Upload
mus-lem
View
234
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dfsdfsdf
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Upaya kesehatan masyarakat dewasa ini secara bertahap harus ditingkatkan
ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dimaksudkan tujuan pembangunan kesehatan
menuju Indonesia sehat 2010 yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang
optimal. Kesehatan masyarakat yang optimal dapat terwujud. Dengan pengarahan
tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup di lingkungan yang sehat, Terciptanya
kesehatan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang optimal dapat ditandai oleh
menurunnya angka kematian dan kesakitan dan penduduk hidup di lingkungan yang
sehat. Dengan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, (Depkes. RI, 2003.)
Peningkatan kualitas kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh kuantitas
kesehatan manusia sejak masih dalam kandungan sampai usia balita, yang
merupakan masa-masa kritis bagi kehidupan dan perkembangan manusia. Oleh
karena itu, kesejahteraan anak dengan sendirinya sangat tergantung pada kesehatan
ibu, terutama pada masa kehamilan, persalinan dan masa laktasi. (Depkes. RI. 2003)
Salah satu masalah kesehatan yang tetap menjadi prioritas utama dewasa ini
adalah rawannya kesehatan ibu dan anak serta masih tinggi Angka Kematian ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), untuk mengatasi masalah tersebut maka
pemerintah mengambil suatu kebijaksanaan untuk mengangkat bidan sebagai
1
1
Pegawai tidak Tetap (PTT) melalui Kepres No. 23/1994 dan diperjelas
dengan Surat edaran Direktur Pembinaan Kesehatan Masyarakat No. 429/
Binkesmas/DJ/BM/ BKK/1994 tentang tugas pokok bidan (Depkes. Republik
Indonesia, 1999).
Angka kematian ibu berbeda-beda antar wilayah di dunia. Wanita di Asia
Selatan dan Afrika mempunyai resiko kematian tertinggi. Banglades mempunyai
angka kematian ibu kurang lebih 600 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun
yang sama di daerah pedesaan India. Andhra Pradesh AKI mencapai 874 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Ibu (AKI) yang sangat tinggi, masing-masing 35/1.000 kelahiran hidup
(Susenas 2005). Akibatnya, Human Development Index (HDI) mencatat bahwa
Indonesia menduduki urutan ke-112 dari 175 negara (UNDP, 2003) (Depkes
Republik Indonesia, 2004).
Di Nanggroe Aceh Darussalam tercatat hahwa AKB sebesar 21/1000
kelahiran hidup dan AKI 373/100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk kota Banda
Aceh dengan jumlah AKB sebesar 161/1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar
203/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi NAD, 2005).
Cakupan kunjungan pertama ibu hamil (K1) di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam tahun 2005 sudah sangat baik yaitu 9048 (77,2%) sedangkan kunjungan
ibu hamil pada trimester ke III (K4) mencapai 81143 (69,2%) (Dinas Kesehatan
Provinsi NAD, 2006).
Kematian ibu disebabkan oleh pendarahan (40-60%) toksemia gravidarum
(20-30%) dan infeksi (20-30%). Kematian ini umumnya dapat dicegah bila
2
2
Komplikasi kehamilan tersebut dan keadaan resiko tinggi lainnya dapat dideteksi
sejak dini, kemudian mendapat penanganan adekuat. Saat yang paling kritis adalah.
Pada masa persalinan, resiko yang mungkin timbul juga merupakan upaya
pencegahan kematian ibu dan janin (Dinas Kesehatan Provinsi NAD, 2006).
Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Pidie, jumlah persalinan, sebanyak 7583
orang dan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan adalah 4909 orang
(63,03%) sedangkan target yang ingin dicapai adalah 80%. Cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan mencapai 76% dengan jumlah persalinan 5635 orang. Dengan
jumlah bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah 468 bayi (6,75%).
