BAB III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Isi kerja praktek

Citation preview

  • 19

    BAB III

    PENERAPAN METODE TUNING PID ZIEGLER NICHOLE PADA SISTEM PENGENDALIAN

    TEMPERATURE BRINE HEATER DESALINATION PLANT

    III UNIT PLTGU DI PT. PJB. UP. GRESIK

    3.1. Desalination Plant

    Desalination merupakan proses penjernihan air dengan

    pemisahan. Pemisahan antara fluida yang bersalinasi rendah

    dengan fluida yang bersalinasi tinggi. Ada beberapa tipe model

    dari desalination plant. Seperti multi stage flash desalination atau

    biasa disebut MSF dan Reverse Osmosis. Di PT PJB UP Gresik

    juga menerapkan proses serupa seperti MSF dengan

    menggunakan flash evaporator atau biasa disebut multi effect

    evaporator. Salah satu bagian penting dari tipe ini adalah brine

    heater dimana air laut setelah melalui flash evaporator

    diumpankan ke dalam brine heater untuk mendapatkan uap

    dengan konsentrat bersalinitas rendah.

    Gambar 3.1 Desalination Plant

  • 20

    3.2. Brine Heater

    Di dalam brine heater terjadi proses pemanasan kembali

    fluida yang keluar dari flash evaporator dengan pemanas berupa

    steam buangan dari proses pembangkit. Pada proses ini fluida dari

    evaporator akan diuapkan dengan suhu tertentu. Produk dari

    brine heater ini adalah uap bersalinitas rendah yang selanjutnya

    diumpankan ke condenser untuk mendapatkan kondensat yang

    digunakan untuk keperluan pembangkitan, serta fluida dengan

    tingkat salinasi tinggi (brine).

    Gambar 3.2 Brine Heater

    3.3. Sistem Pengendalian Teperatur

    Secara umum sistem pengendalian adalah susunan

    komponen-komponen fisik yang dirakit sedemikian rupa,

    sehingga mampu mengatur sistemnya sendiri atau sistem

    diluarnya. Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau

    pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel,

    parameter), sehingga berada pada suatu harga range tertentu.

    Istilah lain sistem kontrol atau teknik kendali adalah teknik

    pengaturan, sistem pengendalian, atau sistem pengontrolan

    (Pakpahan, 1988).

    Sistem pengendalian otomatis dibagi menjadi dua yaitu

    sistem pengendalian loop terbuka dan sistem pengendalian loop

    tertutup. Sistem pengendalian loop terbuka merupakan sistem

  • 21

    pengendalian yang keluarannya tidak berpengaruh pada aksi

    pengendalian. Acuan masukan terdapat pada kondisi operasi yang

    tetap, dan ketelitiannya bergantung kalibrasi. Dengan adanya

    gangguan, sistem tidak dapat bekerja seperti yang diharapkan.

    Yang kedua yaitu sistem pengendalian loop tertutup. Sistem

    pengendalian ini merupakan sistem pengendalian yang

    keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada pengendalian

    sistem berumpan balik. Sinyal kesalahan merupakan selisih sinyal

    masukan dan keluaran yang diumpankan pada pengendali.

    Gambar 3.3 Diagram Blok Sistem Pengendalian Tertutup

    Tujuan utama dari suatu sistem pengendalian adalah untuk

    mendapatkan unjuk kerja yang optimal pada suatu sistem yang

    dirancang. Untuk mengukur performansi dalam pengaturan,

    biasanya diekspresikan dengan ukuran-ukuran waktu naik / rise

    time ( ), waktu puncak / peak time ( ), settling time ( ), maximum overshoot ( ), waktu tunda / delay time ( ), nilai error, dan damping ratio. Nilai tersebut bisa diamati pada respon

    transien dari suatu sistem pengendalian yang ditunjukkan pada

    gambar berikut.

