Upload
dokhuong
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga September 2013.
Sampling Gracilaria sp., Sargassum sp. dan air laut dilakukan di perairan Santolo
dan Sancang, Garut Selatan dan pengukuran parameter lingkungan dilakukan
langsung di lokasi. Pengidentifikasian bakteri melalui uji biokimia dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut
Teknologi Bandung dan penelitian utama dilakukan di Laboratorium Bioteknologi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
1. Sampling dan pengamatan parameter fisika dan kimiawi lingkungan
Alat :
Gunting untuk memotong dan mengambil sampel rumput laut.
Plastik dan botol sebagai wadah sampel.
Alat pengukur pH (pH meter) untuk mengukur derajat keasaman air laut
dengan ketelitian 0,1.
Kertas label untuk memberi tanda pada sampel.
Kontainer pendingin atau cool box untuk menjaga agar sampel tidak
membusuk.
Termometer skala 0°C-100°C untuk mengukur suhu air laut dengan
ketelitian pengukuran 0,1°C.
Refraktometer untuk mengukur salinitas air dengan ketelitian
pengukuran 0,1.
GPS untuk mengetahui posisi sampling.
Kamera digital untuk dokumentasi kegiatan.
Bahan :
Air laut steril
Es batu
18
2. Isolasi dan pemurnian bakteri
Alat :
Autoklaf untuk mensterilisasi alat.
Cawan petri untuk tempat pembiakan bakteri.
Erlenmeyer volume 250 ml untuk wadah larutan media.
Plastik tahan panas untuk menjaga agar cairan hasil penguapan tidak
masuk ke dalam alat yang disterilisasi.
Kapas untuk menyumbat erlenmeyer.
Timbangan analitis dengan ketelitian 0,0001 gram untuk menimbang
bahan yang digunakan.
Jarum ose untuk melakukan pemindahan bakteri.
Bunsen untuk mensterilkan jarum ose.
Laminar flow cabinet tempat bekerja proses isolasi bakteri.
Kertas label untuk menamai cawan petri.
Hot plate untuk memanaskan larutan media.
Inkubator untuk menginkubasi bakteri biakan.
Tabung reaksi volume 5 ml sebagai wadah pengenceran dan
menyimpan air laut steril.
Mikropipet untuk mengambil cairan dari sampel yang dihaluskan dalam
jumlah kurang dari 1 ml.
Rak tabung reaksi untuk menyimpan tabung reaksi.
Gelas ukur volume 100 ml untuk mengukur volume larutan.
L Glass untuk meratakan hasil pengenceran pada medium.
Mortar untuk menghaluskan sampel.
Shaker Incubator untuk menghomogenkan dan menginkubasi bakteri
pada kultur cair.
Vortex untuk menghomogenkan larutan.
Plastik wrap untuk menutup cawan petri sehingga dapat meminimalisir
kontaminasi.
Aluminium foil untuk menutup erlenmeyer.
19
Bahan :
Medium bacto agar
Medium pepton bacteriologi
Air laut steril
Akuades steril
KNO3
Alkohol 70%
Sampel rumput laut Gracilaria sp., Sargassum sp. dan air laut
3. Pewarnaan bakteri
Alat :
Objek glass untuk tempat pembuatan preparat.
Pipet untuk meneteskan pewarna.
Mikroskop untuk mengamati preparat.
Bunsen untuk mencegah kontaminasi dan mengeringkan preparat.
Jarum ose untuk mengambil bakteri.
Plastik wrap untuk menutup cawan petri sehingga dapat meminimalisir
kontaminasi.
Bahan :
Alkohol 70%
Akuades
NaCl fisiologis
Pewarna gentian violet
Lugol
Pewarna air fuchsin
4. Pengujian aktivitas agarase
a. Secara Kualitatif
Alat :
Cawan petri untuk wadah medium dan pengujian.
20
Jarum ose untuk memindahkan isolat murni ke cawan petri yang berisi
medium.
Inkubator untuk menginkubasi bakteri.
Bunsen untuk mencegah kontaminasi saat pemindahan bakteri.
Mikropipet untuk meneteskan pereaksi.
Jangka sorong digital untuk mengukur diameter zona bening yang
dihasilkan bakteri.
Plastik wrap untuk menutup cawan petri sehingga dapat meminimalisir
kontaminasi.
Bahan :
Medium POR padat (1.5%)
Pereaksi lugol iodin
b. Secara Kuantitatif
Alat :
Tabung reaksi untuk wadah sampel dan larutan.
Jarum ose untuk memindahkan atau menginokulasi bakteri.
Bunsen untuk mencegah kontaminasi saat pemindahan bakteri.
Shaker incubator untuk tempat menginkubasi bakteri.
Rak tabung reaksi untuk tempat tabung reaksi.
Kuvet wadah larutan dalam pengujian aborbansi menggunakan
spektrofotometer.
Mikropipet untuk meneteskan pereaksi.
Spektrofotometer untuk mengukur aborbansi sampel yang akan diuji.
Laminar flow cabinet tempat bekerja ketika proses isolasi dilakukan.
Bahan :
Medium POR cair (0.1%)
Reagen A : natrium karbonat, natrium kalium tartrat, natrium
bikarbonat, natrium sulfat anhidrat dan air.
Reagen B : tembaga sulfat pentahidrat, air dan asam sulfat pekat.
21
Reagen C : ammonium molibdat, air, asam sulfat pekat, natrium
hidrogen arsenat heptahydrat dan arsenat.
5. Analisis molekuler 16S rRNA
a. Persiapan kultur cair
Alat :
Tabung reaksi wadah kultur cair.
Jarum ose untuk memindahkan bakteri.
Bunsen untuk mencegah kontaminasi saat pemindahan bakteri.
Shaker incubator untuk menginkubasi bakteri.
Laminar flow cabinet tempat bekerja ketika proses isolasi dilakukan.
Bahan :
Medium POR cair (0.1%)
Air laut steril
b. Isolasi DNA
Alat :
Mikro pipet untuk mengambil larutan DNA dan larutan kimia.
Sentrifugasi untuk memisahkan larutan.
Eppendorf untuk menyimpan ekstrak DNA.
Vortex untuk menghomogenkan larutan.
Bahan :
RNAse
TRIS HCl pH 8.5 [200 µM]
NaCl [250 µM]
EDTA [25 µM]
SDS 1%
Na asetat
Etanol absolut
Etanol 70%
TE
22
c. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Alat :
Thermal cycler untuk melakukan amplifikasi DNA.
Microtube untuk wadah komponen PCR.
Bahan :
DNA template
Primer forward F (9F) [10mM]
Primer reverse R (1541 dan 1492R) [10mM]
Nuclease free water
PCR master mix (KAPA2G fast ready mix PCR kit)
d. Elektroforesis gel agarosa
Alat :
Gelas ukur volume 100 ml untuk mengukur volume larutan TBE.
Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 gram untuk menimbang
agarosa.
Cetakan gel agarosa untuk mencetak gel agarosa dan membuat sumur-
sumur.
Microwave untuk memanaskan larutan agarosa.
Alat elektroforesis untuk memisahkan pita DNA dengan bantuan arus
listrik.
Power supply untuk menyalurkan arus listrik.
Ultraviolet transilluminator untuk melihat hasil akhir elektroforesis.
Bahan :
Gel agarosa
Larutan pemberat dan pewarna (loading dye)
Larutan Tris-borat EDTA (TBE) [0.5x]
Ethidium Bromide (EtBr)
DNA ladder 1kb (biolabs)
Akuades
23
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksploratif untuk
mendapatkan data yang diperlukan.
3.4 Prosedur Penelitian
Alur penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Isolasi Bakteri Sampling
kultivasi
subkultur
Pengamatan morfologi (bentuk
koloni dan Gram)
Uji Aktivitas Agarase Kualitatif (indeks agarolitik)
pengambilan 6 isolat terbaik
Kuantitatif (konsentrasi gula
pereduksi)
pengambilan 2 isolat terbaik
Karakterisasi Bakteri Seleksi Uji biokimiawi (Bergey’s Manual
of Determinative Bacteriology
dan modifikasi media akan
kebutuhan pepton dan NaCl)
Analisis Molekuler Gen 16S
rRNA
isolasi DNA
analisis molekuler 16S rRNA
sekuensing
analisis bioinformatik
isolasi
isolat murni
2 kali pengulangan
2 kali pengulangan
24
3.4.1 Pengambilan Sampel
Sampling dilakukan di perairan Santolo dan Sancang, Garut Selatan (Tabel
1) dengan memotong dan mengambil rumput laut Sargassum sp., Gracillaria sp.
dan air laut. Sampel diambil ±10 meter dari tepi pantai dan dilakukan saat air
surut. Setelah rumput laut dipotong, sampel kemudian dimasukkan dalam plastik
steril dan botol steril serta ditempatkan dalam kontainer pendingin dan dibawa ke
laboratorium. Sampel disimpan di dalam freezer dengan suhu -23°C.
Dalam perjalanan menuju laboratorium sampel disimpan dalam air laut
steril untuk menjaga agar mikroorganismenya tidak mati. Transportasi
pengangkutan sampel ke laboratorium dilakukan sebelum 24 jam dari waktu
pengambilan sampel dan langsung dilakukan isolasi bakteri dari setiap sampel.
Hal ini dilakukan agar bakteri tidak berkembang dan mengeluarkan enzim tertentu
yang mungkin dapat membunuh bakteri tersebut.
Tabel 1. Data Lokasi Sampling
Jenis Makroalga Lokasi Waktu Suhu (°C) Salinitas pH
Gracilaria sp.
Perairan Santolo
09.00 29 34.5 8.05 S : 7°39’40”
E : 107°41’1.6”
Sargassum sp.
Perairan Sancang
12.00 33 35 7.34 S : 7°39’36”
E : 107°40’48”
Air Laut
Perairan Santolo
09.00 29 34.5 8 S : 7°39’40.1”
E : 107°41’1.7”
Pada Tabel 1 terlihat bahwa perbedaan salinitas dan pH antar perairan
tidak jauh berbeda. Oleh karena itu perbedaan lokasi pengambilan sampel tidak
terlalu berpengaruh terhadap kondisi sampel. Sedangkan suhu yang berbeda
antara perairan Santolo dan Sancang dikarenakan oleh waktu pengambilan
sampel yang berbeda.
25
3.4.2 Sterilisasi dan Pembuatan Media Pertumbuhan
1. Sterilisasi
Sebelum melakukan isolasi dan purifikasi bakteri, perlu dilakukan
sterilisasi alat terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi dari alat ataupun
medium yang digunakan. Dalam mikrobiologi, sterilisasi mutlak dilakukan agar
didapatkan objek yang diinginkan tanpa adanya kontaminasi. Sterilisasi dilakukan
dengan 2 cara, yaitu sterilisasi uap dengan menggunakan autoklaf dan sterilisasi
kering dengan menggunakan oven.
Sterilisasi uap dilakukan dengan cara menyimpan alat dan medium yang
telah dibungkus kertas dan plastik tahan panas didalam autoklaf, lalu autoklaf
dinyalakan hingga mencapai suhu 121˚C. Setelah mencapai suhu tersebut,
ditunggu selama 15 menit untuk membunuh kontaminan yang kemungkinan dapat
mengkontaminasi alat dan medium (Hadioetomo 1993).
Sterilisasi kering dilakukan dengan cara menyimpan alat yang telah
dibungkus kertas ke dalam oven dengan suhu 180˚C selama 2 jam. Kemudian
dikeluarkan dari dalam oven dan disimpan dalam rak khusus peralatan steril
(Hadioetomo 1993). Pemilihan sterilisasi uap dan sterilisasi kering bergantung
pada alat dan bahan yang akan disterilisasi.
2. Membuat media POR 1,5%
Sebanyak 1,5 gram bacto agar, 0,1 gram KNO3, dan 100 ml air laut
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer (Lampiran 2). Erlenmeyer kemudian ditutup
dengan kapas lalu dipanaskan dengan hot plate menggunakan magnetic stirrer,
ditunggu sampai larutan tercampur homogen dan berwarna bening. Kemudian
larutan media disterilisasi. Sebelum dituang, media steril didiamkan hingga agak
dingin agar tidak terbentuk uap air pada tutup cawan petri pada saat penuangan.
Setelah dituangkan agar didiamkan pada suhu ruang sampai memadat. Proses
penuangan dilakukan didalam laminar flow cabinet agar media dan alat yang telah
disterilisasi tidak terpapar kontaminasi yang terbawa oleh udara. Proses
pembuatan media dapat dilihat di Lampiran 3.
26
3.4.3 Isolasi Bakteri
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh
biakan murni. Salah satu metode pengisolasian bakteri ketika pertama kali
diisolasi dari sampel adalah pengenceran. Pengenceran ini bertujuan untuk
mengurangi jumlah bakteri didalam sampel sehingga dapat mempermudah
mendapatkan kultur murni.:
Sampel dihaluskan menggunakan mortar lalu diambil sebanyak 1 gram.
Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama yang berisi 4,5 ml
larutan air laut steril.
Tabung reaksi divortex agar larutan tercampur homogen.
Setelah homogen, larutan diambil sebanyak 0,5 ml dan dipindahkan ke
dalam tabung reaksi kedua yang berisi 5 ml air laut steril.
Tabung reaksi divortex agar larutan tercampur homogen.
Proses pengenceran dilakukan hingga memperoleh pengenceran 10-6
dan 10-7
(Lampiran 4).
Dari masing-masing pengenceran 10-6
dan 10-7
diambil sebanyak 0,1 ml.
Kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium
POR.
Sampel diratakan menggunakan L Glass.
Cawan petri ditutup dan dilapisi dengan plastik wrap.
Disimpan dalam inkubator dengan suhu 30°C selama 3x24 jam.
Diamati setiap hari sampai terjadi pertumbuhan koloni bakteri pada
biakan campuran.
Semua proses isolasi bakteri dilakukan didalam laminar flow cabinet untuk
menghindari kontaminasi, baik alat maupun bahan, dari mikroorganisme yang
terbawa oleh udara. Proses isolasi bakteri dapat dilihat pada Lampiran 5.
27
3.4.4 Kultivasi dan Purifikasi Bakteri
Kultivasi adalah proses menumbuhkan bakteri dalam biakan murni. Agar
kultivasi berhasil, diperlukan suatu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang
sesuai. Kondisi fisik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri antara lain: suhu,
atmosfer gas dan keasaman atau kebasaan.
Purifikasi bakteri adalah proses kultivasi yang dilakukan berulang-ulang
sehingga didapat kultur murni atau isolat tunggal. Kultivasi dan purifikasi bakteri
dilakukan dengan cara:
Ditentukan bakteri mana yang akan dikultivasi berdasarkan koloninya..
Koloni bakteri yang akan dimurnikan diseleksi berdasarkan pada bentuk,
warna, dan kenampakan lainnya.
Setiap koloni dipindahkan ke dalam cawan petri yang berbeda.
Bakteri yang akan dimurnikan diambil menggunakan jarum ose.
Jarum ose dibakar dengan bunsen hingga berwarna merah.
Setelah jarum ose dingin, bakteri diambil dan dipindahkan ke cawan
petri yang berisi medium POR menggunakan metode gores (streak
method).
Dilakukan proses yang sama untuk setiap koloni.
Cawan petri ditutup dan dilapisi dengan plastik wrap.
Proses diulangi hingga didapatkan isolat murni dimana hanya terdapat
bakteri yang sama dalam isolat tersebut.
Isolasi dan purifikasi isolat bakteri dilakukan berdasar penampakan morfologis
dengan metode goresan (streak method) hingga diperoleh kultur murni (Cappucino
dan Sherman 2008). Proses purifikasi bakteri dapat dilihat pada Lampiran 6.
3.4.5 Pewarnaan Bakteri
Untuk memastikan bakteri telah murni dan untuk mengetahui bakteri
tersebut termasuk kedalam golongan bakteri gram positif atau negatif, maka
dilakukan pewarnaan dan pengamatan mikroskop dengan prosedur sebagai berikut
(Cappucino dan Sherman 2008) :
Objek glass dibasahi dengan alkohol lalu dikeringkan di atas bunsen.
28
NaCl fisiologis steril diteteskan sebanyak 1 tetes di atas objek glass.
Isolat bakteri yang akan diamati diambil dengan jarum ose.
Isolat dioleskan pada NaCl fisiologis steril yang ada pada objek glass
dan diratakan.
Bakteri dan NaCl yang tercampur dikeringkan di atas bunsen.
Diteteskan pewarna I (gentian violet) di atas NaCl dan bakteri yang
dikeringkan lalu diratakan dan didiamkan selama 1 menit.
Bilas pewarna I dengan akuades dan dikeringkan.
Diteteskan lugol dan diratakan lalu tunggu selama 1 menit.
Bilas lugol dengan akuades lalu dikeringkan di atas bunsen.
Bilas dengan alkohol kemudian dikeringkan.
Bilas dengan akuades kemudian dikeringkan.
Diteteskan pewarna II (air fuchsin) lalu diratakan dan didiamkan selama
45 detik.
Bilas dengan akuades kemudian dikeringkan di atas bunsen.
Bentuk koloni dan warna (Gram) diamati dengan menggunakan
mikroskop.
Proses pewarnaan Gram dapat dilihat pada Lampiran 7.
Dalam pengamatan menggunakan mikroskop, yang perlu diperhatikan adalah :
1 Bentuk sel bakteri
Jika semua sel bakteri berbentuk sama, berarti koloni bakteri tersebut sudah
murni.
2 Warna bakteri
Jika berwarna ungu, berarti bakteri termasuk ke dalam bakteri gram positif
dan jika berwarna merah, berarti bakteri tersebut termasuk ke dalam bakteri
gram negatif.
3.4.6 Uji Aktivitas Agarase
1 Uji Aktivitas Secara Kualitatif
Setelah didapat kultur murni dilakukan uji aktivitas agarase. Uji skrining
29
ini dilakukan pada media POR. Pengujian ini dilakukan dengan cara:
Bakteri yang ada pada isolat tunggal diambil menggunakan jarum ose.
Bakteri tersebut dipindahkan ke cawan petri lain yang berisi medium
POR.
Bakteri dikultivasi selama 3x24 jam.
Setelah bakteri tumbuh, dilakukan pewarnaan menggunakan Lugol
Iodin dengan cara menuangkannya sebanyak 2 ml ke dalam cawan petri.
Cawan petri digoyang-goyangkan hingga lugol iodin tersebar merata ke
seluruh permukaan medium.
Perendaman dilakukan selama 15 menit.
Setelah 15 menit, lugol iodin dibuang.
Luasan zona bening dan koloni yang dihasilkan diamati dan diukur
diameternya.
Dari seluruh isolat tunggal yang diuji aktivitas agarase, diambil 6 sampel
yang menghasilkan indeks agarase terbesar (Indeks agarase = rata-rata diameter
zona bening : rata-rata diameter bakteri). Proses pengujian aktivitas agarase secara
kualitatif dapat dilihat pada Lampiran 8.
2. Uji Aktivitas Secara Kuantitatif
Uji aktivitas ini dilakukan dengan cara menghitung kadar gula pereduksi
dari hasil hidrolisis. Penentuan kadar gula ini dilakukan dengan menggunakan
metode Somogyi-Nelson Alkaline Cooper. Untuk menggunakan metode ini
memerlukan 4 macam reagen yaitu ;
Reagen A :Sebanyak 25 g natrium karbonat, 25 g natrium-kalium tartrat, 20 g
natrium bikarbonat, dan 200 g natrium sulfat anhidrat, dilarutkan
dalam 1 L air.
Reagen B :Sebanyak 30 g tembaga sulfat pentahidrat dilarutkan dalam 200
ml air, kemudian ditambahkan 4 tetes asam sulfat pekat.
Reagen C :Sebanyak 25 g amonium molibdat dilarutkan dalam 450 mL air
yang mengandung 21 mL asam sulfat pekat dan 3 g natrium
hidrogen arsenat heptahydrat (Na2HAsO4.7H2O) dilarutkan dalam
30
25 mL air. Larutan arsenat secara perlahan ditambahkan ke dalam
larutan amonium molibdat, yang diencerkan sampai 500 mL dan
dipanaskan secara hati-hati pada suhu 55o
C selama 30 menit atau
37o
C selama 12-15 jam, kemudian disimpan dalam botol berwarna
coklat.
Reagen D :Sebanyak 1 mL reagen B dicampurkan dengan 25 mL reagen A.
Reagen D harus dibuat segar pada saat akan dilakukan pengujian gula pereduksi.
Sedangkan reagen yang lain bisa disimpan dan masih dapat digunakan
dikemudian hari.
Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan persiapan sebelum pengujian :
Kultur bakteri yang telah diuji indeks agarase secara kualitatif, dipindahkan ke
dalam tabung reaksi berisi POR 0.1%. Kemudian dikultivasi didalam incubator
shaker dengan suhu 30˚C. Bakteri diinkubasi selama 3x24 jam.
Pengujian secara kuantitatif dilakukan dengan cara :
Dicampurkan sebanyak 1 ml sampel dan 1 ml reagen D ke dalam tabung
reaksi.
Larutan dipanaskan pada air mendidih selama 20 menit
Didinginkan pada air mengalir selama 5 menit
Ditambahkan 1 mL reagen C lalu dikocok sampai tidak terdapat
gelembung gas.
Larutan dibiarkan selama 10 menit.
Disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 6000 rpm.
Kemudian larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 540 nm.
Nilai absorbansi yang dihasilkan harus dikurangi dengan absorbansi
blanko (media cair) agar didapatkan absorbansi murni dari sampel (tanpa
ada kandungan absorbansi dari blanko).
Jumlah gula pereduksi ditentukan melalui persamaan yang diperoleh dari
kurva standar glukosa dan dinyatakan dalam mg/ml. Kurva standar glukosa dibuat
dengan pembuatan larutan glukosa dengan berbagai konsentrasi (0 mg/ml, 0,2
31
mg/ml, 0,4 mg/ml, 0,6 mg/ml, 0,8 mg/ml dan 1 mg/ml). Proses pengujian aktivitas
agarase secara kuantitatif dapat dilihat pada Lampiran 9.
Sampel yang memiliki nilai gula pereduksi tertinggi, kemudian akan
dijadikan sebagai kandidat utama sebagai penghasil enzim agarase terbesar. Dari
hasil spektrofotometer, akan diambil 2 nilai tertinggi yang kemudian akan
dikarakterisasi secara biokimia dan dianalisis molekuler dengan metode 16s rRNA.
3.4.7 Modifikasi Media Pertumbuhan
Modifikasi media pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
bakteri target terhadap pepton sebagai sumber karbon alternatif dan NaCl untuk
mengetahui kebutuhan bakteri terhadap ion Na dan Cl yang menjadi ciri bakteri
laut.
1. Membuat media POR 1,5% dan modifikasi media dengan menggunakan
air tawar atau akuades
Sebanyak 1,5 gram bacto agar, 0,1 gram KNO3, dan 100 ml air tawar atau
akuades dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditutup dengan kapas lalu dipanaskan
dengan hot plate menggunakan magnetic stirrer, tunggu sampai larutan tercampur
homogen dan berwarna bening. Kemudian larutan media disterilisasi. Sebelum
dituang, media steril didiamkan hingga agak dingin agar tidak terbentuk uap air
pada tutup cawan petri pada saat penuangan. Setelah dituangkan, diamkan pada
suhu ruang sampai memadat.
2. Membuat media POR 1,5% dan modifikasi media dengan menggunakan
pepton 1%
Sebanyak 1,5 gram bacto agar, 0,1 gram KNO3, bubuk pepton 1 gram dan
100 ml air laut dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditutup dengan kapas lalu
dipanaskan dengan hot plate menggunakan magnetic stirrer, tunggu sampai
larutan tercampur homogen dan berwarna bening. Kemudian larutan media
disterilisasi. Sebelum dituang, media steril didiamkan hingga agak dingin agar
tidak terbentuk uap air pada tutup cawan petri pada saat penuangan. Setelah
dituangkan, diamkan pada suhu ruang sampai memadat.
32
3.4.8 Identifikasi Bakteri Agarolitik
1. Karakterisasi Biokimia
Karakterisasi bakteri dilakukan secara mikrobiologis meliputi karakter
morfologi, fisiologi dan uji biokimiawi (Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology) sebagai pendukung data identifikasi secara molekuler. Uji biokimia
dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan enzim yang dihasilkannya.
Enzim tersebut terdiri dari enzim ekstraselular dan intraselular. Berikut
merupakan uji yang dilakukan terhadap bakteri target :
2. Analisis Molekuler 16S rRNA
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi 2 isolat bakteri yang
memiliki aktivitas agarase tertinggi. Analisis ini dilakukan dengan cara :
1. Persiapan bakteri menggunakan kultur cair
Sebelum melakukan isolasi DNA genom dari bakteri, dilakukan kultur cair
untuk memperbanyak bakteri. Tahap-tahapnya adalah (Lampiran 10):
Isolat terpilih ditumbuhkan ke dalam kultur cair (POR 0.1%)
Hidrolisis Pati
Hidrolisis Lemak
Hidrolisis Gelatin
Hidrolisis Casein
Enzim ekstraselular
Indol
Metil Red
Voges Proskauer
Sitrat
Enzim intraselular Uji IMViC
Fermentasi Karbohidrat
Reduksi Nitrat
Uji Urease
Uji Katalase
Uji Gula-Gula
Glukosa
Laktosa
Sukrosa
33
Dilakukan inkubasi selama 3x24 jam dengan suhu 37˚C.
2. Isolasi DNA genom bakteri
Isolasi DNA genom dilakukan untuk mendapatkan DNA genom dari
isolate. Metode isolasi DNA genom bakteri yang digunakan adalah metode
Alkaline Lysis yang telah dimodifikasi (Sambrook 1989) yang dijelaskan
sebagai berikut (Lampiran 11):
Bakteri hasil kultur cair dipindahkan ke dalam tabung ependorf 1,5 ml
dan dilakukan sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan tinggi
(12.000 rpm).
Pellet DNA diambil dari hasil sentrifugasi dengan cara membuang
supernatannya.
Ditambahkan 300 µl buffer ekstraksi (Lampiran 16) dan 3 µl RNAse
ke dalam setiap tabung lalu tabung ditutup dan dilakukan resuspensi
menggunakan vortex selama 5 menit sampai pellet larut.
Ditambahkan 150 µl Na asetat lalu dihomogenkan dengan cara
membolak-balik tabung dan diamkan selama 10 menit pada suhu
ruang agar proses lysis terjadi.
Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 5 menit.
Supernatan dipindahkan ke dalam tabung ependorf 1,5 ml yang baru.
Dilakukan presipitasi dengan menambahkan etanol absolute sebanyak
450 µl.
Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 10 menit.
Dilakukan pencucian dengan etanol 70% sebanyak 450 µl. Lalu di-flix
agar larutan tercampur.
Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 30 detik.
Genom DNA dikeringkan dengan cara mengambil supernatannya.
Dibiarkan selama 10 menit agar genom DNA sudah benar-benar
kering.
Setelah kering, ditambahkan TE buffer sebanyak 30 µl dan di-flix
34
sampai genom larut. Hasil isolasi disimpan pada suhu -20°C.
3. Amplifikasi DNA dengan PCR
Amplifikasi gen pengkode 16S rRNA dilakukan dengan PCR untuk
mendapatkan sekuen 16S rRNA yang akan digunakan sebagai bahan sekuensing
untuk menentukan jenis bakteri (Lampiran 12). Amplifikasi dimaksudkan untuk
meningkatkan jumlah DNA target yang ada sehingga dapat dideteksi dengan
elektroforesis. Amplifikasi DNA dilakukan dengan bantuan thermocycler atau
yang lebih dikenal dengan alat PCR.
Dalam proses amplifkasi DNA perlu diketahui primer yang tepat (Tabel 2),
komponen yang digunakan (Tabel 3) dan pengaturan program PCR (Tabel 4).
Primer disebut juga oligonukleotida yang berarti sejumlah kecil nukleotida.
Primer diproduksi secara sintetis biasanya berupa urutan DNA dengan panjang
sekitar 20 nukleotida. DNA polymerase akan menambahkan nukleotida ke 3’-OH
bebas dari primer ini sesuai dengan aturan dasar pasangan yang normal
(MCPherson and Moller 2006).
Tabel 2. Primer 16S rRNA Universal
Primer Urutan Nukleotida (5’ – 3’)
9F F: GAGTTTGATCCTGGCTC
1541R R: AAGGAGGTGATCCAGCC
1492R R: GGCTACCTTGTTACGACTT
Sumber : Lewaru 2012
Tabel 3. Komponen Reaksi PCR
Komponen PCR Konsentrasi Akhir Volume (µl)
Nuclease free water - 9
KAPA2G Fast Ready Mix 1x 12,5
Primer forward 0,5 µM 1,25
Primer reverse 0,5 µM 1,25
DNA template - 1
Sumber : Lewaru 2012
35
Pengaturan dasar program PCR bersifat tentatif. Pengaturan program dasar
PCR biasanya sama tetapi ketika pita DNA yang diharapkan tidak keluar dan/atau
double band maka perlu dilakukan optimasi dengan cara mengubah suhu dan
waktu proses annealing.
Tabel 4. Pengaturan Program PCR
Siklus Suhu Waktu Jumlah
Siklus
Inisisasi 95°C 2 menit 1
Denaturasi 95°C 30 detik
30 Annealing 58°C 30 detik
Elongasi 75°C 1 menit
Final elongasi 75°C 5 menit 1
Final hold 4°C - 1
Sumber : Lewaru 2012 yang dimodifikasi
4. Elektroforesis
Tahap – tahap elektroforesis :
a. Persiapan elektroforesis (Lampiran 13)
Gel agarose dibuat (konsentrasi 1%) dan dilarutkan pada TE buffer.
Dipanaskan di atas hot plate.
Gel dituangkan ke atas lempeng atau plate.
Lembaran perspex tipis yang menyerupai sisir ditancapkan saat agar
masih dalam keadaan panas dan belum memadat.
Lembaran perspex dicabut setelah agarose memadat.
Gel agarose dimasukkan ke dalam tangki yang berisi buffer. Buffer
yang digunakan adalah tris-borat-EDTA (TBE) 0,5x.
b. Pelaksanaan elektroforesis (Lampiran 14)
Hasil amplifikasi DNA dan marker masing-masing sebanyak 2µl dan
1µl dimasukkan pada setiap sumur.
Tangki ditutup dan diberi aliran listrik dengan cara manyambungkan
kabel ke stop kontak.
36
Sisi yang berisi hasil amplifikasi diberi arus negatif. Besarnya arus
elektroforesis adalah 75 volt selama 60 menit.
Setelah selesai, dilakukan perendaman dengan EtBr selama 30 menit.
Dilakukan perendaman kembali dengan akuades selama 10 menit.
Lalu gel diangkat menggunakan spatula dan ditiriskan.
Pita DNA dilihat dengan alat ultraviolet transilluminator.
3.5 Parameter Pengamatan
Hal yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Morfologi koloni bakteri
Morfologi koloni bakteri dilihat berdasarkan ukuran, warna dan bentuk
koloni. Ukuran koloni terbagi menjadi pinpoint, kecil, sedang dan besar.
Bentuk koloni dapat dilihat dari pinggiran, elevasi dan bentuk koloni
tersebut.
Gambar 6. Bentuk Koloni Bakteri
(Sumber : Cappucino 2008)
2. Bentuk dan warna sel bakteri
Bentuk sel bakteri dapat dilihat setelah dilakukan proses pewarnaan Gram.
Bentuk sel bakteri terdiri dari bulat (coccus), batang (basil) dan spiral
(spirilia). Bakteri Gram positif ditunjukkan dengan warna ungu dan bakteri
Gram negatif ditunjukkan dengan warna merah. Umur isolat saat dilakukan
37
pewarnaan adalah 3x24 jam.
3. Aktivitas agarase yang dihasilkan oleh bakteri
Aktivitas agarase dapat dilihat dengan pengujian baik secara kuantitatif dan
kualitatif. Secara kualitatif pengujian dilakukan menggunakan pereaksi
Lugol Iodin. Indeks agarolitik dihitung dengan membagi nilai rata-rata
diameter zona bening dengan nilai rata-rata diameter bakteri. Secara
kuantitatif, pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Somogyi
Nelson Alkaline Cooper untuk mencari nilai konsentrasi gula pereduksi
yang merupakan hasil dari hidrolisis enzim agarase
4. Karakteristik bakteri setelah dilakukan pengujian secara biokimia.
5. Hasil sekuensing yang dianalisis secara bioinformatif
3.6 Analisis Data
3.6.1 Analisis Aktivitas Agarase Secara Kualitatif dan Kuantitatif
Pengujian aktivitas agarase secara kualitatif menggunakan metode difusi
pereaksi pada media agar dengan penambahan pereaksi Lugol Iodin untuk
mengamati diameter zona bening yang terbentuk. Kemampuan bakteri dalam
memproduksi enzim agarase dapat dilihat dengan menghitung indeks
agarolitiknya, yaitu diameter zona bening : diameter koloni bakteri. Indeks
tersebut akan dianalisis secara deskriptif dengan menyertakan tabel dan gambar
untuk mengetahui isolat yang memiliki indeks agarolitik tertinggi.
Analisis aktivitas agarase secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung
konsentrasi gula pereduksi yang terbentuk. Terlebih dahulu dibuat kurva standar
glukosa. Pembuatan kurva standar bertujuan untuk menentukan nilai regresi linear
sebagai rumus yang menjadi dasar untuk perhitungan kadar gula pereduksi pada
sampel. Adapun rumus regresi linear yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Keterangan : a = 0.082
b = 0.037
Y = aX - b
Y = absorbansi
X = kadar gula pereduksi
38
Rumus yang didapat adalah Y = 0,082X – 0,037 dengan nilai R2 (regresi
linier) adalah 0,987. Kemudian sampel yang telah diuji menggunakan meode
Nelson Simogyi diukur nilai absorbansinya pada OD 540. Nilai absorbansi tersebut
akan menjadi nilai Y. Dengan demikian nilai kadar gula pereduksi (X) dapat
didapatkan. Nilai kadar gula pereduksi tersebut akan dianalisis secara deskriptif
dengan menyertakan tabel untuk mengetahui isolat yang memiliki nilai gula
pereduksi tertinggi.
3.6.2 Analisis Bioinformatik
Setelah mendapatkan data hasil sekuensing, berupa deret nukleotida dari
setiap primer dalam format abi, data disejajarkan dan diedit menggunakan program
BioEdit (Lampiran 17) sehingga diperoleh konstruksi gen lengkap 16S rRNA
berupa konsensus. Hasil konsensus tersebut dimasukkan ke website
www.ncbi.nlm.nih.gov. Program Basic Local Alignment Search Tool (BLAST)
yang terdapat di dalam situs akan mencocokkan hasil sekuensing dengan data
yang terdapat di genbank untuk mendapatkan daftar mikroorganisme yang basa
nitrogennya (nukleotida) dianggap paling mirip (Lampiran 18). Data-data
mikroorganisme dengan kemiripan terdekat, berupa urutan nukleotida, disimpan
dan diberi nama. Diambil sebanyak 15 data urutan nukleotida untuk setiap isolat.
Konstruksi pohon filogenetik (dendogram) dilakukan dengan bantuan
program MEGA5.2. Data-data urutan 16S rRNA dari isolat yang hendak dicari
posisinya pada pohon filogenetik serta data-data dari hasil olahan program
BLAST dimasukkan ke dalam program MEGA5.2 (Lampiran 19). Kemudian
dicari model yang paling tepat untuk menentukan pohon filogenetik tersebut
dengan cara menekan menu models → find best DNA/protein models. Visualisasi
pohon filogenetik dilakukan dengan menekan menu phylogeny. Hasil yang telah
diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif disertai tabel dan gambar.