Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
1. Pengertian Hak Kekayaan intelektual
Pengertian Hak Kekayaan Intelektual Dalam literatur hukum Anglo
Saxon dikenal istilah Intellectual Property Rights. Istilah hukum tersebut
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi dua macam istilah hukum:
Hak Milik Intelektual dan Hak Kekayaan Intelektual. Dalam penulisan ini
akan digunakan istilah Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut
HKI.
Kata "Intelektual" dalam HKI mencerminkan bahwa obyek
kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk
pemikiran manusia (the Creations of the Human Mind).22
HKI adalah hak eksklusif yang diberikan suatu peraturan kepada
seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. McKeough and
Stewart mendefinisikan HKI sebagai hak yang memberikan perlindungan
hukum atas hasil kreatifitas manusia yang memiliki manfaat ekonomi.
Semantara Lyle Glowka mendefinisikan HKI adalah hak hukum privat yang
memberikan penghargaan atas kontribusi manusia tidak berwujud yang
akan digunakan untuk memproduksi suatu teknologi yang bersifat khusus.23
22 Zakimath, Pengertian HAKI, dalam www.zakimath.web.ugm.ac.id, Diakses 11
November 2018, pukul 12.45 WIB.
23 Andrian Krisnawati dan Gazalba Sakeh, Perlindungan Hak Varietas Tanaman Baru
Dalam Prespektif Hak Paten dan Hak Pemuliaann Tanaman (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 14
22
HKI ini baru ada bila kemampuan intelektual manusia itu telah
membentuk sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dibaca, maupun digunakan
secara praktis. David I.Bainbridge mengatakan bahwa HKI ini merupakan
hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir
manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai
bentuk, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan
manusia, juga mempunyai nilai ekonomi. Bentuk nyata dari kemampuan
karya intelektual tersebut bisa di bidang teknologi, ilmu pengetahuan,
maupun seni dan sastra.24
2. Cabang-Cabang dan Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual
Secara umum Hak Kekayaan Intelektual dapat terbagi dalam dua
katogori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Sedangkan Hak
Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman.
Perjanjian TRIP’s tidak mendefinisikan kekayaan intelektual, namun
disebutkan bahwa kekayaan intelektual terdiri dari: 25
a. Hak cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta (seperti hak dari
seni pertunjukan, produser rekaman suara dan organisasi penyiaran)
b. Merek;
c. Indikasi Geografis;
d. Desain Industri;
24 Muhammad Djumahana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan
Pratkteknya di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.21
25 Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual (Bandung: Penerbit
Nuansa Aulia, 2010), hlm.12
23
e. Paten;
f. Desain Tata Sirkuit Terpadu;
g. Rahasia Dagang dan Data Mengenai Test (Test Data)
h. Varietas Tanaman Baru.
3. Sistem Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual adalah harta kekayaan yang tidak
berwujud yang bersumber dari intelektual seseorang, untuk itu doktrin
perlindungan hukum HKI diberlakukan secara efektif, hukum nasional
menyerapnya menjadi undang-undang yang berlaku dan mengikat setiap
orang, sehingga undang-undang mewajibkan pemilik HKI untuk
mendaftarkan haknya itu dan setiap hak yang terdaftar dibuktikan dengan
sertifikat pendaftaran.
Perlindungan hukum HKI merupakan suatu sistem yang terdiri atas
unsur-unsur sistem yaitu: subjek perlindungan, objek hukum perlindungan,
perbuatan hukum perlindungan, jangka waktu perlindungan, tindakan
hukum perlindungan. Upaya perlindungan hukum dalam HKI sebagai upaya
pengakuan terhadap suatu hak terdiri dari dua sistem yaitu : 26
a. Sistem Konstitutif
Dalam sistem konsitutif perlindungan hukum atas HKI dapat diakui
dan dilindungi oleh undang-undang jika telah didaftarkan. Sistem
Konstitutif ini mengharuskan adanya pendaftaran untuk mendapatkan
26 Abdulkadir, Muhammad, 2007, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan intelektual,
bandung, PT.Citra Aditya Bakti,hlm. 157
24
perlindungan hak, pada saat ini biasa dikenal dengan sebutan first to file
system. Pendaftaran adalah bentuk perlindungan hukum yang
menimbulkan kepastian hukum, untuk itu menurut system konstitutif
HKI seseorang hanya dapat diakui dan dilindungi oleh Undang-Undang
jika didaftarkan. Tidak mendaftarkan berarti tidak mendapat pengakuan
dan tidak ada perlindungan hukum.
b. Sistem Deklaratif
Sistem deklaratif tidak mengharuskan adanya pendaftaran HKI,
tetapi mengakui bahwa pendaftaran merupakan bentuk perlindungan
yang memiliki kepastian hukum. Sistem ini memberikan perlindungan
hukum pada pencipta/pemegang/pemakai pertama HKI, sehingga system
deklaratif sering disebut juga first to use system. Melalui sisitem ini tidak
diselidiki siapa sebenarnya pemilik asli yang bersangkutan, hanya
diperiksa apakah sudah lengkap permohonannya dan memastikan sudah
tidak ada pihak lain yang terlenih dahulu melakukan pendaftaran.27
4. Tempat Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual.
Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual dilakukan atas permohonan
yang diajukan oleh pemilikinya atau pemegang Hak Kekayaan Intelektual
atau kuasanya. Permohonan pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual diajukan
kepada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum
27 Ivan Fadjri, “ Penerapan Asas Kebaruan (novelty) dalam perlindungan hukum pemegang
hak desain industry dari tindakan similiaritas di Indonesia”, diponegoro Journal vol 5, nomor 3,
tahun 2016, hal 7
25
dan Hak Asasi Manusia, namun untuk permohonan hak Perlindungan
Varietas Tanaman diajukan kepada Kantor Perlindungan Varietas Tanaman.
