34
37 BAB III PENDAPAT NURCHOLIS MADJID TENTANG HUKUM MENGUCAPKAN SALAM DAN MENGHADIRI PERAYAAN UMAT NON MUSLIM A. Biografi Nurcolish Majid dan Karya-Karyanya 1. Latar Belakang Nurcholish Madjid Nurcholish Madjid (Mojoanyar, Jombang, 17Maret 1939/26 Muharam 1358). Seorang cendekiawan muslim Indonesia yang dikenal dengan gagasannya tentang pembaruan pemikiran Islam. Lahir dari kalangan keluarga pesantren, ia adalah putra seorang guru Madrasah Al- Wathaniah di Jombang, Haji Abdul Madjid. Pendidikan awal ia peroleh dari Sekolah Rakyat (pagi) dan Madrasah Ibtidaiyah (sore) di daerah kelahirannya. Kemudian ia melanjutkan ke Pesantren Darul Ulum Rejoso, Jombang, selama 2 tahun. Salah satu gurunya adalah KH Hasyim Asy'ari. Kemudian ia meneruskan pendidikan ke Kulliyatul muallimin al-Islamiyah (KMI) di Pesantren Darussalam, Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, sampai tamat 1960. la mengajar selama setahun lebih di pesantren itu. Pendidikan tinggi ia peroleh dari Fakultas Adab (Sastra Arab dan Kebudayaan Islam), jurusan Bahasa dan Sastra Arab, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, sampai menyandang gelar sarjana (1968). Sejak Maret 1978, ia mendapat kesempatan mengikuti studi lanjut (tugas belajar)

BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

  • Upload
    hatuyen

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

37

BAB III

PENDAPAT NURCHOLIS MADJID TENTANG HUKUM

MENGUCAPKAN SALAM DAN MENGHADIRI PERAYAAN

UMAT NON MUSLIM

A. Biografi Nurcolish Majid dan Karya-Karyanya

1. Latar Belakang Nurcholish Madjid

Nurcholish Madjid (Mojoanyar, Jombang, 17Maret 1939/26

Muharam 1358). Seorang cendekiawan muslim Indonesia yang dikenal

dengan gagasannya tentang pembaruan pemikiran Islam. Lahir dari

kalangan keluarga pesantren, ia adalah putra seorang guru Madrasah Al-

Wathaniah di Jombang, Haji Abdul Madjid. Pendidikan awal ia peroleh dari

Sekolah Rakyat (pagi) dan Madrasah Ibtidaiyah (sore) di daerah

kelahirannya. Kemudian ia melanjutkan ke Pesantren Darul Ulum Rejoso,

Jombang, selama 2 tahun. Salah satu gurunya adalah KH Hasyim Asy'ari.

Kemudian ia meneruskan pendidikan ke Kulliyatul muallimin al-Islamiyah

(KMI) di Pesantren Darussalam, Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa

Timur, sampai tamat 1960. la mengajar selama setahun lebih di pesantren

itu. Pendidikan tinggi ia peroleh dari Fakultas Adab (Sastra Arab dan

Kebudayaan Islam), jurusan Bahasa dan Sastra Arab, IAIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, sampai menyandang gelar sarjana (1968). Sejak

Maret 1978, ia mendapat kesempatan mengikuti studi lanjut (tugas belajar)

Page 2: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

38

di Universitas Chicago, Amerika Serikat sampai meraih gelar doktor dalam

bidang Kalam dan Falsafah dengan predikat cum laude (Maret 1984).1

Selama menjadi mahasiswa IAIN, Nurcholish Aktif di organisasi

kemahasiswaan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). la pernah menjadi

ketua Umum Pengurus Besar HMI untuk dua periode 1966-1969 dan 1969-

1971; presiden Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara, 1967-1969;

asisten IIFSO (International Islamic Federation of Students

Organizations/Federasi Organisasi-organisasi Mahasiswa Islam

Internasional), 1968-1971. Nur Cholish pernah menjadi staf pengajar di

IAIN (1972-1974) serta pemimpin umum majalah Mimbar, Jakarta (1971-

1974), dan pemimpin redaksi majalah Forum. Bersama teman-temannya, ia

mendirikan dan memimpin LSIK (Lembaga Studi Ilmu-Ilmu

Kemasyarakatan, 1972-1976) dan LKIS (Lembaga Kebajikan Islam

Samanhudi, 1974-1977). Sebelum dan sepulangnya dari Amerika Serikat ia

bekerja di LIPI sebagai anggota staf peneliti, menjadi dosen di Fakultas

Adab dan Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; mendirikan dan

menjadi ketua Yayasan Paramadina, yang aktif dalam kajian keislaman;

menjadi penulis tetap harian Pelita, Jakarta; 1988 anggota MPR; Agustus

1991 dosen tamu di Institute of Islamic Studies, McGill University,

Montreal, Canada.

Nurcholish terkenal dengan gagasannya tentang pembaruan

pemikiran Islam. Menurut dia, Islam harus dilibatkan dalam pergulatan-

1 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet 3, Jakarta: PT Ichtiar Baru

van Hoeve, 1994, hlm. 104.

Page 3: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

39

pergulatan modernistik yang didasarkan atas kekayaan khazanah pemikiran

keislaman tradisional yang telah mapan, sekaligus diletakkan dalam konteks

keindonesiaan.2

Nurcholish Madjid pertama kali menyampaikan ide-ide

pembaharuannya secara formal pada 2 Januari 1970 di Jakarta dalam acara

halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

(Pelajar Islam Indonesia) dan Persami (Persatuan Sarjana Muslim

Indonesia), dengan judul "Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan

Masalah Integrasi Umat". Bahasannya mencakup: 'Islam Yes, Partai Islam

No', Kuantitas versus Kualitas, Liberalisasi Pandangan terhadap 'Ajaran

Islam' sekarang (Sekularisasi, Kebebasan Berpikir, Idea of Progress, dan

Sikap Terbuka), dan perlunya kelompok pembaharuan "liberal". Makalah

tersebut kemudian dilengkapi wawancara dengan Harian Kompas (1 April

1970), yang bahasannya mencakup: Beragama secara Konvensional,

Sekularisasi dan Sekularisme, dan Beberapa 'Asuhan' dari Agama (Al-

Qur'an).

Sebelumnya, 5 Februari 1970, ia menyampaikan pidato pada acara

HUT ke-3 HMI di Jakarta, dengan judul "Menuju Pembaharuan Pemikiran

dalam Islam", memberikan kuliah di Pusat Kesenian Jakarta, 30 Oktober

1972, dengan judul "Menyegarkan Paham Keagamaan di Kalangan Ummat

Islam Indonesia," dan sebagainya yang dimuat dalam Pos bangsa, Tribun,

dan Panji Masyarakat.

2Ibid, hlm. 104

Page 4: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

40

Ide-idenya tersebut mendapat pro dan kontra, sehingga tahun 70-an

ia disebut tokoh kontroversi. Ada pula yang menyebutnya dengan "Natsir

Muda", sebutan yang dihubungkan dengan nama salah seorang tokoh partai

Masyumi yang berpandangan modern, Mohammad Natsir.3

2. Karya-Karya Nurcholish Madjid

Nurcholish Madjid banyak menulis artikel dan makalah, yang telah

diterbitkan oleh berbagai koran dan majalah, seperti Tempo, Panji

Masyarakat, Kompas, dan Pelita. la memberi kata pengantar dalam

beberapa buku atau artikel berbahasa Inggris pada berbagai buku suntingan,

antara lain: The Issue of Modernization among Muslims in Indonesia: From

a Participant's Point of View" dalam buku Gloria Davis (ed.), What is

Modern Indonesia Culture? (Athens, Ohio: University of Ohio Southeast

Asia Studies, 1979); "Islam in Indonesia: challenges and Opportunities"

dalam Cyrisc K. 'Pullapilly (ed.), Islam in the Contemporary World (Notre

Dame, Indiana: Cross Roads Books, 1980); Ibn Taimiya on Kalam and

Falsafah: Problem of Reason and Revelation in Islam (Ibnu Taimiyah

tentang Kalam dan Falsafah: Suatu Persoalan Hubungan antara Akal dan

Wahyu dalam Islam), disertasi yang diajukan ke University of Chicago.

Karya tulisnya dalam bentuk buku antara lain: Chazanah Intelektual

Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), kumpulan karangan pendek tentang

Filsafat Islam Klasik, dan Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan

3Ibid, hlm. 105

Page 5: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

41

(Bandung: Mizan, 1987), suatu anologi yang menghimpun tulisan-

tulisannya (30 artikel) yang ditulis dalam rentang waktu kurang lebih dua

dasawarsa.4

B. Pendapat Nurcholish Madjid tentang Hukum Mengucapkan Salam dan

Menghadiri Perayaan Umat Non Muslim

Nurcholish Madjid, sebelum sampai pada kesimpulannya, ia

mengawali dengan uraian cukup panjang. Uraian tersebut dapat diikuti dengan

awal pernyataan sebagai berikut: Sebelum menjawab pertanyaan, "Apa

hukum mengucapkan salam kepada orang non Muslim?," kami akan

mengemukakan peristiwa-peristiwa yang terkait dengan hukum mengucapkan

salam kepada orang non Muslim. Hukum suatu masalah baru bisa ditetapkan

apabila diketahui konteks dan situasinya, yang dengan demikian diketahui

pula kemaslahatan dan kemudaratannya. Bukan hukumnya yang ditetapkan

terlebih dahulu dan .kemudian hukum itu diterapkan kepada semua peristiwa

atau kasus. Hukum harus tunduk kepada kemaslahatan dan hikmah. Tidak

boleh sebaliknya kemaslahatan harus tunduk kepada hukum. Di sini

kemaslahatan adalah tujuan Syariat, sedangkan hukum adalah cara atau jalan

untuk mencapai tujuan itu.5

Selanjutnya menurut Nucholish, dkk, bahwa salah satu peristiwa itu

adalah pengalaman yang diceritakan seorang Buddhis, penganut Buddhisme

4Ibid, hlm. 105 5Nurcholish Madjid, et al., Fiqih Lintas Agama, Jakarta: Paramadina, cet ke-5, 2004, hlm.

66

Page 6: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

42

atau agama Buddha. la menceritakan bahwa hubungan antara dia, kerabat-

kerabat dan sanak saudaranya yang beragama Kristen, pada satu pihak, dan

kerabat-kerabat dan sanak saudaranya yang beragama Islam, pada pihak lain,

sebelum pertengahan 1980-an, sangat baik dan akrab. Tetapi hubungan itu

mulai renggang, bahkan tegang, karena pengaruh hukum dan norma Islam

yang kaku dan eksklusif. Hukum dan norma itu merusak hubungan harmonis

antara orang-orang non-Muslim (dia, yang beragama Buddha, kerabat-kerabat

dan sanak saudaranya yang beragama Kristen) dan orang-orang Muslim

(kerabat-kerabat dan sanak saudaranya yang beragama Islam). Dulu kerabat-

kerabat dan sanak saudaranya itu, baik yang Muslim maupun yang non-

Muslim, tidak mempersoalkan hukum mengucapkan salam, yaitu

"Assalamu'alaikum," kepada orang-orang non-Muslim, mengucapkan

"Selamat Natal," dan ikut serta merayakan Natal bagi orang-orang Muslim,

apakah boleh atau dilarang. Mereka yang Muslim biasa mengucapkan

"Assalamu'alaikum" kepada orang-orang non-Muslim, mengucapkan "Selamat

Natal," dan ikut serta merayakan Natal bersama saudara-saudara mereka yang

Kristen, Tetapi sejak mereka menerima fatwa para ulama bahwa tiga

kebiasaan tadi itu (mengucapkan "Assalamu'alaikum" kepada orang-orang

non-Muslim, mengucapkan "Selamat Natal," dan ikut serta merayakan Natal)

dilarang, sikap mereka berubah terhadap kerabat-kerabat dan sanak saudara

mereka yang non-Muslim. Mereka tidak mau lagi melakukan tiga kebiasaan

itu. Bahkan, di antara mereka ada yang tidak mau lagi bersalaman dengan

kerabat-kerabat dan sanak saudara mereka yang non-Muslim. Keakraban telah

Page 7: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

43

berubah menjadi kebencian, kedamaian telah berubah menjadi ketegangan,

persaudaraan telah berubah menjadi permusuhan.6

Sangat ironis, demikian ungkap Nurcholish Madjid; Islam sebagai

agama Salam (kedamaian, kesejahteraan, keselamatan), karena penetapan

hukum dan normanya yang kaku dan eksklusif, telah berubah menjadi sumber

kebencian dan permusuhan. Peristiwa lain adalah apa yang terjadi dalam suatu

seminar agama-agama di sebuah kota kecil di Jawa Tengah pada September

1995. Dalam seminar itu, seorang ulama besar yang disegani banyak orang

mengucapkan "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" kepada para

peserta seminar itu, yang semuanya adalah orang Kristen. Salam itu disambut

oleh para peserta itu dengan ucapan "Wa'alaikumussalamu warahmatullahi

wabarakatuh." Tiba-tiba salah seorang peserta nyeletuk dengan mengatakan,

"Mengapa Bapak mengucapkan Assalamu'alaikum warahmatullahi

wabarakatuh?" Bukankah bagi orang Muslim mengucapkan salam kepada

orang non-Muslim dilarang oleh Islam?". Ulama itu menjawab sebagai

berikut: “Dulu Nabi Muhammad saw melarang mengucapkan salam kepada

orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka memusuhi Nabi dan orang-

orang Muslim. Sekarang saudara-saudara sebagai orang Kristen bersahabat

dengan saya. Kita bersaudara, bukan bermusuhan. Karena itu, saya

mengucapkan salam kepada saudara-saudara. Dulu Nabi melarang

mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka

ketika berjumpa dengan Nabi dan orang-orang Muslim mengucapkan

6Ibid, hlm. 66-67

Page 8: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

44

"Assamu'alaikum" (al-sam'alaykum) (Kematian bagimu, Celaka bagimu,

Kehinaan bagimu), bukan Assalamu'alaikum atau al-salam'alaikum (Salam

sejahtera bagimu). Sekarang, ketika saya mengucapkan "Assalamu'alaikum,"

saudara-saudara menjawab dengan "Assalamu'alakum." Karena itu,

mengucapkan salam kepada saudara-saudara sebagai non-Muslim tidak

dilarang.”7

Kemudian Nurcholish Madjid, menceritakan, bahwa pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan peserta itu ("Mengapa Bapak mengucapkan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh?" Bukankah bagi orang

Muslim mengucapkan salam kepada non-Muslim dilarang oleh Islam?")

menunjukkan keheranannya. la heran menyaksikan langsung seorang ulama

besar melakukan sesuatu yang dilarang oleh agamanya. Keheranannya itu baru

hilang setelah ia mendengar penjelasan tentang alasan bolehnya mengucapkan

salam kepada orang non-Muslim. Pada umumnya para ulama berpendapat

bahwa hukum mengucapkan salam kepada orang non-Muslim adalah haram,

terlarang. Larangan ini didasarkan pada hadis-hadis Nabi Muhammad s.a.w.

