Upload
yori-milzam-umar
View
18
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Isi kerja praktek
Citation preview
19
BAB III
PENERAPAN METODE TUNING PID ZIEGLER NICHOLE PADA SISTEM PENGENDALIAN
TEMPERATURE BRINE HEATER DESALINATION PLANT
III UNIT PLTGU DI PT. PJB. UP. GRESIK
3.1. Desalination Plant
Desalination merupakan proses penjernihan air dengan
pemisahan. Pemisahan antara fluida yang bersalinasi rendah
dengan fluida yang bersalinasi tinggi. Ada beberapa tipe model
dari desalination plant. Seperti multi stage flash desalination atau
biasa disebut MSF dan Reverse Osmosis. Di PT PJB UP Gresik
juga menerapkan proses serupa seperti MSF dengan
menggunakan flash evaporator atau biasa disebut multi effect
evaporator. Salah satu bagian penting dari tipe ini adalah brine
heater dimana air laut setelah melalui flash evaporator
diumpankan ke dalam brine heater untuk mendapatkan uap
dengan konsentrat bersalinitas rendah.
Gambar 3.1 Desalination Plant
20
3.2. Brine Heater
Di dalam brine heater terjadi proses pemanasan kembali
fluida yang keluar dari flash evaporator dengan pemanas berupa
steam buangan dari proses pembangkit. Pada proses ini fluida dari
evaporator akan diuapkan dengan suhu tertentu. Produk dari
brine heater ini adalah uap bersalinitas rendah yang selanjutnya
diumpankan ke condenser untuk mendapatkan kondensat yang
digunakan untuk keperluan pembangkitan, serta fluida dengan
tingkat salinasi tinggi (brine).
Gambar 3.2 Brine Heater
3.3. Sistem Pengendalian Teperatur
Secara umum sistem pengendalian adalah susunan
komponen-komponen fisik yang dirakit sedemikian rupa,
sehingga mampu mengatur sistemnya sendiri atau sistem
diluarnya. Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau
pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel,
parameter), sehingga berada pada suatu harga range tertentu.
Istilah lain sistem kontrol atau teknik kendali adalah teknik
pengaturan, sistem pengendalian, atau sistem pengontrolan
(Pakpahan, 1988).
Sistem pengendalian otomatis dibagi menjadi dua yaitu
sistem pengendalian loop terbuka dan sistem pengendalian loop
tertutup. Sistem pengendalian loop terbuka merupakan sistem
21
pengendalian yang keluarannya tidak berpengaruh pada aksi
pengendalian. Acuan masukan terdapat pada kondisi operasi yang
tetap, dan ketelitiannya bergantung kalibrasi. Dengan adanya
gangguan, sistem tidak dapat bekerja seperti yang diharapkan.
Yang kedua yaitu sistem pengendalian loop tertutup. Sistem
pengendalian ini merupakan sistem pengendalian yang
keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada pengendalian
sistem berumpan balik. Sinyal kesalahan merupakan selisih sinyal
masukan dan keluaran yang diumpankan pada pengendali.
Gambar 3.3 Diagram Blok Sistem Pengendalian Tertutup
Tujuan utama dari suatu sistem pengendalian adalah untuk
mendapatkan unjuk kerja yang optimal pada suatu sistem yang
dirancang. Untuk mengukur performansi dalam pengaturan,
biasanya diekspresikan dengan ukuran-ukuran waktu naik / rise
time ( ), waktu puncak / peak time ( ), settling time ( ), maximum overshoot ( ), waktu tunda / delay time ( ), nilai error, dan damping ratio. Nilai tersebut bisa diamati pada respon
transien dari suatu sistem pengendalian yang ditunjukkan pada
gambar berikut.
22
Gambar 3.4 Respon Transien Sistem Pengendalian
[2]
Gambar 3.5 Definisi [2]
Keterangan :
rt : Rise time / waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pertama
kali set point d
(sekon), dimana
d1tan
(rad)
pt : Peak time / waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
overshoot d
(sekon)
23
pM : Maximum overshoot =
)(
de
(%)
st : Settling time / waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keadaan tunak atau mantap
Untuk kriteria 2%,
4st (sekon)
Untuk kriteria 5%,
3st (sekon)
3.4. Teori Kontrol PID
Pada pengendalian temperatur brine heater di PT. PJB UP
Gresik digunakan controller berupa SLPC dengan metode control
PID. PID (Proportional Integral Derivative) merupakan
controller untuk menentukan presisi suatu sistem instrumentasi
dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tesebut.
Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu
Proportional, Integral, dan Derivatif. Ketiganya dapat dipakai
bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon yang
kita inginkan terhadap suatu plant.
3.4.1. Kontrol Proportional (P)
Pengaruh pada sistem :
Menambah atau mengurangi kestabilan.
Dapat memperbaiki respon transien khususnya : rise time, settling time
Mengurangi (bukan menghilangkan) error steady state Untuk menghilangkan Ess, dibutuhkan Kp besar, yang
akan membuat sistem lebih tidak stabil. Controller
proportional memberi pengaruh langsung (sebanding) pada
error. Semakin besar error, semakin besar sinyal kendali yang
dihasilkan controller. Secara matematis, mode kontrol ini dapat
dituliskan sebagai berikut.
)(.)( teKptu (3.1)
Dengan : u(t) : sinyal kontrol
e(t) : sinyal error
24
Kp : gain controller
3.4.2. Kontrol Integral (I)
Pengaruh pada sistem :
Menghilangkan Error Steady State
Respon lebih lambat (dibandingkan dengan P)
Dapat menambah ketidakstabilan (karena menambah orde pada sistem)
Perubahan sinyal kontrol sebanding dengan perubahan
error. Semakin besar error, semakin cepat sinyal kontrol
bertambah/berubah. Secara matematis, mode kontrol
proportional integral dapat dituliskan sebagai berikut.
])()(1
)([)( tdteTiteKptu (3.2)
Dengan : Ti : integral time
3.4.3. Kontrol Derivatif (D)
Pengaruh pada sistem :
Memberikan efek redaman pada sistem yang berosilasi sehingga bisa memperbesar pemberian nilai Kp
Memperbaiki respon transien, karena memberikan aksi saat ada perubahan error
D hanya berubah saat ada perubahan error, sehingga saat ada error statis D tidak beraksi. Sehingga D tidak boleh
digunakan sendiri
Besarnya sinyal kontrol sebanding dengan perubahan
error (e). Semakin cepat error berubah, semakin besar aksi
kontrol yang ditimbulkan. Secara matematis, mode kontrol
proportional integral derivatif dapat dituliskan sebagai
berikut.[6]
])(
)()(1
)([)(dt
tdeTdtdte
TiteKptu (3.3)
Dengan : Td : derivatif time
3.5. Analisis Kestabilan Routh Hurwitz
Fungsi transfer loop tertutup sebagai berikut.
25
)(
)(
)(
)(
1
1
10
1
1
10
sA
sB
asasasa
bsbsbsb
sR
sC
nn
nn
mm
mm
(3.4)
[2]
Dimana a dan b adalah konstanta dan m n. Dari fungsi transfer tersebut, didapat persamaan
karakteristik Routh Hurwitz sistem orde n yang diberikan oleh :
011
10
nn
nn asasasa (3.5)[2]
Dari persamaan karakteristik tersebut, dapat disusun tabel Routh
Hurwitz sebagai berikut.
Tabel 3.1. Kriteria Routh Hurwitz[2]
ns 0a 2a 4a 6a 1ns 1a 3a 5a 7a 2ns 1b 2b 3b 4b 3ns 1c 2c 3c 4c
1s 1d
0s 1e
Koefisien 321 ,, bbb dan lainnya didefinisikan sebagai
berikut:
1
3021
1a
aaaab
1
5041
2a
aaaab
1
7061
3a
aaaab
dan seterusnya.
Untuk koefisien 21 ,cc dan lainnya didefinisikan sebagai
berikut:
26
1
2131
1b
baabc
2
3151
1b
baabc
dan seterusnya.[2]
Syarat kestabilan dari analisa Routh Hurwitz ini adalah bila
semua koefisien dari kolom pertama deret Routh bernilai positif.
Bila ada salah satu atau lebih dari koefisien-koefisien tersebut
bernilai negatif, maka sistem tersebut tidak stabil. Jumlah akar-
akar positif dari persamaan karakteristik sebanding dengan
jumlah perubahan tanda (dari positif ke negatif atau sebaliknya)
pada kolom pertama tersebut. Analisa kestabilan Routh Hurwitz
ini juga dapat digunakan untuk menentukan Gain Critical
Controller (Kcr) yang akan digunakan dalam penentuan tuning
Ziegler Nichols.
3.6. Tuning PID Ziegler - Nichols
Tuning pengendali PID adalah mencari nilai Kp, Ki, dan
Kd. Ada beberapa metode tuning yang dapat digunakan, salah
satunya adalah metode Ziegler-Nichols. Metode dasar tuning
Ziegler-Nichols dapat dibedakan menjadi 2.
3.6.1. Metode ke-1 Ziegler-Nichols
Metode ke-1 didasarkan pada respon plant terhadap input
step dalam loop terbuka. Plant yang tidak mempunyai
integrator, menghasilkan kurva respon terhadap input step
seperti kurva huruf S pada Gambar 3.6. Kurva respon plant
digunakan untuk mencari waktu tunda L dan konstanta waktu T.
27
Gambar 3.6 Respon Kurva S
[3]
Parameter-parameter yang didapat dari kurva reaksi
digunakan untuk menentukan parameter-parameter pengendali
PID berdasarkan tetapan empiris Zielger-Nichols. Rumus-rumus
untuk parameter pengendali menggunakan metode kurva reaksi
ditabelkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Parameter PID Ziegler Nichols Kurva S[3]
Pengendalian Kp Ti Td
P a
1 - -
PI a
9,0 L3 -
PID a
2,1 2L 2
L
3.6.2. Metode ke-2 Ziegler-Nichols
Pada metode ke-2, tuning dilakukan dalam loop tertutup
dimana masukan referensi yang digunakan adalah fungsi step.
Pengendali pada metode ini hanya pengendali proporsional. Kp,
dinaikkan dari 0 hingga nilai kritis Kcr, sehingga diperoleh
keluaran yang terus-menerus berosilasi dengan amplitudo yang
sama. Nilai kritis Kcr ini disebut sebagai ultimated gain.
Respon keluaran yang dihasilkan pada 3 kondisi
penguatan proporsional ditunjukkan pada Gambar 3.7. Sistem
dapat berosilasi dengan stabil pada saat Kp = Kcr.
28
(a) (b) (c)
Gambar 3.7 Respon Metode Osilasi (a) Kp = 1 (b) 1 < Kp
< Kcr (c) Kp = Kcr[3]
Nilai ultimated period, Pcr, diperoleh setelah keluaran
sistem mencapai kondisi yang terus-menerus berosilasi. Nilai
periode dasar, Pcr, dan penguatan dasar, Kcr, digunakan untuk
menentukan konstanta-konstanta pengendali sesuai dengan
tetapan empiris Ziegler-Nichols pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Parameter PID Ziegler Nichols Metode Osilasi[3]
Pengendali Kp Ti Td
P 2
crK - -
PI 5
2 crK 5
4 crP -
PID 5
3 crK 2
crP 25
3 crP
3.7. Identifikasi Proses
Pada proses pengendalian temperatur brine heater,
pemanas yang digunakan adalah berupa aux steam dari proses
rankine yang mencapai suhu 183oC, namun diturunkan menjadi
120oC di dalam desuperheater. Laju panas ini juga sebagai
variabel yang dimanipulasi dari sistem pengendalian temperatur
pada brine heater. Input dari sistem pengendalian brine heater
adalah fluida yang memiliki suhu sekitar 102oC. Sedangkan
output dari sistem adalah campuran uap kondensat dan brine yang
memiliki suhu tinggi. Set point dari sistem pengendalian
temperatur pada brine heater adalah 113oC pada pembebanan
sistem (load) 100 %.
29
3.8. Pemodelan Matematis Sistem
Untuk mengetahui tuning PID yang tepat dari suatu sistem,
maka harus mengetahui pemodelan matematis dari sistem
tersebut, yang meliputi pemodelan matematis control element
atau valve, plant, sensor atau transmitter. Pemodelan diagram
blok pengendalian temperature brine heater pada desalination
plant adalah sebagai berikut.
Gambar 3.8 Diagram Blok Sistem Pengendalian Temperatur
3.8.1. Pemodelan Matematis Plant
Rumus Kesetimbangan Massa
[laju massa masuk ke dalam tube] [laju massa keluar tube] = [laju akumulasi massa dalam tube]
outin mmdt
dm
(3.6)[4]
Massa yang masuk pada plant adalah massa air laut yang
merupakan massa campuran antara fluida bersalinasi rendah dan
fluida bersalinasi tinggi. Dengan melihat kondisi proses dimana
yang diuapkan adalah massa fluida bersalinasi rendah
(distillate) serta massa fluida bersalinasi tinggi (brine) dibuang
maka dapat diasumsikan
bdf mmm (3.7)[5]
Dengan melihat kondisi kadar garam air laut sebelum
masuk brine heater dan setelah keluar dari brine heater dapat
ditentukan massa fluida distillate yang diuapkan di dalam brine
heater yaitu
bbff mxmx
Maka persamaan (3.7) dapat diubah menjadi
Controller Actuator Plant
Transmitter
30
f
b
f
df mx
xmm
df
b
f
f mmx
xm
df
b
fmm
x
x
1
Dengan membatasi proses pada brine heater yaitu fluida
kerjanya hanya berupa fluida bersalinasi rendah maka
persamaan (3.6) dapat ditulis
vd mmdt
tdm
)(
vd mmdt
tVd
)(
vd mm 0
f
b
f
dv mx
xmm
1
(3.8)
Dengan asumsi perubahan nilai massa jenis diabaikan.
Rumus Kesetimbangan Energi
0
22
22o
o
oo
i
i
i
ii gzV
hmgzV
hmWQdt
dE
Asumsi aliran liminer dan ketinggian tube dianggap sama,
serta sistem tidak melakukan kerja maka,
ooii hmhmQdt
dE
Jika di mm , vo mm dan vd mm serta terjadi pada
tekanan tetap dimana )( oipoi TTchh [4]
maka
persamaan diatas dapat ditulis menjadi,
31
)()()()(
tQtTcmtTcmdt
tdmcTvd pvinpd
(3.9)
Dimana )(tQ merupakan laju panas yang diberikan steam pada brine heater dengan asumsi perpindahan kalor dari
steam ke fluida kerja terjadi dengan sempurna tanpa ada
hambatan dari tube serta steam berada pada fasa saturated.
ss tmtQ )()(
(3.10)[5]
Dengan mensubtitusi persamaan (3.8), (3.9) dan (3.10) maka
sspf
b
f
inpf
b
ftmtTcm
x
xtTcm
x
x
dt
tdmcTvd
)()(1)(1)(
ssinpf
b
f
pf
b
ftmtTcm
x
xtTcm
x
x
dt
tdTVc
dv )()(1)(1
)(
ssinpf
b
f
pf
b
fsmsTcm
x
xsTcm
x
xsVcsT
dv )()(1)(1)(
ssinpf
b
f
pf
b
fsmsTcm
x
xsTcm
x
xVcs
dv )()(1)(1
)(
1
)(
1
)1(
)( sm
cmx
xVcs
sT
cmx
xVcs
cmx
x
sT s
pf
b
f
s
in
pf
b
f
pf
b
f
vv
d
)(1
)(1
)( sTs
Ksm
s
KsT in
d
s
p
Dengan
vpf
b
f
s
p
cmx
xK
1
32
v
d
p
p
dc
cK
vpf
b
fcm
x
x
Vc
1
Keterangan :
s : Kalor laten steam ( kgkJ )
fx : Salinasi air laut ( ppm )
bx : Salinasi brine ( ppm )
fm : Laju massa air laut ( skg
)
vpc : Kalor jenis uap (
CkgJ
O )
dpc : Kalor jenis air distillate (
CkgJ
O )
: Massa jenis fluida di dalam brine heater ( 3mkg
)
V : Volume tube di dalam brine heater ( 3m )
c : Kalor jenis fluida di dalam brine heater (Ckg
JO )
pK : Gain plant
dK : Gain disturbance
: Time constant Dari data proses yang ada di plant di dapatkan nilai
kgkJ
s 2256 , ppmx f 45000 , ppmxb 70000 ,
skg
htonm f 100360 ,
Ckg
Jc
Opd4180 ,
33
31000 mkg mmd tube 22 , mltube 9,3 , 692tuben
dengan asumsi Ckg
Jc Opv 2100 dan
CkgJcc Opd 4180 , maka:
vpf
b
f
s
p
cmx
xK
1
CkgJ
skg
ppm
ppm
kgJ
K
O
p
2100.100.70000
450001
2256000
CkgJ
skg
kgJ
O2100.100.)6.01(
2256000
CkgJ
skg
kgJ
O2100.100.4,0
2256000
CsJ
kgJ
O84000
2256000
kgCsO86,26
v
d
p
p
dc
cK
34
CkgJ
CkgJ
O
O
2100
4180
99,1
vpf
b
fcm
x
x
Vc
1
Dengan nldx
xV
b
f 2
4
11
629.9,3.)022,0(.14,3.4
1
70000
450001 2 mm
ppm
ppmV
3415,0 m , maka,
CkgJ
skg
ppm
ppm
CkgJm
mkg
O
O
2100.100.70000
450001
4180.415,0.1000 33
CkgJ
skg
CJ
O
O
2100.100.)6,01(
1734700
CkgJ
skg
CJ
O
O
2100.100.4,0
1734700
CsJ
CJO
O
/84000
/1734700
s65,20
Maka tracking set point plant adalah
35
)(165,20
99,1)(
165,20
86,26)( sT
ssm
ssT ins
3.8.2. Pemodelan Matematis Control Valve
Dari datasheet, didapat nilai sebagai berikut :
Laju aliran maksimum s
kgh
kg676,313233
Laju aliran minimum s
kgh
kg00
dengan input yaitu arus yang masuk dari controller = 4-20 mA
Mencari nilai gain control valve )( vG
psiskg
psi
skg
InputSpan
OutputSpanGv .
31,0)315(
)0676,3(
Mencari nilai gain I/P )( / PIG
mApsi
mA
psiG PI 75,0
)420(
)315(/
Sehingga diperoleh gain total control valve:
PIvv GGK /.
mAskg
mApsi
psiskg
.23,075,0.
.31,0
Time constant efektif control valve diperoleh berdasarkan
hubungan waktu stroke, perfreksional terhadap posisi valve dan
perbandingan konstanta waktu inferent terhadap waktu stroke
yang dinyatakan:
)( vvv RVT
Dengan:
v = time constant control valve (s)
vT = waktu stroke penuh (asumsi 0,9 s)[6]
vR = perbandingan konstanta waktu inverent terhadap waktu
stroke (Rv = 0,03)
36
1
676,3
)0676,3(
max
minmax
skg
skg
Aliran
AliranAliranV
ssv 93,0)03,01(9,0
Model matematis control valve diperoleh dengan
persamaan:
1)(
)(
s
K
sU
smG
v
vb
v
dengan
)(smb = laju aliran input yang termanipulasi (kg/s)
)(sU = sinyal masukan ke control valve (mA)
vK = gain total control valve
v = time constant control valve (s)
Sehingga, fungsi transfer control valve adalah:
193,0
23,0
1)(
)()(
ss
K
sU
smsG
v
vb
v
3.8.3. Pemodelan Matematis Transmitter
Model matematis transmitter dicari dengan menggunakan
persamaan,
1)(
s
KsG
T
TT
Dimana TK : Gain transmitter ( CmAO/ )
T : Time constant transmitter (diasumsikan 0,76 s)[7]
TK dapat dicari dengan rumus,
minmax
minmax
II
OO
InputSpan
OutputSpanKT
C
mAO)0150(
)420(
37
CmA
CmA
OO 11,0150
16
Jadi model matematis transmitter menjadi
CmA
ss
KsG O
T
TT
176,0
11,0
1)(
3.9. Analisa Tuning PID Ziegler - Nichols
Dari semua fungsi transfer yang telah di cari, diantaranya
fungsi transfer control valve, plant, dan transmitter, kemudian
dicari fungsi transfer sistem loop tertutup yaitu sebagai berikut.
Gambar 3.9 Diagram Blok Pengendalian Temperatur Brine
Heater
Metode tuning PID Ziegler Nichols yang digunakan adalah metode ke-2 yaitu metode osilasi. Variabel yang perlu
dicari dalam metode ini adalah Kcr dan Pcr. Untuk mencari nilai
Kcr digunakan metode kestabilan Routh Hurwitz dengan fungsi
karakteristik pengendalian sebagai berikut,
Set point response
)()()()(1
)()()(
)(
)(
sGsGsGsG
sGsGsG
sSP
sY
Tpvc
pvc
(3.11)[8]
38
Disturbance response
)()()()(1
)(
)(
)(
sGsGsGsG
sG
sD
sY
Tpvc
d
(3.12)[8]
Karena )()( sGsD d representasi fungsi dari gaya yang
merupakan variabel terikat, maka )(sGd diasumsikan stabil[8]
.
Maka fungsi alih dari sistem pengendalian close loop diatas
menjadi.
