Click here to load reader
Upload
hoangdien
View
287
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
41
BAB III
KASUS DAN ANALISIS KASUS
Bedasarkan uraian pada bab sebelumnya yang berkaitan dengan proses
hukum penanganan perkara tindak pidana di lingkungan Peradilan Militer.
Membuat penulis tertarik untuk membahas satu kasus yang telah diputus oleh
Hakim Pengadilan Militer Tinggi III Surabaya. Kasus perkara pidana Nomor :
PUT/18-K/PMT-III/AD/VII/2008.
A. KASUS
1. Kronologi Kasus1
Terdakwa mengenal saksi-1 (Sdr.Cristomus Wamuar) selaku Kopermas
(Koperasi Peran Serta Masyarakat) Arhasso sejak awal tahun 2004, yaitu pada
saat saksi-1 datang ke kantor Puskopaddam XVII/Trikora dalam rangka meminta
bantuan menjualkan kayu bulat / log milik Koperasi Arhasso. Selanjutnya pada
tanggal 12 maret 2004 Terdakwa selaku Ketua Pukopaddam XVII/Trikora telah
menerima kuasa penuh dari Saksi-1 berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 12 Maret
2004, yaitu melaksanakan penjualan kayu bulat / logs jenis merbau milik
Kopernas Arhasso kepada pembeli dan menerima uang hasil penjualan
sepenuhnya, yaitu sebanyak 1.826,45 M3
dengan harga setiap kubiknya sebesar
Rp.600.000, dalam surat kuasa tersebut Terdakwa menulis nama Terdakwa
dengan jabatan selaku Ketua Puskopaddam.
1 Dikutip dari surat Putusan Nomor : PUT/18-K/PMT-III/AD/VII/2008. Hal 17.
42
Dalam kontrak jual beli tersebut Terdakwa selaku pihak penjual sepakat
menjual kayu bulat Merbau kepada Saksi-2 (Sdr. Zukri Ganda Saputra) sebagai
pihak pembeli sebanyak 2.400 M3
teras dengan harga Rp.1.050.000,-/M3
teras
(satu juta lima puluh ribu rupiah per meter kubik) barang sudah berada di kapal,
dengan penyerahan sebanyak 2 kali shirpment pemuatan kayu log dalam bulan
April dan Mei 2004 yang ditujukan ke alamat PT. Asia Tropical jl. Sultan
Abdullah No.55 Makasar. Dari kontrak jual beli kayu bulat (log) dengan Saksi-2,
dari jumlah kayu bulat Merbau sebanyak 2.400 M3 teras hanya terealisasi
sebanyak 1.826,45 M3, dengan pengiriman kayu bulat / log dari Jayapura ke PT.
Asia Tropical di Jl. Sultan Abdullah No.55 Makasar sebanyak 2 kali yaitu tanggal
29 April 2004 sebanyak 1.175,69 M3 dengan penjualan sebesar Rp.966.150.500,-
sedangkan pemngiriman yang kedua tanggal 13 Oktober 2004 sebanyak 650,76
M3
dengan nilai penjualan Rp. 446.257.500,-. Sehingga seluruh penjualan kayu
tersebut sebesar Rp. 1.412.408.000 dan semuanya telah dilengkapi dengan
dokumen dari dinas kehutanan berupa Surat Keterangan Sah Hasil Hutan
(SKSHH) dan Daftar Hasil Hutan.
Sesuai dengan Laporan Hasil Pemeriksaan Audit yang dilakukan oleh Tim
Audit Kodam XVII/Trikora Nomor LHPA/TIM/01/VI/2005 yang telah
melakukan pemeriksaan tentang aliran dana jual beli kayu bulat / log yang
dilakukan oleh Terdakwa tersebut diatas, dari bukti-bukti pengiriman, penerimaan
hasil penjualan serta biaya yang dikeluarkan maka penrimaan dari hasil penjualan
kayu tersebut adalah sebesar Rp. 1.412.408.000 yang setelah dikurangi biaya
pengeluaran sebesar Rp. 1.333.148.995, masih diperoleh pendapatan / laba
43
sebesar Rp. 79.259.005,- tetapi laba tersebut tidak terdapat sebagai pendapatan
SHU Puskopaddam XVII/Trikora tahun 2004. Keuntungan / laba yang diperoleh
dari hasil penjualan kayu bulat / log tersebut oleh Terdakwa tidak dimasukkan ke
bendahara Puskopaddam XVII/Trikora, tetapi keuntungan tersebut dinikmati
sendiri oleh Terdakwa sebagai keuntungan pribadi.
Bahwa pelaksanaan jual beli kayu bulat / log tersebut, dari penerimaan Surat
kuasa untuk menjualkan kayu bulat / log Ketua Kopermas Arhasso yg disini
sebagai Saksi-1 maupun pembuatan Kontrak Jual Beli Kayu Bulat dengan Saksi-
2, dapat terjadi karena jabatan maupun sarana yang ada pada diri Terdakwa selaku
Ketua Puskopaddam XVII/Trikora, oleh karenanya seharusnya keuntungan dari
pelaksanaan jual beli kayu bulat / log tersebut yang sebesar Rp. 79.259.005,-
diserahkan Terdakwa ke bendahara Puskopaddam XVII/Trikora sebagai
Pendapatan Puskopaddam XVII/Trikora, tetapi terdakwa telah memakai seluruh
keuntungan untuku kepentingan pribadi Terdakwa sendiri, sehingga akibat
perbuatan tersebut Terdakwa telah merugikan Puskopaddam XVII/Trikora.
2. Dakwaan2
Dalam surat dakwaan, Terdakwa pada pokoknya didakwa dengan dua
dakwaan alternatif. Alternatif pertama yaitu :
PRIMAIR : bahwa Terdakwa pada waktu dan di tempat-tempat sebagaimana
tersebut dibawah ini, yaitu pada tanggal dua belas bulan maret tahun 2000 empat
dan tanggal tiga belas bulan oktober tahun 2000 empat, setidak-tidaknya dalam
2 Dikutip dari surat Putusan Nomor : PUT/18-K/PMT-III/AD/VII/2008. Hal 17
44
bulan maret tahun 2000 empat dan bulan april tahun 2000 empat dan bulan
oktober tahun 2000 empat, setidak-tidaknya dalam tahun 2000 empat, di markas
Puskopaddam XII/Trikora di Jayapura, setidak-tidaknya di suatu tempat di
Jayapura, setidak-tidaknya di tempat yang termasuk daerah hukum Pengadilan
Militer Tinggi-III Surabaya telah melakukan tindak pidana “Setiap Orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
SUBSDAIR : bahwa Terdakwa pada waktu-waktu dan ditempat-tempat
sebagaimana tersebut dibawah ini, yaitu pada tanggal dua belas bulan maret tahun
2000 empat dan tanggal dua puluh sembilan bulan April tahun 2000 empat dan
tanggal tigabelas bulan bulan Oktober tahun 2000 empat dan bulan Oktober tahun
2000 empat, setidak-tidaknya dalam tahun 2000 empat di Markas Puskopaddam
XVII/Trikora di Jayapura, setidak-tidaknya di suatu tempat di Jayapura, setidak-
tidaknya di tempat yang termasuk daerah hukum Pengadilan Militer Tinggi III
surabaya telah melakukan tindak pidana “ Setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara.
Dakwaan alternatif kedua bahwa Terdakwa pada waktu-waktu dan tempat-
tempat sebagaimana tersebut di bawah ini, yaitu pada tanggal dua belas bulan
Maret tahun 2000 empat dan tanggal dua puluh sembilan bulan April tahun 2000
45
empat dan tanggal tiga belas bulan Oktober tahun 2000 empat dan bulan Oktober
tahun 2000 empat, setidak-tidaknya dalam tahun 2000 empat, di Markas
Puskopaddam XVII/Trikora di Jayapura, setidak-tidaknya di suatu tempat di
Jayapura, setidak-tidaknya di tempat yang termasuk daerah hukum Pengadilan
Militer Tinggi-III Surabaya telah melakukan tindak pidana “ Barang siapa dengan
sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan.
Berpendapat, bahwa perbuatan-perbuatan Terdakwa tersebut telah cukup
memenuhi unsur-unsur tindak pidana sebagaimana diatur dalam pasal :
Pertama :
PRIMAIR : Pasal 2 ayat (1) UU nomor 31 Tahun 1999 Jo UU Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
SUBSIDAIR : Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 Jo UU Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kedua : Pasal 372 KUHP.
