Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian yang ingin dilakukan adalah untuk mendeskripsikan self-efficacy
siswa SMA dalam pembelajaran matematika dan mendeskripsikan sikap siswa
SMA dalam pembelajaran matematika serta menyelidiki hubungan yang
signifikan antara self-efficacy dengan sikap siswa SMA dalam pembelajaran
matematika, sehingga jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yang
digunakan untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu fenomena,
misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, dengan
menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual
(Sukmadinata, 2011). Menggunakan pendekatan kualitatif yang berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dan
pendekatan kuantitatif yang berupa pengumpulan dan pengukuran data yang
berbentuk angka. Penelitian kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya terkait self-efficacy dan sikap siswa SMA dalam pembelajaran
matematika. Penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian dengan cara
mengukur indikator-indikator self-efficacy dan sikap siswa SMA sehingga
diperoleh gambaran dari hasil perhitungan indikator-indikator tersebut kemudian
dipaparkan secara tertulis oleh peneliti. Sudjana (2004) mengemukakan bahwa
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif digunakan
apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau suatu
25
kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka-angka yang
bermakna.
3.2 Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XII yang berjumlah 84
siswa yang berasal dari empat Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu 1). 26 siswa
kelas XII-IPA-5 SMA Negeri 7 Malang yang beralamat Jl. Cengger Ayam I
No.14, Tulusrejo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur; 2). 20 siswa pada
kelas XII-IPA-6 SMA Negeri 9 Malang dengan alamat Jl. Puncak Borobudur
No.1, Mojolangu, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur; 3). 16 siswa kelas
XII-IPA SMA Muhammadiyah 3 Batu alamat Jl. Cemara Kipas 122, Ds
Sidomulyo, Batu dan 4). 22 siswa kelas XII-IPA SMA Islam Batu alamat Jl
Mustari No.7, Ngaglik, Batu. Adapun alasan peneliti memilih siswa SMA kelas
XII karena akan melanjutkan ke perguruan tinggi dan berada pada tahap
perkembangan remaja serta akan mulai mengambil keputusan sendiri terhadap
dirinya dan tujuannya. Penelitian ini dilakukan pada pertengahan semester genap
tahun ajaran 2016/2017.
3.3 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan tahapan-tahapan yang
diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian. Tahapan-tahapan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan:
26
1) Dimulai dengan menentukan topik permasalahan yang akan diteliti.
2) Menentukan lokasi penelitian. Sebelum menyusun rancangan penelitian,
peneliti menentukan terlebih dahulu sekolah yang akan dijadikan tempat
penelitian.
3) Membuat rumusan masalah dan pembatasan masalah.
4) Melakukan kajian pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat.
5) Menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu kuesioner self-efficacy dan kuesioner sikap
yang dirancang berupa skala Likert, dan wawancara.
6) Mengurus perizinan penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan penjelasan kesediaan siswa SMA untuk mengisi kuesioner
penelitian di dalam kelas.
2) Melakukan pengumpulan data.
c. Tahap Pengolahan Data
Kegiatan pada tahap ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menganalisis data.
2) Melakukan pembahasan yang terkait dengan analisis data, uji hipotesis,
hasil observasi, dan kajian literatur serta temuan-temuan dalam
penelitian.
3) Mengambil kesimpulan penelitian.
4) Menyusun laporan hasil penelitian.
27
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan peneliti untuk mengumpulkan dan
menghimpun data yang berhubungan dengan penelitian. Data-data pada penelitian
ini diperoleh melalui beberapa teknik. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner dan wawancara. Berikut uraian lengkap dari masing-masing
teknik pengumpulan data yang digunakan:
1. Kuesioner
Kuesioner yang juga dikenal dengan sebutan angket merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara memberikan pernyataan tertulis kepada
responden seputar penelitian dimana data tersebut dapat diolah dan
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Kuesioner dalam
penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai self-efficacy dan
sikap siswa SMA dalam pembelajaran matematika.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan langsung melalui tanya jawab
antara peneliti dengan siswa SMA kelas XII dengan masalah yang diteliti.
