Upload
kadaimamak
View
26
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
SISTEM PENGAPIAN
Sistem pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses
pembakaran campuran bensin dan udara di dalam silinder sesuai waktu yang
sudah ditentukan yaitu pada akhir langkah kompresi. Permulaan pembakaran
diperlukan karena, pada motor bensin pembakaran tidak bisa terjadi dengan
sendirinya. Pembakaran campuran bensin-udara yang dikompresikan terjadi di
dalam silinder setelah busi memercikkan bunga api, sehingga diperoleh tenaga
akibat pemuaian gas (eksplosif) hasil pembakaran, mendorong piston ke TMB
menjadi langkah usaha. Agar busi dapat memercikkan bunga api, maka diperlukan
suatu system yang bekerja secara akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai
komponen, yang bekerja bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat dan
singkat.
Pada sistem pengapian konvensional terdapat beberapa kelemahan yang
selanjutnya akan menurunkan performance dari sistem pengapian tersebut apabila
telah dipakai dalam kurun waktu tertentu, disamping itu juga bila putaran mesin
bertambah, tegangan tinggi yang dihasilakan oleh ignition coil akan menurun
sebanding dengan kenaikan putaran mesin. Untuk memperbaiki hal-hal tersebut
pada sistem pengapian digunakan sistem pengapian transistor.
Breaker point pada sistem pengapian biasanya memerlukan pemeliharaan
berkala karena beroksidasi selama adanya loncatan bunga api. Sistem solid-state
transistorized ignition (yang selanjutnya disebut dengan sistem pengapian
transistor) yang dikembangkan untuk mengahapuskan perlunya pemeliharaan,
yang pada akhirnya mengurangi biaya pemeliharaan bagi pemakai. Kelengkapan
dari sistem pengapian transistor adalah sebagai berikut :
1. Distributor dengan signal rotor
2. Igniter
3. Ignition coil
4. Busi (Spark plug)
Pada sistem pengapian transistor, signal generator dipasang di dalam
distributor untuk menggantikan breaker point dan cam. Signal generator
membangkitkan tegangan untuk mengaktifkan transistor pada igniter untuk
memutus arus primer pada ignition coil. Transistor yang dipergunakan untuk
memutus aliran arus primer tidak mengadakan kontak logam dengan logam,
sehingga tidak tejadi keausan dan penurunan tegangan sekunder.
Gambar. Transistorized ignition system
Gambar. Sistem pengapian full transistor
A. DISTRIBUTOR DAN SIGNAL GENERATOR
Bagian yang paling penting pada distributor untuk sistem pengapaian
full transistor adalah signal generator, signal generator terdiri dari :
Signal rotor
Pick-up coil
Bracket
Permanent magnet
Signal generator adalah semacam generator AC (arus bolak balik)
berfungsi untuk menghidupkan power transistor didalam igniter untuk
memutuskan arus primer ignition coil pada saat pengapian yang tepat.
1. Konstruksi
Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi
magnet kepada pick-up coil untuk membangkitkan arus bolak balik (AC)
dan signal rotor yang menginduksi tegangan AC didalam pick-up coil
sesuai dengan saat pengapian. Signal rotor mempunyai gigi-gigi sebanyak
jumlah silinder (4 gigi untuk 4 silinder dan 6 gigi untuk 6 silinder). Signal
rotor dipasang pada distributor shaft seperti pemasangan camlobe pada
sistem pengapaian konvensional.
Pick-up coil dipasang pada bracket yang berfungsi untuk merubah
fluksi magnet menjadi tegangan induksi. Bracket sebagai inti besi dari
pick-up coil yang nantinya akan menjadi magnet induksi pada saat terjadi
penghantaran medan magnet dari magnet permanen melalui signal
rotor.permanent magnet berfungsi sebagai sumber dari induksi untuk pick-
up coil yang dipasang pada bracket.
Gambar. Signal generator
2. Prinsip Pembangkitan EMF
Garis gaya magnet (magnetic flux) dari magnet permanen mengalir
dari sigal rotor melalui pick-up coil. Celah udara antara rotor dan pick-up
coil yang berubah-ubah, maka kepadatan garis gaya magnet pada pick-up
coil berubah. Perubahan kepadatan garis gaya (flux density) ini
membangkitkan EMF (tegangan) dalam pick-up coil.
Gambar. Pick up coil magnet flux change and EMF
Gambar dibawah ini menunjukkan posisi signal rotor, perubahan
garis gaya yang terjadi dan EMF yang dibangkitkan pada pick-up coil.
Bila gigi rotor berada pada posisi A, celah dengan pick-up adalah celah
yang terbesar, jadi flux density amat lemah. Juga karena tingkat perubahan
pada (magnetic flux) garis gaya magnetnya nol, maka tidak ada EMF yang
dibangkitkan.
Signal rotor terus berputar lebih jauh dari posisi ini, maka celah
udara mengecil dan fluk density menjadi besar. Pada posisi B perubahan
flux (garis gayanya) yang terbesar dibangkitkan EMF maksimum. Pada
posisi antara B dan C, perubahan flux (garis gayanya) berkurang dan EMF
yang dibangkitkan pun berkurang.
Karena EMF dalam pick-up coil di induksikan dengan arah
melawan perubahan garis gaya, arah EMF terbalik pada saat gigi signal
rotor mendekati pick-up coil seperti terlihat pada B (pada saat celah udara
berkurang dan menambah garis gaya) dan pada saat signal rotor bergerak
menjauhi pick-up coil seperti terlihat pada D (pada waktu celah udara
bertambah dari garis gaya berkurang), sehingga keluar output AC.
Karena tegangan yang di bangkitkan bertambah bila variasi flux persatuan
waktu naik, maka tegangan yang dibangkitkan akan naik bila kecepatan
mesin meningkat.
Gambar. Rotor position relative to pick-up coil
Jadi kita dapat mengambil kesimpulan bahwa apabila gerakan gigi
rotor mendekati inti pick-up coil. pada pick-up coil akan tegangan positif
dan sebaliknya apabila gigi rotor bergerak menjauhi inti pick-up coil akan
tercipta tegangan negatif. Disamping itu tegangan paling maksimum
tercipta saat gigi rotor akan mendekati atau mulai menjauhi posisi sejajar
dengan inti pick-up coil.
Sesuai dengan prinsip generator dimana tegangan yang dihasilkan akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
E = N Volt
Dimana,
E ; Tegangan yang dihasilkan pick-up coil
N ; Jumlah lilitan pada pick-up coil
; Kecepatan pemutusan fluksi magnet pada inti pick-up coil
Dengan jumlah lilitan pada pick up coil yang harganya tetap dan
kecepatan pemutusan fluksi magnet pada inti pick-up coil yang harganya
tergantung dari kecepatan putar dari signal rotor, maka tegangan yang
dihasilkan oleh pick-up coil sangat bergantung pada kecepatan putar dari
signal rotor dimana bila kecepatannya lambat (putarannya rendah),
tegangan yang dihasilkan pick-up coil juga rendah sebaliknya jika putaran
tinggi tegangan yang dihasilkan juga tinggi.
B. IGNITER
Igniter terdiri dari sebuah detekor yang mendeteksi EMF yang
dibangkitkan oleh signal generator dan berfungsi untuk mendeteksi signal dari
tegangan pick-up coil yang seterusnya akan mengontrol kerja dari igniter;
signal amlifier dan power transistor, yang melakukan pemutusan arus primer
ignition coil pada saat yang tepat sesuai dengan signal yang diperkuat.
Pengaturan dwell angle untuk mengoreksi primary signal sesuai
dengan bertambahnya putaran mesin disatukan didalam igniter. Beberapa type
igniter delengkapi dengan sirkuit pambatas arus (current limiting circuit)
untuk mengatur arus primer maksimum.
Gambar. Igniter
1. Prinsip kerja pengapian transistor
Mengingat Rumitnya sirkuit igniter karena penggunaan IC
(integrated cicuit), maka cara kerja igniter disini dijelaskan dengan
menggunakan sirkuit diagram yang disederhanakan.
a. Mesin mati
Pada saat kunci kontak ON maka tegangan dialirkan ketitik P.
tegangan pada titik P berada dibawah tegangan basis yang diperlukan
untuk mengaktifkan transistor melalui pengatur tegangan R1 dan R2.
akibatnya transistor akan tetap OFF selama mesin mati, sehingga tidak
ada arus primer yang mengalir pada ignition coil.
Gambar. Engine stopped
b. Mesin hidup (tegangan positif dihasilkan pada pick-up coil)
Bila mesin dihidupkan, maka signal rotor pada distributor akan
berputar, meghasilkan tegangan AC dalam pick-up coil. Bila tegangan
yang dihasilkan adalah positif, tegangan ini ditambahkan dengan
tegangan dari baterai (yang dialirkan ketitik P), untuk menaikan
tegangan pada titik Q diatas tegangan kerjanya transistor, dan
transistor ON. Akubatnya, arus primer ignition coil mengalir ke
transistor dari colector ( P ) ke emiter ( E ).
Gambar. Transistor turn on
c. Mesin berputar (tegangan negatif dihasilkan dalam pick-up coil)
Bila tegangan AC yang dihasilkan dalam pick-up coil adalah
negatif, tegangan ini ditambahkan pada tegangan titik P sehingga
tegangan pada titk Q turun dibawah tegangan kerja transistor dan
transistor OFF. Akibatnya arus primer (primery current) terputus dan
tegangan tinggi di induksikan pada kumparan sekunder.
Gambar. Transistor turn off
2. Pengaturan Dwell Angle
Lamanya arus mengalir melalui kumparan primer biasanya
menurun bila kecepatan mesin bertambah, dengan demikian tegangan
induksi pada kumparan sekunder berkurang
Gambar. Comparison of induced secondary voltage
Yang dimaksud dengan pengaturan dwell angle disini adalah
pengaturan secara elektronika lamanya pengaliran arus ke ignition coil
(disebut dwell angle) sesuai dengan kecepatan putaran poros distributor.
Pada kecepatan rendah, dwell angle dikurangi untuk mencegah pengaliran
arus primer yang berlebihan, dan dweel angle ditambah bila putaran
bertambah untuk mencegah arus primer menurun, pengaturan ini
dilakukan oleh dwell control.
Gambar. Dwell angle control characteristic
3. Current Limiting Control
Current limiting control adalah suatu sistem yang mengontrol
aliran arus pada kumaparan primer, sehingga arus primer dipertahankan
konstan pada setiap saat, mulai dari kecepatan rendah sampai pada
kecepatan tinggi dan memungkinkan untuk menghasilkan tegangan
sekunder yang konstan.
Dengan mengurangi tahanan kumparan dan mengontrol aliran arus,
maka sistem ini akan meningkat pengaliran arus. Namun demikian,
dengan sistem ini dapat berakibat coil atau power transistor terbakar. Oleh
sebab itu, setelah arus kumparan primer mencapai tingkat tertentu, akan
diatur secara kelistrikan oleh igniter agar tidak terjadi pegaliran arus yang
berlebihan
Gambar. Current limiting control
Karena current limiting control membatasi aliran arus primer,
maka untuk ignition coil tipe ini tidak diperlukan external resistor.
C. I I A
IIA adalah singkatan dari “Integrated Ignition Assembly “, IIA
menggabungkan igniter dan ignition coil dengan distributor, sedangkan pada
“non IIA“ di pasang secara terpisah. IIA dapat dijelaskan seperti berikut :
Kecil dan ringan
Tidak mengalami masalah putus sambungan, jadi kendalanya tinggi
Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap air
Tidak mudah terpengaruh oleh kondisi sekitarnya.
Gambar. IIA (external view)
D. E S A
ESA adalah singkatan “Electronica Spark Advancer “. Dalam sistem ini
harga saat pengapian optimum disimpan dalam engine control computer untuk
setiap kondisi mesin. Sistem ini bekerja mendeteksi kondisi mesin (putaran
mesin, aliran udara masuk, temperatur mesin dan lain-lain) berdasarkan sinyal
dari setiap engine sensor, selanjutnya menentukan saat pengapian yang
optimum sesuai dengan kondisi mesin dengan mengirim sinyal pemutus arus
primer ke igniter yang mengontrol saat pengapian.
Dengan sistem ini dapat diwujudkan pengaturan yang lebih teliti
berdasarkan kondisi kerja mesin dan ini tidak dapat diperoleh pada sistem
Non-ESA yang hanya dapat mengatur putaran mesin dan manifold vaccum
dengan menggunakan vaccum advencer yang terdapat pada distributor.
Gambar. Advancing by engine RPM
Dengan penggunaan electronik spark advance sistem, maka pick-up
coil disatukan dalam distributor yang membangkitkan sinyal putaran
mesin (sinyal Ne) dan sinyal posisi sudut poros engkol sebagai pedoman
(G sinyal). Mekanisme vaccum controller dan governor tidak digunakan.
Gambar. Distributor (cross section)
E. D L I ( DISTRIBUTOR LESS IGNITION) /
PENGAPIAN TANPA DISTRIBUTOR )
Pada sistem pengapian transistor yang lama tegangan tinggi dibangkitkan
oleh satu ignition coil yang didistribusikan ketiap busi oleh distributor.
Gambar. DLI system block diagram
DLI adalah suatu sistem pengapian motor bensin yang tidak menggunakan
distributor. Pada Toyota, sistem ini mempergunakan sebuah ignition coil
untuk setiap dua buah busi. ECU (electric Controll Unit) mendistribusikan
arus primer ketiap ignition coil secara langsung dan menyebabkan busi
melompatkan bunga api.
Sistem ini mempunyai keuntungan seperti berikut :
a) Ignition coil dapat ditempatkan didekat busi, kabel tegangan dapat
diperpendek, jadi dapat mengurangi suara berisik.
b) Dengan ditiadakannya distributor, maka kerugian internal discharge dapat
dihilangkan dan kebisinganpun dapat ditiadakan. Dengan adanya
pengurangan komponen yang bergerak, maka kemungkinan gangguan
pada komponen-komponen akan menjadi sedikit.
c) Karena tidak ada pengaturan secara fisik terhadap pengapian, seperti jarak
side electrode, maka saat pengapian dapat diatur pada skala yang lebih
besar. Pada saat pengapian dengan distributor, bila pengapian dimajukan
terlalu banyak, maka arus akan mengalir pada sebuah kedua sisi elektroda.
Gambar. In the type using distributor
F. TROUBLE SHOOTING SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK
Bila mencari penyebab gangguan, pertama yang harus dilakukan
adalah mengkonsentrasikan perhatian pada gejala gangguan. Bila gejala
gangguan tidak difahami dengan jelas, maka dibutuhkan waktu yang lama
untuk memperbaikinya. Untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam
mendapat penyebab gangguan perlu dilakukan pemeriksaan pada sistem
dengan urutan mulai dari yang paling kuat kemungkinannya sebagai penyebab
gangguan. Demikian dilakukan satu persatu secara berurutan. Bila tidak
ditemukan penyebab gangguan pada sistem pengapian, maka perlu juga
diperiksa sistem yang lain (sistem bahan bakar dan bagian utama mesin)
1. PROSEDUR TROUBLE SHOOTING
Bila ada gangguan pada sistem pengapian, problem dapat
disebabkan oleh mesin yang tidak tepat peyetelannya, diantaranya :
Misfiring (campuran udara-bahan bakar tidak terbakar)
Saat pengapian tidak tepat
Kemungkinan ada penyebab-penyebab lainnya, tetapi inilah yang
paling umum. Untuk menentukan mana yang mungkin sebagai penyebab,
maka perlu dilakukan pemeriksaan. Table dan flow chart berikut
menunjukkan cara-cara mencari gangguan.
Gejala gangguan Penyebab gangguan
Mesin tidak dapat hidup/susah hidup
Idle kasar atau mati-mati
Mesin lemah/akselerasi lemah
Bensin boros
Kemungkinan pertama sebagai penyebab
adalah misfiring. Selanjutnya yang perlu di
pertimbangkan adalah saat pengapian
Terjadi ledakan terus menerus pada
muffler
Terjadi ledakan balik pada mesin
(backfire)
Mesin terlalu panas (over heat)
Bagian-bagian yang menunjukkan adanya
adalah saat pengapian.