39
56 BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 3.1 Pentingnya Harmonisasi Pengaturan tentang Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam ASEAN Economic Community Salah satu tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok adalah mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di kawasan. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut berbagai kebijakan kerjasama ekonomi telah dilakukan salah satunya adalah pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN atau AEC pada tahun 2015. Dengan adanya kebijakan AEC pada tahun 2015 ini negara-negara di kawasan ASEAN menghendaki adanya liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas diantara negara kawasan ASEAN, hal ini nantinya akan mengintegrasikan negara- negara di kawasan ASEAN menjadi suatu pasar tunggal yang bebas. Perwujudan integrasi ekonomi merupakan langkah penting bagi pencapaian AEC yang memiliki daya saing yang tinggi serta dapat turut serta berperan aktif dalam kegiatan ekonomi global. Kebijakan dalam AEC 2015 yang mengintegrasikan negara-negara di kawasan ASEAN ke dalam suatu pasar tunggal tentu tidak akan luput dari permasalahan. Dengan terintegrasinya kawasan ASEAN kedalam satu pasar ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA DINDA RAMADHANY

BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

56  

BAB III

HARMONISASI PENGATURAN TENTANG PENYALAHGUNAAN

POSISI DOMINAN (ABUSE OF DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN

ECONOMIC COMMUNITY

3.1 Pentingnya Harmonisasi Pengaturan tentang Penyalahgunaan Posisi

Dominan dalam ASEAN Economic Community

Salah satu tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum dalam

Deklarasi Bangkok adalah mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi dan

kemajuan sosial di kawasan. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut berbagai

kebijakan kerjasama ekonomi telah dilakukan salah satunya adalah pembentukan

Komunitas Ekonomi ASEAN atau AEC pada tahun 2015.

Dengan adanya kebijakan AEC pada tahun 2015 ini negara-negara di

kawasan ASEAN menghendaki adanya liberalisasi perdagangan barang, jasa,

investasi, tenaga kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas

diantara negara kawasan ASEAN, hal ini nantinya akan mengintegrasikan negara-

negara di kawasan ASEAN menjadi suatu pasar tunggal yang bebas. Perwujudan

integrasi ekonomi merupakan langkah penting bagi pencapaian AEC yang

memiliki daya saing yang tinggi serta dapat turut serta berperan aktif dalam

kegiatan ekonomi global.

Kebijakan dalam AEC 2015 yang mengintegrasikan negara-negara di

kawasan ASEAN ke dalam suatu pasar tunggal tentu tidak akan luput dari

permasalahan. Dengan terintegrasinya kawasan ASEAN kedalam satu pasar

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 2: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

57

  

tunggal, maka pelaku usaha di negara-negara ASEAN dapat dengan bebas

melakukan transaksi-transaksi bisnis di kawasan ASEAN, keadaan ini membuat

kawasan ASEAN tumbuh menjadi kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi

yang tinggi.86 Tingkat kompetisi yang tinggi diantara pelaku-pelaku usaha di

ASEAN ini berpotensi menimbulkan permasalahan terutama yang berkaitan

dengan praktek persaingan usaha tidak sehat salah satunya adalah penyalahgunaan

posisi dominan (abuse of dominant position).

Dengan terbentuknya kawasan ASEAN sebagai pasar tunggal, pelaku usaha

di kawasan ASEAN dapat dengan mudah melakukan transaksi-transaksi bisnis

yang bersifat lintas batas negara. Dengan adanya kebijakan AEC ini tentu akan

memungkinkan pelaku usaha yang berasal dari suatu negara di ASEAN untuk

melakukan penetrasi pasar ke negara ASEAN lainnya dan memegang posisi

dominan di pasar tempat ia melakukan penetrasi tersebut. Dengan posisi dominan

yang dimilikinya, pelaku usaha tersebut berpotensi untuk melakukan

penyalahgunaan yang nantinya akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat di

pasar yang ia kuasai tersebut.

Sifat transaksi yang melibatkan lintas batas negara serta belum adanya

kebijakan terpadu tentang persaingan usaha di antara negara-negara ASEAN

terutama yang mengatur mengenai posisi dominan dan penyalahgunaannya tentu

berpotensi menimbulkan berbagai persoalan terlebih pada saat kebijakan AEC

nanti resmi diberlakukan.

                                                            86Rhido Jusmadi, Konsep Hukum Persaingan Usaha ; Sejarah, Kaidah Perdagangan Bebas dan Pengaturan Merger-Akuisisi, Setara Press, Malang, 2014, h.71.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 3: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

58

  

Belum adanya keseragaman pengaturan mengenai posisi dominan yang

berlaku secara global bagi pelaku usaha di kawasan ASEAN dapat menimbulkan

permasalahan terlebih ketika AEC akan resmi diberlakukan pada 2015.

Permasalahan yang mungkin timbul dari disharmonisasi ini terkait dengan:

1. Definisi pelaku usaha

Definisi dari pelaku usaha merupakan salah satu unsur paling penting untuk

menentukan keberlakuan kebijakan persaingan usaha khususnya mengenai

pengaturan posisi dominan bagi pelaku usaha. Dengan adanya kebijakan AEC

yang menghendaki adanya integrasi ekonomi ke dalam satu pasar tentu akan

meningkatkan lalu lintas transaksi bisnis di kawasan ASEAN. Pelaku usaha dari

negara ASEAN dapat dengan bebas melaksanakan kegiatan bisnisnya di negara

ASEAN lainnya tanpa ada lagi batasan antar negara di kawasan ASEAN.

Namun seiring dengan akan diberlakukannya kebijakan AEC pada 2015

masih terdapat permasalahan diantara negara-negara ASEAN yaitu masih terdapat

ketidakseragaman mengenai definisi pelaku usaha diantara negara-negara

ASEAN. Masih banyak negara ASEAN yang mendefinisikan pelaku usahanya

secara sempit yaitu hanya mencakup pelaku usaha dalam negeri ataupun pelaku

usaha yang beroperasi di negara tersebut, padahal dengan adanya kebijakan AEC

ini kegiatan bisnis yang terjadi akan semakin luas dan melibatkan banyak pelaku

usaha asing yang berasal dari negara lain di ASEAN. Berikut tabel yang

menunjukkan adanya perbedaan definisi pelaku usaha yang terjadi di ASEAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 4: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

59

  

Tabel III.1

Definisi pelaku usaha di ASEAN

No Negara Definisi Pelaku Usaha

1 Indonesia subjek/badan hukum yang berdiri dan berkedudukan atau melakukan kegiatan di wilayah Indonesia

2 Filipina subjek/badan hukum Filipina

3 Laos perorangan/badan hukum yang bergerak di bidang barang dan jasa

4 Malaysia semua badan yang melakukan kegiatan komersial di bidang barang dan jasa di dalam/luar malaysia yang berpengaruh di pasar Malaysia

5 Singapura semua pelaku usaha domestik maupun asing yang kegiatannya berdampak terhadap pasar Singapura

6 Thailand distributor, produsen, importir ke dalam wilayah Thailand

7 Vietnam pelaku usaha domestik maupun asing yang beroperasi di Vietnam

Sumber : diolah dari berbagai sumber.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa diantara negara-negara ASEAN

masih belum terdapat keseragaman mengenai definisi dari pelaku usaha. Masih

terdapat beberapa negara yang mendefinisikan pelaku usahanya secara sempit

sehingga hanya mencakup pelaku usaha domestik saja hal ini ditemui di Filipina

dan Laos.

Indonesia mendefinisikan pelaku usaha sebagai subjek atau badan hukum

yang berdiri dan berkedudukan atau melakukan kegiatan di wilayah Indonesia.

Dilihat dari sisi normatif, pelaku usaha asing yang melakukan kegiatan di wilayah

Indonesia termasuk pelaku usaha yang diatur dalam undang-undang yang berlaku.

Kondisi yang sama juga ditemui di Thailand dan Vietnam yang juga

memberlakukan undang-undangnya bagi pelaku usaha asing yang melakukan

kegiatan usahanya di wilayah negaranya. Namun terdapat kelemahan dalam

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 5: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

60

  

definisi pelaku usaha yang terdapat dalam ketiga negara ini yaitu tidak adanya

kekuatan keberlakuan yang bersifat ekstra teritorial dalam definisi tersebut.

Dengan diberlakukannya kebijakan AEC yang menghendaki ASEAN

terintegrasi ke dalam suatu pasar tunggal yang bebas tentu akan membuat pelaku

usaha-pelaku usaha di kawasan ASEAN semakin bebas melakukan transaksi

bisnis nya dimana saja. Dengan terbentuknya pasar bebas ini tidak selalu

penyalahgunaan posisi dominan yang akhirnya berdampak negatif bagi pasar

domestik suatu negara, dilakukan oleh pelaku usaha yang menjalankan kegiatan

usahanya di wilayah yang terkena dampak penyalahgunaan tersebut. Pelaku usaha

asing yang berasal dari negara ASEAN lain bisa saja melakukan bentuk

penyalahgunaannya di luar wilayah suatu negara ASEAN lainnya namun tindakan

itu memberikan dampak negatif bagi persaingan di negara tersebut. Sebagai

contoh adalah ilustrasi kasus sebagai berikut:

Dalam pasar penyedian jasa layanan telekomunikasi di ASEAN terdapat

lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A

(Singapura), perusahaan B (Singapura), perusahaan C (Indonesia), perusahaan D

(Malaysia), perusahaan E (Vietnam) dan perusahaan F (Filipina). Perusahaan A

(Singapura) menguasai pangsa pasar sebesar 25%, perusahaan B (Singapura)

menguasai pangsa pasar 30%, perusahaan C (Indonesia) 25%, perusahaan D

(Malaysia) 10% dan perusahaan E (Vietnam) serta perusahaan F (Filipina)

masing-masing menguasai 5% pangsa pasar. Kemudian kedua pelaku usaha yaitu

A dan B yang sama-sama berasal dari Singapura melakukan merger di Singapura

yang kemudian mengakibatkan kedua perusahaan tersebut menguasai 55% pangsa

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 6: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

61

  

pasar dan memegang posisi dominan di pasar penyedia jasa layanan

telekomunikasi di ASEAN, hal ini tentu dapat menimbulkan dampak bagi pasar

domestik jasa layanan telekomunikasi di Indonesia. Dengan tidak adanya

kekuatan keberlakuan ekstra teritorial dari undang-undang yang berlaku di

Indonesia maka akan menyulitkan komisi pengawas persaingan usaha di

Indonesia untuk melakukan penindakan dari tindakan merger yang dilakukan oleh

pelaku usaha Singapura tersebut.

Pendefinisian pelaku usaha yang lebih luas terdapat di Malaysia dan

Singapura. Definisi pelaku usaha di negara ini mencakup pelaku usaha dalam

negeri maupun asing baik yang berada di dalam maupun luar wilayah negara

tersebut dan tindakannya berdampak pada pasar masing-masing negara tersebut.

Dengan masih tidak seragamnya pendefinisian mengenai pelaku usaha

diantara negara-negara ASEAN tentu akan berpotensi menimbulkan permasalahan

terkait dengan penindakan terhadap pelaku usaha yang melakukan

penyalahgunaan posisi dominan.

Bentuk harmonisasi yang harus dilakukan terkait dengan masalah ini adalah

harus segera dilakukan penyeragaman terkait definisi pelaku usaha dan

menetapkan definisi yang lebih luas serta mempunyai daya berlaku ekstra

teritorial sehingga dapat mencakup seluruh pelaku usaha di kawasan ASEAN

khususnya dalam menghadapi kebijakan AEC nanti.

2. Penetapan posisi dominan

Unsur yang paling utama dari penyalahgunaan posisi dominan adalah

tindakan-tindakan anti persaingan yang dilakukan sebagai bentuk penyalahgunaan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 7: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

62

  

posisi dominan tersebut dilakukan oleh pelaku usaha yang memegang posisi

dominan di suatu pasar bersangkutan.

Masih adanya perbedaan kriteria dalam penetapan posisi dominan diantara

negara-negara di ASEAN tentu akan menimbulkan permasalahan dalam AEC

nanti. Perbedaan kriteria dalam penetapan posisi dominan di kawasan ASEAN

dapat dilihat dari:

a.) Definisi pasar bersangkutan

Seperti yang diuraikan sebelumnya, pasar bersangkutan merupakan salah

satu indikator utama untuk mengukur apakah suatu pelaku usaha memegang

posisi dominan dalam suatu pasar bersangkutan. Ketepatan dalam mengukur pasar

bersangkutan diperlukan untuk mengukur struktur pasar dan batasan dari perilaku

anti persaingan yang dilakukan.87

Dalam UU No.5/1999 pasal 1 angka 10 mendefinisikan pasar bersangkutan

sebagai pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu

oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis atau subtitusi

dari barang dan/atau jasa tersebut.88 Berdasarkan definisi pasal diatas terdapat 2

(dua) aspek yang terdapat dalam pasar bersangkutan yaitu pasar produk (product

market) dan pasar geografis (relevant geographic market).

                                                            87Andi Fahmi Lubis et al., Op.Cit., h.50. 88Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Loc.Cit.  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 8: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

63

  

Cakupan pasar produk ini terkait dengan dengan kesamaan, kesejenisan

dan/atau tingkat subtitusi suatu produk. Sedangkan cakupan pasar geografis ini

terkait dengan jangkauan daerah pemasaran suatu produk.89

Dalam pasar produk untuk menentukan apakah suatu barang dengan barang

lain dapat dinyatakan sama atau menjadi subtitusi terhadap barang tertentu perlu

dilihat dari empat aspek yaitu: a. bentuk dan sifat barang tersebut; b. fungsi

barang; c. harga barang; dan d. fleksibilitas barang tersebut bagi konsumen

(interchangeable).90 Apabila suatu produk sudah ditetapkan mempunyai barang

sejenis atau subtitusi maka pangsa pasar produk tersebut termasuk dalam satu

pasar bersangkutan secara objektif.91

Di Uni Eropa pernah terjadi suatu kasus mengenai penentuan pasar

bersangkutan terkait dengan pengukuran definisi pasar produk yaitu United

Brands Case.92

Kasus ini terjadi antara United Brands Company and United Brands

Continentaal BV versus Commission of the European Communities.Dalam kasus

ini United Brands Company dianggap melanggar ketentuan pasal 106 Treaty on

the Functioning of the European Union (untuk selanjutnya disebut TFEU) yang

melarang negara anggota menerapkan kebijakan khusus atau ekslusif yang

bertentangan dengan yang diatur dalam pasal 101-109 TFEU.

                                                            89Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2009, Op.Cit., h.5. 90Andi Fahmi Lubis, et al., Loc.Cit. 91Ibid. 92Judgment of the Court of 14 February 1978. - United Brands Company and United Brands Continentaal BV v Commission of the European Communities. - Chiquita Bananas. - Case 27/76. www.eur-lex.europa.eu 

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 9: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

64

  

Dalam kasus ini United Brands perusahaan yang memproduksi Chiquita

Bananas dianggap telah melakukan tindakan penyalahgunaan posisi dominan

dalam bentuk unfair condition yang diwujudkan dengan melarang distributor di

Belgo-Luxembourg Economic Union, Denmark, Jerman, Irlandia dan Belanda

untuk menjual kembali pisang dari United Brands apabila masih dalam keadaan

mentah. Selain itu United Brands juga dianggap menetapkan unfair condition dan

discriminatory prices terhadap distributor yang tidak termasuk kedalam the spicio

group. United Brands juga telah melakukan refusal to supply kepada TH.Olesen

A/S, Valby, Copenhagen, Denmark.

Dalam rangka membuktikan adanya penyalahgunaan tersebut maka

diperlukan analisis terlebih dahulu mengenai penguasaan United Brands atas

suatu produk tertentu dalam hal ini pisang.Analisa ini dimulai dengan pengukuran

terhadap pasar bersangkutan yang terdiri dari dua aspek yaitu pasar produk dan

pasar geografis.

Terdapat hal yang menarik dalam kasus ini yaitu terkait dengan penilaian

terhadap pasar bersangkutan dilihat dari aspek pasar produk. Dalam kasus ini

United Brands menolak bahwa ia memegang posisi dominan di pasar dan

mendalilkan bahwa pisang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari buah

lainnya seperti apel, orange, anggur dan lain lain. Pisang termasuk produk sejenis

dengan buah lainnya dikarenakan pisang dan buah segar lain mempunyai sifat

interchangeable.

Namun Comission of the European Communities memberikan penilaian

berbeda dan membedakan produk pisang dengan produk buah lainnya.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 10: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

65

  

Pembedaan ini didasarkan pada elatisitas silang pada permintaan. Statistik

menunjukkan bahwa pembelian pisang oleh konsumen berada di tingkat paling

rendah diantara bulan Juni dan Desember dimana saat itu terdapat banyak pasokan

dari buah segar domestik di dalam pasar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh the Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan harga produk

pisang cenderung lemah selama musim panas dan harga dari produk buah lain

seperti apel memiliki dampak statistik yang cukup besar terhadap tingkat

konsumsi pisang di negara Jerman. Pada musim puncak dimana terdapat pasokan

yang melimpah dari produk buah segar lain memberikan pengaruh tidak hanya

terhadap harga namun juga terhadap volume penjualan pisang hal ini juga

berdampak terhadap tingkat impor produk ini.

Komisi berpendapat bahwa terdapat perbedaan tingkat permintaan antara

pisang dengan produk buah segar lainnya, selain itu terdapat kualitas khusus

dalam pisang yang mempengaruhi tingkat preferensi dari konsumen yang

menyebabkan mereka tidak serta merta dapat mengganti pisang dengan buah lain.

Berdasarkan analisa tersebut komisi memutuskan bahwa pisang dan buah segar

lain bukanlah produk yang sejenis. Sempitnya pembatasan terhadap pasar produk

yang dilakukan komisi ini membawa dampak terhadap United Brands, dominasi

United Brands atas produk pisang ini terlihat jelas sehingga United Brands

dianggap memiliki posisi dominan terhadap produk pisang.

Dalam pasar geografis pengukuran terhadap pasar bersangkutan ditentukan

berdasarkan luas wilayah pemasaran produk oleh pelaku usaha. Penetapan pasar

bersangkutan berdasarkan aspek geografis ditentukan oleh ketersediaan produk.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 11: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

66

  

Dalam pasar geografis faktor-faktor yang digunakan menentukan luas dan

cakupan wilayah dari suatu produk adalah kebijakan perusahaan, biaya

transportasi, lamanya perjalanan, tarif dan peraturan yang membatasi lalu lintas

perdagangan antar kota/wilayah.93

Dalam pasar geografis penetapan pasar bersangkutan ini mengacu pada

lokasi pelaku usaha melakukan kegiatan usahanya dan/atau lokasi peredaran

produk dan jasa dan/atau dimana beberapa daerah memiliki kondisi persaingan

yang relatif seragam dan berbeda dengan kondisi persaingan di daerah lainnya.94

Berdasarkan analisa terhadap pengaturan persaingan usaha di negara-negara

ASEAN masih terdapat ketidakseragaman terkait dengan pendefinisian pasar

bersangkutan. Dalam kawasan ASEAN masih terdapat beberapa negara yang

tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai pasar bersangkutan dalam

instrumen hukum persaingan usahanya.

Tabel III.2

Definisi pasar bersangkutan di ASEAN

No Negara Definisi Pasar Bersangkutan

1 Indonesia terdiri dari pasar produk dan pasar geografis

2 Filipina tidak ditemui definisi pasar bersangkutan 3 Laos tidak ditemui definisi pasar bersangkutan 4 Malaysia tidak didefinisikan secara spesifik

5 Singapura terdiri dari pasar produk dan pasar geografis

6 Thailand tidak ditemui definisi pasar bersangkutan

7 Vietnam terdiri dari pasar produk dan pasar geografis

                                                            93Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2009, Op.Cit., h.16. 94Ibid, h.6. 

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 12: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

67

  

Sumber: diolah dari berbagai sumber.

Berdasarkan tabel diatas terlihat masih terdapat perbedaan terkait dengan

pengaturan mengenai definisi pasar bersangkutan. Tidak semua negara ASEAN

mencantumkan definisi yang spesifik di dalam aturan persaingan usaha negaranya

mengenai apa yang dimaksud dengan pasar bersangkutan serta aspek-aspek

didalamnya.

Berdasarkan analisis terhadap pengaturan persaingan usaha yang dimiliki

negara-negara ASEAN hanya Indonesia, Singapura dan Vietnam yang

mendefinisikan secara spesifik mengenai pasar bersangkutan. Di ketiga negara ini

terdapat dua aspek dalam pasar bersangkutan yaitu pasar produk (product market)

dan pasar geografis (geographic relevant market). Sedangkan di Malaysia definisi

pasar bersangkutan tidak disebutkan secara spesiifik dalam undang-undang yang

berlaku namun terdapat ketentuan yang menyebutkan penilaian yang dilakukan

oleh komisi pengawas persaingan di negara ini terhadap pasar mencakup analisa

terhadap: struktur pasar, perilaku pelaku usaha di pasar, perilaku distributor dan

konsumen terhadap pelaku usaha di pasar dan hal lain yang dianggap relevan.95 Di

ketiga negara lainnya di ASEAN yaitu Filipina, Laos dan Thailand tidak ditemui

adanya pengaturan mengenai definisi pasar bersangkutan dalam undang-undang

yang berlaku di negara-negara tersebut.

Ketidakseragaman mengenai pengaturan definisi pasar bersangkutan yang

terjadi di negara-negara ASEAN ini tentu berpotensi menimbulkan permasalahan

pada saat AEC resmi diberlakukan. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya pasar

                                                            95The Competition Act 2010, Op.Cit., part 11(2).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 13: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

68

  

bersangkutan merupakan salah satu indikator utama dalam mengukur apakah

suatu pelaku usaha memegang posisi dominan atau tidak. Definisi pasar

bersangkutan ini penting untuk mengidentifikasi seberapa besar penguasaan

produk tertentu dalam suatu pasar oleh pelaku usaha. Definisi pasar bersangkutan

dapat digunakan untuk mengukur luasnya dampak dari tindakan anti persaingan

yang dilakukan oleh pelaku usaha. Melalui pendefinisian pasar bersangkutan ini

kondisi faktual di pasar bisa dianalisis melalui perspektif persaingan.96

Ketepatan dalam mendefinisikan pasar bersangkutan sangat diperlukan

untuk menghasilkan pengukuran terhadap dominasi pelaku usaha atas produk

tertentu di suatu pasar yang akurat, semakin sempit pembatasan terhadap pasar

bersangkutan maka dominasi pelaku usaha atas produk tertentu akan sangat

terlihat sedangkan apabila pengukuran terhadap pasar bersangkutan terlalu luas

akan menyebabkan dominasi pelaku usaha dalam pasar tersebut tidak akan

terlihat. Mengingat hal tersebut maka diperlukan ketepatan dalam mendefinisikan

pasar bersangkutan.

Masih adanya ketidakseragaman terkait dengan definisi pasar bersangkutan

ini tentu akan menimbulkan kesulitan bagi suatu komisi pengawas persaingan

usaha di suatu negara untuk melakukan penilaian yang akurat terkait dengan

apakah suatu pelaku usaha tersebut memegang posisi dominan atau tidak.

Bentuk harmonisasi yang diperlukan terkait dengan perbedaan definisi pasar

bersangkutan ini adalah perlu adanya suatu kesepahaman diantara negara-negara

anggota ASEAN tentang apa yang dimaksud dengan pasar bersangkutan serta

                                                            96Ibid, h.9

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 14: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

69

  

aspek-aspek yang terkait dengan penilaian pasar bersangkutan agar terdapat suatu

definisi yang seragam diantara negara-negara anggota ASEAN mengenai apa

yang dimaksud dengan pasar bersangkutan dan aspek-aspek penilaian apa saja

yang ada di dalamnya sehingga terdapat suatu batas penilaian yang jelas untuk

mengukur kepemilikan posisi dominan suatu pelaku usaha di kawasan ASEAN,

yang kemudian akan menghasilkan penilaian yang akurat terkait dengan

kepemilikan posisi dominan pelaku usaha di kawasan ASEAN.

b.) Jumlah penguasaan pangsa pasar

Dalam menentukan dominasi suatu pelaku usaha di suatu pasar, selain

menetapkan batas pengukuran yang tepat terhadap pasar bersangkutan suatu

produk tertentu, hal lain yang juga harus dilihat adalah presentase penguasaan

pangsa pasar oleh pelaku usaha. Penentuan jumlah presentase penguasaan pangsa

pasar ini sangat dipengaruhi oleh struktur pasar yang berada di suatu pasar di

negara tersebut.

Dalam UU No. 5/1999 pasal 1 angka 11 yang dimaksud struktur pasar adalah keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar antara lain jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.

