5
BAB III PEMBAHASAN Pasien pada kasus ini merupakan seorang perempuan, 54 tahun, yang MRS dengan keluhan sesak napas sejak 2 minggu SMRS. Sesak napas dirasakan terus – menerus, tidak dipengaruhi oleh kegiatan tertentu, dan tidak menghilang dengan istirahat. Sesak napas akan lebih terasa memberat saat pasien tidur/ berbaring terlentang, dan akan lebih nyaman bila menggunakan bantal sedikit tinggi atau tidur miring. Keluhan seperti batuk (-), demam (-), nyeri dada (-), jantung berdebar (-). Pasien juga mengeluhkan perut membesar sejak 2 bulan SMRS. Awalnya, perut pasien tidak sebesar saat ini, namun kemudian disadari perut makin besar tiap harinya dan pasien merasa makin sulit bernapas/ sesak. Perut yang makin membesar ini disertai dengan nyeri pada perut bagian kanan atas sejak 3 minggu belakangan, dirasakan nyeri sedang (seperti tertusuk- tusuk (-)), menjalar (-) namun terkadang dirasakan di ulu hati, dan tidak selalu dirasakan. Selain itu, biasanya pasien merasakan perut makin tidak nyaman (terasa penuh/ kembung) bila setelah makan, sehingga pasien hanya makan dengan porsi sedikit dalam sebulan terakhir. Mual (-), muntah(-). Pasien juga mengatakan 51