Peneliti menggunakan semi terstruktur, dimana peneliti mempunyai pedoman
tentang item apa saja yang akan ditanyakan tetapi tetap bisa berkembang,
peneliti tetap memfokuskan pada item yang telah ditentukan sebelumnya.
Wawancara bertujuan untuk mempertegas dan melengkapi data dari
kuesioner. Wawancara dilaksanakan setelah siswa selesai mengerjakan
kuesioner self-efficacy dan sikap siswa dalam pembelajaran matematika yang
sudah diberikan. Wawancara dilakukan kepada siswa berdasarkan hasil yang
telah diperoleh oleh peneliti yang telah dikelompokan berdasarkan
28
kategorinya. Adapun pemilihan siswa yang diwawancarai, yakni masing-
masing satu siswa dari gabungan kategori self-efficacy dan sikap siswa yaitu
kategori tinggi dan positif, sedang dan netral, rendah dan negatif. Pemilihan
kategori tersebut dikarenakan ingin mengetahui hubungan positif antara self-
efficacy dan sikap siswa SMA dalam pembelajaran matematika. Sehingga
dalam penelitian ini diambil sebanyak 12 siswa dari empat sekolah yang
ditetapkan. Hal yang menjadi fokus dalam wawancara adalah self-efficacy
dan sikap siswa dalam pembelajaran matematika.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara dan
kuesioner yaitu kuesioner self-efficacy dan kuesioner sikap yang disusun
berdasarkan skala Likert (Kuncoroningsih, 2013) yang dimodifikasi menjadi
empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS),
dan sangat tidak sesuai (STS). Skor pemberian bergantung kepada bentuk
pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif atau favorable (+), skornya masing-
masing adalah SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1, sedangkan skor sebaliknya
untuk pernyataan negatif atau unfavorable (-) yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3, dan
STS = 4. Responden dapat memberikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai
dengan keadaan dirinya.
1. Kuesioner Self-Efficacy
Kuesioner self-efficacy merupakan perangkat pengumpulan data yang
berupa pernyataan tertulis yang harus dijawab oleh siswa SMA secara tertulis
pula. Kuesioner self-efficacy ini dilakukan dengan cara memberikan siswa
29
serangkaian pernyataan yang berisi seberapa besar taraf keyakinan siswa
terhadap pembelajaran matematika. Item dalam skala disusun berdasarkan
dimensi self-efficacy yaitu dimensi tingkat, keluasan dan kekuatan. Ketiga
dimensi tersebut kemudian diturunkan menjadi indikator-indikator dan
selanjutnya dibuat pernyataan-pernyataan untuk mengukur self-efficacy siswa
SMA. Self-efficacy siswa diukur menggunakan kuesioner hasil adaptasi dari
Janatin (2015) kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Dalam setiap indikator
self-efficacy yang ada terdapat masing-masing pernyataan yang berbentuk
positif atau favorable (+) dan negatif atau unfavorable (-). Pernyataan
tersebut terdiri dari 17 pernyataan yang di antaranya dalam dimensi tingkat
terdapat 6 item yang terdiri dari 3 item favorable dan 3 item unfavorable.
Dimensi keluasan memuat 5 item yang terdiri dari 3 item favorable dan 2
item unfavorable. Dimensi kekuatan terdapat 3 item favorable dan 3 item
unfavorable. Kisi-kisi self-efficacy siswa SMA dalam pembelajaran
matematika dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Self-Efficacy Siswa SMA Dalam Pembelajaran Matematika
Dimensi Indikator Self-Efficacy Pernyataan
Tingkat Tingkat penyelesaian
tugas.
1. Saya tetap mengerjakan soal ulangan
walaupun soal tersebut sulit (+)
2. Saya tidak mampu menyelesaikan PR yang
sulit (-)
Tingkat kesulitan tugas. 3. Saya merasa tertantang saat mengerjakan
soal yang sulit (+)
4. Saya lebih memilih mengerjakan soal yang
mudah daripada soal yang sulit (-)
Optimis menghadapi
kesulitan.
5. Saya yakin mendapatkan nilai yang bagus
dalam ulangan walaupun soal ulangan
tersebut sulit (+)
6. Saya tidak menyelesaikan semua soal
ulangan karena ada yang tidak bisa (-)
Keluasan Penguasaan tugas-tugas
yang diberikan.
7. Saya yakin dapat memperoleh nilai mid
semester di atas KKM (+)
8. Saya memerlukan arahan dari guru saat
30
mengerjakan soal latihan (-)
Penguasaan materi-
materi yang diberikan.
9. Saya yakin menguasai semua materi
pelajaran yang diajarkan guru (+)
10. Saya sulit dalam menghafal materi
pelajaran (-)
Cara mengatur waktu. 11. Saya membuat catatan tentang kegiatan
yang akan dilakukan setiap hari (+)
Kekuatan Gigih dalam belajar. 12. Setelah pulang sekolah, saya membaca
kembali materi yang diajarkan guru di
sekolah (+)
13. Saya malas belajar jika tidak ada PR (-)
Gigih dalam
mengerjakan tugas.
14. Saya tetap menyelesaikan soal latihan
walaupun tidak diawasi guru (+)
15. Saya berhenti mengerjakan soal yang tidak
bisa dikerjakan (-)
Konsistensi dalam
mencapai tujuan.
16. Saya tetap rajin belajar walaupun pernah
mendapatkan nilai jelek (+)
17. Saya tidak yakin menjadi juara kelas (-)
2. Kuesioner Sikap
Kuesioner yang digunakan berisi skala sikap yang terdiri dari tiga
komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Sikap siswa diukur
menggunakan kuesioner hasil adaptasi dari Kuncoroningsih (2013) kemudian
dimodifikasi oleh peneliti. Dalam setiap indikator sikap yang ada terdapat
masing-masing pernyataan yang berbentuk positif atau favorable (+) dan
negatif atau unfavorable (-). Pernyantaan tersebut terdiri dari 20 pernyantaan
yang diantaranya dalam komponen kognitif terdapat 7 item yang terdiri dari 5
item favorable dan 2 item unfavorable. Komponen afektif memuat 8 item
yang terdiri dari 4 item favorable dan 4 item unfavorable. Komponen konatif
terdapat 3 item favorable dan 2 item unfavorable. Kisi-kisi sikap siswa SMA
dalam pembelajaran matematika dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Sikap Siswa SMA Dalam Pembelajaran Matematika
Komponen Indikator Sikap Pernyataan
Kognitif Keyakinan siswa atas
kemampuannya
1. Pertama kali saya melihat pelajaran
matematika, saya percaya bahwa pelajaran ini
31
dalam matematika. mudah bagi saya (+)
2. Pelajaran matematika adalah pelajaran yang
susah bagi saya (-)
3. Saya selalu mempelajari kembali materi
matematika yang diberikan oleh guru (+)
Keyakinan siswa
akan kegunaan,
relevansi, dan
keberhargaan
matematika dalam
kehidupan pribadi
siswa dan kehidupan
profesional mereka di
masa depan.
4. Saya terdorong untuk mempelajari
matematika karena materinya juga sangat
menyangkut dengan kehidupan sehari-hari
(+)
5. Saat saya mempelajari pelajaran matematika,
saya kurang memahami isinya (-)
6. Saya mudah berkonsentrasi jika pelajaran
matematika berlangsung di pagi hari (+)
7. Saya giat belajar untuk mendapatkan nilai
matematika yang bagus (+)
Afektif Kekhawatiran siswa
akan matematika.
