26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai komunikasi dalam praktik Kebidanan I, maka setiap Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau melakukan Praktik Belajar Lapangan. Praktik Belajar Lapangan (PBL) sendiri merupakan suatu bentuk aplikasi belajar mengajar yang dilaksanakan dilapangan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan pengetahuannya secara langsung kemasyarakat dalam bentuk praktik dan dapat berdampak nyata serta pengamatan. Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.frase dua atau lebih perlu ditekankan ,karena sebagian literatur menyebut istilah komunikasi intrapersonal,yakni komunikasi diri sendiri. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau symbol,baik bentuk verbal atau bentuk nonverbal,tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistemsimbol yang sama.Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan,sehingga tidak terjadi salah persepsi. Seperti yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari yang namanya komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi secara langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap muka secara langsung sedangkan komunikasi 1

BAB III Laporan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

guna

Citation preview

Page 1: BAB III Laporan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai komunikasi dalam

praktik Kebidanan I, maka setiap Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau

melakukan Praktik Belajar Lapangan.

Praktik Belajar Lapangan (PBL) sendiri merupakan suatu bentuk aplikasi belajar

mengajar yang dilaksanakan dilapangan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa

untuk menerapkan pengetahuannya secara langsung kemasyarakat dalam bentuk praktik dan

dapat berdampak nyata serta pengamatan.

Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan

nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau

lebih.frase dua atau lebih perlu ditekankan ,karena sebagian literatur menyebut istilah

komunikasi intrapersonal,yakni komunikasi diri sendiri. Komunikasi terjadi jika

setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui

penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau symbol,baik bentuk verbal atau

bentuk nonverbal,tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang

berkomunikasi punya suatu sistemsimbol yang sama.Komunikasi efektif terjadi

apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik

atau sama oleh komunikan,sehingga tidak terjadi salah persepsi.

Seperti yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas

dari yang namanya komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Komunikasi secara langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap

muka secara langsung sedangkan komunikasi secara tidak langsung bisa melalui

perantara orang ketiga yang menyampaikan pesan nantinya. Hal ini pasti selalu ada di

dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi sifat manusia itu sendiri adalah makhluk

social yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri melainkan perlunya interaksi

dengan manusia lainnya. Salah satu bentuk konkret dari interaksi ini adalah

komunikasi tersebut. Komunikasi juga dilakukan untuk proses kesembuhan bagi klien

disebut dengan komunikasi terapeutik, komunikasi ini dilakukan oleh tenaga

kesehatan khususnya bidan. Maka dari itu, mahasiswa DIII Kebidanan Tk. I

melakukan kegiatan Praktik Belajar Lapangan di Klinik Pratama Afiyah.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mencapai kompetensi pembelajaran komunikasi dalam praktik

kebidanan.

2. Tujuan Khusus

1

Page 2: BAB III Laporan

a. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan komunikasi yang baik dan

benar.

b. Mahasiswa mampu mengamati perbedaan praktik yang didapat dipendidikan

dengan praktik yang didapat di lahan praktik.

1.3 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan pengetahuan mahaasiswa serta perjalanan mahasiswa dalam

menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan dilahan praktik yaitu di Klinik

Pratama Afiyah.

2. Bagi Pembaca

Menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca agar lebih mengetahui hal-hal

apa saja yang menjadi hal penting dalam melakukan pelayanan kebidanan pada masa

kehamilan.

3. Bagi Institusi

Sebagai acuan bagi institusi untuk peningkatan mutu dan kualitas para mahasiswa

dan institusi itu sendiri.

2

Page 3: BAB III Laporan

BAB II

TINAJUAN TEORI

2.1 Komunikasi Terapeutik

2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

a. Komunikasi terapeutik di definisikan sebagai komunikasi yang di

rencanakan secara sadar dimana kegiatan dan tujuan di pusatkan untuk

kesenbuhan klien (Uripni dkk,2003).

b. Komunikasi terapiutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat

untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress ,mengatasi

gangguan psikologis , dan belajar bagaimana berhubungan dengan

orang lain (Northouse , 1998).

c. Komunikasi terapiutik adalah hubungan interpersonal antara perawat

dank lien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh

pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman

emosional klien (Stuart G.W,1998).