Nabi Muhammad s.a.w. berkata: "Jangan kamu memulai (mengucapkan)

salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Jika kamu menjumpai salah

seorang dari mereka di jalan, desakkah dia ke pinggir." Hadis ini diriwayatkan

oleh Muslim melalui Abu Hurairah. Hadis ini tidak hanya melarang memulai

mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani tetapi juga

menyuruh orang-orang Muslim untuk bersikap kasar terhadap mereka, yaitu

7Ibid, hlm. 67-68

Page 9: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

45

dengan mendesak siapa pun di antara mereka ke pinggir jalan. Hadis ini

menampilkan Islam dengan wajah garang dan kasar, demikian tegas

Nurcholish Madjid.8

Hadis lain menurut Nurcholish Madjid yang dijadikan dalil untuk

larangan mengucapkan salam kepada orang-orang non-Muslim adalah hadis

yang menceritakan bahwa sekelompok orang-orang Yahudi mendatangi Nabi

Muhammad s.a.w. sambil mengucapkan "Assamu'alaikum" (al-sam'alaikum)

(Kematian bagimu, Celaka bagimu, Kehinaan bagimu). Melihat peristiwa itu,

Aisyah, istri Nabi, mengucapkan "Wa'alaikumussamwalla'nah" (wa'alaykum

al-sam iya al-la'nah) ("Dan bagimu kematian dan laknat") kepada para tamu

Yahudi yang tidak sopan itu. Nabi menegur Aisyah, "Perlahan-lahan, hai

Aisyah. Sesungguhnya Allah menyukai keramahan dalam semua urusan."

Maka Aisyah bertanya kepada beliau, "Ya Rasulullah. Apa engkau tidak

mendengar apa yang mereka ucapkan?" Rasulullah menjawab, "Aku telah

mengucapkan Wa 'alaikum (Bagimu kematian)." Hadis ini diriwayatkan oleh

Bukhari melalui Aisyah. Ada sembilan hadis lain yang pada intinya, meskipun

dengan redaksi-redaksi yang sedikit berbeda, sama dengan hadis ini. Sembilan

hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari melalui tiga orang: enam hadis melalui

Aisyah, dua hadis melalui Abdullah ibn Umar, dan satu hadis melalui Anas

ibn Malik. Jadi, ada sepuluh hadis yang pada intinya mengandung pesan yang

sama.

8Ibid, hlm. 68

Page 10: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

46

Beberapa catatan tentang sepuluh hadis yang diriwayatkan oleh

Bukhari ini perlu mendapat perhatian. Pertama, salam yang diucapkan oleh

orang-orang Yahudi adalah salam penghinaan, yaitu "Assamu'alaikum" atau

"Assamu'alaika," bukan salam perdamaian, yaitu "Assalamu 'alaikum." Kedua,

yang memulai mengucapkan salam, yaitu salam penghinaan, adalah orang-

orang Yahudi, bukan Nabi. Ketiga, sikap para tamu Yahudi itu terhadap Nabi

adalah sikap kebencian dan permusuhan, bukan sikap perdamaian dan

persahabatan. Keempat, Nabi menegur Aisyah agar tidak bertindak kasar dan

tidak melaknat para tamu yang tidak sopan itu karena Allah mencintai

keramahan dan kelembutan. Kekasaran dan ketidaksopanan tamu tidak boleh

menghilangkan keramahan dan kelembutan penerima tamu. Kelima, karena

itu, cukup bagi Nabi untuk menjawab salam orang-orang Yahudi itu dengan

"Wa'alaikum" (Dan bagimu kematian), atau "Wa'alaika" (Dan bagi engkau

kematian).9

Sepuluh hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari melalui Aisyah,

Abdullah ibn Umar, dan Anas ibn Malik ini memberikan gambaran wajah

Islam yang berbeda dengan gambaran wajah Islam yang diberikan oleh hadis

yang diriwayatkan oleh Muslim melalui Abu Hurairah tadi. Sepuluh hadis

yang diriwayatkan melalui Aisyah, Abdullah ibn Umar ini memberikan

gambaran wajah Islam yang ramah, lembut dan bersahabat, sedangkan hadis

yang diriwayatkan melalui Abu Hurairah tadi memberikan gambaran wajah

Islam yang kasar, galak dan tidak bersahabat.

9 Ibid, hlm. 68

Page 11: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

47

Hadis-hadis yang diriwayatkan melalui Abu Hurairah sering

dipersoalkan karena beberapa alasan. Pertama, ia terlalu sering meriwayatkan

apa yang sebenarnya tidak pasti diucapkan oleh Rasulullah s.a.w. Kebiasaan

ini menunjukkan kecerobohan dan ketidakhati-hatiannya dalam meriwayatkan

hadis-hadis. Kedua, diduga keras bahwa ia adalah orang yang pelupa dan ia

mengakui sifat pelupa ini. Tetapi berusaha menutupi kelemahan itu dengan

kisah ajaib bahwa Nabi Muhammad s.a.w. pernah menyuruhnya

membentangkan jubahnya bila beliau berbicara dan memungutnya kembali

setelah beliau selesai berbicara. la mengaku bahwa dengan cara aneh ia tidak

lagi melupakan sesuatu pun. Ketiga, terlalu banyak jumlah hadis yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam waktu yang singkat. la meriwayatkan

5300 hadis hanya dalam waktu tiga tahun. Aisyah yang jauh lebih lama hidup

mendampingi Nabi meriwayatkan tidak sampai separuh jumlah itu. Keempat,

ia adalah orang pemalas yang tidak mempunyai pekerjaan tetap selain

mengikuti Rasulullah ke mana pun beliau pergi. la pernah menolak pekerjaan

yang ditawarkan oleh Umar ibn al-Khattab. Kelima, banyak hadis yang

diriwayatkannya bertentangan dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh

para sahabat yang terpercaya seperti Aisyah. Beberapa hadis yang terkait

tentang perempuan, misalnya, yang diriwayatkannya bertentangan dengan

hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah. 10

Hadis melalui Abu Hurairah di atas bertentangan dengan watak dasar

Islam yang menekankan kedamaian, keramahan, dan kelembutan. Hadis itu

10 Ibid, hlm. 68

Page 12: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

48

juga bertentangan dengan hadis lain yang menunjukkan bahwa Nabi

Muhammad s.a.w. (memulai) mengucapkan salam kepada Negus (Najasyi),

Raja Etiopia, melalui suratnya. Surat beliau itu berbunyi sebagai berikut:

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Ini surat dari Muhammad, Rasul Allah, kepada Negus, Raja Etiopia. Salam bagi Anda. Puji syukur kepada Allah yang tiada. sekutu bagi-Nya. Dialah Allah yang tiada pada-Nya kekurangan dan kesalahan; hamba-Nya yang taat akan selamat dari murka-Nya. Dia melihat dan menyaksikan amal perbuatan hamba-hamba-Nya. Saya bersaksi bahwa Nabi Isa putra Maryam adalah ruh Allah dan kalam (Allah) yang menghuni rahim Maryam yang saleh. Allah menciptakannya dalam rahim ibunya tanpa ayah dengan kekuasaan-Nya sebagaimana la menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu. Saya mengajak Anda kepada Allah Yang Esa yang tidak bersekutu, dan meminta Anda menaati-Nya dan mengikuti agama saya. Percayalah kepada Allah yang mengangkat saya sebagai nabi. Hendaklah Anda mengetahui bahwa saya adalah Rasul Allah. Saya mengajak Anda dan seluruh tentara Anda kepada Allah Ta'ala, dan dengan mengirim surat dan duta ini saya telah melakukan tanggung jawab berat yang terpikul di pundak saya dan telah menasehati Anda. Salam atas orang-orang yang mengikuti petunjuk. Salam pembukaan dalam surat ini berbeda dengan salam pembukaan

dalam surat-surat yang dikirim kepada Khosru Iran, Kaisar Romawi, dan

Muqauqis. Dalam surat ini, salam pembukaan yang diucapkan Nabi

Muhammad adalah "Salam bagi Anda" (Salamua'alaikum). Salam ini

ditujukan kepada Negus, Raja Etiopia, yang beragama Kristen (Nasrani).

Dalam surat-surat lain, Nabi Muhammad tidak mengucapkan "Salam bagi

Anda," tetapi mengucapkan "Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk"

(Salamun 'ala man ittaba'a al-huda).