  • 22

    Gambar 3.4 Respon Transien Sistem Pengendalian

    [2]

    Gambar 3.5 Definisi [2]

    Keterangan :

    rt : Rise time / waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pertama

    kali set point d

    (sekon), dimana

    d1tan

    (rad)

    pt : Peak time / waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

    overshoot d

    (sekon)

  • 23

    pM : Maximum overshoot =

    )(

    de

    (%)

    st : Settling time / waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

    keadaan tunak atau mantap

    Untuk kriteria 2%,

    4st (sekon)

    Untuk kriteria 5%,

    3st (sekon)

    3.4. Teori Kontrol PID

    Pada pengendalian temperatur brine heater di PT. PJB UP

    Gresik digunakan controller berupa SLPC dengan metode control

    PID. PID (Proportional Integral Derivative) merupakan

    controller untuk menentukan presisi suatu sistem instrumentasi

    dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tesebut.

    Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu

    Proportional, Integral, dan Derivatif. Ketiganya dapat dipakai

    bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon yang

    kita inginkan terhadap suatu plant.

    3.4.1. Kontrol Proportional (P)

    Pengaruh pada sistem :

    Menambah atau mengurangi kestabilan.

    Dapat memperbaiki respon transien khususnya : rise time, settling time

    Mengurangi (bukan menghilangkan) error steady state Untuk menghilangkan Ess, dibutuhkan Kp besar, yang

    akan membuat sistem lebih tidak stabil. Controller

    proportional memberi pengaruh langsung (sebanding) pada

    error. Semakin besar error, semakin besar sinyal kendali yang

    dihasilkan controller. Secara matematis, mode kontrol ini dapat

    dituliskan sebagai berikut.

    )(.)( teKptu (3.1)

    Dengan : u(t) : sinyal kontrol

    e(t) : sinyal error

  • 24

    Kp : gain controller

    3.4.2. Kontrol Integral (I)

    Pengaruh pada sistem :

    Menghilangkan Error Steady State

    Respon lebih lambat (dibandingkan dengan P)

    Dapat menambah ketidakstabilan (karena menambah orde pada sistem)

    Perubahan sinyal kontrol sebanding dengan perubahan

    error. Semakin besar error, semakin cepat sinyal kontrol

    bertambah/berubah. Secara matematis, mode kontrol

    proportional integral dapat dituliskan sebagai berikut.

    ])()(1

    )([)( tdteTiteKptu (3.2)

    Dengan : Ti : integral time

    3.4.3. Kontrol Derivatif (D)

    Pengaruh pada sistem :

    Memberikan efek redaman pada sistem yang berosilasi sehingga bisa memperbesar pemberian nilai Kp

    Memperbaiki respon transien, karena memberikan aksi saat ada perubahan error

    D hanya berubah saat ada perubahan error, sehingga saat ada error statis D tidak beraksi. Sehingga D tidak boleh

    digunakan sendiri

    Besarnya sinyal kontrol sebanding dengan perubahan

    error (e). Semakin cepat error berubah, semakin besar aksi

    kontrol yang ditimbulkan. Secara matematis, mode kontrol

    proportional integral derivatif dapat dituliskan sebagai

    berikut.[6]

    ])(

    )()(1

    )([)(dt

    tdeTdtdte

    TiteKptu (3.3)

    Dengan : Td : derivatif time

    3.5. Analisis Kestabilan Routh Hurwitz

    Fungsi transfer loop tertutup sebagai berikut.

  • 25

    )(

    )(

    )(

    )(

    1

    1

    10

    1

    1

    10

    sA

    sB

    asasasa

    bsbsbsb

    sR

    sC

    nn

    nn

    mm

    mm

    (3.4)

    [2]

    Dimana a dan b adalah konstanta dan m n. Dari fungsi transfer tersebut, didapat persamaan

    karakteristik Routh Hurwitz sistem orde n yang diberikan oleh :

    011

    10

    nn

    nn asasasa (3.5)[2]

    Dari persamaan karakteristik tersebut, dapat disusun tabel Routh

    Hurwitz sebagai berikut.

    Tabel 3.1. Kriteria Routh Hurwitz[2]

    ns 0a 2a 4a 6a 1ns 1a 3a 5a 7a 2ns 1b 2b 3b 4b 3ns 1c 2c 3c 4c

    1s 1d

    0s 1e

    Koefisien 321 ,, bbb dan lainnya didefinisikan sebagai

    berikut:

    1

    3021

    1a

    aaaab

    1

    5041

    2a

    aaaab

    1

    7061

    3a

    aaaab

    dan seterusnya.

    Untuk koefisien 21 ,cc dan lainnya didefinisikan sebagai

    berikut:

  • 26

    1

    2131

    1b

    baabc

    2

    3151

    1b

    baabc

    dan seterusnya.[2]

    Syarat kestabilan dari analisa Routh Hurwitz ini adalah bila

    semua koefisien dari kolom pertama deret Routh bernilai positif.

    Bila ada salah satu atau lebih dari koefisien-koefisien tersebut

    bernilai negatif, maka sistem tersebut tidak stabil. Jumlah akar-

    akar positif dari persamaan karakteristik sebanding dengan

    jumlah perubahan tanda (dari positif ke negatif atau sebaliknya)

    pada kolom pertama tersebut. Analisa kestabilan Routh Hurwitz

    ini juga dapat digunakan untuk menentukan Gain Critical

    Controller (Kcr) yang akan digunakan dalam penentuan tuning

    Ziegler Nichols.

    3.6. Tuning PID Ziegler - Nichols

    Tuning pengendali PID adalah mencari nilai Kp, Ki, dan

    Kd. Ada beberapa metode tuning yang dapat digunakan, salah

    satunya adalah metode Ziegler-Nichols. Metode dasar tuning

    Ziegler-Nichols dapat dibedakan menjadi 2.

    3.6.1. Metode ke-1 Ziegler-Nichols

    Metode ke-1 didasarkan pada respon plant terhadap input

    step dalam loop terbuka. Plant yang tidak mempunyai

    integrator, menghasilkan kurva respon terhadap input step

    seperti kurva huruf S pada Gambar 3.6. Kurva respon plant

    digunakan untuk mencari waktu tunda L dan konstanta waktu T.

  • 27

    Gambar 3.6 Respon Kurva S

    [3]

    Parameter-parameter yang didapat dari kurva reaksi

    digunakan untuk menentukan parameter-parameter pengendali

    PID berdasarkan tetapan empiris Zielger-Nichols. Rumus-rumus

    untuk parameter pengendali menggunakan metode kurva reaksi

    ditabelkan pada Tabel 3.2.

    Tabel 3.2 Parameter PID Ziegler Nichols Kurva S[3]

    Pengendalian Kp Ti Td

    P a

    1 - -

    PI a

    9,0 L3 -

    PID a

    2,1 2L 2

    L

    3.6.2. Metode ke-2 Ziegler-Nichols

    Pada metode ke-2, tuning dilakukan dalam loop tertutup

    dimana masukan referensi yang digunakan adalah fungsi step.

    Pengendali pada metode ini hanya pengendali proporsional. Kp,

    dinaikkan dari 0 hingga nilai kritis Kcr, sehingga diperoleh

    keluaran yang terus-menerus berosilasi dengan amplitudo yang

    sama. Nilai kritis Kcr ini disebut sebagai ultimated gain.

    Respon keluaran yang dihasilkan pada 3 kondisi

    penguatan proporsional ditunjukkan pada Gambar 3.7. Sistem

    dapat berosilasi dengan stabil pada saat Kp = Kcr.

  • 28

    (a) (b) (c)

    Gambar 3.7 Respon Metode Osilasi (a) Kp = 1 (b) 1 < Kp

    < Kcr (c) Kp = Kcr[3]

    Nilai ultimated period, Pcr, diperoleh setelah keluaran

    sistem mencapai kondisi yang terus-menerus berosilasi. Nilai

    periode dasar, Pcr, dan penguatan dasar, Kcr, digunakan untuk

    menentukan konstanta-konstanta pengendali sesuai dengan

    tetapan empiris Ziegler-Nichols pada Tabel 3.3.