Di wilayah kerja Puskesmas Mila, jumlah KI mencapai 495 (97,4%) K4
mencapai 444 (87,4%) serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 75,9%.
dengan jumlah ibu hamil resiko tinggi sebanyak 28 orang, yang meliputi anemia,
umur ibu, jarak kehamilan jumlah anak, tinggi badan, riwayat persalinan, riwayat
penyakit, hipertensi dan berat badan. Maka Kematian ibu karena melahirkan di
Kecamatan Mila mencapai 2 orang pada tahun 2005 dan terus meningkat menjadi 4
orang pada tahun 2006, sedangkan angka kematian bayi pada tahun 2006 adalah 3
bayi yang lahir mati (Puskesmas Mila, 2006).
Untuk melaksanakan program sehat, memang bukanlah hal yang mudah.
Bidan sering menghadapi kendala-kendala yang kadang kala sangat sulit dipecahkan.
Demikian pula pelaksanaan program bidan di Kecamatan Mila, sudah tentu
menghadapi permasalahan-permasalahan yaitu masih rendahnya kunjungan ibu
hamil yang memeriksa kehamilan di tempat pelayanan kesehatan maupun pada bidan
desa, sebagaimana juga daerah lainnya. Hasil pengamatan sementara yang penulis
3
3
lakukan, banyak bidan desa yang ditugaskan di wilayah kerja Puskesmas Mila tidak
berada didesanya dengan berbagai alasan sehingga banyak dari masyarakat yang
ingin memanfaatkan pelayanan kesehatan tidak tercapai, untuk itu penulis ingin
meneliti tentang pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Mila.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
pemanfaatan bidan oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mila.
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat adanya keterbatasan ilmu, tenaga dan biaya, maka penelitian ini
hanya dibatasi faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap
ibu hamil dan kebiasaan.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
bidan oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mila Kabupaten Pidie tahun 2009.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan pemanfaatan bidan diwilayah
kerja Puskesmas Mila.
4
4
2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu hamil dengan pemanfatan bidan
diwilayah kerja Puskesmas Mila.
3. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu hamil dengan pemanfaatan bidan
diwilayah kerja Puskesmas Mila.
4. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga ibu hamil pemanfaatan
bidan diwilayah kerja Puskesmas Mila.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat teoritis
1. Sebagai masukan bagi Puskesmas untuk memperbaiki peran bidan di wilayah
kerja Puskesmas Mila dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-
ibu hamil.
2. Menambah referensi tentang peran bidan dalam pemberian pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil.
1.5.2. Manfaat Aplikatif
- Sangat bermanfaat untuk evaluasi bagi bidan-bidan yang berkerja di wilayah
kerja Puskesmas Mila Kabupaten Pidie dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum dan ibu hamil khususnya.
5
5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
2.1.1. Pandangan Beberapa Orang Ahli Mengenai Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Mckinlay 1972, mengindentifikasikan 6 (enam) pendekatan utama mengenai
pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu dari sudut ekonomi, sosio demografi
psikologi sosial, sosial budaya, dan organisasi. Banyak penelitian tentang kesehatan,
penyakit dan perilaku sakit, masing-masing melihat dan perspektif pendekatan
tersebut (Marshall, dkk yang dikutip Muzaham, 1995).
Adapun 3 (tiga) para ahli tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Ronald Andersen (1968)
Menurut Andersen sekuensi determinan individu terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan tergantung pada: (1) predisposisi keluarga untuk pemanfaatan
pelayanan kesehatan, (2) kemampuan mereka untuk melaksanakanya, dan (3)
kebutuhan mereka terhadap jasa pelayanan tersebut. Masing-masing komponen
mencangkup beberapa dimensi “sub komponen” yang menghasilkan defenisi teoritis
dan operasional dari model tersebut (Marshall, dkk Muzaham, 1995).
Komponen “predisposisi” keluarga dalam model tersebut mencangkup
karateristik keluarga sebelum kejadian penyakit, dimana terdapat kecendrungan yang
berada dalam penggunaan pelayanan kesehatan: meliputi variabel demografik
(seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan): variabel stuktur sosial (seperti
pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, suku bangsa): serta dipercayaan dan sikap
6
6
terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit termasuk stress serta kecemasan
yang ada kaitanya dengan kesehatan (Marshall. dkk dalam Muzaham. 1995).
Variabel-variabel “predisposisi” keluarga ini tidak semuanya berpengaruh
lansung terhadap pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, akan tetapi sebagai faktor
pendorong untuk menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Sedangkan komponen kedua “kemampuan” merupakan suatu kondisi yang
memungkinkan orang memanfaatkanya pelayanan kesehatan, atau setidak-tidaknya
mereka siap memanfaatkanya.
Jika faktor predisposisi keluarga dan kemampuan tersebut ada maka variasi
persepsi terhadap penyakit atau kemungkinan kejadianya serta cara orang
menghadapi penyakit atau kemungkinan sakit akan menentukan dalam penggunaan
pelayanan kesehatan. Subkomponen pertama, yakni kebutuhan yang “dirasakan”
(perceived need), diukur dengan: (1) perasaan subjektif terhadap penyakit; dan (2)
evaluasi klinis terhadap penyakit. Selanjutnya reaksi terhadap penyakit diukur dari
kunjungan ke dokter menurut gejala penyakit; dan juga diukur dari jumlah resep
yang dikeluarkan secara teratur setiap pemeriksaan fisik (Marshall, dkk dalam
Muzaham, 1995).
b. J. Young (1990)
J. Young (dari buku Marshall, dkk dalam Muzaham, 1995) merumuskan
bahwa pengambilan keputusan tentang pengobatan ditentukan oleh 4 (empat) unsur
utama, yakni:
1) “Daya tarik” (gravity), yaitu tingkat keparahan yang dirasakan oleh
kelompok refenisi individu.
7
7
2) Pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan popular (home remedy),
bersumber pada sistem rujukan awam.
3) “Kepercayaan” (faith), atau tingkat kepercayaan terhadap keberhasilan dari
berbagai pilihan pengobatan.
4) “Kemudian” (accessibility); meliputi biaya dan tersedianya fasilitas
pelayanan kesehatan.
c. Resentock (1974).
Rosentock mengatakan, hipotesis dalam model HBM (heatlh belief model)
adalah orang tidak akan mencari pertolongan medis atau pencegahan penyakit bila
mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relevan dengan
kesehatan, bila memandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin dengan
keberhasilan intervensi medis, dan bila mereka melihat adanya beberapa kesulitan
dalam melaksanakan perilaku kesehatan yang disarankan (Marshall, dkk dalam
Muzaham, 1995).
2.1.2 Pola Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat
Pemanfaatan fasilitas kesehatan Pukesmas oleh masyarakat dapat dilihat dari
beberapa indikator yang antara lain sebagai berikut :
1. Rata-rata kunjungan per hari buka pukesmas
2. Frekwensi kunjungan puskesmas.
Meskipun angka rata-rata kunjungan perhari di puskesmas pada tahun 2009
sudah cukup tinggi (108 kunjungan pukesmas/hari). Namun tidak sedikit puskesmas
yang kunjungan rata-rata perhari dibawah 100 orang. Hasil Sunsenas 2000
8
8
menunjukan bahwa diantara penduduk yang mempunyai keluhan sakit hanya 36,76%
yang berobat jalan ke berbagai sarana pelayanan kesehatan dan sebesar 62,83% yang
mengobati sendiri. Diantara penduduk yang berobat jalan hanya sebesar 27,8% yang
berobat jalan ke pukesmas dan pukesmas pembantu, 30,55% ke dokter praktek,
14,54% ke petugas kesehatan, serta 3,50% ke dukun atau tabib (Profil Kesehatan
Indonesia, 2000).
2.2. Peranan Bidan
Peran bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak sangat diperlukan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga bidan maupun bidan desa PTT dengan profesinya sudah dapat menurunkan
angka kematian ibu dan bayi saat bersalin. Hal ini merupakan target dan harapan dari
kebijaksanaan Departemen Kesehatan jasa bidan PTT masih berusia muda dan belum
berumah tangga, sehingga kepercayaan masyarakat khususnya kaum ibu yang ingin
bersalin masih sangat kurang, karena profesi bidan PTT belum memadai (Depkes
RI,2003).