8. Saya merasa takut atau gugup saat mengikuti
pelajaran matematika (-)
9. Menurut saya pelajaran matematika lebih
sulit dibandingkan pelajaran lainya (-)
10. Saya takut jika mendapatkan giliran maju ke
depan untuk mengerjakan soal-soal
matematika (-)
11. Mendapatkan nilai matematika bagus
merupakan hal yang paling sulit bagi saya (-)
Kesenagan perasaan
nyaman siswa dalam
belajar matematika
dan terlibat dalam
kelas matematika.
12. Saya merasa bangga jika memperoleh nilai
ulangan matematika yang bagus (+)
13. Saya senang belajar matematika (+)
14. Saya senang karena dalam menjelaskan
materi guru menggunkan media yang
menarik (+)
15. Saya dengan senang hati mengerjakan tugas
yang diberikan guru (+)
Konatif Motivasi minat siswa
dalam matematika
dan keinginan siswa
untuk mempelajari
matematika lebih
lanjut.
16. Saya bersemangat untuk berdiskusi dengan
teman tentang pelajaran matematika (+)
17. Saya hanya mau belajar matematika jika akan
ada ulangan (-)
18. Saya membuat ringkasan materi pelajaran
matematika (+)
19. Saya tidak pernah mengerjakan PR
matematika (-)
20. Hasil ulangan yang diberikan menjadi
pendorong saya untuk mempelajari materi
berikutnya (+)
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan
pada proses wawancara. Untuk mengetahui dan mencari hasil yang relevan
maka peneliti memerlukan adanya wawancara dari siswa SMA kelas XII agar
mendapat informasi yang jelas. Pedoman wawancara ini dibuat berdasarkan
32
indikator pada self-efficacy dan sikap yang terdiri dari 14 pertanyaan yang
ditanyakan kepada siswa untuk mengetahui self-efficacy dan sikap siswa
dalam pembelajaran matematika. Pedoman wawancara self-efficacy dan sikap
siswa SMA dalam pembelajaran matematika:
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Self-Efficacy Dan Sikap Siswa SMA
Aspek Dimensi/Kom
ponen
Indikator Self-Efficacy Pertanyaan
Self-
Efficacy
Tingkat Tingkat penyelesaian
tugas.
Dapatkah Anda mengerjakan
soal yang sulit tanpa bantuan
teman?
Tingkat kesulitan tugas. Apakah semakin sulit soal
yang Anda temui, semakin
membuat Anda senang?
Optimis menghadapi
kesulitan.
Seberapa yakin Anda dapat
mengerjakan soal yang sulit
sampai selesai?
Keluasan Penguasaan tugas-tugas
yang diberikan.
Dapatkah Anda memahami
tugas dari guru?
Penguasaan materi-materi
yang diberikan.
Apakah Anda menguasai
semua materi pelajaran namun
ada satu mata pelajaran yang
belum Anda kuasai?
Cara mengatur waktu. Apakah Anda melakukan
jadwal belajar dengan teratur?
Kekuatan Gigih dalam belajar. Apakah Anda hanya belajar
ketika akan ulangan?
Gigih dalam mengerjakan
tugas.
Apakah Anda dapat
menyelesaikan tugas diskusi
walaupun ada perbedaan
pendapat?
Konsistensi dalam
mencapai tujuan.
Apakah Anda tetap belajar
walaupun mengerjakan soal
remidi?
Sikap Kognitif Keyakinan siswa atas
kemampuannya dalam
matematika.
Apakah Anda selalu
mempelajari kembali materi
matematika yang diberikan
oleh guru?
Keyakinan siswa akan
kegunaan, relevansi, dan
keberhargaan matematika
dalam kehidupan pribadi
siswa dan kehidupan
profesional mereka di
masa depan.
Dapatkah Anda setiap ada
tugas matematika berusaha
menyelesaikan sendiri
sebelum bertanya kepada
teman atau guru?
