page 20: Pencemaran Pestisida

Dalam karya tulis ini, pencemaran lingkungan yang akan dibahas adalah

tiga bagian yang pertama diatas yang diakibatkan oleh Pestisida.

2 5 Pencemaran pestisida

Pencemaran pestisida dapat terjadi bila pestisida digunakan secara

berlebihan. Tanah disekitar tanaman akan tercemar dan membunuh makhluk kecil

dalam tanah, antara lain bakteri, jamur, protozoa, cacing, dan insekta yang

berfungsi sebagai penyubur tanah. Akibatnya tanah menjadi keras dan tandus.

Pencemaran air oleh pestisida terjadi melalui aliran air dari tempat

kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam rangka memperbanyak

produksi pertanian dan peternakan. Kadar pestisida dalam air yang tinggi dapat

membunuh organisme air antara lain ikan dan udang. Pada kadar yang rendah

pestisida dalam air meracuni organisme kecil. Organisme kecil yang telah teracuni

oleh pestisida itu, kemudian dimakan oleh ikan dan udang. Akibatnya ikan dan

udang mengalami dua kali keracunan yaitu melalui insangnya dan melalui

makanannya. Selanjutnya ikan dan udang yang keracunan itu ditangkap dan

dimakan oleh manusia. Dengan demikian, manusia juga akan keracunan pestisida.

Dari uraian diatas pestisida dapat menguntungkan manusia dalam hal

pemberantasan hama yang mengganggu tanaman manusia. Dan pestisida juga

dapat merugikan apabila digunakan secara berlebihan.

Tekanan globalisasi terhadap pertanian telah menciptakan ketergantungan

petani terhadap pengembangan pertanian konvensional yang berorientasi eksport.

Sistem pertanian tersebut mempunyai andil yang sangat besar terhadap

Page 21: Pencemaran Pestisida

kehancuran lingkungan dan sistem kehidupan masyarakat lokal. Sistem pertanian

yang diciptakan dibawah tekanan kepentingan pasar global tersebut bertujuan

untuk memonopoli terhadap sumber daya agraria dan produksi pangan dunia.

Kebijakan sudah berlangsung lama, sejak ditingkatkannya penggunaan pestisida,

pupuk kimia, benih transgenic dan komersialisasi terhadap pertanian.

Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan manusia dan

lingkungan. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh

pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian

menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus

keracunan pestisida langsung, petani dan para pekerja di pertanian lainnya

terpapar (kontaminasi) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan

pestisida. Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko

terpapar pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan

konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pertisida juga beresiko

terkontaminasi pestisida.

2.7 Efek Penggunaan Pestisida

Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui

pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas

dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya

adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan

pestisida. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik

itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif

Page 22: Pencemaran Pestisida

ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara

penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan

pestisida diantaranya:

1. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang

kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida

yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan

tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh

mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui

memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi

yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh

pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh

bayi lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan

terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).

2. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke

dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi

dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang.

Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti

plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi

dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut

termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah

terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa

dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata

burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor

Page 23: Pencemaran Pestisida

yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal

ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung

itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.

3. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap

takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran

pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan mempercepat dan

memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada makhluk hidup dan

lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku

utamanya.

2.8. Proses transfer pestisida

Terjadinya pencemaran pestisida terhadap lingkungan termasuk danau

disebabkan oleh beberapa hal seperti cara aplikasi, wujud pestisida saat

diaplikasikan, sifat tanah dan tanaman, volatilitas dan solubilitas pestisida, serta

iklim. Transfer pestisida dapat terjadi melalui 5 cara, yaitu:

1. Adsorpsi adalah terikatnya pestisida dengan partikel-partikel tanah.

Jumlah pestisida yang dapat terikat dalam tanah bergantung pada jenis

pestisida, kelembaban, pH, dan tekstur tanah. Pestisida dapat teradsorpsi

dengan kuat pada tanah berlempung ataupun tanah yang kaya bahan-bahan

organik, sebaliknya pestisida tidak dapat teradsorpsi dengan kuat pada

tanah berpasir. Adsorpsi pestisida yang kuat di dalam tanah

mengakibatkan tidak terjadi penguapan sehingga tidak menimbulkan

Page 24: Pencemaran Pestisida

pencemaran terhadap air tanah maupun air danau (Anonim, 1996;

Waldron, 1996).

2. Penguapan adalah suatu proses perubahan bentuk padat atau cair ke

bentuk gas, sehingga dalam bentuk gas bahan tersebut dapat bergerak

dengan bebas ke udara sesuai dengan pergerakan arah angin. Kehilangan

akibat penguapan ini dapat menghancurkan tanaman yang jauh dari tempat

dimana pestisida tersebut digunakan. Pestisida dapat menguap dengan

mudah di samping memang pestisidanya bersifat mudah menguap, juga

sebagai akibat dari tanahnya yang berpasir dan basah. Cuaca yang panas,

kering dan berangin juga mempercepat terjadinya penguapan pestisida

(Anonim,1996; Waldron, 1996).

3. Kehilangan pestisida saat aplikasi adalah kehilangan yang disebabkan

terbawanya pestisida oleh angin saat disemprotkan. Kehilangan ini

dipengaruhi oleh ukuran butiran semprotan, semakin kecil ukuran butiran

semakin tinggi kemungkinan untuk hilang, kecepatan angin, jarak antara

lubang penyemprot dengan tanaman target. Pestisida yang hilang atau

tidak mengenai target ini dapat membahayakan atau mengkontaminasi

tanaman lain, bahkan dapat membahayakan orang lain, ternak ataupun

hewan bukan target. Demikian juga, pestisida ini dapat mencemari danau,

sungai sehingga membahayakan biota yang ada di dalamnya (Anonim,

1996; Waldron, 1996).

Page 25: Pencemaran Pestisida

4. Limpasan akhir adalah terbawanya pestisida bersama-sama aliran air

menuju daerah yang lebih rendah. Pestisida yang terbawa ini dapat

bercampur dengan air atau terikat dengan tanah erosi yang ikut terbawa.

Banyaknya pestisida yang terbawa ini dipengaruhi oleh: kecuraman lokasi,

kelembaban tanah, curah hujan, dan jenis pestisida yang digunakan.

Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pestisida akan dapat

mencemari aliran air, sungai, danau, sumur maupun air tanah. Residu

cemaran pestisida pada permukaan air dapat membahayakan tanaman,

biota dan juga dapat mencemari air tanah (Anonim, 1996; Waldron, 1996).

5. Rembesan adalah perpindahan pestisida dalam air di dalam tanah.

Perembesan dapat terjadi keseluruh penjuru, ke bawah, atas dan samping.

Fakto-faktor yang mempengaruhi terjadinya perembesan adalah sifat-sifat

pestisida dan tanah, dan interaksi pestisida dengan air seperti saat

terjadinya hujan ataupun irigasi saat musim tanam. Proses perembesan

dapat meningkat bila pestisidanya bersifat mudah larut dalam air, tanahnya

berpasir, turun hujan saat penggunaan pestisida, dan pestisidanya

teradsorpsi dengan kuat dalam tanah (Anonim, 1996; Waldron, 1996).

2.9 Pestisida Dan Revolusi Hijau

Alam dengan segala isinya di terima sebagaimana adanya. Dan manusia

menyesuaikan pola hidupnya dengan irama yang ditentukan oleh lingkungan

alam. Karena perubahan lingkungan alam berada diluar kendali tangan manusia,

maka manusia memasrahkan diri kepada lingkungan. Ini melahirkan kebiasaan

Page 26: Pencemaran Pestisida

tradisi dan hukum-hukum yang tidak tertulis, yang kemudian mengatur pergaulan

hidup masyarakat.

Tetrapi satu faktor dalam kehidupan masyarakat mengalami perubahan

otonom, yaitu pertambahan jumlah manusia. Naluri mempertahankan diri manusia

mendorong hasrat berkembangbiak dan melangsungkan dehidupan. Ini

dimungkinkan oleh akal dan kemampuan berpikir manusia, yang melahirkan ilmu

dan teknologi. Oleh karena itu manusia selalu menuntut kepada alam agar

kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Kebutuhan primer manusia adalah makan.