Page 13: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

49

Berkenaan dengan masalah mengucapkan salam, perlu pula

memperhatikan hadis Nabi melalui Anas ibn Malik yang mengatakan bahwa

Nabi berkata: "Apabila Ahli Kitab mengucapkan salam, maka jawablah:

Wa'alaykum." Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ini

menunjukkan bahwa orang-orang Muslim wajib menjawab salam yang

diucapkan oleh Ahli Kitab. Meskipun dalam hadis ini yang disebut adalah

Ahli Kitab tentu saja salam yang wajib dijawab oleh orang-orang Muslim

bukan hanya salam Ahli Kitab tetapi juga salam orang-orang non-Muslim lain.

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim melalui Abdullah ibn

Amru dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui apakah mengucapkan salam

kepada orang non-Muslim boleh atau dilarang. Hadis ini menceritakan bahwa

seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang Islam yang mana

yang terbaik. Nabi menjawab: "Memberikan makanan dan membaca salam

kepada siapa yang engkau kenal dan siapa yang tidak engkau kenal."

Ketika menjelaskan makna umum hadis ini Musa Syahin Lasyin,

seorang guru tafsir dan hadis di Fakultas Ushuluddin, Universitas al-Azhar,

Kairo, mengatakan bahwa di antara cabang iman yang terpenting dan perangai

Islam yang paling menonjol adalah memberikan makanan dan menyebarkan

salam. Dengan dua perangai ini (memberikan makanan dan menyebarkan

salam) persahabatan dan persaudaraan akan terwujud, umat Islam menjadi

seperti tubuh yang satu, anggota-anggotanya saling menolong untuk kebaikan,

satu sama lain saling memberi kedamaian dan saling menolong kesusahan dari

anggota-anggota itu, dan satu bagian benar-benar mengokohkan bagian lain

Page 14: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

50

untuk kekuatan dan keteguhan. Menurut Musa Syahin Lasyin, hadis ini

menyuruh orang-orang Muslim memberikan makanan kepada semua orang,

termasuk musuh, dan kepada binatang. Dengan dua perangai ini, akan

terwujud keamanan dan keselamatan bagi diri yang melakukannya dari orang

yang ada di sekitarnya. la akan mempercayai orang yang bersamanya. Maka,

hendaklah ia membaca salam dan memberi rasa aman dan keselamatan bagi

siapa saja yang ditemuinya, dan hendaklah ia mengucapkan salam kepada

siapa yang dikenalnya dan siapa yang tidak dikenalnya. Dengan mengucapkan

salam jiwa-jiwa yang saling menjauh akan saling mendekat, kalbu-kalbu yang

tidak akur akan saling mengharmonikan, dan ruh-ruh yang tidak saling kenal

akan saling mengenal.11

Dengan dua perangai ini (memberikan makanan dan menyebarkan

salam), kepercayaan dan keamanan akan sempurna, cinta dan harmoni akan

terwujud, kebahagiaan dan kedamaian akan menjadi agung, dan fenomena-

fenomena Islam dengan bentuk-bentuk ini semua akan menjadi tampak nyata.

Hadis ini menyatakan dengan tegas bahwa Islam adalah agama solidaritas dan

kedamaian.

Mengucapkan salam (al-salam) adalah perbuatan menanam kasih-

sayang dan cinta dalam kalbu. Kesedihan, perlawanan dan penolakan yang

mungkin ada dalam kalbu orang-orang yang dicintai akan hilang lenyap

dengan ucapan selamat. Buruk sangka dan saling mencurigai yang mungkin

ada dalam kalbu musuh akan berbalik menjadi kepercayaan dengan ucapan

11 Ibid, hlm. 68-69.

Page 15: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

51

selamat. Makna zahir ungkapan "siapa yang engkau kenal dan siapa yang

tidak engkau kenal" (man 'arafta wa man lam ta'rif) dalam hadis ini

menunjukkan keumuman pada seluruh manusia (kull al-nas), baik yang

beriman maupun yang kafir, baik yang mengadakan perjanjian damai maupun

yang berperang, karena makna zahir ini menunjukkan bahwa salam adalah

milik Allah, bukan untuk pemenuhan hak pengenalan.

Sebagian orang yang berpegang pada keumuman makna ini

menginginkan (ucapan) salam kepada orang kafir meskipun ia adalah orang

yang berperang, ketika keperluan untuk itu adalah untuk nasehat dan yang

serupa dengan itu, karena perangai itu adalah yang paling diharapkan untuk

penerimaan mereka pada Islam. Allah telah menyuruh Musa dan Harun a.s.

berlemah lembut dengan Firaun ketika Dia berfirman: "Maka berbicaralah

kamu berdua kepadanya dengan kata-kata lemah lembut. Mudah-mudahan ia

ingat dan takut" (QS.Thoha : 44).

Sekelompok lain berpendapat bahwa keumuman ini dikhususkan bagi

orang-orang Muslim. Maka seorang Muslim tidak boleh memulai

mengucapkan salam kepada orang kafir karena larangan Nabi s.a.w. melalui

sabdanya: "Jangan kamu memulai (mengucapkan) salam kepada orang-orang

Yahudi dan Nasrani. Jika kamu menjumpai salah seorang dari mereka di jalan

desakkah dia ke pinggir." Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Sebagian lain berpendapat bahwa keumuman ini muncul pertama kali

untuk kemaslahatan kerukunan, kesatuan, dan saling kasih sayang

Page 16: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

52

(mashlahatal-ta'lif), tetapi kemudian datang larangan mengucapkan salam

kepada orang-orang kafir. Maka keumuman ini dihapus.12

Tiga pendapat ini perlu mendapat perhatian di sini. Pendapat pertama

membolehkan mengucapkan salam kepada semua manusia, baik yang dikenal

maupun yang tidak dikenal, baik Muslim maupun non-Muslim, baik yang

berdamai maupun yang berperang dengan orang-orang Muslim, baik yang

bersahabat maupun yang bermusuhan dengan orang-orang Muslim. Pendapat

ini lemah karena tidak memperhatikan konteks dan situasi konkret ketika

salam itu diucapkan dan dengan demikian tidak bertumpu pada tujuan syariat,

yaitu kemaslahatan. Jika mengucapkan salam kepada orang-orang non-

Muslim yang memerangi dan memusuhi orang-orang Muslim tidak membawa

kemaslahatan, maka mengucapkan salam kepada mereka dilarang. Apalagi

ucapan salam itu mereka balas dengan caci-maki dan penghinaan. Larangan

mengucapkan salam kepada orang-orang non-Muslim seperti itu adalah untuk

suatu kemaslahatan: menghindari penghinaan.

Pendapat kedua melarang mengucapkan salam kepada semua orang

non-Muslim. Pendapat ini juga lemah karena bertentangan dengan hadis-hadis

yang membolehkan mengucapkan salam kepada orang-orang non-Muslim,

seperti disebut di atas. Tentu saja yang dimaksud dengan orang-orang non-

Muslim dalam konteks ini adalah mereka yang mempunyai hubungan baik dan

bersahabat dengan orang-orang Muslim. Justru mengucapkan salam kepada

orang-orang non-Muslim seperti ini adalah untuk kemaslahatan; persaudaraan

12 Ibid, hlm. 69

Page 17: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

53

dan kerukunan. Dalam konteks ini, mengucapkan salam kepada mereka

dibolehkan, bahkan bisa meningkat menjadi dianjurkan atau disunatkan.

Pendapat ketiga melarang mengucapkan salam kepada orang-orang

non-Muslim berdasarkan argumen bahwa larangan mengucapkan salam

kepada orang-orang non-Muslim membatasi keumuman (semua manusia)

pada orang-orang Muslim. Pendapat ini tidak menjelaskan alasan larangan

tersebut. Padahal, menurut pendapat ini, keumuman muncul pertama kali

untuk kemaslahatan kerukunan, kesatuan, dan saling kasih sayang. Tidak

diketahui apakah larangan yang datang kemudian itu muncul untuk

kemaslahatan. Bolehnya atau larangan mengucapkan salam kepada orang-

orang non-Muslim harus ditetapkan dengan mengutamakan kemaslahatan

yang selalu dikondisikan oleh konteks dan situasi sosial yang konkret.

