Upload
phamkiet
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
49
BAB III
GAMBARAN UMUM PT WIJAYA KARYA (PERSERO) Tbk.
III.1 Sejarah Singkat
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang beralamatkan di Jl. D.I. Panjaitan Kav. 9 Jakarta
13340. Didirikan Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja (“PN Widjaja Karja”) pada
tanggal 11 Maret 1960. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 1961 tanggal 29 Maret
1961, perusahaan bangunan bekas milik Belanda yang bernama Naamloze Vennootschap
Technische Handel Maatschappij en Bouwbedrijf Vis en Co disingkat N.V. Vis en Co dilakukan
nasionalisasi dan dilebur ke dalam PN Widjaja Karja.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.40 tanggal 22 Juli 1971, PN Widjaja Karja
dialihkan bentuk dan statusnya menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pendirian PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk sesuai Akta Pendirian Perseroan Terbatas No.110 tanggal 20 Desember
1972 yang dibuat dihadapan Notaris Dian Paramita Tamzil, pada waktu itu sebagai pengganti
dari Djojo Muljadi, S.H., Notaris di Jakarta juncto. Akta Perubahan Naskah Pendirian Perseroan
Terbatas No. 106 tanggal 17 April 1973 yang dibuat dihadapan Kartini Muljadi, S.H., Notaris di
Jakarta, keduanya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
Keputusan No. Y.A.5/165/14 tanggal 8 Mei 1973 didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta No.
1724 tanggal 16 Mei 1973, serta diumumkan dalam Tambahan No. 683 dan Berita Negara
Republik Indonesia No. 76 tanggal 21 September 1973.
Anggaran Dasar Perseroan yang termuat dalam Akta Pendirian telah mengalami beberapa
kali perubahan, terakhir perubahan Anggaran Dasar menjadi Perusahaan Terbuka yaitu Akta
Perubahan Anggaran Dasar No. 28 tanggal 13 Agustus 2007 dibuat dihadapan Imas Fatimah,
50
S.H., Notaris di Jakarta juncto. Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 13 tanggal 11 September
2007 dibuat dihadapan Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H, sebagai pengganti dari Imas
Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta yang masing-masing telah disetujui Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dengan persetujuan No. W7-09068HT.01.04 Tahun 2007
tanggal 16 Agustus 2007 dan No. W7-10030 HT.01.04 Tahun 2007 tanggal 11 September 2007.
Sesuai dengan Undang-undang BUMN Nomor 19 Tahun 2003, maksud dan tujuan PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk adalah
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan Negara pada khususnya. BUMN diharapkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan pada masyarakat sekaligus memberikan kontribusi dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu penerimaan keuangan Negara.
2. Mengejar keuntungan. Namun dalam hal-hal tertentu untuk melakukan pelayanan umum,
persero dapat diberikan tugas khusus dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan
perusahaan yang sehat. Penugasan pemerintah harus disertai dengan pembiayaannya
(kompensasi) berdasarkan perhitungan bisnis atau komersial.
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang
bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Setiap hasil
usaha dari BUMN, baik barang maupun jasa dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi. Kegiatan ini secara komersial tidak menguntungkan. Maka dapat
dilakukan melalui penugasan kepada BUMN.
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi dan masyarakat.
51
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, sering disebut WIKA. Berawal dari perusahaan yang
bergerak di bidang pekerjaan instalasi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk berkembang menjadi
perusahaan yang sehat dengan empat pilar bisnis utama yaitu usaha jasa Konstruksi, Industri,
Perdagangan dan Realti. Di bidang konstruksi yang meliputi bidang pekerjaan sipil, arsitektur,
mekanikal, elektrikal, maupun tata lingkungan. Di bidang industri berhasil mengembangkan
produk-produk yang sangat kompetitif di pasar. Produk yang berhasil menjadi unggulan adalah
berbagai produk beton, konversi energi, komponen otomotif aluminium casting, serta konstruksi
baja. Di bidang perdagangan sejak tahun 1987 telah mengekspor berbagai komoditi hasil industri
seperti furniture, tiang beton, pemanas air tenaga surya, konektor dan aksesorisnya serta
komponen aluminium casting lainnya ke pasar Malaysia, Amerika, Belanda, Perancis dan negara
Eropa lainnya.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk mendorong setiap unit usahanya yang memiliki potensi
untuk berkembang lebih pesat dan memberi nilai tambah bagi menjadi unit usaha yang mandiri.
III.2 Visi dan Misi
Pertumbuhan berkesinambungan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Indonesia yang telah
berdiri lebih dari 40 tahun merupakan suatu cerita sukses yang merefleksikan komitmen tinggi
dan usaha kerja keras. Memasuki abad ke 21, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk berusaha keras
meningkatkan kinerja di setiap aspek, dimulai dari manjemen, sumber daya manusia yang
tersusun guna menghasilkan inovasi dan teknologi.
Visi : Menjadi perusahaan terkemuka dalam industri konstruksi dan engineering di Asia
Tenggara .
Misi : Mempelopori pengembangan industri konstruksi dan engineering yang berkualitas
52
dan memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan.
Sejalan dengan visi dan misi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk terus memprioritaskan
kliennya, berprestasi, berpikiran positif dan kemampuan untuk tampil dengan kinerja komersial
demi pertumbuhan yang sehat yang disaat yang bersamaan juga mampu memenuhi seluruh
keinginan stakeholders.
III.3 Budaya Perusahaan
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk memegang teguh motto "Spirit of Innovation" dan
mengoptimalkan nilai-nilai perusahaan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip:
1. COMMITMENT : Berbuat sesuai kesepakatan dan janji.
2. INNOVATION : Menerapkan sesuatu yang baru.
3. BALANCE : Menjaga keseimbangan semua aspek.
4. EXCELLENCE : Memberikan hasil lebih baik.
5. RELATIONSHIP : Hubungan kemitraan yang baik untuk semua pihak
6. TEAM WORK : Sinergi, kerjasama intra dan lintas unit kerja.
7. INTEGRITY : Keutuhan dan ketulusan yang meliputi adil, bertanggung
jawab, tidak tergantung, transparan dan jujur.
KOMISARIS PA / JV
54
III.4.1 Susunan Organisasi
III.4.1.1 Komisaris
Menteri BUMN sebagai Pemegang Saham menjalankan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 408/KMK.05/2001 tanggal
16 Juli 2001 untuk melakukan Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Komisaris
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Dan berdasarkan Surat Menteri BUMN KEP-57/MBU/2004
tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengangkatan Tambahan Anggota Komisaris PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk. Untuk Pelaksanaan Tugas Anggota Komisaris PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
diatur dalam Surat Menteri BUMN Nomor 331/MBU/2006 tanggal 3 Agustus 2006.
Keanggotaan Komisaris PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan tugas-tugasnya adalah sebagai
berikut :
1. Ir. Junius Hutabarat : Komisaris Utama
Secara khusus menangani segala sesuatu terkait dengan sistem dan operasi perusahaan.
2. DR. Budi Suradji : Komisaris
Secara khusus menangani segala sesuatu terkait dengan pengelolaan dan pengembangan
Sumber Daya Manusia.
3. Pontas Tambunan,S.H. : Komisaris
Secara khusus menangani segala sesuatu terkait dengan aspek keuangan dan membawahi
Komite Risiko UsahaAsuransi.
4. Roslan Zaris, S.E., M.Sc. : Komisaris
Secara khusus menangani segala sesuatu terkait dengan aspek financial engineering,
organisasi dan membawahi Komite Audit termasuk Laporan Keuangan Perusahaan tahun
2006.
55
III.4.1.2 Direksi
Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) melalui Surat Keputusan
Nomor KEP-114/M-MBU/2002 tanggal 30 Juli 2002 telah mengangkat dan menetapkan 5 orang
Direksi Perseroan untuk periode tahun 2002 sampai dengan 2007 dengan susunan dan
pembagian tugas sebagai berikut :
1. Ir A.Sutjipto, M.M.,M.T.
2. Ir. Sutedjo Wirokusumo, M.M.
3. Ir. Djokomulyono, M.M.
4. Ir. Tonny Warsono H., M.M.
5. Ir. Slamet Maryono
Direksi merupakan organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk
kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN baik didalam maupun diluar pengadilan.
Sesuai dengan UU Nomor 19 tahun 2003 Pasal 5 Ayat 3 menyatakan Direksi sebagai selaku
organ BUMN yang ditugasi melakukan pengurusan tunduk pada semua peraturan yang berlaku
terhadap BUMN dan tetap berpegang pada penerapan prinsip-prinsip good corporate governance
yang meliputi :
1. Transparansi yaitu : keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai
perusahaan.
2. Kemandirian yaitu : keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh / tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
56
3. Akuntabilitas yaitu : kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organ
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
4. Pertanggung jawaban yaitu : kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran yaitu : kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap perundang-
undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Direksi telah berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan seluruh tugas
pokok yang diamanatkan oleh Pemegang Saham dalam Anggaran Dasar Perusahaan dengan
senantiasa memimpin dan mengurus Perseroan. Selain pelaksanaan tugas pokok, Direksi pun
telah berupaya melaksanakan tugas dan wewenangnya yang tertuang dalam
SK.01.01/A.DIR.0036/2003.
III.4.1.3 Direktur Utama
Direktur utama dan direktur lainnya yang memimpin dan mengurus Perseroan, tertera dalam
Anggaran Dasar Perseroan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sesuai dengan tujuan perseroan.
Dengan tugas utama yaitu:
1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas perseroan.
2. Penguasaan, pemeliharaan, dan pengumuman kekayaan perseroan.
3. Peningkatan daya saing perseroan.
4. Penetapan kebijakan perusahaan.
5. Penetapan peraturan kepegawaian dan penetapan pengangkatan pemberhentian pegawai.
6. Laporan pertanggung jawaban kinerja perusahaan
57
7. Penetapan pola pembinaan, pengembangan, pengendalian terhadap fungsi yang ada di
dalam organ perusahaan, meliputi Satuan Pengawas Intern (SPI) dan Sekretariat
Korporasi.
III.4.1.4 Satuan Pengawasan Intern (SPI)
Pada setiap BUMN dibentuk satuan pengawasan intern (SPI) yang merupakan aparat
pengawas intern perusahaan. SPI dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab
langsung kepada direktur utama. Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-
langkah yang diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil
pemeriksaan yang dibuat oleh SPI. Direksi memberikan keterangan hasil pemeriksaan atau hasil
pelaksanaan tugas SPI kepada Komisaris atau Dewan Pengawas. Satuan pengawasan intern ini
telah diatur dalam Undang-undang BUMN Nomor 19 Tahun 2003 Pasal 67.
III.4.1.5 Komite Audit
Berdasarkan Undang-undang BUMN Nomor 19 Tahun 2003 Komisaris atau Dewan
Pengawas BUMN wajib membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi
membantu Komisaris atau Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya. Komite audit
dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggung jawab kepada Komisaris atau Dewan Pengawas.
Ketentuan-ketentuan mengenai komite audit diatur dengan Keputusan Menteri dan Undang-
undang BUMN Nomor 19 Tahun 2003 Pasal 70.
III.4.1.6 Direktur Keuangan
Direktur yang membina fungsi pengusahaan keuangan, meliputi:
1. Penetapan perencanaan dan pengendalian Hasil Usaha tingkat konsolidasi Divisi, Anak
Perusahaan dan Perusahaan Terassosiasi.
2. Pengendalian terhadap pengelola Anak Perusahaan dan Perusahaan Terassosiasi.
58
3. Penetapan perencanaan dan pengendalian dana termasuk didalamnya optimalisasi
pengusahaan, pengelolaan, dan pendayagunaan sumber daya keuangan.
4. Penetapan strategi pengelolaan akuntansi dan perpajakan, termasuk didalamnya strategi
pengendalian dalam rangka penyelenggaraan pembukuan perusahaan sesuai dengan
system akuntasi yang berlaku dan pelaksanaan kewajiban pajak perusahaan secara
optimal untuk kepentingan perusahaan.
6. Penetapan pola pembinaan, pengembangan, koordinasi, konsolidasi, pengendalian
terhadap fungsi yang ada didalam organ perusahaan, meliputi: “General Manager”
Keuangan, termasuk didalamnya pengendalian RKAP, institusi keuangan dan investor,
serta kebijakan pengendalian biaya usaha perusahaan, penetapan kebijakan akuntansi dan
perpajakan tingkat perusahaan, strategi pengelolaan “service” / pelayanan perkantoran
dan optimalisasi kearsipan perusahaan.
III.4.2 Pemodalan
Modal dan Saham dalam perseroan diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007.
Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham, paling sedikit Rp.50.000.000,-.
atau paling sedikit 25% dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh.
Dalam Akta Pendirian perseroan terbatas No.110 tahun 1972, PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk mempunyai modal yang terdiri dari :
1. Modal dasar perseroan besarnya Rp. 180.000.000,- (Seratus delapan puluh juta rupiah),
terbagi atas 360 (tiga ratus enam puluh) saham, yakni:
- 72 (tujuh puluh dua) saham prioritas, dan
- 288 (dua ratus delapan puluh delapan) saham biasa, masing-masing saham besarnya
Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) nominal.
59
2. Dari saham-saham tersebut diatas telah ditempatkan, diambil bagian serta disetor penuh
oleh :
a. “NEGARA REPUBLIK INDONESIA”, 72 (Tujuh Puluh Dua) saham prioritas
seharga Rp.36.000.000,- (Tiga Puluh Enam Juta Rupiah) dan 167 (Seratus Enam
Puluh Tujuh) saham biasa seharga Rp 83.500.000,- (Delapan Puluh Tiga Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah).
b. Tuan Insinyur Suwito Danunagoro, 1 (Satu) saham biasa seharga Rp.500.000,- (Lima
Ratus Ribu Rupiah).
Atau bersama-sama berjumlah 72 (Tujuh Puluh Dua ) saham prioritas dan 168 (Seratus
Enam Puluh Delapan) saham biasa seharga Rp.120.000.000,- (Seratus Dua Puluh Juta
Rupiah).
3. Saham-saham yang masih tertinggal akan dikeluarkan menurut kebutuhan modal kerja
dengan syarat dan dengan harga sebagaimana yang akan ditetapkan oleh Direksi dan
Dewan Komisaris dengan persetujuan Rapat Pemegang Saham Prioritas.
4. Bilamana hendak dikeluarkan saham-saham tersebut, maka mereka yang memiliki
saham-saham prioritas mempunyai hak terlebih dahulu (preferentie) untuk membeli
saham-saham yang akan dikeluarkan itu dalam waktu 30 (Tiga Puluh) hari setelah
Direksi memberitahukan keputusannya tentang niat pengeluaran itu, dengan ketentuan
bahwa mengenai pengaturan cara pemberian preferentie membeli saham yang akan
dikeluarkan tersebut dan ditetapkan oleh Rapat Umum Para Pemegang Saham.
5. Modal perseroan seluruhnya harus sudah dikeluarkan dalam waktu 10 (Sepuluh) tahun
sesudah Perseroan ini dimulai, kecuali jika waktu ini diperpanjang oleh yag berwajib,
60
bila pada waktunya masih diharuskan atas permintaan Direksi yang berwenang
memajukan permintaan itu tanpa mendapat kuasa lagi.
III.4.3 Anak Perusahaan
Karena peraturan pemerintah yang mengharuskan BUMN kembali kebisnis intinya. Maka
usaha usaha diluar konstruksi dipecah menjadi anak perusahaan, yaitu :
1. WIKA Realty (pengembang perumahan dengan merek dagang Tamansari dibeberapa
kota besar di Indonesia).
WIKA Realty yang awalnya adalah Divisi Realti, pada awal tahun 2000. Di bidang realti,
WIKA mengembangkan kawasan hunian dengan brand Tamansari yang tersebar
diberbagai lokasi di wilayah Indonesia, berupa perumahan berbagai tipe dengan penataan
lingkungan yang asri dan nyaman.
2. WIKA Beton (memproduksi barang beton pra-cetak, seperti tiang listrik beton, jembatan
beton pra-cetak, bantalan kereta beton dll).
Pembentukan WIKA Beton yang pada awalnya adalah Divisi produk beton pada tahun
1997.
3. WIKA In-Trade (selain perdagangan perusahaan ini juga memproduksi : AC merek
Wika, pemanas air tenaga surya merek Wika, spare part otomotif dengan merek WIN).
Pembentukan WIKA In-trade yang awalnya adalah Divisi Industri dan Perdagangan.
III.5 Kegiatan Perusahaan
Sejak tahun 1997 Perseroan fokus pada bidang usaha “Core Business” jasa konstruksi,
sedangkan bidang usaha pendukung pengembangannya diserahkan ke Anak Perusahaan, sampai
saat ini kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut:
61
1. Pekerjaan sipil umum, meliputi konstruksi jalan, jembatan, jalan kereta api, bangunan
pelabuhan laut dan udara, bangunan pengairan (bendungan, dam, saluran irigasi), dan
bangunan ketenagaan listrik (PLTA, PLTU, PLTN).
Pengalaman dan keahlian Perusahaan dalam ikut serta dalam pembangunan
prasarana perhubungan darat, laut dan udara diikuti juga dengan langkah-langkah inovasi,
seperti keberhasilan mengembangkan teknologi Incremental Launching Method (ILM)
pada jembatan layang Sudirman dan KS Tubun di Jakarta pada tahun 1995 dimana
dengan metode ILM ini pembangunan jalan layang tidak mengganggu arus lintas di
bawahnya. Sedangkan proyek inovatif dan monumental lainnya adalah:
• Pembangunan jalur kereta api jalur ganda Yogya-Kroya.
• Jembatan Cable Stayed Barelang yang menghubungkan kepulauan Batam dengan
Tonton, Nipah, Rampang dan Galang, merupakan cable stayed bridge yang
pertama di Indonesia.
• Jembatan Pasupati Bandung, sebagai flyover terpanjang dan menggunakan box
girder terberat di Indonesia.
• Jembatan antar pulau Suramadu Bentang Tengah yang menghubungkan pulau
Jawa bagian Timur dengan pulau Madura, dengan pembangunan Cause Way
Suramadu.
Pembangunan prasarana dan sarana bidang pengairan yang dilakukan oleh
Perusahaan tidak pernah berhenti sepanjang waktu. Diferensiasi Perusahaan di sektor
pengairan ini adalah pembangunan Wonorejo multipurpose dam project dengan
inspection tunnel nya.
62
Pengalaman Perusahaan pada bisnis unit ketenagaan listrik antara lain adalah
berhasil menyelesaikan pekerjaan PLTU di Sawahlunto Sumatera Utara, PLTGU
Palembang, Cilacap Steam Power Plant dan Cilegon Combined Cycle Power Plant.
2. Pekerjaan konstruksi gedung, meliputi: bangunan hunian (hotel, apartment, rumah sakit,
dll) dan bangunan fasilitas (perkantoran, pertokoan, sarana pendidikan, dll).
Perusahaan mampu menjadi kontraktor high rise building yang berkomitmen
terhadap kualitas teknis maupun waktu. Dalam pekerjaan konstruksi gedung Perusahaan
memiliki Biro Engineering yang mempunyai kemampuan rancang bangun untuk proyek-
proyek dengan sistem Design & Build (D&B) yaitu melakukan proses perancangan
sekaligus pembangunannya. Beberapa proyek yang dilakukan dengan D&B antara lain :
pembangunan kantor Cideng Office Jakarta, kampus Prasetya Mulya-Jakarta, Rehabilitasi
Ruang Tunggu Bandara Udara Adi Sucipto Jogyakarta, Sahid Sahirman Memorial
Hospital - Jakarta dan Lucky Square - Bandung.
3. Pekerjaan konstruksi industri, mekanikal dan elektrikal, meliputi: pembangunan kawasan
industri, pemipaan minyak dan gas, pembangkit listrik, gardu induk, transmisi listrik,
menara telekomunikasi, pabrik kelapa sawit, water treatment plant dan bangunan
industri lainnya antara lain pabrik pupuk, semen dan minuman.
Pengalaman yang dimiliki adalah pengerjaan proyek pipanisasi 20” Pertamina,
Pipanisasi 8” Cilamaya-Cemara, Pabrik Kelapa Sawit SamSam, pabrikasi jembatan
Centunion III, pembangunan pabrik Sinar Sosro, CME Tower Komunikasi dan pabrikasi
Tower Lattice Tubular (XL tahap IV).
4. Pekerjaan EPC yang merupakan pekerjaan rancang bangun, design process, design
engineering, procurement dan construction management.
63
Proyek pertama EPC yang dikerjakan Perusahaan adalah Aromatik Tuban dan
TPPI, dimana saat itu Perseroan menggandeng IKPT sehubungan dengan
pengalamannya. Setelah itu Perseroan bergerak di bidang power plant dengan
mengerjakan proyek PLTG Cilegon yang selesai pada tahun 2005, serta PLTU Labuan
Angin dan PLTU Tanjung Kasam yang dikerjakan pada tahun 2006.
Untuk mendukung bidang usaha utama tersebut diatas, Perusahaan mempunyai pabrikasi
baja dan pengelolaan peralatan proyek. Pabrikasi baja, meliputi: pabrikasi tower dan jembatan
baja, bangunan struktur baja, peralatan Hidro mekanikal, Bejana Tekan dan Silo baja.
Pengelolaan peralatan proyek mencakup peralatan untuk pekerjaan sipil umum, pekerjaan
gedung, pekerjaan pertambangan. Keseluruhan operasi Perusahaan mengacu untuk menggunakan
sistim ISO 9001 : 2000 dan OHSAS 18001 : 1999 dan diintegrasikan dengan Malcolm Baldrige
Criteria for Performance Excellence.