B. TINJAUAN UMUM DESAIN INDUSTRI
1. Latar Belakang Desain Industri
Lahirnya Undang-undang Desain Industri di Indonesia dilatar
belakangi oleh adanya 2 (dua) alasan. Alasan pertama, terkait masalah
kewajiban Indonesia sebagai anggota WTO yang harus menyediakan
peraturan yang lebih baik tentang perlindungan Desain Industri. Kedua,
berhubungan dengan tekad pemerintah untuk memberikan perlindungan
yang efektif terhadap berbagai bentuk pelanggaran terhadap desain industri
seperti penjiplakan, pembajakan atau peniruan. Upaya perlindungan yang
lebih komprehensif tersebut diharapkan dapat menjadi faktor pendorong
untuk meningkatkan daya kreativitas para pendesain dan sebagai wahana
untuk melahirkan para pendesain yang produktif.28
Kebijakan ikut sertanya Indonesia sebagai anggota WTO sebagai
salah satu bukti keseriusan Pemerintah dalam mendukung sistem
perekonomian bebas/terbuka yang secara tidak langsung memacu
perusahaan-perusahaan untuk lebih meningkatkan daya saing. Ratifikasi
terhadap WTO (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
mencakup Agreement on Perjanjian Internasional terkait HKI dibidang hak
kekayaan intelektual (Persetujuan TRIP’s) melalui pengesahan Undang-
undang Nomor 7 Tahun l994. Kondisi tersebut telah mendukung ratifikasi
28 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah Kajian
Kontemporer, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), hlm. 225
26
Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Konvensi Paris)
dengan keputusan Presiden Nomor 15 Tahun l997 dan keikut sertaan
Indonesia dalam the Haque Agreement (London Act) concerning the
International Deposit of Industrial Designs. Prinsip pengaturannya adalah
pengakuan kepemilikan atas karya intelektual yang memberikan kesan
estetis dan dapat diproduksi secara berulang-ulang serta dapat menghasilkan
suatu barang dalam bentuk 2 (dua) atau 3 (tiga) dimensi.29
Selain itu Tujuan utama dari persetujuan TRIP’s-WTO yaitu
mengurangi penyimpangan dan rintangan menuju perdagangan
internasional serta perlindungan yang efektif terkait serta menjamin
langkah-langkah dan prosedur untuk menegakkan HKI. Salah satu
kewajiban dalam TRIP’s Agrement adalah Indonesia harus memiliki
peraturan dan ketentuan hukum yang dapat melindungi karya-karya di
bidang Desain Industri. Maka di Indonesia pengaturan mengenai
perlindungan Desain Industri diatur dalam UU No. 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri.30
Indonesia menyikapi dan mengambil suatu langkah cerdas. dengan
keberadaan nilai-nilai dan kulturnya masing-masing dalam upaya untuk bisa
menerapkan Undang-undang Desain Industri yang berpadigma kapitalis
bertolak belakang dengan paradigma yang telah berakar di Negara
Indonesia. Namun karena konsekwensi yuridis dan psikologis Indonesia
29 Ibid. hlm. 229
30 Prabowo, Eko Cahyo, Tesis,: “ budaya hukum desain industri pengrajin gerabah/ keramik
di pundong” (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2017), hal 25
27
telah menyepakati GATT (General Agreement on Tariff and Trade) dan
sepakat pula kerangka GATT/ WTO , dan diratifikasi melalui UU No. 7
Tahun l994, berharap besar Undang-undang Desain Industri tersebut dapat
diimplemetasikan dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya termasuk alih tehnologi, walaupun faktanya sampai kini
berbeda.31
2. Pengertian Desain Industri
Dalam pengertian hukum di Indonesia, yang tercantum dalam Pasal
1 Angka 1 Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri yang
menyatakan:
“Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga
dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau
kerajinan tangan.”
Pengertian Desain Industri yang diberikan UU Desain Industri tidak jauh
berbeda dengan pengertian yang disusun dalam Perundang-undangan
Negara lain. Sebagai contoh di Negara Swedia menyebut Undang-Undang
tentang desainnya dengan “The Swedish Design Protection Act” yang
memberikan definisi tentang Desain sebagai berikut: “The term Design
means the prototype embodying the appearence of an ornament”. Jepang
(1960) dalam Undang-Undang tentang Desainnya (Jepang menyebut
Undang-Undang tentang Industrial Design Law) memberikan definisi
31 Sukarmi, Desain Industri (Studi Perlindungan Hukum Berbasis Nilai Keadilan Sosial),
Genta Publishing, Yogyakarta, 2015, hlm. 98
28
Desain Industri sebagai berikut: “Desain adalah bentuk, pola atau warna
atau suatu kombinasi dari yang 3 ini dari suatu produk industri yang
memberikan kesan penglihatan aesthetis”. Negara Thailand (1979)
mengatakan desain di dalam Patent Act: “Design” means the shape of the
product or element of drawing or color, having special characteristics for
the product, which can be used as a form for industrial production including
manufacturing. Negara Taiwan (1949) mengatur desain di dalam Patents
Law: “Design” is a new creation of aesthetic value in respect of the shape,
pattern of color of an article, dan contoh pengaturan desain industry di
Negara lain yaitu pada Negara India (1970) menyebut Undang-undang
tentang desainnya dengan Design Act: “Design” means only the features of
shape, configuration, patterns, or ornament applied to any article by any
industrial process or means, whather manual, mechanical, or chemical
separetely or combined-which in the finished article appeal to and ae judged
solely by the eye.32
Dari pengertian Desain Industri dalam Undang-Undang desain
Industri, maka produk atau barangnya merupakan gabungan kreativitas dan
teknikal dalam proses perancangan produk industri dengan tujuan untuk
dapat dipakai oleh manusia atau pengguna serta sebagai hasil produksi dari
satu sistem manufaktur.33
32 Budai Santoso, Butir-Butir Berserakan tentang Hak Atas kekayaan Intelektual, Mandar
maju, Bandung, 2005, Hlm. 47-48
33 Muhamad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 113
29
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa sesuatu hal
dikatakan sebagai Desain Industri apabila mempunyai unsur-unsur:
a. Suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis, warna,
atau garis dan warna atau gabungan dari padanya berbentuk tiga
dimensi atau dua dimensi,
b. Memberikan kesan estetis,
c. Dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi,
d. Untuk menghasilkan suatu produk barang, komoditas industri atau
kerajinan tangan.”
3. Dasar Hukum Perlindungan Desain Industri
Desain Industri adalah cerminan atau wujud, tampilan dari kreasi
intelektual masyarakat yang diaplikasikan dalam produk industri.