Afektif Kekhawatiran siswa akan
matematika.
Bagaimana perasaan Anda
saat mempelajari pelajaran
matematika yang kurang
memahami isinya?
33
Kesenangan perasaan
nyaman siswa dalam
belajar matematika dan
terlibat dalam kelas
matematika.
Bagaimana perasaan Anda
bila guru sedang
menerangkan?
Konatif Motivasi minat siswa
dalam matematika dan
keinginan siswa untuk
mempelajari matematika
lebih lanjut.
Seberapa besar hasil tugas
yang diberikan menjadi
pendorong Anda untuk
mempelajari materi
berikutnya?
Sebelum instrumen tersebut digunakan untuk memperoleh suatu data
penelitian, instrumen terlebih dahulu diuji coba agar diperoleh hasil yang valid
dan reliabel. Suatu alat ukur dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya
dari masalah yang akan diteliti.
1. Validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala pengukuran dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukanya pengukuran tersebut. Uji validasi digunakan untuk menguji
apakah item pernyataan tersebut valid atau tidak digunakan untuk mengetahui
self-efficacy dan sikap siswa SMA dalam pembelajaran matematika. Adapun
untuk meneliti kuesioner yang akan diujikan validitas peneliti menggunakan
validitas logis dan validitas empiris.
a. Validitas logis yaitu memvaliditasi kuesioner kepada para ahli, dalam hal
ini peneliti meminta validasi kuesioner kepada dosen matematika untuk
melihat kesesuaian kuesioner. Validitas logis diperoleh berdasarkan hasil
penilaian dari dosen matematika UMM yaitu ibu Oktavina Rizky Putri,
M.Pd yang menyatakan sudah dapat digunakan tanpa revisi untuk
34
pengambilan data penelitian dan ibu Siti Khoiruli Ummah, M.Pd yang
menyatakan validitas dari instrumen penelitian yang berupa kuesioner
yang berisikan 17 pernyataan untuk self-efficacy dan 20 pernyataan untuk
sikap siswa agar merubah perurutan untuk penyataan favorable dan
unfavorable. Hasil validitas logis dapat dilihat pada lampiran.
b. Validitas empiris untuk menghitung hubungan dari tiap pernyataan, teknik
korelasi yang dipakai ialah teknik korelasi produk moment dengan bantuan
Statistical Product and Service Solution for window (SPSS). Pada validitas
empiris ini pernyataan dalam kuesioner diuji cobakan terlebih dahulu pada
siswa SMA kelas XII di luar subjek penelitian. Setelah itu, pekerjaan
mereka dihitung kevalidannya dengan bantuan SPSS. Akan disajikan hasil
perhitungan uji coba kuesioner self-efficacy dan kuesioner sikap siswa
dengan menggunakan SPSS. Adapun perinciannya sebagai berikut (hasil
perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran) :
Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Validitas Kuesioner Self-Efficacy
No Keterangan
1 0,356 0,433 Tidak Valid
2 0,565 0,433 Valid 3 0,538 0,433 Valid 4 0,462 0,433 Valid 5 0,202 0,433 Tidak Valid 6 0,440 0,433 Valid 7 0,443 0,433 Valid 8 0,642 0,433 Valid 9 0,439 0,433 Valid
10 0,575 0,433 Valid 11 0,479 0,433 Valid 12 0,472 0,433 Valid 13 0,682 0,433 Valid 14 0,539 0,433 Valid 15 0,755 0,433 Valid 16 0,738 0,433 Valid 17 0,549 0,433 Valid
35
Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Validitas Kuesioner Sikap Siswa
No Keterangan No Keterangan
1 0,699 0,433 Valid 11 0,771 0,433 Valid
2 0713 0,433 Valid 12 0,631 0,433 Valid
3 0,483 0,433 Valid 13 0,400 0,433 Tidak Valid
4 0,605 0,433 Valid 14 0,285 0,433 Tidak Valid
5 0,462 0,433 Valid 15 0,602 0,433 Valid
6 0,577 0,433 Valid 16 0,528 0,433 Valid
7 0,742 0,433 Valid 17 0,680 0,433 Valid
8 0,591 0,433 Valid 18 0,438 0,433 Valid
9 0,140 0,433 Tidak Valid 19 0,439 0,433 Valid
10 -0,175 0,433 Tidak Valid 20 0,540 0,433 Valid
Kriteria validitas item didasarkan pada besarnya koefisien korelasi
yang diperoleh. Jika subjek berjumlah 21 dengan taraf signifikan 0,05
maka diperoleh nilai = 0,433. Item dikatakan valid apabila
mempunyai nilai lebih besar dari = 0,433. Sebaliknya
apabila hasil koefisien korelasinya kurang dari 0,433 maka item tersebut
dikatakan tidak valid dan tidak layak untuk pengambilan data.
Berdasarkan Tabel 3.4 terdapat item yang tidak valid atau nilai
kurang dari 0,433 sebanyak 2 item yaitu item nomor 1 dan 5. Dengan
demikian, kuesioner self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 15 pernyataan. Berdasarkan Tabel 3.5 terdapat item yang tidak
valid atau nilai kurang dari 0,433 sebanyak 4 item yaitu item
nomor 9, 10, 13 dan 14. Dengan demikian, kuesioner sikap siswa yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 pernyataan.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu skala yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu skala dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas pada dasarnya bertujuan untuk
36
mengukur konsisten atau tidaknya jawaban seseorang terhadap item-item
pernyataan di dalam skala yang digunakan dalam penelitian. Pengujian
reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach’s yang dihitung menggunakan
SPSS. Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas yang memiliki
rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya. Kriteria koefisien
reliabilitas menurut Guilford dalam Erliana (2015) yang dapat dilihat pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas
Rentang Kategori
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Jika alat ukur sudah dinyatakan valid maka selanjutnya reliabilitas alat
ukur tersebut diuji. Uji coba reliabilitas kuesioner self-efficacy dan kuesioner
sikap siswa dengan SPSS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Relibilitas Kuesioner Self-Efficacy
Cronbach's Alpha N of Items
,803 17
Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Relibilitas Kuesioner Sikap
Cronbach's Alpha N of Items
,836 20
37
Penentuan reliabilitas suatu instrument penelitian dapat diterima bila
memiliki koefisien alpha (Cronbach’s alpha) lebih besar dari 0,60.
Berdasarkan Tabel 3.7 tersebut diperoleh Cronbach’s alpha lebih besar dari
0,60 yaitu 0,803 > 0,60 yang berarti reliabel yang reliabilitasnya berada
dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner self-efficacy
yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan reliabel sehingga dapat
digunakan untuk mengukur self-efficacy siswa SMA dalam pembelajaran
matematika. Berdasarkan Tabel 3.8 tersebut diperoleh Cronbach’s alpha
lebih besar dari 0,60 yaitu 0,836 > 0,60 yang berarti reliabel yang
reliabilitasnya berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
kuesioner sikap siswa yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan reliabel
sehingga dapat digunakan untuk mengukur sikap siswa SMA dalam
pembelajaran matematika. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen
baik sebelum dan sesudah gugur dapat dilihat pada lampiran.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menginterpretasikan dan menarik kesimpulan
dari sejumlah data yang terkumpul sehingga memperoleh hasil penelitian yang
digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif dan analisis
korelasional untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mengetahui nilai dari data hasil penelitian yaitu dengan jalan
menguraikan atau menjabarkan data-data dari penelitian self-efficacy dan sikap
siswa SMA dalam pembelajaran matematika seperti mean, nilai maksimum, nilai
38
minimum dan standar deviasi. Untuk menentukan seberapa besar self-efficacy dan
sikap siswa SMA dalam pembelajaran matematika digunakan interval. Menurut
Erliana (2015) pengkategorian self-efficacy dan sikap siswa SMA dapat merujuk
pada rumus dalam Tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9 Rumus Pengkategorian Self-Efficacy dan sikap siswa
Kategori Self-Efficacy Kategori Sikap Siswa Rumus
Tinggi Positif X ≥ (Mean + 1,0 SD)
Sedang Netral (Mean - 1,0 SD) ≤ X <
(Mean + 1,0 SD)
Rendah Negatif X < (Mean - 1,0 SD)
Pengukuran tinggi rendahnya self-efficacy siswa SMA dalam pembelajaran
matematika digolongkan dalam tiga kategori yaitu: tinggi, sedang, dan rendah.