Dari beberapa beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa

komunikasi terapiutik adalah komunikasi yang di lakukan atau di rancang untuk

tujuan terapi.Pada profesi kebidanan komunikasi menjadi sangat penting karena

komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam

asuhan kebidanan,komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam

mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart,G.W.1998). karena bertujuan

untuk terapi maka komunikasi dalam kebidanan disebut komunikasi terapeutik.

Banyak yang mengira atau berpendapat bahwa komunnikasi terapeutik

identik dengan senyum dan bicara lemah lembut. Pendapat inni tidak salah tapi

mungkin terlalu menyederhanakan arti dari komunikasi terapeutik itu sendiri,

karena inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan untuk

tujuan terapi.

3

Page 4: BAB III Laporan

2.1.2 Tujuan komunikasi terapeutik

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien

kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien

yang meliputi:

a. Membantu klien memperjelas dan mengurangi baban perasaan dan

pkiran

b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien

c. Membantu memengaruhi orang lain,lingkungan fisik, dan diri

sendiri

2.1.3 Sikap komunikasi terapeutik

Egan (1992) mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk menghadirkan

diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik yaitu :

a. Berhadapan : Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.

b. Mempertahankan kontak mata : Kontak mata pada level yang

sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk

tetap berkomunikasi.

c. Membungkuk kearah klien : Posisi ini menunjukkan keinginan

untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.

d. Memperihatkan sikap terbuka: Tidak melipat kaki atau tangan

menunjukikan keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap

membantu.

e. Tetap rileks : Tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara

ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respon kepada klient,

meskipun dalam situasi yang kurang menyenangkan.

2.1.4 Teknik-teknik komunikasi terapeutik

Setiap klien tidak sama perlakuannya, oleh karena itu di perlukan

penerapan teknik berkomunikasi yang berbeda pula. Berikut ini adalah teknik

komunikasi dari beberapa ahli yang dapat di terapkan dalam komunikasi

terapeutik.

a. Mendengar aktif dengan penuh perhatian

Adapun beberapa keterampilan mendengarkan penuh perhatian, yaitu:

1) pandang klien dan keluarga ketika sedang berbicara.

2) Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk

mendengarkan.

4

Page 5: BAB III Laporan

3) Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.

4) Tidak menyilangkan kaki dan tangan.

5) Menghindari gerakan yang tidak perlu.

6) Menganggukkan kepala apabila klien membicarakan hal yang penting

atau memerlukan umpan balik.

7) Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

Dua macam teknik mendengar adalah sebagai berikut:

a) Mendengar pasif.

Kegiatan mendengar dengan pesan non verbal untuk klien misalnya

dengan kontak mata, menganggukkan kepala, dan juga keikut sertaan secara

verbal. Mendengar pasif akan dapat memberdayakan diri kita saat kita

mendengar dengan pasif karena kita kurang memahami perasaan orang lain

b) mendengar aktif.

Kegiatan mendengar yang menyediakan pengetahuan bahwa kita tahu

perasaan orang lain dan mengerti mengapa dia merasakan hal tersebut.

Keuntungan yang di peroleh jika mampu mengembangkan keterampilan

mendengar aktif adalah sebagai berikut:

klien dan kelurga merasa di dengar dan di pahami maksudnya.

Klien dan keluarga merasa dirinya berharga dan penting

Klien dan keluarga merasa nyaman dengan keadaan tersebut

Klien dan keluarga mampu berkomunikasi

b. Menunjukkan penerimaan

Menerima di sini diartikan bahwa kita bersedia untuk mendengarkan orang

lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju.

Berikut ini adalah sikap bidan yang menyatakan penerimaan

Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.

Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan komunikasi verbal.

c. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan

Tujuan seorang bidan mengajukan suatu pertanyaan adalah untuk

mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien

dan kelurganya. lebih baik jika pertanyaan tersebut dikaitkan dengan topik yang

di bicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.

d. Pertanyaan terbuka

Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban “Ya” dan “Mungkin”, tetapi

pertanyaan memerlukan jawaban yang luas sehingga klien dapat mengemukakan

masalahnya, perasaannya dengan kata-kata sendiri, atau dapat memberiakan

informasi yang di perlukan.

5

Page 6: BAB III Laporan

e. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri

Mengulang kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh klien dan

keluarga memberitahukan bahwa bidan telah memberikan umpan balik sehingga

klien dan keluarga mengetahui bahwa pesannya di mengerti dan mengharapkan

komunikasi berlanjut. Namun, bidan perlu berhati-hati ketika menggunakan

metode ini karena pengertian bisa menjadi rancu apabila pengucapan ulang

mempunyai arti yang berbeda.

f. Pertanyaan klarifikasi.

Berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau

meminta klien menjelaskan artinya. Apabila terjadi kesalahpahaman, bidan perlu

menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan

pengertian karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan asuhan

kebidanan yang optimal. Supaya pesan dapat sampai dengan benar, seorang bidan

perlu memberikan contoh yang konkret dan mudah untuk di mengertioleh klien.

g. Memfokuskan

Metode ini di lakukan dengan tujuan untuk membatasi bahan pembicaraan

sehingga lebih spesifik dan dapat di mengerti. Bidan tidak seharusnya

memutuskan pembicaraanklien ketika menyampaikan masalah yang penting,

kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.

h. Menyampaikann hasil observasi

Seorang bidan perlu memberikan suatu umpan balik kepada klien dan

keluarga dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat di ketahui

apakah pesan dapat di terima dengan benar. Bidan menguraikan kesan yang di

timbulkan oleh syarat nonverbal klien.

i. Menawarkan informasi

Memberikan tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih

baik bagi klien terhadap keadaannya. Memberikan tambahan informasi merupakan

pendidikan kesehatan klien. Selain itu, hal ini akan menambah rasa percaya klien

terhadap bidan itu sendiri. Jika terdapat informasi yang di tutupi oleh dokter, bidan

perlu mengklarifikasi alasannya. Bidan tidak boleh memberikan nasihat kepada

klien ketika memberikan suatu informasi, tetapi di harapkan dapat memfasilitasi

klien untuk membuat suatu keputusan untuk dirinya sendiri.

j. Memberikan penghargaan

Memberi salam pada klien dan keluarga dengan menyebut namanya

menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi , untuk menghargai klien

dan keluarga sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung

jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.

k. Refleksi

6

Page 7: BAB III Laporan

Mengarahkan kembali ide, perasaan ,pertanyaan , dan isi pembicaraan kepada

klien. Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide serta

perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Jika klien bertanya apa yang harus

ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan ,maka bidan dapat menjawab “Bagaimana

menurut anda ?”. Jadi, dengan demikian bidan mengindikasikan bahwa pendapat

klien adalah berharga dan klien memiliki hak untuk dapat melakukan hal tersebut,

maka klienpun akan dapat berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang

mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan

bukan sebagai bagian dari orang lain.

7

Page 8: BAB III Laporan

BAB III

GAMBARAN TEMPAT PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN

3.1 Profil Klinik Pratama Afiyah

Klinik pratama adalah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dan diselenggrakan oleh

lebih dari satu jenis tenaga kesehatan (perawat dan bidan) serta dipimpin oleh seorang

tenaga medis (dokter atau dokter spesialis).

Profil Klinik Pratama Afiyah berisi tentang gambaran situasi kesehatan di Klinik

Pratama Afiyah. Dalam profil ini memuat berbagai data tentang kesehatan, yang

meliputi data derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan.

Untuk menunjang berbagai program pemerintah dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) hal terpenting yang dilakukan

pemerintah adalah mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan. Maka melalui surat izin dari pemerintah setempat tahun 1989 Bidan Foni

Aria, A.Md.Keb, SKM mendirikan sebuah BPS (Bidan Praktek Swasta). Seiring

meningkatnya kebutuhan masyarakat kota pekanbaru akan pelayanan kesehatan serta

pengobatan umum, terutama untuk wilayah kelurahan Labuhan Baru Barat, maka

pada tahun 2002 berdasarkan Surat Keputusan Pemerintahan Kota Pekanbaru No.

440/441/SI-PB/IV/2002/2012 dan No. 440/441/SI-RB/XI/2007/2012 berdirilah

Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Afiyah dengan seorang dokter penanggung

jawab yaitu dr. Abner NT, M.Si dan konsultan yaitu dr. Triadi, SpOG.

Pada tanggal 17 Oktober 2014, berdasarkan surat keputusan izin klinik No.

36/05.13/BPTPM/X/2014 Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Afiyah berganti

menjadi Klinik Pratama Afiyah dengan seorang dokter penanggung jawab yakni dr.

Putri Ingen Setiasih, dokter konsultan dr. Triadi, SpOG, dan seorang dokter full timer

yakni dr. Silvia Feronik. Klinik Pratama Afiyah juga memiliki seorang Apoteker dan

8

Page 9: BAB III Laporan

enam (6) orang tenaga medis yang ada saat ini. Dalam memberikan pelayanan

terhadap klien, Klinik Pratama Afiyah beroperasi 24 jam 7 hari dalam seminggu.

Adapun visi dan misi Klinik Pratama Afiyah dalam memberikan pelayanan

kesehatan adalah sebagai berikut.

VISI

Menjadikan Klinik Pratama Afiyah yang Bermutu, Terjangkau dan Paling

Diminati di wilayah Kecamatan Payung Sekaki.

MISI

1. Membantu pemerintah meningkatkan derajat kesehatan, menurunkan angka

kesakitan, menurunkan angka kematian, dan meminimalkan angka kecacatan.

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau.

3. Menumbuhkan kesadaran budaya hidup sehat,

4. Menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar.

5. Memberikan pelayanan dan konseling sesuai dengan standart operating

procedur (SOP) sehingga dapat memberikan kepuasan bagi klien.

STRUKTUR ORGANISASI KLINIK

Pemilik : Foni Aria, A.md. Keb, SKM

Dokter Penanggung Jawab : dr. Putri Ingen Setiasih

Apoteker Penanggung Jawab : dr. Sri Hendayani, S.Si, Apt

Tenaga Medis dan Para Medis : 1. dr. Silvia Feronika

2. Foni Aria, Amd.Keb, SKM

3. Gres Lidia Weli, Amd. Keb

4. Wiwit Nazilawati Amd. Keb

9

Page 10: BAB III Laporan

5. Sri Wahyuni Amd. Keb

6. Rija Novriani Amd. Keb

7. Febi Handayani Amd. Keb

3.2 Keadaan Geografis

Klinik Pratama Afiyah berada dalam wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki

yang terletak di jalan Fajar IV No. 1 luas wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki

adalah 51, 4 Km2 dengan 182 RT dan 28 RW dengan perincian :

Kelurahan labuh baru timur 57 RT, 12 RW

Kelurahan labuh baru barat 61 RT, 14 RW

Kelurahan tampan 49 RT, 9 RW

Kelurahan air hitam 15 RT, 3 RW

Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki adalah sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan rumbai

Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan tampan

Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten kampar

Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan senapelan dan sukajadi

3.3 Sarana dan Prasarana

3 Ruang Tunggu

1 Meja Resepsionis

1 Ruang Apotek

4 ruang rawat inap

2 ruang periksa

1 ruang KB

2 Ruang partus

1 mussola

1 ruang dapur

1 parkir motor

1 kamar mandi

10

Page 11: BAB III Laporan

3.2 Tahapan Kegiatan dan Hasil PBL (Praktik Belajar Lapangan)

3.2.1 Tahapan Kegiatan

Pembagian kelompok dan pembagian tempat praktik belajar lapangan dibagi oleh

koordinator mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan oleh Ibu Ani Laila

pada tanggal 28 April 2015. Pada hari itu juga mahasiswa melakukan konfirmasi

kembali pada klinik tempat mahasiswa akan melakukan Praktik Kulia Lapangan yaitu

Klinik Pratama Afiyah. Mahasiswa melakukan konfirmasi kepada pegawai atau bidan

yang bekerja pada waktu itu. Mahasiswa menjelaskan maksud tujuan mereka

melakukan praktik kerja lapangan dan meminta izin serta bimbingan bagaimana

tekhnis yang diperbolehkan oleh pembimbing lapangan dalam melakukan praktik

belajar lapangan.

Tanggal 30 April 2015, pada hari pertama mahasiswa dibimbing oleh

pembimbing kelompok Praktik Belajar Lapangan yaitu Ibu Melly Wardanis. Jumlah

anggota kelompok sebanyak 7 (tujuh) orang. Mahasiswa memulai praktik belajar

lapangan di Klinik Pratama Afiyah pada pukul 17:20 WIB hingga 21:00 WIB.

Anggota kelompok sebanyak tujuh orang mahasiswa tersebut dibagi lagi menjadi 4

kelompok kecil yang jumlah masing-masing kelompok adalah 2 orang. Mahasiswa

melakukan pengamatan dan masuk ke dalam ruangan secara bergantian sehingga

setiap kelompok kecil ini mengamati klien yang berbeda dengan keluhan yang

berbeda. Sehingga, antara lain yang dapat mahasiswa mahasiswa amati yaitu

pelayanan bidan terhadap klien ANC, KB, Balita, dan Remaja.

Pada tanggal 07 Mei 2015 mahasiswa melakukan Praktik Belajar Lapangan di

Klinik Pratama Afiyah untuk yang kedua kalinya. Jumlah anggota kelompok adalah

tetap 7 orang. Mahasiswa memulai praktik belajar lapangan di Klinik Pratama Afiyah

pada pukul 18 :00 WIB dan berakhir pada 20:00 WIB. Anngota kelompok yang

berjumlah sebanyak tujuh orang kembali dibagi kedalam kelompok kecil yang

masing-masing kelompok kecil ini terdiri dari 2 orang. Sehingga total kelompok kecil

11

Page 12: BAB III Laporan

yang ada adalah 4 kelompok. Hari kedua ini kelompok dapat mengamati cara bidan

yang bekerja di Klinik Pratama Afiah kepada klien secara bergantian dengan kategori

klien atau klien ANC, KB dan balita.

Setelah mahasiswa dapat melengkapi seluruh tuntutan Praktik Belajar Lapangan

mahasiswa ditugaskan untuk membuat laporan mengenai kegiatan yang dilakukan

dan hasil yang didapatkan selama masa Praktik Kuliah Lapangan di Klinik Pratama

Afiyah dan di seminarkan dengan pembimbing institusi.

3.2.2 Hasil PBL (Praktik Belajar Lapangan)

Mahasiswa melakukan pengamatan mengenai cara berkomunikasi yang

dilakukan oleh bidan dan pegawai yang bekerja pada Klinik Prata Afiyah. Mahasiswa

hanya sekedar melakukan observasi ataupun pengamatan pada saat bidan melakukan

komunikasi dan memberikan pelayanan kepada klien ataupun klien. Secara

keseluruhan mahasiswa melakukan pengamatan komunikasi bidan terhadap beberapa

klien, tetapi mahasiswa mengambil dan mengamati secara mendalam bagaimana

komunikasi yang bidan lakukan terhadap seorang klien yang sedang hamil.

Klien yang sedang hamil tersebut datang untuk mendapatkan pelayanan

antenatal atau biasa dikenal dengan sebutan ante natal care (ANC). Pada saat

kunjungan tersebut, usia kandungan klien sudah memasuki usia 35 minggu. Ini

merupak kunjungan ulang klien ke Klinik Pratama Afiyah.

Awalnya bidan melakukan pemeriksaan tekan darah, suhu, dan nadi klien yang

dibantu oleh mahasiswa tingkat 2 yang sedang berdinas. Setelah selesai pemeriksaan

bidan melakukan palpasi terhadap klien. Oleh karena adanya mahasiswa yang sedang

berdinas dan ingin melakukan palpasi kembali pada klien bidan meminta izin kepada

klien dengan menginformasikan kepada klien bahwa beliau akan membimbing

mahasiswa dalam melakukan palpasi terhadap klien tersebut. Setelah mendapatkan

persetujuan dari klien barulah bidan memperbolehkan mahasiswa melakukan palpasi

kembali terhadap klien tersebut tentunya dibawah pengawasan dan bimbingan dari

bidan.

12

Page 13: BAB III Laporan

Keadaan umum klien adalah baik. Bidan melakukan anamnesa singkat

mengenai keluhan yang sedang dirasakan ibu dan menanyakan berbagai macam hal

antaralain persiapan klien. Persiapan yang ditanyakan bidan seperti persiapan mental

serta fisik, persiapan ibu mengenai pakaian bayi, antisipasi ibu jika terjadi sesuatu

yang mendesak saat proses persalinan seperti siapa yang akan menjadi pendonor

darah jika terjadi perdaraan, siapa yang akan mendampingi klien dalam proses

persalinan. Bidan juga mengingatkan kembali secara garis besar hal-hal yang telah

dijelaskan sebelumnya berdasarkan buku KIA yang dibawa klien. Apaun yang bidan

jelaskan adalah cara pemberian ASI ekslusif, pemberian makan pada anak di atas 6

bulan, dan tanda-tanda akan persalinan.

13

Page 14: BAB III Laporan

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang mahasiswa lakukan di Klinik Pratama Afiyah

pada mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan didapatkan hasil bahwa

komunikasi yang dilakuka oleh para bidan yang bekerja di Klinik Pratama Afiyah

adalah baik dan sebagian besar bersesuaian dengan teori yang dibahas pada

perkuliahan.

Adapun hal-hal yang bersesuaian dengan teori yang dimaksud adalah bidan

melakukan komunikasi yang efektif, bersahabat, adil dan tidak membeda-bedakan

klien, memperhatikan hak-hak klien dan keinginan klien.

Adapun bentuk kenyamanan yang diberikan oleh Klinik Pratama Afiyah

berbentuk lingkungan yang bersih, tidak panas dan memiliki penerangan yang

baik. Klinik Pratama Afiyah juga memiliki ruangan tunggu yang cukup besar,

ruang pemeriksaan yang tertutup sehingga dapat menjaga privasi dari klien serta

tidak sempit. Ruang rawat inap yang disediakan berupa ruangan yang nyaman

karena dikondisikan seperti kamar sendiri dan sebelum ada yang menghuni salah

satu kamar tersebut pegawai lainnya melakukan pembersihan ruangan dan juga

memberikan obat nyamuk serta pengarum ruangan agar menambah kenyamanan

klien.

Pada saat klien yang mahasiswa amati masuk ke ruangan pemeriksaan bidan

menyambutnya dengan senyuman dan sedikit bercanda guna mencairkan suasana.

Dalam melakukan anamnesa bidan duduk dihadapan klien dan selalu menghadap

ke klien ketika berbicara. Bidan juga memberikan senyuman dan anggukan kepala

serta ekspresi wajah yang menunjukan perhatian dan tidak memandang klien

dengan pandangan menilai. Dalam melakukan pemeriksaan dan komunikasi tubuh

bidan selalu menghadap dan condong ke klien. Selalu bersikap santai dan

14

Page 15: BAB III Laporan

bersahabat, tidak tergesa-gesa dalam melakukan pemeriksaan serta melakukan

kontak mata atau tatapan mata sesuai dengan cara yang dapat diterima.

Selama berkomunikasi bidan dapat mengontrol volume, intonasi dan

kecepatan berbicara kepada klien, berbicara dengan jelas dan tidak berputar-putar

sehingga klien tidak kebingungan dengan apa yang disampaikan bidan. Bidan juga

dapat memberikan respon terhadap tingkah laku verbal dan non verbal klien

dengan memberikan perhatian kepada tingkah klien seperti ketika klien menarik

nafas panjang dan wajah klien seperti menahan rasa sakit bidan langsung bertanya

mengenai kondisi klien. Ternyata setelah ditanya klien mengatakan bahwa pada

satu minggu sebelum kunjungan klien mulai merasakan nyeri pada pinggangnya.

Bidan memberikan respon yang positif terhadap komunikasi verbal dan non verbal

klien.

Dalam melakukan anamnesa atau pemeriksaan bidan mengajukan pertanyaan

satu persatu, menggunakan pertanyaan terbuka dan mendalam serta menjadi

pendengar yang aktif dengan member kesempatan klien menyelesaikan

ucapannya, mendengar aktif dengan melakukan refleksi perasaan dan

memfokuskan diskusi pada hal-hal yang menjadi keprihatinan dan perhatian klien.

Hal ini terdapat dalam kegiatam ketika klien mengeluhkan kecemasan mengenai

persalinannya dan menanyakan mengenai mitos-mitos yang klien pernah dengar.

Setelah bidan mendengar semua cerita dari klien bidan menceritakan mengenai

persalinan dan meluruskan mengenai mitos-mitos yang ditanyakan klien.

Bidan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan dab keingin

tahuan klien membantu merumuskan langkah pemecahan masalah seperti solusi

untuk tempat melahirkan jika klien takut melahirkan kepada bidan namun bidan

tidak menunjukkan tempat rujukan tersebut secara langsung.

15

Page 16: BAB III Laporan

Setelah selesai pemeriksaan pada akhir kunjungan bidan melakukan

perangkuman pembicaraan secara tepat sesuai permasalahan yang telah dilakukan.

Ada beberapa hal yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi terdapat pada teori

seperti bidan tidak menggunakan alat bantu untuk memperjelas informasi karena

rata-rata semua informasi yang diberikan bersifat ringan dan sederhana. Bidan

tidak menanyakan kembali sejauh mana pemahaman klien. Bidan juga tidak

menyampaikan kapan klien harus melakukan kunjungan ulang serta mengatakan

akan merahasiakan segala rahasia kliem ataupun hasil pemeriksaan kepada klien

secara langsung.

16

Page 17: BAB III Laporan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari Praktik Belajar Lapangan yang dilakukan mahasiswa DIII – Kebidanan Tk.

I tidak terdapat hambatan saat melakukan Praktik Belajar Lapangan di Klinik Pratama

Afiyah. Namun mahasiswa tidak mencapai beberapa pencapain keterampilan mata

kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan.

Mahasiswa melakukan praktik belajar lapangan selama dua hari dengan

melakukan observasi bersama kelompok kecil yang berjumlah dua orang yang

merupakan pembagian kelompok besar dengan jumlah keseluruhan adalah tujuh

orang.

Berdasarkan pengamatan yang mahasiswa lakukan di Klinik Pratama Afiyah

mengenai pelayanan terhadap klien dapat dikategorikan baik. Hal tersebut

dikarenakan pelayanan yang diberikan bersifat bersahabat, ramah, sesuai dengan

kebutuhan klien. Bidan juga mendengarkan keluhan klien dengan baik dan tidak

membeda-bedakan klien dalam memberikan pelayanan. Kemudian didukung juga

dengan kondisi bangunan yang bagus, bersih dan nyaman.

5.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat

secara pendidikan pada masa perkuliahan dikelas dan dapat menyesuaikan dengan

ilmu yang didapatkan di lapangan pada saat melakukan Praktik Belajar Lapangan.

Mahasiswa diharapkan lebih mengetahui bagaiman keadaan dilapangan yang

sebenarnya dan dapat mengambil pelajaran yang baik dari pengamatan yang

dilakukan dan menjadikan sebagai pelajaran untuk dapat menjadi lebih baik.

2. Bagi Lahan Praktik

17

Page 18: BAB III Laporan

Dapat memberikan pelayanan yang baik dan bermutu kepada klien dan

memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk juga dapat melakukan komuniksi

kepada klien pada saat kunjungan.

18