Kepesertaan Indonesia dalam organisasi WTO merupakan hasrat bangsa
agar dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain sejajar dan ikut serta
mensukseskan era perdagangan global yang dihadapinya walaupun terasa
ketidaksiapan menghadapinya.34
Instrumen perlindungan Desain Industri di tingkat internasional
melingkup pada : Paris Convention, TRIP’s Agreement dan The Hague
Agreement Concerning the International Deposit of Industrial Design. Paris
Convention / Konvensi Paris telah diratifikasi oleh Indonesia melalui
Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 1979, kemudian dilakukan perubahan
34 Insan Budi Maulana, Pelangi HaKI san Anti Monopoli, Yogyakarta, PSH FH UII, 2000,
Hlm. 9
30
melalui Keputusan Presiden Nomor 15 tahun 1997 tentang pengesahan
Paris Convention for the Protection of Industrial Property dan Conventions
Establishing The World Intellectual Property Organization. Sesuai Paris
Convention, Desain Industri termasuk dalam lingkup Hak Milik Industri.35
Pada tingkat nasional beberapa mengatur juga tentang Desain
Industri. Bentuk pengaturan ada yang bersifat tersendiri ada juga yang
digabungkan dengan pengaturan Hak Kekayaan Intelektual yang lainnya,
semisal di Inggris Desain Industri di atur didalam ketentuan Copyrights,
Patent , Design Act.36
Di Indonesia pengaturan Desain Industri bersifat tersendiri.
Pengaturan Desain Industri saat ini tertuang di dalam ketentuan Undang-
Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Instrumen
perlindungan Desain Industri dapat dilakukan dengan dua model, yakni :
model preventif dan refresif. Perlindungan hukum preventif terhadap
Desain Industri diwujudkan dalam bentuk pendaftaran (first to file
principle). Perlindungan hukum terhadap Desain Industri diberikan sejak
diterimanya bukti tanggal pengajuan permohonan Desain Industri. Di
samping dengan pendaftaran perlindungan hukum prevemtif terhadap
Desain Industri ini dapat dilakukan dengan cara memberikan lisensi. Lisensi
dalam pemegang hak Desain Industri kepada pihak lain melalui suatu
35 Ni Ketut Supasti Dharmawan, Nyoman Mas Aryani, Jurnal Hukum : Keberadaan
Regulasi Desain Industri Berkaitan dengan Perlindungan Hukum Atas Karya Desain DI Bali, Hlm.
1
36 Budi agus Riswandfi, HKI untuk Industri kecil dan menengah, total media, Yogyakarta,
2008, Hlm. 52
31
perjanjian berdasarkan pada pemberian hak /bukan pengalihan hak untuk
meningkatkan manfaat ekonomi dan suatu Desain Industri yang diberikan
perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.37
Suatu Desain Industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak
lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak desain adalah pihak
yang untuk dan/atau dalam dinasnya Desain Industri itu dikerjakan, kecuali
ada perjanjian lain antara kedua belah pihak dengan tidak mengurangi hak
pendesain, apabila penggunaan desain itu diperluas sampai keluar hubungan
dinas. Jika suatu Desain Industri dibuat dalam hubungan kerja atau
berdasarkan pesanan, orang yang membuat Desain Industri itu dianggap
sebagai pendesain dan pemegang hak Desain Industri, kecuali jika
diperjanjikan lain antara kedua belah pihak. Pendesain berhak mendapatkan
imbalan yang diperoleh dari pemanfaatan secara komersial dari desain yang
dihasilkan. Dimulai dari nama pendesain mempunyai hak dicantumkan
dalam berita resmi Desain Industri.38
Sesuai dengan prinsip-prinsip hak kekayaan intelektual yang
bersifat eksklusif, maka perlindungan hukum ini melarang pihak lain untuk
melaksanakan atau melakukan tindakan lainnya yang mengambil manfaat
ekonomi dari suatu desain tanpa persetujuan pemegang hak atas desain
tersebut. Dengan adanya perlindungan tentang nilai ekonomi bisa
memberikan insentif finansial bagi para pendesain dan mereka yang
37 Prabowo, Eko Cahyo, Op.Cit, hal 24
38 Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri Di Indonesia (dalam Era
Perdagangan Bebas), PT. Grasindo, Jakarta, 2004, Hlm. 122
32
mempekerjakan para pendesain untuk menambahkan modal dan tenaga
mereka dalam penciptaan rancangan barang- baran ciptaan yang baru dan
menarik.
Hak pemegang Desain Industri selanjutnya yaitu pendesain dapat
mengajukan gugatan secara perdata dan/atau tuntutan secara pidana kepada
siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor, dan/mengedarkan barang yang diberi hak Desain
Industri. 39
Jika kita melihat kepada pengertian yang diberikan oleh ketentuan
Pasal 1 UU Desain Industri tidak berarti secara otomatis Desain Industri
yang dimaksudkan akan mendapatkan perlindungan hukum. Hal ini
mengingat konsep perlindungan Desain Industri yang dianut dalam UU
Desain Industri di Indonesia mengedepankan prinsip first to file principle,
artinya pihak yang mendaftarkan pertama kali, sudah dapat dipastikan akan
mendapatkan perlindungan hukum. Apabila mengacu kepada UU Desain
Industri tampak terlihat dibedakan antara Desain Industri yang dapat
diberikan perlindungan dengan Desain Industri yang tidak dapat diberikan
perlindungan. Bagi Desain Industri yang dapat diberikan perlindugan
tentunya harus memenuhi syarat sebagaimana dituangkan dalam ketentuan
Pasal 2 ayat (1), (2), (3), jo Pasal 3 UU Desain Industri. Berdasarkan pada
39 Sukarmi, Op.cit, Hlm. 142
33
ketentuan ini dapat dikemukakan bahwa Desain Industri yang dapat
diberikan perlindungan hukum adalah :40
a. Desain Industri yang baru
b. Desain Industri tidak sama pengungkapannya dengan Desain Industri
sebelumnya.
Desain Industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan,
Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada
sebelumnya. Pengungkapan sebelumnya, adalah pengungkapan Desain
Industri yang sebelum:41
a. Tanggal penerimaan; atau
b. Tanggal prioritas apabila pemohon diajukan dengan hak Prioritas, telah
diumumkan atau digunakan di Indonesia dan di Luar Indonesia.