Musa Syahin menjelaskan, al-salam'alaikum mempunyai dua arti. Arti

pertama ialah doa (al-du'a) dengan keselamatan dan keamanan untuk orang

yang diberi salam, yaitu Allah meyelamatkan dan mengamankan engkau dari

malapetaka-malapetaka dunia dan akhirat. Arti kedua ialah berita atau

informasi (al-khabar), yaitu saya mengucapkan salam dari (diri) saya

(sendiri): saya membawa kedamaian kepada engkau, bukan memerangi

engkau.

Dan al-salam (salam) adalah pemberitahuan tentang keamanan dan

kedamaian karena adat (kebiasaan) antara pihak- pihak yang berperang adalah

bahwa satu pihak tidak saling mengucapkan salam kepada pihak lain. Adat

jahiliyah adalah jika mereka saling mengucapkan salam, (hal itu berarti)

Page 18: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

54

mereka tidak saling memerangi. Karena alasan ini, tidak boleh bagi orang

Muslim mengumpat siapa yang mengucapkan salam kepadanya dan tidak

boleh pula bangkit untuk melukainya karena perbuatan seperti itu mengingkari

apa yang diberikannya dan keamanan yang diberitahukannya.

Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan al-salam (salam) adalah

nama Allah Ta'ala. Maka arti ini adalah: Allah adalah pemelihara bagimu atau

penjaga bagimu.

Hadis-hadis yang melarang memulai mengucapkan salam kepada

orang-orang Yahudi dan Kristen muncul dalam konteks yang berbeda dengan

hadis-hadis yang membolehkan memulai mengucapkan salam kepada orang-

orang Yahudi dan Kristen. Nabi Muhammad s.a.w. melarang memulai

mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi ketika mereka memusuhi dan

menghina Nabi dan orang-orang Muslim. Penghinaan orang-orang Yahudi itu

diungkapkan dengan mengucapkan "Assamu’alaikum" (bukan Assalamu

'alaikum) pada saat sekelompok mereka mendatangi beliau. Nabi Muhammad

memulai mengucapkan salam kepada Negus, Raja Etiopia, karena beliau dan

orang-orang Muslim mempunyai hubungan yang sangat baik dengan Raja itu.

Raja itu melindungi orang-orang Muslim yang hijrah ke negeri itu. 13

Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad itu adalah untuk

kemaslahatan manusia. Karena itu, kemaslahatan harus dijadikan dasar untuk

menetapkan hukum mengucapkan salam: boleh atau dilarang. Dalam suatu

konteks, Nabi Muhammad melarang mengucapkan salam kepada orang-orang

13 Ibid, hlm. 70

Page 19: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

55

Yahudi dan Kristen untuk kemaslahatan, yaitu menghindari penghinaan dan

pelecehan. Dalam konteks lain, Nabi Muhammad mengucapkan salam kepada

Negus, Raja Etiopia, untuk kemaslahatan, yaitu memelihara persahabatan dan

keakraban antara orang-orang Muslim dan Raja itu.

Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari melalui Abu Hurairah di atas,

yang melarang memulai mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan

Kristen, bertolak belakang dengan firman Allah, "Dan hamba-hamba Allah

Yang Maha Penyayang adalah orang-orang yang berjalan di muka bumi

dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka (dengan

kata-kata yang tidak sopan), mereka menjawab: Salam sejahtera (QS. 25:63).

Ayat ini menyatakan dengan tegas bahwa mengucapkan salam kepada orang-

orang non-Muslim, meskipun kata-kata mereka tidak sopan, adalah ciri

hamba-hamba Allah yang taat. Berbeda dengan hadis riwayat Abu Hurairah

yang menampilkan wajah Islam yang kasar dan menakutkan, ayat ini

menampilkan wajah Islam yang ramah dan lembut.

Kembali kepada kasus yang diceritakan oleh orang Buddhis tentang

hubungan antara kerabat-kerabat dan sanak saudaranya yang Kristen, pada

satu pihak, dan kerabat-kerabat dan sanak saudaranya yang Muslim, pada

pihak lain, yang disebut di atas. Peristiwa itu menunjukkan bahwa kebiasaan

orang-orang Muslim mengucapkan "Assalamu'alaikum" dan juga "Selamat

Natal" kepada orang-orang Kristen adalah ungkapan hubungan harmonis dan

akrab antara pihak yang memberikan ucapan dan pihak yang menerima

ucapan. Hubungan harmonis dan akrab adalah kemaslahatan. Penghentian

Page 20: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

56

kebiasaan itu, yang berpedoman pada fatwa larangan mengucapkan salam

kepada orang-orang non-Muslim, telah merusak hubungan itu dan

menimbulkan ketegangan dan kebencian. Hubungan yang rusak, ketegangan

dan kebencian adalah kemudaratan. Ironis sekali bahwa sebuah ketetapan

hukum Syariat untuk menegakkan Islam, agama yang diakui mengajarkan

kedamaian, persaudaraan, dan keramahan, telah melahirkan kebencian. Orang

yang kritis mungkin akan bertanya-tanya tentang peristiwa ini. Bagaimana

mungkin Islam sebagai agama kedamaian, persaudaraan, dan keramahan

melahirkan kebencian dan permusuhan? Bagaimana mungkin Islam

mengorbankan kemaslahatan demi hukum yang melahirkan kemudaratan?

Tentu saja, kalbu yang bening dan akal yang sehat akan menjawab bahwa

kebencian dan permusuhan itu jauh dari watak fitri Islam sebagai agama

kedamaian, persaudaraan dan keramahan. 14

Fatwa larangan mengucapkan salam kepada non-Muslim ternyata tidak

disetujui oleh semua ulama. Peristiwa yang terjadi dalam suatu seminar

agama-agama di sebuah kota kecil di Jawa Tengah pada September 1995,

ketika seorang ulama besar mengucapkan salam kepada para peserta seminar

itu, yang semuanya adalah orang Kristen, seperti disebutkan di atas,

membuktikan bahwa ada ulama yang membolehkan mengucapkan salam

kepada orang-orang non-Muslim. Ulama itu mengucapkan salam kepada para

peserta yang semuanya adalah Kristen untuk kemaslahatan, yaitu

persaudaraan, persahabatan, dan kehangatan.

14 Ibid, hlm. 71

Page 21: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

57

Penetapan hukum mengucapkan salam kepada orang-orang non-

Muslim harus berdasar pada kemaslahatan dan hikmah. Di Indonesia banyak

orang Muslim dan orang non-Muslim bersahabat, atau paling tidak, tidak

bermusuhan. Dalam konteks seperti itu, bertolak dari kemaslahatan dan

hikmah mengucapkan salam kepada orang-orang non-Muslim adalah tidak

dilarang, alias boleh.

Mengucapkan "Selamat Natal" dan Selamat Hari Raya Agama-agama

Lain

Kebiasaan mengucapkan "Selamat Natal" di Indonesia, sebagaimana di

negara-negara lain, dilakukan bukan hanya oleh orang-orang Kristen, tetapi

juga oleh orang-orang non-Kristen, termasuk kaum Muslim. Mengucapkan

"Selamat Natal" tentu saja ditujukan kepada orang-orang Kristen, karena Hari

Raya Natal adalah hari raya agama Kristen. Kita sering menyaksikan ucapan

"Selamat Natal" di negeri ini datang dari saudara-saudara mereka yang

beragama Islam.

Kita sering menyaksikan banyak artis, pembawa acara dan penyiar

yang beragama Islam di stasiun-stasiun TV dan radio di kota-kota besar di

Indonesia mengucapkan "Selamat Natal" kepada saudara-saudara kita yang

beragama Kristen pada hari-hari bersuasana Natal pada setiap bulan

Desember.