Struktur pasar merupakan kondisi lingkungan dimana pelaku usaha

melakukan aktivitasnya sebagai produsen.Struktur pasar dalam ilmu ekonomi

dibagi ke dalam empat bentuk yaitu:97

a. Pasar persaingan sempurna (perfect competition)

                                                            97Andi Fahmi Lubis, et al., Loc.Cit.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 15: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

70

  

Pasar persaingan sempurna merupakan suatu pasar dimana jumlah antara

penjual dan pembeli relatif seimbang.

b. Pasar persaingan monopolistik (monopolistic competition)

Hampir sama dengan pasar persaingan sempurna, pasar monopolistik

jumlah penjual relatif banyak dan produk yang terdapat dalam pasar ini

terdiferensiasi yang berarti produk dalam pasar ini memiliki perbedaan

karakteristik dengan produk sejenis lain sehingga menimbulkan preferensi

konsumen terhadap produk tertentu. 98

c. Pasar oligopoli (oligopoly)

Dalam suatu pasar oligopoli hanya terdapat beberapa penjual yang ada di

pasar. Para pelaku usaha dalam pasar oligopoli ini cenderung memilliki

ketergantungan satu dengan yang lain, dalam artian dalam struktur pasar ini

keputusan strategis pelaku usaha sangat dipengaruhi oleh keputusan strategis

pelaku usaha lain.99

d. Pasar monopoli (monopoly)

Pasar monopoli merupakan industri satu perusahaan dimana dalam suatu

pasar hanya terdapat satu penjual. Produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha ini

juga tidak dapat dibeli di tempat lainnya serta produk tersebut tidak mempunyai

subtitusi yang ada hanyalah barang pengganti yang sangat berbeda sifatnya.100

                                                            98Ibid, h.34-35. 99Ibid, h.36.  100Ibid, h.33.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 16: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

71

  

Menurut ilmu hukum struktur pasar terbagi kedalam dua bentuk yaitu pasar

persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Perbedaan struktur

pasar tersebut disebabkan adanya perbedaan degree of market power atau

kemampuan pelaku usaha dalam mempengaruhi keseimbangan harga pasar.101

Suatu pasar dapat dikategorikan memiliki struktur persaingan sempurna

apabila memiliki karakteristik sebagai berikut102:

a. Banyaknya penjual dan pembeli

Jumlah penjual dan pembeli dalam pasar yang memiliki struktur persaingan

sempurna cenderung seimbang atau sama banyaknya antara penjual dan pembeli.

Kondisi ini merupakan kondisi yang ideal karena harga yang didapatkan

konsumen ditentukan dari kinerja mekanisme pasar.

b. Produk yang homogen

Produk yang homogen yaitu produk yang mampu memeberikan kepuasan

kepada konsumen tanpa mengetahui siapa produsennya, sehingga disini

konsumen membeli kegunaan barang dan konsumen menganggap semua pelaku

usaha mampu memproduksi barang dan jasa dengan kualitas dan karakter yang

sama.

c. Bebas masuk dan keluar pasar

Dalam struktur pasar persaingan sempurna, faktor mobilitas produksi

menjadi tidak terbatas dan tidak memerlukan biaya. Tidak terbatasnya mobilitas

suatu produksi ini menyebabkan pelaku usaha mudah untuk masuk keluar pasar.

d. Informasi sempurna                                                             101Ibid. 102Ibid, h. 30. 

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 17: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

72

  

Dalam struktur pasar persaingan sempurna pelaku usaha maupun konsumen

memiliki pengetahuan yang sempurna terhadap harga suatu produk dan input yang

dijual. Keadaan ini akan mencegah adanya pemberlakuan harga jual yang berbeda

antara pelaku usaha satu dengan pelaku usaha lainnya.

Berbeda halnya dengan struktur pasar persaingan sempurna, karakteristik

yang dimiliki oleh struktur pasar persaingan tidak sempurna adalah:

a. Tidak seimbangnya jumlah penjual dan pembeli

Berbeda dengan struktur pasar persaingan sempurna dalam struktur pasar ini

jumlah antara penjual dan pembeli cenderung tidak seimbang. Contohnya dalam

pasar monopoli yang hanya terdapat satu penjual dengan banyak pembeli serta

pasar oligopoli dimana hanya terdapat beberapa penjual dengan banyak pembeli.

Dengan kondisi ini konsumen cenderung dirugikan karena pelaku usaha

cenderung memiliki bargaining position yang lebih tinggi dari konsumen.

b. Terdapat hambatan teknis

Dalam pasar dengan struktur persaingan tidak sempurna cenderung terdapat

hambatan teknis bagi pelaku usaha yang menyebabkan pelaku usaha tersebut sulit

bersaing dengan pelaku usaha yang telah ada di pasar.103 Keadaan ini sering

ditemui dalam pasar dengan struktur monopoli.

c. Produknya terdiferensiasi

Tidak seperti dalam pasar persaingan sempurna yang produknya bersifat

homogen. Dalam pasar ini produk yang ada di pasar cenderung terdiferensiasi,

antara satu produk dengan produk lain memiliki karakteristik yang berbeda

                                                            103Ibid, h.32.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 18: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

73

  

sehingga menyebabkan konsumen mempunyai kecenderungan terhadap produk

tertentu dibanding produk lainnya. Hal ini biasa ditemui dalam pasar persaingan

monopolistik.

d. Dapat menguasai penentuan harga

Dalam pasar persaingan tidak sempurna jumlah penjual dan pembeli relatif

tidak seimbang. Dalam struktur pasar ini biasanya jumlah penjual cenderung lebih

sedikit daripada jumlah pembeli contohnya dalam pasar monopoli dan oligopoli.

Dengan keadaan tersebut pelaku usaha tentu mempunyai bargaining position

yang lebih tinggi dari konsumen sehingga pelaku usaha mempunyai kemampuan

untuk menentukan harga suatu produk tersebut bagi konsumen.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, struktur pasar ini merupakan

faktor yang mempengaruhi penetapan jumlah presentase penguasaan pangsa pasar

yang diperlukan bagi pelaku usaha untuk dapat dikatakan memiliki posisi

dominan terutama terkait dengan banyaknya jumlah pelaku usaha yang ada di

dalam suatu pasar tersebut. Dalam struktur pasar yang terdapat banyak pelaku

usaha di dalamnya seperti pasar persaingan sempurna maupun pasar persaingan

monopolistik tentu penguasaan pangsa pasar yang dibutuhkan untuk menduduki

posisi dominan tidaklah terlalu besar, sedangkan dalam struktur pasar yang

jumlah pelaku usahanya terbatas seperti pasar oligopoli dan monopoli penguasaan

pangsa pasar yang dibutuhkan untuk menduduki posisi dominan tentu akan lebih

besar.

Perbedaan struktur pasar terutama terkait dengan jumlah pelaku usaha yang

terdapat dalam suatu pasar inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan terkait

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 19: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

74

  

dengan presentase penguasaan pasar oleh pelaku usaha untuk dapat dikatakan

memiliki posisi dominan.

Dalam negara-negara di kawasan ASEAN masih terdapat adanya perbedaan

terkait dengan jumlah presentase pangsa pasar yang diperlukan bagi pelaku usaha

untuk dapat dikatakan memiliki posisi dominan.

Perbedaan presentase pangsa pasar diantara negara di kawasan ASEAN ini

dapat disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pasar yang terdapat di negara-

negara ASEAN.

Tabel III.3

Presentase penguasaan pangsa pasar di ASEAN

Sumber: diolah dari berbagai sumber.

Dalam tabel diatas terdapat perbedaan mengenai presentase penguasaan

pasar sehingga pelaku usaha dapat dikatakan memiliki posisi dominan di suatu

pasar. Di Indonesia berdasarkan UU No.5/1999 pelaku usaha dapat dikatakan

memiliki posisi dominan apabila menguasai 50% atau lebih untuk pelaku usaha

perseorangan dan 75% atau lebih untuk dua pelaku usaha atau lebih. Di dalam

No Negara presentase penguasaan pasar

satu pelaku usaha dua/lebih pelaku usaha 1 Indonesia ≥ 50% ≥ 75% 2 Filipina - - 3 Laos - - 4 Malaysia - - 5 Singapura ≥ 60% ≥ 60% 6 Thailand > 50% > 75% 7 Vietnam ≥ 30% ≥ 50% , ≥ 65% , ≥ 75%

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 20: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

75

  

pengaturan persaingan usaha di negara Filipina tidak ditemui pengaturan terkait

besaran penguasaan pangsa pasar bagi pelaku usaha dominan sedangkan untuk

Malaysia dan Laos dalam undang-undang yang berlaku di negaranya pelaku usaha

dikatakan memiliki posisi dominan apabila menguasai pangsa pasar melebihi nilai

yang ditetapkan komisi pengawas persaingan masing-masing negara. Tidak

ditemui besaran pasti terkait presentase pangsa pasar yang diperlukan bagi pelaku

usaha untuk memegang posisi dominan di negara-negara tersebut.Singapura

menetapkan pelaku usaha dapat dikatakan memiliki posisi dominan apabila

menguasai 60% pangsa pasar hal ini berlaku bagi pelaku usaha perseorangan atau

lebih. Di Thailand seorang pelaku usaha dapat dikatakan memegang posisi

dominan apabila menguasai lebih dari 50% pangsa pasar dan lebih dari 75%

pangsa pasar bagi dua/lebih pelaku usaha. Berbeda dengan negara lainnya

Vietnam menetapkan penguasaan pangsa pasar sebesar 30% atau lebih untuk

seorang pelaku usaha dan membagi kelompok usaha menjadi tiga bagian yaitu

untuk dua pelaku usaha menguasai 50% atau lebih pangsa pasar, tiga dan empat

pelaku usaha berturut turut 65% atau lebih dan 75% atau lebih pangsa pasar.