64
Tabel III.1 Daftar Bidang / Sub Bidang Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi
Sumber dari data perusahaan
No BIDANG SUB BIDANG GOLONGAN 1 ARSITEKTUR Perumahan dan Pemukiman B Gedung dan Pabrik B Pertamanan B Interior B 2 SIPIL Drainase dan Jaringan Pengairan B Jalan, Jembatan, Landasan dan Lokasi Pengeboran Darat B Jalan, Jembatan Kereta Api B Bendung dan Bendungan B Bangunan Bawah Air B Reklamasi dan Pengerukan B Dermaga, Penahan Gelombang dan Tanah B Pembukaan Areal / Pemukiman B Pencetakan Sawah dan Pembukaan Lahan B Pengupasan termasuk Land Clearing B Penggalian / Penambangan B Konstruksi Tambang dan Pembangkit B 3 TATA LINGKUNGAN Bangunan Pengolahan Air Bersih dan Limbah B Reboisasi / Penghijauan B Pengeboran Air Tanah B Perpipaan Air dan Limbah B 4. MEKANIKAL Instalasi Tata Udara / AC dan Pelindung Kebakaran B Instalasi Lift dan Eskalator B Instalasi Industri dan Pembangkit B Instalasi Termal / Bertekanan B Instalasi Minyak / Gas / Geotermal B Konstruksi Alat Angkat dan Fasilitas Lepas Pantai B Konstruksi Perpipaan Minyak / Gas / Energi B Penyewaan Alat Berat / Alat Konstruksi B 5 Elektrikal Instalasi Kelistrikan Pembangkit B Jaringan Transmisi & Distribusi Kelistrikan B Instalasi Kelistrikan Gedung dan Pabrik B Instalasi Kontrol dan Instrumentasi B
III.6 Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Dan Rencana Kerja dan
Anggaran Pembinaan Usaha Kecil / Koperasi (RKAPUKK)
Sesuai keputusan menteri BUMN Nomor 101/MBU/2002 BUMN wajib menyusun
RKAP dan RKAPUKK dan sesuai ketentuan Anggaran Dasar Perseroan Pasal 15 Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2007 bahwa perusahaan wajib menyusun RKAP yang disampaikan
kepada Komisaris.
65
Penyusunan RKAP berpedoman kepada SK Menteri Keuangan No. S-495/MK/01/2000
tanggal 12 Oktober 2000 dan berpedoman kepada KEP-101/MBU/2002 Menteri BUMN.
Sedangkan penyusunan RKAPUKK mengenai program kemitraan BUMN dengan usaha kecil
dan program bina lingkungan berpedoman kepada SK Menteri BUMN Nomor 236/BMU/2003.
Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan
ketentuan PP Nomor 45 Tahun 2005.
Berdasarkan PP Nomor 45 Tahun 2005 dan SK Menteri BUMN Nomor 101/MBU/2002
Direksi wajib menyediakan rencana kerja dan anggaran perusahaan yang memuat penjabaran
tahunan dan rencana jangka panjang. Rencana kerja dan anggaran perusahaan yang telah
ditandatangani bersama dengan Komisaris dan Dewan Pengawas, diajukan kepada RUPS
selambat-lambatnya 60 hari sebelum tahun anggaran dimulai untuk memperoleh pengesahan.
Dan disahkan oleh RUPS selambat-lambatnya 30 hari setelah tahun anggaran berjalan. Terhadap
BUMN yang dinyatakan sehat selama 2 tahun berturut-turut, kewenangan RUPS dapat
dikuasakan kepada Komisaris. Yang dimaksud kategori sehat adalah sehat sesuai dalam
Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-100/MBU/2002.
III.7 Laporan Keuangan PT WIJAYA KARYA (Persero) Tbk. Periode 2004 – 2006
Dr. Hadori Yunus, Akt. Melalui Laporan Auditor Independen Nomor 039/LAI-
WIKA/III/07, tanggal 29 Maret 2007, menyatakan laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. tanggal 31
Desember 2006 dan 2005, hasil usaha serta arus kas tahun berakhir pada tanggal-tanggal tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
66
NERACA KONSOLIDASI (dalam juta Rupiah)
Keterangan 31 Dec 2006 31 Dec 2005 31 Dec 2004 AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan Setara Kas 336.744 194.620 95.664Piutang Usaha Bersih 499.071 355.260 259.572Piutang Retensi 188.040 153.956 102.130Tagihan Bruto Pemberi Kerja 604.457 390.589 392.007Pendapatan Yang Akan Diterima 26.215 7.264 16.184Piutang Lain-lain 64.497 45.976 60.507Persediaan 323.561 300.009 346.173Aktiva Lancar Lainnya 203.579 188.139 297.914 Jumlah Aktiva Lancar 2.246.164 1.635.813 1.570.151Aktiva Tidak Lancar Aktiva Tetap Bersih 232.092 216.009 192.080Aktiva Tidak Lancar Lainnya 176.887 246.109 194.597 Jumlah Aktiva Tidak Lancar 408.979 462.118 386.677JUMLAH AKTIVA 2.655.143 2.097.931 1.956.828PASIVA Kewajiban Lancar Pinjaman Jangka Pendek 447.282 291.560 188.451Hutang Usaha 653.346 486.311 379.596Hutang Lain-lain 15.920 12.534 13.781Kewajiban Bruto Pemberi Kerja 17.532 2.401 7.365Hutang Pajak 41.866 35.382 35.161Uang Muka Dari Pelanggan 12.589 20.069 33.046Biaya Yang Masih Harus Dibayar 459.794 343.355 262.173Pendapatan Yang Diterima Dimuka 171.799 138.423 245.860Hutang Sewa Guna Usaha Jangka Pendek 317 1.045 887Hutang Obligasi 30.000 20.000 - Jumlah Kewajiban Lancar 1.850.445 1.351.080 1.166.320Kewajiban Tidak Lancar Kewajiban Imbalan Pasca Kerja 33.096 30.600 24.790Uang Muka Proyek Jangka Panjang 185.417 180.746 203.396Hutang Sewa Guna Usaha Jangka Panjang - 314 1.359Hutang Obligasi – Bersih 128.922 155.480 195.794Kewajiban Tidak Lancar Lainnya - - 30.759 Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 347.435 367.140 456.098Jumlah Kewajiban 2.197.880 1.718.220 1.622.418Hak Kepemilikan Minoritas Dalam Anak Perusahaan