    Tabel 3.3 Parameter PID Ziegler Nichols Metode Osilasi[3]

    Pengendali Kp Ti Td

    P 2

    crK - -

    PI 5

    2 crK 5

    4 crP -

    PID 5

    3 crK 2

    crP 25

    3 crP

    3.7. Identifikasi Proses

    Pada proses pengendalian temperatur brine heater,

    pemanas yang digunakan adalah berupa aux steam dari proses

    rankine yang mencapai suhu 183oC, namun diturunkan menjadi

    120oC di dalam desuperheater. Laju panas ini juga sebagai

    variabel yang dimanipulasi dari sistem pengendalian temperatur

    pada brine heater. Input dari sistem pengendalian brine heater

    adalah fluida yang memiliki suhu sekitar 102oC. Sedangkan

    output dari sistem adalah campuran uap kondensat dan brine yang

    memiliki suhu tinggi. Set point dari sistem pengendalian

    temperatur pada brine heater adalah 113oC pada pembebanan

    sistem (load) 100 %.

  • 29

    3.8. Pemodelan Matematis Sistem

    Untuk mengetahui tuning PID yang tepat dari suatu sistem,

    maka harus mengetahui pemodelan matematis dari sistem

    tersebut, yang meliputi pemodelan matematis control element

    atau valve, plant, sensor atau transmitter. Pemodelan diagram

    blok pengendalian temperature brine heater pada desalination

    plant adalah sebagai berikut.

    Gambar 3.8 Diagram Blok Sistem Pengendalian Temperatur

    3.8.1. Pemodelan Matematis Plant

    Rumus Kesetimbangan Massa

    [laju massa masuk ke dalam tube] [laju massa keluar tube] = [laju akumulasi massa dalam tube]

    outin mmdt

    dm

    (3.6)[4]

    Massa yang masuk pada plant adalah massa air laut yang

    merupakan massa campuran antara fluida bersalinasi rendah dan

    fluida bersalinasi tinggi. Dengan melihat kondisi proses dimana

    yang diuapkan adalah massa fluida bersalinasi rendah

    (distillate) serta massa fluida bersalinasi tinggi (brine) dibuang

    maka dapat diasumsikan

    bdf mmm (3.7)[5]

    Dengan melihat kondisi kadar garam air laut sebelum

    masuk brine heater dan setelah keluar dari brine heater dapat

    ditentukan massa fluida distillate yang diuapkan di dalam brine

    heater yaitu

    bbff mxmx

    Maka persamaan (3.7) dapat diubah menjadi

    Controller Actuator Plant

    Transmitter

  • 30

    f

    b

    f

    df mx

    xmm

    df

    b

    f

    f mmx

    xm

    df

    b

    fmm

    x

    x

    1

    Dengan membatasi proses pada brine heater yaitu fluida

    kerjanya hanya berupa fluida bersalinasi rendah maka

    persamaan (3.6) dapat ditulis

    vd mmdt

    tdm

    )(

    vd mmdt

    tVd

    )(

    vd mm 0

    f

    b

    f

    dv mx

    xmm

    1

    (3.8)

    Dengan asumsi perubahan nilai massa jenis diabaikan.

    Rumus Kesetimbangan Energi

    0

    22

    22o

    o

    oo

    i

    i

    i

    ii gzV

    hmgzV

    hmWQdt

    dE

    Asumsi aliran liminer dan ketinggian tube dianggap sama,

    serta sistem tidak melakukan kerja maka,

    ooii hmhmQdt

    dE

    Jika di mm , vo mm dan vd mm serta terjadi pada

    tekanan tetap dimana )( oipoi TTchh [4]

    maka

    persamaan diatas dapat ditulis menjadi,

  • 31

    )()()()(

    tQtTcmtTcmdt

    tdmcTvd pvinpd

    (3.9)

    Dimana )(tQ merupakan laju panas yang diberikan steam pada brine heater dengan asumsi perpindahan kalor dari

    steam ke fluida kerja terjadi dengan sempurna tanpa ada

    hambatan dari tube serta steam berada pada fasa saturated.

    ss tmtQ )()(

    (3.10)[5]