Semakin tinggi skor yang diperoleh siswa berarti semakin tinggi self-efficacy yang
dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dicapai siswa berarti semakin
rendah self-efficacy yang dimilikinya. Pengukuran tinggi rendahnya sikap siswa
SMA dalam pembelajaran matematika digolongkan dalam tiga kategori yaitu:
positif, netral, dan negatif. Semakin tinggi skor yang diperoleh siswa berarti
semakin positif sikap siswa dalam pembelajaran matematika. Sebaliknya, semakin
rendah skor yang dicapai siswa berarti semakin negatif sikap siswa dalam
pembelajaran matematika.
Analisis korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan yang signifikan
antara self-efficacy dengan sikap siswa SMA dalam pembelajaran matematika.
Oleh karena itu, sebelum dilakukan uji hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu. Uji prasyarat dalam penelitian ini ada dua yakni uji
39
normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-smirnov dan uji linearitas dengan
menggunakan Anova. Berikut uraian selengkapnya:
a. Uji normalitas dilaksanakan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian
pada setiap variabel berdistribusi normal ataupun tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini dengan menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov dengan
bantuan SPSS. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan taraf signifikan.
Jika taraf signifikan lebih besar dari 0,05 maka data hasil pengukuran
berdistribusi normal. Sebaliknya jika taraf signifikan kurang dari 0,05 maka
data hasil pengukuran tidak berdistribusi normal.
b. Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah data variabel mempunyai
hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Teknik yang digunakan
dalam pengujian linieritas adalah dengan menggunakan Anova yang dihitung
menggunakan bantuan SPSS. Adapun ketentuan dalam uji linearitas ini dapat
dilihat dari hasil hitungan SPSS dengan melihat nilai Sig. yang ada pada hasil.
Jika taraf signifikan lebih besar dari 0,05 maka data hasil pengukuran
dikatakan linier. Sebaliknya jika taraf signifikan kurang dari 0,05 maka data
hasil pengukuran dikatakan tidak linier.
Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pearson product
moment. Penghitungan analisis korelasinya dengan menggunakan bantuan SPSS.
Guna mengetahui ada tidaknya hubungan self-efficacy dan sikap siswa SMA
dalam pembelajaran matematika didasarkan pada hipotesis sebagai berikut:
(tidak ada hubungan self-efficacy dan sikap siswa)
(ada hubungan self-efficacy dan sikap siswa)
Dengan kalimat:
40
: Tidak ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan sikap siswa
SMA dalam pembelajaran matematika.
: Ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan sikap siswa SMA
dalam pembelajaran matematika.
Guna menerima atau menolak hipotesis, dapat dilihat dari kriteria pengujian
hipotesis. Jika angka probabilitas atau signifikan > 0,05 maka diterima dan
menolak artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy
dengan sikap siswa SMA dalam pembelajaran matematika. Sebaliknya jika
probabilitas atau signifikansi < 0,05 maka menolak dan menerima artinya
ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan sikap siswa SMA dalam
pembelajaran matematika. Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi maka
dapat digunakan kriteria menurut Sugiyono dalam Janatin (2015) yang dapat
dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Rentang Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat