8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di rongga pleura 1 . 3.2 Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dibagi atas : 1. Pneumotoraks Spontan Pneumotoraks spontan adalah setiap pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenik), d atas dua jenis: a. Pneumotoraks Spontan Primer Suatu pneumotoraks yang terjadi tanpa ada riayat penyakit paru y mendasari sebelumnya, umumnya pada indi!idu sehat, deasa muda, tidak berhubungan dengan akti!itas "isik yang berat tetapi justru pada saat istirahat dan sampai sekarang belum diketahui penyebabn b.Pneumotoraks Spontan Sekunder c. Suatu pneumotoraks yang terjadi karena penyakitparu yang mendasarinya (tuberkulosis paru, PP#$, asma bronkial, pneumonia, tumor paru, dan sebagainya). 1. Pneumotoraks %raumatik 10

BAB iii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bdkfdkf

Citation preview

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam rongga pleura1.

3.2 KlasifikasiBerdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dibagi atas :1. Pneumotoraks Spontan Pneumotoraks spontan adalah setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenik), dibagi atas dua jenis: a. Pneumotoraks Spontan Primer Suatu pneumotoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat tetapi justru terjadi pada saat istirahat dan sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.

b. Pneumotoraks Spontan Sekunder c. Suatu pneumotoraks yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya (tuberkulosis paru, PPOK, asma bronkial, pneumonia, tumor paru, dan sebagainya).1. Pneumotoraks Traumatik Pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks traumatik tidak harus disertai dengan fraktur iga maupun luka penetrasi yang terbuka. Trauma tumpul atau kontusio pada dinding dada juga dapat menimbulkan pneumotoraks. Berdasarkan kejadiannya pneumotoraks traumatik dibagi 2 jenis yaitu: a. Pneumotoraks Traumatik Bukan IatrogenikPneumotoraks yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup. b. Pneumotoraks Traumatik Iatrogenik Pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks ini dibedakann menjadi dua jenis, yaitu : Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental, adalah pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/ komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan parasentesis dada, biopsi pleura, biopsi transbronkial, biopsi/aspirasi paru perkutaneus, kanulasi vena sentral, barotrauma (ventilasi mekanik). Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate), adalah pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara ke dalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box. Biasanya untuk terapi tuberkulosis (sebelum era antibiotik), atau untuk menilai permukaan paru.

Berdasarkan jenis fistulanya, pneumotoraks dapat dibagi menjadi 3, yaitu :1. Pneumotoraks tertutup (simple pneumothorax)Pneumotoraks dengan tekanan udara dirongga pleura yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan pleura pada sisi hemitoraks kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah dari tekanan atmosfir. Pada jenis ini tidak didapatkan defek atau luka terbuka dari dinding dada. 2. Pneumotoraks terbuka (open pneumothorax) Pneumotoraks terbuka terjadi karena luka terbuka pada dinding dada sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar melalui luka tersebut. Pada saat inspirasi, mediastinum dalam keadaan normal tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser kearah sisi dinding dada yang terluka (sucking wound).3. Pneumotoraks Ventil (tension pneumothorax)Pneumotoraks ini terjadi karena mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi udara masuk ke dalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara dari rongga pleura tidak dapat keluar. Semakin lama tekanan udara didalam rongga pleura akan meningkat dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul didalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas.

Berdasarkan luasnya paru yang mengalami kolaps, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu21. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru (< 50% volume paru).2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (> 50% volume paru).

3.3 Manifestasi Klinis 3.3.1 Anamnesis1,2a. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka.b. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.c. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.d. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer. e. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.3.3.2 Pemeriksaan Fisik3Inspeksi : Dapat terjadi pengembangan atau cembung dinding dada, tertinggal disisi yang sakit. Palpasi : Pada sisi yang sakit, sela iga dapat normal/melebar, ictus cordis terdorong kesisi yang sehat, fremitus melemah namun dapat juga menghilang. Perkusi :Resonansi perkusi dapat normal atau meningkat (hipersonor), batas jantung terdorong kesisi yang sehat jika tekanan meningkat. Auskultasi :Suara nafas melemah atau bisa juga menghilang. 3.3.3 Pemeriksaan Penunjang 1. Analisa Gas Darah1Analisa gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. 2. Foto ThoraxPemeriksaan foto dada garis pleura viseralis tampak putih, lurus atau cembung terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah antara kedua garis pleura tersebut tampak lusens karena berisi kumpulan udara dan tidak didapatkan corakan vaskular pada daerah tersebut1Paru terlihat kolaps, paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang berada di daerah hilus, jantung dan trakea dapat bergeser ke sisi yang sehat4.3. CT- Scan Thorax Pemeriksaan ini diperlukan apabila dengan pemeriksaan foto thoraks diagnosis masih belum dapat ditegakkan. CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder1.

3.4 Penatalaksanaan Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :1. Observasi dan Pemberian O2Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari. Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka.1,22. Tindakan dekompresiHal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan cara :1a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.1b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :1) Dapat memakai infus setJarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol.22) Jarum abbocathJarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol.23) Pipa water sealed drainage (WSD)Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 di garis mid klavikula. Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa belum bisa dicabut. Pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal.13. TorakoskopiYaitu suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks dengan alat bantu torakoskop. 4. Torakotomi 5. Tindakan bedah.2a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahitb. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak bias mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi.c. Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan atau terdapat fistel dari paru yang rusakd. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang, kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.4 Pengobatan Tambahan1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator.22. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat.23. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfisema.4I. Rehabilitasi21. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya.2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin terlalu keras.3. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk, sesak napas. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksan ringan.

10