    Dengan mensubtitusi persamaan (3.8), (3.9) dan (3.10) maka

    sspf

    b

    f

    inpf

    b

    ftmtTcm

    x

    xtTcm

    x

    x

    dt

    tdmcTvd

    )()(1)(1)(

    ssinpf

    b

    f

    pf

    b

    ftmtTcm

    x

    xtTcm

    x

    x

    dt

    tdTVc

    dv )()(1)(1

    )(

    ssinpf

    b

    f

    pf

    b

    fsmsTcm

    x

    xsTcm

    x

    xsVcsT

    dv )()(1)(1)(

    ssinpf

    b

    f

    pf

    b

    fsmsTcm

    x

    xsTcm

    x

    xVcs

    dv )()(1)(1

    )(

    1

    )(

    1

    )1(

    )( sm

    cmx

    xVcs

    sT

    cmx

    xVcs

    cmx

    x

    sT s

    pf

    b

    f

    s

    in

    pf

    b

    f

    pf

    b

    f

    vv

    d

    )(1

    )(1

    )( sTs

    Ksm

    s

    KsT in

    d

    s

    p

    Dengan

    vpf

    b

    f

    s

    p

    cmx

    xK

    1

  • 32

    v

    d

    p

    p

    dc

    cK

    vpf

    b

    fcm

    x

    x

    Vc

    1

    Keterangan :

    s : Kalor laten steam ( kgkJ )

    fx : Salinasi air laut ( ppm )

    bx : Salinasi brine ( ppm )

    fm : Laju massa air laut ( skg

    )

    vpc : Kalor jenis uap (

    CkgJ

    O )

    dpc : Kalor jenis air distillate (

    CkgJ

    O )

    : Massa jenis fluida di dalam brine heater ( 3mkg

    )

    V : Volume tube di dalam brine heater ( 3m )

    c : Kalor jenis fluida di dalam brine heater (Ckg

    JO )

    pK : Gain plant

    dK : Gain disturbance

    : Time constant Dari data proses yang ada di plant di dapatkan nilai

    kgkJ

    s 2256 , ppmx f 45000 , ppmxb 70000 ,

    skg

    htonm f 100360 ,

    Ckg

    Jc

    Opd4180 ,

  • 33

    31000 mkg mmd tube 22 , mltube 9,3 , 692tuben

    dengan asumsi Ckg

    Jc Opv 2100 dan

    CkgJcc Opd 4180 , maka:

    vpf

    b

    f

    s

    p

    cmx

    xK

    1

    CkgJ

    skg

    ppm

    ppm

    kgJ

    K

    O

    p

    2100.100.70000

    450001

    2256000

    CkgJ

    skg

    kgJ

    O2100.100.)6.01(

    2256000

    CkgJ

    skg

    kgJ

    O2100.100.4,0

    2256000

    CsJ

    kgJ

    O84000

    2256000

    kgCsO86,26

    v

    d

    p

    p

    dc

    cK

  • 34

    CkgJ

    CkgJ

    O

    O

    2100

    4180

    99,1

    vpf

    b

    fcm

    x

    x

    Vc

    1

    Dengan nldx

    xV

    b

    f 2

    4

    11

    629.9,3.)022,0(.14,3.4

    1

    70000

    450001 2 mm

    ppm

    ppmV

    3415,0 m , maka,

    CkgJ

    skg

    ppm

    ppm

    CkgJm

    mkg

    O

    O

    2100.100.70000

    450001

    4180.415,0.1000 33

    CkgJ

    skg

    CJ

    O

    O

    2100.100.)6,01(

    1734700

    CkgJ

    skg

    CJ

    O

    O

    2100.100.4,0

    1734700

    CsJ

    CJO

    O

    /84000

    /1734700

    s65,20

    Maka tracking set point plant adalah

  • 35

    )(165,20

    99,1)(

    165,20

    86,26)( sT

    ssm

    ssT ins

    3.8.2. Pemodelan Matematis Control Valve

    Dari datasheet, didapat nilai sebagai berikut :

    Laju aliran maksimum s

    kgh

    kg676,313233

    Laju aliran minimum s

    kgh

    kg00

    dengan input yaitu arus yang masuk dari controller = 4-20 mA

    Mencari nilai gain control valve )( vG

    psiskg

    psi

    skg

    InputSpan

    OutputSpanGv .

