85
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kepuasan Pasien 1. Definisi Kepuasan Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang berorientasi pada kepuasan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pengguna jasa. Kepuasan adalah suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat dipenuhi melalui produk yang diberikan (Haffizurrachman, 2004). Kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan pengalaman tehadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan (Gerson, 2004). Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapan (Kotler,2007). Berdasarkan pada beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepuasan adalah perasaan seseorang terhadap hasil yang diterima serta memenuhi harapan dan keinginannya. 2. Kepuasan pasien Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka. Hal ini lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan itu sendiri, berkaitan pula dengan sasaran dan hasil pelayanan. Kepuasan pasien dalam menilai mutu atau pelayanan yang baik, dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-rinapujian... · Kepuasan pasien dapat diartikan sebagai suatu sikap konsumen

  • Upload
    lemien

  • View
    215

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kepuasan Pasien

1. Definisi Kepuasan

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang

berorientasi pada kepuasan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata pengguna jasa. Kepuasan adalah suatu

keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat

dipenuhi melalui produk yang diberikan (Haffizurrachman, 2004).

Kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan

pengalaman tehadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan

(Gerson, 2004). Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang

muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil

suatu produk atau jasa dan harapan-harapan (Kotler,2007).

Berdasarkan pada beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan kepuasan adalah perasaan seseorang

terhadap hasil yang diterima serta memenuhi harapan dan keinginannya.

2. Kepuasan pasien

Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau

luka. Hal ini lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan

itu sendiri, berkaitan pula dengan sasaran dan hasil pelayanan. Kepuasan

pasien dalam menilai mutu atau pelayanan yang baik, dan merupakan

9

pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini karena

memberikan informasi terhadap suksesnya pemberi pelayanan bermutu

dengan nilai dan harapan pasien yang mempunyai wewenang sendiri untuk

menetapkan standar mutu pelayanan yang dikehendaki (Hafizurrachman,

2004).

Kepuasan pasien dapat diartikan sebagai suatu sikap konsumen

yakni beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaanya terhadap pelayanan

yang pernah dirasakan, oleh karena itu prilaku konsumen dapat juga

diartikan sebagai model perilaku pembeli (Ilyas, 1999).

Kepuasan pasien merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif

yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampau harapan pasien.

Dengan demikian kepuasan timbul apabila evaluasi yang diharapkan

menunjukkan bahwa alternatif yang diambil lebih rendah dari harapan

(Kusumapraja, 1997).

Kotler (2007), mendefinisikan bahwa kepuasan pasien adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil)

yang dia rasakan dibanding dengan harapannya. Menurut Gerson (2004),

kepuasan pasien adalah persepsi pasien bahwa harapannya telah terpenuhi

atau terlampaui. Sedangkan menurut Nurachmah (2005), kepuasan pasien

didefinisikan sebagai evaluasi paska konsumsi bahwa suatu produk yang

dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan.

Menurut Sabarguna (2004), kepuasan pasien adalah merupakan

nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Tapi walaupun

10

subyektif tetap ada dasar obyektifnya, artinya walaupun penilaian itu

dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu

dan pengaruh lingkungan waktu itu, tetapi tetap akan didasari oleh

kebenaran dan kenyataan obyektif yang ada.

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa

dari pembeli jasa kepada pasien sesuai dengan apa yang dipersepsikan

pelanggan. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor subyektifitas yang dapat

membuat perbedaan persepsi atau kesenjangan antara pelanggan dan

pemberi jasa, ada lima kesenjangan dalam kualitas jasa (Hafizurrachman,

2004) :

a. Kesenjangan antara persepsi manajemen tentang harapan konsumen

dan spesifikasi kualitas jasa.

b. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.

c. Kesenjangan antara spesifikasi jasa dan jasa yang disajikan.

d. Kesenjangan antara penyampaian jasa aktual dan komunikasi eksternal

kepada konsumen.

e. Kesenjangan antara jasa yang diharapkan dan jasa aktual yang diterima

konsumen.

Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan pelayanan pasien dari

persepsi pasien/ keluarga terdekat. Kepuasan pasien akan tercapai, apabila

diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan

memperhatikan kemampuan pasien atau keluarganya, ada perhatian

terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik dan memprioritaskan

11

kebutuhan pasien, sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik-baiknya

antara tingkat rasa puas atau hasil dan derita-derita serta jerih payah yang

telah dialami guna memperoleh hasil tersebut (Soejadi, 1996).

Berdasarkan pada beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kepuasan pasien merupakan nilai subyektif pasien terhadap

pelayanan yang diberikan setelah membandingkan dari hasil pelayanan

yang diberikan dengan harapannya. Pasien akan merasa puas jika

pelayanan yang diberikan sesuai harapan pasien atau bahkan lebih dari apa

yang diharapkan pasien.

3. Dimensi Kepuasan Pasien

Dimensi kepuasan yang dirasakan seseorang sangat bervariasi

sekali, namun secara umum dimensi dari kepuasan sebagaimana yang

didefinisikan diatas mencakup hal-hal berikut (Azwar, 1996) :

a. Kemampuan yang mengacu hanya pada penerapan standart kode etik

profesi.

Pelayanan kesehatan dikatakan memenuhi kebutuhan kepuasan pasien

apabila pelayanan yang diberikan mengikuti standart serta kode etik

yang disepakati dalam suatu profesi, atau dengan kata lain yaitu bila

suatu pelayanan kesehatan yang diberikan telah mengacu pada standar

yang telah ditetapkan oleh profesi yang berkompeten serta tidak

menyimpang dari kode etik yang berlaku bagi profesi tersebut.

Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai pemikiran seseorang

terhadap kepuasan yang diperolehnya mencakup hubungan petugas-

12

pasien (relationship), kenyamanan pelayanan (amenities), kebebasan

melakukan pilihan (choice), pengetahuan dan kompetensi teknis

(scientific knowledge and technical skill), efektifitas pelayanan

(effectivess) dan keamanan tindakan (safety).

b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan

kesehatan

Persyaratan suatu pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai pelayanan

yang bermutu dan dapat memberikan kepuasan pada penerima jasa

apabila pelaksanaan pelayanan yang diajukan atau ditetapkan, yang

didalamnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai

ketersediaan pelayanan kesehatan (available), kewajaran pelayanan

kesehatan (appropriate), kesinambungan pelayanan kesehatan

(continue), penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable), ketercapaian

pelayanan kesehatan (accessible), keterjangkauan pelayanan kesehatan

(affordable), efisiensi pelayanan kesehatan (efficient) dan mutu

pelayanan kesehatan (quality).

Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang memenuhi

semua persyaratan pelayanan tidak semudah yang diperkirakan, sehingga

untuk mengatasi hal ini diterapkan prinsip kepuasan yang terkombinasi

secara selektif dan efektif, dalam arti penerapan dimensi kepuasan

kelompok pertama dilakukan secara optimal, sedangkan beberapa dimensi

kelompok kedua dilakukan secara selektif yaitu yang sesuai dengan

kebutuhan serta kemampuan (Azwar, 1996 ).

13

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

Kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari pihak pemberi

pelayanaan saja, tetapi juga dipengaruhi faktor dari luar maupun dari

dalam diri pasien. Faktor dari dalam mencakup sumber daya, pendidikan,

pengetahuan, dan sikap. Faktor dari luar mencakup budaya, sosial

ekonomi, keluarga dan situasi yang dihadapi (Gerson, 2004). Penilaian

kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan berfokus

pada aspek fungsi dari proses pelayanan (Supranto, 2001), yaitu :

a. Tangibles (Wujud nyata) adalah wujud langsung yang meliputi

fasilitas fisik, yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan,

kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan keselarasan antara

fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan.

b. Reliability (kepercayaan) adalah pelayanan yang disajikan dengan

segera dan memuaskan dan merupakan aspek – aspek keandalan

system pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi

kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana, kepedulian

perusahaan kepada permasalahan yang dialami pasien, keandalan

penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai

dengan janji yang diberikan keakuratan penanganan.

c. Responsiveness (tanggung jawab) adalah keinginan untuk membantu

dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi

kejelasan informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan

dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu

14

konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan

pasien dengan cepat.

d. Assurance (jaminan) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang

ditawarkan memberikan jaminan keamanan yang meliputi

kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan dengan karyawan,

kesabaran karyawan, dukungan pimpinan terhadap staf.

e. Empathy (empati) adalah berkaitan dengan memberikan perhatian

penuh kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen,

perhatian staf secara pribadi kepada konsumen, pemahaman akan

kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan konsumen,

kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen.

Menurut Hafizurrachman (2004), kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi : reliabilitas (konsistensi dan

kehandalan), ketanggapan (kesediaan, kesiapan dan ketepatan waktu),

kompetensi (kemudahan kontak dan pendekatan), komunikasi

(mendengarkan serta memelihara hubungan pengertian), kredibilitas (nilai

kepercayaan dan kejujuran), jaminan rasa aman (dari risiko dan keraguan),

pengertian (upaya untuk mengerti keluhan dan kenginan pasien), ujud

pelayanan yang dirasakan.

Menurut Mediawati (2000), menyebutkan bahwa puas atau tidak

puasnya pasien biasanya ditentukan oleh hal-hal meliputi mutu produk

atau jasa, mutu pelayanan, harga, waktu penyerahan, dan keamanan.

15

Semua faktor kepuasan pasien tersebut pada hakikatnya sangat berkaitan

dan ditentukan oleh mutu kerja para perawat, sehubungan dengan hal

tersebut, pada dasarnya kepuasan pasien dipengaruhi oleh faktor-faktor :

teknologi, kemampuan kerja perawat, kemauan perawat, dan lingkungan

kerja perawat. Notoatmodjo (2003), berpendapat bahwa faktor-faktor dasar

yang mempengaruhi kepuasan yaitu :

a. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi prilaku individu,

yang mana makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang

kesehatan, maka makin tinggi untuk berperan serta.

b. Kesadaran

Bila pengetahuan tidak dapat dipahami, maka dengan sendirinya

timbul suatu kesadaran untuk berprilaku berpartisipasi

c. Sikap positif

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan salah satu kompensasi

dari sikap yang positif adalah menerima (receiving), diartikan bahwa

orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

d. Sosial ekonomi

Pelayanan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan biaya yang telah

dikeluarkan oleh pasien. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan oleh

pasien maka semakin baik pelayanan yang diberikan.

16

e. Sistem nilai

Sistem nilai seseorang pasien sangat mempengaruhi seseorang pasien

untuk mempersepsikan pelayanan kesehatan yang diberikan.

f. Pemahaman pasien tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya

Tingkat pemahaman pasien terhadap tindakan yang diberikan akan

mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang terhadap tindakan.

g. Empati yang ditujukan oleh pemberi pelayanan kesehatan, sikap ini

akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh terhadap

tingkat kepatuhan pasien (compliance).

5. Mengukur tingkat kepuasan

Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan atau

penerima pelayanan maka perlu dilakukan pengukuran. Menurut Supranto

(2001), pengukuran tingkat kepuasan dimulai dari penentuan pelanggan,

kemudian dimonitor dari tingkat kualitas yang diinginkan dan akhirnya

merumuskan strategi. Lebih lanjut juga dikemukakan bahwa harapan

pelanggan dapat terbentuk dari pengalaman masa lalu, komentar dari

kerabat serta janji dan informasi dari penyedia jasa dan pesaing. Kepuasan

pelanggan dapat digambarkan dengan suatu sikap pelanggan, berupa

derajat kesukaan (kepuasan) dan ketidaksukaan (ketidakpuasan) pelanggan

terhadap pelayanan yang pernah dirasakan sebelumnya.

Menurut Kotler (2007), ada beberapa macam metode dalam

pengukuran kepuasan pelanggan :

17

a. Sistem keluhan dan saran

Organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented)

memberikan kesempatan yang luas kepada para pelangganya untuk

menyampaikan keluhan dan saran. Misalnya dengan menyediakan

kotak saran, kartu komentar, dan hubungan telefon langsung dengan

pelanggan.

b. Ghost shopping

Mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai

pembeli potensial, kemudian melaporkan temuanya mengenai

kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan

pengalaman mereka.

c. Lost customer analysis

Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah

berhenti membeli agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi.

d. Survei kepuasan pelanggan

Penelitian survey dapat melalui pos, telepon dan wawancara langsung.

