Upload
yasir-zulkifli
View
10
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Setiap penelitian memerlukan metode penelitian dan teknik pengumpulan
data tertentu sesuai dengan masalah yang diteliti. Jenis penelitian yang penulis
gunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Menurut Sukardi,
penelitian eksperimen adalah suatu penelitian untuk mengetahui ada tidaknya akibat
dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yang diselidiki.1
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode quasi eksperimen atau
disebut juga dengan “eksperimen semu”. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yang
bahwa untuk menguji sebuah treatmen yakni untuk mengetahui ketuntasan hasil
belajar siswa setelah penerapan pendekatan improving learning dengan metode
inquiry pada materi kesebangunan, maka peeliti menggunakan metode eksperimen.
Selain itu dalam proses penelitiannya, peneliti tidak memungkinkan membentuk
kelas baru sebagai kelas kontrol maka penelitian ini disebut penelitian quasi
eksperimen. Dalam penelitian ini peneliti mengambil desain eksperimen one-group
pre-test-post-test design yaitu satu kelompok eksperimen diukur variabel
dependennya (tes awal), kemudian diberikan kegiatan pembelajaran materi
kesebangunan dengan menggunakan pendekatan improving learning dengan metode
inquiry, dan diukur kembali variabel dependennya (tes akhir), tanpa ada kelompok
1 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet. VII, (Jakarta, Bumi Aksara, 2009), hal 178.
33
34
pembanding.2 Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, peneliti bertindak
sebagai pengajar (guru) yang dibantu oleh dua orang observer terhadap kegiatan
siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta memberikan angket
setelah siswa mengikuti pembelajaran. Selanjutnya data yang telah terkumpul akan
dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa, tingkat kemampuan guru (TKG),
aktivitas siswa dan respon siswa.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Winarno Surachmad3, populasi adalah seluruh objek yang akan
diteliti dalam suatu penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang
dapat mewakili populasi tersebut.
Pada penelitian ini, yang menjadi populasi penelitian adalah siswa kelas IX
MTsS Tangan-Tangan Aceh Barat Daya, dan siswa yang dipilih sebagai sampel
adalah kelas IX2. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara purposive
sample yaitu dengan pertimbangan, karena berdasarkan pertimbangan guru bidang
studi matematika, bahwa pada kelas tersebut terdapat rendahnya nilai rata-rata ujian
siswa serta kurang aktif jika dibandingkan dengan kelas lainnya dalam menerima
pelajaran khususnya pelajaran matematika yang dianggap sulit.4
C. Teknik Pengumpulan Data
2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet. VII, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 210.
3 Winarno Surachmad, Dasar-dasar dan Teknik Research (Bandung:Tarsito,1972), hal. 92
4 Hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi matematika dan melihat dokumentasi hasil belajar siswa di MTsS Tangan-Tangan Aceh Barat Daya.
35
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dalam
penelitian ini adalah data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, data
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, data respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran serta data hasil belajar siswa pada materi kesebangunan.
Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan beberapa instrumen penelitian yaitu:
a. Tes
Dalam hal ini digunakan tes hasil belajar untuk melihat ketuntasan
penguasaan siswa terhadap materi kesebangunan melalui pendekatan improving
learning dengan metode inquiry. Tes awal diberikan sebelum berlangsungnya
pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
siswa. Setelah melakukan pembelajaran selama dua kali pertemuan yang berorientasi
dengan pendekatan improving learning dengan metode inquiry, siswa diberikan tes
akhir berupa empat butir soal essay. Hasil tes ini digunakan untuk melihat ketuntasan
hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan improving learning dengan
metode inquiry pada materi kesebangunan.