Perbedaan terkait presentase pangsa pasar ini tentu akan berpotensi

menimbulkan permasalahan terutama dalam pelaksanaan AEC pada 2015. Hal ini

disebabkan karena penguasaan pangsa pasar merupakan salah satu indikator

penting dalam mengukur kepemilikan posisi dominan suatu pelaku usaha.

Bentuk harmonisasi yang perlu dilakukan terkait dengan perbedaan

presentase penguasaan pangsa pasar ini adalah perlu adanya kesepahaman

diantara negara-negara anggota ASEAN mengenai kriteria yang digunakan dalam

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 21: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

76

  

menetapkan nilai presentase penguasaan pangsa pasar bagi pelaku usaha untuk

dapat dikatakan memiliki posisi dominan di suatu pasar.

3. Bentuk penyalahgunaan

Dalam penyalahgunaan posisi dominan terdapat dua bentuk penyalahgunaan

yang ada yaitu: penyalahgunaan yang bersifat eksploitatif (exploitative abuse) dan

penyalahgunaan yang bersifat penyingkiran (exclutionary abuse).

Penyalahgunaan yang bersifat eksploitatif disini merupakan bentuk upaya

maksimalisasi keuntungan dengan cara mereduksi iuaran dan menaikkan harga

diatas level kompetitif sehingga terjadi suatu eksploitasi dari pelaku usaha

terhadap konsumen.104 Penyalahgunaan jenis ini dapat berupa excessive price

yang merupakan penerapan harga yang bersifat monopolistik, unfair condition

yaitu penerapan syarat-syarat yang tidak adil bagi konsumen atau pelaku usaha

pesaing dan the quite life yakni penolakan penggunaan teknologi tertentu dengan

alasan-alasan yang tidak dapat diterima.105 Penyalahgunaan lainnya adalah

penyalahgunaan yang bersifat penyingkiran. Dalam penyalahgunaan ini pelaku

usaha pemegang posisi dominan berusaha membatasi akses terhadap pasar baik

dari pelaku usaha pesaing maupun pelaku usaha potensial. Tujuan dari

penyalahgunaan ini adalah menyingkirkan pelaku usaha pesaing yang telah ada di

pasar dan mencegah masuknya pelaku usaha potensial ke dalam suatu pasar yang

dikuasainya. Penyalahgunaan ini dapat berupa:106

a. Hambatan masuk ke pasar (barrier to entry) bagi pelaku usaha potensial,

                                                            104Vegitya Ramadhani Putri, Loc.Cit. 105Ibid. 106Ibid, Loc.Cit. 

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 22: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

77

  

b. Export bans yang merupakan pelarangan ekspor,

c. Pricing strategies yang meliputi discount and rabates dan predatory pricing,

d. Tying and leverage,

e. Merger

f. Refusal to supply yang meliputi refusal to deal dan refusal to allow consumers

access to essential facility

Diantara negara-negara anggota ASEAN masih terdapat perbedaan

mengenai bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang dilarang di dalam legislasi

mereka masing-masing. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel di bawah ini

Tabel III.4

Bentuk penyalahgunaan posisi dominan di ASEAN

No Bentuk 

Penyalahgunaan Negara 

Indonesia Filipina Laos  Malaysia  Singapura  Thailand  Vietnam 

1  excessive price  ×        ×  ×  ×  × 

2  unfair condition  √        √  √  √  √ 

3  the quite life   √        √  √  ×  √ 

4  barrier to entry  √        √  √  √  √ 

5  export bans  ×        ×  ×  ×  × 

6 pricing strategies 

×        √  √  √  √ 

7 tying and leverage 

×        √  ×  ×  × 

8  merger   √        ×  √  √  √ 

9  refusal to supply  √        √  ×  √  √ 

Sumber: diolah dari berbagai sumber. Keterangan: untuk Filipina dan Laos tidak terdapat pengaturan penyalahgunaan posisi dominan. Keterangan : × = tidak diatur

√ = diatur

Berdasarkan tabel diatas terlihat masih terdapat ketidakseragaman

pengaturan mengenai bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang dilarang. Di

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 23: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

78

  

kawasan ASEAN hampir semua menetapkan penerapan unfair condition terhadap

konsumen atau pelaku usaha pesaing merupakan bentuk dari penyalahgunaan

posisi dominan. Negara-negara anggota ASEAN kecuali Thailand menetapkan

pembatasan penggunaan teknologi (the quite life) sebagai salah satu bentuk

penyalahgunaan posisi dominan.

Terdapat keseragaman terkait dengan bentuk penyalahgunaan berupa

barrier to entry, semua negara ASEAN yang mengatur mengenai penyalahgunaan

posisi dominan mengatur bahwa hambatan masuk ke pasar merupakan salah satu

bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang dilarang. Di negara ASEAN tidak

ada yang mengatur pelarangan ekspor (export bans) sebagai bentuk

penyalahgunaan posisi dominan, selain itu untuk bentuk penyalahgunaan berupa

pricing strategies hanya Indonesia yang tidak memasukkannya ke dalam bentuk

penyalahgunaan posisi dominan. Malaysia menjadi satu-satunya negara di

ASEAN yang mengatur secara spesifik mengenai kebijakan tying and leverage

sebagai bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang dilarang. Merger yang dapat

mengakibatkan posisi dominan dilarang hampir di seluruh negara ASEAN hanya

Malaysia yang tidak mengatur secara spesifik mengenai merger. Selain di

Singapura, tindakan refusal to supply oleh pelaku usaha pemegang posisi dominan

dikategorikan oleh negara-negara di ASEAN sebagai bentuk penyalahgunaan

yang dilarang.

Kesimpulan berdasarkan analisis diatas adalah masih terdapat perbedaan

diantara negara-negara di ASEAN mengenai bentuk-bentuk penyalahgunaan

posisi dominan yang dilarang. Perbedaan pengaturan ini tentu dapat menjadi celah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 24: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

79

  

bagi pelaku usaha untuk melakukan penyalahgunaan posisi dominan terutama

pada saat AEC diberlakukan karena tidak semua negara ASEAN mengatur bentuk

penyalahgunaan posisi dominan yang sama.

Bentuk harmonisasi yang perlu dilakukan oleh negara-negara anggota

ASEAN adalah menyeragamkan pengaturan mengenai bentuk-bentuk

penyalahgunaan posisi dominan yang dilarang bagi pelaku usaha, hal ini untuk

menutup celah timbulnya praktek penyalahgunaan posisi dominan oleh pelaku

usaha di kawasan ASEAN.

4. Jenis pendekatan yang digunakan dalam penyalahgunaan posisi dominan

Dalam hukum persaingan usaha terdapat dua jenis pendekatan yang

digunakan dalam menerapkan pasal-pasal yang mengatur tindakan anti persaingan

yaitu per se illegal dan rule of reason.

Pendekatan per se illegal adalah menyatakan setiap perjanjian atau kegiatan

usaha tertentu illegal tanpa memerlukan pembuktian lebih lanjut atas dampak

yang ditimbulkan dari perjanjian atau kegiatan usaha tersebut, sedangkan

pendekatan rule of reason adalah pendekatan yang digunakan oleh lembaga

otoritas persaingan usaha untuk membuat evaluasi terhadap akibat yang

ditimbulkan oleh perjanjian atau kegiatan usaha tertentu untuk menentukan

apakah perjanjian atau kegiatan usaha tersebut bersifat menghambat atau

mendukung persaingan.107

Terdapat kelebihan dan kelemahan dalam masing-masing pendekatan

tersebut. Kelebihan dalam menggunakan metode pendekatan per se illegal adalah

                                                            107Andi Fahmi Lubis, et al., Loc.Cit.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 25: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

80

  

pada proses penyelidikan yang relatif mudah dan sederhana. Dalam pendekatan

ini tidak diperlukan lagi suatu evaluasi terhadap situasi dan karakteristik pasar.108

Pada pendekatan per se illegal keputusan melawan hukum diberikan tanpa adanya

analisa lebih lanjut terkait dengan dampak dari perbuatan tersebut, sehingga

terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam penerapan pendekatan ini yaitu

adanya dampak kerugian yang signifikan dari perilaku tersebut dan kerugian

tersebut harus tergantung pada kegiatan yang dilarang.109 Kelebihan lain yang

terdapat dalam pendekatan ini adalah penerapan per se illegal dianggap lebih

memberikan kepastian hukum terutama bagi pelaku usaha. Kelemahan yang

terdapat dalam pendekatan ini adalah berkaitan dengan pembuktian adanya suatu

perjanjian atau kegiatan usaha tertentu yang dilarang tersebut, hal ini dikarenakan

pada umumnya pelaku usaha tidak melakukan perjanjian maupun kegiatan usaha

yang dilarang tersebut secara terang-terangan sehingga dalam hal ini perlu

kejelian dari otoritas pengawas persaingan usaha untuk membuktikan adanya

perjanjian maupun kegiatan usaha tersebut.

Berbeda dengan pendekatan per se illegal, dalam pendekatan rule of reason

memungkinkan adanya interpretasi terhadap undang-undang sehingga tidak serta

merta suatu perjanjian atau kegiatan usaha tertentu yang dilarang dianggap

melanggar undang-undang, melainkan dianalisis terlebih dahulu apakah perjanjian

atau kegiatan usaha yang dilakukan itu menghambat proses persaingan atau tidak.

                                                            108Andi Fahmi Lubis, et al., Op.Cit., h. 60 dikutip dari Carl Kaysen and Donald F.Turner, Antitrust Policy an Economic and Legal Analysis, (Cambridge: Harvard University Press, 1971) p.142. 109Ibid, h.61 dikutip dari Carl Kaysen and Donald F. Turner Op.Cit. 

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 26: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

81

  

Kelebihan dalam pendekatan rule of reason adalah adanya analisis ekonomi

untuk mencapai efisiensi guna mengetahui secara pasti apakah tindakan pelaku

usaha tersebut berdampak terhadap persaingan.110 Pendekatan rule of reason ini

juga mengandung kelemahan yaitu dipersyaratkannya pengetahuan tentang teori

ekonomi dan data-data ekonomi yang kompleks untuk menganalisa tindakan

pelaku usaha tersebut apakah bersifat menghambat persaingan. Kelemahan

lainnya adalah proses penyelidikan yang lebih rumit dan waktu yang lebih

panjang hal ini dikarenakan perlu suatu analisis ekonomi terlebih dahulu untuk

menilai apakah tindakan pelaku usaha tersebut menimbulkan dampak terhadap

persaingan.

Di kawasan ASEAN masih terdapat perbedaan terkait dengan jenis

pendekatan yang digunakan oleh komisi pengawas persaingan usaha di masing-

masing negara dalam menerapkan pasal mengenai penyalahgunaan posisi

dominan.

Tabel III.5

Jenis pendekatan yang digunakan di ASEAN

Sumber: diolah dari berbagai sumber.

                                                            110Ibid, h.66.

No Negara Jenis Pendekatan yang digunakan

1 Indonesia Per Se Illegal

2 Filipina -

3 Laos -

4 Malaysia Rule of reason

5 Singapura Rule of reason

6 Thailand Rule of reason

7 Vietnam Per Se Illegal

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 27: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

82

  

Keterangan: untuk Filipina dan Laos tidak terdapat pengaturan penyalahgunaan posisi dominan.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat ketidakseragaman diantara

negara-negara anggota ASEAN terkait dengan jenis pendekatan yang digunakan

untuk menerapkan pasal mengenai penyalahgunaan posisi dominan. Di Indonesia

secara normatif terlihat dalam pasal yang mengatur mengenai penyalahgunaan

posisi dominan menggunakan pendekatan per se illegal namun dalam prakteknya

otoritas pengawas persaingan di Indonesia cenderung menggunakan pendekatan

rule of reason dalam menerapkan pasal terkait penyalahgunaan posisi dominan.

Vietnam yang dengan tegas melarang adanya penyalahgunaan posisi

dominan oleh pelaku usaha pemegang posisi dominan sehingga dapat disimpulkan

pendekatan yang digunakan oleh negara ini adalah per se illegal, sedangkan di

Malaysia, Singapura dan Thailand pendekatan yang digunakan untuk menerapkan

pasal penyalahgunaan posisi dominan adalah rule of reason.

Ketidakseragaman terkait dengan jenis pendekatan yang digunakan oleh

negara-negara anggota ASEAN dalam menerapkan pasal penyalahgunaan posisi

dominan tentu berpotensi menimbulkan permasalahan terkait ketidakpastian

hukum dalam menerapkan ketentuan mengenai penyalahgunaan posisi dominan

terhadap pelaku usaha pemegang posisi dominan di kawasan ASEAN.

Bentuk harmonisasi yang dapat dilakukan adalah menciptakan kesepahaman

terkait jenis pendekatan apa yang paling sesuai untuk digunakan dalam

menerapkan pasal penyalahgunaan posisi dominan di dalam kawasan ASEAN

khususnya saat AEC nanti mulai diberlakukan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 28: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

83

  

Tidak adanya harmonisasi terkait pengaturan posisi dominan di negara-

negara ASEAN tentu akan menyebabkan lemahnya penindakan oleh suatu komisi

pengawas persaingan terhadap tindakan penyalahgunaan posisi dominan yang

dilakukan oleh pelaku usaha. Keadaan tersebut disebabkan belum adanya aturan

yang berlaku secara global di kawasan ASEAN terkait dengan posisi dominan dan

penyalahgunaannya. Perbedaan aturan diantara negara-negara ASEAN ini tentu

akan berpengaruh terhadap kekuatan hukum dari putusan yang dikeluarkan oleh

komisi pengawas persaingan di suatu negara, contohnya ketika komisi pengawas

persaingan usaha Indonesia dalam hal ini KPPU menjatuhkan putusan bersalah

bagi pelaku usaha asal Singapura yang terbukti berdasarkan hukum yang berlaku

di Indonesia melakukan penyalahgunaan posisi dominan di pasar domestik

Indonesia bisa saja karena terdapat perbedaan pengaturan mengenai posisi

dominan dan penyalahgunaannya yang berlaku diantara kedua negara ini maka

pelaku usaha tersebut dinyatakan bebas oleh komisi pengawas persaingan usaha di

Singapura, sehingga dalam hal ini perlu adanya suatu harmonisasi agar putusan

yang dijatuhkan dapat oleh komisi pengawas persaingan usaha suatu negara

memiliki kekuatan hukum yang mengikat juga di negara lain.111

Pentingnya harmonisasi pengaturan khususnya terkait dengan kepemilikan

posisi dominan diantara negara-negara ASEAN ini dapat dilihat dalam AEC

Blueprint. Dalam AEC Blueprint ini memuat empat kerangka utama untuk

mencapai AEC 2015 salah satunya adalah mewujudkan ASEAN sebagai kawasan

dengan daya saing ekonomi yang tinggi dengan elemen peraturan kompetisi,

                                                            111“KPPU: Perlu Harmonisasi Hukum Persaingan Usaha di ASEAN”, www.hukumonline.com diakses pada tanggal 9 Desember 2014.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 29: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

84

  

perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan

infrastruktur, perpajakan dan e-commerse.

3.2 Bentuk Pendekatan dalam Upaya Harmonisasi Pengaturan Posisi

Dominan

Dalam upaya membentuk suatu harmonisasi pengaturan diantara negara-

negara anggota ASEAN dalam rangka menyambut berlakunya kebijakan AEC

pada 2015, terdapat beberapa dasar pendekatan yang mengemuka yaitu:112

1. Harmonisasi dilakukan dengan membentuk sebuah peraturan internasional

yang komperhensif dan dilengkapi dengan adanya lembaga penegakan hukum

persaingan usaha yang bersifat supranasional. Supranasional disini mempunyai

arti suatu lembaga tersebut mempunyai kewenangan yang melampaui satu negara.

Pendekatan ini digunakan oleh Munich Group yang mengusulkan International

Antitrust Code yang diterbitkan pada tahun 1993 sebagai draft dari GATT

plurilateral agreement;

2. Dalam pendekatan ini harmonisasi tidak dilakukan dengan membentuk

suatu ketentuan hukum yang bersifat supranasional melainkan melalui

harmonisasi terhadap hukum persaingan usaha nasional. Upaya harmonisasi ini

dapat berbentuk “uniform laws project” yang disusun oleh orang-orang ahli dan

berpengalaman yang didalamnya berisi banyak aturan dan opsi.

3. Dalam pendekatan ini langkah awal dari harmonisasi dimulai dengan

membentuk dan menyempurnakan perjanjian-perjanjian bilateral yang bertujuan

                                                            112Rhido Jusmadi, Op.Cit., h.108, dikutip dari Eleanor M.Fox, The US Merger that Europe Stopped-A Story of the Politics of Convergence, dalam Eleanor M.Fox & Daniel N.Crane (eds), Antitrust Story, New York: Foundation Press, 2007, p.13-14. 

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 30: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

85

  

untuk memperkuat kerjasama antar otoritas persaingan usaha. Tahap selanjutnya

negara-negara akan membentuk suatu plurilateral framework yang berisikan

tentang perangkat minimum aturan-aturan persaingan usaha dan instrumen

penyelesaian sengketa.