Responden juga dapat diminta untuk mengurutkan berbagai elemen

penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa

baik perusahaan dalam masing-masing elemen. Melalui survey

perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara

langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa

perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelangganya.

18

Tingkat kepuasan dapat diukur dengan beberapa metode diatas.

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tiap-tiap metode mempunyai

hasil yang berbeda. Pada penelitian yang menggunakan metode survei

kepuasan pelanggan, data/ informasi yang diperoleh menggunakan metode

ini lebih fokus pada apa yang ingin diteliti sehingga hasilnyapun akan

lebih valid.

6. Manfaat pengukuran kepuasan

Menurut Gerson (2004), manfaat utama dari program pengukuran

adalah tersedianya umpan balik yang segera, berarti dan obyektif. Dengan

hasil pengukuran orang biasa melihat bagaimana mereka melakukan

pekerjaanya, membandingkanya dengan standar kerja dan memutuskan

apa yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan berdasarkan

pengukuran tersebut. Ada beberapa manfaat dari pengukuran kepuasan

antara lain sebagai berikut :

a. Pengukuran menyebabkan seseorang memiliki rasa berhasil dan ber

prestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanaan yang

prima kepada pelanggan.

b. Pengukuran biasa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan

standar prestasi yang harus dicapai, yang mengarahkan mereka menuju

mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan yang semakin

miningkat.

19

c. Pengukuran pemberian umpan balik segera kepada pelaksana, terutama

bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau yang

memberi pelayanan.

d. Pengukuran memberitahu apa yang harus dilakukan untuk

memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan bagaimana harus

melakukannya, informasi ini juga biasa datang dari pelanggan.

e. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat

produktivitas yang lebih tinggi.

Menurut Azwar (1996), di dalam situasi rumah sakit yang

mengutamakan pihak yang dilayani, karena pasien adalah klien yang

terbanyak, maka manfaat yang dapat diperoleh bila mengutamakan

kepuasan pasien antara lain sebagai berikut :

a. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang

hati diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap pelayanan rumah

sakit.

b. Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien yang

puas tersebut akan memberitahukan kepuasannya kepada orang lain.

Hal ini secara akumulatif akan menguntungkan rumah sakit karena

merupakan pemasaran rumah sakit secara tidak langsug.

c. Citra rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan ekonomi.

Bertambahnya jumlah orang yang berobat, karena ingin mendapatkan

pelayanan yang memuaskan seperti yang selama ini mereka dengarkan

20

menguntungkan rumah sakit secara sosial dan ekonomi (meningkatkan

pendapatan rumah sakit).

d. Berbagai pihak yang berkepentingan di rumah sakit, seperti perusahaan

asuransi akan lebih menaruh kepercayaan pada rumah sakit yang

mempunyai citra positif.

e. Didalam rumah sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien

akan lebih diwarnai dengan situasi pelayanaan yang menjunjung hak-

hak pasien. Rumah sakitpun akan berusaha sedemikian rupa sehingga

malpraktek tidak terjadi.

Menurut Jacobalis (1989), untuk mengukur kepuasan pasien dapat

digunakan sebagai alat untuk evaluasi kualitas pelayanan kesehatan,

evaluasi terhadap konsultasi intervensi dan hubungan antara prilaku sehat

dan sakit, membuat keputusan administrasi, evaluasi efek perubahan dari

organisasi pelayanaan, administrasi staf dan fungsi pemasaran serta

formasi etik profesional.

7. Klasifikasi kepuasan

Menurut Nursalam (2003), untuk mengetahui tingkat kepuasan

pelanggan dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, sebagai

berikut : sangat tidak memuaskan (1), tidak memuaskan (2), cukup

memuaskan (3), memuaskan (4), sangat memuaskan (5). Pasien akan

merasa sangat tidak puas apabila hasil pelayanan yang diberikan oleh

perawat/ didapatkan pasien jauh dibawah harapannya, jika hasil pelayanan

21

yang diberikan oleh perawat belum memenuhi harapan pasien maka pasien

akan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diterima pasien.

Pelayanan akan cukup memuaskan jika pelayanan yang diberikan oleh

perawat sudah nemenuhi sebagian harapan pasien. Pelayanan akan

memuaskan apabila pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah

memenuhi harapan rata-rata pasien, sedangkan pasien akan merasa sangat

puas apabila pelayanan yang diberikan oleh perawat melebihi apa yang

diharapkan pasien.

B. Imobilisasi

1. Definisi

Konsep imobilisasi merupakan hal yang relatif dalam arti tidak saja

kehilangan pergerakan total tetapi juga terjadi penurunan aktivitas dari

normalnya. Kim et al. (1995) dalam Perry dan Potter (2005), imobilisasi

sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko

mengalami keterbatasan gerak fisik. Imobilisasi pasien tidak dapat

menghindari pembatasan gerakan pada setiap aspek kehidupan (Priharjo,

1999). Imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat

bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan atau

aktivitas (Aziz, 2006).

Kesimpulan dari beberapa definisi diatas bahwa imobilisasi

merupakan keterbatasan fisik atau ketidakmampuan seseorang untuk

melaksanakan aktivitas sehari-hari yang disebabkan adanya gangguan

22

fisik, penurunan fungsi fisik yang dikarenakan suatu proses penyakit atau

sebagai proses terapi pasien.

Macam-macam imobilisasi menurut Priharjo (1999) dan Aziz

(2006), secara umum sesuai yang dihadapi pasien, ada beberapa macam

keadaan imobilitas, antara lain :

a. Imobilitas fisik, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami

pembatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun

keadaan orang tersebut.

b. Imobilitas intelektual, dapat disebabkan kurang pengetahuan untuk

dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi oleh karena

kerusakan otak karena proses penyakit, kecelakaan serta pasien

retardasi mental.

c. Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami

pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba

dalam menyesuaikan diri. Keadaan ini terjadi akibat pembedahan atau

kehilangan seseorang yang dicintai.

d. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam

melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat

memengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi imobilisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau

immobilisasi adalah sebagai berikut (Perry dan Potter, 2005) :

23

a. Faktor fisiologis

Setiap sistem tubuh akan beresiko terjadi gangguan apabila ada

perubahan mobilisasi, tingkat keparahan dari gangguan tersebut

tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan,

serta tingkat imobilisasi yang dialami. Faktor fisiologis mempengaruhi

perubahan setiap sistem tubuh yaitu perubahan pada sistem metabolik,

respiratori, kardiovaskuler, musculoskeletal, integument dan sistem

eliminasi.

b. Faktor psikososial/ emosional

Imobilisasi menyebabkan respon emosional, intelektual sensori, dan

sosiokultural. Perubahan status emosional bisa terjadi secara bertahap,

perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan

prilaku, perubahan siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.

c. Faktor perkembangan

Sepanjang kehidupan, penampilan tubuh dan fungsinya, tubuh

mengalami perubahan. Pengaruh terbesar terlihat pada usia kanak-

kanak dan lansia, imobilisasi dapat menimbulkan pengaruh yang

bermakna pada tingkat kesehatan, kemandirian, dan status fungsional

lansia.

3. Efek dari imobilisasi

Imobilitas dapat berefek secara fisik dapat menimbulkan beberapa

masalah antara lain : masalah musculoskeletal, eliminasi urine,

metabolisme gastro- intestinal, respirasi, dan masalah kardiovaskuler.

24

Imobilisasi yang terlalu lama juga akan menyebabkan penekanan yang

berat dan terus-menerus pada bagian-bagian yang menonjol, sehingga

sirkulasi darah ke area tersebut menjadi berkurang yang lama-kelamaan

menjadi nekrosis (dekubitus).

Secara umum efek yang dapat ditimbulkan akibat imobilisasi yang

terlalu lama adalah meliputi (Roper, 1996) : melemahnya otot-otot,

kontraktur sendi, deformitas, berubahnya pola mobilitas, nekrosis jaringan

(dekubitus), menurunya perhatian dan kemampuan terhadap pemeliharaan

kebersihan diri.

C. Pelayanan Keperawatan

1. Definisi

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan dengan menggunakan asuhan keperawatan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi pasien. Pelayanan keperawatan merupakan

gabungan dari ilmu kesehatan dan seni merawat, kegiatan klinik dan sosial

(WHO Expert Committee On Nursing, 1993). Sementara itu Gillies

(1996), menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah proses

pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien,

keluarga dan masyarakat.

O’malley (1997), mendefinisikan kebutuhan pasien terhadap

pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan untuk mendapatkan

25

perawatan profesional, kebutuhan dimengerti, diapresiasi dan direspek

atau dihormati, kebutuhan untuk mendapatkan rasa empati, kebutuhan

mendapatkan kelemah lembutan dan informasi kesehatan, kebutuhan

untuk mendapatkan bantuan dan pertolongan yang ramah dan tepat waktu,

kebutuhan untuk mendapatkan kenyamanan fisik dan mental, kebutuhan

untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman dari tindakan malpraktek,

kebutuhan untuk mendapatkan perhatian dari petugas, dan kebutuhan

untuk mendapatkan pelayanan yang bermartabat.

2. Tujuan pelayanan keperawatan

Tujuan pelayaanan keperawatan adalah meningkatkan dan

mempertahankan kualitas pelayanan, meningkatkan penerimaan

masyarakat terhadap profesi keperawatan, meningkatkan produktifitas dan

kualitas kerja staf (Gillies, 1996). Pelayanan yang didapatkan dari seorang

perawat yang akan memberikan dasar pelayanan yang baik, Sikap baik

memiliki elemen-elemen, diantaranya keterlibatan dengan pasien, rasa

respek terhadap pribadi pasien, dan kesanggupan dalam sikap dan prilaku

(Depkes RI, 1989).

3. Asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan pada

praktik keperawatan yang langsung diberikan pada pasien pada berbagai

tatanan pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar

manusian dengan menggunakan metodologi proses keperawatan,

berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik moral dan etika

26

keperawatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan oleh perawat profesional

pada praktik keperawatan ilmiah dengan menggunakan kode etik

keperawatan sebagai tuntutan asuhan keperawatan profesional oleh

perawat terhadap pasien.

Standar pelayanan keperawatan sesuai asuhan keperawatan

profesional menurut Nanda (1990) dalam Capernito (2000) meliputi: (a)

Pengkajian, adalah data untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala untuk

menentukan diagnosa keperawatan; (b) Diagnosa keperawatan, adalah

penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap

masalah kesehatan/ proses kehidupan potensial atau aktual; (c)

Perencanaan, adalah rencana tindakan yang akan diberikan sesuai diagnosa

yang muncul; (d) Implementasi adalah menguraikan intevensi yang akan

diberikan pada pasien serta rasionalnya dari intervensi; (e) Evaluasi,

adalah hasil yang diharapkan untuk mengatasi masalah pasien.

4. Standar asuhan keperawatan

Standar asuhan keperawatan dalam standar pelayanan termasuk

dalam standar proses yang diperlukan untuk menentukan kualitas

pelayanan. Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pasien

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu

asuhan keperawatan sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien

(Nursalam,2002).

Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang

mutu pelayanan yang baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai

27

pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur

dalam menilai penampilan kerja seorang perawat. Standar merupakan

suatu pernyataan yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang,

kebiaasaan, atau kesepakatan mengenai apa yang memadai atau sesuai,

dapat diterima dan layak dalam praktek keperawatan, standar praktek

menguraikan apa yang harus dilakukan, mengidentifikasikan tanggung

jawab dan pelaksanaan tanggung jawab tersebut (Nursalam, 2002).

Pelayanan keperawatan yang diberikan perawat terhadap pasien

dibedakan menjadi tiga pelayanan sesuai fungsi perawat, yaitu fungsi

independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen. Fungsi dependen

merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan

atau instruksi dari perawat lain, fungsi interdependen dilakukan dalam

kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu

dengan lainnya, serta fungsi independen merupakan fungsi mandiri dan

tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan

tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam

melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia

seperti: kebutuhan fisiologis (kebutuhan nutrisi, oksigenasi, personal

hygiene dll), kebutuhan rasa aman nyaman dll (Aziz, 2004).

5. Personal hygiene

a. Definisi

Personal hygiene adalah tindakan memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya (Depkes,

28

1989). Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk

memelihara kesehatan mereka. Perawat bekerja dengan bervariasi

pasien yang memerlukan bantuan higiene pribadi atau harus belajar

teknik higiene yang sesuai, perawat juga harus mengetahui tingkat

kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri dan memberikan

perawatan higiene menurut kebutuhan dan pilihan pasien.

Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanaan, dan kesehatan (Perry dan Potter, 2005).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

personal hygiene merupakan kegiatan/ tindakan membersihkan seluruh

anggota tubuh yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan

personal hygiene (Perry dan Potter, 2005), yaitu :

1) Citra tubuh

Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya

higiene pada orang tersebut, citra tubuh merupakan konsep

subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.

2) Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang pasien berhubungan

dapat mempengaruhi praktik higiene pribadi.

29

3) Status sosioekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat

praktik kebersihan yang dilakukan.

4) Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentinya higiene dan implikasinya bagi

kesehatan mempengaruhi praktik higiene.

5) Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi

perawatan higiene.

6) Pilihan pribadi

Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri,

memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana

cara melakukan higiene.

7) Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri

berkurang sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri.

c. Macam-macam tindakan personal hygiene

Aziz (2006), membagi macam-macam personal hygiene

menjadi dua yaitu :

1) Berdasarkan waktu pelaksanaan

Perawatan diri berdasarkan waktu dibagi menjadi empat, yaitu :

30

a) Perawatan dini hari. Merupakan perawatan diri yang dilakukan

pada waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan seperti

perapian dalan pengambilan bahan pemeriksaan (urin atau

feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam

melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan

diri, seperti mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan

mulut.

b) Perawatan pagi hari. Merupakan yang dilakukan setelah

melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri

seperti melakukan pertongan dalam pemenuhan kebutuhan

eliminasi (buang air besar dan kecil), mandi atau mencuci

rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada

punggung, membersihkan mulut, kuku, dan rambut, serta

merapikan tempat tidur pasien.

c) Perawatan siang hari. Perawatan diri yang dilakukan setelah

melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan

setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang

dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan,

membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan

pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.

d) Perawatan menjelang tidur. Perawatan diri ynag dilakukan pada

saat menjelang tidur agar pasiendapat tidur atau beristoirahat

31

denagn tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara

lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan

kecil), mancuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan

memijat daerah punggung.

2) Berdasarkan tempat

Perawatan diri berdasarkan tempat dibagi dua, yaitu : perawatan

diri pada kulit, perawatan diri pada kuku dan kaki.

Tindakan higiene perorangan yang biasanya/ sebagian

besar dilakukan oleh perawat ruangan untuk memenuhi kebutuhan

perawatan diri pasien yang berorientasi pada kebutuhan higiene

yang utama serta mempunyai manfaat besar bagi pasien. Perry dan

Potter (2005), mengidentifikasi tipe-tipe personal hygiene menjadi

beberapa tindakan, meliputi perawatan kulit (memandikan,

perawatan perineum, gosokan punggung), perawatan kaki dan

kuku, higiene mulut, perawatan rambut, perawatan mata, telinga

dan hidung, dan perawatan lingkungan ruangan pasien.

Manfaat yang dapat diperoleh dari tindakan pemeliharaan

personal hygiene yang dilakukan oleh perawat selama memberikan

asuhan keperawatan di rumah sakit (Perry dan Potter, 2005) :

a) Perawatan kulit (memandikan)

Memandikan klien adalah bagian perawatan higienis

total. Mandi dapat dikategorisasikan sebagai pembersihan atau

terapeutik. Keluasaan mandi klien dan metode yang digunakan

32

untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik klien dan

kebutuhan tingkat higiene yang dibutuhkan. Mandi ditempat

tidur yang lengkap diperlukan bagi klien dengan

ketergantungan total dan memerlukan perawatan higienis dan

mandi sebagian ditempat tidur dilakukan pada pasien yang

tergantung pada higiene yang sebagian atau klien yang

berbaring di tempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak

mampu mencapai semua bagian badan.

Memandikan pasien di tempat tidur baik total maupaun

sebagian diberikan pada pasien-pasien dalam keadaan pasien

tersebut merupakan pasien baru yang tidak dapat mandi sendiri

terutama bila pasien dalam keadaan kotor sekali dan keadaan

umumnya memungkinkan untuk dilakukan tindakan

memandikan, dan pada pasien yang telah dirawat sekurang-

kurangnya dua kali sehari dilakukan tindakan memandikan atau

sesuai kondisinya. Pada pasien-pasien yang mengalami luka

bakar, pasien yang koma, serta pasien-pasien yang terpasang

alat-alat kesehatan tidak dianjurkan untuk dilakukan tindakan

memandikan.

Saat memandikan pasien mendapatkan salah satu

kesempatan perawat untuk mengenal pasien, mengamati

keadaan fisik dan emosionalnya, dan mengetahui apakah hal-

hal tersebut ada kaitan dengan kesehatannya. Lebih jauh

33

dijelaskan bahwa saat itu seringkali merupakan kesempatan

yang paling baik untuk mengajarkan berbagai hal tentang

kesehatan kepada pasien, ketika ia menunjukkan kesediaan

untuk belajar.

Banyak pasien menyatakan bahwa perhatian dan

perawatan yang tulus kepada pasien diperlihatkan paling baik

oleh mereka yang menunjukkan perhatian secara pribadi.

Meskipun banyak kesempatan untuk berhubungan dengan

pasien sepanjang hari, tetapi tidak ada waktu yang lebih lama

daripada saat mempersiapkan dan membantu pasien mandi.

Karena itulah perawat harus memikirkan masak-masak

sebelum memutuskan menyuruh orang lain memandikan, disaat

kesempatan untuk memanfaatkan waktu tersedia bagi perawat,

bagi pasien yang kegiatanya terbatas dan bagi mereka yang tak

biasa bergerak, mandi merupakan hal yang menyegarkan dan

secara psikologis menimbulkan rangsangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam

memandikan pasien yaitu : memberikan privasi, memelihara

keamanan, memelihara kehangatan, dan meningkatkan

kebebasan pasien. Secara garis besar tujuan memandikan

pasien di atas tempat tidur meliputi : membersihkan kulit

untuk mengurangi keringat, beberapa bakteri, sebum, dan sel

kulit mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi

34

kesempatan infeksi, dengan penggunaan air hangat dan usapan

yang lembut pada ekstremitas dapat menimbulkan stimulasi

untuk sirkulasi darah, peningkatan citra diri karena dengan

mandi dapat meningkatkan relaksasi dan perasaan segar

kembali dan kenyamanan, bau badan pasien berkurang karena

mandi dan penggunaan antiperspirant dapat meminimalkan

bau, pada saat mandi gerakan-gerakan yang dilakukan dapat

meningkatkan rentang gerak.

b) Perawatan rambut

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa rambut atau

bulu bisa mengandung bakteri, ini sangat penting bagi perawat

yang merawat pasien yang lemah dengan luka terbuka dan

mereka yang bertugas di ruang operasi dan ruang persalinan

(Depkes RI, 1989).

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali

tergantung dari cara penampilan dan perasaa mengenai

rambutnya. Pada rambut pasien imobilisasi akan terlihat

menjadi kusut. Perawatan rambut dilakukan pada pasien yang

rambutnya kotor, rambut kotor dapat menjadi media

perkembangnya bakteri dan kuman yang dapat menimbulkan

penyakit-penyakit pada kulit kepala, rambut kotor juga dapat

menggurangi kesejahteraan pasien; pasien yang akan menjalani

operasi, sebelum masuk ruang operasi pasien harus dalam

35

keadaan seluruh tubuh bersih karena ruang operasi adalah

ruang steril serta untuk menghindarkan terjadinya keadaan

tidak steril pada alat-alat yang seharusnya steril; lima hari

sekali secara rutin, bila keadaan pasien mendukung untuk

dilakukan perawatan rambut maksimal lama hari karena waktu

lima hari itulah maksimal rambut akan bertahan bersih dari

kuman dan bakteri.

Mencuci rambut merupakan tindakan untuk

menghilangkan kotoran pada rambut dan kulit kepala dengan

menggunakan sabun atau sampo kemudian dibilas dengan air

bersih sampai bersih. Mencuci rambut tidak hanya sekedar

menghilangkan kotoran dan membersihkan rambut pasien saja

tapi juga dapat merangsang sirkulasi darah dikulit kepala

pasien sehingga pasien tampak lebih segar dan memberikaaan

perasaan senang pada pasien.

c) Perawatan kaki dan kuku

Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus

untuk mencegah infeksi, bau, dan cidera pada jaringan.

Perawatan kaki dan kuku dapat digabungkan selama mandi

atau pada waktu yang terpisah.

Perawatan kaki dan kuku merupakan tindakan untuk

membantu klien merawat dan memotong kuku yang panjang

karena tidak dapat melakukanya sendiri. Tujuan merawat dan

36

memotong kuku adalah : (1) menjaga kebersihan kuku tangan

dan kak,kuku yang kotor akan menjadi media berkembangnya

bakteri dan kuman yang akan mempengaruhi kesehatan pasien

secara total ; (2) mencegah timbulnya infeksi, infeksi

merupakan keadaan berkelanjutan karena penanganan kuku

tangan dan kaki tidak adekuat. Jika keadaan kuku tangan dan

kaki tertangani dengan adekuat maka tidak akan terjadi infeksi

pada kuku tangan dan kaki ; (3) Mencegah kaki berbau tidak

sedap,karena infeksi tidak ada maka tidak akan timbul bau pada

kaki, keadaan itu dikarenakan kuku kaki terawat dengan baik ;

(4) mengkaji/memonitor masalah-masalah pada kuku kaki dan

tangan, kuku tangan dan kaki yang bersih akan memudahkan

mengkaji dan memonitor keadaan kuku tangan dan kaki jika

terjadi masalah-masalah pada kuku tangan dan kaki.

d) Perawatan mulut

Perawatan mulut adalah suatu tindakan untuk

membersihkan rongga mulut, gigi dan lidah untuk

mempertahankan agar mulut tetap bersih dan sehat.

Pemeliharaan kebersihan mulut meliputi : menyikat gigi,

membersihkan mulut. Tujuan dari pemeliharaan gigi dan mulut

meliputi : (1) Supaya mulut dan gigi tetap bersih dan tidak bau,

perawatan mulut akan membersihkan sisa-sisa makanan pada

gigi yang akan menimbulkan bau, dengan perawatan mulut ini

37

gigi menjadi bersih dan tidak berbau ; (2) Mencegah infeksi

pada mulut, kerusakan gigi, bibir dan lidah pecah-pecah dan

stomatitis, perawatan mulut akan menjadikan gigi dan gusi

dalam keadaan bersih dan meminimalkan tumbuhnya bakteri

pada gigi ; (3) Memberikan perasaan senang dan segar pada

pasien, mulut yang bersih akan memberikan perasaan senag

dan menjadikan pasien menjadi lebih segar ; (4) Mendidik

klien dalam kebersihan perorangan, perawatan mulut akan

membantu klien memahami pentignya kebersihan gigi dan

secara tidak langsung membiasakan untuk melakukan

perawatan mulut.

e) Perawatan lingkungan ruang pasien

Perawatan lingkungan pasien adalah suatu tindakan

membantu pasien mengganti pakaian, karena pasien tidak

mampu melakukanya sendiri. Lingkungan pasien sangat

mempengaruhi kesehatan pasien secara tidak langsung,

perawatan lingkungan ruang klien mempunyai tujuan antara

lain : lingkungan yang bersih akan memberikan perasaan

senang dan nyaman bagi pasien yang akan menimbulkan rasa

percaya diri pasien meningkat, mencegah terjadinya dekubitus

dan terpeliharanya kebersihan dan kerapihan lingkungan ruang

pasien.

38

D. Hubungan Antara Praktek Personal Hygiene Perawat Dengan Kepuasan

Pasien

Personal hygiene dalam pelayanan keperawatan merupakan tindakan

yang paling mendasar dan merupakan kebutuhan dasar pasien yang harus

dipenuhi untuk menunjang tindakan keperawatan selanjutnya. Kepuasan

pasien terhadap pelayanan yang diberikan selama dirawat di rumah sakit

mencakup beberapa aspek pelayanan salah satunya adalah kepuasan pasien

terhadap praktek personal hygiene oleh perawat. Penelitian yang berkaitan

dengan kepuasan pasien yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh

Damayanti (2000), dengan judul ’Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

Keperawatan dalam hal kemampuan, ketanggapan, dan hubungan personal di

ruang rawat inap kelas I dan II dr. Sardjito Yogyakarta”, hasil penelitiannya

menyebutkan bahwa semakin meningkat kualitas pelayanan keperawatan

maka akan semakin meningkat pula kepuasan pasien.

