24
Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan hipotesis penelitian yang dirumuskan, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menguji teori tertentu. Dengan cara meneliti hubungan antar variabel suatu treatment atau intervensi hasil penelitian yang dikontrol oleh faktor-faktor lain (Creswell, 2014, hlm. 5). Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen, data berasal dari satu lingkungan yang telah ada tanpa intervensi langsung oleh peneliti, dengan subyek kelompok utuh (Gozali, 2008, hlm. 17). Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel penelitiannya, X1 : metode guided inquiry learning variabel independen sebagai treatment1, X2 : metode problem solving variabel independen sebagai treatment2, X3 : motivasi belajar (tinggi, sedang, rendah) variabel independen sebagai faktor moderasi, dan Y : kemampuan berpikir kritis sebagai variabel dependen. Untuk mengetahui lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Desain Eksperimen Faktorial Faktor (B) Metode (A) Guided Inquiry Learning (A1) Problem Solving (A2) Motivasi Belajar Tinggi (B1) A1B1 A2B1 Sedang (B2) A1B2 A2B2 Rendah (B3) A1B3 A2B3 Sumber : Fraenkel dan Norman (2006, hlm. 247) Keterangan : A = Perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran A1 = Metode Guided Inquiry Learning A2 = Metode Problem Solving B = Faktorial B1 = Motivasi belajar tingkat tinggi B2 = Motivasi belajar tingkat sedang 52

BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

52

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian yang dirumuskan, penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif yang menguji teori tertentu. Dengan cara

meneliti hubungan antar variabel suatu treatment atau intervensi hasil penelitian

yang dikontrol oleh faktor-faktor lain (Creswell, 2014, hlm. 5). Metode yang

digunakan adalah quasi eksperimen, data berasal dari satu lingkungan yang telah

ada tanpa intervensi langsung oleh peneliti, dengan subyek kelompok utuh (Gozali,

2008, hlm. 17).

Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

penelitiannya, X1 : metode guided inquiry learning variabel independen sebagai

treatment1, X2 : metode problem solving variabel independen sebagai treatment2,

X3 : motivasi belajar (tinggi, sedang, rendah) variabel independen sebagai faktor

moderasi, dan Y : kemampuan berpikir kritis sebagai variabel dependen. Untuk

mengetahui lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Desain Eksperimen Faktorial

Faktor

(B)

Metode (A)

Guided Inquiry

Learning

(A1)

Problem

Solving

(A2)

Motivasi

Belajar

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Sedang (B2) A1B2 A2B2

Rendah (B3) A1B3 A2B3

Sumber : Fraenkel dan Norman (2006, hlm. 247)

Keterangan :

A = Perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran

A1 = Metode Guided Inquiry Learning

A2 = Metode Problem Solving

B = Faktorial

B1 = Motivasi belajar tingkat tinggi

B2 = Motivasi belajar tingkat sedang

52

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

53

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

B3 = Motivasi belajar tingkat rendah

Y = Kemampuan berpikir kritis

3.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Barabai, kota Barabai Kabupaten

Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan dengan unit analisis adalah siswa

kelas XI IIS yang berjumlah 4 kelas, terdiri dari kelas XI IIS 1 dengan jumlah siswa

sebanyak 36 orang siswa, kelas XI IIS 2 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang

siswa, kelas XI IIS 3 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang siswa, dan kelas XI

IIS 4 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang siswa.

Keempat kelas ini yang akan dijadikan subjek penelitian setelah nantinya

dilakukan pre-tes maka akan dipilih kelas mana yang akan menjadi kelas

eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol. Berdasarkan tingkat homogen

pre-test tertinggi dari 4 kelas IIS yang dilakukan pre-test. Penelititian ini akan

dilakukan dalam 3 kali pertemuan dengan setiap pertemuan sebanyak 3 x 45 menit.

3.3 Operasional Variabel

Menurut Suharsimi (2006, hlm. 18) variabel adalah objek penelitian, atau

apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dala, penelitian ini

adalah terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah metode guided inquiry learning (X1), metode problem solving (X2), dan

variabel moderasi motivasi belajar siswa (X3). Variabel terikat yang digunakan

adalah kemampuan berpikir kritis siswa (Y). Definisi operasional variabel

penelitian adalah sebagai berikut:

3.3.1 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini sebagai variabel dependen,

dimana variabel yang menjadi masalah penelitian. Berpikir kritis akan di ukur

menggunakan soal essay yang telah di sesuaikan dengan indikator berpikir krtitis

yang di ambil dalam penelitian ini. Menurut Ennis (1987, hlm. 13-16) indikator

yang perlu diperhatikan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dapat dilihat

pada tabel 3.2 berikut ini:

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

54

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Operasional Variabel Kemampuan Berpikir Kritis

Konsep Indikator Sub Indikator

Kemampuan berpikir

kritis adalah

mengungkapkan

berpikir kritis

merupakan berpikir

secara beralasan dan

reflektif dengan

menekankan pada

pembuatan keputusan

tentang apa yang harus

dipercayai atau

dilakukan

1. Elementary

clarification

(Memberikan

penjelasan

sederhana)

1. Menganalisis argumen

2. Basis support

(Membangun

keterampilan

dasar)

2. Memberikan alasan

3. Inference

(Menyimpulkan)

3. Membuat kesimpulan

4. Advance

Clarification

(Memberikan

penjelasan lebih

anjut)

4. Berpendapat/berasumsi

5. Strategies and

Tactics

(Mengatur

Strategi dan

Taktik)

5. Menciptakan solusi

Sumber : Ennis (dalam Budiwati & Permana, 2010, hlm. 90-91)

3.3.2 Metode Guided Inquiry Learning

Menurut Sanjaya (2007, hlm. 202) metode inkuiri di mana guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberikan pertanyaan awal dan

mengarahkan pada suatu diskusi. Untuk menggambarkan bagaimana implementasi

metode guided inquiry learning selama proses pembelajaran dapat di lihat pada

langkah-langkah pembelajaran pada tabel 3.3 berikut ini:

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

55

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Langkah-langkah Metode Guided Inquiry Learning

No Tahap Perilaku Guru

1 Merumuskan masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi

masalah dan masalah dituliskan di papan tulis.

Guru membagi siswa dalam beberapa

kelompok.

2 Membuat jawaban

sementara (hipotesis)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk curah pendapat dalam membentuk

hipotesis.

Guru membimbing siswa dalam menentukan

hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan

memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi

prioritas penyelidikan.

3 Mengumpulkan bukti Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui bukti ataupun sumber lainnya.

4 Analisis data Guru memberikan kesempatan kepada setiap

kelompok untuk menyampaikan hasil

pengolahan data yang terkumpul

5 Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan

Sumber : Gulo (2008, hlm. 94)

3.3.3 Metode Problem Solving

Menurut Sanjaya (2011, hlm. 21) metode pemecahan masalah (problem

solving) merupakan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka

untuk menyesuiakan dengan pengetahuan baru. Untuk menggambarkan bagaimana

implementasi metode problem solving selama proses pembelajaran dapat di lihat

pada langkah-langkah pembelajaran pada tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4

Langkah-langkah Metode Problem Solving

No Tahap Perilaku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan,

dan memotivasu siswa terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah.

2 Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Membantu siswa mengidefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

3 Membimbing pengalaman

individual atau kelompok

Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakn eksperimen untuk

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

56

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

No Tahap Perilaku Guru

mendapatkan penjelasan pemecahan

masalah.

4 Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan

dan menyajikan karya yang sesuai

seperti laporan dan membantu mereka

untuk berbagai tugas dengan

temannya.

5 Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang

mereka gunakan.

Sumber : Arends (2012, hlm. 394)

3.3.4 Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar dalam penelitian ini sebagai variabel moderator dapat

dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5

Operasional Variabel Motivasi Belajar

Konsep Indikator Sub Indikator

Menurut Sardiman

(2016, hlm. 75)

menyatakan bahwa

dalam kegiatan belajar,

motivasi dapat

dikatakan sebagai

keseluruhan daya

penggerak di dalam diri

siswa yang

menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin

kelangsungan dari

kegiatan belajar dan

memberikan arah pada

kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek

belajar itu dapat

tercapai.

Menurut Uno (2011, hlm.

25, indikator motivasi

belajar adalah:

1. Adanya hasrat dan

keinginan berhasil.

a. Tertarik terhadap

mata pelajaran

b. Keinginan yang kuat

untuk belajar

c. Berusaha mencari

tahu

2. Adanya dorongan

dan kebutuhan

dalam belajar.

d. Bersemangat

mencari tahu

e. Merasa

membutuhkan ilmu

pengetahuan

3. Adanya harapan dan

cita-cita di masa

depan

f. Harapan masa depan

g. Mewujudkan cita-

cita

4. Adanya penghargaan

dalam belajar.

h. Rasa bangga

i. Berusaha

mendapatkan nilai

tinggi

5. Adanya kegiatan

yang menarik dalam

belajar.

j. Tertarik dengan

pelajaran

k. Tidak merasa jenuh

dengan pelajaran

6. Adanya lingkungan

belajar yang

kondusif sehingga

l. Lingkungan belajar

yang tenang dan

nyaman untuk

belajar

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

57

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Konsep Indikator Sub Indikator

memungkinkan

siswa untuk belajar.

Sumber : Sardiman (2016, hlm. 75); Uno (2011, hlm. 25)

3.4 Alat Penelitian

3.4.1 Tes

Instrumen tes dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan berpikir kritis yang

terdiri dari 5 soal bentuk essay (uraian). Tes uraian kemampuan berpikir kritis siswa

dikembangkan berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis

pada materi APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomi dengan teknik

pengembangan soal menggunakan dimensi kognitif tingkat tinggi yang termasuk

kedalam bagian berpikir tingkat tinggi siswa yang berdasarkan ranah kategori

menganalisis dan mengevaluasi. Menganalisis berarti memecah-mecah materi

menjadi bagian-bagian penyusunannya dan menentukan hubungan-hubungan antar

bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur

atau tujuan (Anderson & Kratwohl, 2010, hlm. 101). Kata kerjanya meliputi

menghubungkan, merancang dan menganalisis, sedangkan, mengevaluasi berarti

mengambil keputusan memprediksi dan mengingat.

Adapun langkah penyusunan instrumen tersebut sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan, di mana tujuan pelaksanaan tes ini untuk mengukur tingkat

berpikir kritis siswa.

2. Membuat kisi-kisi soal.

3. Membuat instrumen soal dalam bentuk pilihan essay.

4. Mengkonsultasikan instrumen soal dengan dosen pembimbing dan guru mata

pelajaran ekonomi.

5. Melaksanakan uji coba soal.

6. Melakukan analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

7. Mengunakan soal tes dalam penelitian untuk mengukur tingkat kemampuan

berpikir kritis siswa pada materi pelajaran yang di ajarkan.

Karena jawaban responden pasti sangat beragam dalam rangka menjawab

soal/tes kemampuan berpikir kritis, maka untuk meminimalisir unsur subjektifitas

dalam melakukan penelitian, diperlukan rubik penilaian yang jelas dan rinci.

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

58

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti

menggunakan kreteria yang dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6

Rubik Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Skor Deskriptor

5 Semua konsep benar, jelas dan spesifik

Semua uraian jawaban, jelas, dan spesifik didukung oleh

alasan yang kuat

Alur berpikir baik, semua konsep saling berkaitan dan

terpadu

Semua aspek nampak, bukti baik dan seimbang

4 Sebagian konsep besar benar, jelas namun kurang

spesifik

Sebagian besar uraian jawaban, jelas, namun kurang

spesifik

Alur berpikir baik sebgaian besar konsep saling

berkaitan dan terpadu

Tata bahasa baik dan benar, ada kesalahan kecil

Semua aspek nampak namun belum seimbang

3 Sebagian kecil konsep benar dan jelas

Sebagian kecil uraian jawaban benar, jelas namun alasan

dan argumen tidak jelas

Alur berpikir cukup baik, ada kesalahan pada ejaan

Tata bahasa cukup baik, ada kesalahan pada ejaan

Sebagian besar aspek yang nampak benar

2 Konsep kurang fokus atau berlebihan atau meragukan

Uraian jawaban tidak mendukung

Alur berpikir kurang baik, konsep tidak saling berkaitan

Tata bahasa baik, kalimat tidak lengkap

Sebagian kecil aspek yang nampak benar

1 Semua konsep tidak benar atau tidak mencukupi

Alasan tidak benar

Alur berpikir tidak baik

Tata bahasa tidak baik

Secara keselutuhan aspek tidak mencukupi

0 Tidak ada jawaban atau jawaban salah

Sumber: Finken & Ennis (2003 dalam Zubaidah,dkk, 2015).

Menentukan nilai kemampuan berpikir kritis siswa dicari dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Purwanto, 1990, hlm. 102):

𝑆 = 𝑅

𝑁 𝑥 100

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

59

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = Skor yang diperoleh siswa

N = Skor maksimum dari tes yang bersangkutan

Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pencapaian indikator

kemampuan berpikir kritis siswa sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 100

Setelah diperoleh nilai dan persentase kemampuan berpikir kritis siswa,

peneliti menentukan kategori kemampuan berpikir kritis siswa. Pemberian kategori

nilai kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7

Kreteria Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Skor Kategori

81,25 ≤ x ≤ 100 Sangat Kritis

62,50 ≤ x ≤ 81,25 Kritis

43,75 ≤ x ≤ 62,50 Cukup Kritis

25,00 ≤ x ≤ 43,75 Kurang Kritis

Sumber: Purwanto, dkk (2009, hlm, 29)

3.4.2 Kuesioner

Adapun kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan

kuesioner yang diadopsi dari beberapa penelitian sebelumnya (Mulyati, 2018;

Sartika, 2018). Kuesioner ini berguna untuk mengukur motivasi belajar siswa

apakah motivasi belajar yang dimiliki siswa tinggi, sedang, dan rendah. Jenis

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berstruktur

(tertutup) yang kuesioner disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga

responden diminta untuk memilih satu jawaban yang telah disediakan, sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya

dengan cara memberikan tanda cheklist (√). Peneliti menggunakan kuesioner

dengan skala ordinal bentuk likert empat dan membagikan kuesioner kepada siswa

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

60

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

di kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah selesai pemberian treatment

(perlakukan) dan pos-test.

Pilihan respon skala empat mempunyai variabilitas respon lebih baik atau

lebih lengkap dibandingkan skala tiga atau skala lima sehingga mampu

mengungkap lebih maksimal perbedaan sikap responden. Selain itu juga tidak ada

peluang bagi responden untuk bersikap netral sehingga memaksa responden untuk

menentukan sikap terhadap fenomena sosial yang dinyatakan atau ditanyakan

dalam instrumen (Widyoko, 2014, hlm. 106). Berikut adalah tabel 3.8 skor

penilaian pilihan jawaban angket:

Tabel 3.8

Skor Penilaian Pilihan Jawaban Angket

Pernyataan Positif Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Sumber: Widyoko (2014, hlm. 105)

3.5 Prosedure Penelitian

Kegiatan penelitian ini ditujukan untuk siswa yang terdiri dari tiga kelas

yaitu kelas eksperimen 1 dengan metode guided inquiry learning, kelas eksperimen

2 yang menggunakan metode problem solving dan kelas kontrol dengan

menggunakan metode pembelajaran diskusi. Rancangan dalam penelitian ini ada

beberapa langkah-langkah antara lain sebagai berikut (Arikunto, 2013, hlm, 23;