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan di desa, Pelaksanaan pembinaan
meliputi:
1. Pembinaan bidan di desa pada masa orientasi sebelum tugas, kegiatan ini
dilakukan pada masa orientasi di Dinas Kesehatan kabupaten RS atau Kota
dan Puskesmas.
2. Komunikasi rutin dan pembinaan bidan Puskesmas, baik secara langsung
maupun melalui bidan sub koordinator.
9
9
3. Bimbingan teknik kepada bidan di desa yang bernampilan kurang. Bidan
yang mendapat perioritas untuk di bina adalah secara intensif agar menduduki
10% peringkat terbawah.
4. Penyusunan laporan mengenai :
1. Kegiatan pembinaan teknis yang telah dilakukan dan hasilnya.
2. Tingkat keterampilan professional bidan diwilayah kabupaten / kota
sebagai bahan evaluasi.
1.2.1. Tujuan Penempatan Bidan Di Desa
Dalam melaksanakan tugas bidan di desa mempunyai beberapa tugas baik
tugas umum maupun tugas khusus, dimana tugas umumnya adalah meningkatkan
mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui Pukesmas dan Posyandu dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi, anak balita dan menurunkan angka
kesakitan serta meningkatkanya kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup sehat.
Sedangkan tujuan khusus dari penempatan bidan di desa yang diungkapkan oleh
Depkes RI tahun 1992 yaitu meningkatnya mutu pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan khususnya 5 program
prioritas di desa, meningkatnya mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal serta pelayanan kontrasepsi, menurunya jumlah-jumlah
kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan, meningkatnya kemampuan
keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan kesehatan kelompok Dasa
wisma dan meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD
termasuk gerakan dana sehat.
10
10
1.2.2. Kegiatan Bidan Di Desa
Sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diatur oleh Permenkes RI
No.363/Per/IX 1990 maka kegiatan yang ditempatkan di desa adalah sebagai berikut:
a. Mengenal Wilayah
b. Mengumpulkan Data
c. Mengerakkan Peran serta Masyarakat
d. Memberi Bimbingan Teknis Kepada Kader
e. Melakukan Pembinaan anak pra Sekolah
f. Memberikan Pelayanan Persalinan
g. Memberi pertolongan pada pasien (orang sakit)
h. Kunjungan rumah
i. Melatih dan membina dukun bayi
j. Melatih dan membina ketua kelompok dasawisma.
k. Mengerakan masyarakat agar melakukan kegiatan dana sehat.
l. Mencatat semua kegiatan yang telah dilakukan dan melapor secara berkala
kepada Pukesmas sesuai dengan ketentuan.
m. Bekerja sama dengan rekan staf Pukesmas setiap bulan.
n. Menghadiri rapat staf (loka karya mini) Pukesmas setiap bulan.
o. Merujuk penderita kelainan jiwa dan melakukan perawatan tindak lanjut dengan
kelainan jiwa yang dirujuk oleh Pukesmas.
p. Merujuk penderita dengan kelainan jiwa dan melakukan perawatan, pengobatan
tindak lanjut pasien dengan kelainan jiwa yang dirujuk oleh Puskesmas.
(Panduan Bidan di Tingkat Desa, Depkes RI tahun 1992).
11
11
2.3. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemafaatan Bidan Oleh Ibu Hamil
Umur merupakan suatu kreatifitas seseorang dalam menjalankan tugas atau
pekerjaan karena hal ini sangat berkaitan dengan kemampuan gerak seseorang dalam
menjalankan kegiatan atau aktivitas. Termasuk angka kesakitan dan kematian dalam
hampir semua keadaan menunjukan hubungan dengan umur.
Umur sangat berpengaruh terhadap perkembangan dalam melaksanakan tugas
maupun dalam melakukan aktifitas, oleh sebab itu Bidan Desa, umur tersebut yang
harus diperhatikan. Dari umur seseorang sangat berpengaruh dalam memberikan
pelayanan, kerja yaitu 15-49 tahun. Maka apabila bidan desa yang umumnya bekisar
pada masa produktif kerja, maka dalam memberikan pelayanan terhadap ibu hamil
lebih efektif.