39

E. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Hafizurrachman (2004).

F. Kerangka Konsep

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepuasan pasien imobilisasi

Praktek personal hygiene

Pasien Imobilisasi

Kepuasan pasien

imobilisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam pelayanan kesehatan : Reliabilitas Ketanggapan Kompetensi Komunikasi Kredibilitas Jaminan rasa aman Pengertian Ujud pelayanan yang dirasakan.

Pelayanan keperawatan: Praktek personal

hygiene

40

G. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu

(Nursalam, 2003).

Variabel yang ada dalam penelitian adalah :

1. Variabel Independen

Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (terikat), variabel ini disebut bebas artinya variabel

yang bebas mempengaruhi variabel lain (Notoatmodjo, 2005). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah : praktek personal hygiene oleh

perawat.

2. Variabel Dependen

Merupakan variabel yang dipengaruhi/ menjadi akibat karena variabel

bebas (Notoatmodjo, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah: kepuasan pasien imobilisasi.

H. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap perbandingan hubungan yang

diteliti (Notoatmodjo, 2005). Hipotesis yang ditegakkan dalam penelitian

adalah : “Ada hubungan antara praktek personal hygiene oleh perawat dengan

kepuasan pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo

Semarang”.

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

(praktek personal hygiene oleh perawat) dengan variabel terikat (kepuasan

pasien imobilisasi). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional,

dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel

yang termasuk faktor efek diobservasi sekaligus dalam waktu yang sama

(Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh unit yang mempunyai karakteristik atau

karakteristik-karakteristik sama dengan yang sedang diteliti (Nursalam,

2003).

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua pasien

imobilisasi yang sedang menjalani perawatan di ruang rawat inap kelas III

RSUD Tugurejo Semarang. Berdasarkan data dari rekam medis di RSUD

Tugurejo Semarang rata-rata pasien imobilisasi dalam 1 bulan sebanyak

140 pasien imobilisasi.

42

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/ karakteristiknya

akan diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari

populasi (Sugiyono, 2006). Pengambilan sampel penelitian menggunakan

teknik aksidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan

kebetulan/ insedental bertemu dengan peneliti selama pasien dirawat di

ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang dan memenuhi

kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

Kriteria inklusi pada populasi penelitian yaitu: pasien telah dirawat

di bangsal rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang selama 2 hari

atau lebih, pasien berada dalam kesadaran penuh, pasien telah berusia 15

tahun atau lebih (pasien dewasa), pasien dalam kondisi imobilisasi fisik,

pasien mampu berbicara lancar, serta pasien bersedia menjadi responden

dengan kriteria bersedia menandatangani surat persetujuan yang diajukan

peneliti..

Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus :

n ( )( ) ( )ppzNd

Nppz−⋅+−

⋅−⋅=

111

22

2

Keterangan :

d = Derajat ketepatan 0,1

Z = Standart deviasi pada derajat kepercayaan 95 % = 1,96

p = Proporsi 0,5

N = Besar populasi 140

43

n = Besar sampel

n ( )( ) ( )5,015,096,111401,0

1405,015,096,122

2

−⋅+−⋅−⋅

=

n = 9604,039,1

14025,08416,3+

⋅⋅

n = 3504,2

456,134

n = 60

Maka besar sample (n) = 60 responden

44

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Kepuasan

pasien

imobilisasi

Perasaan pasien imobilisasi

mengenai praktek personal hygiene

oleh perawat selama dirawat di

ruang rawat inap kelas III RSUD

Tugurejo Semarang. Sedangkan

yang dimaksud imobilisasi adalah

merupakan keterbatasan fisik atau

ketidak mampuan seseorang untuk

melaksanakan aktivitas sehari-hari

yang disebabkan adanya gangguan

fisik, penurunan fungsi fisik yang

dikarenakan suatu proses penyakit

atau sebagai proses terapi.

Kuesiner dengan 18 item

pertanyaan. Menggunakan

skala likert :

Skor 1 = sangat tidak puas

Skor 2 = tidak puas

Skor 3 = cukup puas

Skor 4 = puas

Skor 5 = sangat puas

Dengan skor terendah 18

dan skor tertinggi 90

Jumlah skor penelitian

dengan nilai terendah

(18) - nilai tertinggi

(90). Dengan kategori :

Skor 18-41= kepuasan

rendah

Skor 42-66= kepuasan

sedang

Skor 67-90= kepuasan

tinggi

Interval

2. Praktek

personal

hygiene

Tindakan keperawatan mandiri

untuk membantu pasien dalam

memelihara dan mempertahankan

kebersihan tubuhnya untuk tujuan

memberi rasa nyaman. Kegiatan

yang dilakukan adalah memandikan

pasien

Kuesioner dengan 12 item

pertanyaan. Meggunakan

skala likert :

Skor 1 = Tidak

Skor 2 = kadang-kadang

Skor 3 = ya

Dengan skor terendah 12

dan skor tertinggi 36

Jumlah skor penelitian

dengan nilai terendah

(12) - nilai tertinggi

(36). Dengan kategori:

Skor 12-19 = keadaan

buruk

Skor 20-27 = keadaan

cukup

Skor 28-36 = keadaan

baik

Interval

D. Metode Dan Alat Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan

wawancara langsung pada pasien menggunakan kuesioner tentang

kepuasan pasien imobilisasi dan kuesioner tentang praktek personal

45

hygiene yang telah terstuktur yang dilakukan sendiri oleh peneliti dan data

mengenai kunjungan pasien diperoleh dari bagian rekam medis RSUD

Tugurejo Semarang. Lembar wawancara ini berisi pertanyaan tentang

identitas pasien, kepuasan pasien, dan praktek personal hygiene oleh

perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang.

2. Alat Pengumpulan data

a. Alat pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, yaitu peneliti

mengumpulkan data formal pada responden untuk menjawab

pertanyaan pada lembar kuesioner.

b. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1) Bagian I

Kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data identitas

pasien mengenai nama pasien , alamat pasien, umur pasien, jenis

kelamin, lama hari rawat, pendidikan pasien.

2) Bagian II

Pertanyaan tentang kepuasan pasien imobilisasi, yang terdiri dari

18 item pertanyaan kepada responden dalam hal ini adalah pasien

imobilisai di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang,

pertanyaan dengan pilihan Sangat tidak puas diberi skor: 1, Tidak

puas: 2, Cukup puas: 3, Puas: 4, Sangat puas: 5. Sebelum mengisi

kuesioner responden diberi penjelasan tentang cara pengisian dan

jika ada responden yang mengalami kesulitan untuk menulis atau

46

membaca maka peneliti akan mengisikan atau membacakan sesuai

jawaban yang dipilih oleh responden, kemudian hasilnya diambil

saat itu juga.

3) Bagian III

Pernyataan tentang praktek personal hygiene oleh perawat,

kuesioner berjumlah 12 item pernyataan yang terdiri atas

pernyataan positif dan negatif. Urutan pernyataan positif omor 1, 3,

4, 6, 7, 8, 9 dan 12 dengan skor penilaian :

a. Jawaban Ya : 3

b. Jawaban Kadang-kadang : 2

c. Jawaban Tidak : 1

Adapun untuk pertanyaan negatif nomor 2 dan 5 dengan skor :

a. Jawaban Ya : 1

b. Jawaban Kadang-kadang : 2

c. Jawaban Tidak : 3

E. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Uji coba instrumen

Sebelum instrumen digunakan dilakukan uji coba terlebih dahulu

yaitu dengan pengujian validitas dan reliabilitas.

a) Pengujian validitas instrument

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan alat ukur

itu benar-benar mengukur apa yang akan diukur ( Arikunto, 2006 ),

47

dalam hal ini yang akan diukur adalah kepuasan pasien dan praktek

personal hygiene. Sebelum kita gunakan kuesioner terlebih dahulu

dilakukan uji coba pada 30 orang klien ( pilot study ) yang dirawat di

ruang rawat inap kelas III RSUD Kota Semarang. Selanjutnya dari

hasil jawaban responden kita lakukan uji korelasi antara masing-

masing pertanyaan dengan skor total dengan memakai rumusan

korelasi pearson product moment ( Hastono, 2001).

Dengan rumusan sebagai berikut :

( ){ } ( ){ }2222

y)x(-xy)N(

yyNxxNr

Σ−ΣΣ−Σ

∑∑∑=

Keterangan :

N : jumlah teruji

r : korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan

x : skor butir

y : skor total.

Keputusan Uji :

Bila r hitung lebih besar dari r tabel (0,361) HO ditolak,

artinya variabel valid.

Bila r hitung lebih kecil dari r tabel (0,361) HO gagal

ditolak, artinya variabel tidak valid

Hasil uji coba terhadap 18 item pertanyaan tentang kepuasan

pasien pada 30 orang klien di ruang rawat inap kelas III RSUD Kota

48

Semarang didapatkan hasil antara 0,371-0,719, sedangkan hasil uji

coba terhadap 12 item pertanyaan tentang praktek personal hygiene

didapatkan hasil 0,388-0,654. Berdasarkan hasil uji coba tersebut

diatas r hitung lebih besar dari r tabel (0,361), sehingga instrumen

penelitian tersebut dinyatakan valid.

b) Pengujian reliabilitas instrumen

Jika alat ukur telah dinyatakan valid, maka selanjutnya adalah

alat ukur diuji reliabilitasnya. Reliabilitas menunjukkan pada satu

pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpulan data karena instument tersebut sudah baik

(Arikunto, 2006).

Uji realibilitas menggunakan rumus Alpha yaitu :

( ) ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ Σ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡−

=hk

kn21

Keterangan :

n : Reliabilitas instrument

2σΣ : Jumlah varian butir

k : Banyaknya butir pertanyaannya atau item

h : Varian total

Keputusan uji :

Jika r alpha positif dan > r tabel (0,361), maka butir atau variabel

tersebut reliabel.

49

Jika r alpha positif dan < r tabel (0,361), maka butir atau variabel

tersebut tidak reliabel.

Hasil uji coba terhadap 18 item pertanyaan tentang kepuasan

pasien pada 30 orang klien di ruang rawat inap kelas III RSUD Kota

Semarang didapatkan nilai alpha cronbach 0,886, sedangkan hasil uji

coba 12 item pertanyaan tentang praktek personal hygiene didapatkan

nilai alpha cronbach 0,817. Berdasarkan hasil uji coba tersebut diatas

nilai alpha cronbach lebih besar dari r tabel (0,361). Sehingga

instrumen penelitian tersebut yang telah dinyatakan valid ternyata juga

reliabel, sehingga dapat digunakan untuk penelitian.

2. Pengolahan Data

Agar dalam penelitian menghasilkan informasi yang benar, ada

empat langkah-langkah yang harus dilalui, yaitu :

a) Editing

Mengecek isi formulir atau jawaban kuesioner sudah diisi semua atau

belum.

b) Coding

Memberikan nilai pada lembar jawaban dan kemudian menjumlahkan

nilai jawaban pada masing-masing lembar kuesioner.

1) Variabel kepuasan pasien imobilisasi

Kuesioner pada variabel kepuasan pasien imobilisasi terdiri dari 18

item pertanyaan dengan jumlah skor kepuasan pasien imobilisai

dengan nilai terendah 18 dan nilai tertinggi 90.

50

Dikategorikan sebagai berikut :

Kode 1 : kepuasan rendah jika skor 18 – 41.

Kode 2 : kepuasan sedang jika skor 42 – 66.

Kode 3 : kepuasan tinggi jika skor 67 – 90.

2) Variabel praktek personal hygiene

Kuesioner pada variabel praktek personal hygiene terdiri dari 12

item pertanyaan dengan jumlah skor praktek personal hygiene

dengan nilai terendah 12 dan nilai tertinggi 36.

Dikategorikan sebagai berikut :

Kode 1 : keadaan buruk jika 12 – 19.

Kode 2 : keadaan cukup jika 20 – 27.

Kode 3 : keadaan baik jika 28 – 36.

c) Entry Data

Memasukkan data atau jawaban kuesioner yang sudah dinilai ke dalam

perangkat komputer.

d) Tabulating

Mengolah data yang sudah dientry tentang kepuasan pasien dan

praktek personal hygiene menjadi tabel distribusi frekuensi dan dalam

bentuk diagram tebar sehingga mudah dibaca .

