Upload
vuongnguyet
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Seting dan Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei
2014 di SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun
2013/2014. Subyek penelitian adalah siswa kelas 5 SDN Jepon 02 yang berjumlah
34 siswa.
3.1.1 Seting Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan-bulan efektif dalam kegiatan belajar
mengajar semester II tahun 2013-2014. Penentuan waktu penelitian mengacu pada
kalender akademik sekolah dan disesuaikan dengan KD yang akan diajarkan,
yaitu mengali dan membagi berbagai bentuk pecahan. Alokasi waktu dalam
penelitian adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian
No. Pelaksanaan
Penelitian
Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Proposal PTK
2.
SIKLUS I
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
3.
SIKLUS II
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
4. Pelaporan
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu mulai dari bulan Februari
sampai dengan Mei 2014. Pada bulan Februari minggu pertama sampai dengan
39
minggu ketiga, penulis menyusun proposal dan instrumen penelitian. Pada bulan
Februari minggu keempat sampai dengan Maret minggu pertama, penulis
melakukan perencanaan pelaksanaan siklus I. Pada bulan Maret minggu ketiga,
penulis melakukan melaksanakan tindakan, pengamatan, refleksi siklus I, serta
perencanaan pelaksanaan siklus II sebagai wujud tindak lanjut refleksi siklus I.
Pada bulan Maret minggu keempat, penulis melakukan melaksanakan tindakan,
pengamatan, dan refleksi siklus II. Pada bulan Maret minggu keempat sampai
dengan Mei minggu ketiga, penulis melakukan pengolahan data, membuat
laporan, dan konsultasi laporan hasil penelitian, serta persiapan ujian.
SDN Jepon 02 berdasarkan lokasi termasuk wilayah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Dinas Pendidikan Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Letak SDN
Jepon 02 sangat strategis dan mudah dijangkau, yaitu di Jalan Raya Blora–Cepu
Km. 8. SDN Jepon 02 terletak di pusat Kecamatan Jepon yang dekat dengan
pemukiman penduduk, pasar Kecamatan Jepon, dan pusat kerajinan kayu. Sarana
prasarana di SDN Jepon 02 sudah cukup lengkap. Prasarana fisik yang dimiliki
sekolah meliputi 6 ruang kelas, 1 ruang kantor kepala sekolah dan guru, 1
perpustakaan dengan berbagai jenis buku penunjang yang cukup lengkap, 1 rumah
dinas penjaga sekolah, 1 kantin sekolah, serta tempat parkir dan halaman sekolah.
3.1.2 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 5 sebanyak 34 siswa yang terdiri
dari 24 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan di kelas 5
karena kerja sama dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 masih rendah, serta
belum pernah ada penelitian di SDN Jepon 02 yang bertujuan meningkatkan kerja
sama dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 melalui metode bermain peran,
khususnya materi mengali dan membagi berbagai bentuk pecahan.
Kurangnya kerja sama yang terjalin antarsiswa terbukti dengan diskusi dan
kerja kelompok dalam pembelajaran hanya didominasi oleh siswa yang pandai
sehingga kurang terjadi pemerataan hasil belajar. Nilai KKM yang ditetapkan
sekolah untuk mata pelajaran matematika sebesar 65, namun nilai rata-rata hasil
tes formatif siswa kelas 5 masih di bawah KKM, yaitu sebesar 58,94, di mana 25
40
siswa atau 73,5% dari 34 siswa memperoleh hasil belajar di bawah KKM dan 9
siswa atau 26,5% dari 34 siswa memperoleh hasil belajar di atas KKM.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan. Variabel juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang
diperkirakan dapat memengaruhi hasil penelitian. Jenis penelitian yang digunakan
adalah PTK Kolaborasi. Menurut hubungan antara suatu variabel dengan variabel
yang lain, variabel dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel dalam PTK di kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon adalah:
1) Variabel Bebas (X).
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang
sifatnya berdiri sendiri. Variabel bebas yang digunakan dalam PTK di kelas 5
SDN Jepon 02 adalah metode bermain peran. Metode bermain peran merupakan
usaha guru menciptakan kondisi yang mempermudah siswa belajar dan
mengajarkan bahan pembelajaran pada siswanya dengan cara menampilkan suatu
peran tokoh atau benda mati secara berkelompok dalam situasi tertentu.
2) Variabel Terikat (Y).
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yang
sifatnya tidak berdiri sendiri. Variabel terikat yang digunakan dalam PTK di kelas
5 SDN Jepon 02 adalah kerja sama dan hasil belajar matematika siswa. Kerja
sama merupakan proses interaksi siswa dengan siswa lain untuk mengerjakan
sesuatu tugas secara bersama dengan saling membantu, menghargai pendapat,
mendorong berpartisipasi, berani bertanya, mendorong teman untuk bertanya,
mengambil giliran dan berbagai tugas untuk mencapai tujuan bersama dalam
kelompok dan tercapainya tujuan pembelajaran. Indikator keberhasilan untuk
peningkatan kerja sama dalam penelitian ini adalah kerja sama 80% dari 34 siswa
berkriteria tinggi. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif tetap
akibat berkembangnya pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang setelah
41
mengikuti suatu pembelajaran. Target pencapaian peningkatan hasil belajar dalam
penelitian ini adalah 80% dari 34 siswa mencapai ketuntasan belajar dengan
memperoleh nilai hasil belajar ≥ 65.
Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
tentang pelaksanaan pembelajaran mengggunakan metode bermain peran adalah
dengan menggunakan dokumentasi dan lembar observasi pembelajaran metode
bermain peran. Cara yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kerja
sama adalah dengan menggunakan dokumentasi dan lembar observasi kerja sama,
sedangkan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar
siswa adalah dengan menggunakan dokumentasi dan tes evaluasi.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon
Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014 menggunakan jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi. Salah satu ciri khas adalah adanya kolaborasi
(kerja sama) antara praktisi (guru, kepsek, siswa, dan lain-lain) dan peneliti dalam
pemahaman kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesepakatan (action) (Arikunto, 2010: 63). Kedudukan
penulis (mahasiswa) dengan kedudukan guru dalam PTK kolaborasi adalah setara,
sehingga penulis dan guru saling melengkapi dalam mencapai tujuan penelitian.
Kerja sama (kolaborasi) merupakan kunci utama dalam PTK kolaborasi, sebab
kerja sama dibutuhkan dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan,
melaksanakan tindakan, mengobservasi, refleksi dan melaporkan hasil penelitian.
PTK yang dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02 terdiri atas dua siklus, di
mana setiap siklus terdiri atas 4 kali pertemuan. Pelaksanaan rangkaian kedua
siklus tersebut berpedoman pada prosedur penelitian tindakan yang dikemukakan
Arikunto. Arikunto (2010: 16) berpendapat bahwa ada beberapa ahli yang
mengemukakan prosedur penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun
secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Bagan masing-masing tahap dalam
penelitian tindakan adalah sebagai berikut.
42
Bagan 3.1 Prosedur PTK (Arikunto, 2010: 16)
3.3.1 Rencana Tindakan Siklus I
Rencana tindakan pada siklus I terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Rencana tindakan siklus I PTK yang
dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02 dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Perencanaan.
Tahap perencanaan adalah rencana kegiatan berupa langkah-langkah yang
dilakukan penulis dalam upaya meningkatkan kerja sama dan hasil belajar
matematika siswa kelas 5, yaitu: (1) menganalisis kompetensi matematika yang
meliputi SK 5, KD 5.3, indikator 5.3.1, 5.3.2, dan 5.3.3, (2) merumuskan tujuan
pembelajaran sesuai SK, KD, dan indikator, (3) menyusun materi pembelajaran
sesuai rumusan tujuan pembelajaran, (4) menentukan metode pembelajaran, yaitu
bermain peran, (5) menyusun skenario pembelajaran, (6) mempersiapkan sumber,
alat, dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, (7)
menyusun LKS, (8) menyusun lembar observasi metode bermain peran dan kerja
sama, serta (9) menyusun alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Perencanaan
Perencanaan
Pengamatan
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
?
Siklus I
Siklus II
43
Skenario pembelajaran merupakan pedoman pelaksanaan proses belajar
mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Skenario
pembelajaran yang disusun penulis dikonsultasikan dengan guru kelas 5 dengan
tujuan untuk mendapatkan saran yang membangun dan untuk menyesuaikan
dengan karakteristik siswa kelas 5. Penulis merevisi skenario pembelajaran yang
telah dikonsultasikan, kemudian skenario pembelajaran yang telah direvisi oleh
penulis dilengkapi dengan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi dan
tes evaluasi tes siklus I.
2) Pelaksanaan.
Tahap pelaksanaan merupakan pelaksanaan skenario pembelajaran yang
telah disusun. Pelaksanaan skenario pembelajaran berlangsung selama delapan
kali 35 menit atau empat kali pertemuan. Pelaksanan dalam skenario pembelajaran
terdiri atas tahap persiapan dan tahap pelaksanaan, di mana tahap pelaksanaan
meliputi kegiatan awal, inti, dan akhir.
Pertemuan pertama kegiatan pembelajaran diawali dengan tindakan tahap
I, yaitu persiapan. Tahap persiapan dilaksanakan beberapa hari sebelum tahap
pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan persiapan terdiri atas kegiatan guru
menyusun skenario bermain peran tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa
dengan pecahan biasa, siswa membentuk kelompok yang beranggota 5 orang,
siswa mempelajari skenario bermain peran sebelum pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, serta siswa melakukan latihan pemanasan. Setelah tindakan
persiapan selesai, maka dilanjutkan dengan tahap II, yaitu pelaksanaan. Tahap
pelaksanaan terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal meliputi
kegiatan siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa bersama, siswa
mengecek kesiapan belajar, siswa menerima motivasi dan apersepsi dari guru,
siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran bermain
peran, siswa menyimak penjelasan guru tentang kompetensi yang akan dicapai
dalam pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan
biasa. Kegiatan inti meliputi kegiatan siswa menyimak penjelasan guru tentang
konsep materi pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa, siswa bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran
44
yang belum dimengerti, siswa berada dalam kelompok masing-masing, para aktor
menampilkan skenario, para audience mengamati jalannya penampilan skenario,
siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa menerima tugas
kelompok yang diberikan guru (LKS) tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan biasa, siswa mendiskusikan tugas yang didapat, siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi
kelompok lain, siswa memberi masukan kepada kelompok lain, serta siswa
bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan
penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat. Kegiatan akhir meliputi
kegiatan siswa bersama guru melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang
diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan masalah lain yang mungkin
muncul, siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran tentang perkalian
dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, siswa bersama guru
mengucapkan salam dan berdoa bersama.
Pertemuan kedua kegiatan pembelajaran diawali dengan tindakan tahap I,
yaitu persiapan. Tahap persiapan dilaksanakan beberapa hari sebelum tahap
pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan persiapan terdiri atas kegiatan guru
menyusun skenario bermain peran tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa
dengan pecahan campuran dan sebaliknya, siswa membentuk kelompok yang
beranggota 5 orang, siswa mempelajari skenario bermain peran sebelum
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, serta siswa melakukan latihan pemanasan.
Setelah tindakan persiapan selesai, maka dilanjutkan dengan tahap II, yaitu
pelaksanaan. Tahap pelaksanaan terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir.
Kegiatan awal meliputi kegiatan siswa bersama guru mengucapkan salam dan
berdoa bersama, siswa mengecek kesiapan belajar, siswa menerima motivasi dan
apersepsi dari guru, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik
pembelajaran bermain peran, siswa menyimak penjelasan guru tentang
kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya. Kegiatan inti meliputi
kegiatan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep materi pembelajaran
perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan
45
sebaliknya, siswa bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran yang
belum dimengerti, siswa berada dalam kelompok masing-masing, para aktor
menampilkan skenario, para audience mengamati jalannya penampilan skenario,
siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa menerima tugas
kelompok yang diberikan guru (LKS) tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, siswa mendiskusikan tugas yang
didapat, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang
presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan kepada kelompok lain, serta
siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan
memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat. Kegiatan
akhir meliputi kegiatan siswa bersama guru melakukan refleksi dan
menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan
masalah lain yang mungkin muncul, siswa bersama guru membuat kesimpulan
pembelajaran tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan
campuran dan sebaliknya, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
Pertemuan ketiga kegiatan pembelajaran diawali dengan tindakan tahap I,
yaitu persiapan. Tahap persiapan dilaksanakan beberapa hari sebelum tahap
pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan persiapan terdiri atas kegiatan guru
menyusun skenario bermain peran tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa
dengan pecahan desimal dan sebaliknya, siswa membentuk kelompok yang
beranggota 5 orang, siswa mempelajari skenario bermain peran sebelum
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, serta siswa melakukan latihan pemanasan.
Setelah tindakan persiapan selesai, maka dilanjutkan dengan tahap II, yaitu
pelaksanaan. Tahap pelaksanaan terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir.
Kegiatan awal meliputi kegiatan siswa bersama guru mengucapkan salam dan
berdoa bersama, siswa mengecek kesiapan belajar, siswa menerima motivasi dan
apersepsi dari guru, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik
pembelajaran bermain peran, siswa menyimak penjelasan guru tentang
kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya. Kegiatan inti meliputi
46
kegiatan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep materi pembelajaran
perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya,
siswa bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran yang belum
dimengerti, siswa berada dalam kelompok masing-masing, para aktor
menampilkan skenario, para audience mengamati jalannya penampilan skenario,
siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa menerima tugas
kelompok yang diberikan guru (LKS) tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, siswa mendiskusikan tugas yang
didapat, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang
presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan kepada kelompok lain, serta
siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan
memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat. Kegiatan
akhir meliputi kegiatan siswa bersama guru melakukan refleksi dan
menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan
masalah lain yang mungkin muncul, siswa bersama guru membuat kesimpulan
pembelajaran tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan
desimal dan sebaliknya, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
Pertemuan keempat terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan
awal meliputi kegiatan siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama, siswa mengecek kesiapan belajar, siswa menerima motivasi dan
apersepsi dari guru, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan evaluasi
pembelajaran siklus I. Kegiatan inti meliputi kegiatan siswa menerima soal
evaluasi pembelajaran siklus I dari guru, siswa mengerjakan soal evaluasi, dan
siswa yang telah selesai mengerjakan soal evaluasi, mengumpulkan hasil
pekerjaannnya kepada guru. Kegiatan akhir meliputi kegiatan siswa bersama guru
melakukan penguatan positif dan refleksi pembelajaran, siswa menyimak
penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang
perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya,
siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
47
3) Pengamatan.
Tahap pengamatan merupakan kegiatan mengamati kerja sama, aktivitas
siswa, dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan tahap
pengamatan, penulis dibantu oleh guru kelas 6 SDN Jepon 02. Pelaksanaan tahap
pengamatan meliputi: (1) mengamati dan mencatat aktivitas siswa dan guru dalam
implementasi langkah-langkah pembelajaran matematika dengan menggunakan
lembar observasi, (2) mengamati dan mencatat kerja sama dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan lembar observasi, serta (3) mencatat hal-hal
penting berkaitan dengan langkah-langkah dan kerja sama dalam pembelajaran
matematika yang belum terdapat pada lembar observasi. Selain menggunakan
lembar observasi, pelaksanaan tahap pengamatan juga menggunakan dokumentasi
foto sebagai gambar nyata aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
4) Refleksi.
Setelah pelaksanaan tahap pelaksanaan dan pengamatan, penulis
melaksanakan tahap refleksi, yaitu mengaji dan menganalisis hasil tindakan
berdasarkan hasil dokumentasi, observasi dan tes evaluasi yang telah dilakukan.
Pelaksanaan tahap refleksi meliputi: (1) menganalisis hasil observasi dan tes
evaluasi yang telah dilakukan, (2) menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru
saat menerapkan metode pembelajaran bermain peran, (3) menganalisis aktivitas
siswa dan kerja sama dalam proses pembelajaran, (4) membuat daftar
permasalahaan yang terjadi pada siklus I, serta (5) merencanakan perencanaan
tindak lanjut untuk siklus II untuk memperbaiki metode yang diterapkan pada
siklus I.
3.3.2 Rencana Tindakan Siklus II
Rencana tindakan siklus II merupakan hasil lanjut dari refleksi yang
dilakukan pada siklus I dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran lebih
maksimal. Rencana tindakan pada siklus II terdiri atas empat tahap, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Rencana tindakan siklus II PTK
yang dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02 dapat diuraikan sebagai berikut.
48
1) Perencanaan.
Tahap perencanaan siklus II merupakan perencanaan seperti pada siklus I
dan telah disesuaikan dengan hasil refleksi sebagai usaha perbaikan tindakan pada
siklus II. Pelaksanaan tahap perencanaan siklus II meliputi: (1) menganalisis
kompetensi matematika yang meliputi SK 5, KD 5.3, indikator 5.3.4, 5.3.5, dan
5.3.6, (2) merumuskan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD, dan indikator, (3)
menyusun materi pembelajaran sesuai rumusan tujuan pembelajaran, (4)
menentukan metode pembelajaran, yaitu bermain peran, (5) menyusun skenario
pembelajaran yang telah disesuaikan dengan hasil refleksi, (6) mempersiapkan
sumber, alat, dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran,
(7) menyusun LKS, (8) menyusun lembar observasi metode bermain peran dan
kerja sama, serta (9) menyusun alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Skenario pembelajaran siklus II merupakan pedoman pelaksanaan proses
belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai secara lebih maksimal
daripada pembelajaran pada siklus I. Skenario pembelajaran yang disusun penulis
dikonsultasikan dengan guru kelas 5 dengan tujuan untuk mendapatkan saran
yang membangun, menyesuaikan dengan karakteristik siswa kelas 5, serta
menyesuaikan dengan hasil refleksi. Penulis merevisi skenario pembelajaran yang
telah dikonsultasikan, kemudian skenario pembelajaran yang telah direvisi oleh
penulis dilengkapi dengan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi dan
tes evaluasi tes siklus II.
2) Pelaksanaan.
Tahap pelaksanaan siklus II merupakan pelaksanaan skenario
pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan siklus II. Pelaksanaan
skenario pembelajaran berlangsung selama delapan kali 35 menit atau empat kali
pertemuan. Pelaksanaan skenario pembelajaran terdiri atas tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan, di mana tahap pelaksanaan meliputi kegiatan awal, inti, dan
akhir.
Pertemuan pertama kegiatan pembelajaran diawali dengan tindakan tahap
I, yaitu persiapan. Tahap persiapan dilaksanakan beberapa hari sebelum tahap
pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan persiapan terdiri atas kegiatan guru
49
menyusun skenario bermain peran tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa
dengan pecahan persen dan sebaliknya, siswa membentuk kelompok yang
beranggota 5 orang, siswa mempelajari skenario bermain peran sebelum
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, serta siswa melakukan latihan pemanasan.
Setelah tindakan persiapan selesai, maka dilanjutkan dengan tahap II, yaitu
pelaksanaan. Tahap pelaksanaan terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir.
Kegiatan awal meliputi kegiatan siswa bersama guru mengucapkan salam dan
berdoa bersama, siswa mengecek kesiapan belajar, siswa menerima motivasi dan
apersepsi dari guru, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik
pembelajaran bermain peran, siswa menyimak penjelasan guru tentang
kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya. Kegiatan inti meliputi
kegiatan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep materi pembelajaran
perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya,
siswa bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran yang belum
dimengerti, siswa berada dalam kelompok masing-masing, para aktor
menampilkan skenario, para audience mengamati jalannya penampilan skenario,
siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa menerima tugas
kelompok yang diberikan guru (LKS) tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, siswa mendiskusikan tugas yang
didapat, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang
presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan kepada kelompok lain, serta
siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan
memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat. Kegiatan
akhir meliputi kegiatan siswa bersama guru melakukan refleksi dan
menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan
masalah lain yang mungkin muncul, siswa bersama guru membuat kesimpulan
pembelajaran tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan
persen dan sebaliknya, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
50
Pertemuan kedua kegiatan pembelajaran diawali dengan tindakan tahap I,
yaitu persiapan. Tahap persiapan dilaksanakan beberapa hari sebelum tahap
pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan persiapan terdiri atas kegiatan guru
menyusun skenario bermain peran tentang perkalian dan pembagian pecahan
campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya, siswa membentuk kelompok
yang beranggota 5 orang, siswa mempelajari skenario bermain peran sebelum
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, serta siswa melakukan latihan pemanasan.
Setelah tindakan persiapan selesai, maka dilanjutkan dengan tahap II, yaitu
pelaksanaan. Tahap pelaksanaan terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir.
Kegiatan awal meliputi kegiatan siswa bersama guru mengucapkan salam dan
berdoa bersama, siswa mengecek kesiapan belajar, siswa menerima motivasi dan
apersepsi dari guru, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik
pembelajaran bermain peran, siswa menyimak penjelasan guru tentang
kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian
pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya. Kegiatan inti meliputi
kegiatan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep materi pembelajaran
perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan
sebaliknya, siswa bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran yang
belum dimengerti, siswa berada dalam kelompok masing-masing, para aktor
menampilkan skenario, para audience mengamati jalannya penampilan skenario,
siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa menerima tugas
kelompok yang diberikan guru (LKS) tentang perkalian dan pembagian pecahan
campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya, siswa mendiskusikan tugas
yang didapat, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya
tentang presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan kepada kelompok lain,
serta siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan
memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat. Kegiatan
akhir meliputi kegiatan siswa bersama guru melakukan refleksi dan
menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan
masalah lain yang mungkin muncul, siswa bersama guru membuat kesimpulan
pembelajaran tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan
51
pecahan persen dan sebaliknya, siswa bersama guru mengucapkan salam dan
berdoa bersama.
Pertemuan ketiga kegiatan pembelajaran diawali dengan tindakan tahap I,
yaitu persiapan. Tahap persiapan dilaksanakan beberapa hari sebelum tahap
pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan persiapan terdiri atas kegiatan guru
menyusun skenario bermain peran tentang operasi hitung campur berbagai bentuk
pecahan, siswa membentuk kelompok yang beranggota 5 orang, siswa
mempelajari skenario bermain peran sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
serta siswa melakukan latihan pemanasan. Setelah tindakan persiapan selesai,
maka dilanjutkan dengan tahap II, yaitu pelaksanaan. Tahap pelaksanaan terdiri
atas kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal meliputi kegiatan siswa bersama
guru mengucapkan salam dan berdoa bersama, siswa mengecek kesiapan belajar,
siswa menerima motivasi dan apersepsi dari guru, siswa menyimak penjelasan
guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran bermain peran, siswa menyimak
penjelasan guru tentang kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran
operasi hitung campur berbagai bentuk pecahan. Kegiatan inti meliputi kegiatan
siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep materi pembelajaran operasi
hitung campur berbagai bentuk pecahan, siswa bertanya kepada guru tentang
konsep materi pembelajaran yang belum dimengerti, siswa berada dalam
kelompok masing-masing, para aktor menampilkan skenario, para audience
mengamati jalannya penampilan skenario, siswa bersama guru mereview
penampilan skenario, siswa menerima tugas kelompok yang diberikan guru (LKS)
tentang operasi hitung campur berbagai bentuk pecahan, siswa mendiskusikan
tugas yang didapat, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa
bertanya tentang presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan kepada
kelompok lain, serta siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah
didapat. Kegiatan akhir meliputi kegiatan siswa bersama guru melakukan refleksi
dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata
dan masalah lain yang mungkin muncul, siswa bersama guru membuat
52
kesimpulan pembelajaran tentang operasi hitung campur berbagai bentuk pecahan,
siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
Pertemuan keempat terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan
awal meliputi kegiatan siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama, siswa mengecek kesiapan belajar, siswa menerima motivasi dan
apersepsi dari guru, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan evaluasi
pembelajaran siklus II. Kegiatan inti meliputi kegiatan siswa menerima soal
evaluasi pembelajaran siklus II dari guru, siswa mengerjakan soal evaluasi, dan
siswa yang telah selesai mengerjakan soal evaluasi, mengumpulkan hasil
pekerjaannnya kepada guru. Kegiatan akhir meliputi kegiatan siswa bersama guru
melakukan penguatan positif dan refleksi pembelajaran, siswa menyimak
penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang
perbandingan dan skala, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
3) Pengamatan.
Tahap pengamatan siklus II dilaksanakan seperti tahap pengamatan siklus
I, yaitu mengamati kerja sama, aktivitas siswa, dan aktivitas guru dalam proses
pembelajaran. Dalam pelaksanaan tahap pengamatan siklus II, penulis tetap
dibantu oleh guru kelas 6 SDN Jepon 02. Pelaksanaan tahap pengamatan siklus II
meliputi: (1) melaksanakan observasi sebagaimana pada siklus I, (2) mengawasi
siswa yang kurang aktif bekerjasama dalam kelompok dengan bimbingan khusus,
serta (3) mengadakan bimbingan dengan mengamati kesalahan dan kesulitan yang
dihadapi siswa. Pelaksanaan tahap pengamatan siklus II juga menggunakan
dokumentasi foto sebagai gambaran nyata aktivitas siswa dan guru dalam proses
pembelajaran.
4) Refleksi.
Tahap refleksi siklus II dilaksanakan seperti tahap refleksi siklus I, yaitu
mengaji dan menganalisis hasil tindakan berdasarkan hasil observasi dan tes
evaluasi yang telah dilakukan. Pelaksanaan tahap refleksi siklus II meliputi:
menganalisis hasil dokumentasi, observasi dan tes evaluasi yang telah dilakukan,
serta menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode
53
pembelajaran bermain peran untuk mengetahui apakah pemberian tindakan pada
siklus II sudah mengalami peningkatan.
3.4 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dipergunakan dalam PTK yang dilakukan di kelas 5 SDN
Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014 adalah
data primer. Data primer adalah data yang didapat dan diolah langsung dari
objeknya. Data primer dalam PTK yang dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02
adalah data yang diperoleh langsung dari skor kerja sama, nilai yang diperoleh
dari tes evaluasi, dan skor observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
matematika melalui metode bermain peran. Penelitian ini menggunakan tiga cara
pengumpulan data, yaitu tes, lembar observasi, dan dokumentasi yang disertai
dengan kisi-kisi instrumen pengumpulan data.
3.4.1 Tes
Purwanto (2013: 65) berpendapat tes adalah sekumpulan butir yang
merupakan sampel dari populasi butir yang mengukur perilaku tertentu baik
berupa keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, bakat, dan sebagainya di mana
dalam penyelenggaraanya siswa didorong untuk memberikan penampilan
maksimalnya. Pelaksanaan tes pada siswa bertujuan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa belajar matematika melalui metode bermain peran. Dalam
PTK yang dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02, bentuk instrumen tes yang
digunakan adalah tes evaluasi formatif tertulis dan jenis instrumen yang
digunakan adalah melengkapi atau jawaban singkat (short answer). Bentuk tes
jawaban singkat merupakan tes dengan soal yang menghendaki jawaban dalam
bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai
benar atau salah (Sudjana, 2011: 44). Bentuk tes jawaban singkat dipilih karena
menyusun soal lebih mudah, kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan
cara menebak, menuntut siswa menjawab dengan singkat dan tepat, serta hasil
penilaian cukup obyektif (Sudjana, 2011: 45). Tes evaluasi hasil belajar siswa
dilakukan di setiap akhir siklus I dan siklus II. Tes evaluasi berisi hal-hal yang
54
dapat mengukur hasil belajar siswa dalam materi mengali dan membagi berbagai
bentuk pecahan melalui metode bermain peran. Kisi–kisi tes evaluasi hasil belajar
siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Tes Evaluasi Siklus I
KD Indikator Nomor Item
5.3 Mengali dan
membagi berbagai
bentuk pecahan.
5.3.1 Menghitung perkalian dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
1, 3, 5, 7, 9,
12, 15, dan 18.
5.3.2 Menghitung perkalian dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan
campuran dan sebaliknya.
2, 6, 10, 13,
16, dan 19.
5.3.3 Menghitung perkalian dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan
desimal dan sebaliknya.
4, 8, 11, 13,
14, 17, dan 20.
Jumlah 20
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Tes Evaluasi Siklus II
KD Indikator Nomor Item
5.3 Mengali dan
membagi berbagai
bentuk pecahan.
5.3.4 Menghitung perkalian dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan persen
dan sebaliknya.
1, 3, 5, 7, 9,
12, 15, dan 18.
5.3.5 Menghitung perkalian dan pembagian
pecahan campuran dengan pecahan
persen dan sebaliknya.
2, 6, 10, 13,
16, dan 19.
5.3.6 Menghitung operasi hitung campuran
berbagai bentuk pecahan.
4, 8, 11, 13,
14, 17, dan 20.
Jumlah 20
Pada setiap jawaban bentuk tes jawaban singkat, setiap jawaban yang
benar dinilai atau diberi skor satu atau bergantung pada keinginan guru, namun
pada umumnya diberi skor satu (Sudjana, 2011: 54). Pada PTK yang dilakukan di
kelas 5 SDN Jepon 02, skor setiap item soal pada tes evaluasi hasil belajar siswa
pembelajaran matematika melalui metode bermain peran adalah 1 dan perhitungan
skor menjadi nilai tes evaluasi hasil belajar siswa berpedoman pada penghitungan
55
rumus. Rumus untuk menghitung skor menjadi nilai tes evaluasi hasil belajar siswa
adalah sebagai berikut (Purwanto, 2012: 102).
NP = x 100
Keterangan:
NP = nilai persen yang diharapkan,
R = skor mentah yang diperoleh siswa,
SM = skor maksimum ideal,
100 = bilangan tetap.
KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sebesar 65, sehingga
berdasarkan perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar siswa dapat
diketahui bahwa siswa tuntas belajar atau belum. Kriteria ketuntasan belajar siswa
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4
Kriteria Ketuntasan Belajar
Nilai Kriteria
x < 65 Tidak memenuhi KKM atau tidak tuntas.
x ≥ 65 Memenuhi KKM atau tuntas.
3.4.2 Lembar Observasi
Dalam PTK yang dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02, salah satu bentuk
instrumen non tes yang digunakan adalah observasi. Purwanto (2013: 56)
berpendapat non tes merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong
peserta untuk memberikan penampilan tipikal, yaitu melaporkan keadaan dirinya
dengan memberikan respon secara jujur sesuai dengan pikiran dan perasaannya.
Komalasari (2011: 57) mengungkapkan observasi merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan
pencatatan gejala-gejala yang diselidiki.
Pelaksanaan observasi bertujuan untuk mendapat skor kerja sama serta
aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode bermain
56
peran, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat sesuai dengan kondisi dan proses
yang diharapkan. Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Lembar observasi berisi hal-hal yang dapat mengukur kerja sama
serta aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode
bermain peran. Lembar observasi kerja sama serta aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran matematika melalui metode bermain peran berpedoman pada skala
nilai angka (numerical rating scale). Skala nilai angka merupakan sekumpulan
daftar pernyataan yang mendeskripsikan sifat program instruksional atau pengajar
dan angka 1-5 yang menunjukkan nilai dari setiap pernyataan (Suparman, 2012: 324).
Data yang diperoleh melalui skala rating scale adalah data mentah yang didapat
berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif, misalnya lemah-kuat,
buruk-baik, atau aktif-pasif, sehingga bentuk rating scale bersifat fleksibel dan dapat
digunakan untuk mengukur kegiatan proses pembelajaran (Riduwan, 2013: 92).
Skala nilai dapat menggunakan angka 4, 3, 2, dan 1 sesuai dengan keinginan
penulis (Sudjana, 2011: 78). Skala nilai angka yang digunakan pada penelitian ini
adalah 1-4. Jawaban yang dapat dibuat berdasarkan deskripsi aspek yang diobservasi
adalah skor 1 (jika pernyataan dilakukan dengan kurang), 2 (jika pernyataan
dilakukan dengan sedang), 3 (jika pernyataan dilakukan dengan baik), atau 4 (jika
pernyataan dilakukan dengan sangat baik). Kisi–kisi observasi kerja sama dalam
pembelajaran matematika melalui metode bermain peran adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Lembar Observasi Kerja Sama
Aspek
Kerja Sama Indikator
Nomor
Item
Mengambil
giliran dan
berbagi tugas.
Membagi peran dalam kelompok. 1
Memahami karakter peran yang didapat. 2
Membantu teman memahani karakter peran yang didapat. 3
Mencatat hal-hal penting dalam pemeranan. 12
Membagi tugas dalam diskusi secara merata. 16
Melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 17
Membantu teman kelompok yang mengalami kesulitan. 18
Menggantikan atau bertukar tugas dengan teman. 19
Membuat laporan hasil diskusi. 23
57
Aspek
Kerja Sama Indikator
Nomor
Item
Membagi tugas dalam penyampaian presentasi. 26
Mengambil giliran dalam penyampaian presentasi. 27
Mencatat hal-hal penting dalam presentasi. 29
Berada dalam
kelompok.
Berada dalam kelompok selama persiapan pemeranan. 7
Melakukan latihan pemeranan secara bersama. 8
Memeranan skenario dalam kelompok secara utuh. 9
Berada dalam kelompok selama pemeranan
berlangsung.
10
Berada dalam kelompok selama kegiatan diskusi
berlangsung.
24
Menyelesaikan
tugas tepat
waktu.
Menyelesaikan tugas tepat waktu. 25
Menghargai
kontribusi.
Menyimak pemeranan dengan baik. 11
Memberikan review/penilaian yang objektif terdahap
pemeranan.
13
Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal penting yang
belum diketahui dalam pemeranan.
14
Menjawab pertanyaan tentang hal-hal penting yang
belum diketahui dalam pemeranan.
15
Mendengarkan presentasi kelompok lain. 28
Mengajukan pertanyaan tentang hasil diskusi kelompok
lain yang telah dipresentasikan.
30
Menjawab pertanyaan tentang hasil diskusi kelompok. 31
Memberikan masukan yang membangun kepada
kelompok lain.
32
Menyamakan
pendapat.
Mengatur sesi-sesi peran. 4
Menganalisis seting tempat, seting waktu, karakter
tokoh, dan pesan dalam skenario bermain peran.
5
Merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan
dalam pemeranan.
6
Menyampaikan pendapat dalam diskusi. 20
Mendengarkan dan menghargai pendapat teman. 21
Menyamakan pendapat sebagai hasil diskusi. 22
Menghubungkan situasi kehidupan di dunia nyata dan
masalah lain yang mungkin muncul secara bersama
dengan bimbingan guru.
33
Membuat kesimpulan pembelajaran secara bersama
dengan bimbingan guru.
34
Jumlah 34
58
Untuk mengetahui kriteria kerja sama yang didapat melalui pengamatan
dengan lembar observasi, maka penulis mengelompokkan kriteria kerja sama
berdasarkan jumlah skor kerja sama. Skala rentang kategori dapat tinggi, sedang,
dan rendah, atau baik, sedang, dan kurang, serta dapat membuat rentang yang
lebih rinci seperti baik sekali, baik, sedang, kurang, dan kurang sekali (Sudjana,
2011: 77-78). Pengelompokan kriteria kerja sama dilakukan melalui langkah-
langkah menyusun tabel distrubsi frekuensi sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 36).
1) Menghitung jumlah kelas interval. Rumus Sturges, yaitu: .
Keterangan:
k = banyaknya kelas yang dicari,
1 = bilangan tetap,
n = jumlah siswa yang dites.
2) Menghitung rentang data (R), yaitu skor maksimum dikurangi skor minimum.
3) Menghitung panjang kelas (i), yaitu rentang dibagi jumlah kelas ( ) .
Berdasarkan jumlah skor kerja sama dan langkah-langkah menyusun tabel
distribusi frekuensi, maka tabel kriteria kerja sama adalah sebagai berikut.
1) .
2) R = 136 – 34 = 102.
3) 17.
Tabel 3.6
Kriteria Kerja Sama
Rentang Kriteria
34 – 51 Sangat rendah.
52 – 68 Rendah.
69 – 85 Sedang.
86 – 102 Cukup tinggi.
103 – 119 Tinggi.
120 – 136 Sangat tinggi.
59
Kisi–kisi observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
matematika melalui metode bermain peran sebagai berikut.
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru
Tahapan
Bermain Peran
Aspek
Pembelajaran Indikator
Nomor
Item
Tahap I:
Persiapan.
Persiapan Menyusun skenario bermain peran. 1
Membentuk kelompok siswa yang
beranggota 5 orang.
2
Menunjuk siswa untuk mempelajari
skenario bermain peran dalam sebelum
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3
Mendampingi siswa latihan pemanasan. 4
Tahap II:
Pelaksanaan.
Kegiatan
Awal.
Mengucapkan salam dan berdoa bersama
siswa.
5
Mengecek kesiapan belajar siswa. 6
Memberikan motivasi dan apersepsi
kepada siswa.
7
Menjelaskan tujuan dan teknik
pembelajaran.
8
Menjelaskan kompetensi yang akan capai. 9
Kegiatan
Inti.
Menjelaskan konsep materi pembelajaran. 10
Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang konsep materi
pembelajaran yang belum dimengerti.
11
Membimbing siswa berada dalam
kelompok masing-masing.
12
Membimbing aktor menampilkan skenario. 13
Membimbing audience dalam mengamati
jalannya penampilan skenario.
14
Bersama siswa mereview penampilan
skenario.
15
Memberikan tugas kepada kelompok. 16
Membimbing siswa berdiskusi. 17
Membimbing siswa mempresentasikan
hasil diskusi kelompok.
18
Memberi kesempatan siswa untuk
bertanya tentang presentasi kelompok
lain.
19
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
memberi masukan kepada kelompok lain.
20
60
Tahapan
Bermain Peran
Aspek
Pembelajaran Indikator
Nomor
Item
Bersama siswa bertanyajawab meluruskan
kesalahan pemahaman dan memberi
penguatan positif terhadap informasi yang
telah didapat siswa.
21
Kegiatan
Akhir.
Bersama siswa melakukan refleksi serta
menghubungkan situasi yang diperankan
kehidupan di dunia nyata dan masalah
lain yang mungkin muncul.
22
Membimbing siswa membuat kesimpulan
pembelajaran.
23
Memberikan siswa soal evaluasi. 24
Mengucapkan salam dan berdoa bersama
siswa.
Jumlah 25
Tabel 3.8
Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tahapan
Bermain Peran
Aspek
Pembelajaran Indikator
Nomor
Item
Tahap I:
Persiapan.
Persiapan Membentuk kelompok yang beranggota 5
orang.
1
Mempelajari skenario bermain peran
dalam sebelum pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
2
Merancang ruangan dan peralatan yang
diperlukan dalam pemeranan dengan
bimbingan guru.
3
Melakukan latihan pemanasan. 4
Tahap II:
Pelaksanaan.
Kegiatan
Awal.
Mengucapkan salam dan berdoa bersama
guru.
5
Mengecek kesiapan belajar. 6
Menerima motivasi dan apersepsi dari
guru.
7
Menyimak penjelasan guru tentang tujuan
dan teknik pembelajaran.
8
Menyimak penjelasan guru tentang
kompetensi yang akan capai.
9
Kegiatan
Inti.
Menyimak penjelasan guru tentang
konsep materi pembelajaran.
10
61
Tahapan
Bermain Peran
Aspek
Pembelajaran Indikator
Nomor
Item
Bertanya kepada guru tentang konsep
materi pembelajaran yang belum
dimengerti.
11
Berada dalam kelompok masing-masing. 12
Para aktor menampilkan skenario. 13
Para audience dalam mengamati jalannya
penampilan skenario.
14
Bersama guru mereview penampilan
skenario.
15
Menerima tugas kepada kelompok yang
diberikan guru.
16
Mendiskusikan tugas yang didapat. 17
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok. 18
Bertanya tentang presentasi kelompok lain. 19
Memberi masukan kepada kelompok lain. 20
Bersama guru bertanyajawab meluruskan
kesalahan pemahaman dan memberi
penguatan positif terhadap informasi yang
telah didapat.
21
Kegiatan
Akhir.
Bersama guru melakukan refleksi serta
menghubungkan situasi yang diperankan
kehidupan di dunia nyata dan masalah
lain yang mungkin muncul.
22
Bersama guru membuat kesimpulan
pembelajaran.
23
Mengerjakan soal evaluasi. 24
Mengucapkan salam dan berdoa bersama
siswa.
Jumlah 25
Untuk mengetahui kriteria aktivitas guru dan siswa yang didapat melalui
pengamatan dengan lembar observasi, maka penulis mengelompokkan kriteria
aktivitas guru dan siswa berdasarkan jumlah skor yang didapat. Berdasarkan
jumlah skor dan langkah-langkah menyusun tabel distribusi frekuensi, maka tabel
kriteria aktivitas guru dan siswa adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 36).
1)
2) R = 100 – 25 = 75.
3) 12,5 ≈ 13.
62
Tabel 3.9
Kriteria Aktivitas Guru dan Siswa
Rentang Kriteria
25 – 37 Sangat rendah.
38 – 50 Rendah.
51 – 63 Sedang.
64 – 76 Cukup tinggi.
77 – 89 Tinggi.
90 – 100 Sangat tinggi.
3.4.3 Dokumentasi
Dalam PTK yang dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02, bentuk instrumen
non tes yang digunakan selain observasi adalah dokumentasi. Sukardi (2011: 81)
menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan cara untuk memperoleh informasi
dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden.
Berdasarkan sumbernya, dokumen terdiri atas dokumen resmi dan tidak resmi.
Dokumen resmi merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh suatu lembaga dan
dapat berupa surat keputusan dan surat bukti pelaksanaan kegiatan. Dokumen
tidak resmi dapat berupa catatan pribadi dan nota dinas yang memberikan
informasi terhadap suatu kejadian. Seorang peneliti sebaiknya menggunakan
kedua sumber dokumentasi secara intensif agar memperoleh informasi secara
maksimal dan dapat menggambarkan kondisi subyek atau obyek penelitian
dengan benar (Sukardi, 2011: 81). Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan
untuk mengetahui daftar nama siswa kelas 5 SDN Jepon 02 dan nilai awal hasil
belajar matematika sebelum dilakukan penelitian, sehingga dapat digunakan untuk
membandingkan antara hasil belajar sebelum dengan setelah penelitian dilakukan.
3.4.4 Validitas, Reabilitas, dan Tingkat Kesukaran Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi kriteria
ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas). Tingkat validitas dan reliabilitas
suatu instrumen penelitian menunjukkan kualitas instrumen penelitian tersebut.
Instrumen penelitian dikatakan baik jika dapat mengukur apa yang akan diukur
63
dan instrumen tersebut merupakan instrumen yang tepat digunakan untuk
mengukur suatu variabel penelitian. Kualitas instrumen yang baik adalah
instrumen yang memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, selain itu instrumen
yang baik juga harus memiliki tingkat kesukaran (difficulty index) yang merata
atau proporsional.
1) Validitas Instrumen.
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan atau
kevalidan sebuah instrumen. Sugiyono (2010: 348) mengungkapkan bahwa suatu
instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang hendak diukur. Uji validitas dihitung dengan cara mengkorelasikan
antara nilai yang diperoleh dari setiap item instrument dengan keseluruhan yang
diperoleh. Purwanto (2013: 116) menjelaskan tingkat hubungan biasa dinotasikan
r (relation) dan hubungan variabel X dan Y dinotasikan rxy. Jika nilai rxy > rtabel
maka item instrument dinyatakan valid dan dapat dipergunakan, namun jika nilai
rxy > rtabel maka item instrument dinyatakan tidak valid dan tidak dapat
dipergunakan.
PTK yang dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02 menggunakan acuan
toleransi kesalahan sebesar 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95%. Pelaksanaan
uji validitas instrumen dilakukan di kelas 6 SDN Jepon 02 dengan jumlah peserta
tes adalah 35 siswa, maka nilai rtabel atau r(34)(0,05) = 0,334 (Sugiyono (2010: 373).
Nilai rxy ditentukan dengan menghitung nilai corrected item to total correlation
menggunakan aplikasi Statistical Package For the Social Science (SPSS) versi
16.0. Hasil uji validitas yang dilakukan di kelas 6 SDN Jepon 02 dengan analisis
SPSS versi 16.0 adalah sebagai berikut (terlampir pada Lampiran 2-4).
Tabel 3.10
Hasil Validitas Item Soal Siklus I
Nomor Item
Valid Tidak Valid
1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17,
18, dan 20.
5, 7, 11, 15, dan 19.
15 5
64
Tabel 3.11
Hasil Validitas Item Soal Siklus II
Nomor Item
Valid Tidak Valid
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,
16, 18, 19, dan 20.
2, 14, dan 17.
17 3
2) Reliabilitas Instrumen.
Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keajegan
sebuah instrumen. Purwanto (2013: 154) menjelaskan reliabilitas suatu instrumen
merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan
pengukuran, sehingga alat ukur yang reliabel akan memberikan hasil pengukuran
yang relatif stabil dan konsisten. Keajegan instrumen dapat diketahui dengan
menentukan koefisien alpha ( ). PTK yang dilakukan di kelas 5 SDN Jepon 02
menggunakan acuan reliabilitas instrumen yang merujuk teori Alpha Cronbach, di
mana kriteria reliabilitas instrumen meliputi (Wardani, 2012: 346):
Tabel 3.12
Kriteria Reliabilitas Instrumen
Rentang Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat reliabel.
< 0,80 – 0,60 Reliabel.
< 0,60 – 0,40 Cukup reliabel.
< 0,40 – 0,20 Agak reliabel.
< 0,20 Kurang reliabel.
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan di kelas 6 SDN Jepon 02 dengan
analisis SPSS versi 16.0 adalah sebagai berikut (terlampir pada Lampiran 2-4).
Tabel 3.13
Hasil Reliabilitas Item Soal Siklus I
Bentuk Instrumen Koefisien Reliabilitas Kriteria
Isian 0,907 Sangat reliabel.
65
Tabel 3.14
Hasil Reliabilitas Item Soal Siklus II
Bentuk Instrumen Koefisien Reliabilitas Kriteria
Isian 0,888 Sangat reliabel.
3) Tingkat Kesukaran
Purwanto (2013: 99) menjelaskan bahwa tingkat kesukaran merupakan
proporsi siswa yang menjawab benar. Nilai tingkat kesukaran (TK) suatu item
instrumen dapat ditentukan melalui membagi antara jumlah siswa menjawab
benar dengan jumlah siswa peserta tes yang dapat dirumuskan sebagai berikut
(Purwanto, 2013: 99).
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran,
∑ B = jumlah siswa menjawab benar,
∑ P = jumlah siswa peserta tes.
Nilai tingkat kesukaran suatu item instrumen merentang antara 0 sampai 1.
Apabila tingkat kesukaran meliputi sukar, sedang, dan mudah, maka kriteria
tingkat kesukaran instrumen meliputi (Purwanto, 2013: 101):
Tabel 3.15
Kriteria Tingkat Kesukaran Instrumen
Rentang Kriteria
0,00 – 0,32 Sukar
0,33 – 0,66 Sedang
0,67 – 1,00 Mudah
Purwanto (2013: 100) menjelaskan nilai tingkat kesukaran suatu item
instrumen sebesar 0 terjadi apabila semua siswa menjawab salah, sebaliknya nilai
tingkat kesukaran suatu item instrumen sebesar 1 terjadi apabila semua siswa
menjawab benar. Item instrumen sebaiknya berkriteria sedang, karena apabila
66
item instrumen terlalu mudah dan terlalu sukar, maka instrumen tidak dapat
membedakan kemampuan siswa. Pertimbangan yang penulis gunakan dalam
memenuhi proporsi jumlah soal kriteria mudah, sedang, dan sukar yang ideal
adalah proporsi jumlah soal untuk ketiga kriteria tersebut di atas kurva normal, di
mana sebagian besar soal berkriteria sedang, serta sebagian lagi berkriteria mudah
dan sukar dengan proporsi seimbang (Sudjana, 2011: 135). Hasil analisis tingkat
kesukaran item soal yang diujikan pada siswa kelas 6 SDN Jepon 02 adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.16
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus I
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,00 – 0,32 Sukar 1, 6, dan 17. 3
0,33 – 0,66 Sedang 2, 8, 10, 12, 13, 14, 18, dan 20. 8
0,67 – 1,00 Mudah 3, 4, 9, dan 16 4
Total 15
Tabel 3.17
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus II
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,00 – 0,32 Sukar 7, 11, 12, dan 16. 4
0,33 – 0,66 Sedang 1, 6, 8, 9, 10, 13, 15, 18, dan 20. 9
0,67 – 1,00 Mudah 3, 4, 5, dan 19. 4
Total 17
3.5 Indikator Keberhasilan
Pembelajaran matematika melalui metode bermain peran dikatakan dapat
meningkatkan kualitas belajar siswa kelas 5 SDN Jepon 02 apabila memenuhi
indikator keberhasilan sebagai berikut:
1) 80% dari 34 siswa mencapai ketuntasan belajar dengan memperoleh nilai
hasil belajar di atas KKM atau ≥ 65.
2) Kerja sama 80% dari 34 siswa berkriteria tinggi.
67
3.6 Teknik Analisis Data
Data hasil pelaksanaan PTK di kelas 5 SDN Jepon 02 berupa angka (data
kuantitatif) yang menunjukkan nilai tes kondisi awal, nilai tes evaluasi siklus I,
nilai tes evaluasi siklus II, serta skor dan kriteria kerja sama dalam pembelajaran
matematika melalui metode bermain peran dari setiap siklus. Analisis hasil belajar
matematika siswa dilakukan dengan menghitung rata-rata hasil belajar dan
persentase ketuntasan belajar secara klasikal. Analisis kerja sama dilakukan
dengan menghitung rata-rata skor kerja sama dan persentase kerja sama
berkriteria tinggi secara klasikal. Rumus untuk menghitung rata-rata hasil belajar
dan rata-rata hasil belajar adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 49).
Me =
Keterangan:
Me = mean (rata-rata),
∑ = Epsilon (dibaca jumlah),
xi = nilai x ke i dampai ke n, dan
n = jumlah siswa.
Rumus untuk menghitung persentase klasikal ketuntasan belajar dan kerja
sama berkriteria tinggi adalah sebagai berikut.
Persentase klasikal = x 100%
Keterangan:
NS = jumlah siswa yang tuntas belajar (hasil belajar) atau jumlah siswa yang
kerjasamanya berkriteria tinggi (kerja sama), dan
N = jumlah siswa keseluruhan.
Berdasarkan nilai persentase ketuntasan belajar dan kerja sama berkriteria
tinggi yang telah diperoleh, maka nilai persentase dikonversikan pada kriteria
persentase klasikal. Berdasarkan nilai persentase dan langkah-langkah menyusun
tabel distribusi frekuensi, maka tabel kriteria persentase klasikal adalah sebagai
berikut (Sugiyono, 2010: 36).
68
1) .
2) R = 100 – 0 = 100.
3)
16,67 ≈ 17.
Tabel 3.18
Kriteria Persentase Klasikal
Rentang Kriteria
0% – 16% Sangat rendah.
17% – 33% Rendah.
34% – 50% Sedang.
51% – 67% Cukup tinggi.
68% – 84% Tinggi.
85% – 100% Sangat tinggi.