46
3. Keterangan Saksi-saksi3
Saksi 1 : Duma Tanga menjabat sebagai Bendahara Puskopaddam
- Keterangan saksi dalam persidangan pada pokoknya menerangkan bahwa
saksi-1 kenal dengan terdakwa sejak tahun 2003 dalam hubungan antara
atasan dengan bawahan.
- Bahwa saksi ditunjuk sebagai bendahara Puskopaddam XVII/Trikora
dengan dilengkapi surat perintah yang dikeluarkan oleh Ka Puspkopaddam
XVII/Trikora.
- Bahwa saksi sebagai Bendahara Puskopaddam XVII/Trikora mempunyai
tugas mencatat semua atau setiap dana yang keluar/masuk secara rinci dari
semua unit usaha dan tercatat dalam dua buku yaitu buku kas dan buku
pengawasan.
- dan bendahara mengambil uang dan dilaporkan selanjutnya dibukukan di
kas dan uangnya disimpan di brangkas Puskopaddam XVII/Trikora.
- Bahwa saksi tidak kenal dengan Sdr. Zukri ganda Saputra dan Sdr.
Christomus Wamuar yang merupakan rekanan dari terdakwa dalam jual
beli kayu bulat, dan saksi belum pernah menerima dana hasil jual beli
kayu bulat/ log kerjasama antara Terdakwa dengan Sdr. Zukri Ganda
Saputra dan Sdr. Christomus Wamuar untuk di catat dalam buku kas
Puskopaddam XVII/Trikora.
3 Dikutip dari surat Putusan Nomor : PUT/18-K/PMT-III/AD/VII/2008. Hal 25
47
- Bahwa saksi tidak pernah menerima dana chas dari Terdakwa selama
periode 2004 untuk dicatat dalam pembukuan buku kas Puskopaddam
XVII/Trikora. Atas keterangan Saksi-1, Terdakwa membenarkan.
Saksi 2 : Tri Janto menjabat sebagai Kasi (Kepala sesi) Audit
- Saksi- pada pokoknya menerangkan bahwa saksi mendapat perintah dari
Terdakwa pada tanggal 25 Desember 2003 di kantor Puskopaddam
XVII/Trikora agar saksi membantu bapak Aheng mengawasi penurunan
kayu Puskopaddam XVII/Trikora dari KM 21 Koya Koso untuk dibawa ke
Logpound Hole Tekam, 15 hari sebelum saksi diperintahkan Terdakwa
Bapak Aheng sudah melakukan kegiatan penurunan kayu ke Hole Tekan,
pada waktu itu saksi sampai di KM 21, keberadaan kayu tersebut
ditumpuk jalan KM 21 dan sebagian ada di KM 23, kondisi kayu sudah
ditebang agak lama karena kulit kayu sudah terlepas, kayu yang ada pada
waktu itu merupakan kayu log jenis Merbau dengan ukuran beraneka
ragam rata-rata diameter 65cm panjang rata-rata 10M sebanyak 1.124
batang.
- Kaitan antara Kopermas Arhasso yang dipimpin Saksi-3 dengan kayu log
di KM 21 Koya Koso dan Puskopaddam XVII/Trikora yaitu
sepengetahuan Saksi, Saksi-1 sebagai Ketua Kopermas Arhasso pemilik
kayu-kayu log di KM 21 Koya Koso memberikan kuasa kepada Terdakwa
sebagai Ketua Puskopaddam XVII/Trikora guna melaksanakan penjualan
kayu log kepada pembeli dan menerima uangnya dari pembeli.
48
- Bahwa sebelumnya saksi tidak mengetahui adanya surat kuasa yang dibuat
oleh Saksi-3 kepada Terdakwa, Saksi baru tahu adanya surat tersebut pada
waktu pengapalan kayu melalui pelabuhan Jayapura diperiksa oleh Dir
Samapta Polda Papua atas nama Kombes Pol Suwarno. Untuk lokasi kayu
log berupa lahan tetapi Saksi tidak tahu itu hutan lindung atau hutan apa
Saksi tidak tahu tetapi pemilik hutan tersebut menurut keterangan Saksi-3
sebelumnya adalah milik PT.Hanurata, kemudian menjadi lahan IPKMA
Kopermas Arhasso.
- Bahwa sepengetahuan Saksi lahan penebangan kayu bulat Kopermas
Arhasso untuk perijinan lokasi penebangan Saksi tidak tahu, tetapi
berdasarkan dokumen SKSHH ijin tersebut adalah IPKMA Kopermas
Arhasso.
- Bahwa Saksi mendapat perintah untuk membantu pelaksanaan pengiriman
kayu bulat dan KM 21 waktu pelaksanaan perintah secara aktif untuk kerja
pemuatan dan pengapalan pertama di Hole Tekam selama 43 hari, tetapi
apakah cuaca buruk turun hujan dan hari-hari libur serta kendaraan alat
berat rusak maka Saksi tidak kerja dan Saksi kembali ke kantor
Puskopaddam XVII/Trikora dan waktu itu sambil menunggu kapal
angkutan tiba, sehingga waktu yang diberikan kepada saksi tidak terbatas.
- Bahwa kaitan antara Kopermas Arhasso yang dipimpin Saksi-3 dengan
kayu log di KM 21 Koya Koso dan Puskopaddam XVII/Trikora yaitu
sepengetahuan Saksi, Saksi-1 sebagai Ketua Kopermas Arhasso pemilik
kayu-kayu log di KM Koya Koso memberikan kuasa kepada Terdakwa
49
sebagai Ketua Puskopaddam XVII/Trikora guna melaksanakan penjualan
kayu log kepada pembeli dan menerima uangnya dari pembeli.
- Pada saat pengiriman kayu bulat dari KM 21 Koya Koso ke Hole Tekam
menggunakan truck trailer satu unit milik Bapak Rudi Doom yang
dipinjam oleh Terdakwa, truck empat unit milik Bapak Zukri PT. Bama
Adi Pratam atas koordinasi dengan Terdakwa dan truck enam unit milik
orang umum yang dipinjam PT. Bama Adi Pratama yaitu bapak Yacob,
untuk truck dibayar oleh Terdakwa dengan perhitungan setiap 1 M3
dibayar Rp. 85.000,-.
- Bahwa proses pengiriman kayu bulat/log yang melalui Hole Tekam adalah
sesuai dengan SKSHH No seri DD 0555118, pada tanggal 29 April 2004
sebanyak 636 batang sama dengan 1.175,69 M3 jenis kayu merbau dengan
ukuran rata-rata diameter 65 Cm panjang 6 M dengan menggunakan KM.
Bangun luas, cara pengiriman adalah kayu yang ada di tempat penimbunan
kayu (TPK) dibawa ke dermaga untuk dinaikkan (kapal kecil) untuk
menuju kapal angkut yaitu KM bangun Luas yang berada di tengah laut.
- Bahwa setelah kayu bulat terkirim proses pembayarannya dan besarnya
Saksi tidak tahu, hanya Saksi pernah diperintahkan Terdakwa untuk ikut
Saksi-2 ke Bank Internasional Indonesia (BII) Jayapura untuk mengambil
uang sebanyak Rp. 192.718.815,- pada tanggal 25 Oktober 2004 pukul
14.00 WIT kemudian sekira pukul 14.19 WIT kembali ke BII Jayapura
uang langsung saksi serahkan kepada Tersangka di dalam ruangan,
selanjutnya saksi disuruh keluar.
50
- Bahwa uang hasil penjualan kayu bulat yang diterima Terdakwa
sepengetahuan Saksi tidak dimasukkan dan tidak di catat dalam buku kas
Puskopaddam XVII/Trikora.
- Bahwa uang yang Saksi terima selama kegiatan pengurusan kayu bulat
sebesar Rp. 300.000,- dan setelah kegiatan Saksi diberi Rp. 1.000.000,-
dan Terdakwa bilang ini sebagai hadiah.
Saksi 3 : Chistamus Wamuar menjabat sebagai staf keamanan
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sejak tahun 2003 di sawmil Victory
Cemerlang IWI Abepantai dan tidak ada hubungan keluarga atau family.
- Bahwa saksi sebagai Ketua Kopermas Arhasso sejak tahun 1999 memiliki
ijin yang sah, yaitu IPK-MA dan untuk memperoleh IPK-MA harus
memiliki :
a. Situ (Surat Ijin Tempat Usaha).
b. (Surat Ijin Surat Perdagangan).
c. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
- Bahwa menurut saksi ijin IPK-MA Kopermas Arhasso yang dikeluarkan
oleh instansi yang berwenang.
- Bahwa lokasi IPK-MA milik Kopermas Arhasso terletak di daerah KM 21
Koya Koso Distrik Abepura, dengan luas 10.000 Ha dan yang
dipergunakan baru 2.000 Ha IPK-MA diterbitkan sejak tahun 2003.
- Bahwa IPK-MA yang saksi miliki dikeluarkan oleh Dishut Propinsi Papua
Sejak tahun 2003 atas nama Saksi sendiri dengan keputusan Kadishut
Propinsi Papua Nomor : 522.1/633.
51
- Bahwa yang mengelola IPK-MA adalah Kopermas Arhasso sendiri mulai
ditebang sampai TKP (Tempat Penimbunan Kayu) yang dibiayai
Kopermas Arhasso dengan cara pembayaran setelah jual.
- Bahwa dalam melakukan penebangan pohon di lahan IPK-MA milik
Kopermas Arhasso menggunakan alat :
a. 2 (dua) unit buldozer dari CV. Papua Agro disewa perhari Rp.
6.000.000,- selama 20 hari yang membiayai Kopermas Arhasso.
b. 3 (tiga) unit Chainsaw milik masyarakat yang disewa dengan
sistem pembayaran perbatang setiap pohon yang ditebang sebesar
Rp. 500,- yang membayar Kopermas Arhasso.
- Bahwa yang mempunyai modal untuk penebangan kayu dari Kopermas
Arhasso.
- Bahwa Kopermas Arhasso tidak bekerja sama dengan Puskopaddam
XVII/Trikora, tetapi sekedar mimta bantuan alat berat dan memberi surat
kuasa penjualan kayu dalam bentuk log (bulat).
- Bahwa kayu yang berasal dari IPK-MA Kopermas Arhasso semua
berjumlah 1.826,45 M3, jenis kayu Merbau dan untuk jumlah batangnya
saksi tidak tahu.
- Bahwa sakisi menurunkan kayu dimulai sekitar bulan Pebruari 2004 dari
KM 21 Koya Koso Menuju Log Pond Hole Tekam dengan meminta
bantuan Terdakwa.
52
- Bahwa kopermas Arhasso menjual kayu melalui Terdakwa hanya 1 kali
pada tahun 2004 dan sepengetahuan saksi kayu log setiap kubiknya Rp.
600.000,-
- Bahwa yang menentukan harga kayu log per M3 seharga Rp. 600.000,-
adalah Saksi sendiri, sedangkan yang dimiliki oleh Kopermas Arhasso
berjumlah 1.822,53 M3 kalau dijual keseluruhan kayu log harganya Rp.
1.095.870,-
- Bahwa rincian jual beli kayu bulat oleh Saksi dengan Terdakwa, Saksi
pernah pinjam uang kepada Terdakwa sekitar bulan Desember 2003
sebesar Rp. 50.000.000,- kemudian pinjam beras 20 karung @25 Kg
seharga @ Rp. 80.000,- jadi harga Rp. 1.700.000,- sekitar bulan Desember
2003, selain itu selama proses kayu dari KM 21 Koya Koso ke haltecamp
pinjam uang Rp. 15.000.000,- + Rp. 2.000.000,- , Rp. 10.000.000,- , Rp.
6.000.000,- , Rp. 3.000.000,- , Rp. 7.000.000,- , Rp. 7.000.000,- , Rp.
4.250.000,- , Rp. 1.050.000,- , untuk tahun 2004 hari tanggalnya Saksi
lupa dan Saksi terima pembayaran akhir setelah pengiriman kayu melalui
kapal yang kedua sebesar Rp. 20.000.000,- sehingga setelah dijumlah
seluruhnya adalah Rp. 127.000.000,-.
- Bahwa setiap penerimaan uang dari Terdakwa Saksi selalu menerima
kwitansi tetapi kwitansi tersebut sudah hilang, karena saat itu Saksi tidak
menduga jika Kwitansi-kwitansi tersebut akan berguna dikemudian hari,
sebab Saksi tidak menguasai sistem management yang baik.
53
- Bahwa saat itu Terdakwa mengaku mengalami kerugian yang jumlahnya
tidak disebutkan, Terdakwa menyampaikan bahwa pengiriman kayu bulat
ini adalah hanya untuk membantu Saksi.
- Bahwa surat kuasa yang dibuat tanggal 12 Maret 2004 Kopermas Arhasso
memberi kuasa kepada Terdakwa hanya sebatas menjual kayu dan
menerima uang penjualan dan surat tidak boleh dibatalkan secara sepihak,
termasuk pihak Kopermas Arhasso tidak mengurus dokumen atau surat-
surat yang diperlukan untuk penjualan kayu dan kayu tersebut oleh
Terdakwa dijual kepada siapa Saksi tidak tahu.
- Bahwa Saksi tidak pernah menerima dana sebesar Rp. 75.000.000,-
tanggal 14 Mei 2004 Rp. 59.000.000,- , tanggal 15 Oktober 2004, Rp.
100.000.000,- , tanggal 15 Oktober 2004 dan Rp. 43.000.000,- tanggal 15
Oktober 2004, Saksi hanya pernah menerima uang dari Terdakwa dan Sdr.
Sukri Ganda Saputra yang semuanya dipotong terhadap pembayaran hasil
jual beli kayu yang akan dibayarkan kepada Saksi dan Saksi hanya
mengakui apa yang telah disebutkan pada jumlah yang tersebut.
Saksi 4 : Zukri Ganda Saputra
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa pada tahun 2003 pada waktu saksi
mendatangi kantor Terdakwa di Puskopaddam XVII/Trikora dalam
hubungan bisnis kayu bulat.
- Bahwa saksi sebagai pihak pembeli log Saksi tidak mengetahui asal mula
kayu tersebut didapatkan oleh Terdakwa sesuai perjanjian kontrak jual beli
tersebut yang jelas kayu harus legal dan dilengkapi surat yang ada yang
54
Saksi tahu kayu tersebut sudah berada di atas kapal dan siap dikirim ke
alamat yang dituju.
- Bahwa Saksi membeli dari Terdakwa adalah jenis kayu Merbau dalam
kontrak jual beli kayu bulat tersebut berjumlah 2.400 M3, sedangkan
realisasinya adalah pengiriman pertama 636 batang atau 1.175,69 M3 jadi
jumlah total pengiriman kayu bulat yang direalisasikan adalah 636 batang
atau 1.175,69 M3 ditambah 650,76 M3 sama dengan 1.826,45 M3.
- Bahwa pada saat pengiriman kayu bulat yang pertama tanggal 29 April
2004 sebanyak 1.175,69 M3 dan pengiriman kayu yang kedua tanggal 13
Oktober 2004 sebanyak 492 batang (650,76 M3) semua dilengkapi dengan
dokumen dari Dinas Kehutanan :
a. Surat Keterangan Sah Hasil Hutan (SKSHH).
b. Daftar Hasil Hutan (DHH).
- Bahwa yang mengurus dokumen pengiriman kayu bulat tidak jelas dan
yang membayar DR dan PSDH yang menyetor uang adalah Saksi untuk
DR Rp. 204.936.937 untuk PSDH Rp. 75.452.328,-.
- Bahwa selama proses kerjasama jual beli kayu dengan Terdakwa saksi
mengeluarkan biaya untuk mendukung kegiatan jual beli kayu bulat
mengeluarkan uang sejumlah Rp. 598.730.856,- yang terdiri dari :
a. PSDH : Rp. 75.452.328,-
b. DR : Rp. 204.963.937,-
c. Ambil Cash : Rp. 75.000.000,-
d. Rekapitulasi Biaya : Rp. 129.714.600,-
55
e. Reskrim Polda Papua : Rp. 10.000.000,-
f. Ketua Puskopad : Rp. 25.000.000,-
g. Houling 808 m3 x Rp. 75.000,- : Rp. 60.000.000,-
h. Demorit 2hari x Rp. 8.000.000,- : Rp. 16.000.000,-
i. Pak Christ Wamuar : Rp. 2.000.000,-
- Bahwa rincian atau tahapan jumlah nominal pembayaran jual beli kayu
bulat dari Saksi kepada Terdakwa yang harus dibayarkan Rp.