55.005 50.328 42.063
Jumlah Ekuitas 402.258 329.383 292.347JUMLAH PASIVA 2.655.143 2.097.931 1.956.828
67
LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI (dalam juta Rupiah)
Keterangan 31 Dec 2006 31 Dec 2005 31 Dec 2004 Pendapatan 3.049.427 2.601.509 2.476.225Beban Pokok Penjualan (2.803.582) (2.396.358) (2.286.056)Laba Kotor Sebelum Kerja Sama Operasi 245.845 205.151 190.169Bagian Laba Kerja Sama Operasi (7.606) 29.344 30.202 Laba (Rugi) Kotor 238.240 234.495 220.371Beban Usaha Beban Penjualan 6.848 6.098 6.907Beban Umum dan Administrasi 107.626 93.208 81.710 Jumlah Beban Usaha 114.475 99.306 88.617
Laba (Rugi) Usaha 123.765 135.189 131.754Pendapatan / (beban) lain-lain Laba penjualan saham perusahaan assosiasi 106.674 - -Pendapatan bunga deposito berjangka & jasa giro 2.207 1.489 6.016Laba (rugi) selisih kurs mata uang asing–bersih (17.384) 8.412 6.282Laba penjualan aktiva 3.928 5.280 13.819Beban bunga dan denda (53.376) (58.407) (53.006)Beban penyisihan piutang (9.120) (4.311) (763)Lain-lain bersih (21.479) (1.590) (19.878) Jumlah pendapatan (beban) lain-lain 11.450 (49.127) (47.530)Bagian laba (rugi) perusahaan asosiasi - 9.900 11.421Laba Sebelum Pajak 135.215 95.962 95.645Pajak Penghasilan (29.722) (17.670) (16.366)Laba Bersih 105.493 78.292 79.279Hak Minoritas (11.596) (9.910) (7.810)Laba Bersih Konsolidasi 93.897 68.382 71.469 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASI
(dalam juta Rupiah) Keterangan 31 Dec 2006 31 Dec 2005 31 Dec 2004
Saldo laba awal tahun 152.978 115.942 82.823Laba/rugi bersih tahun berjalan 93.897 68.382 71.469Pembagian deviden kas (16.367) (26.574) (20.114)Dana PKBL (1.677) (1.594) (1.222)Tantiem (2.979) (1.296) (1.115)
Saldo Laba 225.852 154.859 131.841Modal Yang Ditempatkan & Disetor 69.523 69.523 69.523Selisih Perubahan Ekuitas Perusahaan 106.883 105.001 90.984
Saldo Ekuitas 402.258 329.383 292.347
68
III.8 Kebijakan Akuntansi
A. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan dasar harga perolehan
(historical cost) dan disusun berdasarkan prinsip berkesinambungan (going concern).
Laporan keuangan konsolidasian juga disusun berdasarkan konsep akrual kecuali untuk
laporan arus kas.
Laporan arus kas konsolidasi untuk aktivitas operasi disusun menggunakan
metode langsung dan arus kas dikelompokkan atas dasar aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan.
B. Prinsip Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan Perusahaan dan Anak
Perusahaan dengan kepemilikan lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh dari seluruh transaksi dan saldo antara Anak Perusahaan didalam Perusahaan
telah dieliminasi dalam penyajian laporan keuangan konsolidasian. Kepemilikan
pemegang saham minoritas atas ekuitas Anak Perusahaan disajikan sebagai “Hak
Minoritas” pada neraca konsolidasian.
C. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing.
Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan dilakukan dalam Rupiah. Transaksi–
transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku
pada saat terjadinya transaksi. Sedangkan pada neraca, aktiva dan kewajiban moneter
dalam mata uang asing dijabarkan dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia. Keuntungan dan kerugian kurs yang timbul dibebankan dalam
laporan laba rugi konsolidasi dalam tahun bersangkutan.
69
D. Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Semua transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa diungkapan
dalam laporan keuangan konsolidasi.
Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah :
1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara atau berada di bawah
pengendalian bersama dengan perusahaan pelapor.
2. Perusahaan asosiasi (associated company).
3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu
kepentingan hak suara diperusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan.
4. Karyawan kunci yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan.
5. Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Sifat hubungan istimewa yang terjadi pada perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Menteri Negara BUMN
merupakan pemegang saham Perusahaan.
2. Perusahaan menempatkan dana dan memiliki pinjaman dana pada bank-bank
pemerintah atau bank-bank yang dimiliki oleh BUMN dengan persyaratan dan
tingkat bunga normal.
3. Perusahaan mengadakan perjanjian dalam rangka usaha perusahaan dengan
BUMN lain maupun anak perusahaan serta lembaga pemerintah berwenang.
4. Mempunyai anggota pengurus yang sama dengan Anak Perusahaan yaitu direksi
Perusahaan menjadi anggota dewan komisaris Anak Perusahaan.
70
E. Kas dan Setara Kas
Kas dan setara kas mencakup kas, bank dan investasi jangka pendek yang jatuh tempo
dalam waktu tiga bulan atau kurang. Kas dan setara kas yang telah ditentukan
penggunaanya atau yang tidak dapat digunakan secara bebas.
F. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu
Perusahaan menerapkan akuntansi BUMN Konstruksi yang ditindak lanjuti dengan SK
Direksi Nomor IN/03.00/A.DIR.0003/2005 tentang pembentukan penyisihan piutang
ragu-ragu dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel III.2 Penyisihan piutang ragu-ragu Sumber dari data perusahaan
UMUR PIUTANG Akumulasi Prosentase 12 sampai dengan 15 bulan 5% > 15 sampai dengan 18 bulan 10% > 18 sampai dengan 21 bulan 20% > 21 sampai dengan 24 bulan 30% > 24 sampai dengan 27 bulan 40% > 27 sampai dengan 30 bulan 60% > 30 sampai dengan 33 bulan 80% > 33 sampai dengan 36 bulan 100%
G. Piutang Retensi
Piutang retensi merupakan piutang perusahaan kepada pemberi kerja yang akan dilunasi
setelah pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak. Piutang retensi dicatat pada
saat penerimaan atas tagihan yang ditahan oleh pemberi kerja sejumlah presentase yang
telah ditetapkan dalam kontrak sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan.
H. Tagihan Bruto Pemberi Kerja Atas Kontrak Konstruksi
Tagihan Bruto Pemberi Kerja merupakan piutang perusahaan yang berasal dari pekerjaan
kontrak konstruksi yang dilakukan namun pekerjaan yang dilakukan masih dalam
pelaksanaan. Tagihan bruto disajikan sebesar selisih antara biaya yang terjadi ditambah
71
laba yang diakui dikurangi dengan kerugian yang diakui. Tagihan bruto diakui sebagai
pendapatan sesuai dengan metode persentase penyelesaian.
I. Persediaan
Persediaan barang jadi, bahan baku, perlengkapan dan barang dalam proses diakui
berdasarkan nilai terendah antara harga perolehan atau nilai realisasi bersih, harga
perolehan ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang. Persediaan
barang dagangan yang tidak terjual karena tipe, bentuk atau model tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar dipindahkan ke pos “Aktiva lain-lain”.
J. Investasi
- Investasi Jangka Pendek
Yaitu deposito berjangka yang jatuh tempo kurang dari tiga bulan.
- Investasi Pada Perusahaan Assosiasi
Penyertaan dalam bentuk saham yang dimiliki kurang dari 20% dinyatakan
sebagai biaya perolehan dicatat dengan cost method sedangkan penyertaan dengan
kepemilikan lebih dari 20% dapat mempengaruhi kebijakan manajemen dicatat
dengan equity method.
K. Aktiva Tetap
Aktiva tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan. Peralatan proyek disusutkan
berdasarkan metode jumlah angka tahun yang disesuaikan, sedangkan aktiva tetap yang
lainya berdasarkan metode garis lurus. Umur ekonomis aktiva tetap sesuai Surat
Keputusan Direksi No.01.09/A.DIR 0702/95 tanggal 22 Desember 1995, adalah
72
Tabel III.3 Umur ekonomis aktiva tetap Sumber dari data perusahaan
Jenis Aktiva Tetap Metode Penyusutan Masa Manfaat Prasarana
Bangunan Kantor,mess/guest house/rumah/villa Garis Lurus 20 Tahun Bangunan Semi Permanen dan Pabrik Garis Lurus 10 Tahun Perlengkapan Kantor Garis Lurus 4 Tahun Kendaraan Bermotor Garis Lurus 4Tahun Peralatan Proyek
Mesin dan Peralatan Prefab Housing Jmlh Angka Tahun 4-8 Tahun Peralatan Produksi / Pabrik
Mesin dan Peralatan Pabrik Tiang Beton/Pancang Garis Lurus 4-8 Tahun Mesin dan Peralatan Pabrik Garis Lurus 4-8 Tahun
Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi
pada saat terjadinya, pemugaran dan peningkatan daya guna dalam jumlah besar
dikapitalisasi. Aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual, biaya
perolehan serta akumulasi penyusutan dan amortisasinya dikeluarkan dari kelompok
aktiva tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang diperoleh / diderita dilaporkan
dalam laporan laba rugi tahun yang bersangkutan.
Beban penyusutan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006,
2005 dan 2004 adalah sebesar Rp. 25.715.717.990 , Rp.10.024.543.333 dan Rp.
15.110.390.202 . Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan atas aktiva tetap
yang diasuransikan adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang terjadi.
L. Proyek Kerja Sama
Perusahaan melakukan perjanjian kerja sama dengan berbagai pihak yang berupa masing-
masing perjanjian, berupa penyerahan dana kepada Pengelola sesuai dengan kewajiban
yang tertuang dalam perjanjian kerja sama menurut porsi yang ditetapkan. Pengelola
proyek ini melaksanakan kegiatan pembangunan proyek yang berasal dari Pemberi Kerja
(Owner) dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh kegiatan tersebut termasuk
laporan pertanggung jawaban keuangan dan proyek kepada masing-masing pihak yang
73
melakukan perjanjian kerja sama. Penyerahan dana kepada Pengelola proyek dicatat dan
diberlakukan sebagai Setoran Dana Kerja Sama Operasi. Pendapatan diakui pada saat
laporan pertanggung jawaban proyek disetujui dan dicatat sebesar porsinya.
M. Aktiva Tetap Yang Tidak Digunakan Dalam Usaha
Aktiva tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan usaha dinyatakan sebesar harga
perolehan dan tidak disusutkan, disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain.
N. Kewajiban Bruto Pemberi Kerja
Kewajiban Bruto Pemberi Kerja merupakan kewajiban Perusahaan yang berasal dari
pekerjaan kontrak konstruksi yang dilakukan namun pekerjaan yang dilakukan masih
dalam pelaksanaan. Kewajiban bruto disajikan sebesar selisih antara biaya yang terjadi
ditambah laba yang diakui dikurangi dengan kerugian yang diakui.
O. Hutang Obligasi dan Biaya Emisi Obligasi
Hutang obligasi disajikan sebesar nilai nominal setelah memperhitungkan amortisasi
premium atau diskonto. Biaya emisi obligasi merupakan biaya transaksi yang harus
dikurangi langsung dari hasil emisi dalam rangka menentukan hasil emisi neto obligasi.
Selisih antara emisi neto dengan nilai nominal merupakan diskonto atau premium yang
harus diamortisasi selama jangka waktu obligasi.
P. Dana Pensiun dan Imbalan Pasca Kerja
Perseroan menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti dan tunjangan hari tua
untuk semua pegawai tetap yang dikelola oleh Dana Pensiun Wijaya Karya. Biaya jasa
kini diakui sebagai beban periode berjalan iuran karyawan ditetapkan 5% dari 1,3
pendapatan tetap, sedangkan iuran beban perusahaan sebesar 10,5% dari 1,3 pendapatan
tetap karyawan. Perusahaan membukukan kewajiban atas imbalan pasca kerja bagi
74
karyawan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang Nomor 13 tahun
2003 tentang ketenaga kerjaan.
Q. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pendapatan bidang usaha konstruksi diakui berdasarkan metode persentase
penyelesaian. Persentase penyelesaian konstruksi ditetapkan berdasarkan kemajuan fisik
proyek dan berita acara serah terima yang ditanda tangani kedua belah pihak. Terhadap
pendapatan usaha konstruksi yang telah diterbitkan fakturnya diakui sebagai piutang
usaha, sedangkan yang belum diterbitkan fakturnya diakui sebagai piutang bruto pemberi
kerja.
Pendapatan bidang manufaktur dan perdagangan diakui berdasarkan penyerahan
barang kepada pembeli. Pendapatan jasa penyewaan alat-alat berat dihitung berdasarkan
masa penggunaannya. Terhadap pendapatan yang telah diterbitkan fakturnya diakui
sebagai piutang usaha, sedangkan yang belum diterbitkan fakturnya diperlakukan sebagai
pendapatan yang akan diterima.
Pendapatan dari bidang usaha perumahan diakui dengan metode akrual penuh
(full accrual method) yaitu setelah penandatangan akte jual beli untuk penjualan tunai
dan setelah angkat kredit untuk penjualan melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari
bank. Berdasarkan ketentuan tersebut pendapatan dari penjualan rumah diakui bila
seluruh persyaratan nya telah dipenuhi.
Apabila semua persyaratan tersebut diatas tidak dipenuhi, semua penerimaan uang
yang berasal dari pelanggan dicatat sebagai uang masuk dari pelanggan dengan
menggunakan metode deposit (deposit method).
R. Bunga Pinjaman
75
Bunga atas pinjaman yang digunakan untuk membangun / membuat aktiva tetap sampai
konstruksi, dibebankan sebagai unsur harga perolehan. Bunga atas pinjaman yang
digunakan untuk pembiayaan bidang usaha realty dan konstruksi dibebankan di harga
pokok realty. Bunga untuk pembiayaan bidang usaha industri dan perdagangan
dibebankan sebagai beban lain-lain.
S. Beban ditangguhkan
Yang dapat termasuk dalam biaya ditangguhkan diantaranya :
a) Pengeluaran untuk pendirian suatu segmen dalam tahap pengembangan.
b) Pengeluaran emisi saham atau obligasi.
Biaya ditangguhkan disajikan di Neraca pada nilai bersihnya yaitu harga perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan. Pembebanan pada periode berjalan dilakukan dengan
metode garis lurus sesuai dengan taksiran masa manfaatnya selama-lamanya 3 tahun.
Pembebanan dimulai saat manfaat dari pengeluaran tersebut mulai terjadi.
T. Revaluasi
Revaluasi aktiva tetap dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
No.384/KMK.04/1998 tanggal 14 Agustus 1998. Selisih antara nilai revaluasi dan nilai
buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam perkiraan modal dengan nama Selisih
Penilaian Aktiva. Beban penyusutan aktiva tetap yang direvaluasi dicatat berdasarkan
metode garis lurus dengan tarif penyusutan yang dihitung menurut sisa umur ekonomis
aktiva tersebut.
U. Pajak Penghasilan
Perusahaan menerapkan metode penangguhan pajak dalam menghitung pajak
penghasilan. Penangguhan pajak penghasilan dilakukan untuk mencerminkan pengaruh
76
pajak atas beda waktu antara pelaporan komersial dan fiskal yang terutama menyangkut
penyusutan.
V. Laba Per Saham
Laba usaha dan laba per saham masing-masing dihitung dengan membagi laba usaha dan
laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang
bersangkutan.
W. Segmen Usaha
Informasi pelaporan segmen usaha disajikan untuk menunjukkan hasil usaha group yang
berasal dari tiap segmen berdasarkan bidang usaha.