3. Analisis Data

Terkait sifat penelitian ini, yaitu menggambarkan secara deskriptif

dan pengujian hipotesis, maka data yang telah diolah disajikan dalam

bentuk tabel-tabel frekuensi dan menggunakan analisis statistik untuk

51

selanjutnya dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan piranti lunak

statistik. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini maka beberapa teknik

analisis data yang akan dalam penelitian ini adalah :

a. Analisis univariat ( diskriptif )

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti,

yaitu variabel personal hygiene dan kepuasan.

b. Analisis bivariat

Setelah dilakukan karakteristik masing-masing variabel dapat

diteruskan analisis hubungan antara dua variabel . Sebelum variabel

bebas dan terikat dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji kolmogorov

Smirnov. Hasil uji kenormalan ternyata data berdistribusi normal,

sehingga untuk mengetahui hubungan antara variabel praktek personal

hygiene oleh perawat dengan variabel kepuasan pasien imobilisasi

digunakan uji korelasi Pearson.

F. Etika Penelitian

Komponen etika penelitian meliputi :

1. Informed concernt

Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan serta maksud penelitian

sebelum menyerahkan kuesioner penelitian, kemudian peneliti

memberikan surat permohonan menjadi responden sebagai permintaan

pasien untuk menjadi responden. Setelah pasien membaca lembar

52

permohonan menjadi responden, kemudian peneliti menyerahkan lembar

persetujuan menjadi responden, pasien memberikan tanda tangan dilembar

persetujuan sebagai bukti bersedia menjadi responden.

2. Anonimity ( tanpa nama )

Peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner tapi hanya

memberikan kode sebagai no urut menjadi responden.

3. Confidentiality ( kerahasiaan )

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset dan

data yang sudah tidak dibutuhkan lagi maka seluruh data dimusnahkan.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian di RSUD Tugurejo Semarang yang akan dilaksanakan pada

bulan Juni sampai Juli 2008, dengan judul ”Hubungan Antara Praktek

Personal Hygiene Oleh Perawat Terhadap Kepuasan Pasien Imobilisasi Di

Ruang Rawat Inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang”. Jadwal penelitan

dapat dilihat pada lampiran 6.

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umun Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap kelas III RSUD

Tugurejo Semarang pada tanggal 31juli - 7 Agustus 2008. RSUD Tugurejo

merupakan rumah sakit umum yang terletak di Kecamatan Tugu Semarang.

RSUD Tugurejo melayani rawat jalan dan rawat inap yang terbagi dalam 4

kelas perawatan, yaitu kelas I, II, III dan VIP, yang tersebar dalam 11 ruang

rawat inap serta mempunyai 231 tempat tidur. Kriteria responden dalam

penelitian ini adalah pasien imobilisasi, pasien telah dirawat di bangsal rawat

inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang selama 2 hari atau lebih, pasien

berada dalam kesadaran penuh, pasien telah berusia 15 tahun atau lebih

(pasien dewasa), pasien mampu berbicara lancar, serta pasien bersedia

menjadi responden dengan kriteria bersedia menandatangani surat persetujuan

yang diajukan peneliti.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 60 responden di ruang

rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang diketahui bahwa sebagian

besar responden berumur >60 tahun, yaitu 15 responden (25 %), selebihnya

berumur <20 sebanyak 5 responden (8,3 %), 21-30 tahun sebanyak 8

responden (13,3%), 31-40 tahun sebanyak 7 responden (11,7%), 41-50 tahun

sebanyak 14 responden (23,3%), 51-60 tahun sebanyak 11 responden (18,3%).

54

Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 33 respoden

(55%) dan selebihnya berjenis kelamin perempuan 27 responden (45%).

Pendidikan responden terbanyak adalah tamat SD yaitu sebanyak 27

responden (45%), selebihnya tidak tamat SD sebanyak 3 responden (5,0%),

tamat SMP sebanyak 15 responden (25,0%), tamat SMA sebanyak 14

responden (23,3%), tamat PT yaitu sebanyak 1 responden (1,7%).

Lama hari rawat respoden terbanyak 2-7 hari adalah 41 responden

(68,3%), selebihnya 8-14 hari sebanyak 13 responden (21,7%) dan >15 hari

sebanyak 6 responden (10,0%). Klasifikasi penyakit responden terbanyak

adalah muskuloskeletal, yaitu 26 responden (43,3%), selebihnya pernafasan

sebanyak 9 responden (15,0%), pembuluh darah dan kardiovaskuler sebanyak

7 responden (11,7%), endokrin sebanyak 6 responden (10,0%), neurologi

sebanyak 4 responden (6,7%), pencernaan sebanyak 3 responden (5,0%),

perkemihan sebanyak 3 responden (5,0%), dan hematologi sebanyak 2

responden (3,3%).

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Praktek Personal Hygiene

Tabel 4.1 Distribusi Praktek Personal Hygiene Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2008.

No Praktek personal hygiene Frekuensi Persentase (%) 1 2 3

Baik Cukup Buruk

19 39 2

31,7 65,0 3,3

Total 60 100,0

55

Hasil analisis dari Tabel 4.1 didapatkan bahwa sebagian

besar responden menyatakan praktek personal hygiene oleh perawat

kategori cukup 39 responden (65%), serta sisanya kategori baik yaitu

19 responden (31,7%), dan kategori buruk 2 responden (3,3%).

Tabel 4.2 Distribusi Gambaran Praktek Persona Hygiene Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Tugurejo Semarang

Tahun 2008.

Frekuensi Persentase (%) Pertanyaan

Ya Kadang- kadang

Tidak

Ya

Kadang- kadang

Tidak

Perawat menyarankan anda untuk mandi ketika anda kelihatan kotor

37 22 1 61,7 36,7 1,7

Perawat membiarkan anda dalam keadaan kotor.

6 21 33 10,0 35,0 55,0

Apakah perawat mengingatkan anda pada saat waktunya mandi.

35 22 3 58,3 36,7 5,0

Apakah semua peralatan mandi disediakan oleh rumah sakit.

0 0 60 0,0 0,0 100,0

Apakah anda menyediakan sendiri semua peralatan mandi.

60 0 0 100,0 0,0 0,0

Perawat membantu anda menyiapkan keperluan mandi saat anda tidak mampu melakukannya sendiri.

27 33 0 45,0 55,0 0,0

Perawat membantu anda mandi saat anda tidak mampu melakukannya sendiri.

22 38 0 36,7 63,3 0,0

Perawat membantu anda membuang linen mandi dan mengembalikan peralatan mandi setelah selesai mandi.

0 0 60 0,0 0,0 100,0

Perawat menanyakan keadaan anda setelah selesai mandi.

20 39 1 33,3 65,0 1,7

Apakah perawat menjaga privasi anda ketika anda mandi.

35 20 5 58,3 33,3 8,3

Apakah anda tidak mandi maksimal 3 hari.

48 10 2 80,0 16,7 3,3

Apakah perawat menyarankan keluarga anda untuk membantu anda mandi.

31 28 1 51,7 46,7 1,7

Analisis Tabel 4.2 tentang gambaran praktek personal

hygiene oleh perawat berdasarkan jawaban responden pada kuesioner

56

yang telah diberikan, didapatkan hasil bahwa pertanyaan tentang

perawat menyarankan klien untuk mandi, yaitu 37 responden (61,7%)

menyatakan ya, 22 responden (36,7%) menyatakan kadang-kadang,

serta 1 responden (1,7%) menyatakan tidak. Pertanyaan tentang

perawat membiarkan pasien dalam keadaan kotor, yaitu 33 responden

(55,0%) menyatakan tidak, 21 responden (35%) menyatakan kadang-

kadang, dan 6 responden (10,0%) menyatakan ya. Pertanyaan perawat

mengingatkan pasien pada saatnya mandi, yaitu 35 responden (58,3%)

menyatakan ya, 22 responden (36,7%) menyakan kadang-kadang, dan

3 responden (5,0%) menyatakan tidak.

Pertanyaan tentang fasilitas yang disediakan di ruangan

rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang. Meliputi pertanyaan

apakah semua peralatan mandi disediakan oleh rumah sakit, yaitu 60

responden (100,0%) menyatakan tidak dan sebaliknya 60 responden

(100,0%) menyatakan semua peralatan mandi disediakan sendiri.

Pertanyaan tentang pelaksanaan personal hygiene di ruang

rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang. Meliputi pertanyaan

perawat membantu pasien menyiapkan keperluan mandi, yaitu 27

responden (45,0%) menyatakan ya, serta 33 responden (55,0%)

menyatakan kadang-kadang. Pertanyaan perawat membantu pasien

mandi saat tidak mampu melakukan sendiri, yaitu 22 responden

(36,7%) menyatakan ya dan 38 responden (63,3%) menyatakan

kadang-kadang. Pertanyaan perawat membantu pasien membuang

57

linen mandi dan mengembalikan peralatan mandi setelah selesai

mandi, yaitu 60 responden (100,0%) menyatakan tidak.

Pertanyaan perawat menanyakan keadaan pasien setelah selesai mandi, yaitu 20 responden (33,3%) menyatakan ya, 39 responden (65,0%) menyatakan kadang-kadang, dan 1 responden (1,7%) menyatakan tidak. Pertanyaan perawat menjaga privasi anda ketika pasien mandi, yaitu 35 responden (58,3%) menyatakan ya, 20 responden (33,3%) menyatakan kadang-kadang, serta 5 responden (8,3%) menyatakan tidak. Pertanyaan pasien tidak mandi maksimal 3 hari, yaitu 48 responden (80,0%) menyatakan ya, 10 responden (16,7%) menyatakan kadang-kadang, serta 2 responden (3,3%) menyatakan tidak. Pertanyaan perawat menyarankan kepada keluarga pasien untuk mebantu pasien mandi, yaitu 31 responden (51,7%) menyatakan ya, 28 responden (28%) menyatakan kadang-kadang, serta 1 responden (1,7%) menyatakan tidak.

b. Kepuasan Pasien Imobilisasi

Tabel 4.3 Distribusi Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Tugurejo Semarang tahun 2008.

No Kepuasan pasien Frekuensi Persentase (%) 1 2 3

Tinggi Sedang Rendah

6 54 0

10,0 90,0 0,0

Total 60 100,0

Hasil analisis dari Tabel 4.3 didapatkan bahwa sebagian

besar responden menyatakan kepuasan kategori sedang 54 responden

(90%), serta sisanya kategori tinggi yaitu 6 responden (10%).

Tabel 4.4 Distribusi Gambaran Kepuasan Pasien Imobilisasi Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2008.

Frekuensi Persentase(%) Pertanyaan

STP TP CP P SP STP TP CP P SP Perawat memperkenalkan diri kepada anda sebelum membantu melaksanakan perawatan kebersihan diri. 0 0 38 22 0 0,0 0,0 63,3 36,7 0,0 Perawat bersikap sopan dan ramah pada saat membantu palaksanaan perawatan diri anda. 0 0 12 48 0 0,0 0,0 20,0 80,0 0,0 Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting untuk kelancaran pelaksanaan perawatan kebersihan diri. 0 2 42 16 0 0,0 3,3 70,0 26,7 0,0 Perawat menjelaskan tujuan pelaksanaan perawatan kebersihan diri. 0 0 42 18 0 0,0 0,0 70,0 30,0 0,0 Perawat memperhatikan keluhan anda tentang pelaksanaan perawatan kebersihan diri. 0 0 34 26 0 0,0 0,0 56,7 43,3 0,0 Perawat menanggapi keluhan anda tentang pelaksanaan perawatan kebersihan diri. 0 0 27 33 0 0,0 0,0 45,0 55,0 0,0 Perawat memberikan keterangan tentang perawatan kebersihan diri kepada anda. 0 1 41 18 0 0,0 1,7 68,3 30,0 0,0 Perawat memberikan penjelasan sebelum 0 2 37 21 0 0,0 3,3 61,7 35,0 0,0

