38
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep merokok 2.1.1 Definisi Rokok Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap, dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (PBM Menkes & Mendagri, 2011). Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun- daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Wigand JS, 2006). 2.1.2 Perokok Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap asap utama yang pertama kali keluar dari rokok (mainstream), sedangkan perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok (Republik Indonesia, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

  • Upload
    phungtu

  • View
    230

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep merokok

2.1.1 Definisi Rokok

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar, dihisap, dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana

rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin

dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (PBM Menkes & Mendagri, 2011).

Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm

(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-

daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan

dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya

(Wigand JS, 2006).

2.1.2 Perokok

Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif.

Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap asap utama yang

pertama kali keluar dari rokok (mainstream), sedangkan perokok pasif adalah

orang yang bukan perokok namun terpaksa menghisap atau menghirup asap rokok

yang dikeluarkan oleh perokok (Republik Indonesia, 2011).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

9

2.1.3 Faktor-faktor penyebab ketergantungan merokok

Subanada (2004) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan

ketergantungan merokok:

1. Faktor Psikologis

Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan

kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri,sifat

ingin tahu, stress, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan

hal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu,

individu dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk

menghilangkan kecemasan yang mereka alami.

2. Faktor Biologis

Faktor lain yang mengkontribusi perkembangan ketergantungan

nikotin adalah merasakanadanya efek bermanfaat dari nikotin. Proses

biologinya yaitu nikotin diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang

kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada

jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem

dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir

serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur

adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian

otak lokus seruleus yangmengeluarkan serotonin. Meningkatnya

serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan

mencari rokok lagi. Hal inilah yangmenyebabkan perokok sangat sulit

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

10

meninggalkan rokok, karena sudahketergantungan pada nikotin.

Ketika berhenti merokok rasa nikmat yang diperoleh akan berkurang.

3. Faktor Jenis Kelamin

Tim peneliti dari Universitas Yale Amerika Serikat melakukan

penelitian untuk menemukan adanya perbedaan respon yang terjadi di

antara otak pria dan otak wanita saat merokok. Dengan menggunakan

metode scan Position Emission Tomography (PET) pada otak saat

sampel merokok, didapatkan hasil bahwa pria lebih sensitif terhadap

pelepasan dopamin dibandingkan wanita. Penelitian tersebut

menunjukkan pelepasan dopamin pada pria berlangsung konsisten dan

cepat dalam ventral striatum kanan, yaitu daerah otak yang menjadi

pusat dari efek obat-obatan penguat seperti nikotin. Sehingga tingkat

sensitif yang tinggi ini membuat pria cenderung menjadi pecandu

rokok.

Berbeda dengan pria, pelepasan dopamin pada wanita cenderung

lebih lambat terjadi di dorsal striatum, yaitu daerah otak yang

membentuk pola kebiasaan. Otak wanita juga tidak terlalu sensitif

terhadap pelepasan dopamin. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pria

menggunakan rokok untuk mendapat efek kuat dalam tubuhnya,

sehingga membentuk pola ketergantungan dan membuat pria ingin

selalu merokok. Sementara wanita cenderung merokok hanya saat

suasana hatinya tidak baik untuk membantu memperbaiki mood,

sehingga efek candu tidak terlalu kuat pada wanita (Jones, 2014).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

11

4. Faktor Umur

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menemukan

kelompok perokok usia 19-24 tahun atau dapat dikategorikan

mahasiswa memiliki proporsi sebesar 24,6% dari total jumlah perokok

pada saat itu dan diperkirakan terus meningkat. Mahasiswa dengan

rentang umur 19-24 sebagian besar mulai merokok saat dibangku

SMA bahkan SMP, sehingga ketergantungan mereka terhadap rokok

sudah tinggi dan terakumulasi. Ditambah di lingkungan kampus

mereka dengan mudah mengabaikan larangan merokok karena

lingkungan yang lebih permisif, berbeda dengan lingkungan SMP

maupun SMA dimana ada guru yang akan memarahi jika merokok.

Ditambah dengan anggapan mereka sudah dewasa dan sering

beraktifitas di luar rumah dinilai mampu mengambil keputusan sendiri

dalam hidupnya (Setyorini, 2013).

5. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau

antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang

merokok, reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di

media.Orang tua memegang peranan terpenting, selain itu juga

reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat

daripada pengaruh orang tua atau teman sebaya, hal ini mungkin

karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan

manfaat rokok.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

12

6. Faktor Genetik

Dahulu diperkirakan bahwa faktor lingkungan memiliki peran yang

jauh lebih penting terhadap munculnya ketergantungan fisik perokok

terhadap nikotin, tetapi menurut hasil penelitian terakhir, faktor

genetik memiliki kontribusi sebesar 50-70% (Tyndale &Sellers,

2005). Pernyataan ini didukung oleh hasil studi pada anak kembar dan

keluarga (twin and family studies) yang menunjukkan bahwa

kecenderungan untuk munculnya ketergantungan fisik terhadap

nikotin oleh karena faktor genetik mencapai angka heritability sebesar

42-80% (Henningfield et al., 2000; Caron et al., 2005; Boardman et

al., 2006). Penelitian lain menyatakan bahwa gen CYP2A6 telah

terbukti meningkatkan kecenderungan perokok untuk mengkonsumsi

rokok per hari lebih banyak dibandingkan dengan perokok yang tidak

memiliki gen ini (Hendy, 2010).

2.1.4 Kandungan zat pada rokok

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis

di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya

200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,

nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu, dalam sebatang rokok juga

mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya.

Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai

berikut :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

13

1. Nikotin

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat

dalam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang

sintesisnya bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan.

Komponen ini paling banyak dijumpai didalam rokok. Kadar nikotin

berbeda-beda tergantung jenis tembakau serta posisi daun, daun yang

letaknya relatif lebih tinggi daripada daun lainnya memiliki kadar

nikotin lebih tinggi. Zat ini mendominasi alkaloid yang ada pada rokok

(sekitar 95% alkaloid dalam rokok merupakan nikotin) dan mencapai

berat kering 1,5% tembakau dalam rokok. Rata-rata dalam sebatang

rokok mengandung 10-14 mg nikotin dan sekitar 1 mg nikotin

diabsorbsi ke dalam peredaran darah sistemik selama merokok

(Hukkanen et al., 2005).

Saat rokok dibakar, nikotin dalam tembakau terdestilasi dan

terhisap bersama dengan fraksi partikulat (tar) ke arah pangkal rokok.

Absorbsi nikotin melewati membran biologis targantung pada pH.

Nikotin memiliki sifat basa lemah dengan pKa 8,0, maka dari itu dalam

kondisi lingkungan yang asam, nikotin banyak yang terionisasi dan

menjadi sulit untuk menembus membran. Sebaliknya, jika kondisi

lingkungan basa (pH 6,5 atau lebih), lebih banyak nikotin yang dapat

terabsorbsi dalam paru (Hukkanen et al., 2005).

Ketika asap rokok mencapai saluran bronkioli respiratorius dan

alveoli paru, nikotin dalam tar yang berdiameter rata-rata 1 μm dengan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

14

cepat diabsorbsi. Konsentrasinya dalam darah meningkat dengan cepat

saat merokok dan mencapai puncaknya sesaat setelah selesai merokok.

Absorbsi yang cepat ini diduga karena luasnya permukaan bronkioli

dan alveoli paru disertai dengan pH paru yang sedikit basa, yaitu 7,4.