Dan untuk meningkatkan hasil-hasil bumi mereka mempunyai ambisi besar untuk

meningkatkan produksi pangan. Banyak hal yang dilakukan manusia seperti

program irigasi, pemupukan intensif yang kadang berlebihan hingga merusak

struktur tanah. Dan yang paling mengerikan adalah berputarnya lingkaran setan

pestisida yang tak pernah putus ditengah jalan, justru semakin membabibuta.

Untuk mendukung keberhasilan produksi pangan ini, penelitian dan

teknologi semakin berkembang. Termasuk si lampu aladin, pestisida. Dunia

pertanian seakan terbangun dari tidurnya, terbangun untuk tragedi dari revolusi,

bukan revolusi fisik, bukan industry, tetapi revolusi hijau.Revolusii Hijau yang

mencantumkan pemakaian pestisida sebagai senjata utama yang menyakitkan

lingkungan dan manusia sendiri.

Pestisida yang digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian dapat

menyebar dan mencemari tempat lain. Jika hal ini terjadi, pestisida dapat

meracuni ikan dan merusak ekologi lingkungan. Pestisida dapat juga terakumulasi

pada makhluk hidup. Konsentrasi pestisida pada mahluk hidup dapat berlipat

Page 27: Pencemaran Pestisida

ganda akibat berbagai aktivitas. Hasil penelitian menunjukkan, pestisida yang

mencemari lingkungan dapat terakumulasi melalui alur seperti pada diagram

berikut.

Gambar 2.6 Diagram alir pencemaran Pestisida

Oleh sebab itu, pemakaian pestisida perlu dikendalikan guna menghindari

masalah-masalah keracunan atau efek samping yang tidak diharapkan. Keracunan

dapat terjadi terhadap seseorang jika pestisida termakan atau uapnya terhisap.

Dengan demikian, penggunaan pestisida harus selalu mengikuti petunjuk yang

benar demi menghindari keracunan terhadap pengguna atau masyarakat umum.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan jika menggunakan pestisida adalah sebagai

berikut.

(a) Kenali jenis hama atau penyakit tanaman yang akan dibasmi.

(b) Kenali keunggulan dan kelemahan setiap pestisida yang terpilih.

Page 28: Pencemaran Pestisida

(c) Ikuti aturan pemakaian pestisida yang terpilih dan pastikan

pemakaiannya tidak mengancam lingkungan sekitarnya.

2.10 Upaya Penanggulangan Pencemaran Pestisida

Berdasarkan sumber yang diperoleh penulis, ada beberapa upaya yang mampu

menanggulangi dampak penggunaan pestisida. Ada ynag bersfat korektif,

sementara beberapa yang lainnya bersifat preventif.

1. Peraturan dan Pengarahan Kepada Para Pengguna

Peraturan dan cara-cara penggunaan pestisida dan pengarahan kepada para

pengguna perlu dilakukan, karena banyak dari pada pengguna yang tidak

mengetahui bahaya dan dampak negatif pestisida terutama bila digunakan

pada konsentrasi yang tinggi, waktu penggunaan dan jenis pestisida yang

digunakan. Kesalahan dalam pemakaian dan penggunaan pestisida akan

menyebabkan pembuangan residu pestisida yang tinggi pada lingkungan

pertanian sehingga akan menganggu keseimbangan lingkungan dan

mungkin organisme yang akan dikendalikan menjadi resisten dan

bertambah jumlah populasinya. Untuk melindungi keselamatan manusia

dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan

supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan

dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7

Tahun 1973. Standar keamanan untuk pengaplikasian pestisida dan

pengarahan untuk penggunaan yang aman dari pestisida, seperti cara

Page 29: Pencemaran Pestisida

pelarutan, jumlah (konsentrasi), frekuensi dan periode dari aplikasi,

ditentukan oleh aturan untuk meyakinkan bahwa tingkat residu tidak

melebihi dari standar yang telah ditetapkan. Keamanan dari produk-produk

pertanian dapat dijamin bila bahan-bahan kimia pertanian diaplikasikan

berdasarkan standar keamanan untuk penggunaan pestisida.