    31,0)315(

    )0676,3(

    Mencari nilai gain I/P )( / PIG

    mApsi

    mA

    psiG PI 75,0

    )420(

    )315(/

    Sehingga diperoleh gain total control valve:

    PIvv GGK /.

    mAskg

    mApsi

    psiskg

    .23,075,0.

    .31,0

    Time constant efektif control valve diperoleh berdasarkan

    hubungan waktu stroke, perfreksional terhadap posisi valve dan

    perbandingan konstanta waktu inferent terhadap waktu stroke

    yang dinyatakan:

    )( vvv RVT

    Dengan:

    v = time constant control valve (s)

    vT = waktu stroke penuh (asumsi 0,9 s)[6]

    vR = perbandingan konstanta waktu inverent terhadap waktu

    stroke (Rv = 0,03)

  • 36

    1

    676,3

    )0676,3(

    max

    minmax

    skg

    skg

    Aliran

    AliranAliranV

    ssv 93,0)03,01(9,0

    Model matematis control valve diperoleh dengan

    persamaan:

    1)(

    )(

    s

    K

    sU

    smG

    v

    vb

    v

    dengan

    )(smb = laju aliran input yang termanipulasi (kg/s)

    )(sU = sinyal masukan ke control valve (mA)

    vK = gain total control valve

    v = time constant control valve (s)

    Sehingga, fungsi transfer control valve adalah:

    193,0

    23,0

    1)(

    )()(

    ss

    K

    sU

    smsG

    v

    vb

    v

    3.8.3. Pemodelan Matematis Transmitter

    Model matematis transmitter dicari dengan menggunakan

    persamaan,

    1)(

    s

    KsG

    T

    TT

    Dimana TK : Gain transmitter ( CmAO/ )

    T : Time constant transmitter (diasumsikan 0,76 s)[7]

    TK dapat dicari dengan rumus,

    minmax

    minmax

    II

    OO

    InputSpan

    OutputSpanKT

    C

    mAO)0150(

    )420(

  • 37

    CmA

    CmA

    OO 11,0150

    16

    Jadi model matematis transmitter menjadi

    CmA

    ss

    KsG O

    T

    TT

    176,0

    11,0

    1)(

    3.9. Analisa Tuning PID Ziegler - Nichols

    Dari semua fungsi transfer yang telah di cari, diantaranya

    fungsi transfer control valve, plant, dan transmitter, kemudian

    dicari fungsi transfer sistem loop tertutup yaitu sebagai berikut.

    Gambar 3.9 Diagram Blok Pengendalian Temperatur Brine

    Heater

    Metode tuning PID Ziegler Nichols yang digunakan adalah metode ke-2 yaitu metode osilasi. Variabel yang perlu

    dicari dalam metode ini adalah Kcr dan Pcr. Untuk mencari nilai

    Kcr digunakan metode kestabilan Routh Hurwitz dengan fungsi

    karakteristik pengendalian sebagai berikut,

    Set point response

    )()()()(1

    )()()(

    )(

    )(

    sGsGsGsG

    sGsGsG

    sSP

    sY

    Tpvc

    pvc

    (3.11)[8]

  • 38

    Disturbance response

    )()()()(1

    )(

    )(

    )(

    sGsGsGsG

    sG

    sD

    sY

    Tpvc

    d

    (3.12)[8]

    Karena )()( sGsD d representasi fungsi dari gaya yang

    merupakan variabel terikat, maka )(sGd diasumsikan stabil[8]

    .

    Maka fungsi alih dari sistem pengendalian close loop diatas

    menjadi.

    )()()()(1

    )()()(

    )(

    )(

    sGsGsGsG

    sGsGsG

    sSP

    sY

    Tpvc

    pvc

    176,0

    11,0

    165,20

    86,26

    193,0

    23,01

    165,20

    86,26

    193,0

    23,0

    )(

    )(

    sssK

    ssK

    sSP

    sY

    176,0165,20193,0

    176,0165,20193,0

    176,0

    11,0

    165,20

    86,26

    193,0

    23,01

    165,20

    86,26

    193,0

    23,0

    sss

    sss

    sssK

    ssK

    11,0.86,26.23,0.176,0165,20193,0

    176,0.86,26.23,0.

