Click here to load reader
Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi atau jawaban
yang mandalam tentang pendapat dan perasaan seseorang untuk mendapatkan hal-
hal yang tersirat tentang perilaku, motivasi dan kepercayaan seseorang. Penelitian
kualitatif dapat digunakan untuk mengetahui interaksi sosial misalnya dengan
observasi dan wawancara, sehingga menghasilkan data yang lebih lengkap, tajam,
dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti merupakan instrument dalam penelitian. Metode yang digunakan
adalah kualitatif deskriptif dengan memberikan pemaparan gambaran secara
lengkap mengenai situasi yang diteliti dengan uraian dan secara naratif atau data
yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Untuk dapat
menjadi instrument, maka peneliti harus mempunyai bekal wawasan dan teori yang
luas agar mampu bertanya, menganalisis, dan memotret obyek yang diteliti menjadi
jelas dan bermakna (Sugiyono, 2016; Donsu, 2017).
Oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Peneliti bertujuan untuk menggali perilaku yang dialami, dipikirkan, dan
26
dirasakan oleh penderita hiperkolesterolemia dalam mengkonsumsi makanan
sehari-hari. Termasuk didalamnya mengetahui jenis asupan makanan yang baik
untuk dikonsumsi sehari-hari dan asupan makanan yang bisa meningkatkan
kolesterol, serta mengetahui tanda dan gejala yang timbul setelah mengkonsumsi
makanan yang dapat meningkatkan kolesterol. Peneliti memilih metode ini dengan
alasan deskriptif kualitatif dapat memberikan kemudahan untuk membantu
melakukan pengkajian yang tepat dan metode yang digunakan akan lebih fleksibel
untuk mendapatkan kondisi sebenarnya dari perilaku konsumsi makanan pada
orang yang mengalami hiperkolesterolemia.
3.2 Partisipan dan Teknik Sampling
Penentuan partisipan pada penelitian kualitatif tidak didasarkan pada jumlah
tetapi berdasarkan pada kecukupan dan kesesuaian hingga mencapai saturasi data.
Pemilihan partisipan dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama
penelitian berlangsung peneliti memilih orang tertentu yang akan memberikan
informasi, selanjutnya berdasarkan informasi yang didapat dari partisipan
sebelumnya, peneliti dapat menentukan partisipan lain yang akan memberikan
informasi yang lengkap. Oleh karena itu, jumlah partisipan tidak dapat ditentukan.
Jumlah partisipan dianggap telah memenuhi apabila informasi yang didapat telah
mencapai saturasi data. Saturasi terjadi jika dalam proses analisa data, peneliti
menemukan pola yang terulang berkali-kali sehingga tidak ditemukan informasi
yang baru (Sugiyono, 2016; Saryono & Anggraeni, 2011).
27
Penentuan partisipan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu memilih partisipan sesuai tujuan dan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya oleh peneliti, sehingga dapat dipastikan data yang didapat akan sesuai
dengan fenomena yang diteliti. Partisipan dalam penelitian ini adalah orang yang
mengalami hiperkolesterolemia di Desa Yosorati, Kabupaten Jember dengan
kriteria inklusi: (1) Mempunyai Riwayat Hiperkolesterolemia dan bersedia untuk
dicek oleh peneliti dengan menggunakan alat cek kolesterol; (2) Berumur 30-50
tahun; (3) Bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani surat ketersediaan
sebagai partisipan, serta dapat menunjukkan perilakunya dengan baik.
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 6 partisipan, terdiri dari orang yang
mengalami hiperkolesterolemia di Desa Yosorati, Kabupaten Jember. Peneliti
menggunakan teknik purposive sampling dalam penentuan jumlah partisipan. Awal
pengambilan data, peneliti memilih partisipan pertama untuk memberikan
informasi yang peneliti butuhkan. Informasi partisipan pertama diperoleh dari
kader Posyandu Lansia yang memberikan saran kepada peneliti karena partisipan
pertama memiliki kadar kolesterol paling tinggi. Setelah mendapat informasi dari
partisipan pertama, peneliti merasa data yang diperoleh telah menjawab masalah
pada penelitian ini, namun masih belum sempurna.