2.3.1. Pendidikan.
Tingkat kejadian sedemikian pentingnya sehingga dari seseorang dalam
melakukan aktifitas atau pekerjaan sangat menentukan. Pengetahuan yang terbatas
tentang kebutuhan dirinya sehari-hari akan memberikan dampak terhadap kebiasaan
hidup. Akibatnya masalah dalam menjalani hidup. (Jelilife. 1994).
Menurut Haidyrachman (1990), pendidikan merupakan usaha yang dilakukan
secara sadar untuk membina kemampuan manusia baik fisik maupun mentalnya
untuk meningkatkan kemampuan dan kecerdasan peserta didik.
Sesuai dengan GBHN 1993 bahwa pendidikan suatu usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
12
12
Pendidikan kesehatan dibagi dalam 3 periode (Babak, 1992) yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada ibu hamil.
Pendidikan kesehatan pada ibu semasa hamil mencangkup : adaptasi fisiologik
dan fisikologik pada ibu hamil.
b. Pendidikan kesehatan pada ibu hamil menghadapi proses melahirkan atau
persalinan. Mencangkup pelajaran menghadapi proses persalinan, bagaimana
mengontrol nyeri atau ketidak nyaman selama masa persalinan dan apabila perlu
partisipasi keluarga/suami menghadapi persalinan.
c. Pendidikan kesehatan setelah melahirkan.
Seperti proses pemulihan organ reproduksi, merawat kesehatan diri, keterampilan
menjadi ibu.
2.3.2. Pekerjaan
Pekerjaan sangat menentukan tingkat pendapatan yang bepengaruh terhadap
penyediaan kebutuhan dalam keluarga, kita semua tahu bahwa kemiskinan akan
menyebabkan tingginya penyakit terutama penyakit yang terjadi pada Balita yang
dapat dicegah melalui imunisasi. Pekerjaan juga sangat menentukan terhadap
seseorang untuk berbuat atau dalam mencari tempat pelayanan kesehatan untuk
memberi imunisasi. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi terhadap waktu kunjugan
yang dilakukan tidak tepat atau sesuai dengan anjuran oleh petugas kesehatan.
Namun pekerja bukanlah suatu penghambatan dalam bertindak. Bila ada kemauan
ataupun ibu memiliki pengetahuan yang baik terhadap kesehatan anak maka ia akan
berusaha untuk melakukan dan rela meningalkan pekerja untuk sementara.
(Saifuddin, 2000).
13
13
2.3.3. Pendapatan.
Tingkat ekonomi keluarga yang mapan memungkinkan anggota keluarga
untuk memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya dibidang pendidikan, kesehatan,
pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika ekonomi lemah
maka menjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan terhadap pelayanan
kesehatan. Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan, orang tua yang tidak bekerja atau
berpenghasilan rendah) yang memang peranan penting dalam meningkatkanya status
kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan orang tua erat kaitanya dengan tingkat
penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan
pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibandingkan dengan
penghasilan yang rendah, akan berdampak bekurangnya pemamfaatan pelayanan
kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena kurangnya daya beli obat
maupun biaya transportasi dalam hal mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.
Dalam mencari pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pengobatan gratis yaitu
biaya yang dikeluarkan untuk mendapat pelayanan kesehatan di Pukesmas
(Notoadmodjo, 2005).
2.3.4. Pengetahuan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal atau sesuatu.
Pengetahuan dapat mempengaruhi prilaku seseorang. Syarif dalam Notoadmodjo
(1997) pengetahuan adalah kesan dari pikiran manusia sebagai hasil panca indra,
peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun
hubungan positif antara kedua sejumlah penelitian, pengetahuan tertentu tentang
kesehatan mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan terjadi, tetapi tindakan
14
14
kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila seseorang
mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya bertindak atas dasar
pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan factor penting dalam
menghasilkan peubahan namun tidak memadai dalam perubahan perilaku kesehatan
(Azwar, 1996).
2.3.5. Sikap.
Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek. Manisfestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukan konotasi adanya kesesuain reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
simulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu (Azrul Azwar, 1996).
Alford (1954) yang dikutip (Entjang, 1986) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (Keyakinan)
Merupakan ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Keyakinan Emosional
Merupakan evaluasi emosional terhadap suatu objek
c. Kecendrungan untuk bertindak atau mempraktekan (tend to behave)
Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung, Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapatan atau pernyataan
15
15
responden terhadap suatu objek dan secara tidak lansung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditanyakan pendapatan
responden. Sikap ibu kaitanya dengan bidan desa terlihat dari ibu dalam mengunakan
polindes.
2.3.6. Kebiasaan
Sosial budaya adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup
bersama oleh kerena adanya hubungan antara mereka, hubungan tersebut antara lain
menyangkut hubungan timbal balik yang sehingga mempengaruhi dan juga suatu
kesadaran untuk saling menolong (Sukanto, 1990).
Tujuan-tujuan sosial budaya dapat diklarifikasikan beberapa sudut atau dasar
berbagai kriteria atau ukuran.
a. Besar kecilnya jumlah anggota
b. Derajat jumlah sosial
c. Kepentingan dan wilayah
d. Kelangsungan suatu kepentingan
e. Derajat organisasi
f. Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial dan tujuan
16
16
2.4. Kerangka Teoritis
Gambar 1 Kerangka Teoritis
17
17
Notoatmodjo (2003)- Umur- Pendidikan- Pekerjaan- Pegetahuan- Sikap
Azwar (1996)- Fasilitas Kesehatan- Petugas kesehatan- Sikap- Pelayanan Kesehatan
Muzaham (1995)- Pengetahuan - Motivasi- Kebiasaan- Bahaya penyakit - Kayakinan terhadap
intervensi Medis-
Kosmoro (1981)- Pendapatan- Sosial Ekonomi- Pendidikan
Pemafaatan Bidan
BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL
3.1. Kerangka konsep
Bedasarkan tioritis yang dikeluarkan oleh Notoatmodjo (2003). Azwar (1996)
dan Muzaham (1995), maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai beriktu :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar. 2Kerangka Konsep Penelitian
18
18
Umur
Pendidikan
Pendapatan
Pengetahuan
Pemanfaatan BidanDesa Oleh Ibu Hamil
3.2. Defenisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil UkurSkala Ukur
Dependent
PemamfaatanBidan Desa
Upaya yang dilakukan oleh ibu hamil dalam memamfaatkan pelayanan kesehatan pada bidan desa
Wawancara Kuisioner - Ada- Tidak ada
Ordinal
Dependent
Umur
Usia seorang ibu hamil yang dihitung dari ulang tahunya yang terahir.
Wawancara Kuisioner
- Medan- Dewasa Muda- Tua
Ordinal
Pedidikan
Tingkat pendidikan formal yang yang ditempuh oleh ibu yang mendapatkan ijazah
Wawancara Kuisioner- Tinggi- Menengah- Dasar
Ordinal
Pendapatan
Rata-rata penghasilan yang diperoleh ibu hamil dalam keluarga untuk memunuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Wawancara Kuisioner- Mencukupi- Kurang mencukupi
Ordinal
Pengetahuan
Kemampuan ibu hamil dalam memahami mamfaat mendapatkan pelayanan kesehatan di bidan
Wawancara Kuisioner- Baik- Kurang
Ordinal
3.3. Cara Pengukuran Variabel
3.3.1. Pemamfaatan Bidan : (Notoatmodjo)
- Ada : Apabila nilai skor jawaban responden ≥ 50%
- Tidak ada : Apabila nilai skor dari jawaban responden < 50%
3.3.2. Umur : (Depdiknas RI. 2005)
- Muda : Bila responden berumur ≤ 20 tahun
- Dewasa Muda : Bila responden berumur 21 -36 tahun
- Tua : Bila responden berumur ≥ 37
19
19
3.3.3. Pendidikan : (Depdiknas, 2004)
- Tinggi : Apabila responden menamatkan pendidikan Akademi/
Peguruan tinggi
- Menengah : Apabila responden menamatkan pendidikan STA
sederajat
- Dasar : Apabila responden menamatkan pendidikan SLTP/ SD
sederajat
3.3.4. Pendapatan (UMP NAD, 2007)
- Mencukupi : Apabila responden memiliki pendapatan
≥ Rp. 850.000
- Kurang mencukupi : Apabila responden memiliki pendapatan
< Rp 850.000
3.3.5. Pengetahuan : (Muzahaam1995)
- Baik : Apabila nilai skor jawaban responden ≥ 50%
- Kurang : Apabila nilai skor jawaban responden < 50%
20
20
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain cross
sectional, dimana pengumpulan data variabel Dependen dn Independen dilakukan
penelitian pada saat yang bersamaan.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mila Kabupaten Pidie
tahun 2009.
4.3. Jadwal Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2009 yang dilakukan oleh
penulis sendiri.
4.4. Populasi dan Sampel
4.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berada diwilavah kerja
Puskesmas Mila sebanyak 118 ibu hamil.
4.4.2. Sampel
Dalam buku Notoadmodjo (2001) untuk menentukan jumlah sampel
(besarsampel) digunakanlah metode purposive sampling dengan menggunakan
rumus:
21
21
n N1+N (d2)
Keterangan :
N = Besarnya Populasi
n = Besarnya Sampel
d = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang dikehendaki
Maka
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut. Maka
diperoleh sampel sebanyak 55 orang ibu, kemudian sampel diambil berdasarkan
proporsi setiap desa di wilayah kerja puskesmas Mila dengan teknik Proportional
sampling yang selanjutnya diambil secara random sampling dengan sistem acak.
TABEL 4.1DISTRIBUSI JUMLAH SAMPEL UNTUK SETIAP DESA DI KECAMATAN
MILA KABUPATEN PIDIE TAHUN 2009
No Desa Jumlah Ibu Hamil Sampel1 Tuha Lala 8 42 Miyup Lala 5 23 Kulu 6 34 Lhok Lubu 7 35 Krueng Lala 7 36 Babah Juroeng 5 27 Mesjid Andeu 3 18 Dayah Andeu 5 29 Dayah Sinthop 6 310 Pulo tanjong 5 211 Teumeucet 7 312 Blang Cut 6 313 Kumbang 7 314 Meunasah Balang 6 3
22
22
15 Lagang 6 316 Tunong Ilot 5 217 Baroh Iloet 6 318 Teungoeh Iloet 5 219 Mesjid iloet 4 220 Ara Bungkok 9 4
Total 118 55
4.5. Pengumpulan Data
4.5.1. Data primer
Data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian menggunakan metode
wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun sesuai dengan
variabel penelitian.
4.5.2. Data sekunder
Data sekunder didapatkan di Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, Puskesmas Mila serta
literatur-literatur lainnya yang mendukung penelitian ini.
4.6. Pengolahan Data
Setelah data berhasil dikumpulkan langkah selanjutnya yang akan penulis
lakukan adalah pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
4.6.1. Editing
Setelah instrumen wawancara dan observasi digunakan penulis melakukan
pemeriksaan terlebih dahulu untuk menilai kesesuaian instrumen demikian
juga data yang dikumpulkan.
4.6.2. Coding
Setelah selesai editing, penulis melakukan pengkodean data yakni untuk
pertanyaan-pertanyaan terbuka.
23
23
4.6.3. Tabulating
Setelah data diediting dan dicoding langkah selanjutnya penyajian data.
4.6.4. Data Analysis
Analisa data bersifat deskriptif dengan menggunakan tabulasi silang yang
pengolahan datanya menggunakan komputer.
4.7. Penyajian Data
Data penelitian yang didapat dan hasil wawancara melalui kuisioner akan disajikan
dalam bentuk tabel silang distribusi frekuensi serta dinarasikan.
24
24