Upload
ngokien
View
247
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
43
BAB III
HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM IBRAHIM
DAN MEDIA DAKWAHNYA
3.1 Mengenal Syekh Maulana Makdum Ibrahim
Sunan Bonang atau Raden Makdum Ibrahim adalah putra Sunan
Ampel. Ia adalah cucu Maulana Malik Ibrahim.1 Raden Ali Rahmat alias
Sunan Ampel diambil menantu oleh Prabu Brawijaya di nikahkan dengan
putrinya bernama Condrowulan atau Condrowati atau sering disebut dengan
panggilan Nyai Ageng Manila.2 Dari perkawinann Sunan Ampel dengan Dyah
Siti Manila Binti Arya Teja, lahirlah tiga orang putra, seorang laki-laki yaitu
Sunan Bonang dan dua orang putri yaitu Nyigede Malaka dan Nyi Geding
Pancuran.3
Tak ada catatan mengenai tanggal kelahiran Raden Makdum. Menurut
perhitungan Schrieke, kelahirannya tidak bisa lebih awal di tahun 1465 M.
Selanjutnya di tetapkan bahwa kelahiran beliau memang tidak bisa lebih awal
dari tahun tersebut. Karena akan menimbulkan pertanyaan terutama bila
memang benar bahwa Makdum Ibrahim adalah Sunan Bonang. Tidak
mungkin ia sudah dapat berguru kepada Sunan Ampel, yang menurut Dr.
Hoesen telah wafat pada tahun 1467 M. Seperti diketahui melalui tahun
kelahirannya, pada waktu Sunan Ampel wafat Sunan Bonang baru berusia 2
tahun, lagi pula, beliau mula-mula menginjakkan kaki untuk kemudian
1 . Drs.H.Ridin Sofyan,Drs.H. Wasit,Drs.H.Mundiri, Islamisasi Di Jawa, Pustaka Pelajar,
Yogya, 2000, hlm.73 2 .Baidlowi Syamsuri, Kisah Walisongo, Apollo, Surabaya,1995,hlm.76 3 .Widji Saksono, MengIslamkan Tanah Jawa, Mizan, Bandung,1995,hlm.29
44
menetap dan menjadi imam bagi masyarakat Tuban tidak lebih awal dari
tahun antara 1475-1500 M. Apa lagi kita memperhatikan berita babad-babad,
beliau masih hidup beberapa lama sejak kejatuhan majapahit pada 1478 M.
oleh karena itu, dapat ditentukan bahwa Sunan Bonang wafat sekitar tahun
1525 M.4
Agar lebih jelas dapat kita lihat dalam skema silsilah dibawah ini :5
Skema 1
Arya Panenggungan
Arya Baribin Ki Ageng Tarub Arya Teja
R. Jakandar+Nawangsasi Nawangarum+Wilatikta
S. Kalijaga+adik S.Gng.Jati
S. Muria +adik S. Kudus
Maduretno+sepupu S.Ampel
S.Ampel+Candrawati
S.Ngudung+adik S.Kalijaga Hirah+S.Bonang
S.Gng.Jati+adik Hirah
Sufiyah + Sunan Drajat
S.Kudus+Ruhil
`
4 .Ibid, hlm, 29-30 5 . Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta, 2004, hlm.20-21
45
Skema 2
Maulana Jumadil Kubro
Maulana Ishaq Maulana Malik Ibrahim
S.Kalijaga+Sarah S.G.Jati S.Ampel R.Pandita
S.Giri+Murtasiyah S.Drajat
S. Bonang Syariah + Usman
S.Ngudung
Ruhil + S.Kudus
S.Muria + Sujinah
Sunan Bonang merupakan wali berdarah bangsawan walaupun nenek
moyang Sunan Bonang berasal dari timur tengah tetapi ibunya keluarga
bangsawan Jawa dan beliau lahir di Jawa, sehingga Sunan Bonang sudah
dianggap sebagai orang Jawa.
Semasa kecil, Sunan Bonang digembleng langsung oleh ayahnya,
Sunan Ampel dengan disiplin ketat. Sunan Ampel kemudian mengirim Sunan
Bonang kenegeri Pasai. Disana Sunan Bonang menuntut ilmu kepada Syekh
Awalul Islam , ayah kandung Raden Paku alias Sunan Giri. Bersama Raden
Paku, ia juga belajar kepada sejumlah ulama besar yang menetap dan
mengajar di Pasai, diantaranya adalah ulama ahli tasawuf dari Bagdad, Mesir
46
dan Iran. Setelah satu tahun belajar di Pasai mereka berdua (Syekh Makdum
dan Raden Paku) di suruh kembali ke Jawa tidak jadi ke Makkah dengan
alasan tenaganya sedang dibutuhkan untuk gerakan penyebaran Islam di Jawa.
Mereka di hadiahi pusaka, pakaian dan benda keramat yang patut bagi
perlengkapan seorang pendeta, sembari di beri gelar Prabu Satmata untuk
Raden Paku dan Anyokrowati untuk Makdum Ibrahim. Sampai di Jawa Raden
Paku mendirikan pesantren di Giri (Gresik) dan Makdum Ibrahim di Bonang
Tuban.6
Ada sumber lain yang mengatakan bahwa dari Pasai Raden Makdum
Ibrahim meneruskan perjalanan ke Makkah dan setelah menunaikan ibadah
haji tinggal disana untuk menambah ilmu agama Islam selama beberapa bulan.
Nampaknya berita ini benar, karena dalam tulisan Gunning dan Dr. Schrieke
disebutkan bahwa Sunan Bonang menguasai bahasa arab dengan baik, malah
ada kesan bahwa dibeberapa publikasinya, Sunan Bonang seolah-olah ingin
mendemonstrasikan bahwa dirinya memang menguasi betul bahasa arab.7
Setelah berjuang menyebarluaskan agama Islam tanpa kenal lelah
akhirnya Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi di pulau Bawean dan
dimakamkan di Tuban. Makam Sunan Bonang berada di belakang Masjid
Agung Tuban, terletak dipusat kota Tuban yang ditandai dengan tugu nol
6 . Aries Kelana, Sitombo Ati Dari Tuban, Gatra No.05-06, Kamis, 13 Desember 2001, edisi
khusus lebaran. http.//www.gatra.com/artikel.php?-23&10=23513 7 .MB.Rahimsah, Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo, Amanah, Surabaya, 2002, hlm,
69
47
kilometer untuk kota Tuban. Tepatnya terletak di Dukuh Kauman, Kelurahan
Kutorejo Kecamatan Kota Tuban.8
3.2. Kondisi Masyarakat Masa Syekh Maulana Makdum Ibrahim
Syekh Maulana Makdum Ibrahim setelah belajar di pesantren Ampel
Denta dan Pasai, kemudian beliau di tugaskan untuk berdakwah di daerah
Tuban. Mengingat keadaan geografisnya memberi kesan bahwa mata
pencaharian orang Tuban adalah bertani, berternak dan menangkap ikan di
laut. Hasilnya adalah beras, ternak, dendeng, ikan kering dan ikan asin yang
dapat di jual, baik di daerah pedalaman maupun kepada kapal-kapal dagang
yang berlabuh untuk menambah persediaan makanannya. Orang Tuban yang
asal mulanya mungkin nelayan, juga melakukan pembajakan dengan perahu-
perahu kecil kepada kapal dagang yang muatannya berharga (rempah-
rempah) yang sejak dahulu mengarungi laut Jawa dari dan ke kota-kota
dagang besar, seperti Gresik dan Surabaya, dijadikan sasaran mereka.9
Tuban juga merupakan jalan yang mudah ditempuh dengan
kendaraan menuju selatan, lewat pegunungan pantai terus ke Babad. Dan
Tuban merupakan pintu gerbang bagi daerah hulu sungai-sungai besar di
Jawa Timur, seperti Bengawan Solo dan Brantas. Yang pasti kedua sungai
besar ini yang menghubungkan timur, barat dan selatan, benar-benar sangat
penting dalam sejarah politik dan peradaban di Jawa Timur.10
8 . Sunan Bonang Internet.H.J.Degraaf & Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa,
Grafiti, Jakarta, 2003,hlm.148 9 . H.J.Degraaf & Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, Grafiti, Jakarta,
2003,hlm.148Ibid,hlm,149 10 . Ibid,hlm,149
48
Tuban memiliki pelabuhan yang penting, meskipun kapal dagang
yang agak besar terpaksa membuang sauh di laut yang cukup jauh dari kota.
Para dagang muslim yang tersebar di pantai utara menjadikan Bandar-
bandar di pesisir utara Jawa sebagai kawasan yang makmur. Bandar-bandar
sepanjang pantai utara Jawa itu mula-mula merupakan pangkalan-
pangkalan, di situ pelaut-pelaut tersebut membeli bekal dan air untuk
perjalanan yang berminggu dan berbulan-bulan dengan perahu layar.11
Sebagai kota pelabuhan, Tuban berpotensi menciptakan kontak sosial
dengan daerah lain maupun bangsa asing dan hal ini tentunya menyediakan
ruang sosial untuk perubahan dan pembaharuan.
Di Jawa penyebaran agama Islam di hadapkan kepada dua jenis
lingkungan budaya kejawen yaitu lingkungan budaya istana (Majapahit)
yang telah menyerap unsur-unsur Hinduisme dan Budaya pedesaan (wong
cilik) yang masih hidup dalam bayang-bayang Animisme-Dinamisme, dan
hanya lapisan luarnya saja yang terpengaruh oleh Hinduisme. Dari
perjalanan sejarah proses Islamisasi di Jawa, tampak bahwa Islam sulit di
terima di lingkungan istana. Karena itu, para penyebar agama Islam
kemudian lebih menekankan kegiatan dakwahnya di lingkungan masyarakat
pedesaan, khususnya di daerah pesisir pulau Jawa. Ternyata di daerah-
daerah pesisir ini Islam di terima dengan penuh kegairahan oleh
masyarakat.12
11 . Drs.H.Ridin Sofyan,et.alls , Op Cit, hlm 235. 12 . Prof. Dr. Simuh, Islam Dan Pergumulan Budaya Jawa, Teraju, Jakarta, 2003, hlm, 66
49
Di Tuban Islam diperkirakan masuk ke wilayah ini semenjak abad ke
15 atau tepatnya paruh kedua abad ke 15 M. Dan pada masa itu Bupati Aria
Dikara (1421 M) telah masuk Islam. Demikian pula bupati Aria Teja (1460
M) telah memeluk Islam. Aria Teja oleh Syaikh Abdurrahman adalah garis
menantu dari cibat bupati Ronggolawe, bupati Tuban yang terbunuh di masa
pemerintahan Jayanegara. Syaikh Abdurrahman atau Aria Teja adalah suami
dari Raden Ayu Aria Teja Puteri Bupati Tuban, Raden Aria Dikara (Bupati
ke-6) jadi pada masa akhir pemerintahan kerajaan Majapahit telah ada bupati
Tuban yang memeluk agama Islam.13
Pada masa Sunan Bonang Tuban dan sekitarnya masih berada di
bawah kekuasaan kerajaan Majapahit, yang sebagian besar dan resmi
beragama Hindu. Kebetulan para penganut Hindu ketika itu sangat akrab
dengan musik gamelan. Perkembangan musik di Indonesia sarat dengan
aktivitas keagamaan. Oleh karena musik di anggap sebagai salah satu
komponen penting dalam upacara keagamaan, dimainkan untuk mencapai
emosi keagamaan.14
Agama Hindhu, Budha dan kepercayaan lain telah berkembang lebih
dulu dibanding agama Islam. Agama Hindu dan Budha dipeluk oleh para
elite kerajaan sedangkan kepercayaan asli yang bertumpu pada Animisme di
peluk oleh kalangan awam. Kendati ketiganya berbeda, tetapi semuanya
bertumpu pada satu titik. Semua kental dengan nuansa mistis dan berusaha
13 . Dr. Nur Syaim, Islam Pesisir, LKIS, Yogyakarta, 2005, hlm, 102 14 . Pieter Eduard Johanes Ferdinandus, Alat Musik Jawa Kuno, Mahardhika, Yogya, 2001,
hlm.5
50
mencari sangkan paraning dumadi serta mendambakan Manunggaling
kawula Gusti. Paham mistis heterodoks dan pantheistis, telah mendapat
tempat yang penting pada abad 15 dan abad 16 M.15 Maka pada masa ini
yang lebih berkembang adalah segi pemikiran dari filsafat tasawuf dengan
segala aspek negatifnya. Karena itu Islam yang ada di bumi Jawa pada
waktu itu adalah Islam yang berbau mistis.16
Pada abad 15 M pengaruh tasawuf pada masyarakat menengah
muslim sangat mendalam dalam bidang keagamaan, keilmuan dan sastra.
Tidak mengherankan bila tasawuf berkembang di kepulauan Nusantara.
Sebab sejak abad ke 12 M, peranan ulama tasawuf memang sangat dominan
di dunia Islam. Hal ini antara lain di sebabkan pengaruh pemikiran
keagamaan Madzab Ahli Sunnah Wal Jamaah menyusul penerimaan
tasawuf di kalangan masyarakat menengah.17
3.3. Sepak Terjang Dakwah Syekh Maulana Makdum Ibrahim
Syekh Maulana Makdum Ibrahim berdakwah di daerah Tuban, Pati,
Pulau Madura dan Pulau Bawean di utara pulau Jawa.18Pada abad 15 dan 16
beliau dikenal bukan hanya sebagai penyebar Islam saja, tetapi beliau
merupakan juru dakwah yang gigih dan produktif, beliau juga sebagai perintis
dan pelopor berbagai kegiatan kreatif seni dan kebudayaan. Banyak khazanah
budaya lokal berhasil ditransformasikan menjadi ekspresi baru, melalui cara-
15 .Dr.Purwadi M.Hum, Ilmu Makrifat Sunan Bonang, Sadasiva, Yogyakarta, 2004, hlm.65-
66 16 . Ibid,hlm.67 17 . Abdul Hadi W.M. Keberadaan Tasawuf Relevansinya di Nusantara, 18 . Prof.Dr.Hasanu Simon, Misteri Syekh siti Jenar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2005,
hlm,224
51
cara yang halus, misalnya dengan mengubah wawasan estetiknya dan
memasukkan pandangan dunia (world view) serta ajaran Islam ke dalam
sistem nilai yang bertentangan dengan agama Islam.
Di bidang pendidikan Syekh Maulana Makdum Ibrahim mendirikan
pondok pesantren di daerah Bonang di Lasem yang sampai kini dikenal
dengan nama Watu Layar, yang digunakan untuk mendidik serta
menggembleng kader-kader Islam yang akan ikut menyiarkan agama Islam ke
seluruh tanah Jawa
Dalam melaksanakan dakwahnya Syekh Maulana Makdum Ibrahim
juga memasukkan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan dari keraton
Majapahit, serta mempergunakan Demak sebagai tempat berkumpul bagi para
murid-muridnya. Sunan Bonang perjuangannya diarahkan kepada
menanamkan pengaruh ke dalam. Siasat Sunan Bonang adalah memberikan
didikan Islam kepada Raden Fattah putera dari Brawijaya V dari kerajaan
Majapahit, dan menyediakan Demak sebagai tempat untuk mendirikan negara
Islam. Dan Sunan Bonang rupanya berhasil dengan cita-citanya untuk
mendirikan kerajaan Islam Demak. Dari sini Syekh Maulana Makdum Ibrahim
berharap agar supaya Demak dapat menjadi pusat agama Islam untuk selama-
lamanya.19
Syekh Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang sangat besar
peranannya dalam pendirian kerajaan Islam Demak. Beliau adalah pemimpin
tertinggi bala tentara Demak, mengatur segala strategi peperangan beliau yang
19 . www.Pesantren.Net./Sejarah?Wali-20001114003536-Bon.shtm/”Walisongo” – Sunan
Bonang.
52
menentukan Sunan Ngudung sebagai panglima tentara Islam dan setelah
gugur dalam petempuran beliau yang mengangkat Sunan Kudus sebagai
penggantinya. Nasihat yang berharga diberikan pula kepada Sunan Kudus
tentang strategi perang menghadapi Majapahit.20
Sunan Bonang di pandang adil dalam membuat keputusan yang
memuaskan, melalui sidang-sidang pengadilan yang di pimpinnya. Ada tiga
persidangan besar yang dilaksanakan oleh para wali, yakni pengangkatan
Raden Fattah menjadi raja Demak yang pertama. Pendirian masjid Demak,
serta persidangan terhadap Siti Jenar. Ketiga peristiwa besar itu beliaulah yang
memimpinnya.21
Sunan Bonang juga menjadi pemimpin atau tetua diantara Walisongo
atau masyarakat muslim mendampingi Sunan Giri. Sunan Bonang
berkedudukan sebagai raja ilmu keagamaan. Dalam kedudukan tersebut Sunan
Bonang bergelar prabu Harya Krakusuma. Boleh jadi, kedudukan panatagama
sederajat dengan kedudukan mufti. Petunjuk untuk berkesimpulan kearah ini
ialah berita bahwa setelah pendirian masjid Demak selesai, maka Sunan
Bonanglah yang bertindak sebagai imam dan Sunan Kalijaga sebagai
muazin.22
Diantara wali yang prolifik dalam hal penulisan sastra bernapas Islam
Ialah Makdum Ibrahim. Beliau menulis puisi bercorak tasawuf yang lazim di
sebut suluk. Karya tulis yang dihasilkannya merupakan ajaran jalan
kerohanian menuju pemahaman mendalam terhadap keesaan Tuhan (tawhid).
20 . Drs.H.Ridin Sofyan,Drs.H.Wasit,Drs.H.Mundiri,Op.Cit.hlm.73 21. Ibid,hlm.74 22 . Widji Saksono.Op.Cit.hlm.100
53
Pemahaman atau pengenalan yang mendalam terhadap keesaan itu disebut
ma’rifat.
Syekh Maulana Makdum Ibrahim ikut andil dalam perkembangan seni
tradisional Jawa yaitu wayang. Beliau juga menggunakan wayang dalam
aktifitas dakwahnya. Beberapa lakon carangan pewayangan yang bernafas
Islam juga di gubah oleh Sunan Bonang bersama Sunan Kalijaga di antaranya
Petruk jadi raja dan Layang Kalimasada.23 Sunan Bonang juga membuat detail
dan bagian seperti hutan dengan aneka margasatwa, juga membuat prampogan
yang melambangkan makhluk Tuhan.24 Wayang kanan dan kiri merupakan
lambang makhluk Tuhan kekuasaan makhluk Tuhan seperti halnya kekuasaan
dalang terhadap wayang. Untuk memahami hubungan antara Tuhan dengan
makhluknya, di perlukan alat berupa cermin. Dalam hal ini yang menjadi
cermin adalah Kresna.25
Syekh Maulana Makdum Ibrahim sebagai keturunan bangsawan sangat
pandai memainkan alat musik salah satunya adalah bonang. Dan hal itu di
jadikan alat dalam aktifitas dakwahnya dengan memukul beberapa bonang
dengan nada yang berbeda dan menyanyikan syair dan pantun masyarakat
sekeliling yang mendengarnya tertarik dan datanglah mereka ke masjid di
mana Syekh Maulana Makdum Ibrahim membunyikan alat musik bonang, di
depan masjid di buat kolam sehingga setiap pengunjung yang datang sudah
dengan sendirinya mereka membersihkan kakinya.26Tanpa sengaja merekapun
23 . Dr.Abdul Hadi.W.M,Op.Cit,Sunan Bonang dan Peranan Sufistiknya 24 . Widji Saksono, hlm.149 25 . Dr.Purwadi M.Hum.Op.Cit.151 26 . Drs.Purwadi.M.Hum.Jalan Cinta Syekh Siti Jenar,Diva Press, Yogyakarta,2004,hlm.174
54
ikut-ikutan menirukan syair lagu yang berisi berbagai ajaran agama. Karena
kekuatan suaranya itu pula Sunan Bonang juga mendapat julukan lain; Sang
Mahamuni. Tembang itu berisi ajaran Islam sehingga tanpa sengaja mereka
telah di beri penghayatan baru.
Tembang Tombo Ati adalah salah satu karya Sunan Bonang yang
sampai sekarang masih sering kita dengar dan dijadikan puji-pujian di
kalangan santri dan masjid-masjid, dengan nama Singiran Tombo Ati. Syair itu
berbnyi :
Tombo Ati Tombo ati, iku limo sakwernane Kaping pisan, moco Qur’an angen-angen sak maknane Kaping pindho, salat wengi lakonono Kaping telu, wongkang saleh kumpulono Kaping papat, weteng iro ingkang luwe Kaping limo, zikir wengi ingkang suwe Salah sawijine sopo biso ngelakoni Insya allah taala ngijabahi. Terjemahan ; Obat Hati Obat hati ada lima macamnya Pertama, membaca Al-Quran dengan memahami maknanya Kedua, salat malam lakukanlah Ketiga, orang saleh dekatilah Keempat, perut harus tahan lapar Kelima, zikir malam yang lama Barang siapa bisa melakukannya itu semua Maka Allah mengabulkan do’anya.
55
Menurut tembang ini ada lima macam “penawar hati” atau pengobat
jiwa yang sakit. Yakni membaca Al-Qur’an, mengerjakan shalat tahajud,
berusaha dekat dengan orang saleh, berzikir dan hidup prihatin.27
Makin lama, sejumlah penduduk setempat semakin penasaran, kenapa
bunyi bonang dan syair begitu serasi sehingga enak di nikmat. Oleh sebab itu,
di antara mereka tidak lagi sekedar ingin menikmati, tetapi juga ingin belajar
sehingga bisa melakukan seperti apa yang di lakukan Raden Makdum
Ibrahim.
Karena merasakan banyak manfaat ajaran Sunan lewat syair-syairnya,
penduduk akhirnya mengikuti apapun yang dikatakan dan di lakukan wali
Allah itu. oleh sebab itu, begitu dengan halus dan santun di katakan apa yang
mereka lakukan itu sebenarnya ajaran Islam mereka pun tidak keberatan,
warga yang sebelumnya menganut ajaran Hindu dan berbagai jenis
kepercayaan akhirnya secara sukarela mengubah keyakinan.
Demikianlah kebijaksanaan Raden Makdum Ibrahim dalam
melaksanakan dakwahnya. Dari sedikit ke sedikit menjadi rakyat untuk
bersimpati sehingga tanpa terasa oleh mereka mempelajari Islam melalui
kesenian sendiri.
Pengaruh dan kharisma Sunan Bonang yang makin lama makin luas
dan bagai tak bisa di bendung lagi membuat sekelompok orang yang
kehilangan pengaruh dan simpati masyarakat iri dan dengki. Bahkan karena
tidak tahu harus berbuat apa, mereka pun akhirnya berencana mempengaruhi
27 . Dr. Purwadi M.Hum, Op.Cit, hlm 84
56
penduduk untuk meninggalkan agama barunya. Namun usaha tersebut hampir
tidak membuahkan hasil sama sekali.
Oleh sebab itu, mereka pun berusaha menyingkirkan sang wali dari
tanah Tuban. Saat sedang asyik membunyikan bonang dan menyanyikan syair
sejumlah orang-orang jahat pimpinan Kebondanu berusaha mendekat dan
mengusirnya. Bahkan diantara mereka ada yang berniat menghabisi nyawanya
dengan golok dan keris terhunus. Anehnya Raden Makdum Ibrahim sama
sekali tidak bergeming. Dia tetap saja asyik dengan dakwah model itu.
Dengan menggunakan tembang dan gendhing dhurma dan macapat. Gendhing
dhurma, konon apabila di dengar orang dapat menghanyutkan jiwa dan
membawanya ke alam meditasi (tafakur).28
Tembang dhurma ini menggambarkan tentang pendidikan untuk
mengekang hawa nafsu yang buruk. Kawanan penjahat yang akan
melaksanakan niat jahatnya makin lama terhanyut kealam kerohanian dan
makin tidak kuat mendengarkan lantunan lagu maupun suara bonang yang di
tabuh. Jangankan mengusir apa lagi membunuh, berjalan saja mereka tidak
mampu. Tubuh mereka bergetar hingga akhirnya ambruk. Mereka baru bisa
bangkit kembali ketika bunyi bonang di hentikan lalu dengan terbata-bata
mereka meminta maaf. Ketika menayakan apakah orang seperti mereka di
ampuni Tuhan, di jawab iya dengan catatan bertobat, setelah menyatakan
keinginan bertobat di hadapan Sunan Bonang, Kebondanu dan anak buahnya
baru dapat menggerakan kembali anggota tubuhnya. Karena mengakui
28 . Dr.Thomas Wiyasa Bratawijaya, Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa, PT.Pradya
Paramita, Jakarta,Cet.I th.1997,hlm 14-15
57
kehebatan Sunan Bonang, maka seluruh rombongan penjahat tersebut masuk
Islam. Kebondanu dan anak buahnya itu lalu mengikuti Sunan Bonang
kemudian menjadi murid untuk berguru Islam di Pesantren Bonang. Tuban.
3.4. Media Dakwah Syekh Maulana Makdum Ibrahim
Melalui jalur agama Hindu-Budha terjadi transfer budaya antara
Indonesia dengan India. Baik yang dibawa oleh orang India maupun yang
sudah ada di dalam penduduk lokal. Poses akulturasi itu terjadi pada semua
unsur (isi kebudayaan berupa bahasa, teknologi, organisasi, sosial, sistem
pengetahuan, agama dan kesenian) yang disesuaikan dengan keperluan
kehidupan manusia Indonesia sendiri. Maka dari pada itu, Syekh Maulana
Makdum Ibrahim melakukan pra survei terlebih dahulu sebelum melakukan
kegiatan dakwahnya. Sebab itu beliaupun mencari alternatif media yang
akan digunakan dan kiranya sesuai dengan zamannya.
Ada beberapa bidang yang digunakan sebagai media oleh Syekh
Maulana Makdum Ibrahim untuk menjalankan dakwahnya, antara lain :
3.41 Media Pendidikan
Para wali mempunyai peranan ganda yakni sebagai mubaligh
(guru) dan sebagai pemimpin masyarakat pendamping raja. Sebagai
mubaligh parawali mengajar dan menanamkan akidah Islam kepada
masyarakat dan para pembesar kerajaan. Dan sebagai pemimpin
58
masyarakat “pendamping raja”, mereka mendapat gelar sunan atau
susuhunan.29
Disamping membangun ekonomi dan keamanan masyarakat
serta mendekati para pemuka kerajaan, para wali selalu membuat
pesantren untuk mendidik para murid yang baru masuk Islam.
Khususnya Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Bonang telah berhasil
membangun pesantren yang di datangi oleh murid dari seluruh penjuru
Nusantara.
Ketenaran Sunan Bonang sebanding dengan Sunan Giri,
pesantrennya banyak diminati oleh murid-murid dari berbagai penjuru
Nusantara. Disamping mereka yang datang dari Jawa dan Sumatera
banyak pula santri dari Madura, Ternate, Ambon, Maluku, Sulawesi,
Sumbawa hingga Kalimantan.
Dalam lingkungan pesantren disediakan pengajaran dan
pendidikan bagi masyarakat umum yang ingin belajar takhasus
(mengkaji secara intens dan khusus) masalah fiqh dan syari’at. Untuk
menjadi pesertanya, tidak diajukan persyaratan tertentu karena
memang dibuka untuk umum yang memang berminat.30
Pondok-pondok pesantren yang tumbuh di lingkungan
komunitas muslim di Jawa Timur pada masa peralihan bisa di pastikan
mengikuti tradisi keresian atau kedewaguruan sebagai lembaga
pendidikan agama. Sistem pendidikan agama dalam bentuk mandala
29 . Mengasihi Fakir Miskin dan Anak Yatim,Jum ‘at,09 Januari 2004. http://www.Republika.co.id/suplemen/cetak-detail.asp?mid=s&id=15005
30 . Dr.Purwadi.M.Hum.Op.Cit.hlm.72
59
yang tersebar di pelosok-pelosok desa itu telah dimanfaatkan oleh para
wali untuk di jadikan contoh komunitas pondok pesantren yang
mereka dirikan pada abad ke 15 dan abad ke 16 M.31
Hal ini merupakan salah satu langkah persuasif-edukatif dalam
proses pengembangan dakwah Islam terhadap masyarakat setempat
agar tidak terjadi suatu kejutan dalam menerima nilai-nilai Islam.
Bentuk Islamisasi yang lain dalam hal pendidikan dapat di lihat
dari adanya kemiripan dalam kedewaguruan yang juga terdapat dalam
pesantren, misalnya pengelompokan siswa berdasarkan kualitas
pengetahuan dan penghayatannya dalam pengetahuan agama serta
hubungan istilah cantrik dengan santri.
Dari media pendidikan (pesantren) di harapkan dapat
membentuk kader-kader yang siap meneruskan penyebaran Islam ke
seluruh penjuru wilayah atau daerah yang kosong dari pengaruh Islam,
Sunan Bonang pun berhasil mendidik banyak kader terkenal. Dua atau
tiga murid Sunan Ampel yang kemudian menjadi manantunya juga
menjadi kader terkenal yaitu Sunan Giri, Raden Fattah dan Sunan
Kalijogo.32
3.4.2 Media Politik
Para wali yang juga berperan sebagai pemimpin masyarakat
pendamping raja yang mendapat gelar sunan atau susuhunan. Para wali
mendapat tempat yang mulia dan penghargaan yang tinggi di hati
31 . Ibid. hlm.77 32. Dr.Hasanu Simon.Op.Cit.hlm.131
60
rakyat. Gelar-gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka
seperti Sunan, panembahan, pangeran, sang yogi, Syekh, maulana,
kanjeng dan sebagainya. Gelar itu biasa di gunakan oleh orang Jawa
sebagai sebutan raja-raja atau penguasa.33 Hal ini menunjukan secara
tidak langsung jelas tidak lepas dari gerakan politik.
Dan dalam proses perubahan sosial, para wali memegang
kepemimpinan yang sifatnya kharismatik. Di satu pihak peran atau
wewenang sebagai penguasa politik dapat membentuk kekuasaan
formal. Di pihak lain, terlepas dari perlembagaan politik atau tidak
mereka memilki kekuasaan sosial keagamaan yang kuat.34
Syekh Maulana Makdum Ibrahim berperan dalam pengusulan
untuk membuat persyaratan bagi raja-raja yang akan diangkat guna
memerintah tanah Jawa, serta menetapkan baju kotang kulit kambing
yang oleh Sunan Bonang di berinama Kyai Gondil sebagai baju para
raja Jawa yang harus dikenakan ketika di lantik dan ketika hendak
berperang .35
3.4.3 Media Budaya
Sunan Bonang bersama wali lain, terutama murid dan sahabat
karibnya Sunan Kalijaga sibuk memberi warna lokal pada upacara-
upacara keagamaan Islam seperti Idul Fitri, perayaan Maulid Nabi,
Peringatan tahun baru Islam (1Muharram atau 1 Asyura) dan lain-lain.
33 . Dr.Purwadi,M.Hum,Op.Cit.62 34 . Ibid, hlm.49 35 . Drs.H.Ridin Sofyan,et,all. Op.Cit.hlm.74
61
Dengan memberi warna lokal maka upacara-upacara itu tidak asing
dan akrab bagi masyarakat Jawa. Menurut Sunan Bonang dakwah
melalui aktifitas budaya merupakan senjata yang ampuh untuk menarik
penduduk Jawa memeluk agama Islam. Dengan memasukan nilai-nilai
Islam ke dalam budaya, syiar Islam pun akan mulus dan ajaran Islam
mudah di resapi. Toh menurut Sunan Bonang, kebudayaan Islam tidak
mesti kearab-araban. Menutupi aurat tidak mesti memakai baju arab,
tetapi cukup dengan memakai kebaya dan kerudung. Di antara upacara
keagamaan yang diberi bungkus budaya Jawa yang sampai kini masih
di selenggarakan ialah upacara sekaten dan Grebeg Maulid.36
Sunan Bonang juga ahli di bidang geologi, di praktekan dengan
menggali banyak sumber air dan sumur untuk perbekalan air penduduk
dan untuk irigasi pertanian lahan kering. Sunan Bonang juga
mengajarkan cara membuat terasi, karena di Bonang banyak terdapat
udang kecil untuk pembuatan terasi. Sampai kini terasi Bonang sangat
terkenal dan merupakan sumber pengahasilan penduduk desa yang
cukup penting.37
3.4.4 Media Kesenian
Daerah tempat tinggal Syekh Maulana Makdum Ibrahim adalah
daerah Bonang yang masih berada di bawah kekuasaan kerajaan
Majapahit, yang sebagian besar dan “resmi” beragama Hindu,
36 . Drs. Abdul Hadi.W.M. Sunan Bonang dan Peranan Sufistiknya, Pengajar
UMY&Paramadina Mulya,Jakarta.www.kompas.com 37 . Drs.H.Ridin Sofyan,et.all. Op.Cit.hlm.75
62
kebetulan para penganut Hindu ketika itu sangat akrab dengan musik
gamelan.
Maka dari itu Syekh Maulana Makdum Ibrahim mencari
alternatif alat musik yang dapat di gunakannya untuk melakukan
dakwah Islam sesuai dengan zamannya, dipilihlah Bonang sejenis
tabung besi atau kuningan yang bagian tutupnya di buat benjolan di
bagian tengah dengan pemukul batang kayu yang di lapisi kain
sehingga timbullah suara merdu.
Karena di zaman Walisongo kesenian rakyat hanya semacam
itu adanya, tentu saja bunyi demikian sudah sangat mempesona hati
para penduduk lebih-lebih yang membunyikan bonang itu adalah
Raden Makdum Ibrahim mengiringi irama Bonang tersebut dengan
tembang-tembang berupa pantun yang bernapaskan keagamaan.
Dalam perkembangannya alat musik bonang digunakan sebagai
salah satu perangkat gamelan. Bonang merupakan satu set sepuluh
sampe empat belas gong-gong kecil berposisi horisontal yang di susun
dalam dua deretan, di letakkan di atas tali yang di rentangkan pada
bingkai kayu, pemain duduk di tengah-tengah. Pada sisi deretan gong
beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap
tangan.38
Dalam gamelan Jawa di kenal tiga macam bonang yaitu :39
38 . Sumarsam, Gamelan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2003, Cet.I hlm 333 39 . Ibid.hlm.333-334
63
a. Bonang Barung yaitu bonang berukuran sedang, beroktaf tengah
sampai tinggi adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka
dalam ansambel (alat Musik) khususnya dalam teknik-teknik
tabuhan pipilan (teknik tabuhan bonang dan gender, penabuh
memainkan nada-pernada bergantian) pola-pola nada yang selalu
mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menurutkan lagu
instrumen-instrumen lainnya. Pada jenis gendhang Bonang,
Bonang Barung memainkan pembuka gendhing (menuntun lagu
yang akan dimainkan)dan menuntun alur lagu gendhing. Pada
teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi
sebagai lagu penuntun, ia membentuk pola-pola lagu jalin-
menjalin dengan Bonang Penerus dan pada aksen-aksen penting
barung boleh membuat sekaran (lagu hiasan) biasanya di akhir
lagu.
b. Bonang Panembung yaitu bonang yang paling besar beroktaf
tengah sampai rendah. Ia memainkan tabuhan dalam tingkat
kerapatan yang lebih rendah dari pada balungan. Bonang
panembung lebih banyak di ketemukan di tradisi gamelan
Yogyakarta.
c. Bonang penerus yaitu bonang yang paling kecil beroktaf tinggi.
Pada teknik pipilan bonang penerus berkecepatan dua kali lipat
dari pada bonang barung walaupun mengantisipasi nada-nada
balungan. Bonang penerus tidak berfungsi sebagi lagu tuntunan,
64
karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya. Dalam teknik
tabuhan imbal-imbalan, bekerjasama dengan bonang barung.
Bonang penerus memainkan pola-pola lagu jalin-menjalin.
Makna dari kata bonang adalah berasal dari bon (baboning)
dan nang (kemenangan). Tujuan berdakwah agar jamaah dapat
mencapai kemenangan hidup.
Jenis gamelan yang bentuknya bagaikan gunung itu biasa di
gambarkan sebagai gambaran dari seorang dalam mencari
kesempurnaan diri yakni : dalam proses melewati beberapa tahap
kehidupan yaitu :40
a. Syariat adalah memahami hukum-hukum ibadah
b. Tarekat adalah melaksanakan perintah sesuai dengan hukum yang
dimaksud diatas.
c. Hakikat adalah mencoba mencapai kesempurnaan
d. Makrifat adalah menyatu, berupaya mendekat antara yang
menyembah dengan yang disembah.
Mengenai filsafat bunyi bonang yaitu suatu alat untuk
menenangkan atau menjernihkan jiwa. Terlihat dalam singkatan neng-
ning-nung-nang. Memberi makna sebagai berikut. Untuk
membereskan keadaan jiwa, orang harus sering diam (me-neng).
Dengan sikap yang demikian itu jiwanya lalu menjadi jernih (be-ning),
setelah kejernihan itu tercapai maka ia menempatkan soal-soal yang
40 . Drs.Soetrisman, Drs.Yudiono.Ks.Su,Drs.H.Djawahir Muhammad,Dewan Kesenian
Jateng,2003.Cet.I.hlm.36-37
65
ada dalam jiwanya itu pada tempat yang sewajarnya (demunung)
dengan cara demikian itu maka ia dapat menguasai jiwanya sendiri
(me-nang).41
Sunan Bonang bersama Sunan Kalijaga dan lain-lain jelas
bertanggung jawab bagi perubahan arah estetika gamelan. Musik yang
semula bercorak Hindu kini ditabuh berdasarkan wawasan estetik sufi.
Tidak mengherankan gamelan Jawa menjadi sangat kontempelatif dan
meditatif berbeda dengan gamelan Bali yang merupakan warisan
musik Hindu. 42Sunan Bonang menjadi kreator gamelan Jawa seperti
sekarang dengan menambah instrumen bonang. Sunan Bonang
menciptakan aturan-aturan serta kaidah keilmuan dan memperbaiki
serba serbi gamelan, lagu dan nyanyian.
Sebagai musikus dan komponis terkemuka Sunan Bonang
menciptakan beberapa komposisi (gendhing) diantaranya tembang
Tombo Ati dan Gendhing Dhurma.
Di masa hidupnya, Sunan Bonang menyanyikan tombo ati
untuk menarik warga masyarakat agar memeluk Islam. Saat
berdendang pria yang di duga berusia 60 tahun itu menabuh gamelan
dari kuningan yang di buat oleh sejumlah warga desa Bonang, Jawa
41 . Drs.H.Efendy Zarkasi, Unsur-Unsur Islam Dalam Pewayangan, Yayasan Hardikintoko ,
Solo, Cet II hlm, 119 42 . Drs. Abdul Hadi.WM.Op.Cit, Sunan Bonang dan Peranan Sufistinya
66
Timur. Nama desa inilah yang kemudian melekat pada gelar Sunan
Bonang.43
Kata Dhurma dalam gendhing dhurma berasal dari : dur + ma =
Mundur saka M-5 atau maksiat yang lima, hal ini relevan dengan
ajaran Islam yang melarang (a). Madon = berzina; pelanggaran dalam
hal ini sangat mengacaukan kehidupan masyarakat. (b). Minum =
minuman keras, akibatnya merusak keselamatan lahir-batin dan
keturunan dan masyarakat dan rumah tanga. (c). Madat = menghisab
obat yang memabukkan, membuat orang tidak ingat. (d). Main =
berjudi, mengadu untung. (e). Maling (mencuri) = termasuk
menggelapkan, korupsi, menipu, memeras, akibatnya merugikan
masyarakat.
Menjauhi M-5 itu adalah jalan pokok untuk menuju
kemenangan arti luas (baboning kemengan =Bonang). Di situlah letak
kemenangan di dunia dan di akhirat, kemenangan terhadap segala
sesuatu yang jahat agar dapat beribadat dengan tenang dan teratur.44
Dalam gendhing dhurma mengandung pesan hendaknya kita
jangan terlalu banyak makan dan tidur, agar kita dapat mengurangi
nafsu yang menyala-menyala. Dalam hidup, kita tentram dan akhirnya
apa yang kita cita-citakan terlaksana. Kita harus percaya bahwa hidup
kita sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan yang maha kuasa.
43 . HM. Ikhwanudi, MengIslamkan Penduduk Tuban Lewat Suara Bonang, Bandar
Lampung, Minggu, 31 Oktober 2004. http:// Lampung post-com/berita.php?id=2004103106510011.
44 .Suwardi Endraswara, Falsafah Hidup Jawa, Cakrawala, tangerang, Cet I,2003.hlm.90
67
Kebenaran, kesalahan, keburukan, kebaikan dan keberuntungan berasal
dari perilaku kita sendiri oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati
dan waspada terhadap semua yang kita lakukan serta jauhilah segala
perbuatan yang berbahaya.45
Dalam pentas pewayangan Sunan Bonang adalah dalang yang
piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah
lakon dan memasukkan tafsir khas Islam. Kisah perseteruan
Pandhawa-Kurawa di tafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan
antara nafi (peniadaan) dan isbat (peneguhan).46
3.4.5 Media Sastra
Karya Sunan Bonang, puisi dan prosa, cukup banyak.
Diantaranya sebagai mana di sebut B. Schrieke (1913) Pigeaud (1967),
Drewes (1954-1968 dan 1978) ialah Suluk Wijil, Suluk Khalifah,
Suluk Regok, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Ing Aewuh, Suluk
Pipiringan, Suluk Jebeng, Suluk Kaderesan dan lain-lain.47
Kisah Wujil, bekas aktor dan pelawak di istana Majapahit,
setelah 10 tahun berguru kepada Sunan Bonang, dan mempelajari
agama serta sastra Arab secara mendalam dia akhirnya jemu dan
merasa sia-sia, jiwanya merasa kerontang dan gelisah, hatinya menjerit
dan kebingungan dan dia menghadap Sunan Bonang
Tidak tega melihat penderitaan batin muridnya, Sunan Bonang
dengan terpaksa mengajarkan tasawuf khususnya jalan mengenal
45 . Ibid. hlm.91 46 . www.Pesantren Net.Op.Cit 47 . Dr. Abdul Hadi.W.M. Op.Cit
68
hakekat dari yang merupakan sumber kebahagian.48 Syekh Maulana
Makdum Ibrahim memberi nasehat:
Dan kerep nggulang ngelmi Ngguru para ulama
Lawan den kerep tatakon Mintu waraning sujana
Den bisa anoraga Away kuminter kumingsun
Nadyan milih wusa bisa Terjemahan:
Rajin-rajinlah engkau mempelajari ilmu Berguru kepada para ulama
Dan bertanyalah sebanyak mungkin Dalam hal minta ajaran para budiman dan disertai pula dengan sopan santun
sekali-kali jangan sok pinter atau merasa diri paling hebat Meskipun engkau lebih mengetahui masalah
Dalam Suluk Khalifah; Sunan Bonang menceritakan anekdot
para wali di Jawa, pengalaman mereka mengajar Islam kepada orang
Hindu dan perjalanannya selama belajar di Pasai.49beliau berwasiat:
Lamun ono wong alim ningali Maring wongkang bodoh
Ingkang ngelampahi dosa gede Munten padha mboten purun angling
Dosane wong puniki dadi nanggung melu
Terjemahan : Apabila ada orang alim melihat
Kepada orang bodoh Yang melakukan dosa besar
Lalu ia tidak mau berkata atau bertindak mencegah perbuatan orang bodoh itu
akan turut pula menanggungnya
48 . Abdul Hadi,Suluk,Warisan Kreativitas Para Wali,Edisi Khusus Lebaran, Gatra.Nomor
05-06,13 Desember 2001 http://www.gatra.com/artikel-php?pd=23&id=13522 49 . Dr. Abdul Hadi W.M, Op.Cit, Warisan Kreativitas Para Wali
69
Suluk Bentur di tulis dalam tembang Wirangrong. Bentur
artinya lengkap atau sempurna. Dalam suluk ini Sunan Bonang
menggambarkan jalan yang di tempuh para sufi sehingga mencapai
kesadaran tertinggi, yaitu makrifat dan persatuan mistikal (fana dan
baqa’).50 Di paparkan sebagai berikut :
Sarengat lakuning badan Tarekat lakuning ati
Hakikat lakuning nyawa Makripat ing akuneki Ing rasa dan pakeling Kawruhana lakunipun
Nanging aja utilar Ing sarengat laku neki
Yen tlara nora kuwat badanira
Terjemahan :
Yang di sebut syar'i’at adalah laku jasmaniah Tarekat itu laku batiniah Hakikat itu laku rohaniah
Sedangkan makripat adalah laku rasa Ingat-ingatlah dengan baik
Dan ketahuilah pula mengenai lakunya masing-masing Jika engkau tak mampu melaksanakan yang lain-lain baiklah
Akan tetapi syar'i’at atau Laku jasmaniah itu sama sekali tidak boleh engkau tinggalkan Apabila syar'i’at engkau tinggalkan, ragamu tidak akan kuat
Dalam Suluk Kaderesan Sunan Bonang menulis :
Kandel kumandel marang Hyang widhi Teteg teguh ing tyas tan anedya
Kira-kira samitane Muga nedya rahayu
Kira-kira away na prapti Aja gang pasrah ing Hyang sukma
Ineb-inebeng pintu kuthonireki Tetep madhep ing sukma
50 . Ibid
70
Terjemahan :
Berserah diri sepenuhnya kepada lindungan ilahi Disertai hati yang kukuh sentosa serta mantap dan tidak ada niat
Atau berpikir kira-kira kepada Allah Itulah yang dijadikan pegangan
Dalam segala perbuatan harus disertai iktikad yang baik Dan jagalah hatimu agar terbebas dari perasaan ragu-ragu
Dan janganlah putus-putusnya engkau menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan
berserah diri kepada ilahi merupakan bentengnya sedangkan pintu bentengnya adalah
menghadapkan jiwa raga kepada-Nya
Dalam Suluk Ing Aewuh Sunan Bonang Menyatakan agar kita
memperkuat diri dengan ikhtiar dan amal dan dalam sikap hendaknya
tidak mementingkan dunia serta jangan sampai kita menyekutukan
Allah.51
Suluk Regol di tulis dalam pupuh Asmaradana; regol artinya
gapura. Dalam suluk ini peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia di
umpamakan sebagai pertunjukan wayang kulit, yang di lihat dari
berbagai sudut. Ada yang melihat sebagai permainan yang di lakukan
Ki Dalang namun menganggap antar permainan dan yang memainkan
terpisah. Ada yang melihat antara Ki Dalang dan Lakon yang di
mainkan tidak terpisah, bahkan melihat bahwa Ki Dalang benar-benar
hadir dalam lakon yang dimainkannya. Yang lain lagi melihat bahwa
pertunjukan wayang sebenarnya mencerminkan dan mengisyaratkan
keberadaan dalang.52
51 . Ibid 52 Abdul Hadi W.M, Op.Cit, Warisan Kreativitas Para Wali
71
Telah di kemukakan bahwa gagasan utama suluk-suluk sunan
bonang ialah cinta. Menurut para sufi, cinta merupakan asal penciptaan
dan apa yang berasal dari cinta itu baik. Para sufi mengambil gagasan
ini dari hadis qudsi, “Aku perbendaharaan tersembunyi (Kanz
Makhfiy). Aku Cinta (ahbabtu) untuk dikenal maka Aku mencipta dan
karena itu di kenal. ”Para sufi juga merujuk kepada kalimat
Bismillahirrahmanirrahim. Dalam kalimat ini ada dua jenis cinta, yaitu
al-rahman (pengasih) dan al-rahim (penyayang). Rahman adalah cinta
yang esensial (Dzatiyah) sebab dilimpahkan kepada semua ciptaannya,
tak peduli orang Melayu, Cina, Jawa, Inggris, Afghanistan, atau Libya.
Sedangkan rahim merupakan cinta wujud, artinya wajib diberikan
kepada orang-orang tertentu yang sangat oleh-Nya.53
3.4. Ajaran Syekh Maulana Makdum Ibrahim
Ajaran Sunan Bonang sangat representatif untuk mencerminkan ajaran
Walisongo yang lain. Sikap ini di topang oleh alasan bahwa Sunan Bonang
secara resmi paling bekompeten diantara Walisongo untuk memberikan
wejangan keilmuan dan keagamaan.
Wejangan Sunan Bonang yang merupakan penggambaran ajarannya,
masih tersimpan di museum Leiden dengan title Het Book Van Bonang. Dari
dokumen itu telah dilakukan kajian oleh beberapa ilmuwan, misalnya disertasi
Dr. BJO. Schrieke tahun 1916, Leiden, selanjutnya di namakan Primbon I, dan
Thesis Dr.JGH. Gunning tahun 1881, Leiden, dinamakan primbon II. Thesis
53 . Widji Saksono, Op.Cit, hlm.96
72
lain yang menggunakan bahan dari dua literature itu adalah Dr. DA Rinkers
tahun 1910, berjudul De Heidigen Van Java, Leiden, kemudian Dr. H.
Kraemer tahun 1921 berjudul Een Javansche Primbon Uit De Zestiende
Eeuwe, Leiden dan Dr. Pj Zoet Mulder Sj tahun 1935 berjudul Pantheisme En
Monisme In De Javansche Soeloek Literature, Leiden.54
Adapun kitab yang di perkirakan sebagai sumber ajaran Sunan Bonang
adalah:
Ihya’ulumuddin dari Al-Ghazali, Tahmid (fi bayanit tawhid wa
hidayati li kuli mustarasyid wa rasjid) dari Abu Syakur Bin Syu’aib Al-Kasi
Al Hanafi As-Salimi yang hidup akhir abad ke 5 H. Talkhis Al-Minhaj dari
Nawawi yang mungkin telah di ikhtisarkan dalam kitab Ad-Daqo’iq. Lalu
Quth al Qulub dari Abu Thalib Al-Makki atau Al-Risalah Al-Makiyyah Fi
Thariq Al-Sada Al-Sufiyyah dari Afifuddin At-Tamimi. Pikantaki atau Al-
Anthaki dan tentang Al-Anthaki ini ada beberapa kemungkinan, yaitu Abu
Hamid Al-Anthaki penyair dari Dawlah Fathimiyyah Zaman Al-Mu’iz Li
Dinillah (341-365 H) dan Al-Azis Billah (365-386 H) atau Daud Al- Anthaki,
wafat 1596 yang menulis tentang cinta dalam Kitab Tazyinul Asyiwaq Bi
Fashil Asywaq Al-Usysyaq atau juga Abu Nu’aim Ahmad Ibn Abdullah Al-
Isfahani pengarang Hilyatul Auliya’ yang digelari Ahmad Ibn Ashim Al-
Anthaki. Juga tulisan dari Abu Yazid Al-Busthami, Ibnu arabi Ibrahim Al-
Iraqi dan Syekh Abdul Qodir Jaelani.55
54 . Prof. Dr. Hasanu Simon, Op.Cit, hlm.96 55 . Prof. Dr. Hasanu Simon, Op.Cit hlm,98
73
Ajaran yang paling sempurna dan lengkap melingkupi fiqh, tauhid dan
tasawuf di rangkum dalam dua kitab bunga rampai primbon Sunan Bonang
dari teks Schrieke dan Gunning dan dalam primbon tersebut selalu diawali
basmalah, diikuti oleh hamdalah kemudian shalawat atas rasul. Isi primbon
adalah ushul suluk (meliputi; Ushuludin, Tauhid dan Tasawuf) menurut
ajaran–ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab sunni Ihya’ dan Tamhid, dan
primbon itu mengajak siding pembacanya kepada tauhid sembari mencegah
diri dari perbuatan musyrik.56
Dalam Tauhid dijelaskan bahwa adanya bumi itu menunjukan adanya
Allah. Tuhan sebagai dzat yang tiada memerlukan waktu dan tempat. Dia
tidak di luar atau di dalam tetapi keberadaannya dapat dirasakan dalam alam .
Ia adalah transenden dan imanen. Tuhan dalam ajaran Sunan Bonang adalah
Tuhan yang bersifat sebagaimana dalam Al-Qur’an.57
Dalam hal fiqh (syari’at) di berikan nasehat agar orang tidak
melalaikan ketentuan yang telah di turunkan Allah lewat Rasul-Nya. Para
penganut Islam harus menjalankan misalnya, shalat, berpuasa dan membayar
zakat. Dan lebih dari pada itu manusia harus memperhatikan lima hukum
syari’at dengan baik yakni wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram. Di
uraikan pula dalam kitab itu tentang ni’at yang baik, tertib mendirikan shalat
dan mencari ilmu.
Dan seluruh ajaran tasawuf Sunan Bonang sebagai ajaran sufi yang
lain, berkenaan dengan metode intuitif atau jalan cinta (isyq), cinta menurut
56 . Widji Saksono. Op.Cit, hlm. 161 57 . Drs. H. Ridin sofyan, et.all, Op.Cit, hlm, 79
74
Sunan Bonang ialah kecenderungan yang kuat kepada yang satu, yaitu yang
maha indah. Dalam pengertian ini seseorang yang mencitai tidak memberi
tempat pada yang selain Dia. Ini terkandung dalam kalimah syahadah la ilaha
illallah. Lalu dari cinta seperti itu ialah pengenalan yang mendalam (makrifat)
tentang yang satu dan perasaan haqqul yaqin (pasti) tentang kebenaran dan
keberadaannya. Apabila sudah demikian, maka kita dengan segala gerak gerik
hati dan perbuatan kita akan senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh-
Nya.58
Menurut Sunan Bonang ada tiga musuh utama manusia, yakni : dunia,
hawa nafsu dan setan. Musuh-musuh itu harus di lawan oleh manusia dengan
usaha yang sungguh-sungguh (mujahadah). Diajarkan dalam tasawufnya agar
sedikit bicara, janganlah banyak tertawa, bersikap rendah hati, tidak
mementingkan diri sendiri, sabar, tidak putus asa, tidak gila dunia. Menarik
dari keramaian yang tidak berguna serta berperasaan syukur atas karunia Allah
terhadapnya. Orang harus menjauhi tanda-tanda buruk pada manusia seperti
dengki, sombong, pamer, gila hormat dan serakah.59
Sunan Bonang menguraikan ajaran-ajarannya dengan menitik beratkan
kepada ushul suluk menurut garis pikiran Al-Ghazali dan Abu Syakur As-
Salimi. Jadi ushul suluk merupakan suatu gabungan uraian ushuluddin dan
tasawuf atau tauhid mistik dalam batas Ahlussunah Wal Jama’ah.
58 . Abdul Hadi W.M, Op.Cit, Sunan Bonang dan Pemikiran Sufistiknya
59 . Drs. H. Ridin sofyan, Drs. H. Wasit, Drs. H. Mundiri, Op.Cit, hlm, 79