Natal tahun 2002 merupakan hari raya yang paling istimewa bagi umat

Kristen Ambon. Setelah hampir 3 tahun wilayah itu didera konflik dan

Page 22: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

58

kekerasan, pada tahun ini umat Kristen Ambon tidak hanya dapat mengikuti

kebaktian malam Natal dengan tenang, tanpa ancaman, tetapi juga sibuk

menerima ucapan "Selamat Natal" dan kunjungan dari kerabat-kerabat dan

sanak saudara mereka dari wilayah Muslim. Batas yang memisahkan wilayah

permukiman Kristen dan permukiman Muslim mulai disingkirkan.

Permusuhan pun lambat laun dilupakan. Tony Hatane, 35 tahun (pada 2002),

sebagai pengacara gereja pernah berada dalam daftar musuh komunitas

Muslim di Ambon. Namun, pada tahun ini ia menerima puluhan ucapan

"Selamat Natal" dari warga Muslim di Ambon, bahkan pada sore hari 25

Desember 2002 ia mendapat kunjungan sejumlah sahabatnya dari wilayah

Muslim. Dua minggu sebelumnya, ia berkunjung ke rumah sahabatnya di

Waihong, Ambon, untuk menyampaikan ucapan "Selamat Idul Fitri."

Waihong adalah pusat wilayah pemukiman Muslim di Ambon yang berlokasi

tidak jauh dari pemakaman para syuhada yang wafat selama konflik Maluku.15

Demikianlah suasana perayaan Natal tahun 2002 di Ambon, yang

penuh kedamaian dan persahabatan. Tetapi, yang penting dicatat dalam

kaitannya dengan masalah yang kita bicarakan di sini adalah bahwa dalam

suasana itu warga Kristen di Ambon mendapat ucapan "Selamat Natal" dari

warga Muslim. Orang-orang Muslim di sana mengucapkan "Selamat Natal"

kepada saudara-saudaranya yang Kristen.

Masih banyak contoh lain praktik mengucapkan "Selamat Natal" oleh

orang-orang Muslim di Indonesia. Salah satu contoh itu adalah ucapan

15 Ibid, hlm. 71

Page 23: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

59

"Selamat Natal" yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia pada

setiap acara Natal Bersama Umat Kristiani Tingkat Nasional selama 16 tahun

terakhir sebelum tahun 2002. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pada

tahun 2002 Presiden tidak memberikan sambutan pada acara Natal Bersama

itu. Pembatalan sambutan itu diberitahu tiga hari sebelum acara itu. Pada

tahun-tahun sebelumnya Presiden dalam sambutannya pada setiap acara Natal

Bersama Tingkat Nasional selalu menyampaikan "Selamat Natal" kepada

umat Kristiani. Sampai sekarang semua Presiden Republik Indonesia adalah

Muslim. Presiden-Presiden kita, yang semuanya adalah Muslim, mengucapkan

"Selamat Natal."

Banyak ulama berpendapat bahwa mengucapkan "Selamat Natal"

dilarang oleh ajaran Islam. Di antara alasan larangan ini adalah bahwa

mengucapkan "Selamat Natal" berarti, membenarkan ajaran Kristen. Alasan

lain: bid'ah. Alasan lain: menyerupai orang-orang kafir. Sebagaimana telah

menjadi pengetahuan umum, bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga

mengeluarkan fatwa yang mengharamkan umat Islam mengucapkan "Selamat

Natal", dengan alasan teologis di atas.

Pada bulan Desember 2001, seorang ulama dalam acara tanya jawab

masalah-masalah keagamaan Islam di sebuah stasiun TV swasta ditanya oleh

seorang pemirsa tentang hukum mengucapkan "Selamat Natal." Pertanyaan

yang diajukan oleh pemirsa itu adalah: "Apakah ajaran Islam membolehkan

orang-orang Muslim mengucapkan Selamat Natal?" Jawaban yang diberikan

oleh ulama itu tidak jelas karena ia tidak memberikan jawaban yang sesuai

Page 24: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

60

dengan pertanyaan ini. Semestinya ia menjawab tentang bolehnya atau tidak

bolehnya mengucapkan "Selamat Natal," Jawaban yang diberikan adalah

bahwa orang-orang Muslim harus menghormati Isa al-Masih karena ia adalah

seorang nabi. Isa al-Masih dihormati bukan hanya oleh orang-orang Kristen

tetapi juga oleh orang-orang Muslim. Kisah Nabi ini terdapat dalam al-Qur'an.

Karena itu, untuk memperingati kemuliaan Nabi Isa orang-orang Muslim,

demikian fatwa ulama itu, sebaiknya membaca ayat-ayat al-Qur'an yang

terkait dengan Isa al-Masih seperti yang terdapat dalam surat-surat Al Imran,

Maryam, al-Ma'idah, dan al-Nisa'.

Dalam jawaban itu, ulama tersebut sama sekali tidak menyinggung

apakah mengucapkan "Selamat Natal" dibolehkan atau dilarang oleh Islam.

Mungkin pemirsa yang mengajukan pertanyaan itu sama sekali tidak puas

dengan jawaban ulama itu, karena jawaban yang diinginkannya bukanlah itu.

Barangkali, ulama itu sengaja membelokkan persoalan yang ditanyakan

(hukum mengucapkan "Selamat Natal") kepada persoalan lain (keharusan

menghormati Nabi Isa dan memperingati kemuliaannya dengan membaca

ayat-ayat al-Qur'an tentang Nabi ini) karena ragu untuk mengatakan bolehnya

atau tidak bolehnya mengucapkan "Selamat Natal." Mungkin juga ulama itu

mengharamkan mengucapkan "Selamat Natal" tetapi ia tidak mau mengatakan

pendapat itu untuk menghormati orang-orang Muslim, termasuk para pejabat,

yang biasa mengucapkan "Selamat Natal." 16

16 Ibid, hlm. 72

Page 25: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

61

Mungkin juga ulama itu membolehkan mengucapkan "Selamat Natal"

tetapi ia tidak mau mengatakan pendapat itu karena khawatir menuai protes

dari orang-orang Muslim yang mengharamkan "Selamat Natal." Yang jelas

adalah bahwa jawaban yang diberikan ulama itu tidak sesuai dengan

pertanyaan yang diajukan pemirsa.

M. Quraish Shihab, ulama terkemuka di Indonesia, mengatakan bahwa

ada ayat al-Qur'an yang mengabadikan ucapan Selamat Natal yang pernah

diucapkan oleh Nabi Isa, tidak terlarang membacanya, dan tidak keliru pula

mengucapkan "selamat" kepada siapa saja, dengan catatan memahami dan

menghayati maksudnya menurut al-Qur'an, demi kemurnian akidah. Mungkin

orang awam sulit memahami dan menghayati catatan ini. Beliau

mengingatkan agar para pemimpin dan panutan umat bersikap arif dan

bijaksana agar tidak menimbulkan kerusakan akidah dan kesalahpahaman

kaum awam.

Dalam suasana Natal yang dirayakan oleh umat Kristen, pada

tempatnya umat Islam mengenang dan menghayati ucapan Selamat Natal yang

diucapkan oleh Nabi Isa dan diabadikan oleh al-Qur'an: "Salam sejahtera

untukku pada hari kelahiranku, wafatku dan kebangkitanku kelak" (QS. 19:

33). Sebelum mengucapkan salam tersebut, kita mengingat ajaran al-Qur'an

bahwa "Isa adalah hamba Allah yang diperintahkan salat, zakat, mengabdi

kepada ibu, tidak bersikap congkak, dan tidak pula celaka" (QS. 19: 30-32),

dan ucapannya ditutup dengan berkata kepada umatnya: "Sesungguhnya Allah

Page 26: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

62

adalah Tuhanku, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus " (QS. 19:

36).