Suatu Desain Industri tidak dianggap telah diumumkan apabila
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sebelum tanggal
penerimaan Desain Industri tersebut:
a. Telah dipertunjukan dalam suatu pameran nasional ataupun
Internasional di Indonesia atau di Luar Negeri yang resmi atau diakui
sebagai resmi, atau
b. Telah digunakan tujuan pendidikan, penelitian, atau pengembangan.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan Desain Industri yang tidak
mendapatkan perlindungan hukum, jika Desain Industri tersebut
40 Prabowo, Eko Cahyo, Op.Cit
41 OK. Saidin, Op.Cit, Hlm. 472
34
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan
ketertiban umum. Dalam kerangka ketertiban umum termasuk didalamnya
setiap yang bertentangan dengan moral publik, kesahatan jasmani dan
kesehatan mental masyarakat, keselamatan umum, kesejahteraan jasmani
dan rohani, tujuan atau cita umum serta hajat umum (publicuntility). Kriteria
lain dari ketertiban umum yaitu setiap hal yang bertentangan dengan
kesusilaan dan agama, juga hal yang bertentangan dengan keamanan dan
stabilitas negara.
Perlindungan diberikan selama jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
sejak tanggal penerimaan permintaan pendaftaran sedangkan dalam hal
perpanjangan pendaftaran desain yang telah habis masa berlakunya tidak
dapat dilakukan hal ini diatur dalam pasal 5 undang-Undang Nomor 31
Tahun 2000 Tentang desain Industri. Dalam kurun waktu tersebut pendesain
atau penerima hak dapat mengajukan gugatan perdata ataupun tuntutan
pidana kepada pihak lain yang dengan sengaja dan tanpa persetujuan
membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau
mengedarkan barang yang diberi Hak Desain Industri tersebut. Dengan
model pendaftaran maka perlindungan atas hak desain/desain memiliki
jangka waktu terbatas yang ditentukan oleh undang-undang, menurut Pasal
26 ayat (3) Perjanjian TRIP’s disebutkan “The duration of protection
available shall amount to at least 10 years” artinya bahwa jangka waktu
minimal perlindungan 10 tahun.
35
Asas atau prinsip kebaruan dalam Desain Industri ini berbeda
dengan prinsip orisinalitas yang dikenal dalam hak cipta. Pengertian baru
atau kebaruan ditetapkan dalam pendaftaran yang pertama kali diajukan dan
pada saaat diajukan tidak ada pihak lain yang membuktikan bahwa
pendaftaran tersebut tidak baru atau telah ada pengungkapan atau publikasi
sebelumnya, baik tertulis atau tidak tertulis. Sedangkan orisinil berarti suatu
yang langsung berasal/bersumber pada asal orang yang membuat atau yang
menciptakan atau yang langsung dikemukan oleh orang yang dapat
membuktikan sumber aslinya. 42
Setiap warga negara Indonesia berhak untuk mendapatkan
perlindungan dari pemerintah Indonesia, termasuk perlindungan terhadap
hak desain industri. Perlindungan terhadap hak desain industri baik
perlindungan hak ekonomi maupun hak moral apabila diberikan secara
memadai akan mempunyai korelasi yang erat dengan peningkatan kreasi
pendesaian yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi ekonomi yang
besar, baik untuk pendesain maupun untuk negara.
Bambang Kesowo dalam bukunya yang berjudul Perlindungan Hukum
Serta Langkah-Langkah pembinaan oleh pemerintah dalam Bidang Hak
Milik Intellektual menyatakan bahwa esensi objek pengaturan perlindungan
hukum di bidang desain adalah karya-karya berupa produk yang digunakan
untuk memproduksi barang secara berulang. Elemen terakhir inilah yang
sebenarnya memberi ciri dan bahkan menjadi kunci sebab apabila ciri ini
42 Andrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, jakarta, 2009, hlm. 141
36
hilang, konsepsi mengenai perlindungan hukumnya akan lebih tepat
dikualifikasikan secara hak cipta.43
Dalam konsepsi hukum mengenai HKI, perlindungan terhadap hak
tersebut ditentukan jangka waktu perlindungannya. Adapun tanggal mulai
dan berakhirnya jangka waktu perlindungan termaksud dalam konsepsi
pendaftaran HKI biasanya akan dicatat dalam daftar umum dan diumumkan
dalam berita resmi dari kantor yang membidangi pendaftaran HKI
termaksud.
Dalam ketentuan Desain Industri, perlindungan hukum dapat
mencakup perlindungan terhadap pemalsuan desain dan peniruan desain
dalam perdagangan. Untuk itu, mekanisme pendaftaran sangat diperlukan
untuk dapat memberikan suatu perlindungan hukum terhadap pendesain atas
desain yang telah diciptakannya atau kepada pemegang hak desain industri
atas desain yang dimilikinya. Perlindungan hukum atas desain industri, di
satu pihak merupakan suatu hak dari pendesain dan dapat merupakan suatu
alat untuk merangsang kreativitas pendesain yang pada akhirnya bertujuan
untuk meningkatkan pembangunan ekonomi suatu negara. Di pihak lain,
adanya perlindungan hukum terhadap desain industri akan berkaitan
langsung dengan perlindungan bagi masyarakat luas, dalam hal ini adalah
konsumen.
43 Bambang Kesowo, Perlindungan Hukum Serta Langkah-Langkah pembinaan oleh
pemerintah dalam Bidang Hak Milik Intellektual, Jakarta, 1990, hlm 7-8
37
Perlindungan hukum di bidang desain industri dapat meliputi
perlindungan atas pemalsuan dan perlindungan desain dalam perdagangan.
Pemalsuan/peniruan merupakan suatu tindak pidana yang sering sekali
terjadi dan menimbulkan kerugian yang amat besar bagi pendesain dan juga
berdampak langsung bagi konsumen.
Tindakan pemalsuan dapat dilihat secara perdata ataupun pidana.