Siswanto, 2012, hlm, 15):

1. Memilih Masalah

Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan

penelitian yang berasal dari berbagai sumber. Masalah penelitian dalam

penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa sehingga

dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Studi Pendahuluan

Setelah memilih masalah maka mendalami masalah harus dilakukan secara

lebih sistematis dan intensif, sehingga diperlukan sumber pengumpulan data

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

61

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

untuk mengadakan studi pendahuluan dengan memperjelas masalah dengan

mencari data yang diperlukan, membaca literatur hasil penelitian terdahulu,

mendatangi sumber-sumber terkait untuk berkonsultasi dan memperoleh

informasi, dan mengadakan peninjauan ke tempat atau lokasi penelitian untuk

melihat peristiwa.

Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi terkait proses belajar

mengajar pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Barabai sehingga

diperoleh data pra penelitian yang relevan berdasarkan fenomena dan

permasalahan yang dihadapi oleh pendidik dalam pembelajaran Ekonomi. Data

pra penelitian diperoleh memberikan tes kemampuan berpikir kritis kepada

siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Barabai untuk mengetahui gambaran awal

kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Merumuskan Masalah

Perumusan masalah dilakukan dengan cara merumuskan judul penelitian, judul

penelitian diperoleh karena adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan

dengan apa yang terjadi sehingga pentingnya masalah tersebut untuk diteliti

lalu akan memberikan batasan permasalahan, maka akan jelas apa yang akan

dipermasalahkan sehingga dapat dirumuskan dalam kalimat pertanyaan yang

merupakan hal yang dipertanyaan. Lalu kemudian dapat menjelaskan tujuan

penelitian yang dirumuskan dalam kalimat pernyataan merupakan jawaban

yang ingin dicari dan manfaat penelitian sebagai hasil yang akan

disumbangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

4. Merumuskan Anggapan Dasar

Setelah menjelaskan permasalahan secara jelas, peneliti harus dapat

memberikan sederet asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahannya.

Asumsi yang harus diberikan tersebut, diberi nama asumsi dasar atau anggapan

dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori dalam pelaporan hasil

penelitian. Landasan teori dalam penelitian ini menggunakan teori belajar

konstruktivisme yang diperoleh dari hasil membaca buku, refensi jurnal-jurnal

penelitian terdahulu dan berbagai sumber lainnya.

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

62

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

5. Merumuskan Hipotesis

Setelah menetapkan anggapan dasar, maka peneliti membuat suatu teori

sementara yang kebenarannya masih perlu di uji. Hipotesis digunakan sebagai

pedoman kerja yang dijadikan arah dalam menetapkan variabel,

mengumpulkan data, mengolah data dan mengambil kesimpulan.

6. Menentukan Sumber Data

Populasi penelitian yang akan dipilih adalah kelas XI IIS yang terdiri dari 4

kelas yaitu XI IIS 1, XI IIS 2, XI IIS 3, dan XI IIS 4. Dari populasi yang akan

diambil tiga kelas dijadikan sebagai subjek penelitian. Pemilihan subjek

penelitian akan disesuaikan dengan kreteria bahwa pre-test akan diberikan

terlebih dahulu ke empat kelas XI IIS SMA Negeri 1 Barabai. Setelah diberikan

soal pre-test dan diperoleh nilai pre-test maka akan dipilih tiga kelas dengan

tingkat homogen pre-test tertinggi sebagai subjek penelitian. Tiga kelas yang

memiliki tingkat homogen pre-test tertinggi akan dipilih sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

7. Menentukan dan Menyusun Instrumen

Pada tahap ini, peneliti menentukan materi pelajaran yang akan digunakan

dalam penelitian, menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan metode

pembelajaran yang akan digunakan, merancang alat tes, melakukan uji coba

alat tes, mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan

digunakan dalam pengambilan data.

8. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data atau tahap pelaksanaan dilaksanakan pada semester genap

tahun pelajaran 2018/2019 di SMA Negeri 1 Barabai, di mana siswa yang akan

diteliti adalah kelas XI IIS dengan kurikulum yang di digunakan adalah

Kurikulum 2013 yang disempurnakan (Kurikulum Nasional). Kemudian

peneliti melakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siwa

pada masing-masing kelas lalu hasil pre-test sebagai tes awal sebelum

diberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Setelah dilakukan perlakuan maka langkah selanjutnya kelas eksperimen

1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol diberi tes akhir (post test) untuk

mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa setelah adanya perlakuan.

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

63

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya adalah penyebaran kuesioner, dimana penyebaran kuesioner ini

untuk mengukur kemampuan berpikir kritis nantinya dikelompokkan dalam

motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah.

9. Analisis Data

Pada tahap ini peneliti akan melakukan pengolahan data hasil penelitian yang

diperoleh dari pre-test dan pos-test untuk melihat apakah hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini terbukti atau tidak.

10. Menarik Kesimpulan

Pada tahap ini dilakukan pembahasan untuk mendapatkan interprestasi dan

penarikan kesimpulan dari penelitian, dan menyampaikan rekomendasi. Hasil

pengolahan tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

11. Menyusun laporan

Membuat laporan penelitian merupakan tahap terakhir dari serentetan kegiatan

penelitian. Laporan penelitian ini sangat penting artinya bagi kemajuan ilmu

pengetahuan karena orang menjadi tahu apa yang telah dilakukan dan hasil

penelitian ini nantinya diharapkan akan dapat menjadi rujukan untuk penelitian

selanjutnya.

Berdasarkan penjelasan di atas prosedur penelitian ini jika digambarkan

dalam bentuk bagan akan terlihat pada gambar 3.1 berikut ini:

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

64

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian

Gambar 3.1 Prosedure Penelitian

Sumber : (Arikunto, 2013, hlm, 23; Siswanto, 2012, hlm, 15)

Memilih Masalah

Penelitian

Studi Pendahuluan

(Membaca literatur hasil penelitian terdahulu, mendatangi sumber-

sumber terkait untuk memperoleh informasi, dan melakukan observasi)

Merumuskan Masalah

Merumuskan Anggapan Dasar (Landasan Teori)

Hipotesis

Menentukan Sumber Data

Menentukan dan Menyusun Instrumen

(Menyusun RPP, merancang alat tes kemampuan berpikir kritis dan

kuesioner motivasi belajar, melakukan uji coba alat tes, mengolah

data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan

dalam pengambilan data)

Mengumpulkan Data

(Pre-test, pemberian perlakukan pada kelas eksperimen dan

kontrol, post-test, dan pemberian kuesioner motivasi belajar)

Analisi Data

Menarik Kesimpulan

Menyusun Laporan

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

65

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Tes

Tes yang akan diujikan ke siswa yang menjadi subjek penelitian akan

terlebih dahulu di uji validitas, reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan daya pembeda.

Berikut ini akan diberikan penjelasan mengenai uji tes instrumen kemampuan

berpikir kritis siswa dengan 5 soal essay.

3.6.1.1 Uji Validitas

Menurut Sudjana (2016, hlm. 12) validitas merupakan alat penilaian

terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya

dinilai. Sebelum tes digunakan sebagai alat pengumpulan data, terlebih dahulu tes

diuji coba dengan analisis validitas. Alat tes penelitian harus benar-benar mengukur

kemampuan berpikir kritis, yang merupakan masalah penelitian ini dan kouesioner

mengukur motivasi belajar siswa, disesuaikan dengan indikator. Alat tes berbentuk

pilihan ganda diuji cobakan dan dihitung validitasnya.

Ketentuan interpretasi ini digunakan dk = N-2, derajat kebebasan tersebut

dikonsultasikan pada tabel nilai r product moment, pada taraf signifikansi 5%

(0,05), dengan syarat interpretasi sebagai berikut: Jika rhitung > rtabel berarti data valid

dan jika rhitung < rtabel berarti data tidak valid. Untuk menguji validitas tes dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus:

2222 )()()()(

))((

YYNXXN

YXXYNrXY

Keterangan:

rxy : Validitas yang akan dicari

XY : Jumlah perkalian skor item X dan skor total Y

X : Jumlah skor item X

Y : Jumlah skor total Y

N : Jumlah responden

X2 : Jumlah kuadrat skor item X

Y2 : Jumlah kuadrat skor total Y

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi, item soal dapat dinyatakan valid

jika rxy > rtabel pada taraf α = 0,05 dimana r tabel = 0,329, sebaliknya jika rxy < rtabel

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

66

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

maka dapat dinyatakan bahwa butir soal tersebut tidak valid dan akan dikeluarkan

dari analisis. Pengujian ini dilakukan kepada 36 responden uji coba.

Adapun untuk penjelasan hasil uji validitas soal kemampuan berpikir kritis

siswa dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Soal Kemampuan Bepikir Kritis Siswa

No. Soal r hitung r tabel Keterangan

1 0,516 0,329 Valid

2 0,495 0,329 Valid 3 0,684 0,329 Valid 4 0,543 0,329 Valid

5 0,717 0,329 Valid

Sumber: Diolah dari hasil penelitian (2019)

Berdasarkan tabel 3.9 di atas dapat diketahui hasil dari perhitungan validitas

dengan menggunakan rumus Product Moment (Pearson) untuk 5 soal essay

kemampuan berpikir kritis siswa. Setelah diuji coba kepada 36 siswa kelas XI IIS

2 di SMA Negeri 1 Barabai, maka dapat diketahui 5 soal tersebut dinyatakan valid

sehingga bisa digunakan dalam penelitian.

3.6.1.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena

instrument tersebut sudah baik. Untuk menentukan koefisien reliabilitas digunkan

rumus sebagai berikut:

α =𝑘

𝑘−1 [

𝑆𝑋2 −

𝑗−𝑙

𝑘

𝑆𝑗2

𝑆𝑗2 ]

Keterangan:

𝑆𝑗2

= Varians skor item ke-j dimana j = 1,2,.....K

K : Banyaknya item yang diujikan

𝑆𝑋2 : Varians skor total keseluruhan item

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan program

SPSS dengan dengan taraf signifikan 0,05. Untuk mengetahui apakah instrumen

reliabel atau tidak langkah selanjutnya adalah mengonsultasikan dengan harga

kritik atau standar reliabilitas. Untuk hasil perhitungan uji reliabilitas

dikonsultasikan dengan table 3.10 interprestasi nilai r berikut ini:

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

67

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.10

Interpretasi nilai r

No. Interpretasi Tingkat Reliabilitas

1 0,00 – 0,20 Kurang reliabel

2 >0,20 – 0,40 Agak reliabel

3 >0,40 – 0,60 Cukup reliabel

4 >0,60 – 0,80 Reliabel

5 >0,80 – 1,00 Sangat reliabel

Sumber: Triton (2006, hlm. 248)

Berikut ini adalah hasil rekapitulasi uji reliabilitas motivasi belajar siswa

yang dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini:

Tabel 3.11

Hasil Rekapitulasi Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Cronbach’s Alpha N of Items Keterangan

0,530 5 Cukup Reliabel

Sumber: Diolah dari hasil penelitian (2019)

Berdasarkan tabel 3.11 diketahui pada tabel uji reliabilitas kemampuan

berpikir kritis siswa dengan 5 soal essay yang diujikan kepada 35 siswa kelas XI

IIS 2 di SMA Negeri 1 Barabai, maka didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,530.

Dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r di atas yang artinya instrumen

cukup reliabel dan data tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.

3.6.1.3 Uji Tingkat Kesukaran

Upaya memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas

dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan tingkat kesulitan soal. Keseimbangan

yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan

sukar secara proposional (Sudjana, 2016, hlm. 135). Untuk instrumen yang berupa

soal essay, rumus yang digunakan untuk menguji tingkat kesukaran soal adalah

sebagai berikut (Arikunto, 2015, hlm. 223):

TK = X

𝑆𝑀𝐼

Keterangan:

TK = Indeks tingkat kesukaran

X = Nilai rata-rata tiap butir soal

SMI = Skor Maksimum Ideal

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

68

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Adapun kriteria indeks kesulitan soal, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Interpretasi Keterangan

0,00 - 0,30 Sukar

0,31 - 0,70 Sedang

0,71 - 1,00 Mudah

Sumber : Arikunto (2015, hlm. 225)

Berikut ini adalah hasil uji tingkat kesukaran tes kemampuan berpikir

kritis siswa dapat dilihat pada tabel 3.13 berikut ini:

Tabel 3.13

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No. Soal Indeks Tingkat

Kesukaran Keterangan

1 0,081 Sukar

2 0,160 Sukar

3 0,130 Sukar

4 0,070 Sukar

5 0,151 Sukar

Sumber: Diolah dari hasil penelitian (2019)

Berdasarkan tabel 3.13 menjelaskan bahwa ke 5 soal yang digunakan dalam

kategori sukar. Hal ini dikarenakan materi yang ditanyakan belum di ajarkan atau

belum tuntas pembelajarannya, sehingga kompentensi minimum yang harus

dikuasai siswa belum tercapai. Namun berdasarkan hasil uji validitas ke 5 soal

tersebut dinyatakan valid, maka ke 5 soal ini akan kembali direvisi dan

disederhanakan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti siswa dengan

pernyataan atau kalimat yang sederhana dan tidak terlalu panjang sehingga soal ini

dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.

3.6.1.4 Uji Daya Pembeda

Setelah menguji tingkat kesulitan soal tes, maka langkah selanjutnya

analisis daya pembeda. Dengan mengkaji butir-butir soal bertujuan untuk

mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan peserta didik yang tergolong

mampu (tinggi presentasinya) dengan peserta didik yang tergolong kurang atau

lemah prestasinya (Sudjana, 2016, hlm. 141). Cara yang bisa dilakukan dalam

analisis daya pembeda adalah dengan rumus:

D = PA – PB = 𝐵 𝐴

𝐽 𝐴−

𝐵 𝐵

𝐽 𝐵

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

69

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

D = Indeks diskriminasi (daya beda)

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Sedangkan untuk melihat apakah daya pembeda jelek, cukup, baik dan baik

sekali dapat diliat pada tabel 3.14 dibawah ini:

Tabel 3.14

Klasifikasi Daya Pembeda

Rendang Nilai D Klasifikasi

D < 0,20 Jelek

0,20 ≤ D < 0,40 Cukup

0,40 ≤ D < 0,70 Baik

0,70 ≤ D < 1,00 Baik Sekali

Sumber : Arikunto (2015, hlm. 211)

Berikut ini adalah hasil uji daya pembeda tes kemampuan berpikir kritis

siswa dapat dilihat pada tabel 3.15 berikut ini:

Tabel 3.15

Hasil Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No.Soal Indeks Daya Pembeda Klasifikasi

1 1,80 Baik Sekali

2 1,70 Baik Sekali

3 1,90 Baik Sekali 4 1,60 Baik Sekali 5 1,80 Baik Sekali

Sumber: Diolah dari hasil penelitian (2019)

Berdasarkan tabel 3.15 diketahui bahwa hasil rekapitulasi daya pembeda

butir soal tes untuk mengukur berpikir kritis siswa dapat dikategorikan mempunyai

daya pembeda baik sekali pada ke 5 butir soal. Hal ini menandakan bahwa butir

soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi akan

dengan mudah menjawab tetapi akan relatif sulit bagi siswa yang berkemampuan

rendah untuk dapat menjawab soal tersebut, sehingga ke 5 butir soal tersebut

dinyatakan layak untuk dipakai dalam penelitian ini.

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

70

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

3.6.2 Kuesioner

3.6.2.1 Uji Validitas

Menurut Sudjana (2016, hlm. 12) validitas merupakan alat penilaian

terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya

dinilai. Sebelum tes digunakan sebagai alat pengumpulan data, terlebih dahulu tes

diuji coba dengan analisis validitas. Alat tes penelitian harus benar-benar mengukur

kemampuan berpikir kritis, yang merupakan masalah penelitian ini dan kouesioner

mengukur motivasi belajar siswa, disesuaikan dengan indikator. Alat tes berbentuk

pilihan ganda diuji cobakan dan dihitung validitasnya.

Ketentuan interpretasi ini digunakan dk = N-2, derajat kebebasan tersebut

dikonsultasikan pada tabel nilai r product moment, pada taraf signifikansi 5%

(0,05), dengan syarat interpretasi sebagai berikut: Jika rhitung > rtabel berarti data valid

dan jika rhitung < rtabel berarti data tidak valid. Untuk menguji validitas tes dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus:

2222 )()()()(

))((

YYNXXN

YXXYNrXY

Keterangan:

rxy : Validitas yang akan dicari

XY : Jumlah perkalian skor item X dan skor total Y

X : Jumlah skor item X

Y : Jumlah skor total Y

N : Jumlah responden

X2 : Jumlah kuadrat skor item X

Y2 : Jumlah kuadrat skor total Y

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi, item soal dapat dinyatakan valid

jika rxy > rtabel pada taraf α = 0,05 dimana r tabel = 0,329, sebaliknya jika rxy < rtabel

maka dapat dinyatakan bahwa butir soal tersebut tidak valid dan akan dikeluarkan

dari analisis. Pengujian ini dilakukan kepada 36 responden uji coba.

Adapun untuk penjelasan hasil uji validitas angket per item pernyataan

dapat dilihat pada tabel 3.16 berikut ini:

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

71

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.16

Hasil Uji Validitas Per Item Motivasi Belajar Siswa

Item r hitung r tabel Keterangan

Item 1 0,555 0,329 Valid

Item 2 0,491 0,329 Valid Item 3 0,597 0,329 Valid Item 4 0,089 0,329 Tidak Valid Item 5 0,529 0,329 Valid

Item 6 0,693 0,329 Valid Item 7 0,014 0,329 Tidak Valid Item 8 0,472 0,329 Valid Item 9 0,246 0,329 Tidak Valid Item 10 0,492 0,329 Valid

Item 11 0,619 0,329 Valid

Item 12 0,253 0,329 Tidak Valid Item 13 0,625 0,329 Valid

Item 14 0,561 0,329 Valid Item 15 0,652 0,329 Valid Item 16 0,506 0,329 Valid

Item 17 0,690 0,329 Valid Item 18 0,467 0,329 Valid Item 19 0,692 0,329 Valid

Item 20 0,585 0,329 Valid Item 21 0,500 0,329 Valid

Item 22 0,414 0,329 Valid Item 23 0,515 0,329 Valid Item 24 0,393 0,329 Valid

Item 25 0,568 0,329 Valid

Item 26 0,501 0,329 Valid Item 27 0,656 0,329 Valid Item 28 0,069 0,329 Tidak Valid Item 29 0,483 0,329 Valid

Item 30 0,578 0,329 Valid

Sumber: Diolah dari hasil penelitian (2019)

Dan untuk penjelasan hasil uji validitas per indikator dapat dilihat juga pada

table 3.17 berikut ini:

Tabel 3.17

Hasil Uji Validitas Per Indikator Motivasi Belajar Siswa

Variabel Indikator r hitung r tabel Keterangan

Motivasi

Belajar

Adanya hasrat dan keinginan

untuk berhasil

0,723 0,329 Valid

Adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar

0,564 0,329 Valid

Adanya harapan dan cita-cita

masa depan

0,807 0,329 Valid

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

72

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Variabel Indikator r hitung r tabel Keterangan

Adanya penghargaan dalam

belajar

0,847 0,329 Valid

Adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar

0,828 0,329 Valid

Adanya lingkungan belajar

yang kondusif

0,722 0,329 Valid

Sumber: Diolah dari hasil penelitian (2019)

Berdasarkan tabel 3.16 di atas dapat diketahui hasil dari perhitungan

validitas dengan menggunakan rumus Product Moment (Pearson) untuk 30 item

pernyataan angket. Setelah diuji coba kepada 36 siswa kelas XI IIS 2 di SMA

Negeri 1 Barabai, maka dapat diketahui terdapat 5 butir pernyataan yang dinyatakan

tidak valid sehingga tidak digunakan dalam penelitian.

3.6.2.2 Uji Reabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena

instrument tersebut sudah baik. Untuk menentukan koefisien reliabilitas digunkan

rumus sebagai berikut:

α =𝑘

𝑘−1 [

𝑆𝑋2 −

𝑗−𝑙

𝑘

𝑆𝑗2

𝑆𝑗2 ]

Keterangan:

𝑆𝑗2

= Varians skor item ke-j dimana j = 1,2,.....K

K : Banyaknya item yang diujikan

𝑆𝑋2 : Varians skor total keseluruhan item

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan program

SPSS dengan dengan taraf signifikan 0,05. Untuk mengetahui apakah instrumen

reliabel atau tidak langkah selanjutnya adalah mengonsultasikan dengan harga

kritik atau standar reliabilitas. Untuk hasil perhitungan uji reliabilitas

dikonsultasikan dengan table 3.18 interprestasi nilai r sebagai berikut:

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

73

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.18

Interpretasi nilai r

No. Interpretasi Tingkat Reliabilitas

1 0,00 – 0,20 Kurang reliabel

2 >0,20 – 0,40 Agak reliabel

3 >0,40 – 0,60 Cukup reliabel

4 >0,60 – 0,80 Reliabel

5 >0,80 – 1,00 Sangat reliabel

Sumber: Triton (2006, hlm. 248)

Berikut ini adalah hasil rekapitulasi uji reliabilitas motivasi belajar siswa

yang dapat dilihat pada tabel 3.19 berikut ini:

Tabel 3.19

Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa

Cronbach’s Alpha N of Items Keterangan

0,904 30 Sangat Reliabel

Sumber: Diolah dari hasil penelitian (2019)

Berdasarkan tabel 3.19 diketahui pada tabel uji reliabilitas angket tentang

motivasi belajar siswa dengan 30 item pernyataan yang diujikan kepada 35 siswa

kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 1 Barabai, maka didapatkan nilai Cronbach’s Alpha

0,904. Dikonsultasikan dengan tabel interpretasikan nilai r di atas yang artinya

instrumen sangat reliabel dan data tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.

3.6.3 Uji Prasyarat Statistik Parametris

Syarat utama menggunakan statistik parametris adalah data berbentuk

interval, data harus normal dan homogen. Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui normal atau tidaknya distribusi data. Pengujian normalitas data

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig

(signifikansi) atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal,

sedangkan jika nilai Sig (signifikansi) atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi

adalah normal.

Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, langkah selanjutnya adalah

menguji homogenitas data, yang bertujuan untuk menguji kesamaan beberapa

bagian subjek penelitian, sehingga generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan.

Perhitungan uji homogenitas menggunakan program pengolahan data dengan uji

Levene (Levene Test). Kreterianya pengujiannya adalah apabila nilai sig

(signifikansi) atau nilai probabilitas < 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi

yang mempunyai varians tidak sama, sedangkan jika nilai sig (signifikansi) atau

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

74

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

nilai probabilitas > 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai

varians yang sama (homogen).

3.7 Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan analisis

statistik inferensial parametris two-way ANOVA (two factors model), penelitian

eksperimen digunakan untuk menguji main dan interaction effect (Ghozali, 2008,

hlm, 116). Main effect adalah pengaruh variabel independen (metode atau motivasi

belajar) terhadap variabel dependen (kemampuan berpikir kritis), sedangkan

interaction effect merupakan gabungan (joint effect) dua variabel independen

(metode*motivasi belajar) terhadap variabel dependen (kemampuan berpikir

kritis). Selanjutnya asumsi menggunakan rumus ANOVA apabila dalam analisis

data yang digunakan tidak homogen dan normal, anova tetap robust (kuat) untuk

tetap digunakan (Ghozali, 2011).

Hipotesis statistik:

Efek utama (main effect):

1. H0 : α A = 0 (Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa

pada kelas yang menggunakan metode guided inquiry learning dengan

metode problem solving).

HA : α A ≠ 0 (Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada

kelas yang menggunakan yang menggunakan metode guided inquiry

learning dengan metode problem solving).

2. H0 : α B = 0 (Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa

yang menggunakan metode guided inquiry learning dengan metode

problem solving pada tingkat motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah).

HA : αB ≠ 0 (Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang

menggunakan metode guided inquiry learning dengan metode problem

solving pada tingkat motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah).

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN 3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/35294/4/T_PEKO_1706481_Chapter_3.pdf · Penelitian ini menggunakan desain faktorial (factor design) 2x3, variabel

75

Novita Sri Ariyanti, 2019 PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Efek Interaksi (Interaction Effect):

3. H0 : α A*B = 0 (Tidak ada interaksi metode pembelajaran dengan motivasi

belajar siswa terhadap kemampuan berpikir kritis).

HA : α A*B ≠ 0 (Ada interaksi metode pembelajaran dengan motivasi belajar

siswa terhadap kemampuan berpikir kritis).

Perhitungan hipotesis penelitian di atas menggunakan uji ANOVA dengan kriteria

pengujiannya adalah:

1. Jika nilai sig (signifikansi) atau nilai probabilitas < 0,05 maka hipotesis

penelitian yang di ajukan HA diterima dan H0 ditolak.

2. Jika nilai sig (signifikansi) atau nilai probabilitas > 0,05 maka hipotesis

penelitian yang diajukan HA ditolak dan H0 diterima.