Selanjutnya peneliti memilih partisipan kedua untuk memberikan informasi
yang peneliti butuhkan. Sama halnya dengan partisipan sebelumnya, informasi
partisipan diperoleh dari kader Posyandu Lansia yang memberikan saran kepada
peneliti karena partisipan kedua juga memiliki kolesterol yang tinggi, namun
partisipan tersebut tetap mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kadar
28
kolesterolnya. Setelah mendapat informasi dari partisipan kedua, peneliti merasa
data yang telah diperoleh telah menjawab masalah pada penelitian ini, namun
masih belum sempurna.
Selanjutnya peneliti kembali mendatangi partisipan ketiga, keempat, kelima, dan
keenam hingga peneliti menemukan data jenuh pada partisipan keenam. Pada saat
peneliti mengambil informasi pada partisipan keenam, peneliti menemukan data
yang jenuh, yaitu peneliti tidak memperoleh informasi baru pada saat mengambil
informasi pada partisipan keenam. Proses pengambilan data dihentikan pada
partisipan keenam karena peneliti merasa telah memperoleh semua informasi yang
dibutuhkan.
3.3 Tempat dan Waktu Pengambilan Data
Pengambilan data pada penelitian dilakukan di Desa Yosorati, Kabupaten
Jember dimulai pada bulan Desember 2018. Data masyarakat yang mengalami
hiperkolesterolemia didapatkan dari Posyandu Lansia di Desa Yosorati yang terjun
langsung ke masyarakat untuk menangani fenomena perilaku konsumsi makan oleh
orang yang mengalami hiperkolesterolemia, serta telah dilakukan cek kolesterol
oleh peneliti untuk mengetahui atau memvalidasi bahwa partisipan memiliki
hiperkolesterolemia. Pengambilan data bertempat di masing-masing rumah
partisipan.
29
3.4 Etika Penelitian
Menurut Moleong (2007, dalam Saryono & Anggraeni, 2011) mengatakan
bahwa etik merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam sebuah
penelitian. Untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya persoalan masalah pada
etik, maka ada beberapa yang harus dipersiapkan oleh peneliti agar dapat penelitian
dapat berjalan, antara lain:
1. Meminta izin penelitian dan pendokumentasian serta memberikan penjelasan
tentang maksud dan tujuan penelitian pada petugas kesehatan setempat dimana
penelitian akan dilaksanakan.
2. Menempatkan partisipan yang akan diteliti bukan sebagai “obyek” tetapi
memiliki derajat yang sama antara peneliti dan partisipan.
3. Peneliti dapat menghormati, menghargai dan patuh pada semua peraturan, nilai
masyarakat, norma, adat-istiadat, kepercayaan, dan kebudayaan masyarakat
tempat penelitian dilaksanakan.
4. Memegang dan menjamin semua rahasia yang berkaitan dengan informasi yang
diberikan.
5. Informasi tentang subjek termasuk nama subjek tidak dicantumkan atau di
publikasikan jika subjek tidak menghendaki.
6. Peneliti terlebih dahaulu memberikan Informed Consent dalam merekrut
partisipan, yaitu memberi tahu maksud dan tujuan penelitian secara jujur dan
jelas.
7. Peneliti menjaga kerahasiaan (privacy) selama dan sesudah penelitian, nama
partisipan diganti dengan nomor (anonymity), semua partisipan diperlakukan
30
sama, peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh
partisipan dan digunakan hanya untuk kegiatan penelitian serta tidak
mempublikasikan tanpa seizing partisipan.
8. Peneliti memberi kenyamanan selama pengambilan data pada partisipan dengan
mengambil tempat obeservasi dan wawancara sesuai keinginan partisipan.
Sehingga partisipan leluasa untuk mengungkapkan masalah perilaku yang
dialami tanpa ada pengaruh lingkungan.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam
pengumpulan data:
1. Prosedur Administrasi
Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu
mendapatkan surat izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang (FIKES UMM). Selanjutnya peneliti
melakukan proses administrasi dari FIKES UMM ke petugas Posyandu Lansia
dan Kepala Desa di Desa Yosorati.
2. Prosedur Teknis
a. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan orientasi pada Kepala Desa
dan petugas Posyandu Lansia yang sedang bertugas. Pada saat orientasi
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian, sekaligus
meminta petugas kesehatan terkait untuk merekomendasikan masyarakat
yang mungkin dapat bekerjasama melakukan observasi dan wawancara
31
sebagai partisipan dalam penelitian. Setelah mendapat nama-nama yang
sudah dipilih, peneliti mendatangi peserta dan menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian sekaligus menanyakan kesediaan peserta untuk menjadi
partisipan dan mengecek kadar kolesterol partisipan dengan menggunakan
alat cek kolesterol. Setelah itu peneliti menyampaikan isi informed consent
kepada peserta dan meminta tanda tangan sebagai tanda persetujuan.
Prosedur rekrutmen ini ditetapkan pada partisipan pertama, ke-2, ke-3 dan
seterusnya sampai data terjadi saturasi.
b. Sebelum observasi dan wawancara dimulai, peneliti menanyakan kepada
partisipan apakah bersedia untuk diobservasi dan wawancara, meminta izin
untuk dilakukan dokumentasi baik dengan pengambilan gambar maupun
pengambilan suara dengan menggunakan tape recorder, serta kontrak waktu
dan lokasi yang diinginkan.
Menurut Field & Morse (1985 dalam Holloway & Wheeler, 1996)
menyarankan bahwa wawancara harus selesai dalam satu jam. Peneliti harus
menggunakan penilaian sendiri, mengikuti keinginan partisipan, dan
menggunakan waktu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Umumnya lama
wawancara tidak lebih dari tiga jam. Jika lebih, konsentrasi tidak akan
diperoleh. Jika dalam waktu yang maksimal tersebut data belum diperoleh
semua, wawancara dapat dilakukan lagi. Beberapa kali wawancara singkat
akan lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang
(Rachmawati, 2007).
32
c. Metode kualitatif yang terdiri dari observasi partisipatif dan wawancara
mendalam (In-Dept Interview), digunakan dalam penelitian ini karena sesuai
untuk menyelidiki praktik atau perilaku dan keyakinan masyarakat secara
holistik dan naturalistik. Observasi didasarkan pada panduan partisipasi
pasif. Observasi jenis ini dapat menemukan permasalahan lebih terbuka,
dimana peneliti datang di tempat kegiatan partisipan, tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan partisipan. Peneliti perlu mengamati secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh partisipan, sehingga memungkinkan
peneliti mengumpulkan informasi secara rinci tentang perspektif responden
termasuk perilaku, keyakinan, pengetahuan, dan respon partisipan.
Wawancara didasarkan pada semiterstruktur, yaitu jenis wawancara
mendalam (in-dept interview) yang pelaksanaannya lebih bebas dan
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana partisipan diminta
pendapat dan ide-idenya oleh peneliti. Selama wawancara berlangsung,
peneliti memperhatikan bahasa non verbal partisipan, seperti ekspresi
wajah, menangis, tertawa, helaan nafas, dan gerakan tangan. Peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
partisipan (Sugiyono 2016). Adapun penyusunan pedoman wawancara
diadopsi dari Sugiyono, 2016 mengenai jenis-jenis pertanyaan dalam
melakukan wawancara.
d. Observasi dan wawancara diakhiri ketika peneliti sudah tidak dapat
memperoleh data-data baru dan sudah melakukan observasi dan
33
wawancara pada tiga partisipan selanjutnya berkaitan dengan tujuan
penelitian sehingga dikatakan telah tercapai saturasi data.
e. Sebelum mengakhiri observasi dan wawancara, peneliti melakukan
terminasi dengan mengevaluasi kembali dan mengklarifikasi setiap perilaku
dan ungkapan bermakna dari partisipan. Peneliti juga melakukan kontrak
waktu untuk mengklarifikasi hasil analisis awal yang telah dilakukan oleh
peneliti.
f. Membuat transkip verbatim dari hasil wawancara mendalam. Didalam
transkip verbatim pendekatan deskriptif kualitatif, peneliti tidak hanya
mencantumkan apa yang diucapkan, tetapi juga mencantumkan berbagai
bahasa isyarat non verbal yang didapat selama obeservasi dan wawancara.
3.6 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti
itu sendiri. Oleh karena itu peneliti harus “divalidasi” sebagai instrument penelitian
untuk mengetahui seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian selanjutnya
untuk terjun ke lapangan. Validasi peneliti meliputi pemahaman terhadap metode
penelitian kualitatif, penguasaan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti
untuk memasuki obyek penelitian secara akademik maupun logistiknya. Peneliti
melakukan validasi terhadap diri sendiri melalui evaluasi diri dengan menilai
seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan wawasan dan
teori pada bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal untuk memasuki lapangan
(Sugiyono, 2016).
34
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat pengumpul data, yaitu
pedoman observasi terbuka yang berupa ruang (tempat), partisipan, kegiatan,
kejadian atau peristiwa, dan waktu untuk menyajikan gambaran realistik perilaku
atau kejadian, dan pedoman wawancara yang berupa daftar pertanyaan yang
disusun untuk menggali perilaku konsumsi makan partisipan yang mengalami
hiperkolesterolemia dan menggunakan catatan lapangan (field note) digunakan untuk
mencatat data penting selama proses pengambilan data dan berbagai respon non
verbal yang diamati oleh peneliti. Observasi dan wawancara ini akan direkam
dengan menggunakan voice recorder sebanyak satu buah. Alat tersebut dapat
membantu dalam pendokumentasian perilaku hasil wawancara. Penggunaan alat ini
mempunyai keuntungan yaitu dapat membantu saat proses pendeskripsian data
sehingga memudahkan proses pengetikan verbatim dan menggunakan kamera
untuk merekam dan memotret proses pengambilan data. Dengan adanya foto
dapat meningkatkan keabsahan penelitian lebih terjamin karena peneliti terbukti
melakukan pengumpulan data (Saryono & Anggraeni, 2011; Sugiyono, 2016).
3.7 Manajemen dan Analisa Data
3.7.1 Manajemen Data
Manajemen data kualitatif adalah menata dan mereduksi data kualitatif
kedalam satuan-satuan yang mudah dianalisis. Proses manajemen data dimulai
dari pembuatan transkripsi verbatim, dilanjut dengan memilah file berdasarkan
tema-tema yang ditemukan. Pada saat trakskripsi verbatim dan penyusunan data-
35
data dalam file berbeda sudah selesai, maka peneliti melakukan analisis terhadap
data.
3.7.2 Analisis Data Penelitian
Data kualitatif diperoleh dari hasil cerita berupa dialog verbatim antara
peneliti dengan partisipan. Analisis data bertujuan untuk mengorganisasi data,
menetapkan struktur data, dan memperoleh arti dari data. Proses analisis data
melibatkan usaha memaknai data yang berupa gambar atau teks. Pada penelitian
kualitatif pengumpulan data dan analisis data sering kali dilakukan secara
stimulant (bersama-sama). Peneliti melakukan analisis data pada penelitian ini
setelah mengumpulkan data dari masing-masing partisipan. Peneliti segera
melakukan transkripsi hasil rekaman untuk dianalisa selanjutnya setelah
melakukan wawancara dan partisipan dianggap menjawab semua tujuan
penelitian. Kemudian peneliti melakukan interpretasi dengan mengidentifikasi
berbagai kemungkinan sementara dari hasil wawancara berdasarkan penjelasan
yang diberikan oleh partisipan. Interpretasi dilakukan dengan melihat bagaimana
partisipan melewati suatu perilaku konsumsi makan sehari-hari oleh orang yang
mengalami hiperkolesterolemia (Saryono & Anggraeni, 2011).
Proses analisa data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan
data. Tahapan proses analisa data pada penelitian ini menggunakan langkah-
langkah dari Colaizzi (1978). Tahapan-tahapan analisis data menurut Colaizzi
(1978) yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Memiliki gambaran yang jelas tentang fenomena yang diteliti.
36
2. Mencatat hasil observasi dan wawancara dengan partisipan, transkripsi
dilakukan dengan cara merubah dari rekaman suara menjadi bentuk tertulis
secara verbatim. Proses transkripsi dibuat setiap selesai melakukan
wawancara dengan satu partisipan dan sebelum wawancara dengan partisipan
yang lain.
3. Membaca hasil transkip berulang-ulang dari semua partisipan agar peneliti
lebih memahami pertanyaan-pertanyaan partisipan.
4. Membaca transkip untuk memperoleh kata kunci dari setiap pernyataan
partisipan, yang kemudian diberi garis bawah pada pernyataan yang penting
agar bisa dikelompokkan.
5. Menentukan arti setiap pernyataan yang penting dari semua partisipan.
6. Melakukan pengelompokkan data kedalam berbagai kategori dan
menentukan tema utama yang muncul.
7. Peneliti mengintegrasikan hasil secara keseluruhan kedalam bentuk naratif.
8. Peneliti kembali ke partisipan untuk klarifikasi data hasil wawancara dan
memberikan kesempatan untuk menambahkan informasi yang belum
didapatkan pada partisipan pada saat wawancara atau ada informasi yang
tidak ingin dipublikasikan dalam penelitian.
9. Menyempurnakan hasil analisis dengan data yang diperoleh selama proses
validasi.
37
Langkah-langkah metode analisis dalam penelitian menurut Colaizzi (1978)
adalah sebagaimana tergambar dalam skema berikut:
Skema 3.1 Langkah Analisis Data
Observasi
Audio Recorder
Transkripsi
Membaca
transkripsi
Mengelompokkan kata
kunci/kalimat yang bermakna
Membuat kategori
Mengelompokkan kategori dalam
sub tema
Mencari
pernyataan
signifikan Merumuskan tema
Mengintegrasikan tema-tema
analisis ke dalam bentuk deskriptif
Melakukan validasi kepada
partisipan
Field Note
38
3.8 Uji Keabsahan Data
Penelitian kualitatif perlu dilakukan verifikasi/konfirmasi data kepada
partisipan, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk memvalidasi dan
memperoleh keabsahan data (trustworthiness). Menurut Guba dan Lincoln (1994,
dalam Saryono dan Anggraeni, 2011) mengatakan bahwa terdapat empat kriteria
untuk memperoleh keabsahan data dalam studi kualitatif, yaitu dengan derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability),
dan kepastian (confirmability).
Menurut Moleong (2007, dalam Saryono dan Anggraeni, 2011) mengatakan
bahwa credibility merupakan aktifitas yang dapat meningkatkan kepercayaan
terhadap penemuan yang dicapai. Credibility hasil penelitian dapat dicapai apabila
peneliti melakukan klarifikasi dari hasil temuan dari partisipan. Peneliti merekam
hasil wawancara dan mendengarkan secara berulang kali hasil wawancara tersebut,
hasil rekaman menjadi bukti keabsahan data yang diteliti dan bukan hasil rekayasa
peneliti. Data yang telah dihimpun kemudian dilakukan proses manajemen dan
menjadi suatu transkrip verbatim, kemudian oleh peneliti ditunjukkan kepada
partisipan untuk dibaca ulang dan dilakukan verifikasi terhadap keakuratan data.
Partisipan berhak menolak atau tidak menyetujui jika memang terdapat data yang
tidak sesuai dengan konteks yang dimaksud dan peneliti harus melakukan
perubahan. Apabila data telah sesuai kemudian partisipan diminta memberi paraf
pada naskah verbatim dan menandatangani persetujuan keakuratan data.
Menurut Moleong (2007, dalam Saryono dan Anggraeni, 2011) mengatakan
bahwa transferability merupakan cara membangun keteralihan untuk menilai
39
keabsahan data peneliti. Hasil temuan yang di dapat diuraikan secara rinci oleh
peneliti., kemudian dibuat penjelasan mengenai hasil wawancara dalam bentuk
naratif kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian menggunakan
jurnal yang sesuai dengan topik penelitian.
Menurut Moleong (2007, dalam Saryono dan Anggraeni, 2011) mengatakan
bahwa dependability merupakan suatu kestabilan data atau proses penelitian dari
waktu ke waktu untuk menjamin keabsahan hasil penelitian. Cara untuk mencapai
dependability adalah dengan melakukan kegiatan auditing (pemeriksaan) dengan
melibatkan seseorang yang berkompeten dibidangnya. Peneliti melakukan kegiatan
auditing dengan pembimbing penelitian, yang terdiri dari dua dosen pembimbing.
Dosen pembimbing melakukan telaah terhadap proposal penelitian kualitatif dan
selama kegiatan penelitian.
Menurut Streubert & Carpenter (1999, dalam Saryono dan Anggraeni, 2011)
mengatakan bahwa confirmability atau kepastian merupakan suatu proses untuk
memperoleh obyektifitas data. Obyektifitas data diperoleh melalui auditing untuk
memperoleh pandangan dan persetujuan dari peneliti lain. Pada tahap ini peneliti
menyerahkan dokumen temuan data dalam bentuk transkip verbatim untuk dibaca
oleh partisipan pada tahap validasi data sebagai upaya untuk memperoleh kepastian
atau obyektifitas data yang diperoleh (Saryono & Anggraeni, 2011).