Inilah Selamat Natal ala al-Qur'an, lanjut ulama besar ini. Adakah

seorang Muslim yang enggan atau melarang ucapan Selamat Natal dengan

maksud demikian, sambil mempertimbangkan situasi dan kondisi ketika

ucapan selamat itu diucapkan? Rasanya dan logikanya: Tidak! Semoga

perasaan dan logika ini tidak keliru dan tidak pula disalahpahami.17

Quraish Shihab sangat berhati-hati menjelaskan masalah mengucapkan

"Selamat Natal." Ketika mengatakan bahwa al-Qur'an mengabadikan Selamat

Natal yang diucapkan Nabi Isa, tidak dilarang membacanya dan tidak pula

keliru mengucapkan "selamat" kepada siapa saja, beliau mengingatkan agar

umat Islam memahami dan menghayati maksudnya menurut al-Qur'an untuk

menjaga kemurnian akidah. Beliau mengajak umat Islam agar pada suasana

Natal mengenang dan menghayati ucapan Selamat Natal yang diucapkan Nabi

Isa dan diabadikan al-Qur'an: "Salam sejahtera untukku pada hari kelahiranku,

wafatku dan kebangkitanku kelak'' (QS. 19:33). Selamat Natal yang dipahami

dan dihayati menurut al-Qur'an adalah "Selamat Natal ala al-Qur'an." Ucapan

"Selamat Natal ala al-Qur'an" tentu saja tidak dilarang.

Pendapat Quraish Shihab ini tidak mudah dipahami. Beliau

mengatakan bahwa mengucapkan dan membaca "Selamat Natal" tidak

dilarang, dan mengucapkan "selamat" kepada siapa saja tidaklah keliru, tetapi

ucapan "Selamat Natal" yang beliau maksud adalah ucapan Selamat Natal

17 Ibid, hlm. 73

Page 27: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

63

yang diucapkan Nabi Isa dan diabadikan al-Qur'an: "Salam sejahtera untukku

pada hari kelahiranku, wafatku dan kebangkitanku kelak"(QS. Maryam : 33).

Apabila ini yang dimaksud dengan ucapan "Selamat Natal," yang tidak

dilarang adalah ucapan Nabi Isa: "Salam sejahtera untukku pada hari

kelahiranku, wafatku dan kebangkitanku kelak" (Waal-salam 'alayyayawma

wulidtu waynwma amutu wayawma ub'atsu hayyan). Yang tidak dilarang

adalah membaca ayat al-Qur'an ini (QS. Maryam : 33). Yang tidak dilarang

bukanlah mengucapkan ucapan "Selamat Natal," atau ucapan "Merry

Christmas. "Tetapi, beliau mengatakan pula bahwa mengucapkan "selamat"

kepada siapa saja tidaklah keliru. "Selamat" (dengan tanda petik) di sini dapat

diartikan ucapan atau kata "selamat." Apabila ini yang dimaksud "selamat"

maka mengucapkan ucapan "Selamat Natal " dan ucapan-ucapan lain yang

menggunakan kata "selamat" (meskipun dalam bahasa-bahasa asing

digunakan kata-kata yang berbeda), tidak dilarang.

Berkaitan dengan pendapat ini, sebuah pertanyaan akan muncul.

Apakah yang tidak dilarang menurut pendapat ini adalah membaca ayat al-

Qur'an (QS. Maryam:33) yang bermakna "Selamat Natal" atau mengucapkan

(ucapan) "Selamat Natal" dengan memahami dan menghayati ayat al-Qur'an

(QS. Maryam: 33) yang mengabadikan ucapan Nabi Isa? Jawaban yang paling

tepat adalah: yang tidak dilarang menurut pendapat ini adalah mengucapkan

ucapan "Selamat Natal" dengan memahami dan menghayati ayat al-Qur'an

(QS. Maryam: 33) yang mengabadikan ucapan Nabi Isa.

Page 28: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

64

Apakah orang-orang Muslim yang mengucapkan ucapan "Selamat

Natal" memahami dan menghayati ucapan itu? Apabila tidak, mengucapkan

ucapan "Selamat Natal" tidak dilarang. ; Apakah ucapan "Selamat Natal" bagi

orang-orang Muslim tidak lebih dari sekedar ucapan selamat untuk pergaulan

dan persaudaraan seperti "Selamat Pagi," "Selamat Siang," "Selamat Sore,"

dan "Selamat Ulang Tahun," tanpa dihayati? Apabila ya, mengucapkan ucapan

"Selamat Natal" tidak dilarang. Apakah ucapan "Selamat Natal" membuat

orang-orang Muslim yang mengucapkannya percaya pada ajaran Kristen

tentang Isa al-Masih? Apabila tidak, mengucapkan ucapan "Selamat natal"

tidak dilarang. Apakah ucapan "Selamat Natal" mendorong orang-orang

Muslim yang mengucapkannya percaya bahwa Isa adalah Tuhan? Apabila

tidak, mengucapkan ucapan "Selamat Natal" tidak dilarang. 18

Yang lebih utama adalah tujuan mengucapkan "Selamat Natal." Bagi

orang-orang Muslim, pada umumnya, tujuannya adalah untuk pergaulan,

persaudaraan, dan persahabatan, Pergaulan, persaudaraan, dan persahabatan

adalah kemaslahatan. Dengan tujuan kemaslahatan, dan tentu saja tanpa

mengorbankan akidah, mengucapkan "Selamat Natal" tentu saja dibolehkan.

Lagi pula, apabila ucapan "Selamat Natal" dapat disamakan dengan

doa untuk orang-orang Kristen, ucapan ini dibolehkan sebagaimana berdoa

untuk orang-orang non-Muslim, seperti akan diuraikan dalam pembahasan

berikut ini, dibolehkan.

18 Ibid, hlm. 74.

Page 29: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

65

Di antara orang-orang Muslim di Indonesia, selain ada orang-orang

yang mengucapkan "Selamat Natal" kepada saudara-saudara mereka yang

Kristen, mungkin ada orang-orang yang mengucapkan "Selamat Hari Raya

Nyepi" kepada saudara-saudara mereka yang beragama Hindu, mungkin ada

orang-orang yang mengucapkan "Selamat Hari Raya Waisak" kepada saudara-

saudara mereka yang Buddhis, dan mungkin ada orang-orang yang

mengucapkan "Selamat Tahun Baru Imlek" kepada saudara-saudara mereka

yang Khonghucu. Semua hari raya yang disebutkan ini telah menjadi hari-hari

libur nasional di negeri ini.

Apakah ajaran Islam membolehkan para penganutnya mengucapkan

selamat hari-hari raya ini? Hukum mengucapkan selamat hari-hari raya ini

sama dengan hukum mengucapkan "Selamat Natal" karena Natal adalah juga

hari raya keagamaan. Seperti dijelaskan di atas, hukum mengucapkan

"Selamat Natal" adalah boleh. Maka hukum mengucapkan selamat hari-hari

ini adalah boleh. Hal ini sejalan dengan penjelasan teologis terhadap agama-

agama.