    Ksss

    sK

    Ksss

    KsK

    6795,0134,22605,35595,14

    18,67,423

    Maka persamaan karakteritik Routh Hurwitz adalah

    06795,0134,22605,35595,14 23 Ksss

    Dengan menggunakan table kriteria Routh Hurwitz seperti

    tabel 3.4 didapatkan nilai K.

  • 39

    Tabel 3.4 Tabel Kriteria Kestabilan Routh Hurwitz

    3s 595,14 34,22 2s 605,35 K6795,01

    1s

    K

    K

    2785,093,21

    605,35

    6795,01(595,1434,22605,35

    0

    0s K68,01 0

    02785,093,21 K

    K2785,093,21

    743,782785,0

    93,21 KKcr

    Untuk mencari crP maka pada persamaan karakteristik

    Routh Hurwitz nilai s diganti dengan j serta 743,78K

    menjadi.

    0743,786795,0134,22605,35595,14 23 jjj

    0506,5434,22605,35595,14 23 jj

    034,22595,14605,35506,54 32 j Maka,

    034,22595,14 3 3595,1434,22

    2595,1434,22

    237,1595,14

    34,22

    2crP

    237,1

    14,32

  • 40

    077,5

    Penentuan parameter PID dapat ditentukan dengan tabel

    Ziegler Nichols seperti ditunjukkan pada tabel 3.3 dan didapat hasil seperti di bawah ini.

    Pengendali P

    2cr

    p

    KK

    2743,78

    371,39

    Gambar 3.10 Respon Pengendalian P dengan Nilai Kp = 39,371

    Pengendali PI

    52 cr

    p

    KK

    54 cr

    i

    PT

    5743,782

    5077,54

    497,31 062,4

  • 41

    Gambar 3.11 Respon Pengendalian PI dengan Nilai Kp = 31,497

    dan Ti = 4,062

    Pengendali PID

    53 cr

    p

    KK

    2cr

    i

    PT

    253 cr

    d

    PT

    5743,783

    2077,5

    25077,53

    246,47 538,2 609,0

    Gambar 3.12 Respon Pengendalian PID dengan Nilai Kp =

    47,246, Ti = 2,538, dan Td = 0,609

    3.10. Metode Trial and Error Metode trial and error dilakukan dengan mencoba tuning

    secara acak untuk mendapatkan respon yang diinginkan. Pada

    penelitian ini dilakukan penentuan tuning pengendalian PI secara

  • 42

    trial and error dan didapatkan nilai Kp = 11,6 dan Ti = 50.

    Respon yang dihasilkan seperti gambar 3.13.

    Gambar 3.13 Respon Pengendalian PI Trial and Error dengan

    Nilai Kp = 11,6 dan Ti = 50

    Dari hasil simulasi dengan simulink terhadap sistem

    pengendalian temperature brine heater dengan metode Ziegler

    Nichols, didapat nilai maximum overshoot, error steady state, dan

    settling time berturut turut untuk pengendali P sebesar 38,2%,

    3%, 38 detik. Untuk pengendali PI didapatkan nilai maximum

    overshoot, error steady state, dan settling time sebesar 48,2%,

    0,05%, 70 detik. Sedang untuk pengendali PID sebesar 45,7%,

    0,04%, 17 detik. Dengan melihat hasil diatas, maka respon terbaik

    dari ketiga jenis pengendali adalah pengendali PID dengan nilai

    maximum overshoot 45,7%, error steady state 0,04% dan settling

    time 17 detik. Namun ketiga jenis pengendali diatas masih

    memiliki nilai overshoot yang tinggi. Sedang dengan metode trial

    and error dengan jenis pengendali PI dan parameter Kp = 8 dan

    Ti = 27 didapat nilai maxsimum overshoot sebesar 5%, error

    steady state sebesar 0,5%, dan settling time 40 detik.

    Dengan melihat hasil diatas maka penentuan tuning PID

    dengan mengggunakan metode empiris Ziegler Nichols dirasa kurang tepat karena memiliki nilai overshoot yang tinggi. Namun

    memiliki settling time dan error yang kecil dengan menggunakan

    jenis pengendali PID.