35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan masyarakat dewasa ini secara bertahap harus ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dimaksudkan tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan masyarakat yang optimal dapat terwujud. Dengan pengarahan tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup di lingkungan yang sehat, Terciptanya kesehatan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang optimal dapat ditandai oleh menurunnya angka kematian dan kesakitan dan penduduk hidup di lingkungan yang sehat. Dengan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, (Depkes. RI, 2003.) 1 1

BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

  • Upload
    mus-lem

  • View
    234

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dfsdfsdf

Citation preview

Page 1: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya kesehatan masyarakat dewasa ini secara bertahap harus ditingkatkan

ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dimaksudkan tujuan pembangunan kesehatan

menuju Indonesia sehat 2010 yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang

optimal. Kesehatan masyarakat yang optimal dapat terwujud. Dengan pengarahan

tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup di lingkungan yang sehat, Terciptanya

kesehatan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang optimal dapat ditandai oleh

menurunnya angka kematian dan kesakitan dan penduduk hidup di lingkungan yang

sehat. Dengan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, (Depkes. RI, 2003.)

Peningkatan kualitas kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh kuantitas

kesehatan manusia sejak masih dalam kandungan sampai usia balita, yang

merupakan masa-masa kritis bagi kehidupan dan perkembangan manusia. Oleh

karena itu, kesejahteraan anak dengan sendirinya sangat tergantung pada kesehatan

ibu, terutama pada masa kehamilan, persalinan dan masa laktasi. (Depkes. RI. 2003)

Salah satu masalah kesehatan yang tetap menjadi prioritas utama dewasa ini

adalah rawannya kesehatan ibu dan anak serta masih tinggi Angka Kematian ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), untuk mengatasi masalah tersebut maka

pemerintah mengambil suatu kebijaksanaan untuk mengangkat bidan sebagai

1

1

Page 2: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

Pegawai tidak Tetap (PTT) melalui Kepres No. 23/1994 dan diperjelas

dengan Surat edaran Direktur Pembinaan Kesehatan Masyarakat No. 429/

Binkesmas/DJ/BM/ BKK/1994 tentang tugas pokok bidan (Depkes. Republik

Indonesia, 1999).

Angka kematian ibu berbeda-beda antar wilayah di dunia. Wanita di Asia

Selatan dan Afrika mempunyai resiko kematian tertinggi. Banglades mempunyai

angka kematian ibu kurang lebih 600 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun

yang sama di daerah pedesaan India. Andhra Pradesh AKI mencapai 874 per 100.000

kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka

Kematian Ibu (AKI) yang sangat tinggi, masing-masing 35/1.000 kelahiran hidup

(Susenas 2005). Akibatnya, Human Development Index (HDI) mencatat bahwa

Indonesia menduduki urutan ke-112 dari 175 negara (UNDP, 2003) (Depkes

Republik Indonesia, 2004).

Di Nanggroe Aceh Darussalam tercatat hahwa AKB sebesar 21/1000

kelahiran hidup dan AKI 373/100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk kota Banda

Aceh dengan jumlah AKB sebesar 161/1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar

203/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi NAD, 2005).

Cakupan kunjungan pertama ibu hamil (K1) di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam tahun 2005 sudah sangat baik yaitu 9048 (77,2%) sedangkan kunjungan

ibu hamil pada trimester ke III (K4) mencapai 81143 (69,2%) (Dinas Kesehatan

Provinsi NAD, 2006).

Kematian ibu disebabkan oleh pendarahan (40-60%) toksemia gravidarum

(20-30%) dan infeksi (20-30%). Kematian ini umumnya dapat dicegah bila

2

2

Page 3: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

Komplikasi kehamilan tersebut dan keadaan resiko tinggi lainnya dapat dideteksi

sejak dini, kemudian mendapat penanganan adekuat. Saat yang paling kritis adalah.

Pada masa persalinan, resiko yang mungkin timbul juga merupakan upaya

pencegahan kematian ibu dan janin (Dinas Kesehatan Provinsi NAD, 2006).

Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Pidie, jumlah persalinan, sebanyak 7583

orang dan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan adalah 4909 orang

(63,03%) sedangkan target yang ingin dicapai adalah 80%. Cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan mencapai 76% dengan jumlah persalinan 5635 orang. Dengan

jumlah bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah 468 bayi (6,75%).

Di wilayah kerja Puskesmas Mila, jumlah KI mencapai 495 (97,4%) K4

mencapai 444 (87,4%) serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 75,9%.

dengan jumlah ibu hamil resiko tinggi sebanyak 28 orang, yang meliputi anemia,

umur ibu, jarak kehamilan jumlah anak, tinggi badan, riwayat persalinan, riwayat

penyakit, hipertensi dan berat badan. Maka Kematian ibu karena melahirkan di

Kecamatan Mila mencapai 2 orang pada tahun 2005 dan terus meningkat menjadi 4

orang pada tahun 2006, sedangkan angka kematian bayi pada tahun 2006 adalah 3

bayi yang lahir mati (Puskesmas Mila, 2006).

Untuk melaksanakan program sehat, memang bukanlah hal yang mudah.

Bidan sering menghadapi kendala-kendala yang kadang kala sangat sulit dipecahkan.

Demikian pula pelaksanaan program bidan di Kecamatan Mila, sudah tentu

menghadapi permasalahan-permasalahan yaitu masih rendahnya kunjungan ibu

hamil yang memeriksa kehamilan di tempat pelayanan kesehatan maupun pada bidan

desa, sebagaimana juga daerah lainnya. Hasil pengamatan sementara yang penulis

3

3

Page 4: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

lakukan, banyak bidan desa yang ditugaskan di wilayah kerja Puskesmas Mila tidak

berada didesanya dengan berbagai alasan sehingga banyak dari masyarakat yang

ingin memanfaatkan pelayanan kesehatan tidak tercapai, untuk itu penulis ingin

meneliti tentang pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Mila.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

pemanfaatan bidan oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mila.

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat adanya keterbatasan ilmu, tenaga dan biaya, maka penelitian ini

hanya dibatasi faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap

ibu hamil dan kebiasaan.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan

bidan oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mila Kabupaten Pidie tahun 2009.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan pemanfaatan bidan diwilayah

kerja Puskesmas Mila.

4

4

Page 5: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu hamil dengan pemanfatan bidan

diwilayah kerja Puskesmas Mila.

3. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu hamil dengan pemanfaatan bidan

diwilayah kerja Puskesmas Mila.

4. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga ibu hamil pemanfaatan

bidan diwilayah kerja Puskesmas Mila.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat teoritis

1. Sebagai masukan bagi Puskesmas untuk memperbaiki peran bidan di wilayah

kerja Puskesmas Mila dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-

ibu hamil.

2. Menambah referensi tentang peran bidan dalam pemberian pelayanan

kesehatan bagi ibu hamil.

1.5.2. Manfaat Aplikatif

- Sangat bermanfaat untuk evaluasi bagi bidan-bidan yang berkerja di wilayah

kerja Puskesmas Mila Kabupaten Pidie dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat umum dan ibu hamil khususnya.

5

5

Page 6: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

2.1.1. Pandangan Beberapa Orang Ahli Mengenai Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Mckinlay 1972, mengindentifikasikan 6 (enam) pendekatan utama mengenai

pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu dari sudut ekonomi, sosio demografi

psikologi sosial, sosial budaya, dan organisasi. Banyak penelitian tentang kesehatan,

penyakit dan perilaku sakit, masing-masing melihat dan perspektif pendekatan

tersebut (Marshall, dkk yang dikutip Muzaham, 1995).

Adapun 3 (tiga) para ahli tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Ronald Andersen (1968)

Menurut Andersen sekuensi determinan individu terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan tergantung pada: (1) predisposisi keluarga untuk pemanfaatan

pelayanan kesehatan, (2) kemampuan mereka untuk melaksanakanya, dan (3)

kebutuhan mereka terhadap jasa pelayanan tersebut. Masing-masing komponen

mencangkup beberapa dimensi “sub komponen” yang menghasilkan defenisi teoritis

dan operasional dari model tersebut (Marshall, dkk Muzaham, 1995).

Komponen “predisposisi” keluarga dalam model tersebut mencangkup

karateristik keluarga sebelum kejadian penyakit, dimana terdapat kecendrungan yang

berada dalam penggunaan pelayanan kesehatan: meliputi variabel demografik

(seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan): variabel stuktur sosial (seperti

pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, suku bangsa): serta dipercayaan dan sikap

6

6

Page 7: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit termasuk stress serta kecemasan

yang ada kaitanya dengan kesehatan (Marshall. dkk dalam Muzaham. 1995).

Variabel-variabel “predisposisi” keluarga ini tidak semuanya berpengaruh

lansung terhadap pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, akan tetapi sebagai faktor

pendorong untuk menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Sedangkan komponen kedua “kemampuan” merupakan suatu kondisi yang

memungkinkan orang memanfaatkanya pelayanan kesehatan, atau setidak-tidaknya

mereka siap memanfaatkanya.

Jika faktor predisposisi keluarga dan kemampuan tersebut ada maka variasi

persepsi terhadap penyakit atau kemungkinan kejadianya serta cara orang

menghadapi penyakit atau kemungkinan sakit akan menentukan dalam penggunaan

pelayanan kesehatan. Subkomponen pertama, yakni kebutuhan yang “dirasakan”

(perceived need), diukur dengan: (1) perasaan subjektif terhadap penyakit; dan (2)

evaluasi klinis terhadap penyakit. Selanjutnya reaksi terhadap penyakit diukur dari

kunjungan ke dokter menurut gejala penyakit; dan juga diukur dari jumlah resep

yang dikeluarkan secara teratur setiap pemeriksaan fisik (Marshall, dkk dalam

Muzaham, 1995).

b. J. Young (1990)

J. Young (dari buku Marshall, dkk dalam Muzaham, 1995) merumuskan

bahwa pengambilan keputusan tentang pengobatan ditentukan oleh 4 (empat) unsur

utama, yakni:

1) “Daya tarik” (gravity), yaitu tingkat keparahan yang dirasakan oleh

kelompok refenisi individu.

7

7

Page 8: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

2) Pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan popular (home remedy),

bersumber pada sistem rujukan awam.

3) “Kepercayaan” (faith), atau tingkat kepercayaan terhadap keberhasilan dari

berbagai pilihan pengobatan.

4) “Kemudian” (accessibility); meliputi biaya dan tersedianya fasilitas

pelayanan kesehatan.

c. Resentock (1974).

Rosentock mengatakan, hipotesis dalam model HBM (heatlh belief model)

adalah orang tidak akan mencari pertolongan medis atau pencegahan penyakit bila

mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relevan dengan

kesehatan, bila memandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin dengan

keberhasilan intervensi medis, dan bila mereka melihat adanya beberapa kesulitan

dalam melaksanakan perilaku kesehatan yang disarankan (Marshall, dkk dalam

Muzaham, 1995).

2.1.2 Pola Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat

Pemanfaatan fasilitas kesehatan Pukesmas oleh masyarakat dapat dilihat dari

beberapa indikator yang antara lain sebagai berikut :

1. Rata-rata kunjungan per hari buka pukesmas

2. Frekwensi kunjungan puskesmas.

Meskipun angka rata-rata kunjungan perhari di puskesmas pada tahun 2009

sudah cukup tinggi (108 kunjungan pukesmas/hari). Namun tidak sedikit puskesmas

yang kunjungan rata-rata perhari dibawah 100 orang. Hasil Sunsenas 2000

8

8

Page 9: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

menunjukan bahwa diantara penduduk yang mempunyai keluhan sakit hanya 36,76%

yang berobat jalan ke berbagai sarana pelayanan kesehatan dan sebesar 62,83% yang

mengobati sendiri. Diantara penduduk yang berobat jalan hanya sebesar 27,8% yang

berobat jalan ke pukesmas dan pukesmas pembantu, 30,55% ke dokter praktek,

14,54% ke petugas kesehatan, serta 3,50% ke dukun atau tabib (Profil Kesehatan

Indonesia, 2000).

2.2. Peranan Bidan

Peran bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya

kesehatan ibu dan anak sangat diperlukan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh

tenaga bidan maupun bidan desa PTT dengan profesinya sudah dapat menurunkan

angka kematian ibu dan bayi saat bersalin. Hal ini merupakan target dan harapan dari

kebijaksanaan Departemen Kesehatan jasa bidan PTT masih berusia muda dan belum

berumah tangga, sehingga kepercayaan masyarakat khususnya kaum ibu yang ingin

bersalin masih sangat kurang, karena profesi bidan PTT belum memadai (Depkes

RI,2003).

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan di desa, Pelaksanaan pembinaan

meliputi:

1. Pembinaan bidan di desa pada masa orientasi sebelum tugas, kegiatan ini

dilakukan pada masa orientasi di Dinas Kesehatan kabupaten RS atau Kota

dan Puskesmas.

2. Komunikasi rutin dan pembinaan bidan Puskesmas, baik secara langsung

maupun melalui bidan sub koordinator.

9

9

Page 10: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

3. Bimbingan teknik kepada bidan di desa yang bernampilan kurang. Bidan

yang mendapat perioritas untuk di bina adalah secara intensif agar menduduki

10% peringkat terbawah.

4. Penyusunan laporan mengenai :

1. Kegiatan pembinaan teknis yang telah dilakukan dan hasilnya.

2. Tingkat keterampilan professional bidan diwilayah kabupaten / kota

sebagai bahan evaluasi.

1.2.1. Tujuan Penempatan Bidan Di Desa

Dalam melaksanakan tugas bidan di desa mempunyai beberapa tugas baik

tugas umum maupun tugas khusus, dimana tugas umumnya adalah meningkatkan

mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui Pukesmas dan Posyandu dalam

rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi, anak balita dan menurunkan angka

kesakitan serta meningkatkanya kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup sehat.

Sedangkan tujuan khusus dari penempatan bidan di desa yang diungkapkan oleh

Depkes RI tahun 1992 yaitu meningkatnya mutu pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan khususnya 5 program

prioritas di desa, meningkatnya mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,

perawatan nifas dan perinatal serta pelayanan kontrasepsi, menurunya jumlah-jumlah

kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan, meningkatnya kemampuan

keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan kesehatan kelompok Dasa

wisma dan meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD

termasuk gerakan dana sehat.

10

10

Page 11: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

1.2.2. Kegiatan Bidan Di Desa

Sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diatur oleh Permenkes RI

No.363/Per/IX 1990 maka kegiatan yang ditempatkan di desa adalah sebagai berikut:

a. Mengenal Wilayah

b. Mengumpulkan Data

c. Mengerakkan Peran serta Masyarakat

d. Memberi Bimbingan Teknis Kepada Kader

e. Melakukan Pembinaan anak pra Sekolah

f. Memberikan Pelayanan Persalinan

g. Memberi pertolongan pada pasien (orang sakit)

h. Kunjungan rumah

i. Melatih dan membina dukun bayi

j. Melatih dan membina ketua kelompok dasawisma.

k. Mengerakan masyarakat agar melakukan kegiatan dana sehat.

l. Mencatat semua kegiatan yang telah dilakukan dan melapor secara berkala

kepada Pukesmas sesuai dengan ketentuan.

m. Bekerja sama dengan rekan staf Pukesmas setiap bulan.

n. Menghadiri rapat staf (loka karya mini) Pukesmas setiap bulan.

o. Merujuk penderita kelainan jiwa dan melakukan perawatan tindak lanjut dengan

kelainan jiwa yang dirujuk oleh Pukesmas.

p. Merujuk penderita dengan kelainan jiwa dan melakukan perawatan, pengobatan

tindak lanjut pasien dengan kelainan jiwa yang dirujuk oleh Puskesmas.

(Panduan Bidan di Tingkat Desa, Depkes RI tahun 1992).

11

11

Page 12: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

2.3. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemafaatan Bidan Oleh Ibu Hamil

Umur merupakan suatu kreatifitas seseorang dalam menjalankan tugas atau

pekerjaan karena hal ini sangat berkaitan dengan kemampuan gerak seseorang dalam

menjalankan kegiatan atau aktivitas. Termasuk angka kesakitan dan kematian dalam

hampir semua keadaan menunjukan hubungan dengan umur.

Umur sangat berpengaruh terhadap perkembangan dalam melaksanakan tugas

maupun dalam melakukan aktifitas, oleh sebab itu Bidan Desa, umur tersebut yang

harus diperhatikan. Dari umur seseorang sangat berpengaruh dalam memberikan

pelayanan, kerja yaitu 15-49 tahun. Maka apabila bidan desa yang umumnya bekisar

pada masa produktif kerja, maka dalam memberikan pelayanan terhadap ibu hamil

lebih efektif.

2.3.1. Pendidikan.

Tingkat kejadian sedemikian pentingnya sehingga dari seseorang dalam

melakukan aktifitas atau pekerjaan sangat menentukan. Pengetahuan yang terbatas

tentang kebutuhan dirinya sehari-hari akan memberikan dampak terhadap kebiasaan

hidup. Akibatnya masalah dalam menjalani hidup. (Jelilife. 1994).

Menurut Haidyrachman (1990), pendidikan merupakan usaha yang dilakukan

secara sadar untuk membina kemampuan manusia baik fisik maupun mentalnya

untuk meningkatkan kemampuan dan kecerdasan peserta didik.

Sesuai dengan GBHN 1993 bahwa pendidikan suatu usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan

berlangsung seumur hidup.

12

12

Page 13: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

Pendidikan kesehatan dibagi dalam 3 periode (Babak, 1992) yaitu :

a. Pendidikan kesehatan pada ibu hamil.

Pendidikan kesehatan pada ibu semasa hamil mencangkup : adaptasi fisiologik

dan fisikologik pada ibu hamil.

b. Pendidikan kesehatan pada ibu hamil menghadapi proses melahirkan atau

persalinan. Mencangkup pelajaran menghadapi proses persalinan, bagaimana

mengontrol nyeri atau ketidak nyaman selama masa persalinan dan apabila perlu

partisipasi keluarga/suami menghadapi persalinan.

c. Pendidikan kesehatan setelah melahirkan.

Seperti proses pemulihan organ reproduksi, merawat kesehatan diri, keterampilan

menjadi ibu.

2.3.2. Pekerjaan

Pekerjaan sangat menentukan tingkat pendapatan yang bepengaruh terhadap

penyediaan kebutuhan dalam keluarga, kita semua tahu bahwa kemiskinan akan

menyebabkan tingginya penyakit terutama penyakit yang terjadi pada Balita yang

dapat dicegah melalui imunisasi. Pekerjaan juga sangat menentukan terhadap

seseorang untuk berbuat atau dalam mencari tempat pelayanan kesehatan untuk

memberi imunisasi. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi terhadap waktu kunjugan

yang dilakukan tidak tepat atau sesuai dengan anjuran oleh petugas kesehatan.

Namun pekerja bukanlah suatu penghambatan dalam bertindak. Bila ada kemauan

ataupun ibu memiliki pengetahuan yang baik terhadap kesehatan anak maka ia akan

berusaha untuk melakukan dan rela meningalkan pekerja untuk sementara.

(Saifuddin, 2000).

13

13

Page 14: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

2.3.3. Pendapatan.

Tingkat ekonomi keluarga yang mapan memungkinkan anggota keluarga

untuk memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya dibidang pendidikan, kesehatan,

pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika ekonomi lemah

maka menjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan terhadap pelayanan

kesehatan. Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan, orang tua yang tidak bekerja atau

berpenghasilan rendah) yang memang peranan penting dalam meningkatkanya status

kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan orang tua erat kaitanya dengan tingkat

penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan

pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibandingkan dengan

penghasilan yang rendah, akan berdampak bekurangnya pemamfaatan pelayanan

kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena kurangnya daya beli obat

maupun biaya transportasi dalam hal mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.

Dalam mencari pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pengobatan gratis yaitu

biaya yang dikeluarkan untuk mendapat pelayanan kesehatan di Pukesmas

(Notoadmodjo, 2005).

2.3.4. Pengetahuan.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal atau sesuatu.

Pengetahuan dapat mempengaruhi prilaku seseorang. Syarif dalam Notoadmodjo

(1997) pengetahuan adalah kesan dari pikiran manusia sebagai hasil panca indra,

peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun

hubungan positif antara kedua sejumlah penelitian, pengetahuan tertentu tentang

kesehatan mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan terjadi, tetapi tindakan

14

14

Page 15: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila seseorang

mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya bertindak atas dasar

pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan factor penting dalam

menghasilkan peubahan namun tidak memadai dalam perubahan perilaku kesehatan

(Azwar, 1996).

2.3.5. Sikap.

Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau obyek. Manisfestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukan konotasi adanya kesesuain reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

simulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu (Azrul Azwar, 1996).

Alford (1954) yang dikutip (Entjang, 1986) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (Keyakinan)

Merupakan ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Keyakinan Emosional

Merupakan evaluasi emosional terhadap suatu objek

c. Kecendrungan untuk bertindak atau mempraktekan (tend to behave)

Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung, Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapatan atau pernyataan

15

15

Page 16: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

responden terhadap suatu objek dan secara tidak lansung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditanyakan pendapatan

responden. Sikap ibu kaitanya dengan bidan desa terlihat dari ibu dalam mengunakan

polindes.

2.3.6. Kebiasaan

Sosial budaya adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup

bersama oleh kerena adanya hubungan antara mereka, hubungan tersebut antara lain

menyangkut hubungan timbal balik yang sehingga mempengaruhi dan juga suatu

kesadaran untuk saling menolong (Sukanto, 1990).

Tujuan-tujuan sosial budaya dapat diklarifikasikan beberapa sudut atau dasar

berbagai kriteria atau ukuran.

a. Besar kecilnya jumlah anggota

b. Derajat jumlah sosial

c. Kepentingan dan wilayah

d. Kelangsungan suatu kepentingan

e. Derajat organisasi

f. Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial dan tujuan

16

16

Page 17: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

2.4. Kerangka Teoritis

Gambar 1 Kerangka Teoritis

17

17

Notoatmodjo (2003)- Umur- Pendidikan- Pekerjaan- Pegetahuan- Sikap

Azwar (1996)- Fasilitas Kesehatan- Petugas kesehatan- Sikap- Pelayanan Kesehatan

Muzaham (1995)- Pengetahuan - Motivasi- Kebiasaan- Bahaya penyakit - Kayakinan terhadap

intervensi Medis-

Kosmoro (1981)- Pendapatan- Sosial Ekonomi- Pendidikan

Pemafaatan Bidan

Page 18: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

BAB III

KERANGKA KONSEPSIONAL

3.1. Kerangka konsep

Bedasarkan tioritis yang dikeluarkan oleh Notoatmodjo (2003). Azwar (1996)

dan Muzaham (1995), maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai beriktu :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar. 2Kerangka Konsep Penelitian

18

18

Umur

Pendidikan

Pendapatan

Pengetahuan

Pemanfaatan BidanDesa Oleh Ibu Hamil

Page 19: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

3.2. Defenisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil UkurSkala Ukur

Dependent

PemamfaatanBidan Desa

Upaya yang dilakukan oleh ibu hamil dalam memamfaatkan pelayanan kesehatan pada bidan desa

Wawancara Kuisioner - Ada- Tidak ada

Ordinal

Dependent

Umur

Usia seorang ibu hamil yang dihitung dari ulang tahunya yang terahir.

Wawancara Kuisioner

- Medan- Dewasa Muda- Tua

Ordinal

Pedidikan

Tingkat pendidikan formal yang yang ditempuh oleh ibu yang mendapatkan ijazah

Wawancara Kuisioner- Tinggi- Menengah- Dasar

Ordinal

Pendapatan

Rata-rata penghasilan yang diperoleh ibu hamil dalam keluarga untuk memunuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Wawancara Kuisioner- Mencukupi- Kurang mencukupi

Ordinal

Pengetahuan

Kemampuan ibu hamil dalam memahami mamfaat mendapatkan pelayanan kesehatan di bidan

Wawancara Kuisioner- Baik- Kurang

Ordinal

3.3. Cara Pengukuran Variabel

3.3.1. Pemamfaatan Bidan : (Notoatmodjo)

- Ada : Apabila nilai skor jawaban responden ≥ 50%

- Tidak ada : Apabila nilai skor dari jawaban responden < 50%

3.3.2. Umur : (Depdiknas RI. 2005)

- Muda : Bila responden berumur ≤ 20 tahun

- Dewasa Muda : Bila responden berumur 21 -36 tahun

- Tua : Bila responden berumur ≥ 37

19

19

Page 20: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

3.3.3. Pendidikan : (Depdiknas, 2004)

- Tinggi : Apabila responden menamatkan pendidikan Akademi/

Peguruan tinggi

- Menengah : Apabila responden menamatkan pendidikan STA

sederajat

- Dasar : Apabila responden menamatkan pendidikan SLTP/ SD

sederajat

3.3.4. Pendapatan (UMP NAD, 2007)

- Mencukupi : Apabila responden memiliki pendapatan

≥ Rp. 850.000

- Kurang mencukupi : Apabila responden memiliki pendapatan

< Rp 850.000

3.3.5. Pengetahuan : (Muzahaam1995)

- Baik : Apabila nilai skor jawaban responden ≥ 50%

- Kurang : Apabila nilai skor jawaban responden < 50%

20

20

Page 21: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain cross

sectional, dimana pengumpulan data variabel Dependen dn Independen dilakukan

penelitian pada saat yang bersamaan.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mila Kabupaten Pidie

tahun 2009.

4.3. Jadwal Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2009 yang dilakukan oleh

penulis sendiri.

4.4. Populasi dan Sampel

4.4.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berada diwilavah kerja

Puskesmas Mila sebanyak 118 ibu hamil.

4.4.2. Sampel

Dalam buku Notoadmodjo (2001) untuk menentukan jumlah sampel

(besarsampel) digunakanlah metode purposive sampling dengan menggunakan

rumus:

21

21

Page 22: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

n N1+N (d2)

Keterangan :

N = Besarnya Populasi

n = Besarnya Sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang dikehendaki

Maka

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut. Maka

diperoleh sampel sebanyak 55 orang ibu, kemudian sampel diambil berdasarkan

proporsi setiap desa di wilayah kerja puskesmas Mila dengan teknik Proportional

sampling yang selanjutnya diambil secara random sampling dengan sistem acak.

TABEL 4.1DISTRIBUSI JUMLAH SAMPEL UNTUK SETIAP DESA DI KECAMATAN

MILA KABUPATEN PIDIE TAHUN 2009

No Desa Jumlah Ibu Hamil Sampel1 Tuha Lala 8 42 Miyup Lala 5 23 Kulu 6 34 Lhok Lubu 7 35 Krueng Lala 7 36 Babah Juroeng 5 27 Mesjid Andeu 3 18 Dayah Andeu 5 29 Dayah Sinthop 6 310 Pulo tanjong 5 211 Teumeucet 7 312 Blang Cut 6 313 Kumbang 7 314 Meunasah Balang 6 3

22

22

Page 23: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

15 Lagang 6 316 Tunong Ilot 5 217 Baroh Iloet 6 318 Teungoeh Iloet 5 219 Mesjid iloet 4 220 Ara Bungkok 9 4

Total 118 55

4.5. Pengumpulan Data

4.5.1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian menggunakan metode

wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun sesuai dengan

variabel penelitian.

4.5.2. Data sekunder

Data sekunder didapatkan di Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam, Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, Puskesmas Mila serta

literatur-literatur lainnya yang mendukung penelitian ini.

4.6. Pengolahan Data

Setelah data berhasil dikumpulkan langkah selanjutnya yang akan penulis

lakukan adalah pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

4.6.1. Editing

Setelah instrumen wawancara dan observasi digunakan penulis melakukan

pemeriksaan terlebih dahulu untuk menilai kesesuaian instrumen demikian

juga data yang dikumpulkan.

4.6.2. Coding

Setelah selesai editing, penulis melakukan pengkodean data yakni untuk

pertanyaan-pertanyaan terbuka.

23

23

Page 24: BAB II Xxxxxxxxxxxxx !!!!

4.6.3. Tabulating

Setelah data diediting dan dicoding langkah selanjutnya penyajian data.

4.6.4. Data Analysis

Analisa data bersifat deskriptif dengan menggunakan tabulasi silang yang

pengolahan datanya menggunakan komputer.

4.7. Penyajian Data

Data penelitian yang didapat dan hasil wawancara melalui kuisioner akan disajikan

dalam bentuk tabel silang distribusi frekuensi serta dinarasikan.

24

24