8
BAB III LITERATUR REVIEW A. Asrin, Eti Purwatiningsih dan Safrudin ANS dengan judul Hubungan Kualitas Tidur Dengan Lama Hari Dirawat Pasien Gastritis Di RSU Kebumen Tahun 2009 Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Aan Sunani dan Ratifah dengan judul Asrin, Eti Purwatiningsih dan Safrudin ANS dengan judul Hubungan Kualitas Tidur Dengan Lama Hari Dirawat Pasien Gastritis di RSU Kebumen Tahun 2009, yaitu : 1. gastritis di ruang rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen, presentase terbesar pada lama perawatan 1-2 hari atau tidak lama (30%). 2. Gambaran kualitas tidur pasien gastritis di ruang rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen adalah presentase terbesar pada kualitas tidur cukup sejumlah 10 orang (50%). 3. Terdapat hubungan kualitas tidur pasien gastritis dengan lama hari dirawat di ruang rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen. B. Mawaddah Rahma, Jumriani Ansar dan Rismayanti dengan judul Faktor Risiko Kejadian Gastritis di

BAB III Literature Review

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Paper

Citation preview

BAB III LITERATUR REVIEW

A. Asrin, Eti Purwatiningsih dan Safrudin ANS dengan judul Hubungan Kualitas Tidur Dengan Lama Hari Dirawat Pasien Gastritis Di RSU Kebumen Tahun 2009 Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Aan Sunani dan Ratifah dengan judul Asrin, Eti Purwatiningsih dan Safrudin ANS dengan judul Hubungan Kualitas Tidur Dengan Lama Hari Dirawat Pasien Gastritis di RSU Kebumen Tahun 2009, yaitu :1. gastritis di ruang rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen, presentase terbesar pada lama perawatan 1-2 hari atau tidak lama (30%).2. Gambaran kualitas tidur pasien gastritis di ruang rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen adalah presentase terbesar pada kualitas tidur cukup sejumlah 10 orang (50%).3. Terdapat hubungan kualitas tidur pasien gastritis dengan lama hari dirawat di ruang rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen.B. Mawaddah Rahma, Jumriani Ansar dan Rismayanti dengan judul Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa Tahun 2012.Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Mawaddah Rahma, Jumriani Ansar dan Rismayanti dengan judul Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa Tahun 2012, yaitu :1. Hasil analisis variabel konsumsi alkohol dengan kejadian gastritis menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang tidak pernah mengonsumsi minuman beralkohol (58,0%) dibandingkan dengan yang pernah mengonsumsi minuman beralkohol (42,0%) dan responden yang pernah mengonsumsi minuman beralkohol lebih banyak pada kelompok kasus (52,2%) dibandingkan pada kelompok control (37,0%). Konsumsi minuman beralkohol berisiko 1,86 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Namun, nilai LL dan UL (95%CI 0,91-3,81) mencakup nilai 1 sehingga nilai OR yang diperoleh tidak bermakna secara statistik atau variabel ini bukan merupakan faktor risiko kejadian gastritis.2. Hasil analisis variabel kebiasaan meminum kopi dengan kejadian gastritis menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang meminum kopi 3 cangkir/hari yaitu sebesar (94,1%) dibandingkan dengan yang meminum kopi > 3 cangkir/hari yaitu sebesar (5,1%) dan responden yang meminum kopi > 3 cangkir/hari terdapat pada kelompok kasus yaitu sebesar (15,2%). Kebiasaan meminum kopi berisiko 3,36 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak sering meminum kopi. Nilai LL dan UL (95%CI 2,58 - 4,37) tidak mencakup nilai 1 sehingga nilai OR yang diperoleh bermakna secara statistik.3. Hasil analisis variabel merokok dengan kejadian gastritis menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang merokok < 10 batang per hari (67,4%) dibandingkan dengan yang merokok 10 batang per hari (32,6%), dan responden yang merokok 10 batang per hari lebih banyak pada kelompok kasus (52,2%) dibandingkan pada kelompok kontrol (22,8%). Merokok 10 batang per hari berisiko 3,69 kali menderita gastritis dibandingkan dengan merokok < 10 batang per hari. Nilai LL dan UL (95% CI 1,732-7,856) tidak mencakup nilai 1 sehingga nilai OR yang diperoleh bermakna secara statistik.4. Hasil analisis variabel penggunaan obat anti inflamasi non steroid dengan kejadian gastritis menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang pernah menggunakan obat anti inflamasi non steroid (53,6%) dibandingkan dengan yang tidak pernah menggunakan obat anti inflamasi non steroid (46,4%), dan responden yang pernah menggunakan obat anti inflamasi non steroid lebih banyak pada kelompok kasus (69,6%) dibandingkan pada kelompok kontrol (45,7%). Pernah menggunakan obat anti inflamasi non steroid berisiko 2,72 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak pernah menggunakan obat anti inflamasi non steroid. Nilai LL dan UL (95%CI 1,29-5,76) tidak mencakup nilai 1 sehingga nilai OR yang diperoleh bermakna secara statistik.5. Hasil analisis variabel riwayat gastritis keluarga dengan kejadian gastritis menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang tidak memiliki riwayat gastritis keluarga (65,9%) dibandingkan dengan yang memiliki riwayat gastritis keluarga (34,1%), dan responden yang memiliki riwayat gastritis keluarga lebih banyak pada kelompok kasus (52,2%) dibandingkan pada kelompok kontrol (25,0%). Riwayat gastritis keluarga berisiko 3,27 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat gastritis keluarga. Nilai LL dan UL (95%CI 1,55-6,91) tidak mencakup nilai 1 sehingga nilai OR yang diperoleh bermakna secara statistik.6. Keteraturan makan tidak bermakna secara statistik atau dengan kata lain keteraturan makan tidak berpengaruh terhadap kejadian gastritis, hal ini disebabkan ingatan responden cukup terbatas terhadap waktu makan setiap hari, melihat rata-rata responden berusia di atas lima puluh tahun dan kemampuan daya ingat terhadap waktu makan juga sangat terbatas. Beberapa orang responden mengatakan bahwa terkadang mereka teratur dalam mengonsumsi makanan pokok/utama, hanya untuk makanan selingan/snack yang terkadang tidak teratur. Keterbatasan daya ingat responden menyebabkan informasi yang diperoleh kurang akurat.7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan merupakan faktor risiko kejadian gastritis dengan nilai OR = 2,42 (CI 95% LL=1,17 UL=5,02). Risiko kejadian gastritis untuk responden yang sering mengonsumsi jenis makanan berisiko antara lain jenis makanan yang mengandung gas, makanan yang pedas, makanan bersantan, dan makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah, berisiko 2,42 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak sering mengonsumsi jenis makanan berisiko dan jika dilihat nilai LL dan UL, sub variabel jenis makanan bermakna secara statistik.8. Frekuensi makan merupakan faktor risiko kejadian gastritis dengan nilai OR = 2,33 (CI 95% LL=1,09 UL=4,98). Risiko kejadian gastritis untuk responden dengan frekuensi makan yang tidak tepat yaitu makan kurang dari tiga kali dalam sehari, berisiko 2,33 kali lebih besar menderita gastritis dibandingkan dengan frekuensi makan yang tepat dan jika dilihat nilai LL dan UL, sub variabel frekuensi makan bermakna secara statistik.9. Mawaddah Rahma, Jumriani Ansar dan Rismayanti dengan judul Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa Tahun 2012.C. Maya Sinta Sumangkut, Michael Karundeng dan Sefti Rompas dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Gastritis Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Remaja di SMA Negeri 7 Manado.Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Maya Sinta Sumangkut, Michael Karundeng dan Sefti Rompas dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Gastritis Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Remaja di SMA Negeri 7 Manado, yaitu :1. Pengetahuan remaja tentang gastritis sebelum penyuluhan kesehatan sebagian besar dengan kategori cukup.2. Pengetahuan remaja tentang gastritis sesudah penyuluhan kesehatan sebagian besar dengan kategori baik.3. Perilaku pencegahan gastritis pada remaja sebelum penyuluhan kesehatan sebagian besar dengan kategori perilaku buruk.4. Perilaku pencegahan gastritis pada remaja sesudah penyuluhan kesehatan sebagian besar dengan kategori perilaku sedang.5. Ada perbedaaan pengetahuan remaja tentang gastritis sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan yaitu dengan terjadi peningkatan nilai rata-rata sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan, yang menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang gastritis terhadap pengetahuan remaja tentang gastritis. 6. Ada perbedaan perilaku pencegahan gastritis pada remaja sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan yaitu dengan terjadi peningkatan nilai rata-rata sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan, yang menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang gastritis terhadap perilaku pencegahan gastritis pada remaja.7. Penyuluhan kesehatan memengaruhi pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis pada remaja dengan perbedaan nilai rata-rata sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan.