Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Penyakit Batu Empedu
1. Pengertian
Kolelitiasis atau koledokolitiasismerupakan adanya batu di
kandung empedu, atau pada saluran kandung empeduyang komposisi
utamanya adalah kolesterol, menurut gambaran makroskopis dan
komposisi kimianya batu empedu digolongkan menjadi 3 yaitu : batu
kolesterol, batu kalsium bilirubin (pigmen coklat), batu pigmen hitam.
(Wiliams,2003).
Menurut Syaifudin (2012) kandung empedu merupakan sebuah
kantong berbentuk pir yang terletak pada permukaan viseral. Kandung
empedu diliputi oleh peritoneum kecuali bagian yang melekat pada
hepar, terletak pada permukaan bawah hati di antara lobus dekstra dan
lobus quadrates hati.
Batu empedu adalah salah satu masalah kesehatan yang terjadi tanpa
gejala. Hampir 50% penderita batu empedu tidak merasakan gejala apa-
apa, 30% merasakan gejala nyeri dan 20% berkembag menjadi
komplikasi. Sebagian penderita batu empedu, didiagnosa menderita maag
dikarenakan rasa nyeri pada ulu hati, padahal secara anatomi empedu
terletak pada perut sebelah kanan atas.(Jurnalkeluargasehatsejahtera
vol.13 (26) des.2015).
5
2. Etiologi
Penyebab pasti dari kolelitiasis atau batu empedu belum diketahui, satu
teori meyatakan bahwa kolestreol dapat menyebabkan supersaturasi
empedu di kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah
mengalami supersaturasi menjadi mengkristal dan memulai membentuk
batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun
oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi
dengan kalsium.(Wiliam, 2003).
3. Patofisiologis
a. Batu pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalisium dan salah satu dari
keempat aniom ini terdiri dari Bilirubinat, Karbonat, fosfat dan Asam
lemak. Pigmen ( Bilirubin) dalam kondisi normal akan terkonjugasi
dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim
glokuroniltranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena
kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang
akan meyebabkan presipitase atau pengendapan dari bilirubin tersebut.
Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air
tetapi larut dalam lemak. Sehingga lama kelamaan terjadi
pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang menyebabkan batu
empedu tapi jarang terjadi.
b. Batu Kolesterol
Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan
pengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut
6
dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu
dan lesitin (Fosflipid). ( Rudi Haryono, 2012).
4. Tanda dan gejala batu empedu
Pembentukan batu empedu berlangsung lama, 10-15tahun. Batu
empedu bersifat bisu atau silent stone, sering tanpa keluhan dan gejala
nyata. Bergantung pada ukuran dan jumlah batu empedu yang terbentuk
serta lokasinya, keparahan gejala dapat beragam.
Gejala- gejala ini mencangkup :
a. Nyeri berat dibagian perut atas.
b. Sakit kuning ( terjadi ketika penyubatan dalam waktu lama)
c. Demam ( jika timbul komplikasi)
d. Muntah dan mual.
Dalam kebanyakan kasus batu empedu tidak menimbulkan gejala.
Bila menimbulkan gejala, biasanya karena batu empedu menyumbat
saluran empedu sehingga menimbulkan apa yang disebut kolik biler/kolik
empedu. Dalam kondisi tersebut, akan dirasakan nyeri hebat diperut
bagian atas kanan, yang mungkin menyebar hingga ketulang belikat, bahu
dan dada. Rasa sakit biasanya disertai mual dan muntah. Gejala kolik
bilier pada beberapa kasus dimana operasi tidak dapat dilakukan atau
berisiko, obat berbasis asam empedu mungkin diberikan untuk
mengencerkan batu empedu yang terbuat dari kolesterol. Namun, obat
tersebut hanya efektif untuk batu berukuran kecil dan tidak mencegah
pembentukan batu empedu bila pengobatan dihentikan. ( Dalam buku
penyakit dalam, jilid 1. 2007)
7
5. Manifestasi Klinis
a. Sebagian bersifat asimtomatik
b. Nyeri tekan kuadran kanan atas atau midepigastrik samar yang
menjalar ke punggung atau region bahu kanan
c. Sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persistem
d. Mual dan muntah
e. Demam
f. Ikterus obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi
dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning,
keadaaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit.
g. Perubahan warna urin dan feses.
h. Defisiasi vitamin obstruksi aliran empedu juga akan menggangu absorsi
vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. (Dalam buku penyakit
dalam, jilid 1. 2007).
6. Pengobatan
Selain untuk memerangi rasa nyeri obat-obatan juga dapat
digunakan untuk memecah batu empedu. Pengobatan memerlukan
setidaknya 6-12 bulan untuk meluruhkan batu pada 40-80% kasus.
Penggunaan obat direkomendasikan bila gejala ringan dan batu-batunya
kecil atau operasi dinilai terlalu berisiko.
a. Pengobatan Medis
8
Obat-obatan jarang diberikan untuk mengobati batu empedu.
Pada beberapa kasus dimana operasi tidak dapat dilakukan atau
berisiko, obat berbasis asam empedu mungkin diberikan untuk
mengencerkan batu empedu yang terbuat dari kolesterol. Namun, obat
tersebut hanya efektif untuk batu berukuran kecil dan tidak mencegah
pembentukan batu empedu bila pengobatan dihentikan.
b. Pengobatan Herbal
Beberapa ahli herbal menyarankan konsumsi 20 ml minyak
zaitun yang dicampur dengan air lemon setengah butir dua kali sehari
untuk menghilangkan batu emepdu.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang menurut ( NANDA NIC-NOC 2015)
1). Pemeriksaan Laboratorium
2). Pemeriksaan Radiolgi
3). USG. Kolesistografi oral, ERC
4). Foto polos abdomen
b. Pemeriksaan penunjang menurut ( Brunner dan Suddrats, 2014)
1). Kolesistogram, kolangiogram arterografi aksis seliak
2). Laparoskopi
3). Ultrasnografi EUS
4). Pemindai CT heliks dan MRI ERCP
5). Fosfase alkalin serum gamma-glutamil ( GGT) gamma-glutamil
Transpeptudase ( GGTP), LDH.
6). Kadar kolesterol
9
B. Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus Batu Empedu
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Pengkajian data pada klien batu empedu menurut Lusinah dan Suratun
(2010) adalah
1). Sirkulasi
Takikardi, diaporesis, lighteadedness
2). Makanan/Cairan
a). Anoreksia, mual/muntah intoleransi terhadap lemak dan
makanan pemebentukan gas dari makanan, rasa terbakar pada
epigastrik.
b). Obesitas, penurunan berat badan, bising usus normal atau
penurunan.
3). Respirasi
Meningkatkan Respiratory rate, nafas pendek dan dangkal.
4). Keamanan
Demam ringan, deman tinggi dan mengigil ( Komplikasi Septic),
jaundice kulit kering dan gatal, tendensi perdarahan ( Defisiensi
vitamin K)
5). Nyeri/ketidaknyamanan
a). Nyeri epigastrik berat dan abdmen bagian tas, nyeri menyebar
kebahu kanan dada, nyeri bertambah berat nyeri kadang
malam hari dan berlangsung selama 30 menit, meninggkat
dengan pergerakan, nyeri sehabis makan terutama makanan
10
berlemak.
b). Terdapat pantulan ketegangan atau kekakuan abdomen ketika
kuadran kanan atas abdomen dipalpasi, murphy’s positif.
6). Penyuluhan/ pembelajaran
Kecenderungan terjadinya batu, Riwayat DM, kecenderungan
dalam keluarga untuk terjadinya batu empedu dan diskrasia darah.
7). Aktivitas/ istirahat
Klien mengeluh lemah dan tampak kelelahan.
8). Eliminasi
a). Perubahan warna urin dan feses
b). Distensi abdomen, massa terpalpasi di kuadran kanan atas urin
gelap, stool puat, steatorrhea.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut (NANDA 2015) Diagnosa Keperawatan yang dapat ditemukan
pada penderita batu empedu adalah sebagai berikut :
a. Nyeri Akut
b. Ganguan mobilitas fisik
c. Kurang pengetahuan
d. Resiko kekurangan volume cairan
3. Rencana Keperawatan
Menurut (Achjar,2012:22) Perencanaan diawali dengan
merumuskan tujuan yang akan dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada. Rencana keperawatan adalah acuan tertulis
yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatn yang direncanakan dapat
11
mengatasi diagnosa keperawatan sehingga klien dapat terpenuhi
kebutuhan dasarnya. Sifat intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
perawat, yaitu bersifat bantuan, bersifat higenis, bersifat rehabilitatif,
bersifat suportif, bersifat preventif, bersifat observasi dan memberikan
informasi yang akurat dan memuaskan tentang pengobatan.
Tabel 1.2 Rencana Tindakan Keperawatan
No. Dx. Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 2 3 4 1.
Nyeri Akut
1. Kontrol Nyeri kode : 1605 (hal.247)
kriteria Hasil : a. Mengenali kapan
nyeri terjadi b. Menggambarkan
faktor penyebab nyeri c. Menggunakan teknik
pengurangan nyeri tanpa analgesik
2. Tingkat Nyeri Kode : 2102 (hal.557)
a. Mengerang dan menagis
b. Ekspresi wajah terhadap Nyeri
1. Manajemen Nyeri
kode:1400(hal.198) a. Lakukan
pengkajian nyeri secara komrehensif yang meliputi : lokasi, karakteristik,dur-si, beratnya nyeri serta factor pecentus.
b. Kendalikan faktor lingkungan yang DapatMempengaruhi respon pasien terhadap nyeri (misalnya, suhu ruangan)
c. Kurangi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri ( seperti: kelelahan)
d. Ajarkan teknik non farmakologi (seperti teknik relaksasi nafas dalam, komperes
12
1 2 3 4 hangat pada daerah
yang nyeri, serta ajarkan teknik komplementer sepereti penggunaan minyak zaitun dan air lemon.
2.
Ganguan mobilitas fisik
1. Pergerakan kode :0208 (hal.452) Kriteria hasil :
a. Meningkatanya keseimbagan
b. Menggerakan otot c. Dapat bergerak
dengan mudah
1. Peningkatan Mekanika
Tubuh kode: 0146(hal.341) a. Edukasi pasien
tentang pentingnya postur ( tubuh) yang benar untuk mencegah kelelahan, ketegangan atau injuri.
b. Intruksikan untuk menghidari tidur dengan posisi telungkup
c. Intruksikan pasien untuk menggerakan kaki terlebih dahulu.berjalan dari kemudian badan ketika memuali posisi berdiri.
d. Batu pasien latihan fleksi untuk memfasilitasi mobilisasi punggung, sesuai indikasi.
3.
Risiko defisit nutrisi
1. Status Nutrisi kode : 1004 (hal.551) Kriteria Hasil :
a. Asupan gizi seimbang
b. Asupan makanan tidak menyimpang dari rentan normal (sesuai porsi yang
disediakan).
1. Manajemen nutrisi
kode : 1100 (hal.319) a. Tentukan status
gizi klien dan kemampuan memenuhi kebutuhan gizi
13
1 2 3 4
2. Nafsu makan kode : 1014 (hal.319) Kriteria hasil :
a. Keinginan makan tidak terganggu
b. Rangsangan makan tidak terganggu (tidak nyeri)
b. Identifikasi alergi
atau intoleransi makanan
c. Atur diet yang diperlukan
2. Manajemen ganguan
makan kode : 1030 (hal.179) a. Monitoe berat
badan klien b. Monitor intake
output secara tepat
c. Anjurkan klien Makan
makanan dalam keadaan hangat
d. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
5. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan tindakan dan kegiatan yang
telah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan
mencangkup tindakan mandiri (Independent), saling ketergantungan/
kolaborasi (Interdependent), dan tindakan rujukan/ ketergantungan
(Dependent). ( Suarni & Apriyani,2017:69).
6. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainya. Evaluasi dalam keperawatan adalah kegiatan dalam
14
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. ( Suarni& Apriyani, 2017:20). Untuk mempermudah
proses mengevaluasi perkembangan klien. Digunakan komponen SOAP
menurut Suarni & Apriyani sebagai berikut :
a. S : Subejktif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
b. O : Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secra
langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan
tindakankeperawatan.
c. A : Analisa
Merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang terjadi,
atau juga dapat dituliskan suatu masalah / doagnosis baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi
datanya dalam data subejktif dan objektif.
d. P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah menunjukan hasil yang
memuaskan data tidak memerlukan tindakan-tindakan ulang pada
umumnya dihentikan.
15
Tabel 2.2 implementasi dan evaluasi
No Tgl / Wkt Implementasi Evaluasi
1 2 3 4
Disesuakan dengan tanggal dan waktu saat kunjungan rumah/pengkajian
1. Manajemen Nyeri,
kode:1400 ( hal.98 ) a. melakukan
pengkajian nyeri secara komrehensif yang meliputilokasi, karakteristik,durasi, beratnya nyeri serta factor pecentus.
a. kendalikan faktor lingkungan yang
dapat b. mempengaruhi respon
pasien terhadap nyeri (misalnya, suhu ruangan).
c. kurangi faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau meningkatakan nyeri (kelelahan).
d. ajarkan tekniknon farmakologi ( seperti teknik relaksasi nafas dalam, kompreshangat pada bagian tubuh yang terasa nyeri serta ajarkan teknik komplementer seperti penggunaan minyak zaitun dan lemon)
e. memberikan penkes kepada klien tentang penyakitnya.
1. Kontrol Nyeri kode:1605 Kriteria hasil:
a. Melaporka nyeri terkontrol
b. Menegnali kapan nyeri terjadi.
c. Menggambarkan faktor penyebab nyeri.
d. Menggunakan teknik
e. pengurangan nyeri tanpa analgesik
. 2 Tingkat Nyeri kode :
2102(hal.577) Kriteria hasil :
a. Tidak ada mengerang dan mennagis
b. Tidak adanya ekspresi wajah terhadap nyeri
.
2
Disesuaikan dengan tanggal dan waktu saat kunjungan rumah/pengkajian
1. Peningkatan Mekanika
Tubuh kode: 0146(hal.341) a. Edukasi pasien ttg
pentingnya postur (tubuh) yng benar
1. Pergerakan kode: 0208(hal.452) Kriteria hasil :
a. Meningkatanya keseimbagan
16
1 2 3 4 untuk mencegah
kelelahan ketegangan atau injuri. Intruksikan untuk menghidari tidur dengan posisi telungkup
b. Intruksikan pasien untuk menggerakan kaki terlebih dahulu. kemudian badan ketika memuali berjalan dari posisi berdiri
b. Batu pasien latihan fleksi untuk memfasilitasi mobilisasi punggung, sesuai indikasi.
b. Menggerakan ototDapat bergerak dengan mudah.
3.
Resiko defisit nutrisi
1. Manajemen nutrisi kode : 1100 (hal.197)
a. Tentukan status gizi klien dan kemampuan memenuhi kebutuhan gizi
b. Identifikasi alergi atau intoleransi makanan
c. Atur diet yang diperlukan
2. Manajemen ganguan makan
kode: 1030(hal.179) a. Monitoe berat badan
klien b. Monitor intake output
secra tepat c. Anjurkan klien
makan makanan dalam keadaan hangat
1. Status Nutrisi kode : 1004(hal.551) Kriteria Hasil :
a. Asupan gizi seimbang
b. Asupan makanan tidak menyimpang dari rentan normal(sesuai porsi yang disediakan)
2. Nafsu makan kode : 1014 (hal.319) Kriteria hasil :
a. Keinginan makan tidak terganggu
b. Rangsangan makan tidak terganggu (tidak nyeri)
17
C. Konsep Teori Keperawatan Keluarga
Menurut Feeley dan Gottlieb 2000 (Dalam Achjar,2012:29)
keperawatan keluarga sepenuhnya tidak hanya menjadi tanggung jawab
perawat keluarga, namun tanggung jawab perlu juga diberikan kepada
keluarga dengan mempertimbangkan kapasitas, kompetensi dan sumber daya
yang dimiliki oleh keluarga. Tingkatan praktik keperawatan keluarga
tergantung dari perawat mengartikan keluarga dan pemahamannya dan
tergantung bagaimana perawat memandang keluarga tersebut. Keluarga dapat
menjadi fokus perawatan, perawat keluarga harus bisa bekerja secara
simultan antara individu dan keluarga.(Achjar,2012:29)
Diagnosa Keperawatan keluarga adalah perpanjangan dari diagnosa ke
sistem keluraga dan subsistemnyan serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosa ini merupakan diagnosa tunggal dengan penerapan
asuhan keperawatan keluarga mengaplikasikan pada 5 tujuan khusus. Untuk
menentukan diagnosa keperawatan keluarga yaitu dengan cara memodifikasi
NANDA, NIC, NOC. Hasil capaian adalah sebagai berikut :
1. TUK 1 : Mampu mengenal masalah
Dominan capaian hasil : Pengentahuan kesehatan dan perilaku yaitu
pengetahuan tentang proses penyakit.
2. TUK 2 : Mampu mengambil keputusan
Dominan capain hasil : Dominan kesehatan dan perilaku yaitu
kepercayaan mengenai kesehtan, keputusan terhadap ancaman kesehatan,
presepsi terhadap perilaku kesehatan, dukungan care giver dan emosional.
3. TUK 3 : Mampu merawat
18
Domina capaian hasil : adalah kesehtan keluarga, kesehtan keluarga yaitu
kapsitas keluarga untuk terlibat dalam perawatan, peranan care
giver,emosional, interaksi dalam peningkatan status kesehatan.
4. TUK 4 : Mampu memodifikasi lingkungan
Domina capaian adalah : kesejahteraan keluarga yaitu dengan
menyediakan lingkunagn yang mendukung peningkatan kesehatan,
lingkungan yang man dnega mengurangi faktor resiko.
5. TUK 5 : Mampu memnafaatkan fasilitas kesehatan
Dominan capaian hasil : adalah pengetahuan tentang kesehatan dan
perilaku yaitu pengetahuan tentang sumber-sumber kesehatan.
Teori diatas sesuai dengan pernyataan Achjar (2012) dan suprajitno (2009)
menyatakan asuhan keperawatan keluarga untuk mencapai kemampuan
keluarga dalam memelihara fungsi kesehatan dengan 5 tujuan khusus.
Aplikasi dalam asuhan keperawatan sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Data Umum
1). Identitas Pasein
Berisi tentang identitas pasien yang meliputi : nama, umur,
pekerjaan, suku, agama dan alamat (KK).
2). Data Kesehatan Keluarga
Pada pengkajian ini fokus utama yaitu pada yang sakit yang
mencakup diagnose penyakit, riwayat pengobatan, riwayat
perawatan, ganguan kesehtan serta apa saja kebutuhan dasar
manusia yang terganggu kemudian pemeriksaan seluruh anggota
19
keluarga yang mencangkup pemeriksaan head to toe dari kepala,
ekstermitas atas, area genitalia, serta ekstermitas bawah.
3). Data Kesehatan Lingkungan
Berupa uraian kondisi rumah yang meliputi tipe rumah, ventilasi,
bagaimana pencahayaannya, kelembapan lingkungan rumah,
keadaan lantai rumah, kebersihan , kebersihan lingkungan rumah,
serta bagaimana sarana MCK yang ada dilingkungan rumah.
4). Struktur Keluarga
Pada bagian ini menjelaskan tentang tipe keluarga, peran anggota
keluarga, bagaimana komunikasi di dalam keluarga, sumber
kehidupan keluarga, serta sumber penunjang kesehatan keluarga.
5). Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga mengkaji fungsi pemeliharaan kesehatan
keluarga berdasarkan kemampuan keluarga, yaitu :
a). KMK mengenal masalah kesehatan.
Meliputi presepsi terhadap keparahan penyakit, pengertian
tanda dan gejala, faktor penyebab penyakit, presepsi keluarga
terhadap masalah atau penyakit.
b). KMK mengambil keputusan
Meliputi sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah, masalah dirasakan keluarga, keluarga
menyerah terhadap masalah yang dialami, sikap negatif
terhadap masalah kesehatan, kurang percaya terhadap tenaga
kesehatn, informasi yang salah.
20
c). KMK merawat anggota keluarga yang sakit
Meliputi bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit, sifat
dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, sumber yang
ada dalam keluarga, sikap keluarga terhadap yang sakit.
d). KMK memelihara kesehatan / memodifikasi memlihara
lingkungan.
Meliputi keuntungan/ mafaat pemeliharaan, pentingnya hygine
sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
e). KMK menggunkan fasilitas kesehatan.
( Ashjar & Komang, 2012).
2. Proritas Masalah
Skala prioritas diperoleh dari berbagai data yang telah
didapatkan didepan, untuk kemudian diolah dan pada akhirnya skala
prioritas ini akan membantu dalam pemetaan penanganan pasien baik
untuk perawat maupun keluarga. Balion dan Maglaya (1978) telah
merumuskan skala prioritas sebagai berikut :
Tabel 3.2 Skala Prioritas keperawatan keluarga
No. Kriteria Komponen Skor Bobot
1 2 3 4 5
1.
Sifat masalah
Aktual Potensial Resiko
3 2 1
1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah Sebagian Tidak dapat
2 1 0
2
21
1 2 3 4 5
3 Potensial Masalah yang dapat dicegah
Tinggi Cukup Rendah
3 2 1
1
4 Menonjolnya masalah
Berat, segara ditangani Ada masalah, tidak perlu ditangani. Tidak dirasakan ada masalah.
2
1
0
1
Keterangan Skoring :
Setelah menentukan skala prioritas sesuai dengan tabel di depan,
langkah selanjutnya adalah membuat skoring Bailon dan Maglaya
(1978) membuat rumus :
Skoring
X Bobot Angka tertinggi
Dengan adanya skala prioritas, maka kita akan mengetahui tingkat
kedaruratan pasien yang membutuhkan penanganan cepat atau lambat.
Masing-masing kriteria memberikan sumbangan masukan atas
penanganan.
a). Kriteria Sifat Masalah
22
Menentukan sifat masalah ini berangkat dari tiga pokok, yaitu
tidak/ kurang sehat, ancaman kesehatan, dan keadaan sejahtera.
Tidak atau kurang sehat merupakan kondisi dimana anggota
keluarga terserang suatu penyakit. Hali ini mengacu pada kondisi
sebelum terkena penyakit dan perkembangan atau pertumbuhan
yang tidak sesuai dengan kondisi semestinya. Ancaman kesehatan
merupakan kondisi yang memungkinkan anggota keluarga
terserang penyakit atau mencapai kondisi penyakit yang ideal
tentang kesehatan. Ancaman ini bisa berlaku dari penyakit yang
ringan hingga yang paling berat. Sumber dari penyakit ini biasanya
dari konsumsi, pola hidup dan gaya hidup sehari-hari.
b). Kriteria Kemungkinan Masalah Dapat Diubah
Kriteria ini mengacu pada tingkat penaganan kasus pada pasien.
Tingkat pasangan terdiri dari tiga bagian, yaitu mudah, sebagian,
dan tidak ada kemungkinan untuk diubah. Sebaikanya, yang mudah
terlebih dahulu ditangani sebelum menangani yang lain.
c). Kriteria Potensi Pencegahan Masalah
Potensi ini juga mengancu pada tingakatan, yaitu tinggi, cukup dan
rendah. Berbedanya tingkat ditentukan oleh berbagai faktor.
Kemungkinan yang paling dekat adalah tingkat pendidikan atau
perolehan informasi tentang kesehatan, kondisi kesejahteraan
keluarga, fasilitas rumah, dan lain sebagainya.
d). Kriteria Masalah Yang Menojol
23
Masalah yang menonjol biasanya mudah terlihat ketikan
menangani pasien. Namun hal ini tetap memerlukan pemerikasaan
terlebih dahulu agar tindakna yang dilakukan tepat.
Prioritas yang harus ditangani berdasarkan : 1) masalah yang
benar-benar harus ditangani. 2) ada masalah tetapi tidak harus
segera ditangani. 3) ada masalah tetapi tidak dirasakan.
e). Diagnosa Keperawatan
Menurut Mubarak 2007 (Dalam Bakri,2011:121) Diagnosa
Keperawatan adalah keputusan klinis mengenai keluarga atau
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab
untuk melaksanakanya.
D. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara
memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis.
Berdasarkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia ada lima tingkatan
kebutuhan dasar menurut Maslow sebagia berikut :
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Heirarki
Maslow.kebutuhan fisiologis merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi
manusia untuk bertahan hidup.
2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan
24
Kebutuhan keselamatan dan keamanan yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis.kebutuhan ini meliputi
dari dingin, panas,kecelakaan, infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas
serta bebas dari rasa terancam dari pengalaman baru atau asing.
3. Kebutuhan Mencintai dan dicintai
Kebutuhan memiliki dan dimiliki kebutuhan akan pertemanan, kedekatan
dengan orang lain yang saling memberi atau menerima kasih sayang.
4. Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain,
kompeten dan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini meliputi dapat mengenal diri sendiri, memenuhi kebutuhan
diri sendiri, tidak emosional dan kretaif.
Dari ke lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, berdasarkan
kasus batu empedu bahwa kebutuhan keselamatan dan keamanan yang
disebabkan oleh nyeri merupakan salah satu faktor kurangnya kebutuhan
dasar pada kasus batu empedu.