Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan desain
penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 3 taraf perlakuan
dalam subtitusi tepung ubi jalar kuning, tepung kedelai, dan bayam hijau
sebagai bahan pembuatan cookies berdasarkan kebutuhan snack remaja
(10% dari kebutuhan energi) menurut AKG 2013 dengan energi 212,5 kkal,
karbohidrat 29,2 gram, protein 6,9 gram, lemak 7,1 gram, Fe 2,6 mg. Masing-
masing taraf perlakuan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Desain rancangan
penelitian disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Rancangan Acak Lengkap (RAL)
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2019.
2. Tempat
a. Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan Jurusan Gizi Poltekkes Malang
untuk proses pengolahan cookies.
b. Laboratorium Gizi Universitas Airlangga Surabaya untuk analisis kadar
mutu kimia, kadar zat besi (Fe), dan Vitamin C
c. Laboratorium Organoleptik Jurusan Gizi Poltekkes Malang untuk uji
mutu organoleptik
Taraf Perlakuan Proporsi (%)
Tepung terigu : Tepung ubi jalar kuning :
Tepung kedelai : Bayam hijau
Pengulangan
1 2 3
P1 (47 : 22 : 12 : 19) X11 X12 X13
P2 (47 : 16 : 17 : 21) X21 X22 X23
P3 (47 : 19 : 11 : 23) X31 X32 X33
26
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
a. Formulasi Cookies
1) Pengolahan Tepung Ubi Jalar Kuning dan Tepung Kedelai
Alat yang digunakan adalah timbangan triple beam, kompor, pisau,
panci, dandang, risopan, saringan, oven, baskom, baskom peniris,
loyang, blender, ayakan, nampan dan sendok.
2) Pengolahan Bayam Hijau
Alat yang digunakan adalah blender, gelas ukur, baskom, dan
timbangan
3) Pengolahan Cookies
Alat yang digunakan adalah sendok makan, solat, baskom,
mixer, cetakan cookies, roller, loyang, oven dan gelas ukur.
b. Analisis Mutu Kimia
1) Kadar abu
Alat yang digunakan adalah cawan porselin, desikator,
timbangan analitik, pembakar bunsen, tanur, oven, penjepit dan
spatula.
2) Kadar air
Alat yang digunakan adalah cawan dan penutup, oven,
desikator, timbangan analitik, penjepit cawan dan spatula.
3) Kadar protein
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, labu destilasi, labu
kjedahl, spatula, kondensor, pipet ukur 5 ml, pipet ukur 20 ml, pemanas
desikator, tabung buret, hotplate, breaker glass, penjepit, erlenmeyer
100 ml, labu ukur 100 ml, dan statif.
4) Kadar lemak
Alat yang digunakan adalah soxhlet apparatus, labu lemak, penjepit
cawan, oven, erlenmeyer 100 ml, cawan porselen, timbangan analitik,
desikator dan kertas saring.
5) Kadar karbohidrat
Analisis kadar karbohidrat menggunakan metode by difference.
Kadar karbohidrat merupakan selisih 100% dari persen total protein
dan lemak.
27
c. Analisis Nilai Energi
Analisis nilai energi menggunakan faktor Atwater yakni 1 gram
karbohidrat, protein, dan lemak berturut-turut menghasilkan 4,4 dan 9
kalori (Almatsier, S. 2009).
d. Analisis Kadar Fe
Alat yang digunakan adalah timbangan analtik, cawan porselen,
penjepit cawan, oven, pipet ukur 5 ml, spatula, tanur, tabung reaksi
berasih, alat vortek, gelas ukur, alat dekstruksi dan labu ukur 25 ml.
e. Analisis Kadar Vitamin C
Alat yang digunakan adalah erlenmeyer, pipet ukur, pipet volume,
dan alat titrasi.
f. Mutu Organoleptik
Alat yang digunakan adalah alat tulis (bulpoint), formulir uji
organoleptik (Lampiran 4), stiker label, piring kecil/cup kertas untuk
wadah cookies dan nampan kayu ukuran kecil.
g. Analisis Taraf Perlakuan Terbaik
Alat yang digunakan adalah alat tulis dan formulir penilaian taraf
perlakuan terbaik (Lampiran 5).
2. Bahan
Jumlah bahan pembuatan cookies pengembangan yang dibutukan
disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Jumlah Bahan Pembuatan Cookies Masing-Masing Taraf Perlakuan
Bahan ∑ Bahan masing-masing (g)
P1 P2 P3
Tepung terigu 750 750 750
Tepung ubi jalar kuning 350 255 300
Tepung kedelai 195 105 180
Bayam hijau 300 330 360
Gula halus 60 60 60
Tepung susu skim 120 120 120
Telur ayam 150 150 150
Margarin 120 120 120
28
Spesifikasi bahan pengolahan cookies pengembangan disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Spesifikasi Bahan – Bahan Cookies
Bahan Gambar Spesifikasi
Tepung terigu
Tepung terigu protein rendah dengan merk “kunci biru”, putih bersih, tidak kadaluarsa, tidak berkutu, tidak ada kotoran/benda asing, tidak menggumpal, tidak berbau apek, dan kemasan tidak rusak.
Gula halus
Gula halus merk “mawar”, berwarna putih, tidak lembab, tidak ada benda asing.
Tepung susu skim
Merk “ProLac”. Warna putih kekuningan, aroma khas susu, tidak apek, tidak ada benda asing, dan tidak kadaluarsa.
Margarin
Margarin dengan merk “Blue Band”, tidak tengik, tidak kadaluarsa, dan kemasan tidak rusak.
Telur Ayam
Bersih, bentuk utuh, cangkang tidak retak, dan disimpan disuhu ruang.
Tepung ubi jalar kuning
Produksi “Kusuka Ubiku Yogyakarta”, komposisi kedelai 100%, terdapat P-IRT, tidak kadaluarsa, tidak mau apek, tidak ada kotoran/benda asing, dan kemasan tidak rusak
Tepung kedelai
Produksi “Kusuka Ubiku Yogyakarta”, komposisi ubi jalar kuning 100%, terdapat P-IRT, tidak kadaluarsa, tidak mau apek, tidak ada kotoran/benda asing, dan kemasan tidak rusak
Bayam hijau
Segar, bersih, tidak layu, warna hijau
a. Analisis Mutu Kimia
1) Analisis Kadar Air dan Kadar Abu
Bahan yang digunakan untuk analisis kadar air dan kadar abu
adalah cookies pengembangan.
2) Analisis Kadar Protein
Bahan yang digunakan adalah cookies pengembangan, 𝐶𝑈𝑆𝑂4,
asam laktat 10%, 𝐾𝑀𝑛𝑂4 (1:9), 𝐻2𝑆𝑂4 pekat, Selenium mix, HCl
standar, Asam borat 3%, Indikator metil merah, dan aquades.
3) Analisis Kadar Lemak
Bahan yang digunakan adalah cookies pengembangan, pelarut
lemak, dan kertas saring.
29
4) Analisis Kadar Karbohidrat
Bahan yang digunakan adalah hasil perhitungan kadar air, abu,
protein, dan lemak.
b. Analisis Energi
Bahan yang digunakan adalah data hasil analisis air, abu, protein,
lemak, karbohidrat, dan Fe.
c. Analisis Kadar Fe
Bahan yang digunakan adalah cookies pengembangan, HCL 1 N,
𝑁𝐻𝑂3 pekat, aquades, larutan gidroksil amonium klorida, dan larutan
betafenantrolin.
d. Analisis Kadar Vitamin C
Bahan yang digunakan adalah cookies pengembangan, larutan l2, dan
larutan kanju (amilum).
e. Analisis Mutu Organoleptik
Bahan yang digunakan adalah cookies pengembangan dan air
mineral bagi setiap panelis.
f. Analisis Taraf Perlakuan Terbaik
Bahan yang digunakan untuk analisis taraf perlakuan terbaik adalah
data ranking variabel panelis.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Proporsi subtitusi tepung ubi jalar kuning, tepung kedelai, dan bayam
hijau dalam pembuatan cookies
2. Variabel Terikat
a. Mutu kimia (kadar air dan kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan
kadar karbohidrat)
b. Nilai energi
c. Kadar Fe
d. Kadar Vitamin C
e. Mutu organoleptik (warna, aroma, tekstur, rasa)
30
E. Definisi Operasional Variabel Tabel 17. Definisi Operasional Variabel
Nama Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Ukur
Proporsi tepung ubi jalar kuning, tepung kedelai dan bayam hijau
Perbandingan tepung terigu, tepung ubi jalar kuning, tepung kedelai dan bayam hijau dinyatakan dalam persen (%)
- -
Kadar air Jumlah air pada produk cookies dengan metode pengeringan (oven)
Dinyatakan dalam satuan persen (%)
Rasio
Kadar abu Jumlah abu yang terdapat pada produk cookies dengan metode pengeringan (tanur)
Dinyatakan dalam satuan persen (%)
Rasio
Kadar protein Jumlah protein pada produk cookies dengan metode semi kjeldahl
Dinyatakan dalam satuan persen (%)
Rasio
Kadar lemak Kandungan lemak pada produk cookies dengan metode soxhlet extraction
Dinyatakan dalam satuan persen (%)
Rasio
Kadar karbohidrat
Kandungan karbohidrat pada produk cookies dengan metode by difference
Dinyatakan dalam satuan persen (%)
Rasio
Nilai Energi Besarnya energi pada cookies dapat ditetapkan melalui perhitungan empiris dengan metode faktor atwater
Dinyatakan dalam satuan kkalori
Rasio
Kadar Zat Besi (Fe)
Jumlah zat besi pada cookies
yang ditetapkan dengan metode Atomic Absorption Spektrophotometry (AAS)
Dinyatakan dalam mg/100 gram
Rasio
Kadar Vitamin C Jumlah vitamin C dalam cookies yang ditetapkan dengan metode volumetri (titrasi dengan iodine)
Dinyatakan dalam µg/100 gram
Rasio
Mutu Organoleptik
Tingkat kesukaan panelis yang meliputi atribut warna, aroma, tekstur, dan rasa pada cookies dengan metode Hedonic Scale Test yang terdiri dari 20 panelis
agak terlatih
Dinyatakan dalam 1 = sangat tidak suka 2 = tidak suka 3 = suka 4 = sangat suka
Ordinal
31
F. Prosedur Penelitian
1. Pengolahan Tepung Ubi Jalar Kuning dan Tepung Kacang kedelai
Proses pengolahan tepung ubi jalar kuning menurut Djaafar F, dkk,
(2005) dan tepung kacang kedelai menurut modifikasi dari Astawan
(2004) terlampir pada Lampiran 1.
2. Pengolahan Pengolahan Bayam
Bayam segar
Memisahkan daun bayam dengan tangkai
Mencuci bayam
Blanching (100˚C, 2 menit) kemudian meniriskan
Penggilingan dengan blender
Bubur bayam
Gambar 5. Diagram Alir Pengolahan Bayam
3. Pengolahan Cookies
Faridah et al. (2008) menyatakan bahwa proses pembuatan
cookies secara umum sama dengan proses pembuatan biskuit. Berikut
adalah diagram alir pembuatan cookies
Gambar 6. Diagram Alir Proses Pembuatan Cookies (Modifikasi)
dari Handarsari dan Wulandari, 2010)
Gula halus, telur, dan mentega Pencampuran (mixer) selama 5 menit
Tepung terigu, tepung ubi jalar,
tepung kacang kedelai, dan
bubur bayam
Pencampuran manual dengan spatula kayu dan centong
Pencetakan
Pemanggangan (suhu 180˚C (15 menit)
Cookies
32
G. Metode Analisis
1. Analisis Kadar Air (AOAC, 2005)
Mengeringkan cawan logam dan tutupnya dalam oven pada suhu
98-100˚C selama 30 menit, mendinginkan dalam desikator dan menimbang
cawan. Setelah itu menimbang ± 2 gram sampel dalam cawan tersebut dan
tutup dengan cepat. Meletakkan cawan tersebut dalam drying oven dan
melonggarkan tutupnya. Memanaskan oven sampai suhu 98-100˚C
dengan vakum dipertahankan sekitar 25 mmHg. Melakukan pengeringan
sampai didapatkan berat konstan selama 5 jam. Memasukkan udara
kering ke dalam oven sampai dicapai tekanan atmosfir dan segera
menutup cawan, lalu memasukkan ke dalam desikator dan segera
menimbang setelah dingin pada suhu kamar. Setelah itu kadar air dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) =𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴𝑋 100%
Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)
2. Analisis Kadar Abu (AOAC, 2005)
Analisis kadar abu dilakukan dengan menggunakan metode
gravimetri. Menyiapkan cawan porselin dan mengeringkan dalam oven
dengan suhu 105˚C selama 1 jam. Mendinginkan cawan dalam desikator
selama 15 menit dan menimbang berat awal (x). Memasukkan sampel 3-
5 gram, kemudian dimasukkan kedalam tanur yang suhunya 550˚C selama
3 jam. Dinginkan di luar tanur sampai suhu ± 120˚C, kemudian dimasukkan
dalam desikator. Setelah itu cawan dan abu ditimbang sehingga didapat
berat konstan. Kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (%) =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)𝑥 100%
33
3. Analisis Kadar Protein (AOAC, 2005)
Analisis kadar protein dilakukan dengan menggunakan metode
Kjeldahl. Masukkan 30-50 mg sampel ke dalam labu kjeldahl.
Menambahkan 0,5 g labu kjeldahl dan 2 ml 𝐻2𝑆𝑂4 pekat. Lakukan
destruksi dengan memanaskan selama 2-6 jam sampai diperoleh larutan
jernih dalam tabung, lalu didinginkan. Menambahkan 5 ml aquades ke
dalam labu kjeldahl kemudian ditambahkan 2 tetes indikator pp dan reagen
NaOh-thio sampai suasana larutan menjadi basa (berwarna merah muda).
Siapkan 5 ml asam borat 4% yang telah diberikan 4 tetes indikator MR-
MCG dalam Erlenmeyer 125 ml. Pasang pada mulut distilling tube sampai
terendam dalam asam borat. Kemudian melakukan destilasi dengan
menuang hasil destruksi ke dalam tabung destilasi. Menambahkan 5 ml
aquades ke dalam tabung kjeldahl untuk mencuci sisa laruan. Menampung
destilasi dalam larutan asam borat 3% dan menghentikan destilasi bila
larutan sudah bersifat basa. Setelah itu melakukan titrasi dengan 0,2 N
HCl sampai tercapai larutan berwarna merah muda dan dapat menghitung
N total dengan menggunakan rumus:
% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 =(𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 − 𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 14,007 𝑥 100
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 = % 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖
Keterangan :
14,007 = berat atom nitrogen
Kadar protein diukur dengan mengalikan total nitrogen dengan faktor
konversi bahan makanan 6,25.
4. Analisis Kadar Lemak (AOAC, 2005)
Analisis kadar lemak dilakukan dengan menggunakan metode
Soxhlet Ecstraction. Mengeringkan labu lemak dalam oven suhu 105˚C
selama 30 menit, mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit.
Menimbang erlenmeyer yang akan digunakan untuk menampung minyak
hasil ekstraksi dan menimbang 5 gam bahan pada kertas saring.
Membungkus kertas saring dengan rapi sehingga bahan yang telah
ditimbang tidak bocor keluar kertas saring. Menambahkan pelarut lemak
34
(chlorofom) secukupnya (1,5 x vol ekstraktor) ke dalam labu lemak dan
memasukkan bahan yang dibungkus kertas saring ke dalam sohlet bagian
ekstraktor. Memanaskan labu lemak dan mengekstraksi selama 3-4 jam
(5 x ekstraksi) dan menguapkan chlorofom dari minyak ekstraksi.
Melanjutkan penguapan kloroform selama 30 menit. Kemudian
mendinginkan kedalam eksikator selama 20-30 menit. Selanjutnya
ditimbang dan dicatat beratnya. Kadar lemak dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 (%) =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 (𝑔)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)𝑥 100%
5. Analisis Kadar Karbohidrat
Analisis kadar karbohidrat dilakukan dengan menggunakan metode
by difference (Tejasari, 2005). Kadar karbohidrat dihitung sebagai
pengurangan presentase total kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan
kadar abu.
𝐾𝐻 (%) = 100 − %( 𝑎𝑖𝑟 + 𝑎𝑏𝑢 + 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 + 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛)
6. Nilai Energi (Almatsier, S. 2009)
Nilai energi diperoleh dengan menggunakan faktor Atwater, nilai energi
makanan ditetapkan melalui perhitungan komposisi karbohidrat, lemak,
dan protein, serta nilai energi dari makanan tersebut.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 = (4𝑥%𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑡(𝑔)) + 4𝑥%𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛(𝑔)) + 9𝑥%𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘(𝑔))
7. Analisis Kadar Fe
Analisis kadar Fe dilakukan dengan metode Atomic Absorbtion
Spectrofotometry (AAS). Abu dilarutkan kedalam larutan HCl 10% dan 5
ml 𝐻𝑁𝑂3 dalam labu ukur 100 ml. Setelah larut, ditambahkan aquades
hingga tanda batas. Kemudian disaring hingga diperoleh fitrat jernih. Fitrat
dimasukkan kedalam piala gelas 100 ml kemudian dihubungkan dengan
pipa kapiler masuk kedalam alat AAS spektrometer untuk diukkur nilai
absorbansinya pada panjang gelomban 248,3 nm sehingga dapat dihitung
kadar Fe.
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑒 (𝑚𝑔) =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐹𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐹𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐹𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
35
8. Analisis Kadar Vitamin C (Sudarmadji, 1989)
Analisis vitamin C dilakukan dengan metode iodimetri. Sampel
digerus homogen dan ditimbang sejumlah 0,1 gram. Catat sebagai berat
mula-mula. Kemudian diencerkan dengan aquades di dalam labu ukur 100
ml hingga tera. Dipipet 10 ml larutan sampel, kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 2 tetes larutan kanju (amilum).
Lakukan titrasi dengan larutan 𝑙2 0,01 M, dari sampel berubah warna dari
bening menjadi biru violet. Catat volume 𝑙2 yang digunakan. Kadar vitamin
C dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 (%) =𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎𝑥 100%
9. Analisis Mutu Organoleptik
Uji mutu organoleptik dilakukan menggunakan metode Hedonic Scale
Test untuk mengetahui daya terima terhadap cookies pengembangan.
Jenis parameter yang diuji yaitu warna, aoma, tekstur, dan rasa. Skala
kesukaan dinyatakan dalam 4 tingkat kesukaan, yaitu :
1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3 = suka
4 = sangat suka
Panelis dalam penelitian ini adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang Jurusan Gizi Tingkat II dan III yang berjumlah 20 orang
dengan kriteria :
a. Bersedia menjadi panelis
b. Tidak boleh dalam keadaan lapar atau kenyang
c. Dalam keadaan sehat
d. Tidak mempunyai pantangan terhadap produk
Langkah-langkah dalam penilaian mutu organoleptik :
1. Panelis ditempatkan pada ruangan khusus (laboratorium organoleptik)
2. Masing-masing produk diletakan pada piring kecil / cup kecil berwarna
putih sebagai wadah yang sudah diberikan kode
36
3. Panelis diberikan air mineral setiap selesai menilai unit perlakuan makan
untuk menghilangkan rasa dari setiap unit percobaan yang sebelumnya
4. Panelis diharapkan untuk menilai setiap sampel yang diberikan dan
diminta untuk mengisi form uji mutu organoleptik yang terlampir pada
Lampiran 3.
B. Analisis Taraf Perlakuan Terbaik
Penentuan taraf perlakuan terbaik menggunakan metode indeks
efektifitas. Panelis diminta untuk memberikan pendapat tentang variabel
yang menurut panelis mempengaruhi mutu dan memberikan nilai pada
variabel tersebut. Panelis dapat memberikan nilai yang sama pada variabel
yang dianggap memberikan pengaruh yang sama pentingnya terhadap
cookies.
Panelis dalam penelitian ini harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Panelis terlatih
2. Mengerti tentang variabel penting yang teradapat pada cookies
3. Panelis diharapkan untuk mengisi form penilaian perlakuan terbaik yang
terlampir pada Lampiran 4.
Prosedur untuk menentukan perlakuan terbaik adalah sebagai berikut:
1. Hasil penentuan taraf perlakuan terbaik dari masing-masing responden
ditabulasi sehingga diperoleh jumlah masing-masing variabel dan rata-
ratanya
2. Ranking variabel ditentukan berdasarkan nilai rata-rata masing-masing
variabel dimana variabel yang memiliki rata-rata terbesar diberi ranking
ke-1 dan variabel dengan rata-rata terendah diberi ranking ke-9.
3. Bobot variabel ditentukan dengan membagi nilai rata-rata tiap variabel
dengan rata-rata tertinggi. Variabel dengan nilai rata-rata semakin
besar, maka rata-rata terendah sebagai nilai terjelek dan rata-rata
tertinggi sebagai nilai terbaik.
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 =𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
37
4. Bobot normal masing-masing variabel didapat dari variabel dibagi bobot
total variabel.
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
5. Setiap variabel kemudian dihitung nilai efektifitasnya (Ne) dengan
rumus:
𝑁𝑒 =𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑒𝑙𝑒𝑘
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑖𝑘 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑒𝑙𝑒𝑘
6. Nilai yang digunakan untuk menentukan taraf perlakuan terbaik adalah
jumlah nilai hasil (Nh) dimana nilai ini dapat dihitung dengan cara
mengalikan bobot normal masing-masing variabel dengan Ne dan
selanjutnya dijumlahkan.
𝑁ℎ = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑋 𝑁𝑒
7. Taraf perlakuan terbaik adalah taraf perlakuan yang memiliki nilai hasil
tertinggi.
H. Metode Pengolahan, Penyajian, dan Analisis Data
1. Mutu Kimia dan Nilai Energi
Pengolahan data bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak
adanya perbedaan pengembangan tepung ubi jalar, tepung kedelai, dan
bayam hijau dari masing-masing taraf perlakuan dengan menggunakan
analisis statistik One Way Anova pada tingkat kepercayaan 95% untuk
variabel terikat (dependent variable) yang berskala data interval atau
rasio.
Penarikan kesimpulan :
Ho ditolak apabila Sig < 0,05 berarti ada pengaruh pengembangan
tepung ubi jalar kuning, tepung kedelai, dan bayam hijau terhadap mutu
kimia dan nilai energi cookies.
Ho diterima apabila Sig > 0,05 berarti tidak ada pengaruh
pengembangan tepung ubi jalar kuning, tepung g kedelai, dan bayam
hijau terhadap mutu kimia dan nilai energi cookies.
Jika Ho ditolak artinya untuk mengetahui adanya pengaruh secara
nyata digunakan uji lanjutan Duncan Multiple Range Test (DMRT).
38
2. Mutu Organoleptik
Pengolahan data mutu organoleptik menggunakan analisis statistik
Kruskal Walis pada tingkat kepercayaan 95%.
Penarikan kesimpulan :
Ho ditolak apabila Sig < 0,05 berarti ada pengaruh subtitusi tepung
ubi jalar kuning, tepung kedelai, dan bayam hijau pada cookies terhadap
mutu organoleptik.
Ho diterima apabila Sig > 0,05 berarti tidak ada pengaruh subtitusi
tepung ubi jalar kuning, tepung kedelai, dan bayam hijau pada cookies
terhadap mutu organoleptik.
Jika Ho ditolak, maka dilanjutkan uji statistik perbandingan ganda
Mann Whitney pada tingkat kepercayaan 95% untuk menentukan
pasangan perlakuan mana yang berbeda signifikan.
I. Instrumen Analisis Data
Instrumen untuk analisis data antara lain kalkulator scientiic, komputer
dengan program Microsot word, Microsot Excel, dan SPSS 16,0 serta alat
tulis.