Setelah setiap satu hisapan, nikotin terabsorbsi dari alveolus menuju

kapiler paru, dan dari sini mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui vena

pulmonalis untuk dipompakan ke seluruh tubuh. Akhirnya, nikotin

dapat mencapai otak hanya dalam waktu 7 detik, dan dengan cepat pula

mengaktivasi neuron-neuron dopaminergik pada brain reward system

(O‟Brian, 2006).

Selama berada dalam sirkulasi sistemik, nikotin memililki afinitas

yang tinggi pada beberapa organ tertentu, yaitu otak, hati, ginjal

kelenjar adrenal dan paru. Afinitas nikotin pada jaringan otak sangatlah

tinggi, afinitas ini semakin tinggi sebanding dengan peningkatan

reseptornya pada perokok (Perry et al., 1999). Afinitas yang tinggi ini

disebabkan ikatannya yang spesifik pada reseptor asetilkolin nikotinik

dalam sistem saraf pusat. Ditambah pula dengan kenyataan bahwa otak

merupakan organ vital dengan vaskularisasi yang tinggi, maka

distribusi nikotin dalam otak terjadi hampir secara instan setelah ia

memasuki aliran darah sistemik.

Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis

tinggi bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif

dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

15

memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka

panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami

kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin

yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan

ketergantungannya.

2. Tar

Yang dimaksud dengan tar adalah kondensat asap berbentuk

senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang merupakan total residu

dihasilkan saat rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air, yang

bersifat karsinogenik (Republik Indonesia, 2003; Republik Indonesia,

2012). Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat

merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas

dan paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat

rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap

rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan

berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-

paru.

Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok,

sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok

yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg.

Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam

paru-paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam,

menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

16

banyak (Sitepoe, 1997). Tar terbentuk selama pemanasan tembakau dan

kadar tar yang terdapat asap rokok inilah yang menyebabakan adanya

risiko kanker (Sukendro, 2007).

3. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak

memiliki bau.Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak

sempurna dari unsur zat arang atau karbon.Gas karbon monoksida

bersifat toksik yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor

maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat

mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling

rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan

kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe,

1997).

2.2 Definisi Ketergantungan

Ketergantungan suatu obat dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana obat

dapat mengontrol perilaku. Ciri-ciri utama ketergantungan obat antara lain

penggunaan obat yang menimbulkan efek psikoaktif dan adanya sistem rewards

pathway yang mempengaruhi perilaku pengguna (Kotlyar &Hatsukami, 2002).

Pada saat pemaparan nikotin, dopamin dalam otak meningkat sehingga

memperkuat stimulasi otak dan mengaktifkan rewards pathway. Rewards system

inilah yang menimbulkan keinginan untuk menggunakan nikotin kembali dan

memicu ketergantungan fisik terhadap nikotin terjadi cepat dan hebat. Apabila

rewards pathway dalam otak telah aktif maka penghentian obat menimbulkan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

17

gejala iritabel, kejang, gelisah, sulit konsentrasi, sakit kepala dan tidak bisa tidur

(Mycek et al., 2001).

2.2.1 Mekanisme ketergantungan nikotin melalui saraf kolinergik dan

dopaminergik

Potensi obat yang menyebabkan ketergantungan umumnya ditentukan oleh

reinforcing effect dan kecepatan obat menembus otak. Semakin cepat suatu obat

menembus otak maka semakin besar potensi obat tersebut

menimbulkanketergantungan (Stratton et al., 2001). Ketika menghisap rokok,

nikotin masukdalam aliran darah melalui organ paru-paru dan mencapai otak lebih

cepatdibandingkan obat yang diberikan secara intravena (Mukherjee, 2003).

Nikotin terikat sebagai agonis pada reseptor kolinergik yaitu

asetilkolinnikotinik (nAChR) yang terletak pada otak, ganglia otonom dan

neuromuscularjunction (Nestler et al., 2001; Kotlyar &Hatsukami, 2002). nAChR

adalah reseptor pentamer yang terhubung kanal ion (Dani &Betrand, 2007). AchR

pada sel saraf terdiri dari sub unit αx dan βy. Reseptor ini terhubung dengan kanal

ion Na sehingga aktivasi reseptor ini kemudian memasukkan ion Na ke dalam sel

dan mengaktifkan reseptor kanal ion Ca pada retikulum sarkoplasmik (sel otot)

dan retikulum endoplasmik (sel saraf) sehingga ion Ca menuju ke sitosol,

menimbulkan kontraksi (Nestler et al., 2001). Nikotin terikat secara selektif

sebagai agonis pada nAChR yang terletakpada ganglia otonom yang tersusun dari

sub unit (α3)2 (β4)3 dan otak (α4)2 (β2)3 (Dai &Harris, 2007; De Biasi &Salas,

2008). Ikatan inimenginduksi eksitasi pre-sinaptik dan post-sinaptik dan

meningkatkanpermiabilitas ion Na+, Ca

2+, Cl

- dan K (De Biasi &Salas, 2008). Ion

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

18

Ca2+ dalam sel menginduksi kontraksi otot dan pelepasan berbagai

neurotransmiter dan hormon (Ikawati, 2004). Efluks kationkationtersebut memicu

depolarisasi sel dan memperantarai pelepasan neurotransmitter dari daerah

presinaptik seperti asetilkolin (Rosenthal etl al., 2011). Asetilkolin yang

dilepaskan mengaktivasi saraf dopaminergik untuk melepaskan dopamin pada

daerah postsinaptik di daerah nucleus accumbens (NAc) (Van Andel et al., 2003).

Pelepasan dopamin pada area post sinaptik selain diperantarai oleh

asetilkolin, peran nikotin juga dapat secara langsung mengaktivasi saraf

dopaminergik itu sendiri. Nikotin yang terikat pada nAChR sub unit α4β2 juga

mengeksitasi saraf dopaminergik melalui depolarisasi (Dani dan Harris, 2007).

Depolarisasi ini disebabkan karena masuknya ion Na+

ke dalam membran sel, dan

K+

diluar membran sel. Nikotin selain bertindak sebagai agonis juga menyebabkan

desentisasi nAChR karena nAChR tidak berikatan dengan asetikolin sehingga

menurunkan pelepasan dopamin.

Pelepasan dopamin pada jalur mesokortikolimbik inilah yang berperan

dalam tingkah laku dan menyebabkan efek ketergantungan terhadap obat-obat

psikostimulan, termasuk nikotin (Dani &Harris, 2007; De Biasi &Salas, 2008).

Pelepasan hormon dan neurotransmitter tersebut memodulasi subyektifitas,

kognitif dan efek perilaku yang berhubungan dengan merokok (Kotlyar &

Hatsukami, 2002).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

19

2.3 Neurobiologi pada Reward Process dan Ketergantungan

Rewards dan ketergantungan merupakan hal yang berbeda. Rewards

berhubungan dengan sesuatu yang menyenangkan, sedangkan ketergantungan

atau ketergantungan merupakan sesuatu yang bersifat menyakitkan dan

menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Rewards adalah pengalaman sebagai

respon dari berbagai macam stimuli yang memberikan dan membangkitkan

kenikmatan dan kegembiraan, sedangkan ketergantungan atau adiksi melibatkan

perilaku yang memaksakan, gigih dan perilaku yang tidak terkontrol yang sifatnya

merusak. Meskipun perbedaan yang sangat mencolok diantara keduanya, namun

terdapat persamaan peran neurobiological yang mendasari keduanya (Adinoff

MD, 2004).

Jalur mesolimbik tertentu menjadi komponen yang digunakan dalam

menilai proses reward. Jalur ini berasal dari badan sel dopaminergic pada Ventral

Tegmental Area (VTA), axon saraf dopaminergicyang memanjang dan berakhir

pada Nucleus Accumbens (NAc), namun juga menyebar ke amygdala, bed nucleus

of stria nucleus (BNST), lateral septal area, dan lateral hypothalamus. Letak

VTA berdekatan dengan substantia nigra yang juga penghasil dopamin, jika

subtantia nigrayang tersambung dengan dorsal striatum memediasi aktivitas

motoris, sedangkan jalur mesolimbik berperan pada reward process (Gardner EL

&Ashby CR Jr, 2000). Penyebaran bagian-bagian dari reward area dapat dilihat

pada Gambar 2.1.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

20

Gambar 2.1 Reward pathway

(Nestler & Malenka, 2004)

Pengalaman reward dialami seseorang seiring dengan aktifnya jalur

mesolimbic dopaminergic tersebut. Mekanisme ini pada dasarnya aktif karena

mendapatkan stimulasi alami seperti aktivitas makan dan hubungan seksual,

namun mekanisme yang sama juga terjadi pada substansi berbeda yang sering

disalahgunakan penggunaannya seperti alkohol, amfetamin, kokain, mariyuana,

nikotin, opium yang efeknya lebih berbahaya pada keseluruhan sistem tubuh

(Fredholm, 2003; Gardner et al., 1997). Sistem dopaminergik yang dipengaruhi

oleh nikotin adalah dopamin pada jalur mesokortikolimbik yaitu pada daerah

vental tegmental area (VTA), profrontalcortex (PFC) nucleus accumbens (NAc)

(Dani &Harris, 2007).

Mekanisme ketergantungan nikotin melalui saraf dopaminergik sangat

berpengaruh, karena secara langsung mengaktivasi jalur mesolimbik yang

berperan dalam reward mechanism. Mekanisme ini melibatkan reseptor nAChRS,

glutamat, dan asam gamma-aminobuytric (GABA) sebagai inhibitor. Input

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

21

sinaptik dari glutamin dan GABA dimodulasi oleh subtipe nAChRS yang berbeda

kemampuan atau periode desentisasinya (kehilangan kepekaan).

Pada awalnya nikotin yang sebagai agonis berikatan pada nAChRS tipe α4

meningkatkan pelepasan dopamin pada VTA, dalam hitungan detik hingga menit

terjadi desentisasi (kehilangan kepekaan) pada saraf tersebut sehingga pelepasan

dopamin terhenti. Pada saat terjadi peningkatan dopamin, tipe non-α4 nAChRS

mengaktifkan GABA sebagai inhibitor namun juga terjadi desentisasi secara

cepat. Pada saat yang sama, α4 nAChRS merangsang transmisi glutamat,

peningkatan transmisi glutamat pada VTA meningkatkan pelepasan dopamin

secara jangka panjang akibat terpapar nikotin.

Dengan demikian keseimbangan input sinaptik yang terjadi sebelumnya

kembali beralih pada periode eksitasi. Pergeseran ini bahkan lebih kuat daripada

input GABA untuk menginhibisi pelepasan dopamin sebelumnya. Periode

recovery hingga terjadi transmisi GABA kembali kira-kira membutuhkan waktu

hingga 1 jam (Mansvelder & McGehee, 2000).

Pada saat terjadi penguatan reward yang melibatkan dopamin, pada awalnya

mempengaruhi jalur mesolimbik dan kemudian menyebar ke sirkuit neuronal

yang berperan pada memori emosional, pemikiran yang obsesif, respon stress, dan

sistem perencanaan keputusan, antara lain:

1. Amygdala

Aktivitas amygdala berkaitan dengan membangkitnya emosi terhadap

suatu kejadian yang terekam dalam ingatan. Amygdala juga terlibat dalam

pemberian nilai pada suatu stimulus apakah bersifat reward atau dengan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

22

memberi kesan menakutkan pada stimulus yang tidak dikenal (Adinoff MD,

2004).

2. Anterior cingulate

Bagian ini mencakup fungsi kontrol diri, problem solving, attention, dan

respon adaptasi jika terjadi perubahan kondisi (Allman et al, 2001).

Berperan juga dalam kontrol dalam proses penyelesaian masalah terutama

jika respon yang dikeluarkan rendah (Braver et al., 2001).

3. Bed Nucleus of the Stria Terminalis (BNST)

BNST terlibat pada kebiasaan yang secara otonom dalam menanggapi

stimulus yang menakutkan, seperti respon terhadap stress. BNST

merupakan bagian dari amygdala dan juga sangat sensitif terhadap dopamin

(Erb & Stewart, 1999).

4. Dorsolateral Prefrontal Complex (DLPFC)

DLPFC sangat krusial dalam mengontrol dan meregulasi aktivitas

kognitif, perencanaan tindakan dan tujuan, dan pengendalian atensi (Fuster,

2008).

5. Hippocampus

Hippocampus berperan penting dalam ingatan jangka pendek yang

melibatkan integrasi berbagai rangsangan terkait dan juga penting untuk

konsolidasi menjadi ingatan jangka panjang (Fanselow & Dong, 2010).

6. Insular cortex

Bagian ini berperan dalam proses nyeri, juga berperan dalam berbagai

macam emosi seperti: marah, sedih, gembira, dan berperan dalam usaha dan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

23

kehendak yang disadari, seperti keinginan untuk makan, keinginan untuk

mengkonsumsi obat (Adinoff MD, 2004).

7. Orbitofrontal Cortex (OFC)

OFC merupakan bagian yang berperan pada proses kogntif decision-

making dengan peran alaminya sebagai pengekalkulasi „untung rugi‟ dari

suatu tindakan berdasarkan konstruk –konstruk dari reward dan punishment

yang sudah dapat dipelajari (Elliot et al., 2000).

Di Chiara (1998) menyatakan bahwa pemakaian zat dan obat-obatan yang

berkelanjutan memperkuat sensitifitas jalur mesolimbik dan area asosiasinya.

Pengalaman yang melekat pada saat menggunakan obat ataupun zat menimbulkan

“addiction memory” (Boening, 2001) yang tertanam di jalur mesolimbik terutama

amygdala(See, 2003). Pada saat terjadi penyalahgunaan obat, sirkuit tersebut aktif

dan menimbulkan keinginan yang besar dan berkelanjutan untuk menggunakan

obat tersebut (O‟Brien, 1998).

Pada periode abstinence (putus rokok untuk beberapa saat), studi pencitraan

melalui fMRI menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas pada bagian

mesolimbik (nucleus accumbens, amygdala, dan hippocampus) dan pada bagian

mesokortikal (prefrontal cortex, orbitofrontal cortex, dan anterior cingulate) yang

dimana kedua area besar tersebut terdapat pada sirkuit dopamin (Due et al., 2002;

Mc Clernon et al.,).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

24

2.4 HPA (Hypothalamus-Pituitary-Adrenal ) Aksis

HPA Aksis adalah bagian utama dari sistem Neuroendokrin (Saraf pada

hormon) yang mengontrol reaksi terhadap stres dan pula memiliki fungsi penting

dalam mengatur berbagai proses tubuh seperti pencernaan, sistem kekebalan

tubuh ,suasana hati, emosi, seksualitas, dan penyimpanan penggunaan energi.

Sumbu HPA juga terlibat dalam gangguan kecemasan, gangguan bipolar, pasca-

traumatic stress disorder, depresi klinis, kelelahan dan sindrom iritasi usus besar.

2.4.1 Hipotalamus

Di dalam hipotalamus banyak terdapat neuron-neuron yang mensintesis

peptida dan katekolamin, substansi ini kemudian disalurkan ke sistem sirkulasi

dan bertindak sebagai hormon. Beberapa hormon hipotalamus posterior seperti

ADH dan oxytocin disalurkan ke sirkulasi sistemik untuk langsung menuju

jaringan, sedangkan hormon hipotalamus yang lain seperti GnRH, GHRH,

Somatostatin, TRH, Dopamine, CRH menuju ke sirkulasi portal untuk disalurkan

ke anterior pituitari dimana hormon-hormon tersebut dapat bertindak sebagai

stimulator maupun inhibitor untuk hormon-hormon dari anterior pituitari.

Hipotalamus bertindak sebagai kontrol dan pusat integrasi dari stimulus

interoceptif dan eksteroceptif. Sebagai contoh, saat seseorang mengalami

dehidrasi saat berada di lingkungan dengan temperatur yang panas ataupun setelah

berolahraga, hipotalamus merespon dengan meningkatkan tekanan osmotik pada

cairan ekstraseluler. Pada saat yang sama, berkurangnya volume cairan

ekstraseluler dirasakan dan direspon oleh sistem saraf perifer kemudian informasi

ini diteruskan kembali ke hipotalamus yang kemudian akan merilis ADH (Anti

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

25

Diuretic Hormone) yang berperan untuk mengurangi kehilangan cairan tubuh

melalui peningkatan reabsorbsi air pada saluran tubulus ginjal dan menstimulasi

rasa haus.

2.4.2 Kelenjar Pituitari

Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis terletak pada dasar otak besar.

Kelenjar ini terdiri dari bagian anterior dan posterior. Hipofisis anterior

memproduksi hormon GH, ACTH, TSH, ICSH, FSH, LH, dan Proklactin.

Sedangakan hipofisis posterior menghasilkan hormon ADH dan oksitosin.

Hormon antidiuretik (ADH) berfungsi mengatur kadar air dalam tubuh melalui

pembentukan urin dan mencegah pengeluaran urin yang terlalu banyak,

sedangkan hormon oksitosin berfungsi untuk kontraksi otot dalam proses

kelahiran. Kelenjar pituitari merupakan kelenjar utama yang menghasilkan

bermacam-macam hormon dan mengatur kerja hormon lainnya. Oleh karena itu

kelenjar pituitari (hipofisis) disebut kelenjar pengendali (master of gland).

Struktur anatomi kelenjar pituitari dan fungsi hormon yang dihasilkan dapat

dilihat pada Gambar 2.2 dan Tabel 2.1.

Gambar 2.2 Kelenjar Pituitari (Mescher A, 2009)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

26

Tabel 2.1 Fungsi Hormon Hipofisis Anterior (Anonim, 2012)

No Hormon yang

dihasilkan Fungsi

1

Somatotrophic

Hormone (STH) atau

hormon pertumbuhan

Mengendalikan pertumbuhan tubuh, kelebihan hormon ini

mengakibatkan pertumbuhan raksasa, sedangkan kekurangan

hormon ini mengakibatkan kekerdilan.

2 Thyroid Stimulating

Hormone (TSH)

Mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid untuk menghasilkan

hormon tiroksin.

3 Adrenocorticotrophic

Hormone (ACTH) Mengendalikan kegiatan kelenjar adrenal dalam menghasilkan

glukokortikoid

4

Follicle Stimulating

Hormone (FSH)

Wanita: mengatur perkembangan ovarium (pemasak folikel)

Pria: mengatur perkembangan testis dan spermatogenesis.

5 Lutenizing Hormone

(LH)

Wanita: mempengaruhi ovulasi dan membentuk korpus luteum.

Pria: mengatur sekresi dari hormon testosterone dan aldosteron

pada testis.

6 Hormon prolaktin

(PRL)

Mempengaruhi pertumbuhan kelenjar air susu

7 Melanocyte

Stimulating Hormon

Mensintesis melamin (pigmen warna).

8 Antidiuretic Hormon

(ADH) Mencegah urin terlalu banyak.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

27

2.4.3 Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal terdiri dari 2 bagian yaitu bagian medula yang

mensekresikan katekolamin dan bagian korteks yang mensekresi hormon steroid.

Bagian korteks kelenjar adrenal dibagi menjadi 3 zona, yaitu: zona glomerulosa

yang mensekresi aldosteron, zona fasciculata dan zona reticularis yang

mensekresi glukokortikoid, androgen dan estrogen.

2.4.4 Kortisol

Kortisol merupakan golongan glukokortikoid yang diproduksi oleh

kelenjar adrenal. Seperti golongan steroid lainnya, kortisol dimetabolisme di

dalam hati. Kadar kortisol umumnya meningkat pada pagi hari dan berangsur-

angsur turun di siang hari dan kemudian tingkat kortisol sangat menurun pada

larut malam. Nilai normal pada pukul 9.00 pagi untuk kortisol ( 11 hidroksi-

kortikosteroid ) adalah 170-720 nmol/l (6-26μg/100ml), sedangkan kadar tengah

malam (24:00) kurang dari 220 nmol/l (<8μg/100ml) (Jacoeb, 2002; Aaron,

1998).

Kortisol merupakan salah satu hormon yang sangat berperan bagi tubuh,

diantaranya pada proses metabolisme, imunitas dan respon inflamasi, dan pada

respon terhadap stress. Pada saat aktivitas fisik seperti olahraga, kortisol tetap

memelihara kadar plasma glukosa dengan mendorong pemakaian asam lemak

sebagai sumber energi. Pada respon inflamasi, kortisol dan golongan

glukokortikoid lainnya menekan sintesis pengeluaran asam arakidonat yang

merupakan prekursor mediator inflamasi seperti prostaglandin dan leukotrin dan

juga menekan proliferasi dari sel mast sehingga proses inflamasi dapat ditekan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

28

aktivitasnya. Pada stress akibat trauma, pembedahan, pendarahan, infeksi,

hipoglikemi, peningkatan kortisol berperan sebagai reaksi pertahanan diri dan

untuk memberikan sinyal ke sistem tubuh yang lain jika ada stres fisik yang

terjadi.

2.4.5 Respon HPA Aksis saat Olahraga

Olahraga merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan, tidak

hanya berdampak terhadap peningkatan kesehatan, kondisi fisik dan fisiologis,

tetapi juga psikologis. Namun olahraga dengan dosis berat dan bersifat kompetitif

salah satu penyebab stres (stresor). Olahraga merupakan stres fisik, yang

berpotensi menimbulkan gangguan homeostatis, khusususnya pada olahraga yang

dilakukan secara berlebihan (Mastorakos & Pavlatou, 2005). Stres fisik yang

ditimbulkan tersebut menurut Uchakin et al (2003) tidak hanya menyebabkan

stres fisik itu sendiri, tetapi juga dapat menyebabkan stres kimia fisiologis dan

pikologis. Hal ini berpotensi mengganggu homeostatis (Fatouros et al., 2010).

Stres oleh tubuh direspon dengan mengaktifkan sistem kardiorespirasi, sis-

tem locus ceruleus (LC/norepinephrin (NE), sistem metabolisme dan HPA axis

(Mastorakas & Pavlatou, 2005). Aktifnya hipotalamus–puitutary–adrenal axis

(HPA), menimbulkan conditioning stimulus pada alur limbic–hipotalamus–puitut-

ary-adrenal Axis (LHPA axis), kemudian merangsang hipotalamus dan

menyebabkan disekresinya hormon corticotrophin relesing hormone (CRH),

merangsang hipotalamus untuk sekresi ACTH. Peningkatan sekresi ACTH,

menyebabkan meningkatnya sekresi, kortisol (Usui dkk., 2012). Hormon tersebut

dikeluarkan untuk menjaga homeostatis dalam menghadapi stres, baik fisik

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

29

maupun psikologis (Fatouros et al., 2010). Dalam batas tertentu peningkatan

kortisol digunakan sebagai upaya untuk menghadapituntutan baru (cope) dengan

peningkatan kebutuhan energi yang diakibatkan oleh stresor olahraga (Hackney,

2006).

Sistem hormon sangat responsif terhadap stres fisik maupun mental, ter-

masuk di antaranya olahraga yang intensif dan terus menerus. Dalam melakukan

upaya adaptasi terhadap stres maka system HPA axis dan hormon yang ber-

tanggung jawab terhadap stres diaktifkan (Kanaley & Hartman, 2002).Aizawaet

al., (2006) mengatakan bahwa aktifnya hypothalamo-pituitary-gonadal(HPG) dan

HPA axis, pada saat olahraga, untuk adaptasi terhadap stresor olahraga yang

dilakukan. Namun demikian aktifnya HPA axis dipengaruhi oleh intensitas,

durasi, metode dan tingkat keterlatihan individu (Usui et al., 2008) serta juga sifat

dari olahraga (Ronsendal et al., 2002). Pada olahraga yang bersifat kompetitif

HPA axis lebih aktif, dibanding dengan olahraga yang nonkompetitif. Hal ini

karena olahraga kompetitif, terjadi tekanan fisik dan mental lebih tinggi

(Aizawaet al., 2006). Olahraga yang bersifat anaerobik mengakibatkan

peningkatan sekresi kortisol yang lebih tinggi dibandingkan dengan olahraga

aerobik (Minetto et al., 2006)

Respon olahraga bagi tubuh tidak hanya sebagai stresor, tetapi juga berpo-

tensi sebagai stimulator. Hal ini sangat tergantung pada pengelolaan olahraga,

olahraga dengan intensitas tinggi dan bersifat kompetitif lebih cenderung menjadi

stresor yang dapat menyebabkan distres. Sebaliknya olahraga dengan intensitas

yang tepat berkesinambungan, intensitas yang baik, teratur dan menyenangkan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

30

berpotensi menjadi stimulator. Olahraga dengan intensitas yang tepat justru dapat

menurunkan kecemasan, depresi, meningkatkan rasa enjoy dan mood.Untuk

menghindari stres yang kurang baik bagi tubuh maka olahraga harus dilakukan

dengan teratur, terukur, berkesinambungan dan menyenangkan, yang dilakukan

minimal 3 kali/minggu dengan intensitas antara 60-80% dari HRR (Sugiharto,

2012).

2.4.6 Respon HPA Aksis pada Perokok

Emosi dan motivasi yang diatur di dalam otak “dibajak” saat seseorang

menjadi pecandu dan ketergantungan akibat penyalahgunaan zat (Koob & Le

Moal, 1997). Zat nikotin tidak hanya mempengaruhi sistem mesolimbik yang

berkaitan dengan rewards atau imbalan, salah satu sistem yang dipengaruhi juga

adalah hypotalamic-pituitary-adrenal (HPA) yang berperan dalam mengontrol

reaksi terhadap stres, emosi dan suasana hati. Jalur stres ini meliputi HPA,

extrahypothalamic corticotropin-releasing factor (CRF), termasuk amygdala and

BNST (Koob & Moal, 2001).

Valdes et al (2003) menyatakan bahwa terjadi perubahan respon stres pada

HPA saat terjadi paparan zat dan obat-obatan yang menyebabkan ketergantungan.

HPA yang diregulasi oleh hipotalamus secara fisiologis mengatur dan menerima

respon metabolik harian, tapi saat kondisi emosional akibat ketergantungan suatu

zat, regulasi ini digantikan oleh sinyal dari sistem limbik dan area prefrontal

cortex (Lovallo, 2006). Sehingga saat terpapar nikotin menyebabkan sekresi

corticotropin-releasing-hormone (CRH) pada nukleus paraventrikular

hipotalamus, diikuti dengan sekresi adrenocorticotropic hormone (ACTH) dari

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

31

kelenjar pituitari, dan sekresi kortisol pada kelenjar adrenal. Respon ini

menyebabkan keinginan yang terus bertambah untuk merokok (Steptoe & Ussher,

2006).

Kortisol juga berperan dan sangat sensitif pada stres psikologis, seperti yang

dialami para perokok dalam usaha berhenti merokok, tak jarang perokok gagal

dalam usahanya tersebut (al‟Absi et al., 2004). Penelitian pertama mengenai

paparan nikotin mempengaruhi aktivasi HPA pada manusia dilakukan oleh

Winternitz dan Quillen (1977) yang menyebutkan bahwa dengan mengkonsumsi

dua batang rokok bernikotin tinggi menyebabkan peningkatan tajam plasma

kortisol. Kirschbaum (1992) menyatakan kenaikan salivary cortisol lebih

signifikan ketika mengonsumsi 2 batang rokok daripada hanya sebatang rokok.

Pada jangka panjang, perokok memiliki kadar kortisol 36% lebih tinggi

daripada non perokok (Steptoe and Ussher, 2006). Akibat peningkatan kortisol

secara jangka panjangadalah terjadi penurunan imunitas tubuh, sebab kortisol

bersifat immunosuppresif (Roit, 1995). Sifat kortisol berpengaruh pada penekanan

sintesis protein, mengurangi populasi eusinofil, limfosit dan makrofag/monosit,

kemudian menimbulkan atropi jaringan limfoid, thymus, limpa dan kelenjar limfe

(Granner, 1998), sehingga mempengaruhi fungsi imun dan menurunkan derajat

kesehatan (Thornton & Andersen, 2006).

2.5 Pengukuran Ketergantungan Nikotin

2.5.1 Fagerstrröm Test for Nicotine Dependence(FTND)

Untuk mengukur tingkat ketergantungan nikotin, dipergunakan suatu skala

yang telah digunakan sebagai standar untuk penentuan ketergantungan nikotin

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

32

oleh WHO, yaitu FTND. Skala FTND disebutkan pada berbagai kepustakaan

mewakili aspek fisik dan psikologis dari ketergantungan, khususnya

ketergantungan nikotin. Pewawancara hanya bertanya berdasarkan nomor

pertanyaan dan mencocokkan jawaban sampel dengan poin yang mewakilinya,

untuk kemudian dijumlahkan sehingga didapatkanlah nilai tingkat ketergantungan

nikotin perokok tersebut (Artana &Rai, 2009).

Dalam FTND terdapat tujuh area yang digunakan dalam parameter

pengukurannya yakni jarak waktu antara bangun tidur dan rokok pertama yang

dihisap, kesulitan yang dialami saat berada di lingkungan bebas rokok, jumlah

rokok yang dihisap, aktivitas merokok walaupun saat sakit, waktu merokok yang

paling sulit dihindari, dan yang terakhir adalah apakah keinginan merokok lebih

dominan di saat setelah bangun tidur dibandingkan dengan saat kegiatan lain.

Skala FTND memiliki 5 tingkat interpretasi, yaitu skor 1-2 untuk tingkat

ketergantungan merokok sangat rendah, skor 3-4 untuk tingkat ketergantungan

merokok rendah, skor 5 untuk ketergantungan merokok sedang, skor 6-7 untuk

ketergantungan merokok tinggi, dan skor 8-10 untuk tingkat merokok sangat

tinggi (Heatherton et al., 1991; Hendy, 2007).

Menurut hasil studi Piper et al tahun 2003 yang membandingkan kuesioner

WISDM-68 (Wisconsin Inventory of Smoking Dependence Motives), terdiri dari

68 pertanyaan yang terbagi dalam 13 domain motif ketergantungan terhadap

nikotin) dengan FTND, terbukti bahwa FTND memiliki korelasi positif yang kuat

(koefisien korelasi 0,78, p<0,05) dengan domain motif toleransi pada kuesioner

WISDM-68. Jadi, dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa kuesioner

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

33

FTND sangat tepat digunakan untuk mendeteksi adanya proses toleransi yang

menjadi pertanda bahwa perokok telah mengalami ketergantungan fisik.

2.5.2 Question of Smoking Urge(QSU)

QSU digunakan untuk mengukur seberapa besar urgenitas dan

ketergantungan untuk menghisap rokok sebelum dan setelah menjalani suatu

treatment atau terapi. Penilaian ini terdiri dari 32 item pertanyaan yang dibagi

menjadi 4 grup besar yang mewakili konsep persepsi yang berbeda keinginan

mendesak untuk merokok, yaitu: keinginan untuk merokok (8 item pertanyaan),

pengharapan untuk mendapat efek positif dari merokok (8 item pertanyaan),

meringankan withdrawal effect dan niat untuk merokok masing-masing 8 item

pertanyaan. Masing-masing item mempunyai skala 7 poin (1=sangat tidak setuju,

4=tidak terlalu setuju, 7=sangat setuju). Semakin tinggi skor yang didapatkan,

maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan seseorang terhadap rokok (Tiffany &

Drobes, 1991). Pada penelitian ini digunakan 10 item pertanyaan QSU yang

dipilih dari keempat konsep persepsi tersebut, kesepuluh item tersebut memiliki

koefisien reliabilitas (Cronbach‟s Alpha) sebesar 0,89 (Cox et al., 2001).

2.6 Olahraga aerobik

2.6.1 Pengertian latihan aerobik

Aerobik merupakan suatu olahraga yang dalam latihannya diperlukan

oksigen dalam pembentukan energi, menggunakan otot-otot besar, intensitas

latihan 60-90% dari Maximum Heart Rate (MHR) (Sari, 2013). Latihan aerobik

adalah latihan yang menggunakan energi yang berasal dari pembakaran dengan

oksigen. Contoh latihan aerobik adalah lari-lari, jalan-jalan, treadmill, bersepeda,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

34

renang dan senam. Efek latihan aerobik adalah kebugaran kardiorespirasi, karena

latihan tersebut mampu meningkatkan pengambilan oksigen, meningkatkan

kapasitas darah untuk mengangkut oksigen dan denyut nadi menjadi lebih rendah

saat istirahat maupun beraktifitas. Manfaat lainnya aerobik bisa meningkatkan

jumlah kapiler, menurunkan jumlah lemak dalam darah, dan meningkatkan enzim

pembakar lemak (Kurniawati, 2010).

2.6.2 Prinsip-prinsip Latihan

Agar program latihan dapat berjalan sesuai tujuan, maka latihan harus

diprogramsesuai dengan prinsip-prinsip latihan yang benar (Bompa, 1994) antara

lain mengemukakan prinsip-prinsip latihan adalah meliputi FITT (Frequecy,

Intensity,Time, Type). Pinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Frekuensi

Frekuensi menunjuk pada junlah latihan per minggunya. Secara umum,

frekuensi latihan lebih banyak, dengan program latihan lebih lama akan

mempunyai pengaruh lebih baik terhadap kebugaran paru jantung. Untuk

mendapatkan manfaat dari olahraga maka olahraga dilakukan dengan

frekuensi olahraga 3 hingga 5 kali seminggu dan 6-7 kali perminggu untuk

meningkatkan endurance atlit (Faheyet al., 2013). Latihan dengan

frekuensi tinggi membuat tubuh tidak cukup waktu untuk pemulihan.

Kegagalan menyediakan waktu pemulihan yang memadai akan dapat

menimbulkan cedera. Tubuh membutuhkan waktu untuk bereaksi terhadap

rangsangan latihan, pada umumnya membutuhkan waktu lebih dari 24

jam. Semakin bertambah usia semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

35

pemulihan. Pada kenyataannya, individu yang tidak terlatih membutuhkan

waktu 48 jam untuk pemulihan dan beradaptasi dengan rangsangan latihan

(Sharkey, 2003).

2. Intensitas

Intensitas latihan merupakan komponen latihan yang sangat penting

untuk dikaitkan dengan komponen kualitas latihan yang dilakukan dalam

kurun waktuyang diberikan. Intensitas adalah fungsi kekuatan rangsangan

syaraf yang dilakukan dalam latihan, kuatnya rangsangan tergantung dari

beban kecepatan gerakan, variasi interval atau istirahat diantara ulangan.

Intensitas latihan adalah berat ringannya suatu beban latihan, dapat diukur

dari jumlah set, jarak lintasan yang ditempuh, dan target heart zone (

Suharjana, 2008 ). Untuk menentukan intensitas latihan dapat diukur

dengan cara mengukur denyut jantung maksimal karena antara denyut

jantung dengan pemakaian energi aerobik (VO2) berbanding lurus.

Maximal Heart Rate atau Denyut Jantung Maksimal (DJM) dapat

diperkirakan dengan menggunakan rumus: HR.max= 220-usia. Menurut

American College of Sport Medicine (ACSM), intensitas latihan aerobik

harus mencapai 60%-90% dari Maximal Heart Rate (MHR). Berdasarkan

MHR yang dicapai untuk latihan aerobik intensitas ringan 60%-69%

MHR, intensitas sedang 70%-79% MHR, dan intensitas tinggi 80%-90%

MHR. Menurut Fahey et al., (2013) program latihan harus mencapai 60 –

80% dari denyut nadi maksimal.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

36

3. Waktu (Time)

Durasi menunjukan pada lama waktu yang digunakan untuk

latihan.Untuk mendapatkan manfaat dari olahraga maka olahraga

dilakukan dengan durasi 20 – 60 menit setiap latihan (Fahey, et al., 2013).

Menurut Suharjana (2008) durasi latihan aerobik yang baik adalah 20–60

menit, dilakukan secara kontinyu, dengan melibatkan otot–otot besar.

4. Tipe

Tipe latihan adalah bentuk atau model latihan yang disesuaikan dengan

fasilitas yang ada dan kesenangan atlit. Contoh latihan aerobik adalah lari-

lari, jalan-jalan, treadmill, bersepeda, renang dan senam.

2.6.3 Metode Latihan Aerobik

Hinson (1995) berpendapat bahwa untuk mengembangan latihan

aerobik dapat menggunakan beberapa metode, antara lain: Continuos

Training, Interval Training, Circuit Training.

Continuous Training atau latihan kontinyu atau sering disebut latihan terus

menerus adalah latihan yang dilakukan tanpa jeda istirahat, dengan kecepatan

yang konstan dilakukan secara terus-menerus tanpa berhenti. Waktu yang

digunakan untuk latihan kontinyu relatif lama, antara 30-60 menit dengan

menggunakan intensitas 60-80% dari HR max dan frekuensinya 3-5 hari

perminggunya. Contoh latihan kontinyu seperti: jogging, jalan kaki, lari diatas

treadmill, bersepeda statis, dan berenang.

Interval Training atau latihan berselang adalah latihan yang bercirikan

adanya interval kerja diselingi interval istirahat (recovery). Bentuknya bisa

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

37

interval running (lari interval) atau interval swimming (berenang interval).

Latihan interval biasanya menggunakan intensitas tinggi, yaitu 80-90% dari

kemampuan maksimal dengan durasi antara 2-5 menit. Lama istirahat antara 2-8

menit. Perbandingan latihan dengan istirahat adalah 1:1 atau 1:2. Metode ini

bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran dan memacu pembakaran kalori lebih

banyak karena tubuh dituntut untuk selalu beradaptasi selama latihan.

Circuit training dirancang selain untuk mengembangkan kapasitas paru,

juga untuk mengembangkan kekuatan otot. Sirkuit training merupakan

bentuk latihan yangterdiri dari beberapa pos (station) latihan yang dilakukan

secara berurutan dari pos satu sampai pos terakhir. Jumlah pos antara 8-16.

Istirahat dilakukan pada jeda antara pos satu dengan yang lainnya.

2.6.4 Fisiologi olahraga

Menurut Faheyet al., (2013) selama latihan, kebutuhan pada sistem

kardiorespirasi meningkat. Sel-sel tubuh terutama pada otot-otot yang bekerja,

sangat membutuhkan oksigen dan bahan bakar untuk menghilangkan sisa – sisa

metabolisme pada tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka tubuh akan

membuat perubahan sebagai berikut :

1. Olahraga menurunkan hormon stres seperti kortisol dan

meningkatkan hormon endorphin. Hormon endorphin merupakan suatu

zat yang membuat tubuh menjadi lebih baik, ketika hormon endorphin

dilepaskan selama latihan maka suasana hati secara alami akan

menjadi naik. Selain hormon endorphin, pada saat melakukan olahraga

juga akan melepaskan hormon lainnya seperti adrenalin, serotonin dan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

38

dopamin yang akan bekerja secara bersama-sama untuk membuat

tubuh menjadi lebih baik. Endorphin merupakan hormon yang

diproduksi di kelenjar pituitari dan berfungsi sebagai penghilang rasa

sakit alami dari tubuh (Sprouse-Blum, et al., 2010). Aktivitas fisik

merangsang pikiran dan emosi di pusat otak sehingga menghasilkan

perbaikan suasana hati dan fungsi kognitif. Hal tersebut meningkatkan

aktivitas gelombang α di otak yang berhubungan dengan keadaan

santai (Fahey et al., 2013).

Penelitian yang dipimpin oleh dr.Henning Boecker di Jerman pada

tahun 2008 menggunakan Positron Emission Tomography (PET

Scans) untuk mengukur aktivitas endorphin di otak dari 10 pelari pada

saat istirahat dan setelah lari dengan jarak yang panjang. Mereka

membandingkan gambar dari PET scans untuk menentukan area mana

dari otak yang mempunyai aktivitas endorphin paling tinggi. Peneliti

juga meminta pelari untuk melaporkan suasana hati termasuk dengan

tingkat euforia.

Hasil dari penelitian menunjukkan endorphin dihasilkan selama

latihan, endorphin yang melekat pada reseptor dibagian otak umumnya

terkait dengan emosi (limbik dan prefrontal), jumlah endorphin yang

diproduksi di otak cocok dengan tingkat perubahan suasana hati yang

dilaporkan oleh pelari. Selama olahraga, hormon endorphin akan

dilepaskan dan hormon tersebut dapat menghasilakan perasaan euforia,

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

39

phenylethylamine yang dapat meningkatkan suasana hati, energi dan

perhatian (Therapy, 2008).

2. Denyut jantung meningkat hingga 160 – 180 denyut/menit selama

melakukan latihan intens.

3. Stroke volume jantung meningkat, yang berarti bahwa jantung

memompa lebih banyak darah yang keluar setiap jantung berdenyut.

Tekanan darah sistolik akan meningkat dan tekanan darah diastolik

akan stabil atau sedikit menurun.

4. Setiap menit jantung akan memompa lebih banyak darah dan

mengedarkan ke seluruh tubuh akibat dari denyut jantung lebih cepat

dan stroke volume jantung yang meningkat. Selama latihan, curah

jantung akan meningkat menjadi 20 liter atau lebih/menit,

dibandingkan pada saat istirahat 5 liter/menit.

5. Adanya perubahan pada aliran darah, sebanyak 85-90% dari darah

yang dikirimkan ke otot yang bekerja. Pada saat istirahat, hanya

sekitar 15-20% dari darah yang didistribusikan ke tulang dan otot.

6. Untuk mengoksidasi aliran darah yang meningkat, maka tubuh

membutuhkan oksigen sehingga akan bernapas lebih cepat dan lebih

dalam, sampai dengan 40-60 napas/menit. Oksigen merupakan

komponen yang paling penting dalam sistem penghasil energi pada

tubuh, sehingga kemampuan sistem kardiorespirasi untuk mengambil

dan mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh merupakan hal yang

paling penting untuk fungsi tubuh. Semua perubahan yang terjadi

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

40

selama melakukan latihan akan dikendalikan dan dikoordinasikan oleh

pusat-pusat khusus di otak, yang menggunakan sistem saraf serta

pembawa pesan kimia untuk mengontrol proses kardiorespirasi pada

saat latihan.

2.6.5 Pengertian, Teknik dasar dan pelaksanaan lari aerobik

Lari adalah gerakan tubuh dimana kedua kaki ada saat melayang di udara

(kedua telapak kaki lepas dari tanah) yang mana lari diartikan berbeda dengan

jalan yang selalu kontak dengan tanah. Lari adalah frekuensi langkah yang

dipercepat sehingga pada waktu berlari ada kecenderungan badan melayang.

Artinya pada waktu lari kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-kurangnya

satu kaki tetap menyentuh tanah.Jadi saat berjalan terdapat hanya 2 kondisi,

melangkah dan menapak. Sedangkan saat berlari terdapat 3 kondisi, yaitu

melangkah, melayang, menapak seperti pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Tahapan lari ( Adelssr, 1986)

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

41

Teknik lari dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan yang lebih dengan

efisiensi tenaga yang tinggi, juga untuk pencegahan cedera. Berikut adalah

langkah-langkah agar dapat berlari dengan cepat dan baik menurut Ihsan (2012):

1. Nafas

Teknik nafas sebenarnya lebih ke pola, yaitu perpaduan antara

dalamnya nafas dan ritmenya. Dalam nafas yang paling baik adalah

bernafas dalam-dalam walaupun sedikit lebih lama. Hal ini bertujuan

untuk memperbanyak persentasi volume udara yang masuk sampai

paru-paru dalam satu hembusan. Dibandingkan bernafas dengan

dangkal yang lebih singkat, cara ini masih lebih baik. Sementara

ritme nafas yang baik adalah mengikuti langkah kaki, sehingga

gerakan seluruh tubuh serasa harmonis. Umumnya, ritme pernafasan

yang cocok adalah 3 - 3 (menghirup selama 3 langkah kaki,

menghembus selama 3 langkah kaki).

2. Postur Tubuh

Bagaimana bentuk tubuh ketika berlari akan sangat menentukan

performa yang dapat dihasilkan. Postur tubuh yang baik akan

menghemat tenaga tubuh sehingga dapat berlari cepat tanpa

kelelahan dengan cepat. Posisi tubuh yang baik saat berlari dapat

dilihat pada Gambar 2.4.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

42

Gambar 2.4 Posisi tubuh saat berlari (Ihsan M, 2012)

3. Gerakan Tubuh

Hal terakhir namun tak kalah penting juga adalah gerakan

tubuh yang tepat. Gerakan juga akan menentukan berapa banyak

dorongan yang dapat dihasilkan untuk setiap tenaga yang

dihabiskan. Gerakan tubuh saat berlari yang baik memiliki

beberapa poin yaitu: pola langkah yang pendek dengan frekuensi 3

langkah per detik dan turnover yang tidak terlalu cepat sehingga

dapat menghasilkan dorongan yang cukup tanpa cepat melelahkan

kaki, menggunakan bagian tengah telapak kaki untuk menginjak

permukaan tanah agar betis tidak cepat lelah, dan ayunan tangan

untuk menyeimbangkan gerakan kaki.

Mengenai kecepatan gerakan tubuh saat berlari, Kuntaraf

(1992) mengatakan bila seseorang lari lebih cepat dari 9 menit

untuk jarak 1,6 km, maka dapat disebut berlari. Sedangkan jika

jarak tersebut ditempuh dalam waktu yang lebih lambat dari 9

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

43

menit, maka disebut jogging. Pengertian lain jogging adalah lari

yang lambat dan kontinyu (Soekarman, 1989).

2.6.6 Manfaat latihan aerobik dalam mengurangi keinginan merokok

Olahraga menjadi metode non farmakologi yang efektif dalam

mengurangi ketergantungan merokok saat periode abstinence (putus merokok)

sementara (Taylor et al., 2007; Ussher et al., 2008). Manfaat olahraga dalam

mengurangi ketergantungan merokok melalui beberapa mekanisme yang sudah

diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya. Studi yang dilakukan Rensburg et al

tahun 2009 dengan rata-rata usia sampel 30 tahun menggunakan pencitraan fMRI

untuk melihat perbedaan bagian otak yang teraktivasi pada saat kondisi pasif dan

setelah melakukan satu sesi latihan aerobik dengan periode smoking abstinence

selama 15 jam sebelum dilakukan penelitian.

Pada saat dilakukan scanning pada kelompok kontrol (tidak mendapat

perlakuan), terjadi peningkatan aktivitas yang signifikan pada area asosiasi

reward (caudate nucleus), area motivasi (orbitofrontal cortex), dan area visuo-

spatial (parietal lobe, parahippocampal, dan fusiform gyrus). Hasil ini

menunjukkan pengalaman yang dialami seseorang sebelumnya meningkatkan

keinginan dan emosional untuk kembali merokok. Post exercise scanning

menunjukkan terjadi hypo-activity (penurunan aktifitas) pada area-area tersebut.

Post exercise scanning juga mendapatkan hasil dimana terjadi penurunan aktivitas

pada area dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) saat area yang lain yaitu frontal

cortex (terutama broadmann area 10) dan anterior cingulate teraktivasi. Kedua

area ini mempunyai fungsi eksekutif yang kompleks dalam menganalisa dan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

44

memecahkan suatu masalah dan juga sebagai reward anticipation. Hasil

penemuan tersebut dapat dijelaskan melalui teori yang dikemukakan Dietrich

(2004) bahwa pada saat latihan aerobik terjadi „Transient Hypofrontality’yaitu

inhibisi pada regio otak tertentu yang fungsinya tidak berhubungan untuk

mengelola dan mengatur fisiologi homeostasis saat latihan, seperti inhibisi pada

area prefrontal cortex dan amygdala.

Aktivitas olahraga membutuhkan dukungan yang besar dari saraf sensoris,

motoris, dan autonom (Vissing et al., 1996) sehingga bagian PFC dan amygdala

yang dominan pada fungsi kognitif dan emosi terinhibisi. Studi yang dilakukan

Christensen et al (2000) menggunakan PET (Positron Emission Tomography)

mendapatkan hasil bagian otak yang aktif saat bersepeda antara lain: korteks

sensoris primer, korteks motoris primer dan area korteks motoris suplementer.

Teori transient hypofrontalityini juga didukung oleh beberapa studi yang

dilakukan menggunakan EEG (electroencephalogram). Pada pencitraan EEG,

terjadi peningkatan gelombang alpha dan tetha pada korteks frontalis setelah

berolahraga (Youngstedt et al., 1993; Petruzzello & Landers, 1994; Kubitz &

Pothakos, 1997; Nybo & Nielsen, 2001; Henning, 2008; Fahey et al., 2013).

Peningkatan gelombang alpha adalah sebagai indikator penurunan aktivitas otak

dan perubahan suasana hati, emosi dan kognitif berhubungan dengan keadaan

santai, nyaman dan rileks (Kubitz & Pothakos, 1997; Fahey et al., 2013).

Penelitian lain menyatakan aktivitas aerobik setelah periode 13 jam

abstinence dengan rentang usia sampel 16-65 tahun dan intensitas 40%-60%

denyut jantung maksimal dalam latihan menggunakan static bycicle terbukti

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id dua.pdf · Perokok dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap

45

mampu menurunkan keinginan merokok saat pertengahan waktu latihan, dan 5

menit setelah latihan (Daniel et al., 2007). Studi lain yang menggunakan periode

abstinent selama 2 jam dan rata-rata usia sampel 30 tahun dilakukan oleh Taylor

dan Katomeri (2007) dengan menggunakan latihan aerobik metode brisk walking

selama 15 menit dapat menurunkan keinginan merokok dan withdrawal

symptoms. Batas minimal periode abstinen selama 2 jam cukup untuk menilai

adanya peningkatan keinginan mendesak untuk merokok pada awal penilaian

(Carter & Tiffany, 1999; Schuh & Stitzer, 1995).

Penelitian lain yang dilakukan Scerbo et al (2010) membandingkan efek

dari intensitas yang berbeda dari latihan aerobik selama 15 menit dengan 3 jam

periode abstinen, dengan metode lari (80-85% heart rate maksimal) efektif dalam

menurunkan ketergantungan merokok pada 10 dan 20 menit setelah latihandan

juga terjadi penurunan level kortisol yang lebih signifikan 30 menit setelah

latihan. Rasa enak dan nyaman setelah olahraga yang ditandai dengan

peningkatan gelombang alpha dan tetha akan tercapai sehingga secara psikis

memberikan dampak positif bagi rasa tenang, nyaman, rileks dan stres yang

menurun. Respon positif ini melalui jalur HPA aksis yang akan merangsang

hipotalamus dan Locus Coerulus (LC). Hipotalamus akan menurunkan sekresi

Corticotropin Releasing Hormone (CRH) Adrenocorticotropic Hormone sehingga

ACTH menurun dan merangsang Pro-opimelanocortin (POMC) yang juga akan

menurunkan produksi ACTH dan menstimulasi produksi endorphin

(Valentino,2008)