1.412.408.000,- yang terdiri dari :
a. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan : Rp. 598.730.865,-
b. Pembayaran Tahap II : Rp. 397.500.000,-
c. Pembayaran Tahap III : Rp. 223.458.284,-
d. Pembayaran terakhir pelunasan : Rp. 192.718.850,-
Jumlah Rp. 1.412.408.000,-
- Bahwa dokumen yang ada saat kayu bulat berada diatas kapal SKSHH dan
DHH tetapi saat Terdakwa meminta kepada Saksi untuk membayar PSDH
(Provinsi Sumber Daya Hutan) ke Departemen Kehutanan sebesar Rp.
75.452.328,- yang disetorkan melalui Bank Indonesia pada tanggal 27
April 2004. Selain itu saksi juga diminta membayar DR (Dana Reboisasi)
sebesar Rp. 204.963.937,- ke Bank Mandiri Menhut dengan Nomor
rekening 122.0089006756 tanggal 28 April 2004.
Saksi 5 : Rudy Dompura
56
- Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa sejak tahun 2003 dalam hubungan
kerja pemakaian Tongkang dan tank boat dan tidak ada hubungan keluarga
atau family.
- Bahwa yang menjadi tugas dan wewenang Saksi sebagai Direktur PT.
Fajar Bina Sukses dan PT. Anugrah Bina Sukses yaitu melaksanakan
permintaan Owner kapal sesuai peraturan perundang-undangan pelayaran
Nasional dan di PT. Fajar Bina Sukses melaksanakan permintaan owner
barang dalam rangka pemuatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
- Bahwa terdakwa menggunakan jasa PT. Fajar Bina Sukses dan PT.
Anugrah Bina Sukses dalam proses bongkar muat dan pengapalan kayu
bulat pada tanggal 19 April 2004 PT. Fajar Bina Sukses menghendel
kegiatan bongkar muat kayu log di Hole Tekam dan pada tanggal 19 April
2004 PT. Anugrah Bina Sukses menghendel kegiatan tongkang Minahasa
dan Tank Boat Maesa dalam rangka langsir kayu log dari pantai Hole
Tekam ke kapal Bangun Luas.
- Bahwa rincian perhitungan tagihan dari pengguna jasa bongkar muat
diperhitungkan berdasarkan satuan M3 mengacu pada peraturan Kepala
Pelabuhan Sarmi.
- Bahwa dari penggunaan jasa bongkar muat kayu bulat tanggal 19 April
2004 sebanyak 1175, 69 M3 biaya tagihan yang dikenakan kepada
Terdakwa keseluruhan sebesar Rp. 29.795.616.
- Bahwa perincian perhitungan tagihan dari pengguna jasa Tank Bout dan
Tongkang untuk pengangkutan kayu bulat dari Hole Tekam ke KM
57
bangun luas antara Terdakwa dengan PT. Anugrah Bina Sukses
perhitungan biaya berdasarkan kesepakatan bersama operator Tongkang
Trunk Bout dengan pemakaian jasa dengan perhitungan berdasarkan
satuan M3.
- Bahwa biaya tagihan yang dikenakan untuk menggunakan jasa Tank Bout
dan Tongkang guna melansir kayu bulat dari Hole Tekam ke KM Bangun
Luas pada tanggal 19 April 2004 keseluruhan Rp. 129.325.900,-
berdasarkan satuan M3 mengacu SKSHH, Tarif jasa berdasarkan
kesepakatan.
- Bahwa saksi bisa menunjukan dokumen asli dari tagihan PT. Anugrah
Bina Sukses dan PT. Fajar Bina Sukses.
- Bahwa kwitansi pembayaran biaya sewa Tank Bout dan Tongkang tanggal
19 April 2004 sampai dengan tanggal 28 April 2004 tertanggal 6 Mei 2003
ada kesalahan penanggalan kwitansi yang benar adalah tanggal 6 Mei
2004.
Saksi 6 – Tejo Sulaksono menjabat sebagai Wakil Ketua Puskopaddam
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sejak masih di Taruna Akabri sampai
dengan sekarang, Terdaka sebagai Ketua Puskopaddam XVII/Trikor dan
tidak ada hubungan keluarga maupun family.
- Saksi menjelaskan bahwa modal pokok Puskopaddam XVII/Trikora yaitu
modal seendiri dan modal pinjaman bisa berasal dari pinjaman dari pihak
lain.
58
- Bahwa dalam pengembangan bisnis Puskopad dengan PT atau badan
hukum dalam penandatanganan perjanjian/kontrak apabila menggunakan
cap dinas satuan baik dilakukan oleh PNS maupun Militer harus
menjantumkan pangkat/NRP, dikarenakan Puskopad merupakan badan
usaha di bidang perkoperasian yang sah.
- Bahwa pada tanggal 15 Maret 2004 Terdakwa selaku Ketua Kopermas
Puskopaddam XVII/Trikora telah mengadakan jual beli kayu bulat/log
dengan saksi-4.
- Bahwa perijinan Kopermas kepada Puskopaddam XVII/Trikora tidak ada
dan hal lain tidak dibenarkan adanya Kopermas Puskopaddam
XVII/Trikora.
- Terdakwa mengatas namakan Kopermas Puskopaddam
XVII/Trikoradengan stempel/cap satuan Puskopaddam XVII/Trikora tidak
sah, apalagi tidak mencantumkan pangkat.
- Saksi berpendapat bahwa dalam perjanjian jual beli tersebut Terdakwa
tidak menggunakan dana dari Puskopaddam.
- Bahwa dalam konrak jual beli kayu bulat tersebut tidak pernah dibicarakan
dengan pengurus Puskopaddam XVII/Trikora dan dalam transaksi jual beli
kayu tersebut sepengetahuan saksi tidak menggunakan dana dari
Puskopaddam XVII/Trikora.
- Bahwa saksi tidak pernah mengetahui tentang pembayaran hasil penjualan
kayu bulat/log dari saksi-4 karena setiap datang ke kantor tidak mau
59
komunikasi dengan yang lain kecuali langsung ke Kolonel Inf. Richard
Ginting.
- Bahwa Saksi mengetahui adanya informasi tentang surat kuasa yang
ditandatangani oleh Terdakwa selaku ketua Puskopaddam XVII/Trikora
dengan Ketua Kopermas Arhasso, setelah adanya pemeriksaan/Verifikasi
dari Kodam XVII/Trikora di Puskopaddam dalam pengiriman kayu
bulat/log yang mana foto copy dokumen tersebut dibawa Kapten Inf Fauzi.
Atas keterangan Saksi tersebut, Terdakwa membenarkan sebagian dan
membantah sebagian :
1. Bahwa dalam kapasitas sebagai Ketua Poskopad Terdakwa tidak
kewajiban secara langsung segala aktivitas Puskopad dilaporkan kepada
Pangdam selaku Pembina.
2. Terdakwa bersama-sama saksi pernah meninjau kelokasi TPK Km-21.
3. Terdakwa pernah briefing dengan Pengurus terkait, seperti Komben Ka
Unit EMKL maupun Ka Unit Kayu.
Menimbang, bahwa didalam persidangan Terdakwa menerangkan sebagai
berikut :
Saksi 7-Fauzi menjabat sebagai Kepala Primkopti
- Saksi mengetahui jumlah kubik kayu yang dikirim oleh Puskopaddam
XVII/Trikora pada tanggal 29 April 2004.
- Bahwa yang melakukan pembayaran jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal
Laut) adalah Zukri Ganda Saputra (saksi-4) sebesar Rp. 20.035.500,-
dengan perincian kayu milik Puskopaddam XVII/Trikora sebanyak
60
650,76x Rp. 15.000,- = Rp. 9.750.000,- dan kayu milik PT. Bama Pratama
Adi Jaya sebanyak 685,70 x Rp 15.000,- = Rp. 10.285.500, kemudian
dipotong biaya operasional sebesar Rp. 4.535.500,- sisanya sebesar Rp.
15.500.000,- yang merupakan keuntungan EMKL Puskopaddam
XVII/Trikora dan seharusnya masuk ke bendahara Puskopaddam
XVII/Trikora diambil/dipakai oleh Terdakwa pada hari Jum’at tanggal 29
Oktober 2004.
- Atas keterangan saksi 2, Terdakwa membenarkan sebagian dan dibantah
sebagian yaitu pada saat Saksi datang melapor Terdakwa mengatakan
meminjam dulu uang hasil EMKL tersebut karena uang Terdakwa ada di
bendahara nanti dipotong.
- Atas bantahan Terdakwa pada prinsipnya Saksi membenarkan uang
sebesar Rp. 15.000.000 sebagai keuntungan EMKL Puskopaddam
XVII/Trikora dipinjam oleh Terdakwa.
4. Keterangan Terdakwa4
Menimbang, bahwa dengan bertitik tolak dari wawasan objektif dan dari
posisi yang objektif pula, maka Majelis menkonstrantir fakta-fakta hukum yang
terungkap dari keterangan Saksi-Saksi yang bersesuaian satu sama lain dengan
keterangan Terdakwa, dihubungkan dengan barang bukti surat yakni sebagai
berikut :
- Bahwa benar terdakwa kenal dengan Sdr. Cristomus Wamuar (saksi-3)
sejak tahun 2003 di Sawmill Victory Cemerlang Abepantai. Kemudian
4 Dikutip dari surat Putusan Nomor : PUT/18-K/PMT-III/AD/VII/2008. Hal 50
61
pada awal tahun 2004 Sdr. Christomus Wamuar selaku Ketua Kopermas
Arhasso datang ke kantor Puskopaddan XVII/Trikora menemui Terdakwa
dalam rangka meminta bantuan untuk menjualkan kayu bulat/log milik
Kopermas Arhasso. Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 2004 Terdakwa
selaku Ketua Puskopaddam XVII/Trikora telah menerima kuasa penuh
dari Sdr. Christomus Wamuar untuk melaksanakan penjualan kayu bulat
kepada pembeli dan menerima uang sepenuhnya dari pembeli dan
membuat perjanjian yang berkaitan dengan kayu logs. Pada waktu
Terdakwa menandatangani surat kuasa tersebut, Terdakwa tidak
mencantumkan pangkat dan NRP, tetapi menggunakan cap/stempel Ketua
Puskopaddam XVII/Trikora.
- Bahwa benar setelah Terdakwa menerima kuasa dari Sdr. Cristomus
Wamuar untuk menjualkan kayu logs tertanggal 12 Maret 2004, kemudian
Terdakwa mengatas namakan Ketua Kopermas Puskopaddam
XVII/Trikora mengadakan kontrak jual beli kayu bulat kepada Sdr. Zukri
Ganda Saputra tertanggal 15 Maret 2004, Terdakwa sebagai Ketua
Kopermas Puskopaddam XVII/Trikora telah menandatangani kontrak jual
beli kayu bulat / log tersebut tanpa mencantumkan pangkat dan NRP,
tetapi menggunakan cap/stempel Ketua Puskopaddam XVII/Trikora,
sedangkan kayu bulat yang akan dijual disepakati jenis Merbau sebanyak
kurang lebih 2.400 M3 dengan harga Rp. 1.050.000,- per M3.
- Bahwa benar kayu milik Kopermas Arhasso yang dijual dengan minta
bantuan Terdakwa selaku Ketua Puskopaddam XVII/Trikora sesuai surat
62
kuasa tanggal 12 Maret 2004 telah disepakati bersama sebanyak 2.400 M3
dengan harga Rp. 600.000,- per M3 tetapi yang terealisasi baru 1.826,45
M3 dan kayu tersebut dilengkapi SKSHH.
- Bahwa benar pada waktu Terdakwa mengangkut kayu milik Kopermas
dari KM 21 Koya Koso Kabupaten Kerom ke log Pound Hole Tekam terus
ke kapal untuk dikirim ke PT. Asia Tropical Makassar, baik pengiriman
pertama maupun kedua, Terdakwa selaku Ketua Puskopaddam
XVII/Trikora tidak pernah menggunakan uang Puskopaddam
XVII/Trikora tetapi menggunakan uang milik pembeli yaitu Sdr. Zukri
Ganda Saputra dan nanti akan diperhitungkan dengan keuntungan yang
akan diperoleh.
- Bahwa benar sesuai Skep Kasad Nomor Kep/36/III/1986 tanggal 24 Maret
1986 pada Bab-III tentang pembagian tugas dan tanggung jawab, pada
Pasal 6 huruf a (angka 3) disebutkan bahwa dalam kedudukannya sebagai
pengurus Puskopad “A”, Ketua Puskopad “A” selaku pengurus bersama-
sama dengan pengurus lainnya dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam UU No. 12 Tahun
1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, antara lain dalam mengambil
kebijakan dan keputusan dilaksanakan secara bersama-sama.
- Bahwa benar sesuai keterangan Sdr. Duma Tanga sebagai Bendahara
Puskopaddam XVII/Trikora bahwa saksi selaku bendahara Puskopaddam
XVII/Trikora tidak pernah menerima keuntungan hasil jual beli kayu
bulat/log dari Terdakwa dan Saksi-1 juga tidak pernah mengeluarkan uang
63
untuk membeli kayu bulat/log kepada Sdr. Cristomus Wamuar. Sedangkan
sesuai keterangan Sdr. Maskuri yang menjabat sebagai mantan Talita
Komurben Puskopaddam XVII/Trikora tahun 2004 yang tugasnya
membuat laporan keuangan Puskopaddam XVII/Trikora, Sdr. Masruki
tidak pernah mencatat/membukukan adanya keuntungan atau kerugian dari
jual beli kayu tersebut yang dilaksanakan oleh Terdakwa selaku Ketua
Puskopaddam XVII/Trikora.
- Bahwa benar sesuai keterangan Kapten Inf Fauzi selaku Ketua Unit
EMKL Puskopaddam XVII/Trikora yang dibenarkan oleh Terdakwa,
bahkan pada bulan Oktober 2004 Unit Usaha EMKL telah memperoleh
keuntungan sebesar Rp. 15.500.000, dan uang tersebut dipakai/dipinjam
oleh Terdakwa tanpa sepengetahuan Bendahara dan pengurus
Puskopaddam XVII/Trikora.
- Bahwa benar pada tanggal 13 Juni 2005 Pangdam XVII/Trikora telah
memerintahkan kepada Letkol Cku Pieter Irlan Susanto NRP 33240 Pa
Pekas Gabrah 81 Kodam XVII/Trikora dan Kapten Cku Sugiyanto NRP
547907 Kasi Garbia Kodam XVII/Trikora untuk
mengaudit/mengklarifikasikan aliran dana jual beli kayu bulat/log dalam
kasus penyalahgunaan jabatan dan wewenang Ketua Puskopaddam
XVII/Trikora Kolonel Inf Richard Ginting, sesuai Surat Perintah Pangdam
XVII/Trikora Nomor : Sprin/914/VI/2005 tanggal 13 Juni 2005.
64
5. Pertimbangan Hakim5
Menimbang bahwa lebih dahulu Majelis akan menanggapi beberapa hal
yang dikemukanan oleh Oditur Militer Tinggi dalam tuntutannya dengan
mengemukakan pendapat sebagai berikut :
1. Bahwa mengenai keterbuktian unsur-unsur tindak pidana yang
didakwakan oleh Oditur Militer Tinggi, majelis akan membuktikan
sendiri dalam putusannya.
2. Bahwa mengenai pidana yang dijatuhkan terhadap diri Terdakwa,
Majelis akan mempertimbangkan sendiri dalam putusannya.
Menimbang bahwa dakwaan Oditur Militer disusun secara alternatif dan Oditur
militer dalam tuntutannya mengatakan yang terbukti adalah Dakwaan alternatif
kedua yaitu Pasal 372 KUHP. Terhadap hal tersebut Majelis Hakim sependapat
dengan Oditur Militer mengenai ketidakterbuktiannya dakwaan :
PERTAMA
PRIMAIR : Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 Jo UU Nomor 20
Tahun 2001. tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
SUBSIDAIR : Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 Jo UU Nomor 20 Tahun
2001. tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5 Dikutip dari surat Putusan Nomor : PUT/18-K/PMT-III/AD/VII/2008. Hal 68.
65
Menimang, bahwa selanjutnya Majelis hakim akan mempertimbangkan
Dakwaan Kedua Pasal 372 KUHP dengan unsur-unsur sebagai berikut :
Menimbang, bahwa tindak pidana yang didakwakan oleh Oditur Militer
Tinggi dalam dakwaan alternatif kedua mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. Barang siapa.
2. Dengan sengaja melawan hukum.
3. Mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang lain.
4. Yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan.
Menurut keterangan terdakwa dan fakta-fakta yang terjadi dalam
persidangan, Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur kesatu “Barang siapa”
telah terpenuhi.
Menimbang bahwa mengenai unsur ke-2 “Dengan sengaja dan melawan
hukum” berdasarkan fakta-fakta dalam persidangan Majelis Hakim
berkesimpulan bahwa adanya kesengajaan dari Terdakwa untuk melakukan
kerjasama jual beli kayu dan menghendaki maupun menginsyafi bahwa tindakan
tersebut beserta akibatnya bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam
pelaksanaan kerjasama antara Koperasi Koperma Arhasso dan Puskopaddam
XVII/Cendrawasih. Majelis Hakim berkesimpulan bahwa adanya perbuatan
melawan hukum yang dilakukan Terdakwa bertentangan dengan ketentuan yang
berlaku dalam pelaksanaan kerjasama dilingkungan perkoperasian di
Puskopaddam XVII/Cendrawasih. Dengan demikian unsur “Dengan sengaja dan
Melawan hukum” telah terpenuhi.
66
Menimbang, bahwa mengenai unsur ke-3 “Mengaku sebagai milik sendiri
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain” Majelis hakim perlu melihat fakta-fakta yang terjadi dalam persidangan.
Menimbang, sebagai akibat timbulnya selisih keuntungan dan kerugian,
Majelis hakim menganggap perlu meneliti kembali bukti-bukti berupa kuitansi
pembayaran sebagaimana dilampirkan dalam surat dakwaan Oditur Militer
Tinggi.
Menimbang, Majelis Hakim berpendapat ternyata hasil Audit yang dibuat
oleh Tim Audit dengan kalkulasi biaya berdasarkan kuitansi pembaayaran yang
terlampir dalam surat dakwaan Oditur Militer Tinggi tidak bersesuaian, dengan
demikian pula hasil perhitungan kalkulasi kerugian yang dibuat oleh Tim Audit
tidak dapat dijadikan dasar perhitungan laba rugi, karena tidak bersesuaian dengan
bukti-bukti pembayaran yang terlampir dalam surat dakwaan Oditur Militer
Tinggi.
Menimbang, Majelis Hakim berpendapat hasil perhitungan laba rugi yang
dibuat oleh Tim Penasehat Hukum Terdakwa maupun Terdakwa sendiri juga tidak
bersesuaian dengan bukti-bukti kuitansi pengeluaran yang dilampirkan dalam
surat dakwaan Oditur Militer, sehingga Majelis Hakim berpendapat perhitungan
laba rugi yang dibuat oleh Tim Penasehat Hukum Maupun oleh Terdakwa harus
dikesampingkan.
Menimbang bahwa terhadap keuntungan EMKL Puskopaddam
XVII/Cendrawasih sebesar Rp. 15.000.000,- yang diserahkan kepada kapten Inf
Fauzi kepada Terdakwa Majelis Hakim berpendapat :
67
- Bahwa uang sebesar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) tersebut
memang merupakan hasil keuntungan yang diperoleh koperasi EMKL
Puskopaddam XVII/Cendrawasih yang seharusnya disetorkan ke
bendahara Puskopaddam XVII/Cendrawasih atas nama saksi-1 untuk
dicatat dalam pembukuan dan merupakan bagian dari SHU Puskopaddam
XVII/Cendrawasih.
- Bahwa dipersidangan Kapten Inf Fauzi mengatakan uang sebesar Rp.
15.000.000 oleh Terdakwa dengan alasan dipinjam untuk kebutuhan
operasional jual beli kayu dengan Kopermas Arhassso.
- Bahwa pengakuan Terdakwa yang meminjam uang milik koperasi sebesar
Rp. 15.000.000,- tersebut juga diketahui oleh Mayor Inf Jartono.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majelis Hakim berpendapat uang sebesar
Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) dari hasil keuntungan EMKL
Puskopaddam XVII/Cendrawasih yang dipinjam secara pribadi oleh Terdakwa
menjadi tanggung jawab pribadi Terdakwa yang harus dikembalikan menjadi
hutang piutang pribadi Terdakwa dengan pihak kopersi Puskopaddam
XVII/Cendrawasih.
Menimbang, berdasarkan uraian tersebut diatas Majelis Hakim
Berkesimpulan :
1. Tidak terungkap adanya kerugian yang dialami oleh Puskopad secara
langsung.
2. Dana pengeluaran terkait dengan kerjasama antara kontrak jual beli kayu
log antara Terdakwa yang mengatasnamakan Puskopaddam
68
XVII/Cendrawasih dengan pihak Kopermas Arhasso, ternyata seluruh
biaya tersebut ditanggung sepenuhnya oleh Saksi-4 yang diperhitungkan
dengan hasil penjualan.
3. Berdasarkan fakta-fakta dalam persidangan hasil Audit yang dibuat oleh
tim audit dan dari Kodam XVII/Cendrawasih tidak bersesuaian dengan
bukti-bukti kuitansi pembayaran sebagaimana terlampir dalam surat
dakwaan Oditur Militer.
4. Dari hasil penelitian Majelis Hakim, dari bukti-bukti kuitansi yang
terdapat dalam surat dakwaan setelah diadakan penjumlahan terdapat
selisih pengeluaran melebihi jumlah yang diterima dari hasil penjualan
transaksi kayu tersebut.
5. Majelis Hakim berkesimpulan tidak terdapat keuntungan yang diperoleh
Terdakwa dalam transaksi tersebut sehingga tidak ada keuntungan yang
harus disetorkan oleh Terdakwa kepada koperasi Puskopaddam
XVII/Cendrawasih, dari hasil jual beli kayu tersebut.
Menimbang, bahwa berdasarkan kesimpulan tersebut diatas Majelis Hakim
berpendapat unsur ketiga “Mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain” tidak terpenuhi.
Menimbang, bahwa dengan tidak terpenuhinya unsur ketiga tersebut diatas,
Majelis hakim berpendapat tidak perlu lagi membuktikan unsur yang lain.
Menimbang, Majelis Hakim berkesimpulan Dakwaan Alternatif kedua yaitu
Pasal 372 :
69
“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik
sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”, Tidak terbukti
secara syah dan meyakinkan.
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 189 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun
1997 menyatakan apabila Pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan
di sidang kesalahan Terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan, maka Terdakwa harus diputus bebas dari
segala Dakwaan.
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dibebaskan dari dakwaan Oditur
Militer Tinggi berdasarkan pasal 189 ayat (1) jo pasal 191 (1) jo pasal 195 ayat
(1) huruf e UU Nomor 31 tahun 1997 maka terdakwa harus dibebaskan dari
segala dakwaan.
Menimbang mengingat Terdakwa telah dibebaskan dari Dakwaan Oditur
Militer Tinggi, maka biaya perkara dibebankan kepada Negara.
70
B. ANALISIS KASUS
Berdasarkan uraian kasus diatas Terdakwa di dakwa melakukan tindak
pidana Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 Jo UU Nomor 20 Tahun 2001.
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 372 KUHP tentang
Penggelapan. Dalam putusannya Hakim memutus bebas Terdakwa sesuai dengan
Pasal 189 ayat (1) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997. Lebih lanjut Penulis
akan memberikan analisis terkait dengan surat putusan perkara No : PUT/18-
K/PMT III/AD/VII/2008.
1. Kompetensi Peradilan Militer dalam Menangani Perkara Tindak
Pidana Umum.
Penulis akan membahas tentang kompetensi Peradilan Militer bagi anggota
TNI yang melakukan tindak Pidana umum. Dalam kasus ini, Dakwaan Oditur
Militer memberikan dakwaan terhadap Terdakwa berasarkan Pasal 372 KUHP,
yang mana Pasal tersebut merupakan bagian dari tindak Pidana Umum. Sesuai
dengan peraturan Perundang-undangan seharusnya Terdakwa diadili di peradilan
umum, karena melakukan tindak pidana umum dan bukan merupakan tindak
pidana militer. Menurut Pasal 65 ayat (2) Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang Tentara Nasional Indonesia yang menyatakan “Prajurit tunduk kepada
kekuasaan peradilan militer dalam hal pelanggaran hukum pidana militer dan
tunduk pada kekuasaan peradilan umum dalam hal pelanggaran hukum pidana
71
umum yang diatur dengan undang-undang. Dengan mengacu pada Pasal tersebut,
dapatkah anggota Tentara Nasional Indonesia diadili di peradilan umum apabila
pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran hukum pidana umum. Menurut
penerapan TAP MPR no. VII tahun 2000 yang menyatakan, bahwa prajurit TNI
tunduk kepada kekusaan Peradilan Militer dalam hal pelanggaran hukum militer
dan tunduk kepada kekuasaan peradilan umum dalam hal pelanggaran hukum
pidana umum, apabila dilaksanakan dapat berpengaruh terhadap penyelenggaraan
pertahanan negara.
Dengan adanya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia, terutama pada Pasal 65 ayat (2) wajib dilakukan perubahan
terhadap peraturan perundang-undangan terkait antara lain : Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, Undang-undang Nomor 39
Tahun 1947 tentang KUHP Militer, dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang KUHAP. Sehingga kompetensi peradilan militer dalam menangani
perkara pidana umum tentang kapan anggota TNI tersebut diadli di lingkungan
peradilan militer dan kapan diadili di lingkungan peradilan umum menjadi jelas.
Pasal 16 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman menyebutkan bahwa tindak pidana yang dilakukan bersama-sama
oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan
militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum,
kecuali dalam keadaan tertentu menurut keputusan Ketua Mahkamah Agung
perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan
72
peradilan umum. Yang dimaksud dengan “dalam keadaan tertentu” adalah dilihat
dari titik berat kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana tersebut. Jika titik
berat kerugian terletak pada kepentingan militer, perkara tersebut diadili oleh
pengadilan di lingkungan peradilan militer, namun jika titik berat kerugian
terletak pada kepentingan umum, maka perkara tersebut diadili oleh pengadilan di
lingkungan peradilan umum.
Pasal 65 ayat (2) Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia menyebutkan prajurit tunduk kepada kekuasaan peradilan
militer dalam hal pelanggaran hukum pidana militer dan tunduk pada kekuasaan
peradilan umum dalam hal pelanggaran hukum pidana umum yang diatur undang-
undang. Berbeda dengan Pasal 16 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 yang
merupakan perkara koneksitas, karena tindak pidana dilakukan oleh mereka dalam
lingkungan peradilan militer dan lingkungan peradilan umum. Dalam Pasal 65
ayat (2) lebih ke sistem peradilan bagi anggota militer yang bersifat dualisme,
disatu sisi tunduk kepada kekuasaan peradilan militer dalam hal pelanggaran
hukum pidana militer, namun disisi lain juga tunduk pada kekuasaan peradilan
umum dalam hal pelanggaran hukum pidana umum. Dengan telah
diundangkannya didalam suatu peraturan perundang-undangnan memiliki
pengertian bahwa ketentuan tersebut telah memiliki ketentuan hukum yang
mengikat, yang harus dilaksanakan isi dari amanat tersebut.
Selama ini prajurit TNI yang melakukan tindak pidana baik pidana umum
maupun militer tunduk pada yurisdiksi Peradilan Militer sebagaimana diatur
73
dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang peradilan militer, namun
dengan adanya ketentuan Pasal 65 ayat (2) bagi Prajurit TNI melakukan Pidana
umum merupakan kompetesi dari peradilan umum. Terhadap perubahan Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, pada tanggal 28 Juni
2005, DPR-RI telah membentuk Panitia Khusus (Pansus) RUU Peradilan Militer.
Tetapi sampai saat ini RUU Peradilan Militer tersebut belum rampung. Pansus
RUU Peradilan Militer dari awal sudah bersikukuh bahwa militer yang melakukan
tindak pidana umum agar diadili di pengadilan umum. Dan peradilan militer
hanya digunakan untuk mengadili anggota TNI yang melakukan tindak kejahatan
militer, sedangkan TNI yang melakukan tindak pidana umum diadili di
pengadilan umum.
Dalam hal anggota TNI melakukan pelanggaran hukum pidana militer,
anggota militer tersebut diadili di lingkungan peradilan militer, karena tindak
pidana militer hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berada di lingkup
peradilan militer. Sedangkan dalam hal pelanggaran hukum pidana umum
menurut penulis harus dilihat kapan perbuatan atau tindak pidana tersebut
dilakukan, apabila tindak pidana umum tersebut dilakukan oleh anggota TNI pada
waktu dinas atau pada saat mengenakan pakaian lengkap TNI harus diadili di
lingkungan peradilan militer. Apabila tindak pidana umum tersebut dilakukan saat
anggota TNI di luar jam dinas atau tidak memakai atribut lengkap TNI harus
diadili di lingkungan Peradilan umum. Dalam putusan Nomor : PUT/18-K/PMT-
III/AD/VII/2008 Terdakwa diadili di lingkungan Peradilan Militer, karena tindak
pidana sebagaimana di dakwakan kepada kepadanya dilakukan pada saat bertugas
74
atau sedang melakukan dinas dan menggunakan atribut khas TNI, sehingga
kewenangan untuk megadili berada di lingkungan Peradilan Militer.
Ketentuan pasal 65 ayat (2) UU Nomor 34 Tahun 2004 tidak serta merta
langsung dapat diterapkan karena untuk dapat dilaksanakan terlebih dahulu harus
diterbitkan peraturan pelaksanaannya. Selain itu dalam rangka pelaksanaan Pasal
65 ayat (2) masih harus dipersiapkan beberapa perangkat hukum yang harus
disesuaikan (direvisi) terlebih dahulu antara lain, KUHP, KUHPM, KUHAP dan
HAPMIL, serta Undang-Undang Pemasyarakatan Militer. Antara Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer dan Undang-undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman belum ada sinkronisasi tentang
ketentuan yang mengatur tentang sistem peradilan mana yang berhak mengadili
apabila anggota TNI tersebut melakukan tindak pidana umum.
2. Pertimbangan Hakim Peradilan Militer dalam Perkara No :
PUT/18-K/PMT III/AD/VII/2008.
Dalam surat putusan No : PUT/18-K/PMT III/ AD/ VII/2008 tersebut Oditur
Militer Tinggi memberikan dakwaan alternatif, dalam alternatif pertama
PRIMAIR : Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 Jo UU Nomor 20 Tahun
2001. tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. SUBSIDAIR : Pasal 3 UU Nomor
75
31 Tahun 1999 Jo UU Nomor 20 Tahun 2001. tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 2 ayat (1) adalah melawan
hukum, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, dapat merugikan
keuangan/perekonomian negara. Pengertian melawan hukum dalam Penjelasan
resmi Pasal 2 ayat (1) dengan pengertian onrechtmatig sebagaimana dimuat
Yurisprudensi Hoge Raad pada tanggal 31 Januari 1919 (N.J 1919 W.10365),
onrechtmatig tidak lagi hanya berarti apa yang bertentangan dengan kewajiban si
pelaku melainkan juga apa yang bertentangan baik dengan tata susila maupun
kepatutan dalam pergaulan masyarakat6. Pengertian melawan hukum sebagaimana
dimuat pada penjelasan resmi tersebut, sebenarnya telah lama dianut Mahkamah
Agung. Sedangkan pengertian memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi adalah, “memperkaya” berarti menambah kekayaan diri sendri atau
orang lain atau suatu korporasi.
Unsur yang ketiga dapat merugikan keuangan/perekonomian negara,
Pengertian “keuangan/perekonomian negara dijelaskan pada penjelasan umum
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagai berikut :
Keuangan negara dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk
apapun yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala
6 Leden Marpaung, S.H., Unsur-unsur Perbuatan yang Dapat Dihukum, Sinar Grafika,
Jakarta, 1991, Hal 50.
76
bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karenannya.
Berdasarkan unsur ketiga perbuatan Terdakwa tidak mempunyai unsur merugikan
keuangan Negara, karena dalam perjanjian tersebut modal yang didapat untuk
melakukan jual beli kayu bulat berasal dari pihak yang melakukan perjanjian, dan
bukan merupakan modal dari negara, sesuai dengan penjelasan Terdakwa di
dalam persidangan, yang menyatakan bahwa benar pada waktu Terdakwa
mengangkut kayu milik Kopermas dari KM 21 Koya Koso Kabupaten Kerom ke
log Pound Hole Tekam terus ke kapal untuk dikirim ke PT. Asia Tropical
Makassar, baik pengiriman pertama maupun kedua, Terdakwa selaku Ketua
Puskopaddam XVII/Trikora tidak pernah menggunakan uang Puskopaddam
XVII/Trikora tetapi menggunakan uang milik pembeli yaitu Sdr. Zukri Ganda
Saputra dan nanti akan diperhitungkan dengan keuntungan yang akan diperoleh.
Dengan demikian jika terjadi kerugian di Puskopaddam maka kerugian tersebut
bukan merupakan kerugian keuangan negara melainkan kerugian dari
Puskopaddam itu sendiri, karena modal dari Puskopaddam berasal dari anggota
Puskopaddam itu sendiri.
Dakwaan Oditur militer pada alternatif pertama subsidair melanggar Pasal 3
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-undang Nomor 20 Tahun
2001. Berdasarkan rumusan Pasal 3 maka dapat diketahui bahwa tindak pidana
korupsi menyalahgunakan kewenangan/kekuasaan adalah :
a. dengan maksud;
b. menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;
77
c. menyalahgunakan kewenangan atau kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan;
d. dapat merugikan keuangan/perekonomian negara.
Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.
Keuntungan, baik untuk diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
merupakan keuntungan yang dapat dihitung dengan uang karena akibat yang
ditimbulkan berupa kerugian keuangan negara, meskipun akibat lebih jauh dapat
berupa kerugian perekonomian negara tetapi pemakaian uang yang tidak benar.
Berdasarkan rumusan “diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi” maka
rumusan tersebut bermakna secara alternatif artinya salah satu yang diuntungkan
maka unsur telah dipenuhi. Namun, secara realita memerlukan pengungkapan agar
kenyataan yang sebenarnya diketahui berupa keuntungan diri sendiri, berapa
orang lain/korporasi.7
Dalam eksepsi yang diajukan oleh kuasa hukum terdakwa menyebutkan :
b. dari uraian Oditur Militer Tinggi dalam surat dakwaannya terdapat fakta
yang menyatakan kerugian koperasi (kerugian mana masih harus diuji)
sebesar Rp. 79.259.005, namun kerugian tersebut adalah keuntungan
yang diharapkan dari surat kuasa tanggal 12 Maret 2004 yaitu
melaksanakan penjualan kayu milik Kopermas Arhasso, artinya
Puskopaddam XVII/Trikora bukan pemilik kayu dan tidak pernah
mengeluarkan dana dari kas Puskopaddam. Secara hukum kerugian
7 Leden Marpaung, S.H,. Tindak Pidana Korupsi dan Pemberantasan dan Pencegahan. Djambatan,
Jakarta. 2007, hal. 44.
78
tersebut bukan kerugian karena penggunaan dana Puskopaddam
XVII/Trikora.
c. Mekanisme pertanggungjawaban mengenai kerugian dalam suatu koperasi
tidak dapat dihitung secara parsial dalam 1 (satu) bidang kegiatan saja
tetapi harus dihitung secara keseluruhan kegiatan koperasi selain dari
hasil penjualan kayu
Dengan demikian dakwaan Alternatif Pertama Oditur militer tidak dapat
dijadikan acuan/alasan untuk mempidana Terdakwa, karena dari awal unsur-unsur
yang terdapat dalam tuntutan Oditur Militer tidak sesuai dengan perbuatan
Terdakwa. dengan tidak terbuktinya unsur kedua “menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi”, maka unsur-unsur yang lan tidak perlu
dibuktikan. Berdasarkan eksepsi yang diajukan oleh Penasehat Hukum terdakwa
Majelis Hakim mengesampingkan dakwaan dari Oditur Militer tersebut, dan
mempertimbangkan dakwaan alternatif kedua yaitu Pasal 372 KUHP.
Berasarkan dakwaan alternatif kedua yang diajukan oleh Oditur Militer,
Majelis Hakim mengkaji lebih lanjut dakwaan tersebut. Dalam dakwaan alternatif
kedua mengenai Pasal 372 KUHP yang menyatakan “Barang siapa dengan
sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan”. Dalam unsur yang ketiga tentang barang
siapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri barang
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, menurut
79
Majelis Hakim tidak terbukti secara syah dan meyakinkan karena unsur
kepemilikan / siapa pemilik persis belum jelas, dan masih merupakan kewenangan
pada Hakim Perdata dalam lingkungan Peradilan Umum dan bukan kewenangan
Hakim Peradilan Militer, maka untuk melaksanakan hukum sebagaimana
didakwakan dibebaskan dari semua dakwaan.
berdasarkan fakta-fakta dalam surat putusan Nomor PUT/18-K/PMT-
III/AD/VII/2008, Majelis Hakim yang berpendapat uang sebesar Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) dari hasil keuntungan EMKL Puskopaddam
XVII/Cendrawasih yang dipinjam secara pribadi oleh Terdakwa menjadi
tanggungjawab pribadi Terdakwa dengan pihak koperasi Puskopaddam
XVII/Cendarawasih. Hal tersebut bukan merupakan unsur pidana, melainkan
lebih ke unsur perdata.
Keuntungan sebesar Rp. 15.000.000,- tersebut bersarkan fakta Bahwa yang
melakukan pembayaran jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) adalah Zukri
Ganda Saputra (saksi-4) sebesar Rp. 20.035.500,- dengan perincian kayu milik
Puskopaddam XVII/Trikora sebanyak 650,76x Rp. 15.000,- = Rp. 9.750.000,- dan
kayu milik PT. Bama Pratama Adi Jaya sebanyak 685,70 x Rp 15.000,- = Rp.
10.285.500, kemudian dipotong biaya operasional sebesar Rp. 4.535.500,- sisanya
sebesar Rp. 15.500.000,- yang merupakan keuntungan EMKL Puskopaddam
XVII/Trikora dan seharusnya masuk ke bendahara Puskopaddam XVII/Trikora
diambil/dipakai oleh Terdakwa pada hari Jum’at tanggal 29 Oktober 2004.
80
Unsur ketiga dalam pasal 372 KUHP menurut penulis Terdakwa sudah
memenuhi unsur ketiga tersebut yang menyatakan bahwa “mengaku sebagai milik
sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain”. Terdakwa melakukan perjanjian jual beli kayu dengan kopermas arhasso,
kemudian keuntungan dari penjualan kayu tersebut yang seharusnya di masukan
dalam buku kas Puskopaddam justru di ambil Terdakwa yang dianggap sebagai
pinjaman, Terdakwa terbukti meminjam uang sebesar Rp. 15.000.000,- dari
keuntungan UMKL Puskopaddam tanpa sepengetahuan bendahara Puskopaddam
XVII/Trikora. Perbuatan Terdakwa tersebut sudah memenuhi unsur ketiga Pasal
372 KUHP yang menyatakan mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain.
Sedangkan unsur ketiga dalam Pasal 372 KUHP yang menyatakan bahwa
“ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”. Keuntungan tersebut
merupakan kekuasaan dari Terdakwa selaku ketua Puskopaddam XVII/Trikora
dan meminjam keuntungan tersebut untuk melakukan jual beli kayu bulat yang
dilakukan Terdakwa bersama Saksi-2. Dengan kata lain perbuatan Terdakwa
tersebut terbukti dan sesuai dengan unsur keempat Pasal 372 KUHP tetapi
perbuatan Terdakwa tersebut bukan merupakan tindak pidana.
Dengan demikian perbuatan terdakwa sudah memenuhi unsur pada Pasal 372
KUHP yang di dakwakan, tetapi perbuatan terdakwa bukan merupakan perbuatan
pidana, melainkan lebih ke unsur perdata. Berdasakan keterangan saksi
peminjaman yang dilakukan oleh terdakwa sebelum adanya laporan tindak pidana
81
sehingga merupakan perbuatan perdata, dilain sisi apabila pengakuan terdakwa
dilakukan sesudah adanya laporan tindak pidana perbuatan terdakwa merupakan
tindak pidana. Dengan demikian lebih tepat apabila Majelis Hakim memberikan
putusan lepas dari segala tuntutan, sesuai dengan Pasal 189 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer karena perbuatan
terdakwa merupakan perbuatan dalam lingkup keperdataan apabila terdakwa
dinyatakan lepas sesuai dengan Pasal tersebut, perbuatan terdakwa masih harus di
adili di lingkungan perdata.