BAB III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Interna

Citation preview

BAB IIIPEMBAHASAN

Pasien pada kasus ini merupakan seorang perempuan, 54 tahun, yang MRS dengan keluhan sesak napas sejak 2 minggu SMRS. Sesak napas dirasakan terus menerus, tidak dipengaruhi oleh kegiatan tertentu, dan tidak menghilang dengan istirahat. Sesak napas akan lebih terasa memberat saat pasien tidur/ berbaring terlentang, dan akan lebih nyaman bila menggunakan bantal sedikit tinggi atau tidur miring. Keluhan seperti batuk (-), demam (-), nyeri dada (-), jantung berdebar (-). Pasien juga mengeluhkan perut membesar sejak 2 bulan SMRS. Awalnya, perut pasien tidak sebesar saat ini, namun kemudian disadari perut makin besar tiap harinya dan pasien merasa makin sulit bernapas/ sesak. Perut yang makin membesar ini disertai dengan nyeri pada perut bagian kanan atas sejak 3 minggu belakangan, dirasakan nyeri sedang (seperti tertusuk-tusuk (-)), menjalar (-) namun terkadang dirasakan di ulu hati, dan tidak selalu dirasakan. Selain itu, biasanya pasien merasakan perut makin tidak nyaman (terasa penuh/ kembung) bila setelah makan, sehingga pasien hanya makan dengan porsi sedikit dalam sebulan terakhir. Mual (-), muntah(-). Pasien juga mengatakan setelah perut cukup membesar, kedua kakinya ikut menjadi bengkak. Berat badan dirasakan meningkat dalam 2 bulan terakakhir (+). BAB 2-3 hari sekali, kotoran berwarna cokelat, padat lunak, darah (-), lendir (-).BAK baik, lancar, nyeri akan/saat/setelah BAK (-), berwarna seperti teh (+) pasien tidak ingat sejak kapan tepatnya, buih (-), darah (-). Riwayat sakit kuning (-), dirawat dengan keluhan perut membesar, pada tanggal 14 Juli 2014 hasil USG ascites. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama, kontak dengan penderita sakit kuning (-). Dari pemeriksaan fisik ditemukan gizi kurang, sklera ikterik (+/+), white nail (+/+), perut cembung, dilatasi vena (+), spider nevi (+), undulasi (+), shifting dullness (+), lingkar perut 103 cm, pitting edema ekstremitas inferior (+/+). Pada pemeriksaan penunjang laboratrium I, ditemukan SGOT/SGPT (247/210 U/L) meningkat, HBsAg (+). Ditegakkan diagnosis sementara yaitu ascites dan hepatitis B, dengan diagnosa banding suspek sirosis hepatis. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium II, ditemukan neutropenia, monositosis, trombositopenia, peningkatan bilirubin total 3.4 mg/dL, bilirubin direk 1.2 mg/dL, bilirubin indirek 2.2 mg/dL, SGOT/SGPT 137/154 U/L. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan hepar mengecil, tepi tajam, permukaan rata, ekhostruktur parenkim homogen, corakan kasar, aorta caliber normal, tak tampak pembesaran limfe paraaorta dan parailiaka, lien bentuk dan besar normal, permukaan rata, ekhostruktur parenkim homogen, tak tampak lesi, serta ascites tampak dalam jumlah relatif banyak. USG mengesankan atrofi hepar, disertai ascites yang banyak, sehingga mengesankan keadaan cirrhosis hepatis dekompensata. Sehingga dapat ditegakkan diagnosis sirosis hepatis dekompensata.Diagnosis untuk pasien ini sirosis hepatis dekompensata disertai dengan ascites. Dalam kasus ini sirosis terjadi sebab adanya infeksi hepatitis B yang diperkirakan telah berlangsung lama dan tidak diketahui oleh pasien, serta tidak menimbulkan keluhan yang berarti bagi pasien. Hingga perjalanan penyakit infeksi HBV ini telah meregenerasi sel hepar, menjadi bentukan fibrosis dan berakhir pada sirosis dan menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang telah terjadi pada pasien ini adalah terbentuknya ascites. Akumulasi cairan dalam rongga peritoneum ini makin banyak dan kian mendesak diafragma sehingga menimbulkan keluhan sesak napas. Ascites kemudian diikuti dengan bengkak pada kedua tungkai. Terapi untuk pasien ini tentu ditujukan untuk mengatasi keluhan sesak napas yang dikarenakan ascites yang teralalu besar. Dengan diet saja tidak cukup, sehingga diberikan terapi diuretik berupa spironolactone dikombinasikan dengan furosemide dengan dosis masing-masing 200 mg/hari dan 80 mg/ hari. Terapi ini telah diberikan selama 3 hari ternyata tidak banyak mengurangi cairan ascites dan odema tungkai, terbukti dari lingkar perut (104 cm jadi 103,5) dan berat badan (62 tetap) tidak banyak berkurang. Semestinya dengan pemberian kombinasi diuretik diharapkan berat badan dapat turun 1 kg/ hari. Pilihan terapi lain, ialah dilakukan parasintesis atau punksi cairan ascites. Cairan ascites yang dapat dikeluarkan ialah sebanyak 350 cc, berwarna kuning muda, jernih,berbuih. Dan berat badan pasien turun menjadi 61 kg, dan 60 kg dalam 3 hari berikutnya, serta lingkar perut menjadi 101 cm, 100,5 cm. Terapi diuretik tetap diberikan. Seharusnya sebelum punksi dilakukan perlu diperiksa nilai albumin dan diberikan terapi albumin 6 gr (tiap liter ascites dikeluarkan diberikan 6 8 gr albumin). Terapi antibiotik seharusnya diberikan secepatnya bila terdapat ascites. Hal ini guna profilaksis terjadinya PBS. Antibiotik yang diusulkan adalah golongan cephalosporin, yakni seftriakson 1gr/12 jam/ IV. Sefotaksim tidak dipilih karena memberatkan fungsi hepar. Antibiotik pada kasus ini diberikan pada hari perawatan ke 4 setelah punksi dilakukan, yaitu cefixime. Terapi lainnya vitamin K diberikan untuk membantu pembekuan darah, sebab sintesis vitamin K akan terganggu pada keadaan sirosis hepatis. Hepa-Q merupakan vitamin hati yang membantu memperbaiki fungsi namun tidak menyembuhkan. Ketorolac dan ranitidine diberikan untuk mengatasi keluhan nyeri dan tidak nyaman pada abdomen. Aminoleban diberikan untuk memenuhi kebutuhan protein esensial yang tidak mencukupi. Sedangkan terapi antivirus dapat diberikan bila telah dilakukan pemeriksaan lanjutan HBeAg. Sebab pengobatan antivirus harus segera diberikan pada pasien sirosis dengan HBeAg positif.8,12 Jika tidak pasti pengobatan antivirus ini tidak praktis dari segi ekonomis. Prognosis untuk pasien dalam kasus ini tidak bisa ditentukan dengan skor Child- Pugh, sebab beberapa pemeriksaan lanjutan tidak dilakukan yaitu INR dan PPT.

51

52