Dari segi perdata, tindakan pemalsuan akan merugikan pendesain secara
mutlak apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi. Dengan adanya
pemalsuan, desain asli yang kualitasnya jauh lebih baik dan dipasarkan
dengan harga yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan desain palsu akan
mengalami penurunan drastis dalam pemasarannya sehingga menimbulkan
kerugian ekonomi yang sangat besar bagi pendesain atau pemegang hak
desain industri. Dilihat dari segi pidana, hak desain industri yang merupakan
hak milik yang mempunyai nilai ekonomis yang merupakan aset bagi
pemiliknya apa bila dipalsukan maka sama saja dengan tindakan pencurian
harta kepemilikan pendesain atau pemegang hak di satu sisi dan merupakan
tindakan penipuan yang dapat mengancam kepentingan konsumen.
4. Subyek Desain Industri
Sebagai suatu hak atas kekayaan intelektual, maka hak atas desain
industry suatu saat harus menjadi milik publik dan menjalankan fungsi
sosialnya. Oleh karena tenggang waktu perlindungan dibatasi. Dalam UU
No. 31 Tahun 2000 Desain Industri Indonesia perlindungan terhadap hak
atas desain industri hanya diberikan selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun
38
terhitung sejak tanggal penerimaan pendaftaran yang dimuat dalam Daftar
Umum Desain Industri yang diumumkan dalam Berita Resmi Desain
Industri Departemen Kehakiman RI.
Pihak yang dapat diberi hak untuk memperoleh hak atas desain
industry adalah:
(1) Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pendesain
(2) Dalam hal pendesain terdiri dari beberapa orang secara bersama, hak
desain industri diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika
diperjanjikan lain.
(3) Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak
lain dalam lingkungan pekerjaanya, pemegang hak desain industri
adalah pihak yang untuk dan/atau dalam dinasnya desain industri itu
dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak
mengurangi hak pendesain apabila penggunaan desain industri itu
diperluas ke luar hubungan dinas.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 berlaku pula bagi
desain industri yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan yang
berlaku dalam hubungan dinas.
(5) Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau
berdasarkan pesanan, orang yang membuat desain industri itu dianggap
sebagai pendesain dan pemegang hak desain industri, kecuali jika
diperjanjikan lain antara kedua pihak.
39
Ketentuan sebagaimana dimaksud tidak menghapus hak pendesain
untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat Desain Industri, Daftar
Umum Desain Industri, dan Berita Resmi Desain Industri.
5. Hak Desain Industri
Hak Desain Industri berdasarkan Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang
No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri adalah “hak eksklusif yang
diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil
kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
tersebut”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang No 31
Tahun 2000 tentang Desain Industri tersebut, dapat disimpulkan bahwa hak
atas Desain Industri adalah hak khusus pemilik desain terdaftar yang
diperoleh dari negara. Dengan kata lain, berarti diperolehnya hak
kepemilikan atas Desain Industri adalah sebagai konsekuensi telah
didaftarkannya Desain Industri tersebut pada kantor Desain, dalam hal ini
adalah Direktorat Jenderal HKI.
Hak Desain merupakan suatu hak eksklusif untuk memproduksi
ulang desain-desain dengan tujuan komersil, dengan membuat suatu benda
berdasarkan suatu desain atau membuat suatu dokumen desain yang
mencatat tentang desain yang akan dibuat bendanya.
Lebih jauh Pasal 4 Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang
Desain industri, yang menentukan bahwa hak desain industri tidak dapat
40
diberikan apabila desain industri tersebut bertentangan dengan perundang-
undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama dan kesusilaan.
Kemudian berdasarkan Pasal 11 Ayat (3) Undang-Undang No 31
Tahun 2000 tentang Desain Industri, permohonan untuk memperoleh hak
Desain Industri harus memuat: “
a. Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;
b. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain;
c. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaan pemohon;
d. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa;
e. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali,
dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas”.
Pasal 11 Ayat (4) Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri menentukan bahwa permohonan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 Ayat (3) Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang Desain
Industri harus dilampirkan dengan:“ a.Contoh fisik atau gambar atau foto
dan uraian dari desain industri yang dimohonkan pendaftarannya; b.Surat
kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa;
Pasal 11 Ayat (5) Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri juga menentukan, “bahwa dalam hal permohonan diajukan
secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemohon, permohonan tersebut
harus ditandatangani oleh salah satu pemohon dengan melampirkan
persetujuan tertulis dari pemohon lainnya”.
41
Dalam hal permohonan diajukan bukan oleh pendesain, Pasal 11
Ayat (6) Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
menentukan bahwa permohonan tersebut harus disertai pernyataan yang
dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhak atas desain
industri yang bersangkutan. Adapun yang dimaksudkan dengan tanggal
penerimaan menurut ketentuan Pasal 18 Undang-Undang No 31 Tahun
2000 tentang Desain Industri adalah “tanggal diterimanya permohonan
dengan syarat pemohon telah mengisi formulir permohonan, melampirkan
contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari desain industri yang
dimohonkan pendaftarannya serta membayar biaya permohonan ke
Direktorat Jenderal HKI”
6. Pendaftaran Desain Industri
Hak desain industri berasal dari pendaftaran dan hak eksklusif atas
suatu desain akan diperoleh karena pendaftaran tersebut. Pendaftaran adalah
mutlak untuk terjadinya suatu hak desain industri. Tanpa adanya
pendaftaran, tidak akan ada hak atas desain industri, juga tidak akan ada
perlindungan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem pendaftaran yang dianut
oleh Undang-Undang No 31 tahun 2000 tentang Desain Industri adalah
bersifat konstitutif. Hal tersebut diatur secara tegas dalam Pasal 12 Undang-
Undang No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri yang menyatakan:
“bahwa pihak yang untuk pertama kali mengajukan permohonan dianggap
sebagai pemegang hak desain industri, kecuali jika terbukti sebaliknya”.
42
Lembaga pendaftaran dalam kerangka perlindungan hukum di
bidang Desain Industri sifatnya hanyalah sebagai fasilitatif dalam arti negara
bertindak menyediakan dan akan melayani bila ada pendesain atau
pemegang hak desain yang ingin mendaftarkan desainnya. Untuk itu,
pendesain memerlukan lembaga pendaftaran untuk mendapatkan bukti awal
dari kepemilikan haknya.
Ketentuan yang harus dipenuhi agar suatu desain dapat didaftarkan
meliputi hal-hal sebagai berikut:44
1. Novelty (new or original). Kebaruan, sifatnya hampir sama dengan hak
paten, yaitu bukan salinan, bukan perluasan dari yang sudah ada. Desain
mungkin baru dalam pengertian yang mutlak dalam bentuk atau polanya
yang belum pernah terlihat sebelumnya, tetapi juga mungkin baru dalam
pengertian yang terbatas, yaitu dalam hal bentuk atau pola yang sudah
dikenal, hanya saja berbeda penggunaan dan pemanfaatannya dari
maksud yang telah diketahui sebelumnya. Desain juga bisa disebut baru
karena adanya perbedaan-perbedaan, tetapi secara pengertian yang
terbatas hal itu menunjukan hal yang tidak atau kurang baru.
2. Mempunyai nilai praktis dan dapat diterapkan/ diproduksi dalam industri
(industrial applicability).
3. Tidak termasuk dalam daftar pengecualian untuk mendapatkan hak
desain. Di antara beberapa syarat yang melarang pendaftaran desain
adalah bila desain yang didaftarkan itu memepunyai persamaan pada
44 Ibid. hlm.213-214
43
pokoknya, atau keseluruhan dengan desain milik orang lain yang sudah
terdaftar lebih dahulu untuk barang sejenis selain itu juga apabila desain
tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban
umum serta kesusilaan.45
C. Tinjauan Umum Hak Cipta
1. Prinsip-Prinsip Dasar Perlindungan Hukum Hak Cipta
Pengakuan lahirnya hak atas hak cipta adalah sejak suatu gagasan itu
dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk yang nyata (tangible form).
Pengakuan lahirnya hak atas hak cipta tersebut tidak diperlukan suatu
formalitas atau bukti tertentu, berbeda dengan hak-hak dari pada hak atas
kekayaan intelektual lainnya, seperti paten, merek, desain industri, dan desain
tata letak sirkuit terpadu. Timbulnya atau lahirnya hak tersebut diperlukan
suatu formalitas tertentu yaitu dengan terlebih dahulu mengajukan
permohonan pemberian hak. Sedangkan hak cipta secara otomatis lahir sejak
ciptaan itu diciptakan atau diwujudkan dalam bentuk nyata.46
Di samping prinsip deklaratif tersebut, di dalam perlindungan hak cipta
dikenal juga prinsip atas asas orisinalitas/ keaslian. Asas orisinalitas ini
merupakan suatu syarat adanya perlindungan hukum di bidang hak cipta.
Orisinalitas ini tidak bisa dilakukan seperti halnya novelty (kebaruan) yang
ada dalam desain industri, karena prinsip orisinalitas adalah tidak meniru
ciptaan lain, jadi hanya dapat dibuktikan dengan suatu pembuktian oleh
penciptanya.47
45 Ibid.
46 Bandingkan dengan Mckeough Stewart, Intellectual Property in Australia 2nd
edition, Butterworth, hal. 125.
47 Agnes Vira Ardian, Op.Cit, hlm.44.
44
Pada permulaan abad ke-18 Hak Cipta tidak diakui sebagai hak
tersendiri. Hak cipta melekat erat dengan objek materiil yang didalamnya
ciptaan tersebut terbentuk. Sehingga apabila dicontohkan pada suatu
perjanjian kerja, atas suatu Hak Cipta otomatis akan beralih haknya ketika
suatu barang diserahkan dari tangan yang mengerjakan kepada pemberi
kerja.48
Istilah “hak” berasal dari bahasa Arab. Hak berarti milik atau kepunyaan.
Milik adalah penguasaan terhadap sesuatu, yang penguasaannya dapat
melakukan sendiri tindakan-tindakan terhadap sesuatu yang dikuasainya itu
dan dapat menikmati manfaatnya. Dalam bahasa Belanda dikenal istilah
Auters Rechts yang berarti hak pengarang. Kemudian istilah hak pengarang
itu diganti dengan istilah hak cipta, dan pertama kali istilah hak cipta itu
disampaikan oleh Sutan Mohammad Syah dalam Kongres Kebudayaan di
Bandung pada tahun 1951.49
Menurut bahasa Indonesia, istilah hak cipta berarti hak seseorang sebagai
miliknya atas hasil penemuannya yang berupa tulisan, lukisan dan sebagainya
yang dilindungi oleh undang-undang. Dalam bahasa Inggris disebut Copy
Right yang berarti hak cipta. Adapun pengertian secara yuridis menurut Pasal
1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
berbunyi :50
48 Geller, Paul Edward, Copy Right History and The Future : What Culture To Do
With It. Journal Copyright Society, USA, hal. 210-215.
49 Sudargo Gautama, Segi-segi Hukum Hak Milik Intelektual, Op. Cit. hal. 5-6.
50 Undang-Undang No: 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
45
Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Kemudian dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, dalam Pasal 1 yang dimaksud dengan :51 “Hak Cipta adalah hak
eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan
kemampuan pikiran, imajinasi, kecakapan, keterampilan, atau keahlian yang
dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Ciptaan adalah
hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan
ilmu pengetahuan, seni atau sastra.
2. Hak yang Melekat
Konsep dasar lahirnya hak cipta akan memberikan perlindungan hukum
terhadap suatu karya cipta yang memiliki bentuk yang khas dan menunjukkan
keaslian sebagai ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreatifitasnya
yang bersifat pribadi.52
51 Ibid.
52 Sudargo Gautama, Segi-segi Hukum Hak Milik Intelektual, (Bandung : PT Eresco, 1995,
Cetakan kedua), hal. 10.
46
Sifat pribadi yang terkandung di dalam hak cipta melahirkan konsepsi
hak moral bagi si pencipta atau ahli warisnya. Hak moral tersebut dianggap
sebagai hak pribadi yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk mencegah
terjadinya penyimpangan atas karya ciptanya dan untuk mendapatkan
penghormatan atau penghargaan atas karyanya tersebut. Hak moral tersebut
merupakan perwujudan dari hubungan yang terus berlangsung antara si
pencipta dengan hasil karya ciptanya walaupun si penciptanya telah
kehilangan atau telah memindahkan hak ciptanya kepada orang lain, sehingga
apabila pemegang hak menghilangkan nama pencipta, maka pencipta atau
ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya
nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya.
Disamping itu juga pemegang hak cipta tidak diperbolehkan mengadakan
perubahan suatu ciptaan kecuali dengan pesetujuan pencipta atau ahli
warisnya dan apabila pencipta telah menyerahkan hak ciptanya kepada orang
lain, maka selama penciptanya masih hidup diperlukan persetujuannya untuk
mengadakan perubahan, tetapi apabila penciptanya telah meninggal dunia
diperlukan ijin dari ahli warisnya. Dengan demikian sekalipun hak moral itu
sudah diserahkan baik seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain, namun
penciptanya atau ahli warisnya tetap mempunyai hak untuk menggugat
seseorang yang tanpa persetujuannya :53 “a. Meniadakan nama pencipta yang
53 Walter Simanjutak, Perlindungan Hak Cipta di Indonesia, Direktorat Hak Cipta, Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Desain Industr.
47
tercantum;”a. Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya;
b.Mengganti atau mengubah judul ciptaan; dan c.Mengubah isi ciptaan.’
Dua hak moral utama yang terdapat dalam UU No. 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta adalah :54” pertama, Hak untuk memperoleh pengakuan,
yaitu : hak pencipta untuk memperoleh pengakuan publik sebagai pencipta
suatu karya guna mencegah pihak lain mengklaim karya tersebut sebagai hasil
kerja mereka, atau untuk mencegah pihak lain memberikan pengakuan
pengarang karya tersebut kepada pihak lain tanpa seijin pencipta; dan kedua
Hak Integritas, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas perubahan yang
dilakukan terhadap suatu karya tanpa sepengetahuan si Pencipta.
Terhadap hak moral ini, walaupun hak ciptanya/ hak ekonominya telah
diserahkan seluruhnya atau sebagian, pencipta tetap berwenang menjalankan
suatu tuntutan hukum untuk mendapatkan ganti kerugian terhadap seseorang
yang melanggar hak moral pencipta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal
1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa tiap
perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seseorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.
Dengan hak moral, pencipta dari suatu karya cipta memiliki hak untuk:
a. Dicantumkan nama atau nama samarannya di dalam ciptaannya ataupun
salinannya dalam hubungan dengan penggunaan secara umum;
54 Indonesia Australia Specialised Training Project (IASTP) Project Phase II, Reading
Material Short Course in Intellectual Property Right, conducted by Asian Law Group Pty Ltd.,
2000, hal. 66.
48
b. Mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi, atau bentuk perubahan
lainnya yang meliputi pemutarbalikan, pemotongan, perusakan,
penggantian yang berhubungan dengan karya cipta yang pada akhirnya
akan merusak apresiasi dan reputasi pencipta. Disamping itu tidak
satupun dari hak-hak tersebut dapat dipindahkan selama penciptanya
masih hidup, kecuali atas wasiat pencipta berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Disamping hak moral tersebut, hak cipta juga berhubungan dengan
kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi (Economic Rights). Adanya
kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi di dalam hak cipta tersebut,
merupakan suatu perwujudan dari sifat hak cipta itu sendiri, yaitu bahwa
ciptaan-ciptaan yang merupakan produk olah pikir manusia itu mempunyai
nilai, karena ciptaan-ciptaan tersebut merupakan suatu bentuk kekayaan,
walaupun bentuknya tidak berwujud (intangible).
3. Ciptaan-Ciptaan Yang Dilindungi Hak Cipta
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta pada pasal 40
dikatakan ciptaan yang dilindungi adalah:55
1. Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
55 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
49
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,
ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r. Permainan video; dan
50
s. Program Komputer.
2. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat l dilindungi sebagai ciptaan
tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, termasuk
perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan
Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang
memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.
Menurut L. J. Taylor56 yang dilindungi hak cipta adalah ekspresi dari
sebuah ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri. Dengan demikian yang
dilindungi adalah bentuk nyata dari sebuah ciptaan dan bukan yang masih
merupakan sebuah gagasan atau ide. Bentuk nyata ciptaan tersebut bisa
berwujud khas dalam bidang kesusastraan, seni maupun ilmu pengetahuan.
Dua persyaratan pokok untuk mendapatkan perlindungan hak cipta,
yaitu unsur keaslian dan kreativitas dari suatu karya cipta. Bahwa suatu karya
cipta adalah hasil dari kreativitas penciptanya itu sendiri dan bukan tiruan
serta tidak harus baru atau unik, namun harus menunjukkan keaslian sebagai
suatu ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreativitas yang bersifat
pribadi.57
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 dalam Penjelasannya
menyatakan bahwa :
“Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena
karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan
56Menurut L.J.Taylor dikutip dalam Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Opcit,
1993, hal. 56.
57 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual (Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia), (Bandung : PT. Alumni, 2003), hal. 122.
51
menunjukkan keaslian sebagai Ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan,
kreativitas, atau keahlian sehingga Ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau
didengar.”
Hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi
pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak
tersebut tanpa izin pemegangnya. Dalam pengertian “mengumumkan atau
memperbanyak”, termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi,
mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan,
mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan,
merekam, dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana
apapun.
Sifat hak cipta ditegaskan dalam Pasal 16 UU No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta, yaitu :
(1) Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak tidak berwujud.
(2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian
karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau Sebab-sebab lain
yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pendaftaran hak cipta dibawah UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
menganut sistem negatif deklaratif. Pendaftaran ciptaan tidak mengandung
arti sebagai pengesahan atas isi, arti, atau bentuk dari ciptaan yang
didaftarkan. Pendaftaran ciptaan bukanlah suatu kewajiban karena hak cipta
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan.
Pendaftaran ciptaan dapat dilakukan atas permohonan yang diajukan oleh
pencipta atau pemegang hak cipta atau kuasa, yang diajukan kepada
52
Direktorat Jenderal HKI disertai dengan biaya pendaftaran, dan contoh
ciptaan atau penggantinya.
Pada sistem deklaratif, pendaftaran bukan merupakan suatu keharusan.
Pendaftaran hanya untuk pembuktian, bahwa pendaftaran itu bukan untuk
menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan
hukum (rechtsvermoeden) atau presumption iuris yaitu bahwa pihak yang
haknya terdaftar adalah pihak yang berhak atas hak tersebut dan sebagai
pemakai pertama atas hak yang didaftarkan.58
D. TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM
1. Teori Perlindungan Hukum
Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo awal
mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori
hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato,
Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran
hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang
bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh
dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral
adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan
manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.59
Fitzgerald menjelaskan teori pelindungan hukum Salmond bahwa
hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai
58 Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 332
59 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000) hlm.53.
53
kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,
perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan
cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum
adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki
otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur
dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni
perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan
hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan
kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara
anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah
yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.60
Perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tempat berlindung, hal atau perbuatan melindungi, menjaga.61 Hukum
menurut Sudikno Mertokusumo adalah sebagai kumpulan peraturan-
peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan
peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama,
yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum
sebagai kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai isi yang bersifat umum
dan normatif, umum karna berlaku bagi setiap orang dan normatif karena
menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh
60 Ibid hal. 54
61Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai
Pustaka, 1989), hlm. 526.
54
dilakukan atau harus dilakukan serta bagaimana cara melaksanakan
kepatuhan kepada kaedah-kaedah.62
Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain
dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan
untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan
fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Hukum dibutuhkan untuk
mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk
memperoleh keadilan sosial.63
Perlindungan hukum bila dijelaskan harfiah dapat menimbulkan
banyak persepsi. Sebelum mengurai perlindungan hukum dalam makna
yang sebenarnya dalam ilmu hukum, menarik pula untuk mengurai sedikit
mengenai pengertian- pengertian yang dapat timbul dari penggunaan istilah
perlindungan hukum, yakni Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan
yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak
cederai oleh aparat penegak hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang
diberikan oleh hukum terhadap sesuatu. 64
Perlindungan hukum juga dapat menimbulkan pertanyaan yang
kemudian meragukan keberadaan hukum. Hukum harus memberikan
perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena
62 Sucipto Raharjo, Op.cit hal 45
63 Ibid, hal 55
64 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009. hlm. 38
55
setiap orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Aparat
penegak hukum wajib menegakkan hukum dan dengan berfungsinya aturan
hukum, maka secara tidak langsung pula hukum akan memberikan
perlindungan pada tiap hubungan hukum atau segala aspek dalam
kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum.65
Teori perlindungan hukum dari Satjipto Raharjo, memberikan
pengayoman terhadap masyarakat agar dapat menikmati semua hak yang
sesuai hukum. Demikian juga Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra, ingin
mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel
tetapi juga prediktif dan antisipatif. Diperkuat pula oleh Sunaryati Hartono,
bahwa hukum dibutuhkan dan diperuntukkan bagi mereka yang lemah dan
belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan
social. Upaya untuk mendapatkan perlindungan hukum yang diinginkan
oleh manusia adalah terwujudnya ketertiban dan keteraturan antara nilai
dasar dari hukum yakni adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta
keadilan hukum, meski pada umumnya yang sering terjadi dalam praktek
ketiga nilai-nilai dasar tersebut sering bersitegang, tetapi harus diupayakan
ketiga nilai dasar tersebut bersamaan.66
Berbeda Hadjon ada dua macam perlindungan hukum bagi rakyat
yaitu perlindungan hukum preventif dan represif. Prinsip perlindungan
hukum bagi rakyat Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan
65 Sucipto, raharjo, Op.Cit, hal 46
66 Ibid.
56
terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan
prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila.67
2. Bentuk Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan
seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk
bertindak dalam kepentingannya tersebut. Selanjutnya dikemukakan pula
bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah
memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Oleh karena
itu, perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan
dalam bentuk adanya kepastian hukum.68
Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan suatu hal yang
melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam
peraturan perundangundangan dengan maksud untuk mencegah suatu
pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam
melakukan sutu kewajiban.
67 Phillipus M. Hadjon, “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia”, (Surabaya: PT.
Bina Ilmu, 1987), hlm. 2 . 68 Soetjipto Rahardjo, Permasalahan Hukum di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1983),
hlm. 121.
57
b. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa
sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan
apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.69
Salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah
memberikan perlindungan atau pengayoman kepada masyarakat. Oleh
karena itu, perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus
diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.70 Sehingga dalam
penulisan ini, perlindungan hukum diberi batasan sebagai suatu upaya yang
dilakukan di bidang hukum dengan maksud dan tujuan memberikan jaminan
perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual hasil karya cipta khususnya
di bidang desain industri dan Hak cipta.
Perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) khususnya pada bidang
Desain Industri pada dasarnya mempunyai pengaturan tersendiri. Urgensi
dari perlindungan Desain Industri adalah bahwa seluruh hasil karya
intelektual akan dapat dilindungi. Arti kata dilindungi disini akan
berkorelasi pada tiga tujuan hukum, yakni; Pertama, kepastian hukum
artinya dengan dilindunginya HKI akan sangat jelas siapa sesungguhnya
pemilik atas hasil karya intelektual (HKI); Kedua, kemanfaatan, mengadung
arti bahwa dengan HKI dilindungi maka akan ada manfaat yang akan
diperoleh terutama bagi pihak yang melakukan perlindungan itu sendiri,
69 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia, ( Surakarta ;
Megister ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas sebelas Maret, 2003 ), hal 14 70 Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum dalam Konteks Ke-Indonesia-an, Disertasi,
(Bandung: Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Katholik Parahyangan, 2004), hal. 112.
58
semisal; dapat memberikan lisensi bagi pihak yang memegang hak atas HKI
dengan manfaat berupa pembayaran royalti (royalty payment); dan Ketiga,
keadilan, adalah dapat memberikan kesejahteraan bagi pihak pemegang
khususnya dalam wujud peningkatan pendapatan dan bagi negara dapat
menaikan devisa negara.71
Perlindungan hukum terhadap hasil karya intelektual yang dituangkan
dalam sebuah karya Desain industri, negara memberikan perlindungan
secara eksklusif melalui Undang-undang Desain Industri yaitu Undang-
undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dan Undang-Undang
nomor 28 Tahun2014 tentang hak Cipta. 72
71 Sudikno Mertokusumo, dan A.Pitlo, .Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. (Yogyakarta:
Citra Aditya Bakti. 1993) hal 16. 72 Ibid.