)()()()(1
)()()(
)(
)(
sGsGsGsG
sGsGsG
sSP
sY
Tpvc
pvc
176,0
11,0
165,20
86,26
193,0
23,01
165,20
86,26
193,0
23,0
)(
)(
sssK
ssK
sSP
sY
176,0165,20193,0
176,0165,20193,0
176,0
11,0
165,20
86,26
193,0
23,01
165,20
86,26
193,0
23,0
sss
sss
sssK
ssK
11,0.86,26.23,0.176,0165,20193,0
176,0.86,26.23,0.
Ksss
sK
Ksss
KsK
6795,0134,22605,35595,14
18,67,423
Maka persamaan karakteritik Routh Hurwitz adalah
06795,0134,22605,35595,14 23 Ksss
Dengan menggunakan table kriteria Routh Hurwitz seperti
tabel 3.4 didapatkan nilai K.
39
Tabel 3.4 Tabel Kriteria Kestabilan Routh Hurwitz
3s 595,14 34,22 2s 605,35 K6795,01
1s
K
K
2785,093,21
605,35
6795,01(595,1434,22605,35
0
0s K68,01 0
02785,093,21 K
K2785,093,21
743,782785,0
93,21 KKcr
Untuk mencari crP maka pada persamaan karakteristik
Routh Hurwitz nilai s diganti dengan j serta 743,78K
menjadi.
0743,786795,0134,22605,35595,14 23 jjj
0506,5434,22605,35595,14 23 jj
034,22595,14605,35506,54 32 j Maka,
034,22595,14 3 3595,1434,22
2595,1434,22
237,1595,14
34,22
2crP
237,1
14,32
40
077,5
Penentuan parameter PID dapat ditentukan dengan tabel
Ziegler Nichols seperti ditunjukkan pada tabel 3.3 dan didapat hasil seperti di bawah ini.
Pengendali P
2cr
p
KK
2743,78
371,39
Gambar 3.10 Respon Pengendalian P dengan Nilai Kp = 39,371
Pengendali PI
52 cr
p
KK
54 cr
i
PT
5743,782
5077,54
497,31 062,4
41
Gambar 3.11 Respon Pengendalian PI dengan Nilai Kp = 31,497
dan Ti = 4,062
Pengendali PID
53 cr
p
KK
2cr
i
PT
253 cr
d
PT
5743,783
2077,5
25077,53
246,47 538,2 609,0
Gambar 3.12 Respon Pengendalian PID dengan Nilai Kp =
47,246, Ti = 2,538, dan Td = 0,609
3.10. Metode Trial and Error Metode trial and error dilakukan dengan mencoba tuning
secara acak untuk mendapatkan respon yang diinginkan. Pada
penelitian ini dilakukan penentuan tuning pengendalian PI secara
42
trial and error dan didapatkan nilai Kp = 11,6 dan Ti = 50.
Respon yang dihasilkan seperti gambar 3.13.
Gambar 3.13 Respon Pengendalian PI Trial and Error dengan
Nilai Kp = 11,6 dan Ti = 50
Dari hasil simulasi dengan simulink terhadap sistem
pengendalian temperature brine heater dengan metode Ziegler
Nichols, didapat nilai maximum overshoot, error steady state, dan
settling time berturut turut untuk pengendali P sebesar 38,2%,
3%, 38 detik. Untuk pengendali PI didapatkan nilai maximum
overshoot, error steady state, dan settling time sebesar 48,2%,
0,05%, 70 detik. Sedang untuk pengendali PID sebesar 45,7%,
0,04%, 17 detik. Dengan melihat hasil diatas, maka respon terbaik
dari ketiga jenis pengendali adalah pengendali PID dengan nilai
maximum overshoot 45,7%, error steady state 0,04% dan settling
time 17 detik. Namun ketiga jenis pengendali diatas masih
memiliki nilai overshoot yang tinggi. Sedang dengan metode trial
and error dengan jenis pengendali PI dan parameter Kp = 8 dan
Ti = 27 didapat nilai maxsimum overshoot sebesar 5%, error
steady state sebesar 0,5%, dan settling time 40 detik.
Dengan melihat hasil diatas maka penentuan tuning PID
dengan mengggunakan metode empiris Ziegler Nichols dirasa kurang tepat karena memiliki nilai overshoot yang tinggi. Namun
memiliki settling time dan error yang kecil dengan menggunakan
jenis pengendali PID.