2. Penggunaan Pestisida dengan Memperhatikan Kondisi Lingkungan

Untuk menghindari terjadinya pencemaran udara oleh adanya pestisida

maka pada saat penggunaan pestisida, pengguna harus memperhatikan

beberapa hal yang mampu mempengaruhi pendispersian polutan tersebut di

udara. Faktor lingkungan seperti temperatur, kecepatan dan arah angin, dan

kelembaban udara sangat berperan dalam mempercepat dan atau meringakan

proses terjadinya pencemaran.

3. Pengendalian Hayati Menggunakan Biokontrol

Peningkatan pembangunan pertanian diarahkan pada sistem pertanian

berkelanjutan, dimana makna dari “berkelanjutan” adalah mengelola sumber

daya yang ada sehingga dapat digunakan secara berkesinambungan serta

meminimalisasi dampak negatif yang timbul. Dengan adanya pertanian

berkelanjutan, maka penggunaan pestisida dapat secara teliti dan bertanggung

jawab. Dalam pertanian berkelanjutan, petani harus belajar dan meninggalkan

metode produksi yang memakai banyak bahan kimia. Memakai cara rotasi

tanam, menanam kacangan dan rumput untuk mengisi persediaan N, merawat

tanah dengan pupuk dan kompos, serta mendaur ulang bahan organik.

Page 30: Pencemaran Pestisida

Pendekatan ini akan melindungi tanah dan mencegah pencemaran dan

pencucian pupuk/bahan kimia dari tanah ke aliran sungai. Dengan semakin

ketatnya peraturan pemakaian bahan kimia, pengendalian hayati atau

biokontrol merupakan salah satu strategi untuk mengatasi dampak

pencemaran lingkungan akibat pemakaian bahan kimia untuk proteksi

pertanian.

Pengendalian suatu penyakit melalui biokontrol membutuhkan

pengetahuan detail tentang interaksi patogen inang dan antara patogen dengan

mikroba-mikroba sekitarnya. Pengetahuan ini sangat penting karena prinsip

biokontrol adalah pengendalian dan bukan pemberantasan patogen.

Keberhasilan suatu biokontrol ditentukan oleh kemampuan hidup agen

biokontrol tersebut dalam lingkungannya.

Salah satu agensia pengendalian hayati yang efektif yaitu jamur

Trichoderma spp yang mempu menangkal pengaruh negatif jamur patogen

pada tanaman kedelai (tanaman inang). Species Trichoderma harzianum dan

Trichoderma viridae dapat mengendalikan aktifitas jamur patogen

Rhizoctonia solanii yang memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan

berkecambah biji kedelai dan pertumbuhan biomassa tanaman. Penelitian lain

juga menyebutkan bahwa Mikorhiza sp. juga mampu menanggulangi efek

negatif patogen berupa bakteri penyakit darah pada pisang. Pengendalian

hayati sangat erat hubungannya dengan pemanfaatan sistem ketahanan

tanaman terhadap patogen penyebab penyakit. Ini juga berhubungan dengan

mekanisme reaksi biokimia di dalam jaringan tanaman tersebut.

Page 31: Pencemaran Pestisida

4. Metode Bioremediasi Sebagai Tindakan Perbaikan

Sebagai tindakan korektif bagi lahan yang telah tercemar oleh residu

pestisida, saat ini juga banyak dikembangkan metode “Bioremediasi”.

“Bioremediasi” dikenal sebagai usaha perbaikan tanah dan air permukaan dari

residu pestisida atau senyawa rekalsitran lainnya dengan menggunakan jasa

mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan berasal dari tanah namun

karena jumlahnya masih terbatas sehingga masih perlu pengkayaan serta

pengaktifan yang tergantung pada tingkat rekalsitran senyawa yang dirombak.