Dalam plurilateral framework ini mengatur mengenai hal-hal yang bersifat

konstitusional dalam persaingan usaha yang pada umumnya berupa pelarangan

terhadap praktek-praktek anti persaingan usaha yang menutup market access

seperti penyalahgunaan posisi dominan maupun pelarangan terhadap kartel-kartel

transnasional.

Langkah harmonisasi berdasarkan pendekatan ini dimulai dari penerapan

plurilateral framework oleh kelompok inti dari negara-negara yang kemudian

akan diperluas penerapannya oleh kelompok partisipasi hingga menghasilkan

suatu peraturan persaingan usaha yang sesuai bagi negara-negara tersebut.113

4. Salah satu hambatan dari upaya harmonisasi adalah adanya keengganan dari

negara-negara untuk membawa permasalahan kebijakan persaingan ke tingkat

multinasional. Negara-negara cenderung berasumsi bahwa permasalahan

kebijakan persaingan ini dapat diselesaikan di level nasional dengan

menggunakan perangkat hukum nasional. Melalui pendekatan ini harmonisasi

dilakukan dengan meningkatkan kesadaran negara-negara tersebut mengenai

pentingnya pembahasan mengenai permasalahan kebijakan persaingan di tingkat

                                                            113Ibid.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 31: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

86

  

multinasional sebagai suatu langkah awal untuk mewujudkan harmonisasi

pengaturan diantara negara kawasan.114

3.3 Langkah-Langkah Untuk Mewujudkan Harmonisasi Pengaturan Posisi

Dominan dalam ASEAN Economic Community

Pembentukan suatu komunitas masyarakat ekonomi dalam suatu wilayah

regional tidak hanya terjadi dalam ASEAN Economic Community, pembentukan

komunitas masyarakat ekonomi regional ini pernah dilakukan oleh Uni Eropa

(European Union) (untuk selanjutnya disebut sebagai EU). EU merupakan

organisasi yang bersifat supra-nasional yang beranggotakan negara-negara di

Eropa. Salah satu langkah awal pembentukan EU ini bermula dari kerjasama

ekonomi diantara negara-negara di kawasan Eropa yang ditandai dengan

pembentukan European Economic Community (EEC). Komunitas Ekonomi Eropa

ini dibentuk pada 1 Januari 1958 berdasarkan perjanjian roma (rome treaty).115

Saat ini EU telah bertransformasi dari sebuah kesatuan ekonomi menjadi suatu

kesatuan politik.

3.3.1 Harmonisasi dalam Uni Eropa

Dalam perkembangannya EU telah melakukan berbagai langkah

harmonisasi pengaturan diantara negara-negara anggotanya. Terdapat dua konsep

harmonisasi yang digunakan oleh EU dalam mengharmonisasikan aturan-

aturannya yaitu harmonisasi minimum dan harmonisasi maksimum.

                                                            114Ibid. 115Fany Dastanta, “Implikasi Penerimaan Siprus Dalam Keanggotaan Uni Eropa Terhadap Penerimaan Turki Dalam Keanggotaan Uni Eropa”, Tesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, 2009, h. 34.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 32: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

87

  

Harmonisasi minimum disini umumnya berupa kesepakatan politik antara

negara anggota EU dengan European Commission (untuk selanjutnya disebut

EC). Harmonisasi ini diwujudkan dengan pembentukan platform umum dalam EU

yang berlaku bagi seluruh negara anggota namun dimungkinkan bagi negara

anggota EU untuk mengatur standar yang lebih ketat dalam hukum

nasionalnya.116

Berbeda dengan harmonisasi minimum, dalam harmonisasi maksimum ini

negara-negara anggota diharuskan memberlakukan seluruh ketentuan yang telah

ditetapkan dalam peraturan EU ke dalam hukum nasionalnya. Negara-negara

anggota tidak dimungkinkan untuk mengatur standar yang lain lebih ketat kecuali

dengan alasan-alasan yang telah diatur dalam peraturan EU tersebut. Salah satu

contoh penerapan harmonisasi maksimum ini dapat ditemui dalam The Unfair

Commercial Practices Directive 2005/29/EC.

Terkait dengan kebijakan persaingan usaha khususnya mengenai pengaturan

posisi dominan, upaya harmonisasi pengaturan ini dapat dilihat dalam TFEU. Di

dalam TFEU ketentuan mengenai penyalahgunaan posisi dominan diatur dalam

article 102. Ketentuan penyalahgunaan posisi dominan tersebut berlaku bagi

seluruh negara anggota dalam EU. Hal ini untuk menjamin bahwa persaingan

dalam pasar bersama di EU tidak terdistorsi.117 Bentuk harmonisasi yang

digunakan EU dalam penerapan kebijakan persaingan usaha khususnya terkait

dengan penyalahgunaan posisi dominan adalah harmonisasi maksimum, hal ini

                                                            116Geraint Howells, Hans-W. Micklitz, and Thomas Wilhelmsson, European Fair Trading Law The Unfair Commercial Practices Directive, Ashgate, 2006, h. 28.  117Lihat Council Regulation (EC) No.1/2003 of 16 December 2002 on the implementation of the rules on competition laid down in Articles 101 and 102 of the Treaty.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 33: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

88

  

dapat dilihat dari ketentuan pelaksana competition policy yang ada dalam EU

yaitu Council Regulation (EC) No.1/2003 of 16 December 2002 on the

implementation of the rules on competition laid down in Articles 101 and 102 of

the Treaty on the Functioning of the European Union yang tidak melarang negara-

negara anggota EU untuk menerapkan legislasi nasional yang berlaku di

wilayahnya selama produk legislasi tersebut sesuai dan tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip umum dan ketentuan hukum lainnya yang telah diatur dalam

TFEU.

3.3.2 Konsep harmonisasi dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community

Tidak sepenuhnya konsep harmonisasi yang diterapkan dalam EU dapat

diaplikasikan ke dalam AEC. Keadaan ini disebabkan karena terdapat perbedaan

antara EU dengan AEC. Perbedaan yang mendasar antar EU dengan AEC adalah

adanya penyerahan kedaulatan oleh negara-negara anggota EU kepada EC

sehingga EC berwenang untuk mengambil keputusan yang otonom yang mengikat

negara-negara anggota EU, sedangkan dalam AEC kedaulatan tertinggi tetap

berada di negara-negara anggota ASEAN.

Mengingat kondisi tersebut maka bentuk harmonisasi pengaturan posisi

dominan yang sesuai untuk dapat diterapkan dalam pelaksanaan AEC adalah

harmonisasi minimum.

Harmonisasi ini dilakukan dengan pembentukan suatu platform umum yang

memuat pengaturan mengenai posisi dominan dan bentuk penyalahgunaannya

yang berlaku di seluruh negara kawasan ASEAN.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 34: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

89

  

Demi mewujudkan adanya suatu harmonisasi terkait dengan pengaturan

posisi dominan dalam AEC perlu adanya kesepahaman terlebih dahulu mengenai

apa yang dimaksud dengan posisi dominan serta kriteria penyalahgunaannya

diantara negara-negara anggota ASEAN. Setelah tercapai suatu kesepahaman

mengenai definisi dari posisi dominan dan kriteria penyalahgunaannya maka

upaya harmonisasi dilakukan dengan menyeragamkan pengaturan mengenai hal-

hal yang mendasar dalam pegaturan posisi dominan yaitu:

1. Definisi pelaku usaha

Pelaku usaha merupakan unsur penting dalam menentukan keberlakuan dari

pengaturan posisi dominan. Dengan adanya integrasi ekonomi dalam AEC tentu

akan meningkatkan arus transaksi bisnis yang bersifat lintas batas negara serta

melibatkan pelaku usaha yang berasal dari berbagai negara di ASEAN. Masih

belum seragamnya definisi pelaku usaha di negara-negara ASEAN tentu rawan

menjadi celah bagi pelaku usaha asing yang berasal dari negara anggota ASEAN

untuk melakukan penyalahgunaan posisi dominan yang dapat menimbulkan

dampak negatif bagi pasar domestik di negara ASEAN lain.

Dalam rangka menghindari hal tersebut penyeragaman pengaturan

mengenai definisi dari pelaku usaha diantaranegara anggota ASEAN perlu

dilakukan. Negara di kawasan ASEAN perlu menetapkan definisi yang seragam

terkait dengan apa yang dimaksud dengan pelaku usaha. Selain itu perlu negara di

kawasan ASEAN perlu melakukan perluasan terhadap definisi pelaku usaha

sehingga nantinya definisi tersebut mempunyai kekuatan berlaku secara ekstra

teritorial. Hal tersebut penting mengingat dengan adanya AEC pelaku usaha

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 35: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

90

  

berpotensi melakukan penyalahgunaan dominan yang berdampak terhadap pasar

domestik di suatu negara tanpa harus menjalankan kegiatan usahanya di negara

tersebut. Dengan adanya definisi pelaku usaha yang mempunyai kekuatan berlaku

yang bersifat ekstra teritorial ini pengaturan tentang posisi dominan khususnya

mengenai penyalahgunaannya dapat mencakup pelaku usaha asing dan

memudahkan penindakan terhadap pelaku penyalahgunaan posisi dominan

tersebut.

2. Penetapan posisi dominan

a. Pasar bersangkutan

Harmonisasi terkait dengan definisi pasar bersangkutan di ASEAN dalam

rangka menghadapi kebijakan AEC 2015 sangat penting untuk dilakukan. Hal ini

dikarenakan definisi pasar bersangkutan merupakan salah satu indikator utama

untuk mengukur penguasaan pelaku usaha atas produk tertentu. Perbedaan definisi

pasar bersangkutan yang terjadi di kawasan ASEAN tentu akan menyulitkan

komisi pengawas persaingan di suatu negara untuk menilai secara tepat apakah

pelaku usaha tersebut dapat dikatakan memiliki posisi dominan atau tidak atas

suatu produk tertentu.

Harmonisasi terkait dengan pendefinisian pasar bersangkutan diantara

negara-negara anggota ASEAN ini dapat dilakukan dengan membuat suatu

definisi yang seragam mengenai pasar bersangkutan beserta aspek-aspek penilaian

didalamnya yang nantinya berlaku bagi seluruh negara di kawasan ASEAN.

Keseragaman definisi mengenai pasar bersangkutan ini penting agar suatu komisi

persaingan usaha di negara ASEAN dapat melakukan pembatasan dan penilaian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 36: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

91

  

yang akurat dan tepat terkait dengan dominasi pelaku usaha di pasar yang terdapat

di kawasan ASEAN.

b. Pangsa pasar

Faktor lain yang penting dalam menentukan posisi dominan palaku usaha

adalah penguasaan pangsa pasar oleh pelaku usaha. Berdasarkan uraian yang telah

dijelaskan sebelumnya, terdapat perbedaan diantara negara-negara anggota

ASEAN terkait dengan jumlah presentase pangsa pasar yang diperlukan bagi

pelaku usaha untuk dapat dikatakan memiliki posisi dominan. Perbedaan terkait

dengan jumlah presentase pangsa pasar tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan

struktur pasar yang dimiliki masing-masing negara. Selain terdapat perbedaan

mengenai jumlah presentase penguasaan pangsa pasar masalah lain juga terlihat

dengan masih adanya negara yang tidak menetapkan secara spesifik nilai

presentase penguasaan pangsa pasar berlaku di negaranya.

Harmonisasi yang dapat dilakukan terkait dengan presentase penguasaan

pangsa pasar ini adalah perlu adanya keseragaman terkait dengan kriteria yang

digunakan oleh suatu negara dalam menentukan jumlah presentase pangsa pasar

bagi pelaku usaha dominan. Hal ini dikarenakan struktur pasar yang berbeda di

setiap negara turut mempengaruhi perbedaan nilai presentase penguasaan pasar

yang berlaku di suatu negara. Selain itu perlu adanya suatu pengaturan yang

spesifik mengenai nilai presentase penguasaan pangsa pasar bagi negara yang

belum mencantumkannya secara rinci di pengaturan posisi dominan yang berlaku

di negaranya. Hal ini diperlukan untuk memudahkan komisi pengawas persaingan

usaha untuk menilai dominasi suatu pelaku usaha pada pasar.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 37: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

92

  

c. Bentuk penyalahgunaan

Belum adanya harmonisasi terkait dengan bentuk penyalahgunaan apa

sajakah yang dilarang dalam AEC tentu akan menimbulkan masalah terkait

dengan lemahnya penegakan hukum terkait penyalahgunaan posisi dominan.

Dalam prakteknya bisa saja suatu bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang

dilarang di suatu negara tidak dilarang di negara ASEAN lainnya. Hal ini tentu

akan menimbulkan celah bagi pelaku usaha asing yang memiliki posisi dominan

untuk dapat melakukan penyalahgunaan yang nantinya berdampak negatif

terhadap pasar domestik di suatu negara di kawasan ASEAN.

Harmonisasi yang dapat dilakukan negara-negara di ASEAN terkait hal ini

adalah dengan menetapkan bentuk-bentuk penyalahgunaan apa saja yang dilarang

bagi pelaku usaha dominan di kawasan ASEAN. Hal ini penting agar ada suatu

aturan main yang jelas bagi pelaku usaha di kawasan ASEAN mengenai apa saja

tindakan penyalahgunaan yang dilarang bagi pemegang posisi dominan.

d. Jenis pendekatan yang digunakan

Sebagaimana yang diketahui terdapat dua pendekatan yang digunakan

dalam hukum persaingan usaha yaitu per se illegal dan rule of reason. Dalam

pengaturan mengenai posisi dominan yang ada di ASEAN masih terdapat

perbedaan mengenai jenis pendekatan yang digunakan dalam menerapkan pasal

terkait dengan penyalahgunaan posisi dominan.

Perbedaan jenis pendekatan yang digunakan ini tentu berpotensi

menimbulkan permasalahan bagi komisi pengawas persaingan di suatu negara

untuk menerapkan pasal mengenai penyalahgunaan posisi dominan. Perbedaan ini

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 38: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

93

  

akan menimbulkan ketidakpastian karena berbeda jenis pendekatan maka berbeda

pula dampak yang diakibatkan bagi pelaku usaha, apabila negara tersebut

menggunakan pendekatan per se illegal maka setiap tindakan pelaku usaha yang

dilarang oleh undang-undang akan selalu dianggap melanggar hukum. Berbeda

jika negara tersebut menggunakan pendekatan rule of reason, maka tindakan yang

dilakukan pelaku usaha yang dilarang oleh undang-undang tidak serta merta

dianggap suatu pelangggaran melainkan terlebih dahulu dilakukan analisa apakah

tindakan tersebut membawa dampak negatif terhadap persaingan di pasar tersebut

atau tidak.

Jenis pendekatan yang sebaiknya digunakan dalam menerapkan ketentuan

posisi dominan dalam AEC adalah pendekatan rule of reason, hal ini mengingat

bahwa pada dasarnya dalam hukum persaingan usaha memegang posisi dominan

tidaklah dilarang.

Tujuan dari setiap pelaku usaha adalah agar dapat menjadi lebih unggul dari

pelaku usaha lainnya di pasar bersangkutan sehingga untuk mencapai posisi

tersebut pelaku usaha melakukan inovasi serta efisiensi agar mampu

menghasilkan produk yang kompetitif dan berkualitas sehingga lebih diminati

konsumen. Sehingga dapat dikatakan memiliki posisi dominan merupakan

prestasi tersendiri bagi pelaku usaha.

Berdasarkan kondisi ini maka kepemilikan posisi dominan tidak seharusnya

dilarang, yang dilarang adalah penyalahgunaannya yang dapat menimbulkan

praktek persaingan tidak sehat di suatu pasar, sehingga dapat disimpulkan

pendekatan yang seharusnya digunakan dalam ketentuan posisi dominan adalah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY

Page 39: BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG …repository.unair.ac.id/13755/13/13. Bab 3.pdf · lima pelaku usaha yang berasal dari negara-negara di ASEAN yaitu perusahaan A (Singapura),

94

  

pendekatan rule of reason agar tidak membatasi pertumbuhan pelaku usaha yang

efisien, inovatif dan kompetitif di suatu pasar bersangkutan.118

Selain pembentukan aturan yang seragam mengenai hal-hal yang mendasar

dalam penetapan posisi dominan, hal yang penting yang perlu dilakukan oleh

negara-negara anggota ASEAN adalah menyepakati tentang kekuatan keberlakuan

dari kebijakan yang dibentuk secara bersama ini, hal ini untuk menghindari

adanya pergesekan antara hukum yang dibuat secara bersama oleh negara-negara

anggota ASEAN dengan hukum nasional masing-masing negara yang mereka

miliki. Selain itu hal ini juga diperlukan untuk memberikan suatu code of conduct

yang jelas bagi komisi pengawas persaingan usaha di masing-masing negara

dalam melakukan pengawasan serta penindakan terhadap pelanggaran yang

dilakukan oleh pelaku usaha di kawasan ASEAN terhadap aturan bersama

tersebut.

 

                                                            118Andi Fahmi Lubis et al., Op.Cit., h.170.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

DINDA RAMADHANY