Menghadiri Perayaan Hari-hari Besar Agama-agama Lain

Masalah lain yang perlu dibicarakan di sini adalah hukum menghadiri

perayaan hari-hari besar agama-agama lain. Apakah ajaran Islam

membolehkan atau melarang para penganutnya menghadiri perayaan hari-hari

Page 30: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

66

besar agama-agama lain? Sebelum menjawab pertanyaan ini kita akan

memberikan beberapa contoh. 19

Pada Jumat, 24 Desember 1999 Presiden Palestina Yasser Arafat,

bersama istrinya Suha, menghadiri misa tengah malam di Gereja Saint

Catherine di Bethlehem, dan menghadiri Perayaan Malam Natal di Gereja

Kelahiran Kristus di kota yang sama, setelah menghadiri dan mengikuti acara

tarawih di masjid dekat gereja itu. Di gereja itu, Arafat berdoa untuk

perdamaian. Kebiasaan menghadiri dua acara itu tampaknya dilakukan oleh

Yasser Arafat setiap tahun, kecuali pada Perayaan Malam Natal 2002 karena

ia dilarang oleh penguasa Israel untuk menghadiri acara itu, sehingga kursi

yang telah disediakan untuknya kosong. Pada malam yang sama, 24 Desember

1999, di Banja Luka, Bosnia Herzegovina, orang-orang Serbia dan orang-

orang Muslim bergabung dengan 400-an orang Kroasia Katolik merayakan

Misa Malam Natal. Suasana itu adalah cerminan kerukunan antara komunitas-

komunitas dari agama-agama yang berbeda di kota yang selama beberapa

tahun sebelumnya dilanda konflik berdarah yang penuh dengan kekerasan.

Budi Prasetyo, 38 tahun (pada 1999), seorang warga Mojejer,

menceritakan bahwa apabila ada perayaan Natal di Sinagoge Mojejer, semua

warga di dusun itu, termasuk yang Muslim, datang ke gereja itu untuk ikut

merayakan Natal. Salah seorang pemuka Muslim biasanya memberikan

sambutan dalam acara itu. Pembangunan sinagoge itu dilakukan dengan

gotong-royong warga Kriten bersama dengan warga Muslim. Begitu pula

19 Ibid, hlm. 75

Page 31: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

67

ketika warga Muslim membangun surau Baitul Muttaqin, warga Kristen pun

ikut gotong-royong. Dusun Mojejer terletak di Desa Mojejer, Kecamatan

Mojowarno, Jombang, Jawa Timur.

Ketua MPR RI Amien Rais menghadiri perayaan Natal di Gereja

Sentrum Tondano, ibukota Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, pada Selasa,

19 Desember 2000. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menemukan

sebuah pengalaman menarik dan langka ketika menyaksikan kelompok

Qasidah Kampung Jawa Tondano menyanyikan lagu Torang Samua Basudara

(Kita Semua Bersaudara) dalam perayaan Natal itu yang juga dihadiri oleh

para ulama Muslim. Amien tidak kuasa menahan rasa haru saat menyaksikan

kelompok Qasidah itu. Dengan nada suara yang bergetar ketika

menyampaikan pidatonya, Amien berujar: "Saya betul-betul terharu

menyaksikan praktik kehidupan rukun dan damai masyarakat di tempat ini.

Sungguh, ini menjadi pengalaman amat berharga bagi kita semua."

Sebagaimana pada acara-acara Natal Bersama Tingkat Nasional tahun-

tahun sebelumnya, acara Natal Bersama Umat Kristiani Tingkat Nasional

tahun 2002 di Balai Sidang Senayan; Jakarta, pada Jumat, 27 Desember 2002

dihadiri oleh Presiden, Wakil Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR, para menteri,

para duta besar negara-negara sahabat, dan umat Kristen dari berbagai tempat

di Jakarta dan sekitarnya. Di antara orang-orang Muslim yang menghadiri

acara Natal Bersama itu adalah Presiden Megawati Soekarnoputri dan

suaminya Taufik Kiemas, Wakil Presiden Harnzah Haz dan istrinya Ny Nani

Page 32: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

68

Hamzah Haz, Ketua MPR Amien Rais, Ketua DPR Akbar Tanjung, dan

Menteri Agama Said Agil Husin Al-Munawar.20

Kita menemukan pula orang-orang Muslim menghadiri perayaan

Waisak di Indonesia. Waisak adalah hari raya agama Buddha untuk

memperingati tiga peristiwa penting: kelahiran Buddha Gautama, pencapaian

pencerahan tertinggi oleh Sang Buddha, dan wafatnya Sang Buddha. Ketiga

peristiwa itu jatuh pada saat bulan purnama, di bulan Waisak. Pada tahun 2002

Hari Raya Waisak jatuh pada 26 Mei. Perayaan Waisak 2002 yang

diselenggarakan secara nasional di Jakarta Convention Center (JCC), di

Jakarta, oleh Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI) dihadiri oleh ribuan

umat Buddha. Perayaan yang mengambil tema "Mengembangkan

Pengendalian Diri Menuju Bangsa yang Damai dan Sejahtera" itu dihadiri

pula oleh tokoh-tokoh agama lain, seperti KH Abdurrahman Wahid, Ketua

MUI, Kardinal Julius Riyadi Darma Atmaja, Ketua PHDI, Haksu Thjie Tjai

Ing (MATAKIN), Djohan Effendi, Akbar Tanjung, Kwik Kian Gie, Jacob

Nuawea, dan lain-lain. KH Abdurrahman Wahid, Ketua MUI (tidak

disebutkan namanya), Djohan Effendi, dan Akbar Tanjung adalah contoh

orang-orang Muslim yang menghadiri perayaan Waisak.

Pada tahun 2003 kita menemukan kembali contoh orang-orang Muslim

yang menghadiri perayaan Waisak. Menteri Agama Said Agil Husin Al-

Munawar termasuk contoh orang Muslim yang menghadiri perayaan Waisak

Nasional 2547 di Candi Borobudur, Jawa Tengah, pada Kamis, 15 Met 2003.

20 Ibid, hlm. 76

Page 33: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

69

Sebagai Menteri Agama ia tidak hanya sekedar menghadiri perayaan

Waisak Nasional itu tetapi juga menjadi orang penting yang diminta

menyampaikan sambutan dalam pertemuan agung itu. Dalam sambutannya ia

menghimbau umat Buddha dan umat-umat dari agama-agama lain agar turut

mengatasi permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia.

Salah satu caranya adalah membentengi bangsa Indonesia secara

moral, spiritual, dan keagamaan. la mengingatkan bahwa bangsa Indonesia

saat ini tengah dihadapkan pada sejumlah masalah yang cukup pelik, seperti

mengatasi gerakan separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pertikaian di

Papua, dan sejumlah peledakan bom di berbagai tempat. Seluruh komponen

bangsa harus bersatu untuk menyelesaikan masalah itu. la meminta secara

khusus kepada umat Buddha agar menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Tentu saja, sebagai Menteri Agama, Said Agil harus juga menghadiri

perayaan hari-hari raya agama-agama lain seperti Natal, Nyepi, dan Imlek.

Selain di pelataran Candi Borobudur, perayaan Waisak Nasional pada

waktu yang sama, Kamis, 15 Mei 2003, juga berlangsung di Plenary Hall

Jakarta Convention Center, Jakarta. Sejumlah pemimpin umat berbagai agama

dan pejabat tinggi negara hadir dalam acara perayaan Waisak itu. Di antara

orang-orang Muslim yang menghadiri acara itu adalah Ketua MPR Amien

Rais, Ketua DPR Akbar Tanjung, cendekiawan Nurcholish Madjid, dan

mantan Presiden Abdurrahman Wahid.

Page 34: BAB III ARIYANTO - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · halal bihalal di depan keluarga HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII

70

Dalam kesempatan itu, Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid

tampil pula sebagai pembicara. Nurcholish Madjid mengingatkan bahwa

semua agama pada dasarnya berasal dari satu sumber, yaitu Sang Satu. la

berkata: "Semua agama dalam inti yang paling mendalam adalah sama. Dalam

bulan yang suci ini karena bersamaan ada perayaan Waisak/Maulid Nabi

Muhammad s.a.w., dan kenaikan Isa al-Masih, kita semua harus menuju pada

kedamaian." 21

Sementara itu, Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa kedatangan

Abu Ibrahim Woila, salah seorang ulama terkemuka dari Aceh Barat, ke

rumah Abdullah Faqih adalah pertanda kalahnya pendapat yang menginginkan

Aceh berdiri sendiri. Karena itu, keutuhan dan kedamaian bangsa harus dijaga

bersamaan.

21 Ibid, hlm. 77