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Selama proses pembelajaran, dilakukan pengamatan tentang aktivitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Lembar pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 7 kategori
antara lain mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, membaca/memahami
masalah di LKS, menyelesaikan masalah/menemukan cara penyelesaian masalah,
membandingkan jawaban dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas,
bertanya/menyampaikan pendapat/ide kepada guru/teman, menarik kesimpulan suatu
konsep, dan perilaku yang tidak relevan dengan KBM. Aktivitas siswa diisi setiap 5
36
menit sekali dengan menuliskan kode atau nomor kategori aktivitas siswa yang
sesuai. Dalam penelitian ini yang menjadi pengamat adalah mahasiswa rekan sejawat
yang telah dilatih terlebih dahulu tentang teknik pengisian lembar pengamatan
tersebut.
c. Lembar Observasi Kemampuan Guru
Pada saat pembelajaran dengan menerapkan pendekatan improving learning
dengan metode inquiry berlangsung dilakukan pengamatan tentang kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran. Pengamatan dilakukan langsung oleh guru yang
mengajar pelajaran matematika di kelas yang dijadikan sampel penelitian di MTsS
Tangan-Tangan dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun oleh
peneliti.
d. Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian
pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. Angket sangat
dibutuhkan untuk mengetahui respon siswa selama mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan dan metode yang diterapkan oleh guru. Angket ditujukan kepada siswa,
dalam angket tersebut peneliti mengajukan beberapa pertanyaan, yang di dalamnya
mencakup respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
improving learning dengan metode inquiry.
D. Teknik Analisa Data
37
Tahap yang paling penting dalam suatu penelitian ialah tahap pengolahan
data, karena pada tahap ini hasil penelitian dirumuskan, setelah semua data
terkumpul maka untuk mendeskripsikan data penelitian dilakukan perhitungan
sebagai berikut:
a. Data Hasil Belajar Siswa
Menurut Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di MTsS Tangan-Tangan,
setiap siswa dikatakan tuntas belajar (ketuntasan individu) untuk Kompetensi Dasar
“Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen” jika sudah
mencapai nilai KKM nya yaitu 70. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal
tercapai bila paling sedikit 85% siswa di kelas tersebut telah tuntas belajar.5
Menurut Suryosubroto, ketuntasan belajar dapat dilihat secara klasikal
maupun secara individu. Secara klasikal ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai
jika sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah
memenuhi kriteria ketuntasan secara individu.6 Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan ketuntasan secara klasikal untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar
siswa setelah penerapan pendekatan improving learning dengan metode inquiry pada
materi kesebangunan di kelas IX MTsS Tangan-Tangan Aceh Barat Daya.
Skor yang akan diperoleh dari hasil tes tersebut dijadikan sebagai data
penelitian yang nantinya akan diolah. Setelah data terkumpul maka disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi. Selanjutnya data akan dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif persentase dengan rumus:
5Kriteria Ketuntasan Minimum, MTsS Tangan-Tangan 2012/2013.
6 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 77.
38
p= fn×100 %
.
Keterangan : P = Nilai persentase jawaban siswaf = Frekuensi jawaban siswa
n = Jumlah siswa 100% = Bilangan tetap.7
b. Data observasi aktivitas siswa
Data hasil pengamatan aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan
persentase. Adapun rumus persentase (dalam Mukhlis) yaitu:
P= fN
× 100 %
Keterangan:
P = angka persentasef = frekuensi aktivitas siswaN = jumlah aktivitas keseluruhan siswa
Aktivitas siswa dilakatakan efektif jika waktu yang digunakan untuk
melakukan setiap aktivitas sesuai dengan alokasi waktu yang termuat dalam RPP
dengan toleransi 5%.8 Secara keseluruhan apabila 5 aspek yang diamati efektif
termasuk aspek menyelesaikan masalah, maka aktivitas siswa dikatakan efektif. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan Mukhlis bahwa “Aktivitas siswa dikatakan
efektif apabila 5 indikator yang di dalamnya termasuk menyelesaikan masalah
memenuhi kriteria batasan keefektifan”.9 Penentuan kesesuaian aktivitas siswa
7Sudjana, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta, Dunia Pustaka Jaya, 1998), hal. 69.
8
Nurjannah, Efektivitas Pembelajaran Quantum Teaching Pada Materi Pokok Bahasan Bilangan Bulat di SMP N 6 Banda Aceh, (Banda Aceh: FKIP Unsyiah, 2006), hal. 21.
9
Mukhlis, Pendekatan Matematika …, hal. 79.
39
berdasarkan pencapaian waktu ideal yang ditetapkan dalam penyusunan rencana
pembelajaran pada materi kesebangunan melalui metode inquiry seperti tabel berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Waktu Ideal Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
No Aspek yang diamatiPersentase kesesuaian (P)
Waktu ideal Toleransi 5%
1.Mendengar/memperhatikan penjelasan guru/teman
13% 7% ≤ P ≤ 18%
2. Membaca /memahami masalah di LKS 10% 5% ≤ P ≤ 15%
3.Menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah
27% 22% ≤ P ≤ 32%
4.Membandingkan jawaban dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas
30% 25% ≤ P ≤ 35%
5.Bertanya/menyampaikan ide/pendapat kepada guru atau teman
10% 5% ≤ P ≤ 15%
6.Menarik kesimpulan suatu konsep atau procedural
10% 5% ≤ P ≤ 15%
7. Perilaku yang tidak relevan dengan KBM 0% 0% ≤ P ≤ 5%Sumber: Diadaptasi dari Tesis Mukhlis 2005
c. Data kemampuan guru mengelola pembelajaran
Data tentang kemampuan guru mengelola pembelajaran dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif dengan skor rata-rata. Menurut Hasratuddin (dalam
Hayatun Nufus) menyatakan bahwa:
Pendeskripsian skor rata-rata tingkat kemampuan guru adalah sebagai
berikut:
1,00 ≤ TKG < 1,50 tidak baik
1,50 ≤ TKG < 2,50 kurang baik
2,50 ≤ TKG < 3,50 cukup baik
3,50 ≤ TKG < 4,50 baik
4,50 ≤ TKG < 5,00 sangat baik.
40
Kemampuan guru mengelola pembelajaran dikatakan efektif jika skor dari
setiap aspek yang dinilai berada pada kategori baik atau sangat baik.10
d. Respon siswa
Untuk mengetahui respon siswa maka dianalisis dengan menghitung rata-rata
keseluruhan skor yang telah dibuat dengan model skala Likert. Dalam menskor skala
kategori Likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif 4, 3, 2,
1 untuk pertanyaan positif dan 1, 2, 3, 4 untuk pertanyaan bersifat negatif.11 Pada
penelitian untuk pernyataan positif maka diberi skor 4 untuk sangat setuju, 3 untuk
setuju, 2 untuk tidak setuju dan 1 untuk sangat tidak setuju. Sedangkan untuk
pernyataan negatif diberi skor sebaliknya yaitu skor 1 untuk sangat setuju, 2 untuk
setuju, 3 untuk tidak setuju, dan 4 untuk sangat tidak setuju. Skor rata-rata respon
siswa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Skor rata-rata =
∑i=1
4
(ni⋅f i)
N
Keterangan: f1 = banyak siswa yang dapat menjawab pilihan A (sangat setuju)
n1= bobot skor pilihan A (sangat setuju)
f2 = banyak siswa yang menjawab pilihan B (setuju)
n2 = bobot skor pilihan B (setuju)
= banyak siswa yang menjawab pilihan C (tidak setuju)
n3 = bobot skor pilihan C (tidak setuju)
10 Hayatun Nufus, Skripsi Pembelajaran Quantum Teaching Pada Materi Tabung di Kelas VIII MTsS Darussyari’ah, ( Darussalam, 2008), hal.43
11 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 147.
41
f4 = banyak siswa yang menjawab pilihan D (sangat tidak setuju)
n4 = bobot skor pilihan D (sangat tidak setuju)
N= Jumlah seluruh siswa yang memberikan respon terhadap
pembelajaran pada materi kesebangunan melalui pendekatan
improving learning dengan metode inquiry.
Kriteria skor rata-rata untuk respon siswa adalah sebagai berikut:
3 skor rata-rata ≤ 4 sangat positif
2 skor rata-rata 3 positif
1 skor rata-rata ≤ 2 negatif
0 skor rata-rata ≤1 sangat negatif.