Upload
voduong
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
41
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian dirancang untuk mengembangkan dan menguji efektivitas model
Diklat untuk peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri guru dalam konteks
pembelajaran IPA. Penelitian menggunakan metode Research and Development
(R & D) dengan model ADDIE (Dick & Carey, 2001), seperti tampak dalam
Gambar 3.1.
Tahap: Kegiatan:
Gambar 3.1. Disain Penelitian
Analysis
Mengkaji kurikulum, merancang kompetensi yang akan dilatihkan, merancang tujuan program.
Analisis kebutuhan, studi literatur, analisis penelitian yang relevan.
Pengembangan
Model
Model
Design
Evaluation
Mengembangkan model Diklat, menyiapkan materi dan alat, prosedur pembelajaran, dan mengembangkan instrumen.
Develop
Implementation
Pengujian
Efektivitas
Model
Melakukan uji coba model, mengumpulkan data melalui tes, interview, observasi, angket, dan menganalisis data.
Mengukur dampak pembelajaran, mengukur ketercapaian tujuan pengembangan model, mengukur apa yang telah dicapai oleh sasaran.
Dihasilkan suatu program yang bersifat hipotetis
42
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Sesuai dengan tujuan penelitian, lima tahap penelitian pada Gambar 3.1
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu pengembangan model dan
pengujian efektivitas model. Pengembangan model meliputi tahap analysis,
design, dan develop, sedangkan pengujian efektivitas model yaitu tahap
implementation dan evaluation. Penjelasan secara lebih rinci untuk setiap tahap
adalah sebagai berikut.
3.2 Pengembangan Model
Pengembangan model dilakukan melalui tahap analisis yang dilakukan
untuk mengumpulkan berbagai data untuk analisis kebutuhan. Selanjutnya hasil
analisis tersebut digunakan untuk perencanaan dalam merancang model. Rincian
tahapan kegiatan pengembangan model diuraikan sebagai berikut.
3.2.1 Tahap Analysis (Analisis)
Pada tahap analisis, pengumpulan informasi terfokus pada analisis
kebutuhan guru untuk mendapatkan Diklat inkuiri, analisis hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan model yang akan dikembangkan, dan teori yang mendukung
pengembangan model Diklat. Data yang diperlukan dianalisis untuk mendukung
perencanaan pengembangan model Diklat.
Analisis kebutuhan Diklat dilakukan dengan menggunakan gabungan dari
dua pendekatan dalam pengembangan Diklat yaitu pengembangan Diklat
berdasarkan pada proses dan materi latihan (Subject Matter Analysis/SMA) dan
pengembangan Diklat berdasarkan kebutuhan peserta (Training Need
Analysis/TNA). Pendekatan berdasarkan SMA dilakukan untuk mengembangkan
instrumen TNA melalui kajian teoritis mengenai proses dan materi Diklat.
Pendekatan berdasarkan TNA dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan
peserta Diklat terkait pemahaman guru tentang pengetahuan inkuiri, kompetensi
merancang pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri, kompetensi
membelajarkan IPA berbasis inkuiri serta sikap terhadap kebutuhan peningkatan
kompetensi melalui pelatihan inkuiri.
43
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Hasil pengumpulan informasi terkait analisis kebutuhan Diklat inkuiri dan
urutan kompetensi dasar berdasarkan tingkat kesulitan dijelaskan sebagai berikut.
3.2.1.1 Analisis Kebutuhan Diklat Inkuiri Guru IPA SMP
Studi pendahuluan (Susilawati dkk, 2014a) yang dilakukan dengan cara
penyebaran angket kepada 115 orang guru IPA SMP dari 33 Provinsi di Indonesia
yang sedang mengikuti Diklat di P4TK IPA Bandung, ditemukan bahwa 6.1%
guru termasuk kategori rendah dalam pemahaman tentang konsep inkuiri, 56.5%
lainnya menunjukkan kategori sedang, dan 37.4% tinggi. Dari 115 guru tersebut
ternyata 70.45% menyatakan masih membutuhkan peningkatan kompetensi dalam
hal pemahaman konsep inkuiri dan 82.6% membutuhkan peningkatan kompetensi
pedagogi dalam membuat perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri serta
keterampilan mengajarkannya (Lampiran B.1).
Hasil studi pendahuluan lainnya yang dilakukan pada tahun 2014 terhadap
47 orang guru di kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (Susilawati dkk,
2014) yang sedang mengikuti sosialisasi program Diklat di SEAMEO QITEP in
Science Bandung terungkap data sebagai berikut. Pertama, lebih dari setengah
jumlah (63,8%) guru masih menunjukkan kompetensi sedang (53,2%) dan rendah
(10,6) dalam hal pemahaman inkuiri dilihat dari aspek pengetahuan. Kedua,
sebagian besar (61,7%) guru mengaku kurang terampil dalam mengajarkan IPA
dengan menggunakan pendekatan inkuiri, sisanya (31.9%) menunjukkan
kompetensi sedang, dan hanya sedikit sekali (6.4%) yang sudah sangat terampil.
Ketiga, sikap akan perlunya peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri melalui
pelatihan diyakini sangat tinggi oleh sebagian besar (74,5%) guru.
3.2.1.2 Urutan Kompetensi Dasar berdasarkan Tingkat Kesulitan
Selain menggali informasi tentang kompetensi inkuiri, juga diidentifikasi
tingkat kesulitan cara mengajarkan materi IPA berbasis inkuiri di kelas VIII
berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) secara berurutan. Materi di kelas VIII dipilih
sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru karena
berdasarkan hasil kajian kurikulum IPA SMP menunjukkan bahwa di kelas VIII
44
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
sebaran untuk materi Fisika, Kimia, dan Biologi lengkap semuanya ada,
sedangkan materi yang ada di kelas VII materinya lebih banyak Biologi, demikian
juga di kelas IX.
Tabel 3.1. Urutan KD Berdasarkan Tingkat Kesulitan
Pering-
kat
KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7
f % f % f % f % f % F % f %
1 14 29.8 8 17.0 5 10.6 0 0.0 1 2.1 0 0.0 2 4.3
2 6 12.8 11 23.4 6 12.8 5 10.6 7 14.9 9 19.1 1 2.1
3 9 19.1 11 23.4 7 14.9 10 21.3 7 14.9 11 23.4 6 12.8
4 5 10.6 7 14.9 14 29.8 13 27.7 9 19.1 8 17.0 9 19.1
5 10 21.3 6 12.8 7 14.9 8 17.0 11 23.4 9 19.1 5 10.6
6 0 0.0 1 2.1 4 8.5 8 17.0 10 21.3 2 4.3 2 4.3
7 1 2.1 1 2.1 1 2.1 1 2.1 0 0.0 6 12.8 20 42.6
Abstain 2 4.3 2 4.3 3 6.4 2 4.3 2 4.3 2 4.3 2 4.3
Total 47 100 47 100 47 100 47 100 47 100 47 100 47 100
Keterangan: angka yang dicetak tebal (bold) menunjukkan persentase tertinggi untuk setiap
peringkat
KD 1 : Gerak lurus, gaya dan penerapannya pada makhluk hidup
KD 2 : Struktur jaringan tumbuhan dan fungsinya serta pemanfaatannya dalam
teknologi
KD 3 : Karakteristik bahan dan pengaruhnya bagi kesehatan manusia
KD 4 : Mendeskripsikan struktur rangka dan otot manusia, serta fungsinya pada
berbagai kondisi
KD 5 : Mendeskripsikan kegunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari
dan hubungannya dengan kerja otot pada struktur rangka manusia.
KD 6 : Sistem pencernaan dan keterkaitannya dengan sistem-sistem organ yang
lain
KD 7 : Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan
minuman, dan zat adiktif-psikotropika serta pengaruhnya terhadap
kesehatan
Hasil identifikasi tingkat kesulitan mengajar IPA berbasis inkuiri pada KD
satu sampai tujuh terlihat pada Tabel 3.1. Oleh karena terdapat persentase yang
sama pada peringkat kedua dan ketiga untuk KD 2 dan peringkat ketiga untuk KD
2 dan KD 6, maka terjadi pergeseran yang mempengaruhi urutan peringkat. Hasil
akhir urutan peringkat tampak pada Tabel 3.2.
45
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2. Peringkat Kesulitan Mengajar IPA Berbasis Inkuiri KD 1 2 3 4 5 6 7
Pemilihan
terbanyak
29.8
%
23.4% 29.8% 27.7% 23.4% &
21.3%
23.4% 42.6
%
Keadaan awal
Posisi peringkat
1 2 dan 3 4 4 5 dan 6 3 7
Kondisi akhir
peringkat
1 2 4 5 6 3 7
Dengan demikian diperoleh urutan kesulitan mengajarkan IPA berbasis
inkuiri menurut pendapat guru adalah: Kompetensi Dasar (KD) 1, 2, 6, 3, 4, 5, dan
7. Mengingat pertimbangan waktu, hanya empat KD (1,2,6,3) pertama yang
dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru IPA
SMP dan disiapkan bahan ajarnya. Hasil identifikasi Training Need Analysis
(TNA) ini menunjukkan bahwa Diklat inkuiri sangat diperlukan untuk
meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru IPA SMP.
3.2.2 Tahap Design (Perencanaan)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah membuat
rancangan penyusunan model Diklat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut. Pertama, menentukan tujuan program Diklat. Kedua,
menentukan kompetensi guru IPA SMP yang akan ditingkatkan melalui kegiatan
Diklat. Ketiga, mengidentifikasi kegiatan pembelajaran.
Untuk membekali guru dalam kemampuan berinkuiri juga dilakukan kajian
terhadap keluasan dan kedalaman materi. Analisis Kompetensi Dasar (KD) dan
materi ditinjau dari aspek produk, proses, sikap dan aplikasi tampak pada Tabel
3.3.
46
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3 Analisis Keluasan dan Kedalaman Materi yang Akan Dilatihkan
KD Materi Pokok Keterampilan yang
diperlukan
Sikap yang
dibiasakan
1. Mendeskripsikan
keterkaitan sifat bahan
dan pemanfaatannya
dalam kehidupan
sehari-hari, serta
pengaruh pemanfaatan
bahan tertentu terhadap
kesehatan manusia.
Karakteristik
bahan
Jenis bahan
Sifat bahan
Manfaat bahan
bagi kesehatan
manusia
Melakukan
pengamatan
terhadap berbagai
sifat bahan
Membuat proyek
rancangan sederhana
Membuat laporan
hasil penyelidikan
Menunjukkan
perilaku ilmiah
(memiliki rasa
ingin tahu;
objektif; jujur;
teliti; cermat;
tekun; hati-hati;
bertanggung
jawab; terbuka;
kritis; kreatif;
inovatif dan
peduli
lingkungan)
Menghargai
kerja individu
dan kelompok
selama aktivitas
belajar sebagai
wujud
implementasi
melaksanakan
percobaan dan
melaporkan
hasil percobaan.
Menunjukkan
penghargaan
kepada orang
lain dalam
aktivitas sehari-
hari
2. Menjelaskan
keterkaitan struktur
jaringan tumbuhan dan
fungsinya, serta
berbagai
pemanfaatannya dalam
teknologi yang
terilhami oleh struktur
tersebut.
Jaringan akar
Jaringan batang
Jaringan daun
Fungsi jaringan
Pemanfaatan
struktur jaringan
dalam teknologi
Melakukan
pengamatan terhadap
struktur jaringan
tumbuhan
Membuat laporan
hasil penyelidikan
6. Memahami gerak
lurus, pengaruh gaya
terhadap gerak, serta
penerapannya pada
gerak makhluk hidup
dan gerak benda dalam
kehidupan sehari-hari.
Gerak lurus
Gaya
Momentum
Energi mekanik
dan penerapannya
dalam teknologi
Macam gerak
pada makhluk
hidup
Melakukan
penyelidikan tentang
gerak, gerak pada
makhluk hidup, dan
percobaan tentang
pengaruh gaya
terhadap gerak
Membuat laporan
hasil penyelidikan
Menyajikan data,
informasi, dan
mengusulkan ide
pemecahan masalah
terkait mobil dan
kecepatannya.
3. Mendeskripsikan
sistem pencernaan
serta keterkaitannya
dengan sistem
pernapasan, sistem
peredaran darah, dan
penggunaan energi
makanan
Sistem
pencernaan
Sistem
pernapasan
Sistem peredaran
darah
Melakukan
penyelidikan tentang
pencernaan mekanis
dan enzimatis pada
makanan
Membuat laporan
hasil penyelidikan
Menyajikan data,
informasi, dan
mengusulkan ide
pemecahan masalah
untuk menghindari
penyakit diabetes.
47
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3.2.3. Tahap Develop (Pengembangan Model)
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan kajian kurikulum, pada tahap
pengembangan dilakukan penyusunan draft model Diklat Inkuiri Berjenjang,
menyiapkan materi dan alat, prosedur pembelajaran, dan mengembangkan
instrumen untuk mengukur keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
3.2.3.1. Mengembangkan Model Diklat Inkuiri Berjenjang
Hasil analisis kebutuhan Diklat menjadi bahan pertimbangan pada saat
mengembangkan model. Model Diklat Inkuiri Berjenjang dirancang berdasarkan
model diklat berjenjang konvensional, perbedaannya terletak pada beberapa hal
seperti tampak pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Perbedaan Rancangan Model Diklat Berjenjang Konvensional dengan
Model Diklat Inkuiri Berjenjang Model Diklat Berjenjang
Konvensional
Pengembangan Model Diklat
Inkuiri Berjenjang
Jenjang Diklat 4 jenjang: dasar, lanjut, menengah,
tinggi
2 jenjang: dasar dan lanjut
Pola Diklat In service learning saja In service learning-on the job
learning-in service learning-
on the job learning (in-on-in-
on)
Materi Diklat tiap
jenjang
Umum: kebijakan, kompetensi
profesional, kompetensi pedagogi
Fokus pada materi
kompetensi pedagogi inkuiri
(6 level)
Alokasi waktu Diklat
tiap jenjang
240 jp, 200 jp, 200 jp, 120 jp 88 jp dan 64 jp
Bobot waktu untuk
materi inkuiri
Sangat terbatas, hanya sekitar 3 jp,
dilaksanakan pada jenjang menengah
Sangat leluasa, semua waktu
Diklat digunakan untuk
membahas materi inkuiri
Metode Diklat Tidak ada metode pemodelan
Tidak ada pendampingan
Ada metode pemodelan
Ada pendampingan selama
OJL
Praktik mengajar Dilaksanakan di tempat diklat
saja/peer teaching
Dilaksanakan di tempat
Diklat/ peer teaching dan di
sekolah/real teaching
Tempat Pelaksanaan
Diklat
Di tempat Diklat saja Di tempat Diklat dan di
sekolah
Keterangan: jp= jam pelajaran (@=45 menit)
48
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Rancangan pelaksanaan model Diklat Inkuiri Berjenjang disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Rancangan Pelaksanaan Diklat Berjenjang
Diklat Jenjang Dasar Diklat Jenjang Lanjut
Tahap In Service
Learning (ISL)
Tahap On the Job
Learning (OJL)
Tahap In Service
Learning (ISL)
Tahap On the Job
Learning (OJL)
5 hari (a=8 jp)
5 hrX8 jp=40 jp
Implementasi:
1 mg=24jp=12X pert
3mg=72jp=36X pert
Pendampingan:
1 level=2X pert
4 level=8X pert
1 mg=8X pert
3 mg=24X pert
1X pertemuan=2jp
24 pertx 2 jp=48jp
5 hari (a=8 jp)
5 hrX8 jp=40 jp
Implementasi:
1 mg=24jp=12X pert
3mg=72jp=36X pert
Pendampingan:
1 level=2X pert
2 level=4X pert
1 mg=4X pert
3 mg=12X pert
1X pertemuan=2jp
12pert x2 jp=24jp
40 jp + 48 jp = 88 jp 40 jp + 24 jp = 64 jp
Dasar + Lanjut = 152 jp
Ket: jp=jam pelajaran, hr=hari, mg=minggu, pert=pertemuan
Tabel 3.5 memperlihatkan bahwa pada Diklat jenjang dasar, tahap in service
learning dilaksanakan selama 5 hari, 8 jam pelatihan setiap harinya, sehingga
jumlah jam pelatihan adalah 40 jp. Tahap on the job learning dilaksanakan selama
tiga minggu sebanyak 36 jp, 1 minggu= 12 jp. 1x pertemuan=2 jp, maka setiap
minggu 12 jp=6X pertemuan, jadi 36jp=18 X pertemuan. Pada Diklat jenjang
lanjut dilakukan hal yang sama. Jadi pelaksanaan Diklat jenjang dasar dan jenjang
lanjut jumlah seluruhnya terdiri atas 80 jam tatap muka pada tahap in service
learning (1 jp=45 menit), dan 72 jam implementasi di dalam kelas pada tahap on
the job learning. Kompetensi pedagogi inkuiri yang dilatihkan meliputi enam
level yaitu discovery learning (DL), interactive demostration (ID), inquiry lesson
(I Les), inquiry laboratory (I Lab), real world application(RWA), dan hypothetical
inquiry (HI).
Hasil Diklat diimplementasikan di sekolah dalam tahap on the job learning
untuk melihat penerapan dan peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri dalam
pembelajaran. Guru dibimbing dalam penyusunan Rencana Persiapan
49
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran (RPP) IPA berbasis inkuiri dan mengajarkannya di dalam kelas. On
the job learning jenjang dasar dilaksanakan selama tiga minggu sebelum
dilanjutkan ke Diklat jenjang lanjut, dengan tujuan untuk memberi waktu kepada
guru menginternalisasi pengalaman yang didapat selama Diklat ke dalam
pengalaman pembelajaran yang sesunggguhnya.
Pada Diklat jenjang dasar, guru mendapat kesempatan untuk
mengimplementasikan hasil Diklat setiap minggu sebanyak 24 jp=12X pertemuan
(1X pertemuan=2jp) tatap muka di kelas menggunakan RPP yang berbeda,
sehingga pengalaman implementasi selama tiga minggu sebanyak 3 X 24jp=72jp.
72 jp=36 x pertemuan. Pada Diklat jenjang lanjut dilakukan hal yang sama
sehingga total waktu implementasi selama diklat jenjang dasar dan jenjang lanjut
yaitu 3 minggu X 2 jenjang = 6 minggu, setara dengan 72 jp X 2 (1 jp = 40
menit)=144jp.
Selama on the job learning (OJL) di sekolah guru mendapatkan 12 kali
pendampingan tersebar selama enam minggu untuk dua jenjang. OJL jenjang
dasar didampingi sebanyak 8X untuk mengobservasi pelaksanaan pembelajaran
menggunakan empat level (DL,ID, I Les, dan I Lab), sedangkan OJL jenjang
lanjut didampingi sebanyak 4X untuk mengobservasi pelaksanaan pembelajaran
menggunakan dua level (RWA dan HI). Jadi setiap level didampingi 2X dengan
tujuan mengobservasi sekaligus mengambil data awal dan akhir. Peneliti juga
menganalisis temuan di lapangan berupa faktor penunjang dan penghambat yang
dihadapi guru selama pembelajaran.
3.2.3.2. Menyusun Perangkat Program Diklat
Perangkat program pelatihan yang disusun diwujudkan dalam bentuk
panduan Diklat yang di dalamnya meliputi struktur program pelatihan, skenario
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan silabus/rancangan pelaksanaan
program. Perangkat program disusun baik untuk Diklat jenjang dasar maupun
Diklat jenjang lanjut.
3.2.3.3. Menyiapkan Materi Pelatihan
50
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pada tahap menyiapkan materi pelatihan dilakukan pemetaan materi IPA
kelas VIII dan mengatur strategi pembelajaran menggunakan model inkuiri.
Mempersiapkan materi pelatihan yang sesuai dengan pilihan guru berdasarkan
tingkat kesukaran sebagai hasil dari analisis TNA yang meliputi pedoman
pembelajaran untuk guru dan pedoman siswa, lembar kegiatan peserta diklat, serta
media pendukung pelaksanaan pembelajaran.
Selanjutnya rancangan model berikut perangkat pelatihan dikonsultasikan
kepada pakar baik pakar Diklat, pakar IPA, maupun pakar kependidikan. Hasilnya
seperti tertera pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Hasil Konsultasi Program Pelatihan Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Ringkasan hasil Konsultasi Keterangan
a. Konsultasi
Pakar Diklat
23-9-2013
28-10-2013
11-11-2013
19-12-2013
23-12-2013
23-1-2014
5-2-2014
6-4-2014
19-4-2014
8-5-2014
Mengubah lamanya pelaksanaan
Diklat: jenjang dan alokasi waktu.
Jenjang Diklat sebaiknya jangan
terlalu banyak.
Membagi Diklat menjadi dua tahap
untuk setiap jenjang.
Membubuhkan istilah/nama untuk
tiap tahap Diklat.
Memperbaiki komposisi jumlah
jam teori dan praktik pada struktur
program Diklat.
Perbaikan istilah/nama pada materi
Diklat.
Membedakan teknik pelaksanaan
praktik mengajar pada tiap jenjang
Diklat.
Memperbaiki indikator pencapaian
pada kompetensi menyusun
perangkat pembelajaran.
Seluruh
masukan sudah
diakomodir,
draft sudah
diperbaiki
b. Konsultasi
Pakar IPA
28-5-2014
3-6-2014
13-6-2014
16-7-2014
Memperbaiki kesalahan pengetikan
dan tata bahasa pada pedoman guru
dan siswa, dan pada instrumen.
Penggunaan alat dan bahan pada
kegiatan percobaan harus
disesuaikan dengan keadaan
sekolah.
Mengganti istilah ilmiah asing
dengan bahasa Indonesia yang
mudah dipahami.
Memperbaiki petunjuk kegiatan
yang belum jelas pada kegiatan
siswa (seperti tidak ada batas
minimal).
Seluruh
masukan sudah
diakomodir,
draft sudah
diperbaiki
51
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Ringkasan hasil Konsultasi Keterangan
Memberikan keterangan tulisan
pada kata yang diperkirakan kurang
familiar dengan guru dan siswa.
c. Konsultasi
Pakar
Pendidikan
18-4-2014
21-4-2014
13-5-2014
19-5-2014
7-6-2014
Memperbaiki kesalahan pengetikan
dan tata bahasa pada silabus Diklat.
Memperbaiki skenario.
pembelajaran, penekanan pada
penggunaan pendekatan inkuiri
pada saat pelaksanaan Diklat.
Penggunaan kata profesionalisme
diganti dengan kompetensi
pedagogi inkuiri.
Memperjelas kompetensi pedagogi
inkuiri yang dilatihkan.
Memperbaiki bahan ajar supaya
jelas perbedaan kemampuan inkuiri
yang dilatihkan pada tiap level.
Seluruh
masukan sudah
diakomodir,
draft sudah
diperbaiki
3.2.3.4. Mengembangkan Instrumen
Pengembangan instrumen dilakukan untuk mengumpulkan data baik data
kuantitatif maupun data kualitatif. Untuk mengidentifikasi pengetahuan inkuiri
guru, dikembangkan soal tes pengetahuan inkuiri berbentuk pilihan ganda dengan
lima pilihan. Soal dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan (TNA).
Penyusunan soal berdasarkan indikator kompetensi inkuiri yang memuat aspek-
aspek inkuiri dan tujuan pedagogi dasar (Wenning, 2010). Soal digunakan
sebelum dan sesudah Diklat dilaksanakan. Kisi-kisi tes pengetahuan inkuiri
disajikan dalam Tabel 3.7 dan Tabel 3.8.
Tabel 3.7. Kisi-kisi Test Pengetahuan Inkuiri pada Diklat Jenjang Dasar Level Inkuiri Kompetensi pedagogi inkuiri No Soal Jumlah Soal
Discovery
learning
a. Merumuskan konsep
b. Memperkirakan
c. Menarik kesimpulan
d. Mengomunikasikan hasil
e. Mengklasifikasikan hasil
3, 18
1, 16
2, 17
5, 20
4, 19
10
Interactive
demonstration
a. Memprediksi
b. Menjelaskan
c. Memperoleh dan mengolah data
6, 21
7, 22
8, 23
6
Inquiry
lesson
a. Mengukur
b. Mengumpulkan dan mencatat data
c. Merancang dan melakukan penyelidikan
ilmiah
d. Menggunakan matematika selama
penyelidikan
e. Menggambarkan hubungan
9, 24
10, 25
11, 26
12, 27
13, 28
10
52
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Level Inkuiri Kompetensi pedagogi inkuiri No Soal Jumlah Soal
Inquiry
labs
a. Mengukur secara metrik
b. Menetapkan hukum secara empiris
berdasarkan bukti dan logika
14, 29
15, 30
4
Jumlah 30
Tabel 3.8. Kisi-kisi Test Pengetahuan Inkuiri Pada Diklat Jenjang Lanjut Level Inkuiri Kompetensi pedagogi inkuiri No
Soal
Jumlah
Real
world
application
a. Membangun argumen logis berdasarkan bukti
ilmiah
b. Mempertahankan fakta berdasarkan penilaian
1, 8
2. 9
4
Hypothetical
inquiry
a. Mensintesis hipotesis yang kompleks
b. Menganalisis dan mengevaluasi pendapat
ilmiah
c. Memprediksi melalui proses deduksi
d. Merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru
e. Memecahkan masalah nyata yang kompleks
3, 10
4, 11
5, 12
6, 13
7, 14
10
Jumlah 14
Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data mulai dari tahap analisis
sampai tahap evaluasi model Diklat adalah: angket, lembar observasi, skala
penilaian kompetensi pedagogi aspek penyusunan RPP, skala penilaian
kompetensi pedagogi aspek keterampilan mengajar, dan inventori tanggapan.
Penjelasan untuk masing-masing instrumen adalah sebagai berikut.
1. Angket
Terdapat dua macam angket yang digunakan yaitu: angket untuk menggali
informasi pemahaman inkuiri yang dimiliki guru untuk menunjang proses
pembelajaran IPA sebelum mengikuti Diklat dan angket untuk menganalisis
kebutuhan topik pada kompetensi dasar IPA berdasarkan tingkat kesulitan yang
dialami guru. Kisi-kisi angket untuk menggali informasi pemahaman inkuiri guru
pada tahap analisis sebelum mengikuti Diklat disajikan dalam Tabel 3.9.
53
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9. Kisi-kisi Angket Pemahaman Inkuiri dan Penggunaannya dalam
Pembelajaran
Aspek
Indikator
No Item
Jumlah
Pernyataan
Pengetahuan
Menjelaskan pengertian konsep
inkuiri
1, 2, 3 3
Mengidentifikasi karakteristik
inkuiri dalam proses
pembelajaran
4, 5, 6, 7
4
Menjelaskan peranan inkuiri 8, 9 2
Mendeskripsikan pendekatan
inkuiri
10, 11, 12 3
Keterampilan
Mengajar
Memprediksi konsep
berdasarkan pengalaman
13, 14, 15, 16,
17, 18, 19,
20,21
9
Mengidentifikasi konsepsi
alternatif
22, 23, 24, 25,
26, 27
6
Mengembangkan prinsip-prinsip
ilmiah dan/atau hubungan
28, 29, 30, 31,
32, 33, 34
7
Menerapkan pengetahuan
sebelumnya pada masalah nyata
35, 36, 37, 38,
39, 40
6
Memperoleh penjelasan
mengenai fenomena yang
diamati
41, 42, 43, 44 4
Keyakinan
Menjelaskan pentingnya
pemahaman inkuiri
45, 46, 47, 48 4
Menjelaskan kompleksitas
dalam aplikasi
49, 50, 51, 52,
53, 54, 55
7
Menjabarkan keterpakaian dari
ilmu pelatihan/ manfaat
56, 57, 58, 59,
60, 61, 62, 63
8
Menjelaskan potensi untuk
keberhasilan/optimisme
64, 65, 66, 67,
68, 69, 70
7
Jumlah 70 70
Kisi-kisi angket untuk menganalisis kebutuhan topik pada kompetensi dasar
IPA berdasarkan tingkat kesulitan yang dialami guru, disajikan dalam Tabel 3.9.
54
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.10. Kisi-kisi Angket Kebutuhan Topik pada Kompetensi Dasar IPA
Berdasarkan Tingkat Kesulitan Aspek
Kompetensi Indikator No Item
Jumlah
Pernyataan
Pedagogi
Menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek intelektual.
1, 2, 3 3
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik
12 1
Mengembangkan kurikulum yang terkait
dengan mata pelajaran yang diampu.
6,7,8,9 4
Menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik
4,5, 13,
14
4
Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
15
1
Memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki
10,11
2
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar.
16,17,18
, 19
4
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
untuk kepentingan pembelajaran.
20,21,22 3
Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
23, 24 2
Jumlah 24
2. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengidentifikasi keterlaksanaan proses
pembelajaran IPA berbasis inkuiri selama kegiatan Diklat berlangsung dan untuk
mengukur perkembangan kompetensi pedagogi guru. Kisi-kisi pengembangan
lembar observasi disajikan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Kisi-kisi Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
No Kriteria Indikator No Item Jumlah
Pernyataan
1 Proses
pembelajaran
Menjelaskan proses yang terjadi
selama pembelajaran
1,2,3,4,5,6,7 7
2 Aktivitas guru Mengamati perkembangan sikap
guru selama mengikuti
pembelajaran
8,9,10, 11, 12,
13,14, 15, 16,
17
10
3 Aktivitas
fasilitator
Mengamati sikap fasilitator selama
memfasilitasi pembelajaran
18, 19, 20,21,
22,23,24,25.
8
Jumlah 25
55
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP)
Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP) aspek penyusunan RPP
digunakan untuk menilai rancangan RPP IPA berbasis inkuiri pada saat
pelaksanaan Diklat. Penilaian menggunakan skala 1 sampai 4. Kisi-kisi
pengembangan SPKP disajikan pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Kisi-kisi Pengembangan Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi
(SPKP) Aspek Penyusunan RPP
No Komponen Kriteria No
Item
Jumlah
Pernyataan
1 Indikator Memuat indikator hasil belajar yang
menggambarkan pembelajaran IPA
berbasis inkuiri.
1 1
2 Alokasi waktu Memuat alokasi waktu yang
diorientasikan pada proses
pembelajaran inkuiri
2 1
3 Tujuan pembelajaran Memuat rumusan tujuan
pembelajaran yang mencerminkan
pembelajaran IPA berbasis inkuiri
3 1
4 Materi pembelajaran Memuat materi ajar dengan
pengorganisasin yang
menggambarkan keruntutan dan
sistematika materi yang akan
disampaikan melalui proses inkuiri
4 1
5 Kegiatan
pembelajaran
Memuat kegiatan yang
menggambarkan proses pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri
5,6,7,8,9,
10,11,12,
13,14,15
11
6 Evaluasi hasil belajar Memuat alat evaluasi dan rubrik
penilaian hasil evaluasi keterampilan
berinkuiri
16, 17 2
7 Media/alat, bahan,
Sumber belajar
Memuat media dan sumber belajar
yang tepat untuk kegiatan berinkuiri
18,19,20 3
Jumlah 20
4. Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP)
Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP) aspek keterampilan mengajar
IPA digunakan untuk menilai adanya peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri
pada saat pelaksanaan Diklat. Penilaian menggunakan skala 1 sampai 4. Kisi-kisi
pengembangan SPKP disajikan pada Tabel 3.13.
56
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.13. Kisi-kisi Pengembangan Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi
(SPKP) Aspek Keterampilan Mengajar
No Komponen Kriteria No Item Jumlah
Pernyataan
1 Kegiatan
pendahuluan
melakukan kegiatan penggalian
konsepsi awal untuk
menghantarkan pada
masalah yang akan diselidiki
1,2 2
2 Kegiatan inti memfasilitasi siswa untuk
melakukan proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan
inkuiri
3,4,5,6,7,8 6
3 Kegiatan penutup melakukan pemantauan
ketercapaian tujuan pembelajaran
9,10,11 3
Jumlah 11
5. Inventori Tanggapan
Inventori digunakan untuk mengungkap tanggapan guru terhadap relevansi,
efektivitas, manfaat, dan kemungkinan penggunaan hasil Diklat untuk
diimplementasikan di sekolah. Inventori dibuat dengan dua pilihan yaitu ya dan
tidak. Kisi-kisi angket untuk mengetahui tanggapan guru sebagai peserta Diklat
disajikan dalam Tabel 3.14.
Tabel 3.14. Kisi-kisi Tanggapan Guru Terhadap Pelaksanaan Model Diklat
Aspek
Indikator
No Item
Jumlah
Pernyataan
Relevansi Mengukur kesesuaian materi yang
disampaikan dengan kurikulum IPA SMP
1 1
Mengukur kesesuaian materi dengan
karakteristik pembelajaran inkuiri
2, 3 2
Efektivitas Menjelaskan kegiatan pembelajaran pada
pelaksanaan pelatihan
4, 5, 6, 7,8
5
Manfaat Menjelaskan peranan pelatihan bagi
peningkatan kompetensi
9, 10, 11, 12,
13, 14, 15,
16, 17, 18,
19, 20, 21,
22, 23, 24
16
Keterpa-
kaian
Menjelaskan pelaksanaan hasil pelatihan
dalam implementasi di sekolah
25, 26, 27, 28 4
Jumlah 28 28
6. Pedoman wawancara
57
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pedoman wawancara digunakan untuk menggali informasi lebih lengkap
dari data angket yang belum terungkap. Wawancara dilakukan setelah selesai
pelaksanaan Diklat kepada perwakilan guru dari sembilan sekolah. Data yang
dikumpulkan dari hasil wawancara berkaitan dengan ada tidaknya peningkatan
kompetensi pada guru setelah mengikuti Diklat, kompetensi apa saja yang masih
harus lebih ditingkatkan, temuan, dukungan serta hambatan selama implementasi
pembelajaran IPA berbasis inkuiri di sekolah. Wawancara bersifat terbuka
sehingga memungkinkan pertanyaan berkembang berdasarkan jawaban guru dari
pertanyaan sebelumnya. Kisi-kisi pedoman wawancara disajikan dalam Tabel
3.15.
Tabel 3.15. Kisi-kisi Wawancara
Aspek Indikator No
Item
Jumlah
Pertanyaan
Peningkatan
kompetensi
Mengidentifikasi kompetensi yang
meningkat setelah mengikuti Diklat
1 1
Kompetensi yang
masih harus
ditingkatkan
Mengidentifikasi kompetensi yang masih
perlu ditingkatkan
2 1
Temuan Mengungkapkan temuan di lapangan pada
saat implementasi hasil Diklat
3 1
Dukungan Menjelaskan faktor pendukung
terlaksananya pembelajaran IPA berbasis
inkuiri di sekolah
4 1
Hambatan Menjelaskan faktor yang menghambat
pembelajaran IPA berbasis inkuiri di sekolah
5 1
Jumlah 5
Proses validasi soal tes pengetahuan inkuiri dilakukan oleh para ahli
menggunakan Content Validity Ratio (CVR) dari Lawshe (1975). Perhitungan
CVR dilakukan pada setiap item. Skor CVR tiap item ini selanjutnya
dibandingkan dengan skor minimal CVR dengan taraf penerimaaan 0.05. Soal
dianggap memiliki validitas tinggi atau validitas diterima jika CVR ≥ 0.95.
Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan
58
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ne = Jumlah ahli atau subject matter experts (SMEs) yang memberi
respons essential pada suatu butir
n = Jumlah ahli atau SMEs
Hasil validasi menggunakan Content Validity Ratio (VCR) dapat dilihat
pada Tabel 3.16 dan Tabel 3.17. Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan,
disimpulkan bahwa instrumen pengukuran hasil pembelajaran memungkinkan
untuk digunakan di dalam Diklat.
Tabel 3.16. Hasil Analisis Validasi Butir Soal Diklat Jenjang Dasar
No
Soal ne CVR Kesimpulan
No
Soal
Baru
No
Soal ne CVR Kesimpulan
No
Soal
Baru
1 5 1 diterima 1 21 4 0,6 tidak diterima -
2 5 1 diterima 2 22 5 1 diterima 17
3 4 0,6 tidak diterima - 23 5 1 diterima 18
4 5 1 diterima 3 24 5 1 diterima 19
5 5 1 diterima 4 25 4 0,6 tidak diterima -
6 5 1 diterima 5 26 5 1 diterima 20
7 5 1 diterima 6 27 5 1 diterima 21
8 4 0,6 tidak diterima - 28 5 1 diterima 22
9 5 1 diterima 7 29 5 1 diterima 23
10 5 1 diterima 8 30 5 1 diterima 24
11 5 1 diterima 9 31 4 0,6 tidak diterima -
12 5 1 diterima 10 32 5 1 diterima 25
13 5 1 diterima 11 33 3 0,2 tidak diterima -
14 5 1 diterima 12 34 5 1 diterima 26
15 5 1 diterima 13 35 4 0,6 tidak diterima -
16 5 1 diterima 14 36 5 1 diterima 27
17 3 0,2 tidak diterima - 37 5 1 diterima 28
18 5 1 diterima 15 38 5 1 diterima 29
19 4 0,6 tidak diterima - 39 4 0,6 tidak diterima -
20 5 1 diterima 16 40 5 1 diterima 30
Pada Diklat jenjang dasar, dari 40 butir soal yang divalidasi setelah
mengalami proses revisi hanya 30 soal yang dinyatakan diterima dan
menunjukkan validitas yang tinggi karena sesuai dengan indikator yang ingin
dicapai sebagaimana dijelaskan dalam tujuan penelitian, sehingga pada diklat
59
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
jenjang dasar hanya 30 soal tersebut yang digunakan sebagai soal pretest, 10 soal
lainnya tidak diterima.
Tabel 3.17. Hasil Analisis Validasi Butir Soal Diklat Jenjang Lanjut No
Soal ne CVR Kesimpulan
Soal
Baru
No
Soal ne CVR Kesimpulan
Soal
Baru
1 5 1 diterima 1 11 5 1 diterima 8
2 5 1 diterima 2 12 5 1 diterima 9
3 5 1 diterima 3 13 5 1 diterima 10
4 4 0,6 tidak diterima -
14 4 0,6
tidak
diterima -
5 4 0,6 tidak diterima - 15 5 1 diterima 11
6 5 1 diterima 4 16 5 1 diterima 12
7 5 1 diterima 5 17 5 1 diterima 13
8 5 1 diterima 6 18 5 1 diterima 14
9 3 0,2 tidak diterima - 19 5 1 diterima 15
10 5 1 diterima 7
20 3 0,2
tidak
diterima -
21 5 1 diterima 16
Pada Diklat jenjang lanjut, berdasarkan hasil validasi dari 21 soal, hanya 16
soal yang berhasil diterima untuk dapat digunakan sebagai instrumen, sedangkan
sisanya tidak diterima. Berdasarkan kebutuhan, sesuai jumlah pengukuran
indikator yang diperlukan maka pada diklat jenjang lanjut soal yang digunakan
hanya 14 butir. Soal nomor 11 dan 13 pada nomor soal baru tidak digunakan
karena kebutuhan indikatornya sudah dipenuhi oleh soal nomor 1, 8, 3, dan 10
seperti terlihat pada Tabel 3.17.
Hasil validasi instrumen penunjang penelitian lainnya seperti instrumen
penilaian RPP IPA berbasis inkuiri, instrumen implementasi pelaksanaan
pembelajaran IPA berbasis inkuiri, lembar observasi pelaksanaan Diklat, angket,
dan panduan wawancara dilakukan oleh para ahli antara lain:
1. Memperbaiki kesalahan ketik dan tanda baca
2. Memperbaiki susunan kalimat yang kurang tepat
3. Penyesuaian kriteria dengan deskriptor
4. Memperbaiki kalimat pada deskriptor
60
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5. Mengubah indikator pada inventori tanggapan
6. Memperbaiki format lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
7. Memperjelas perbedaan setiap item pada rubrik penilaian pelaksanaan
pembelajaran
8. Memperbaiki skala penilaian pada instrumen implementasi pelaksanaan
pembelajaran
9. Memperjelas deskriptor pada instrumen implementasi pelaksanaan
pembelajaran
10. Mengganti indikator yang kurang tepat pada instrumen penilaian rencana
pelaksanaan pembelajaran
11. Menambah jumlah pertanyaan pada pedoman wawancara
12. Memperbaiki kriteria penilaian pada instrumen penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran
13. Merevisi kalimat deskriptor yang kurang jelas pada instrumen observasi
pelaksanaan pembelajaran
14. Membedakan kalimat pernyataan positif dan negatif pada instrumen angket
untuk melihat tanggapan peserta diklat
3.3. Pengujian Efektivitas Model
Untuk menguji efektivitas Model dilakukan implementasi/uji coba terbatas
kepada 36 orang guru IPA SMP. Uji coba secara luas kepada sejumlah guru tidak
dilakukan dan itu menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Uraian kegiatan yang
dilakukan pada tahap implementasi dijelaskan sebagai berikut.
3.3.1. Tahap Implementation (Implementasi)
Model Diklat hasil pengembangan awal diuji efektivitasnya pada tahap
implementasi. Persiapan yang dilakukan sebelum Diklat dimulai adalah:
1. Merekrut peserta Diklat. Untuk memenuhi keterwakilan calon peserta Diklat
dari kelompok yang berbeda yaitu atas, menengah, dan bawah, dalam
penentuannya peneliti bekerjasama dengan dinas pendidikan Kota Bandung
61
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dan Kabupaten Bandung Barat. Dinas pendidikan merekomendasikan 10 nama
sekolah calon peserta. Mengingat calon peserta pelatihan adalah guru, dan guru
mempunyai kewajiban mengajar siswa di sekolah yang tidak boleh
ditinggalkan tanpa ada izin dari kepala sekolah, maka langkah awal dalam
perekrutan calon peserta adalah meminta izin dan dukungan dari kepala
sekolah tempat guru mengajar, termasuk meminta empat orang nama guru IPA
yang akan dijadikan sebagai calon peserta Diklat sehingga jumlah seluruh
peserta harusnya 40 orang.
Pelaksanaan Diklat memerlukan waktu yang tidak sebentar sehingga
diperlukan komitmen yang tinggi baik dari guru calon peserta Diklat maupun
kepala sekolah. Untuk itu tahapan berikutnya adalah mengundang semua
komponen yaitu perwakilan dinas pendidikan, kepala sekolah, dan guru guna
mendapatkan sosialisasi rencana program dilengkapi dengan membuat
pernyataan kesepakatan kerjasama.
Dalam pelaksanaannya, hanya sembilan sekolah (36 orang guru) yang
dapat hadir mengikuti Diklat. Satu sekolah dari Kota Bandung tidak dapat
mengikuti Diklat karena pada waktu yang bersamaan sekolahnya terlalu
banyak mengirim guru untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan instansi
lainnya.
2. Merekrut fasilitator. Karena diklat berjenjang dilaksanakan dalam waktu yang
tidak singkat, mengaplikasikan enam level inkuiri, sehingga diperlukan
beberapa orang fasilitator. Terpilih lima orang fasilitator, empat orang
memfasilitasi satu level inkuiri, satu orang lainnya memfasilitasi dua level
inkuiri pada jenjang yang berbeda. Fasilitator berasal dari Widyaiswara IPA
yang memiliki pengalaman belajar inkuiri baik di dalam maupun di luar negeri.
Pada saat on the job learning fasilitator berperan sebagai pendamping.
3. Merekrut pendamping yang membantu pada saat on the job learning. Terpilih
empat orang pendamping selain fasilitator sehingga dengan fasilitator yang ada
jumlah pendamping menjadi sembilan orang. Pendamping berasal dari staf
QITEP in Science. Pendamping memiliki pengalaman belajar inkuiri baik di
62
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dalam maupun di luar negeri dan paham tentang pembelajaran inkuiri.
Pendamping bertugas untuk mendampingi guru pada sembilan sekolah.
4. Merekrut panitia pelaksanaan Diklat. Terpilih lima orang panitia yang bertugas
membantu secara administratif, mulai dari menyebarkan undangan, mengatur
penginapan, memperbanyak bahan belajar, menyiapkan media pembelajaran,
menyediakan transportasi untuk praktik di sekolah, dan menyiapkan akomodasi
lainnya.
5. Menyamakan persepsi antara semua fasilitator dan pendamping dalam hal
penggunaan bahan ajar, memahami isi instrumen yang digunakan baik selama
in service learning maupun on the job learning.
6. Melakukan uji coba perangkat yang ada pada pedoman guru dan siswa bersama
fasilitator, pendamping dan widyaiswara dari latar belakang Fisika, Biologi,
dan Kimia.
7. Memperbaiki kekurangan yang ditemukan sebagai hasil dari uji coba.
Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pelaksanaan Diklat tahap in
service learning (ISL) adalah:
1. Menyampaikan orientasi program Diklat yang terdiri atas tujuan pelatihan,
skenario pembelajaran, dan output serta outcome yang diharapkan diperoleh
peserta setelah pelatihan berakhir;
2. Memberikan pretest kepada guru tentang pemahaman konsep inkuiri,
pengintegrasian konsep inkuiri ke dalam proses pembelajaran IPA;
3. Melaksanakan rangkaian kegiatan Diklat pembelajaran IPA berbasis inkuiri
mulai pemodelan pembelajaran oleh fasilitator, lokakarya penyusunan RPP
berbasis inkuiri, penemuan dan penanaman konsep inkuiri, serta praktik
mengajar di sekolah pada jenjang dasar dan praktik mengajar di tempat Diklat
pada jenjang lanjut yang dilakukan oleh guru peserta Diklat, serta penguatan
konsep di setiap akhir sesi kegiatan;
4. Melakukan refleksi dan review pada semua materi yang sudah disampaikan
pada setiap akhir kegiatan;
63
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5. Melakukan observasi selama kegiatan Diklat untuk melihat proses
pembelajaran, aktivitas fasilitator, dan aktivitas peserta;
6. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri peserta dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA berbasis inkuiri
melalui analisis hasil pekerjaan berupa RPP;
7. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri peserta dalam
melaksanakan pembelajaran IPA berbasis inkuiri selama proses kegiatan
Diklat berlangsung melalui pelaksanaan praktik mengajar;
8. Menganalisis hasil pekerjaan guru berupa tugas-tugas yang diberikan selama
pembelajaran untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan;
9. Menganalisis video pembelajaran baik pada saat proses pembelajaran
berlangsung, waktu praktik mengajar dan selama on the job learning;
10. Memberikan soal posttest untuk mengevaluasi peningkatan pengetahuan
inkuiri guru setelah selesai Diklat;
11. Memberikan angket kepada peserta untuk melihat efektivitas program
pelatihan terkait relevansi, efektivitas, manfaat, dan kemungkinan
penggunaan hasil diklat di sekolah;
12. Melakukan wawancara kelompok untuk menggali informasi dari guru tentang
temuan, dukungan, dan hambatan berdasarkan pengalaman selama kegiatan
pelatihan maupun pengalaman guru yang sesungguhnya ketika melaksanakan
implementasi di dalam kelas;
Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pelaksanaan Diklat tahap on the
job learning (OJL) adalah:
1. Melakukan pendampingan selama guru mengimplementasikan hasil Diklat ke
dalam proses pembelajaran yang nyata di dalam kelas;
2. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri guru dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA berbasis inkuiri
selama proses OJL berlangsung;
64
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri guru dalam
melaksanakan pembelajaran IPA berbasis inkuiri selama proses OJL
berlangsung;
4. Melakukan refleksi pada setiap akhir proses kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru di dalam kelas.
3.3.2. Tahap Evaluation (Evaluasi)
Pada tahap evaluasi dilakukan penilaian terhadap dampak pembelajaran,
mengukur ketercapaian tujuan pengembangan model, mengukur apa yang telah
dicapai oleh sasaran. Evaluasi dilakukan terhadap output dan outcome. Output
berupa RPP IPA berbasis inkuiri yang berhasil disusun oleh guru yang merupakan
produk dari kegiatan pelatihan. Outcome berupa kemampuan guru dalam
menyusun RPP IPA berbasis inkuiri dan keterampilan guru dalam mengajar IPA
berbasis inkuiri.
3.4. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 36 orang guru, dipilih secara
purposive sample berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan di Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Penentuan sekolah berdasarkan: 1)
clustering, yaitu kelompok atas, menengah, dan bawah; 2) karakteristik sekolah,
terdiri atas sekolah negeri dan swasta; 3) komitmen dan semangat guru-guru
dalam membelajarkan IPA di sekolah, yang direalisasikan dengan pemberian izin
dan dukungan dari kepala sekolah sehingga guru dapat mengikuti Diklat dari awal
sampai akhir. Keadaan guru sebagai subyek penelitian tampak dalam Tabel 3.18.
Tabel 3.18. Keadaan Guru sebagai Partisipan
Kriteria
Sekolah
Kualifikasi
Pendidikan
Latar Belakang
Pendidikan Masa Kerja
S1 S2 Biologi Fisika
1-10
tahun
11-20
tahun
≥21
tahun
Negeri 25 7 16 16 7 13 12
Swasta 4 0 2 2 2 1 1
Jumlah 29 7 18 18 9 14 13
65
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3.5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Bandung. Pada tahap pengujian efektivitas model,
pengumpulan data dilaksanakan di sebuah lembaga yaitu Southeast Asian
Ministry of Education Organisation (SEAMEO) for Quality Improvement for
Teacher and Educational Personnel (QITEP) in Science, sebuah organisasi antar
Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara yang bergerak di bidang peningkatan
kualitas pendidik dan tenaga kependidikan IPA. Pengambilan data dilakukan
mulai bulan Maret sampai bulan Oktober 2014.
3.6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Pada tahap analisis digunakan teknik penyebaran angket.
2. Pada tahap pengembangan model secara konseptual digunakan teknik
analisis, diskusi, dan saran pendapat.
3. Pada tahap pengujian efektivitas model digunakan teknik soal test, observasi
proses pembelajaran terhadap aktivitas fasilitator dan aktivitas guru selama
ISL, observasi peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri guru pada proses
OJL, dokumentasi, field note, angket, dan wawancara.
Data yang terkumpul dianalisis melalui dua tahap, yaitu:
1. Pengujian Keabsahan Data
Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh fasilitator dan
perkembangan kemampuan pedagogi inkuiri peserta selama pelaksanaan Diklat
diuji keabsahannya dengan cara menganalisis kembali hasil rekaman video
pelaksanaan Diklat pada saat in-service learning, praktik mengajar di sekolah,
praktik mengajar di kelas Diklat dan on the job learning.
2. Analisis Data
66
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari hasil penelitian ini. Data
kualitatif meliputi profil analisis kebutuhan guru SMP dalam mengajarkan IPA
berbasis inkuiri berdasarkan tingkat kesulitan materi IPA di kelas VIII,
karakteristik model Diklat Inkuiri Berjenjang, tanggapan guru terhadap
efektivitas, relevansi, manfaat dan kemungkinan pelaksanaan hasil Diklat dalam
implementasi di sekolah, hasil observasi selama ISL dan OJL, dan hasil
wawancara tentang temuan, dukungan dan kesulitan dalam mengimplementasikan
hasil Diklat serta masukan untuk pelaksanaan Diklat berikutnya. Data kuantitatif
meliputi data hasil pretes - postes pengetahuan inkuiri, peningkatan kompetensi
pedagogi dalam hal kompetensi berinkuiri, baik pada kompetensi menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun keterampilan mengajar IPA
berbasis inkuiri.
Analisis data dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Data hasil observasi pembelajaran dan hasil wawancara dianalisis secara
deskriptif kualitatif.
2. Data tanggapan peserta terkait efektivitas, relevansi, manfaat, dan
keterpakaian hasil Diklat di sekolah dianalisis dengan cara dipersentasekan
pencapaiannya dan ditafsirkan kecenderungannya.
3. Data hasil pretes - postes pengetahuan inkuiri dan peningkatan kompetensi
pedagogi inkuiri baik secara keseluruhan, tiap level inkuiri maupun tiap
kompetensi pedagogi inkuiri dianalisis menggunakan uji t untuk mengetahui
perbedaan antara hasil tes awal dan akhir, menyusun RPP awal dan akhir,
serta keterampilan mengajar awal dan akhir dengan bantuan SPSS versi 19
dan effect size (d) dari Cohen (1988).
(d) = skor rata−rata post− skor rata−rata pre
standar deviasi pre
Keterangan:
67
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Nilai (d) : ≤ 0.2, kriteria Kecil
Nilai (d) : 0.21 < d > 0.5, kriteria Sedang
Nilai (d) : 0.51<d > 0.8, kriteria Besar
Nilai (d) : ≥ 0.81, kriteria Besar sekali