Upload
lyxuyen
View
221
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
5
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1. Potensi Cadangan Minyak Blok Cepu
Secara geologi kawasan blok Cepu termasuk dalam cekungan jawa timur laut
yang termasuk salah satu mandala cekungan migas tertua di dunia dengan kolom
stratigrafi terlampir pada gambar II.1 dan gambar II.2 terlampir. Secara regional
kawasan blok Cepu terletak pada paparan East Cepu Carbonate Platform atau
dikenal dengan Dander dapat dilihat pada gambar II.3 terlampir, pada bagian
atasnya diketemukan Pilang – Banyuurip reef trends dan Jimbaran-Alastua reef
trends yang merupakan lapisan reservoir migas yang sangat potensial. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukan cadangan migas pada lapangan Mudi (1994) yang
secara geologi merupakan bagian ujung timur dari paparan Pilang-Banyuurip reef
trends.
II.1.1. Penelitian Tahap I
Pada tahun 1998 PT. Humpuss Patragas pernah melakukan kegiatan seismik di
daerah Cendana dan Banyuurip, dari analisa penampang seismik pada gambar
II.4 terlampir menunjukan dua jenis reservoir yaitu: reservoir dangkal yang
dikenal prospek Tobo-Balun dan reservoir dalam yang dikenal dengan prospek
Banyuurip-Cendana. Dari hasil kegiatan seismik ini PT Humpus Patragas
melakukan pengeboran sumur eksplorasi untuk memastikan kondisi bawah
permukaan yaitu : sumur Banyu-urip 01 dengan kedalaman 1.347 meter dan
sumur Banyu-urip 03 pada kedalaman 826 meter pada gambar II.5 dan II.6
terlampir, berdasarkan hasil kegiatan pengeboran sumur eksplorasi ini
menunjukan bahwa lapisan reservoar merupakan lapisan batuan limestone/
carbonat dengan dimensi cadangan sebagaimana tabel II.1.
II.1.2. Penelitian Tahap II
Penelitian tahap kedua merupakan kelanjutan eksplorasi sebelumnya, pada tahun
2000 PT. Mobil Cepu Ltd melakukan eksplorasi dengan titik sumur yang sama
dengan cara meningkatkan kedalaman pemboran untuk mencapai lapisan formasi
5
6
Kujung (reservoar dalam), yaitu: sumur Banyu-urip 01 kedalamannya
ditingkatkan menjadi 1.850 meter dan untuk sumur Banyu-urip 03 ditingkatkan
kedalamannya menjadi 2.152 meter. Berdasarkan hasil analisa reservoarnya dapat
diperkirakan kemampuan produksi minyak sumur Banyu-urip 03 bisa mencapai
4.500 BOPD dan sumur Banyu-urip 01 diperkirakan kemampuan produksi
minyak bisa mencapai 9.000 BOPD. Selain kegiatan eksplorasi pada kedua
sumur tersebut, PT. Mobil Cepu Ltd juga melakukan eksplorasi pada sumur
banyuurip-01A dengan kedalaman 1937 meter dengan target formasi Kujung dan
klastik dengan perkiraaan kemampuan produksi minyak mencapai 750 BOPD
dapat dilihat pada tabel II.2 terlampir.
Tabel.II.1. Dimensi reservoir lapangan Cendana dan Banyuurip KETERANGAN CENDANA BANYUURIP
Jenis Perangkap Reef Build-up Reef Build-up
Jenis Reservaor Reef limestone Reef limestone
Luas Tutupan 2509 acres 6408-11360 acres
Kedalaman Top 6976 feet (subsea) 5400 feet (subsea)
Kedalaman Bottom 7575 feet (subsea) 6700 feet (subsea)
Keterbalan vertikal 600 feet 1300-1600 feet
Ketebalan bersih 150 feet 325-450 feet
Perkiraan cadangan yang dapat terambil 94.1 MMBO 440-1280 MMBO
II.2. Bentuk Pengelolaan Blok Cepu
Pemerintah pusat telah memberikan kewenangan pengelolaan wilayah kerja
pertambangan blok Cepu kepada kontraktor, sehingga dalam pelaksanaanya
diperlukan bentuk perjanjian kontrak kerja yang memuat kewajiban dan hak pada
kedua belah pihak, adapun bentuk kerjasama/ perjanjian pengelolaan untuk
wilayah kerja pertambangan blok cepu diantaranya adalah:
II.2.1. Production Sharing Contrac (PSC)
Production Sharing Contrac (PSC) Block Cepu antara pihak Pemerintah dengan
pihak Kontraktor (PT Pertamina EP Cepu, Mobil Cepu Ltd dan Ampolex Cepu
Pte Ltd) ditandatangani pada tanggal 17 September 2005 umur kontrak selama 30
7
tahun dengan diagram pada gambar II.7 terlampir, memuat ketentuan-ketentuan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kepemilikan SDA ditangan pemerintah sampai titik penyerahan.
2. Manajemen operasi pada Badan Pelaksana;
3. Kontraktor melaksanakan operasi menurut program kerja yang sudah
disetujui oleh BP Migas.
4. Kontraktor menyediakan seluruh dana dan teknologi yang dibutuhkan dalam
operasi di lapangan.
5. Kontraktor menanggung biaya dan resiko operasi dan akan menerima
kembali seluruh biaya operasi setelah produksi komersial.
6. Produksi yang telah dikurangi biaya produksi, dibagi antara pertamina dan
kontraktor dengan pembagian bersih, setelah dikurangi pajak 44%, dimana
untuk produksi minyak Pemerintah memiliki porsi 85% dan kontraktor 15%,
sedangkan untuk produksi gas Pemerintah mendapatkan porsi 70% dan
Kontraktor 30%.
7. Kontraktor wajib memenuhi sebagian kebutuhan minyak dan gas bumi
Dalam Negeri (DMO) yang dibeli negara (maksimum 25% dari bagian
kontraktor) dengan harga 10% dari harga eksport.
8. Penyisihan minyak pertama (First Trance Petroleum, FTP), 20 % dari
produksi disisihkan sebelum dikurangi biaya operasi kemudian
mendapatkan insentif:
a. Harga ekspor penuh untuk DMO setelah 1 tahun pertama produksi.
b. Insentif pengembangan (investment Credit) sebesar 15.78% dari modal
yang dikeluarkan untuk Capital Invesment.
Berikut adalah istilah dan rumusan yang dipakai dalam perhitungan PSC :
1. Gross Revenue atau pendapatan kotor adalah pendapatan yang diterima dari
penjualan minyak dan gas bumi.
2. First Tranche Petroleum (FTP) adalah bagian yang harus disisihkan dari
produksi sebelum dikurangi cost recovery yang selanjutnya akan
ditambahkan pada bagian yang akan dibagikan antara pemerintah dan
8
kontraktor. FTP dibuat untuk menjamin pemerintah mendapatkan bagian
sejak awal produksi.
3. Recoverable Cost (RC), adalah total capital expenditure (CAPEX) dan
operating expenditure (OPEX) yang dikeluarkan oleh kontraktor yang dapat
dikembalikan dari hasil lifting migas setelah dikurangi FTP.
4. Investment Credit (IC) adalah insentif yang diberikan pemerintah kepada
kontraktor untuk merangsang kontraktor untuk pengembangan lapangan
baru atau pengembangan EOR. Besarnya insentif ini tergantung dari
negoisasi yang dilakukan antara pemerintah dan kontraktor. Umumnya besar
investment credit yang diberikan sebesar 15.780% dari biaya total investasi
capital.
5. Interest Recovery (IR) adalah insentif yang berupa besarnya bunga bank atas
modal dipinjam yang masuk ke dalam unsur biaya, dengan berasumsi bahwa
modal investasi kontraktor merupakan pinjaman berasal dari Bank.
6. Equity to be Split (ES) adalah porsi gross revenue dibagi antara Pemerintah
dengan Kontraktor setelah dikurangi dengan recoverable cost plus FTP.
7. Domestic Market Oblgation (DMO) adalah fraksi bagian kontraktor yang
diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan minyak mentah dalam negeri.
Jumlah DMO ditetapkan maksimal 25% dari bagian kontraktor. Selama 60
bulan pertama masa produksi harga DMO ditetapkan sama dengan harga
internasional dan sesudahnya dihargai 10 % dari itu dan jumlahnya tidak
boleh melebihi contractor share.
8. Taxable Income merupakan pendapatan kontraktor yang dikenakan pajak
oleh pemerintah. Taxable income ini dihitung dari penjumlahan antara
investment Credit dan contractor share dikurangi perbedaan harga Domestic
market Obligation (DMO)
9. Total Contractor Share adalah keseluruhan pendapatan kontraktor meliputi
Net Contractor Share (NCS) ditambah Recoverable Cost (RC) dikurangi
Invesment Credit (IC).
9
II.2.2. Joint Operating Agreement (JoA)
Joint Operating Agreement (JoA) adalah bentuk kesepakatan operasional dari
ketiga kontraktor: PT. Pertamina EP Cepu, Mobil Cepu Ltd dan Ampolex Cepu
Pte Ltd, memuat ketentuan-ketentuan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Membentuk Cepu Operating Committee (CAO) yang anggotanya mempunyai
Participating Interest (PI) : PT. Pertamina EP Cepu sebesar 50%, Mobil Cepu
Ltd. (MCL) sebesar 25.5% dan Ampolex (Cepu) Pte. Ltd sebesar 24.5%.
2. Besaran Participating Interest (PI) sebesar 10% yang ditawarkan kepada
BUMD berasal dari pengurangan 5 % bagian PT Pertamina EP Cepu dan 5 %
berasal dari bagian Mobil Cepu Ltd dan Ampolex Cepu Pte. Ltd .
3. Apabila pihak BUMD tidak berminat untuk mengambil Participating Interest
(PI) maka dapat diambil alih oleh ketiga kontraktor dengan porsi sebanding.
4. Mobil Cepu Ltd. (“MCL”) bertindak sebagai operator dengan melibatkan
personil dari PT Pertamina EP Cepu, dapat dilihat pada gambar II.8.
5. Mobil Cepu Ltd. sebagai operator mempunyai semua hak dan tugas sesuai
dengan kontrak PSC dan hak eksklusif sesuai dengan kontrak PSC, JOA dan
arahan Cepu Operating Committee. Hak eksklusif tersebut meliputi mewakili
COA dalam pertemuan dengan pemerintah, menunjukkan anggota parties,
memberikan informasi dan mendiskusikan isu-isu spesifik hasil pertemuan,
melibatkan personil yang layak, memperoleh semua surat izin/ persetujuan
yang diperlukan untuk operasi dan sebagainya.
Gambar II.8. Bentuk Cepu Organization Agreement ("COA")
10
II.2.3. Badan Kerjasama BUMD (BKS)
Dasar pembentukan Badan Kerjasama BUMD (BKS) ini adalah untuk
menghindari timbulnya konflik ego kedaerahan dan mempermudah proses
birokrasi penawaran program Participating Interest (PI). Badan Kerjasama
(BKS) BUMD blok Cepu dibentuk oleh empat BUMD di wilayah kerja
pertambangan blok Cepu yang memiliki hak mengikuti program Participating
Interest (PI) blok Cepu, yang terdiri dari :
1. PT. Sarana Patra Hulu Cepu (BUMD Prop. Jateng)
2. PT. Petrogas Jatim Utama (BUMD Prop. Jatim)
3. PT. Asri Dharma Sejahtera (BUMD Kab. Bojonegoro)
4. PT. Blora Patragas Hulu (BUMD. Kab. Blora)
Adapun dalam kesepakatan BKS ini memuat hak dan kewajiban masing-masing
BUMD, diantara kesepakatan tersebut memuat ketentuan:
1. Hak dan kewajiban pendanaan masing-masing BUMD dalam program
Participating Interest (PI) 10 % (sepuluh persen) ditetapkan sebagai berikut:
a. PT. Sarana Patra Hulu Cepu (BUMD Jateng) 1.0910 %
b. PT. Petrogas Jatim Utama (BUMD Jatim) 2.2413 %
c. PT. Blora Patragas Hulu (BUMD Blora) 2.1850 %
d. PT. Asri Dharma Sejahtera (BUMD Bojonegoro) 4.4827 %
2. Alokasi bagi hasil dari hak pengambilan (lifting entitlement) yang tercantum
dalam KKS dan JOA akan diperhitungkan berdasarkan prosentase PI
masing-masing BUMD dan akan ditegaskan didalam SPA dan DoA.
3. Semua biaya operasional BKS akan dibagi secara merata di antara Para
Pihak dan didanai secara tunai.
4. Penentuan jajaran management BKS dilakukan oleh Dewan Pengawas yang
beranggotakan empat BUMD.
5. Pengawasan terhadap kinerja Manajemen BKS dilaksanakan oleh Dewan
Pengawas.
6. Bentuk Organisasi Badan Kerjasama BUMD (BKS) Block Cepu adalah
sebagai berikut pada gambar II.9 dibawah ini.
11
Gambar II.9. Bentuk struktur organisasi BKS Blok Cepu
II.2.4. Plan Of Development (POD)Tahap I
Plan of Development (POD) Tahap I lapangan Banyu-urip adalah merupakan
pengembangan lapangan blok Cepu pertama dari lima tahapan yang akan
direncanakan dikembangkan di blok Cepu. POD tahap I telah disetujui oleh
Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral pada tanggal 15 Juni 2007 dengan
nomor surat: 2289/23/MEM.M/2006, yang didalamnya memuat ketentuan umum
memuat hak dan kewajiban dari kedua belah pihak, diantaranya:
1. Pokok - pokok Hak dan kewajiban BP Migas diantaranya :
a. Melakukan pengawasan terutama terhadap kaidah keteknikan yang baik,
pengembangan masyarakat setempat, penggunaan tenaga kerja,
penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri dan efesiensi biaya
pengembangan dan biaya operasi sesuai peraturan perundang-undangan.
b. Melakukan pengawasan amdal terhadap persiapan dan pelaksanaan
pengembangan lapangan Banyu Urip, dengan membentuk Tim Terpadu
(Internal dan External BPMIGAS) dan menunjuk petugas khusus untuk
melakukan monitoring di lapangan.
c. Memantau pekerjaan proyek dan apabila tidak ada kemajuan proyek
sesuai jadwal, maka persetujuan ini akan ditinjau kembali.
2. Sedangkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak kontraktor
meliputi :
12
a. Menyampaikan usulan perubahan POD, apabila terjadi perubahan
skenario pengembangan, perubahan cadangan dan produksi yang cukup
signifikan dan perubahan biaya investasi.
b. Menyampaikan laporan kemajuan proyek dan realisasi POD secara
periodik 1 tahun sekali setiap bulan Januari kepada Dirjendl Minyak dan
Gas Bumi.
c. Memonitoring proses persetujuan Work Projek and Budget (WP&B),
Authorization for Expenditure (AFE) dan persyaratan lainya, sebagai
sarana pre-audit terhadap rencana dan anggaran
d. Memonitoring manajemen proyek pengembangan lapangan sebagai
salah satu bentuk pelaksanaan current audit terhadap proyek-proyek
terkait
e. Memonitoring pelaksanaan sosialisasi dan koordinasi ke daerah, dan
bersama pemerintah daerah mendukung/ membantu terlaksananya
proyek ini meliputi proses pembebasan tanah, perijinan dan pembuatan
kebijakan daerah.
II.3. Kemampuan Keuangan Daerah/ BUMD
Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dalam Anggaran dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten Blora dua tahun terakhir (2006 s/d 2007), Adapun komposisi
keuangan daerah ini tersusun dari 3 (tiga) komponen meliputi: pendapatan daerah,
belanja daerah dan pembiayaan. Besar pendapatan Kabupaten Blora pada tahun
2006 sebesar Rp. 508.047.748.507,- dengan perincian pendapatan dan belanja
empata tahun terakhir dapat dilihat pada tabel II.3.
Kemampuan keuangan daerah dan kebijkan program pembangunan akan
berpengaruh terhadap alokasi modal usaha BUMD (PT. Blora Patragas Hulu),
pada tahun 2006 alokasi penyertaaam modal awal BUMD yang diberikan
Pemerintah kabupaten Blora sebesar Rp. 500.000.000,- dan fasilitas perkantoran,
sehingga untuk effisiensi kinerjanya BUMD Blora masih melibatkan sumberdaya
manusia yang diambil dari pegawai negeri sipil.
13
REALISASI RAPBD URAIAN 2005 2006 2007 2008
PENDAPATAN Pendapatan asli daerah 32,487,582,403 30,000,000,001 30,732,453,000 32,419,000,000 Dana perimbangan 321,845,275,624 453,662,373,000 551,321,307,000 551,110,392,000 Lain-lain pendapatan yang sah 20,842,201,287 24,385,375,506 29,095,207,000 29,095,207,000
Sub total 375,175,059,314 508,047,748,507 611,148,967,000 612,624,599,000
BELANJA Belanja rutin, admi dan umum 219,367,024,438. 297,058,453,368 396,927,137,000 belum ditetapkan Pembg/ Op & Pemeliharaan 28,465,562,760 38,546,978,833. 240,154,642,000 Modal 45,474,884,541 61,580,353,307 Bagi hasil & Bantuan Keuangan 58,681,534,424 79,464,294,608 Belanja Tidak tersangka 23,186,053,151 31,397,668,389
Sub total 375,175,059,314 508,047,748,505 637,081,779,000 -
Lebih Angg Th sebelumnya 37,267,496,000
Sisa Angg belanja tahun 2008 11,334,684,000
Tabel. II.3. Pendapatan dan Belanja Kabupaten Blora
II.4. Indikator Ekonomi
Indikator ekonomi yang dipakai untuk menilai kelayakan (feasibility) program
Participating Interest (PI) meliputi : NPV, IRR, POT dan PIR. Besaran atau
presentasi dari indicator ekonomi secara kuantitatif akan dipergunakan sebagai
alat evaluasi dalam pengambilan keputusan investasi.
II.4.1. Net Present Value (NPV).
Net Present Value (NPV), merupakan nilai uang pada waktu sekarang dari suatu
seri aliran kas yang masuk dan keluar( Net cash Flow, NCF), dapat juga
didefinisikan pejumlahan dari suatu seri Present Value (PV) atau nilai uang pada
saat sekarang yang dihitung berdasarkan suatu harga bunga (interest rate)
tertentu. Net Present Value (NPV) didefinisikan dalam persamaan:
∑= +
−−=
n
tti
TCPQNPV0 )1(
Dimana: NPV = Net Present Value, P = price ($/bbl), Q = production (bbl), C = cost ($), T = Tax, fraksi, I = discount rate, t = number of year production dan n = Project periode (years)
II.4.2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) yang
akan memberikan nlai NPV sama dengan nol. IRR ini untuk menunjukan
14
keuntungan yang akan diraih selain itu juga dapat dipergunakan untuk
memperhitungkan konsep nilai waktu investasi yang ditanamkan. Menghitung
nilai IRR dapat dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error) atau dengan
metode interpolasi dan ekstrapolasi dari NPV pada beberapa tingkat bunga (i),
IRR secara sederhana dinyatakan dengan rumus sebaga berikut :
∑= +
−−=
n
ttIRRTCPQNPV
0 )1(
Dimana: NPV = Net Present Value, P = price ($/bbl), Q = production (bbl), C = cost ($), T = Tax, fraksi, I = discount rate, t = number of year production, n = Project periode (years)
II.4.3. Pay Out Time (POT)
Pay Out Time (POT) adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan total
nilai investasi. Keuntungan dari indikator ini adalah penggunaannya yang
sederhanan, namun POT khususnya simple payback Method, memiliki kelemahan
karena mengabaikan konsep nilai waktu dari uang. Sedangkan Discounted
payback Methode yang memperhitungkan nilai waktu uang. Selain itu POT tidak
mampu untuk memperhhitungkan besar keuntungan dari investasi tabg diakukan
sehingga indikator ini tidak layak digunakan untuk menilai peluang investasi
terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia. Terlepas dari kelemahannya POT
tetap lazim digunakan sebagai salah satu pendekatan.
Umumnya investor memiliki batasan waktu pengembalian investasinya, suatu
rencana investasi akan disetujui jika POT proyek tersebut kecil dari batasan waktu
yang dimiliki, dan sebaliknya jika batasan waktu yang disyaratkan lebih kecil dari
POT maka investasi tersebut dinilai tidak layak untuk dijalankan. Batasan waktu
yang disyaratkan oleh investor berbeda-beda satu sama lainnya dan sangat
dipengaruhi oleh resiko seperti keadaan sosial politik tidak stabil maka investor
akan menginginkan penembalian investasinya secepat nya.
15
II.4.4. Profit to Invesment Ratio
Profit to Invesment Ratio (PIR) didefinisikan sebagai perbandingan total
pendapatan (undiscounted) terhadap investasi. PIR tidak memiliki dimensi dan
merupakan ukuran yang menunjukan besarnya keuntungan yang diperoleh atas
tiap satuan mata uang yang diinvestasikan. Semakin besar PIR berarti keuntungan
yang diperoleh akan semakin besar.
Perhitungan PIR dapat dilakukan sebelum dan sesudah pajak, metode ini memiliki
kelemahan yaitu tidak memperhitungkan nilai uang dari investasi yang
ditanamkan. Keputusan investasi melelaui metode ini dilakukan dengan
memaksimalkan nilai dari PIR. Semakin besar nilai PIR maka investasi tersebut
semakin baik.
Date Spud-in Date Compl OPERATOR WELL-NAME TD (M) RESULT NOTES NOTES-2 NOTES-3 NOTES-4 NOTE5
1998.07.13 1998.08.21 Humpuss Patragas Banyu-urip-01 1347 SP tight Target Kujung
Fm Mobil
Participation
2000.01.08 2000.02.01 Humpuss
Patragas Banyu-urip-03 826 SP Unknown
91 m gas column, 305 m oil column 2000.11.04 2001.02.05 Mobil Cepu Ltd Banyu-urip-03 2152 SP Oil
well Fm. Kujung re-entry 4500 BOPD From reef and
clastics
Discovery well
2001.02.07 2001.04.03 Mobil Cepu Ltd Banyu-urip-01 1850 CP
Oil/Gas well
Fm. Kujung re-entry 9000 BOPD
2001.04.07 2001.08.28 Mobil Cepu Ltd Banyu-urip A-01 1937 SP Oil
well Fm. Kujung &
clastics
Proposed TD 2242 m (TVD:
2010)
DST#1: 3906 BOPD DST#2:
750 BOPD + gas
2001.06.03 2001.08.28 Mobil Cepu Ltd Banyu-urip A-02 2503
PA Oil well
Fm. Ngrayong clastics
Proposed TD: 2529 m (1565
m TVD) Tested
Tabel II.2. Scout Check Report survey pada Formasi Kujung (Lapangan Banyuurip)
16
Gambar II.1. Geologi blok Cepu dan lokasi Ladang Minyak Tua
17
Gambar II.3. Cepu Blok Carbonate Platforms and Reefs
18