58

melaksanakan tindakan perawatan kebersihan diri. Perawat meminta persetujuan kepada anda sebelum melakukan tindakan perawatan kebersihan diri. 0 0 38 22 0 0,0 0,0 63,3 36,7 0,0 Perawat menjelaskan prosedur yang akan dilakukan sebelum melakukan tindakan perawatan kebersihan diri. 0 2 46 12 0 0,0 3,3 76,7 20,0 0,0 Perawat menjelaskan risiko atau bahaya suatu tindakan pada pasien sebelum melakukan tindakan perawatan kebersihan diri. 0 23 32 5 0 0,0 38,3 53,3 8,3 0,0 Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan anda secara rutin sesudah pelaksanaan perawatan kebersihan diri. 0 3 35 21 1 0,0 5,0 58,3 35,0 1,7 Perawat selalu menjaga kebersihan lingkungan dan alat-alat yang dipakai untuk perawatan kebersihan diri. 0 0 2 21 37 0,0 0,0 3,3 35,0 61,7 Perawat melakukan tindakan perawatan kebersihan diri dengan terampil dan percaya diri. 0 0 24 36 0 0,0 0,0 40,0 60,0 0,0 Dalam melakukan tindakan perawatan kebersihan diri, perawat selalu berhati-hati. 0 0 31 29 0 0,0 0,0 51,7 48,3 0,0 Setelah melakukan tindakan perawatan kebersihan diri, perawat selalu menilai kembali keadaan anda. 0 0 35 25 0 0,0 0,0 58,3 41,7 0,0 Perawat selama melakukan tindakan keperawatan kebersiihan diri sambil mengajak anda untuk berkomunikasi. 0 0 22 36 2 0,0 0,0 36,7 60,0 3,3 Selama perawat melakukan tindakan perawatan kebersihan diri anda merasa nyaman. 0 0 36 24 0 0,0 0,0 60,0 40,0 0,0 Keterangan : STP : Sangat tidak puas P : Puas TP : Tidak puas SP : Sangat puas CP : Cukup puas

Analisis Tabel 4.4 penelitian dari kuesioner kepuasan pasie

imobilisasi secara umum didapatkan hasil yaitu, pernyataan tentang

perawat memperkenalkan diri pada pasien, yaitu 22 responden

(63,3%) menyatakan cukup puas, 37 responden (36,7%) menyatakan

puas. Pernyataan perawat bersikap sopan dan ramah pada pasien, yaitu

12 responden (20,0%) menyatakan cukup puas, 48 responden (80,0%)

menyatakan puas. Pernyataan perawat menjelaskan dimana tempat-

tempat yang penting untuk kelancaran pelaksanaan perawatan

kebersihan diri, yaitu 2 responden (3,3%) menyatakan tidak puas, 42

responden (70,0%) menyatakan cukup puas, serta 16 responden

59

(26,7%) menyatakan puas. Pernyataan perawat menjelaskan tujuan

pelaksanaan perawatan kebersihan diri, yaitu 42 responden (70,0%)

menyatakan cukup puas, 18 responden (30,0%) menyatakan puas.

Pernyataan perawat memperhatikan keluhan pasien tentang

pelaksanaan perawatan kebersihan diri, yaitu 34 responden (56,7%)

menyatakan cukup puas, 26 responden (43,3%) menyatakan puas..

Pernyataan perawat menanggapi keluhan pasien, yaitu 27 responden

(45,0%) menyatakan cukup puas, 33 responden (55,0%) menyatakan

puas. Pernyataan perawat memberikan keterangan tentang kebersihan

diri, yaitu 1 responden (1,7%) menyatakan tidak puas, 41 responden

(68,3%) menyatakan cukup puas, serta 18 responden (30,0%)

menyatakan puas. Pernyataan perawat memberikan penjelasan

sebelum melaksanakan tindakan perawatan kebersihan diri, yaitu 2

responden (3,3%) menyatakan tidak puas, 37 responden (61,7%)

menyatakan cukup puas, 21 responden (35,0%) menyatakan cukup

puas.

Pernyataan perawat meminta persetujuan kepada pasien, yaitu 38 responden (63,3%) menyatakan cukup puas, serta 22 responden (36,7%) menyatakan puas. Pernyataan perawat menjelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan perawatan kebersihan diri, yaitu 2 responden (3,3%) menyatakan tidak puas, 46 responden (76,7%) menyatakan cukup puas, serta 12 responden (20,0%) menyatakan puas. Pernyataan perawat menjelaskan resiko suatu tindakan, yaitu 23 responden (38,3%) menyatakan tidak puas, 32 responden (53,3%) menyatakan cukup puas, dan 5 responden (8,3%) menyatakan puas. Pernyataan perawat selalu mengobservasi keadaan pasien secara rutin sesudah pelaksanaan perawatan kebersihan diri, yaitu 3 responden (5,0%) menyatakan tidak puas, 35 responden (58,3%) menyatakan cukup puas, 21 responden (35,0%) menyatakan puas, 1 responden (1,7%) menyatakan sangat puas. Pernyataan perawat selalu menjaga kebersihan lingkungan dan alat-alat yang dipakai untuk perawatan kebersihan diri, yaitu 2 responden (3,3%) menyatakan cukup puas, 21 responden (35,0%) menyatakan puas, 37 responden (61,7%) menyatakan sangat puas.

Pernyataan perawat melakukan tindakan perawatan

kebersihan diri dengan terampil, 24 responden (40%) menyatakan

cukup puas, 36 responden (60,0%) menyatakan puas. Pernyataan

60

perawat selalu berhati-hati dalam melakukan tindakan kebersihan diri,

yaitu 31 responden (51,7%) menyatakan cukup puas, 29 responden

(48,3%) menyatakan puas. Pernyataan perawat selalu menilai kembali

setelah melakukan tindakan perawatan kebersihan diri, yaitu 35

responden (58,3%) menyatakan cukup puas, 25 responden (41,7%)

menyatakan puas. Pernyataan perawat mengajak komunikasi pasien

selama melakukan perawatan kebersihan diri, yaitu 22 responden

(36,7%) menyatakan cukup puas, 36 responden (60,0%) menyatakan

puas, dan 2 responden (3,3%) menyatakan sangat puas. Pernyataan

perawat melakukan tindakan perawatan kebersihan diri pasien merasa

nyaman, yaitu 36 responden (60,0%) menyatakan cukup puas, dan 24

responden (40,0%) menyatakan puas.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Praktek Personal Hygiene Oleh Perawat Terhadap

Kepuasan Pasien Imobilisasi Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD

Tugurejo Semarang Tahun 2008.

Grafik 4.1 Diagram Tebar Hubungan Praktek Personal Hygiene Oleh Perawat Terhadap Kepuasan Pasien Imobilisasi Di

Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Tugurejo Tahun 2008.

Praktek personal hygiene

3230282624222018

Kep

uasa

n

70

68

66

64

62

60

58

56

54

61

Diagram tebar terlihat data menyebar dengan pola positif

artinya semakin tinggi (baik) praktek personal hygiene oleh perawat

maka semakin tinggi pula kepuasan pasien (makin puas). Uji

Kolmogorov-Smirnov didapatkan data normal maka digunakan analisis

data Korelasi Pearson. Hasil analisis hubungan variabel independen

(praktek personal hygiene) dengan variabel dependen (kepuasan

pasien imobilisasi) didapatkan r = 0,353 serta p-value sebesar 0,006,

karena hasil p lebih kecil dari 0,01 maka Ho ditolak dan Ha diterima,

jadi ada hubungan antara praktek personal hygiene oleh perawat

dengan kepuasan pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III

RSUD Tugurejo Semarang tahun 2008.

C. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Praktek Personal Hygiene

Hasil penelitian praktek personal hygiene di ruang rawat

inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang kategori praktek personal

hygiene baik adalah 31,7%, kategori praktek personal hygiene cukup

65%, sedangkan praktek personal hygiene buruk sebanyak 3,3%. Dari

data tersebut dapat dikatakan praktek personal hygiene di ruang rawat

inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang sebagian besar responden

menyatakan praktek personal hygiene kategori cukup.

62

Berdasarkan hasil penelitian responden menyatakan bahwa

sebagian besar perawat menyarankan pasien mandi 37 responden

(61,7%), tidak membiarkan pasien kotor 33 responden (55,0%),

mengingatkan pasien mandi 35 responden (58,3%), menyarankan

keluarga untuk membantu pasien mandi 31 responden (51,7%),

sedangkan 60 responden (100%) menyatakan bahwa semua peralatan

mandi tidak disediakan oleh rumah sakit.

Hasil penelitian diperkuat dengan teori yang menyatakan

bahwa, keberhasilan pemberian asuhan keperawatan sangat tergantung

pada sumber daya manusia, yang dalam hal ini adalah individu

perawatnya. Tingkat pencapaian kesempurnaan pemberian asuhan

keperawatan sangat tergantung dari kemauan, kemampuan,

pengetahuan dan ketrampilan yang baik dari perawat. Selain itu juga

harus ditunjang dengan tersedianya fasilitas secara memadai,kondisi

kuantitas yang sesuai, penempatan yang tepat serta persiapan sumber

daya manusia (perawat) yang baik (Nursalam,2002).

Keyakinan dan harapan pasien adalah perawat mampu

memberikan asuhan keperawatan dengan tidak ragu-ragu, yakin

bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan, ketrampilan yang dimiliki,

yakin bahwa pasien akan sembuh, mendorong pasien untuk sembuh

(Watson, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa perawat harus

mempunyai ketrampilan sebagai dasar untuk memberikan pelayanan

keperawatan yang diharapkan pasien sehingga pasien merasa dihargai,

63

pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang

menyatakan perawat membantu menyiapkan keperluan mandi 27

responden (45,0%), membantu pasien mandi 22 responden (36,7%),

menanyakan keadaan pasien setelah selesai mandi 20 responden

(33,3%), serta 35 responden (58,3%) menyatakan perawat menjaga

privasi pasien.

Teori perilaku yang menyatakan perilaku didasari oleh

pengetahuan yang merupakan hasil penginderaan terhadap objek

melalui penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya.

Berdasarkan pengetahuan tersebut kemudian diwujudkan dalam sikap

dan tindakan sehingga tercipta perilaku caring (Notoatmodjo, 2005).

Hasil penelitian didapatkan bahwa ternyata praktek personal

hygiene sudah cukup baik. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah

membantu pasien terutama dalam upaya mengatasi masalah

keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusianya.

Diharapkan pasien mencapai derajat kesehatannya dengan baik

melalui upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan serta

meningkatkan potensi yang ada (Wardhono, 1998).

b. Kepuasan Pasien Imobilisasi

Hasil penelitian kepuasan pasien didapatkan bahwa 6

responden (10%) kepuasan kategori tinggi dan 54 responden (90%)

kepuasan kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

64

dilihat bahwa sebagian besar responden merasakan kepuasan sedang

yaitu 90%.

Kepuasan pasien merupakan hal yang sangat subyektif, sulit

untuk diukur, dapat berubah-rubah, serta banyak sekali faktor yang

berpengaruh, sebanyak dimensi dalam kehidupan manusia.

Subyektifitas tersebut bisa berkurang dan bahkan bisa menjadi

obyektif bila cukup banyak orang yang sama terhadap sesuatu hal

(Suryawati, 2004).

Perasaan kepuasan pasien bisa dipengaruhi oleh aspek-aspek

lain yang dirasakan pasien selama pelayanan petugas kesehatan

kepada pasiennya. Aspek-aspek itu antara lain, dilihat dari pernyataan

pasien yang menyatakan cukup puas 22 responden (63,3%) serta 37

responden (36,7%) merasa puas terhadap perawat yang

memperkenalkan diri sebelum melakukan tindakan, 48 responden

(80,0%) puas dalam hal kesopanan dan keramahan perawat, 42

responden (70%) cukup puas terhadap perawat yang menjelaskan

tujuan tindakan sebelum melakukan perawatan kebersihan diri pasien.

Pasien akan merasa dihargai dan diperhatikan apabila,

perawat memperhatikan keluhan pasien dan segera menaggapinya. Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian 34 responden (56,7%) menyatakan

cukup puas terhadap perhatian perawat pada keluhan pasien, dan 33

responden (55,0%) menyatakan puas terhadap tanggapan perawat pada

keluhan pasien.

65

Pasien menyatakan cukup puas 41 responden (68,3%)

terhadap perawat memberikan keterangan tentang perawatan

kebersihan diri, perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan

perawatan kebersihan diri 37 responden (61,7%), perawat meminta

persetujuan sebelum melakukan perawatan kebersihan diri 38

responden (63,3%), perawat menjelaskan prosedur 46 responden

(76,7%), perawat menjelaskan resiko suatu tindakan sebelum

melakukan perawatan kebersihan diri 32 responden (53,3%), serta

perawat selalu memantau keadaan pasien sesudah pelaksanaan

perawatan kebersihan diri 35 responden (58,3%). Hal ini bisa

disebabkan oleh karena pasien takut bertanya atau memang mungkin

perawatnya yang kurang memahami prosedur tindakan perawatan

kebersihan diri.

Pasien menyatakan sangat puas terhadap kebersihan

lingkungan (sprei) sebanyak 37 responden (61,7%), hal ini disebabkan

karena pasien tahu jadwal mengganti sprei. Asuhan keperawatan yang

bermutu merupakan asuhan yang mampu mencapai tingkat kepuasan

pasien yang ditunjang dengan adanya sarana prasarana (Nurrachmah,

2005).

Pelayanan pada pasien diharapkan dapat meningkat dan

tetap dipertahankan, sistem pengelolaan ini akan berhasil apabila

seorang perawat yang memiliki tanggung jawab mengelola serta

mempunyai pengetahuan tentang manajemen keperawatan dan

66

kemampuan memimpin orang lain disamping pengetahuan

ketrampilan klinis yang harus dikuasainya pula (Tengker, 1991).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan praktek personal hygiene oleh perawat dengan kepuasan

pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo

Semarang.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara

praktek personal hygiene oleh perawat terhadap kepuasan pasien

imobilisasi adalah signifikan positif yaitu dengan praktek personal

hygiene oleh perawat yang baik maka kepuasan pasien imobilisasi

semakin tinggi. Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah

pelayanan kesehatan yang menunjukkan tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap

pasien, makin sempurna kepuasan pasien tersebut makin baik pula

pelayanan kesehatan (Azwar,1996).

Personal hygiene dalam pelayanan keperawatan merupakan

tindakan yang paling mendasar dan merupakan kebutuhan dasar

pasien yang harus dipenuhi untuk menunjang tindakan keperawatan

selanjutnya. Kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan

selama dirawat di rumah sakit mencakup beberapa aspek pelayanan

salah satunya adalah kepuasan pasien terhadap praktek personal

hygiene oleh perawat. RSUD Tugurejo mempunyai manajemen dan

peraturan tertentu dalam meningkatkan kepuasan pasien yang berlaku

67

pada masing-masing ruang rawat inap, diruang rawat inap kelas III

untuk meningkatkan kepuasan pasien lebih mengutamakan pada

pelayanan keperawatan pengobatan, sedangkan pelayanan

keperawatan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia tidak

diperhatikan.

Keberhasilan manajemen keperawatan ditunjukkan oleh

pelayanan yang diberikan kepada pasien selama perawatan, baik

dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman

bagi pasien, keluarga dan masyarakat. Keberhasilan pelayanan

keperawatan ditunjukkan oleh kepuasan pasien selama pemberian

pelayanan keperawatan yang diberikan perawat terhadap pasien, dapat

dibedakan menjadi tiga pelayanan sesuai fungsi perawat, yaitu fungsi

dependen, fungsi interdependen, serta fungsi independen yang

mencakup pemenuhan kebutuhan dasar manusia salah satunya praktek

personal hygiene.Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan

pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

Oleh karena itu asuhan keperawatan sangat berpengaruh terhadap

kepuasan pasien (Nursalam,2002).

Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

oleh Lestari (2006), dimana pelayanan keperawatan oleh perawat

memiliki hubungan yang bermakna dan signifikan terhadap kepuasan

pasien rawat inap di RS Roemani Semarang. Hasil penelitian ini juga

diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suswanti

68

(2006), ada hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan klien

dalam pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Bhayangkara Semarang, semakin baik perilaku caring perawat maka

semakin meningkat pula kepuasan pasien dalam pelayanan

keperawatan.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas III, sehingga tidak dapat

menggambarkan perbedaan kepuasan masing-masing kelas.

2. Kuesioner penelitian hanya diberikan dan diisi oleh responden saja, belum

melibatkan perawat sebagai pihak pemberi pelayanan dalam pengambilan

data penelitian untuk pengisian kuesioner praktek personal hygiene oleh

perawat.

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Sebanyak 65,0% responden menyatakan praktek personal hygiene oleh

perawat di ruang rawat inap kelas III dalam kategori cukup, hal ini sesuai

dengan peraturan tidak tertulis yang berlaku di ruang rawat inap kelas III

RSUD Tugurejo Semarang diantaranya adalah tidak disediakannya

peralatan mandi.

2. Kepuasan pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III yang termasuk

dalam kategori sedang sebanyak 90,0%. Kepuasan pasien salah satunya

adalah pada aspek perlakuan yang dirasakan pasien selama pelayanan oleh

petugas kesehatan kepada pasiennya

3. Ada hubungan antara praktek personal hygiene oleh perawat dengan

kepuasan pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo

Semarang (p-value= 0,006). Praktek personal hygiene oleh perawat yang

baik akan mempengaruhi kepuasan pasien imobilisasi semakin tinggi

B. SARAN

1. Manajemen RSUD Tugurejo Semarang

a. Meningkatkan waktu untuk melaksanakan praktek memandikan di

ruang rawat inap kelasIII RSUD Tugurejo Semarang.

70

b. Mengadakan penyediaan fasilitas mandi terutama air hangat dan

tempatnya.

2. Profesi Keperawatan

a. Perawat ruangan diharapkan lebih memperhatikan kebutuhan akan

kebersihan diri pasien, meminta persetujan, menjelaskan prosedur,

tujuan serta resiko sebelum melakukan tindakan kebersihan diri pasien

serta mengajarkan pada keluarga pasien tentang cara memandikan

yang benar.

b. Meningkatkan perhatian perawat terhadap kebutuhan kebersihan diri

pasien dan membantu memenuhi kebutuhan diri pasien ketika tidak

mampu.

c. Kepada perawat ruangan diharapkan dapat meningkatkan mutu asuhan

keperawatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yang salah

satunya adalah memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene kepada pasien-pasien yang benar-benar membutuhkan

bantuan (imobilisasi).

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti-peneliti yang akan datang yang melakukan penelitian

serupa hendaknya melakukan penelitian pada semua kelas, sehingga dapat

menggambarkan perbedaan kepuasan masing-masing kelas. Melibatkan

perawat sebagai pemberi pelayanan dalam pengambilan data penelitian

untuk pengisian kuesioner praktek personal hygiene oleh perawat.

71

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A.Aziz. (2003). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Alimul H, A.Aziz. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika. Alimul H, A. Aziz.(2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep

dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, A. (1996). Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Capernito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.

Damayanti, D. (2000). Tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan dalam hal kemampuan, ketanggapan, dan hubungan interpersonal perawat di ruang rawat ianp kelas I dan II Dr.Sardjito Yogyakarta. Skripsi SI Keperawatan tidak dipublikasikan.

Depkes RI. (1989). Dasar keperawatan, pandangan kini di bidang keperawatan

perubahan dan masalah. Jakarta. Gerson, R. F. (2004). Mengukur kepuasan pelanggan. Jakarta: PPM. Gillies, DA. (1996). Manajeman keperawatan suatu pendekatan sistem. Alih

Bahasa Sukmana, Dika & Editor Sudiyono. Philadelphia: W.B Sauder Company.

Haffizurrachman. (2004). Mengukur kepuasan suatu institusi kesehatan. Majalah

Kedokteran Indonesia. Volume 54. Nomor 7.283 – 288. Hastono, S. P. (2001). Analisis data. Jakarta: FKM UI. Jacobalis, S. (1989). Manajemen keperawatan rumah sakit. Jakarta: PERSI. Kotler, P. (2007).Manajemen pemasaran : analisis perencanaan implementasi

dan kontrol. Edisi XII. Jakarta: PT. INDEKS. Kusumapraja. (1997). Quality assurance dalam keperawatan. Jakarta: Kongres VI

PERSI Dan Hospital Expo.

72

Lestari, S. (2006). Hubungan antara pelayanan keperawatan oleh perawat

dengan kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit Roemani Semarang. Skripsi S1 Keperawatan tidak dipublikasikan.

Mediawati, A. S. (2000). Aplikasi konsep empati melalui pendekatan teori

interpersonal hilegard peplau. Jakarta: Majalah Bina Sehat.. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta:Rineka

Cipta. Nurachmah, E. (2005). Asuhan keperawatan bermutu di rumah sakit. Available :

Http : / www. Fikui. Or. Id. 05-01-2008 Nursalam. (2002). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktek keperawatan

profesional. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. O’malley, J. F.(1997). Ultimate patient satisfaction. New York: Mc. Growhill

Companies. Parasuraman, A. Zeithalin, VA & Berry, L.L. (1999). A conceptual model service

quality and it’s implication for future reseach. Journal Of Marketing, 42, Fall, 41-50.

Potter, P. A. (2005). Fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik.

Jakarta: Salemba Medika. Priharjo, R. (1999). Pemenuhan aktivitas istirahat pasien. Jakarta: EGC. Roper, N. (1996). Prinsip-prinsip keperawatan. Yogyakarta: Andika. Sabarguna, B. S. (2004). Sistem informasi manajemen rumah sakit. Edisi Revisi.

Yogyakarta: Konsorsium. Soejadi. (1996). Pedoman penilaian kinerja rumah sakit umum. Jakarta: KATIGA

Bina. Sugiyono. (2006). Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Supranto, S. (2001). Pengukuran tingkat kepuasan konsumen untuk menaikkan

pangsa pasar. Jakarta: Rineka Cipta.

73

Suryawati, C. (2006). Pengukuran kepuasan pasien rumah sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Suswanti, T. (2006). Hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan klien

dalam pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap rumah sakit Bhayangkara Semarang. Skripsi S1 Keperawatan tidak dipublikasikan.

Tengker. (1991). Pelayanan kesehatan dan pendemokrasian. Bandung: Nova. Wardhono. (1998). Menuju keperawatan profesional.Semarang: Akper Depkes. Watson. (2002). Watson's caring theory to nursing community.

http:/www.Uchsc.edu/ nursing/ caring. 05-01-2008 WHO. (1993). Dasar-dasar ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Yaslis, I. (1999). Kinerja teori, penilaian, dan penelitian. Jakarta: FKM UI. Zaidin. (2001). Dasar-dasar keperawatan professional. Jakarta: Widya Medika.

74

LAMPIRAN

75

Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Hal : Permohonan untuk menjadi responden Kepada Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara calon responden

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rian Pujiani NIM : G2A004077 Alamat : Jln. Kauman Podorejo Ngalian Semarang

Mahasiswa Program Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universityas Muhammadiyah Semarang, akan melakukan kegiatan penelitian sebagai rangkaian studi saya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara praktek personal hygiene (kebersihan diri) oleh perawat dengan tingkat kepuasan pasien imobilisasi (tirah baring) di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang. Manfaat yang dapat Bapak/ Ibu/ Saudara peroleh dari pelaksanaan penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan Bapak/ Ibu/ Saudara tentang kewajiban serta hak-hak yang bisa Bapak/ Ibu/ Saudara peroleh dari jenis tindakan yang dilakukan oleh perawat ruangan. Dengan demikian Bapak/ Ibu/ Saudara bisa terbebas dari kelalaian yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Saya mohon untuk ketersediaan Bapak/ Ibu/ Saudara untuk menjadi responden penelitian ini dengan memberikan jawaban secara jujur dan tulus atas kueioner yang saya ajukan. Jawaban Bapak/ Ibu/ Saudara akan dijamin kerahasiaanya dan hanya digunakan bagi kepentingan penelitian akademis. Atas bantuan dan peran serta Bapak/ Ibu/ Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Semarang, juli 2008

Rina Pujiani Peneliti

76

Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Hal : Persetujuan Menjadi Responden

Kepada Yth.

Saudara peneliti

Yang bertanda tangan di bawh ini saya selaku responden penelitian

saudara, dengan ini menyatakan persetujuan saya gubna beperan serta dalam

penelitian ini serta bersedia memberikan jawaban secara jujur dan tulus

sesuai kemampuan saya. Setelah saya memperoleh penjelasan tentang :

a. Manfaat dari penelitian

b. Tujuan penelitian

c. Risiko yang saya alami selama menjadi responden

d. Waktu penelitian

Maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden pada

penelitian yang saudara lakukan. Saya percaya dan menyadari sepenuhnya

bahwa jawaban terhadap kuesioner yang diajukan mempunyai resiko kecil

dan tidak akan memberitahukan kepada siapapun atau dijamin

kerahasiaanya.

Demikian bantuan saya kepada saudara, semoga berhasil dan

bermanfaat adanya bagi kepentingan penelitian akademis saudara.

Semarang, Juli 2008

Responden

77

Lampiran 3

KUESIONER A

Petunjuk :

1. Isilah titik-titik sesuai dengan jawaban anda.

2. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda pilih pada setiap

nomor.

PROFIL RESPONDEN

Responden nomer :........................................

Alamat responden : ........................................

Tanggal diisi : ........................................

Lama hari rawat : ........................................

1. Jenis kelamin Bapak/ Ibu/ Saudara :

Laki-laki

Perempuan

2. Berapakah usia Bapak/ Ibu/ Saudara saat ini : Tahun

3. Apakah pendidikan tertinggi Bapak/ Ibu/ Saudara :

Tidak tamat SD Tamat SMA

Tamat SD Tamat Perguruan Tinggi

Tamat SMP Lain-lain, sebutkan..........

78

Lampiran 4

Kuesioner B

Dibawah ini disajikan pernyataan yang berkaitan dengan penilaian anda tentang

kepuasan praktek personal hygiene oleh perawat di ruang rawat inap kelas III

RSUD Tugurejo Semarang. Berikanlah tanda silang (X) pada salah satu jawaban

yang menurut anda tepat. Petunjuk :

- Sangat Tidak Puas : STP

- Tidak Puas : TP

- Cukup Puas : CP

- Puas : P

- Sangat Puas : SP

No Pertanyaan STP TP CP P SP

1. Perawat memperkenalkan diri kepada anda

sebelum membantu pelaksanaan perawatan

kebersihan diri.

2. Perawat bersikap sopan dan ramah pada anda saat

membantu pelaksanaan perawatan kebersihan

diri.

3. Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang

penting untuk kelancaran pelaksanaan perawatan

kebersihan diri.

4. Perawat menjelaskan tujuan pelaksanaan

perawatan kebersihan diri.

5. Perawat memperhatikan keluhan anda tentang

pelaksanaan perawatan kebersihan diri.

79

Petunjuk :

- Sangat Tidak Puas : STP

- Tidak Puas : TP

- Cukup Puas : CP

- Puas : P

- Sangat Puas : SP

No Pertanyaan STP TP CP P SP

6. Perawat menanggapi keluhan anda tentang

pelaksanaan perawatan kebersihan diri.

7. Perawat memberikan keterangan tentang

perawatan kebersihan diri kepada anda.

8. Perawat memberikan penjelasan sebelum

melaksanakan tindakan perawatan kebersihan

diri.

9. Perawat meminta persetujuan kepada anda

sebelum melakukan tindakan perawatan

kebersihan diri.

10. Perawat menjelaskan prosedur yang akan

dilakukan sebelum melakukan tindakan

perawatan kebersihan diri.

11. Perawat menjelaskan resiko atau bahaya suatu

tindakan pada pasien sebelum melakukan

tindakan perawatan kebersihan diri.

12. Perawat selalu memantau atau mengobservasi

keadaan anda secara rutin sesudah pelaksanaan

perawatan kebersihan diri.

13. Perawat selalu menjaga kebersihan lingkungan

dan alat-alat yang dipakai untuk perawatan

kebersihan diri.

80

Petunjuk :

- Sangat Tidak Puas : STP

- Tidak Puas : TP

- Cukup Puas : CP

- Puas : P

- Sangat Puas : SP

No Pertanyaan STP TP CP P SP

14. Perawat melakukan tindakan perawatan

kebersihan diri dengan terampil dan percaya diri.

15. Dalam melakukan tindakan perawatan kebersihan

diri, perawat selalu berhati-hati.

16. Setelah melakukan tindakan perawatan

kebersihan diri, perawat selalu menilai kembali

keadaan anda.

17. Perawat selama melakukan tindakan perawatan

kebersihan diri sambil mengajak anda untuk

untuk berkomunikasi.

18. Selama perawat melakukan tindakan perawatan

kebersihan diri anda merasa nyaman.

Tertanda

Responden

81

Lampiran 5

Kuesioner C Dibawah ini disajikan pernyataan yang berkaitan dengan penilaian anda tentang

praktek personal hygiene oleh perawat. Berikanlah tanda chek list (√) pada salah

satu jawaban yang menurut anda tepat.

No Pertanyaan Ya Kadang -

kadang

Tidak

1. Perawat menyarankan anda untuk mandi ketika

keadaan anda kelihatan kotor.

2. Perawat membiarkan anda dalam keadaan kotor.

3. Apakah perawat mengingatkan anda pada saat

waktunya mandi.

4. Apakah semua peralatan mandi disediakan oleh

rumah sakit.

5. Apakah anda menyediakan sendiri semua

peralatan mandi.

6. Perawat membantu anda menyiapkan keperluan

mandi disaat anda tidak mampu melakukannya

sendiri.

7. Perawat membantu anda mandi saat anda tidak

mampu melakukannya sendiri.

8. Perawat membantu anda membuang linen mandi

dan mengembalikan peralatan mandi setelah

selesai mandi.

82

No Pertanyaan Ya Kadang -

kadang

Tidak

9. Perawat menanyakan keadaan anda setelah

selesai mandi.

10. Apakah perawat menjaga privasi anda ketika

anda mandi.

11. Apakah anda tidak mandi maksimal 3 hari.

12. Apakah perawat menyarankan kepada keluarga

anda untuk membantu anda mandi.

Tertanda

Responden

1

Lampiran 6

JADWAL PENELITIAN

Januari Februari Maret April Mei Juni No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Studi Pendahuluan 2 Penyusunan

Proposal

3 Ujian Proposal 4 Ijin Penelitian 5 Pengumpulan Data 6 Pengolahan Data 7 Analisa Data 8 Penulisan Hasil 9 Ujian Skripsi

Juli Agustus September 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. K1 2.8333 .9129 30.0 2. K2 3.1667 .7915 30.0 3. K3 2.5333 .8996 30.0 4. K4 2.7333 .7397 30.0 5. K5 3.0667 1.0807 30.0 6. K6 3.1000 .8030 30.0 7. K7 2.7333 .7849 30.0 8. K8 3.1000 .9229 30.0 9. K9 3.3000 .7497 30.0 10. K10 3.0333 .9279 30.0 11. K11 2.9667 .9279 30.0 12. K12 2.7000 .7944 30.0 13. K13 3.9000 .6618 30.0 14. K14 3.0333 .8899 30.0 15. K15 3.2667 .9072 30.0 16. K16 2.9333 .7849 30.0 17. K17 2.7000 .8367 30.0 18. K18 3.5667 .8976 30.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 54.6667 80.6437 8.9802 18 _

2

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted K1 51.8333 72.9023 .4431 .8825 K2 51.5000 70.4655 .7188 .8731 K3 52.1333 72.8092 .4576 .8819 K4 51.9333 74.8230 .4121 .8830 K5 51.6000 69.8345 .5338 .8796 K6 51.5667 74.3230 .4099 .8832 K7 51.9333 74.6851 .3938 .8837 K8 51.5667 71.6333 .5223 .8795 K9 51.3667 72.7920 .5698 .8782 K10 51.6333 69.3437 .6755 .8736 K11 51.7000 70.7000 .5821 .8773 K12 51.9667 74.3782 .4112 .8831 K13 50.7667 74.9437 .4593 .8818 K14 51.6333 72.1713 .5080 .8800 K15 51.4000 70.2483 .6295 .8755 K16 51.7333 72.2713 .5812 .8777 K17 51.9667 74.5851 .3708 .8846 K18 51.1000 70.5759 .6141 .8761 Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items = 18 Alpha = .8857

3

Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. P1 2.0000 .6948 30.0 2. P2 1.1667 .3790 30.0 3. P3 1.5000 .5085 30.0 4. P4 1.0667 .2537 30.0 5. P5 1.0333 .1826 30.0 6. P6 1.3000 .4661 30.0 7. P7 1.5333 .5074 30.0 8. P8 1.0333 .1826 30.0 9. P9 1.3667 .4901 30.0 10. P10 1.4000 .5632 30.0 11. P11 1.4333 .5683 30.0 12. P12 2.5667 .5683 30.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 17.4000 10.7310 3.2758 12 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted P1 15.4000 8.3862 .4627 .8099 P2 16.2333 9.4264 .4988 .8024 P3 15.9000 9.1966 .4136 .8087 P4 16.3333 9.7471 .5805 .8032 P5 16.3667 10.1023 .5130 .8103 P6 16.1000 9.4034 .3884 .8102 P7 15.8667 8.5333 .6545 .7859 P8 16.3667 10.1023 .5130 .8103 P9 16.0333 8.8609 .5586 .7954 P10 16.0000 8.6897 .5192 .7991 P11 15.9667 8.5851 .5474 .7962 P12 14.8333 8.9713 .4220 .8093 Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items = 12 Alpha = .8170

Lampiran 10

1

Lampiran 13 DATA PENELITIAN

KEPUASAN PASIEN IMOBILISASI

NO K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 Total kepuasan

1 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 60 2 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 2 3 4 3 4 3 3 4 59 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 57 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 57 5 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 2 5 4 3 3 4 4 3 61 6 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 4 4 3 3 3 58 7 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 5 4 3 4 4 3 60 8 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 3 4 3 3 3 57 9 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 59

10 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 56 11 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 4 3 3 3 3 57 12 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 4 4 3 3 3 58 13 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 63 14 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 5 4 60 15 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 60 16 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 59 17 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 62 18 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 5 4 3 3 4 3 60 19 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 60 20 4 4 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 60 21 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 57 22 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 4 60 23 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 58

2

24 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 56 25 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 56 26 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 58 27 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 57 28 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 5 4 3 3 4 4 60 29 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 5 3 4 3 4 3 60

3

Lampiran13 DATA PENELITIAN

KEPUASAN PASIEN IMOBILISASI

NO K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 Total Kepuasan

30 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 5 4 3 3 4 3 62 31 4 4 2 4 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 60 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 69 33 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 65 34 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 4 5 4 3 4 5 4 68 35 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 5 4 4 4 3 3 66 36 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 5 3 4 3 4 4 63 37 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 5 3 4 3 4 3 64 38 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 4 4 3 66 39 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 5 4 4 3 4 3 65 40 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 5 3 4 4 4 3 65 41 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 5 3 4 4 4 3 63 42 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 5 3 4 4 3 4 64 43 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 5 4 4 4 3 4 67 44 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 5 4 4 4 4 3 65 45 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 3 4 65 46 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 5 4 3 3 4 4 65 47 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 5 4 3 4 4 4 66 48 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 3 4 67 49 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 4 3 4 67 50 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 5 3 4 3 4 3 65 51 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 5 3 4 3 3 4 65 52 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 5 4 3 3 3 4 64 53 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 5 3 3 4 3 3 64 54 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 5 4 3 4 3 4 66

4

55 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 5 3 4 3 4 3 64 56 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 5 3 3 3 4 4 64 57 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 66 58 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 5 3 4 3 4 4 67 59 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 64 60 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 4 3 4 3 3 64

1

Lampiran15

Frequency Table USIAPAS

5 8.3 8.3 8.38 13.3 13.3 21.77 11.7 11.7 33.3

14 23.3 23.3 56.711 18.3 18.3 75.015 25.0 25.0 100.060 100.0 100.0

<2021-3031-4041-5051-60>60Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

HARIPAS

41 68.3 68.3 68.313 21.7 21.7 90.06 10.0 10.0 100.0

60 100.0 100.0

<78-14>15Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

jenis kelamin

33 55.0 55.0 55.027 45.0 45.0 100.060 100.0 100.0

LAKI-LAKIPEREMPUANTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

pendidikan

3 5.0 5.0 5.027 45.0 45.0 50.015 25.0 25.0 75.014 23.3 23.3 98.3

1 1.7 1.7 100.060 100.0 100.0

TIDAK TAMAT STAMAT SDTAMAT SMPTAMAT SMATAMATPTTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

2

total ph

2 3.3 3.3 3.339 65.0 65.0 68.319 31.7 31.7 100.060 100.0 100.0

burukcukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

total kepuasan

54 90.0 90.0 90.06 10.0 10.0 100.0

60 100.0 100.0

sedangtinggiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Klasifikasi Penyakit Pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid

1 26 43.3 43.3 43.3

2 6 10.0 10.0 53.3 3 9 15.0 15.0 68.3 4 3 5.0 5.0 73.3 5 2 3.3 3.3 76.6 6 3 5.0 5.0 81.6 7 4 6.7 6.7 88.3 8 7 11.7 11.7 100.0 Total 60 100.0 100.0