Upload
vudat
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
19
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah salah satu
sekolah luar biasa yang berada di kabupaten Bandung yang terdapat
anak tunarungu kelas VIII yang kurang mampu mengucap huruf
konsonan velar sengau “Ng” dalam kata. Sekolah yang dijadikan tempat
penelitian ini yaitu SLB ABCD Asyifa Bandung.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seorang siswa tunarungu kelas VIII
SMPLB yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan mengucap
konsonan velar sengau “Ng” dalam kata. Dimana anak mengalami
kesulitan dalam pengucapan huruf “Ng” dalam kata baik diawal kata,
ditengah maupun diakhir kata. Adapun data anak sebagai berikut :
Nama Siswa : NR
Kelas : VIII SMPLB B
Tempat Lahir : Bandung, 12-07-1991
Umur : 23 tahun
B. Desain Penelitian
Eksperimen merupakan suatu kegiatan percobaan yang dilakukan
untuk meneliti suatu peristiwa atau gejala yang muncul terhadap suatu
kondisi tertentu. Penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research
(SSR) yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh suatu perlakuan yang diberikan kepada satu subjek. Penggunaan
metode penelitian eksperimen dengan rancangan single subjek research
(SSR) pada penelitian ini, dipilih oleh peneliti dengan alasan metode ini
20
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cocok untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu dengan menggunakan
latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil terhadap
permasalahan kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam
kata pada siswa tunarungu.
Penelitian ini menggunakan bentuk desain A-B-A, dengan desain A-B-
A diharapkan akan memberikan petunjuk bahwa adanya hubungan sebab
dan akibat antara variabel bebas (Latihan menghembuskan nafas melalui
hidung pada cermin kecil) dan variabel terikat (kemampuan mengucap
konsonan “Ng”). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar
pengaruh perlakuan terhadap peningkatan kemampuan menguap konsonan
velar sengau “Ng” anak tunarungu dengan menggunakan latihan
menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil.
Menurut Sunanto (2005:57) phase baseline adalah “phase saat variabel
terikat (target behaviour) diukur secara periodik sebelum diberikan
perlakuan tertentu”. Dalam hal ini beberapa kali anak dapat melakukan
dengan benar sebelum perlakuan diberikan. Sedangkan phase Treatment
adalah phase saat target behavior di observasi atau diukur selama perlakuan
tertentu diberikan. Desain A-B-A dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Grafik 3.1
Desain A-B-A
Baseline A-1 Intervensi (B) Baseline A-2
4 8 4
Baseline A-1 Intervensi Baseline A-2
Sesi (waktu)
Per
ilaku
sas
aran
21
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A-1 (baseline 1) adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar).
Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam
kemampuan latihan menghembuskan nafas melaui hidung pada cermin kecil
dan kemampuan mengucap huruf konsonan “Ng” dalam kata sebelum diberi
perlakuan sebanyak empat sesi sampai trend dan level data cenderung stabil.
Setiap harinya dilakukan satu kali sesi, dimana setiap sesi dilakukan satu
hari dengan waktu selama 15 menit.
B (Intervensi) adalah data perlakuan atau intervensi, kondisi kemampuan
subjek dalam melakukan latihan menghembuskan nafas melaui hidung pada
cermin kecil selama intervensi. Pada tahap ini subjek diberi perlakuan
dengan diberi latihan cara mengucap huruf konsonan “Ng” dalam kata.
Intervensi diberikan secara berulang-ulang. Intervensi diberikan sebanyak
delapan sesi dengan waktu selama 30 menit.
A-2 (Baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi
bagaimana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek. Pelaksanaan
baseline-2 sebanyak empat sesi dengan waktu 15 menit
C. Metode Penelitian
Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang
tepat untuk melakukan sesuatu” dan “Logos” yang artinya ilmu atau
pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan “penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,
merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. (Narbuko,
C:2007:1)
Menurut Hadi, S (dalam Achmadi, 2007:2) mengungkapkan bahwa
secara umum “metode penelitian diartikan sebagai usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan”. Tujuan dari
pada penelitian ini yaitu untuk memperoleh data mengenai pengaruh latihan
menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dalam
22
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peningkatan kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata
pada siswa tunarungu kelas VIII SMPLB.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen, menurut
Fathoni Abdurahman (2006:99) bahwa “Metode penelitian eksperimen
adalah metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu
terhadap variabel yang lain melalui uji coba dalam kondisi khusus yang
sengaja diciptakan”. Metode eksperimen dalam penelitian ini digunakan
dengan tujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil
atau akibat dari suatu perlakuan dalam penerapan latihan menghembuskan
nafas melalui hidung pada cermin kecil dalam peningkatan kemampuan
mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata pada siswa tunarungu.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dalam bentuk Single Subject Research (SSR). Metode
eksperimen dalam penelitian ini, bertujuan untuk memperoleh data yang
diperlukan dengan melihat hasil atau akibat dari suatu perlakuan yang
diberikan terhadap subjek secara berulang-ulang. Sunanto (2005:41)
mengemukakan bahwa:
“Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau target
behavior dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu
misalnya perminggu, perhari atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan
antar individu, kelompok tetapi perbandingan pada subjek yang sama
dalam kondisi yang berbeda”.
Penggunaan metode eksperimen dengan rancangan single subjek
research (SSR) pada penelitian ini, dipilih oleh peneliti dengan alasan
metode ini cocok untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu dengan
menggunakan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin
kecil terhadap permasalahan kemampuan mengucap konsonan velar sengau
“Ng” dalam kata pada siswa tunarungu.
D. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Penelitian
23
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Persiapan awal penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap
sebagai berikut:
1) Mengajukan pengangkatan dosen pembimbing.
2) Permohonan surat pengantar dari fakultas kepada Rektor untuk
selanjutnya mengajukan surat pengantar ke KESBANGPOL.
3) Permohonan ijin penelitian ke Dinas Pendidikan Jawa Barat untuk
memperoleh surat rekomendasi untuk melaksanakan penelitian ke
SLB ABCD Asyifa Bandung.
2. Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan penelitian latihan menghembuskan nafas
melalui hidung pada cermin kecil dalam meningkatkan kemampuan
mengucap konsonan velar sengau “Ng” pad siswa tunarungu dengan
desai A-B-A memiliki tiga tahapan sebagai berikut:
a. Baseline A-1
Pada tahap ini pengukuran kemampuan dilakukan selama empat sesi
untuk memperoleh baseline sebagai pembanding. Dimana masing-
masing sesi dilakukan dihari yang berbeda tanpa menggunakan
latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil
dengan durasi waktu 30 menit dengan pelaksanaan kegiatan sebagai
berikut:
1. Dilakukan senam pemanasan sebagai langkah awal latihan.
2. Kedua untuk mengukur kemampuan mengucap konsonan velar
sengau “Ng” dalam kata anak diberikan beberapa kata untuk
diucapkan yang ada pada butir soal untuk melihat sejauhmana
kemampuan anak dalam mengucap konsonan velar sengau “Ng”
dalam kata.
3. Untuk mengukur kemampuan mengucap konsonan velar sengau
“Ng” dilakukan dengan menghitung presentase kata yang
diucapkan anak.
24
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tes awal ini peneliti memberikan dengan melakukan tes
lisan yang dilakukan dengan penulis menuliskan kata dikertas lalu
anak membaca kata yang dituliskan.
b. Intervensi
Fase intervensi adalah kondisi kemampuan subjek dalam
melakukan latihan menghembuskan nafas melaui hidung pada
cermin kecil selama intervensi. Pada tahap ini subjek diberi
perlakuan dengan diberi latihan cara mengucap huruf konsonan
“Ng”. Intervensi diberikan secara berulang-ulang. Intervensi
diberikan sebanyak delapan sesi. Siswa diberikan pengajaran tentang
latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil
yang berdasarkan pada rencana pembelajaran (RPP).
Tahap ini siswa diajarkan dan diarahkan untuk latihan
menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil secara
mandiri, kemudian siswa membaca kata berawalan “Ng”, ditengah
dan diakhir kata. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, evaluasi
dilakukan dengan mengeteskan ke anak kata secara acak, kemudian
dimasukkan ke dalam format data hasil intervensi.
c. Baseline A-2
Kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana intervensi yang
diberikan berpengaruh pada subjek. Pelaksanaan baseline-2
sebanyak empat sesi dengan menggunakan format tes dan prosedur
pelaksanaan yang sama. Tahap baseline-2 ini dapat dijadikan sebagai
perbandingan untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang
dilakukan berpengaruh kepada siswa.
E. Variabel Penelitian
1. Definisi Konsep Variabel
Menurut Sutanto,dkk (2005:12) yaitu :
25
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen
termasuk penelitian dengan subjek tunggal. Variabel merupakan suatu
atribut atau ciri- ciri mengenai sesuatu diamati dalam penelitian.
Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian yang
dapat diamati dan diukur.”
Menurut Sugiyono (2009 : 61) memberikan batasan “Variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pengaruh latihan
menghembuskan nafas dengan hidung pada cermin kecil sebagai
variabel bebas dan kemampuan bicara mengucap konsonan velar
sengau “Ng” dalam kata sebagai variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel
lain. Dalam hal ini pengaruh latihan menghembuskan nafas melalui
hidung pada cermin kecil merupakan variabel bebas.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau variabel
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Darmadi, H
:2011) Dalam hal ini yaitu “kemampuan Bicara dalam Mengucap
Konsonan Velar Sengau “Ng” dalam kata merupakan variabel
terikat.
2. Definisi Oprasional Variabel
a. Latihan menghembuskan Nafas melalui hidung
Pada penelitian dengan subjek tunggal variabel bebas disebut
juga dengan intervensi, variabel bebas atau intervensi pada
penelitian ini yaitu latihan menghembuskan nafas melalui hidung
pada cermin kecil. Latihan menghembuskan nafas melalui hidung
adalah udara yang keluar melalui bunyi sengau pada saat bernafas,
26
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
latihan mulut atau saat menghasilkan suara saat berbicara”. Latihan
menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil ini
bertujuan untuk mendapatkan sebuah aliran udara bunyi sengau dan
untuk merangsang pergerakan dari langit-langit lunak sebagai satu
prasyarat agar dapat meningkatkan bagian belakang velum dan
dinding veringeal membuat kontak ada aliran udara yang keluar
melalui hidung agar berfungsi sehingga pengucapan huruf “Ng”
dalam kata pada siswa tunarungu menjadi jelas.
Dalam penelitian ini latihan bina wicara yang diberikan berupa
latihan :
a) Anak diberikan latihan senam mulut, rongga mulut, dan
pernafasan.
b) Adakan percakapan kecil mengenai kejadian hangat hari itu,
atau gambar ataupun apa saja yang dapat menjadikan diri anak
rileks dan menemukan fonem-fonem yang akan dilatihkan,
misalnya fonem “Ng” : ngobrol, bunga, datang kemudian
tuliskanlah kata-kata tersebut pada sehelai kertas, lalu garis
bawahi suku kata yang mengandung fonem “Ng”.
c) Ucapkanlah secara global “bunga” suruhlah anak menirukannya.
d) Amatilah ucapan anak.
e) Ajaklah anak latihan menghembuskan napas melalui hidung
pada cermin kecil selama 5 menit.
Langkah-langkah:
Tahap 1
a) Tempatkan satu cermin kecil dibawah hidung klien saat
menggenggamnya / tertutup mulutnya, sebagaimana gambar di
bawah ini.
catatan: harap tidak mencoba latihan ini kecuali jika klien
mempercayai kamu.
27
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Bicarakan tentang "kabut" itu aliran udara bunyi sengau telah
buat pada permukaan dari cermin.
c) Kriteria untuk sukses: ulangi 5 kali sebelum melangkah maju ke
langkah 2.
langkah 2
1. Tempatkan cermin kecil pada hidung klien. jangan
menggenggamnya / tertutup mulutnya.
2. instruksikan kepada klien untuk "mengendus-endus" di luar
untuk membuat "kabut" pada permukaan dari cermin lebih besar.
3. kriteria untuk sukses: ulangi 5 kali sebelum melanjutkan ke
langkah 3.
langkah 3
1. Tempatkan satu objek ( sebuah kapas atau gembung) pada
permukaan dari cermin yang menutup ke hidung anak seperti
gambar di bawah.
2. Instruksikan kepada klien untuk "mengendus-endus" keluar
untuk menggerakkan objek keluar tepi dari cermin.
kriteria untuk sukses: biarkan anak untuk "mengendus-endus"
keluar sebanyak 5 objek hingga berhasil melewati ujung cermin.
b. Kemampuan Mengucap Konsonan Velar Sengau “Ng”
Variabel terikat dalam hal ini yaitu “kemampuan Bicara dalam
Mengucap Konsonan Velar Sengau “Ng”. Kemampuan bicara
dalam penelitian ini adalah sejauh mana anak mampu mengucap
konsonan velar sengau “Ng” di awal, di tengah dan di akhir kata
dengan latihan menghembuskan napas melalui hidung pada cermin
kecil. Dengan latihan menghembuskan napas melalui hidung pada
cermin kecil ini anak mampu menirukan konsonan velar “Ng”
28
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan jelas sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya.
Kriteria penilaian dalam pengucapan konsonan velar sengau “Ng”
dalam penelitian ini diukur dari ketepatan anak dalam pengucapan
kata. Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
tes yang berisi butir soal mengenai aspek mengucapkan konsonan
velar “Ng” diawal, ditengah dan diakhir kata. Teknik penilaiannya
menggunakan persentase dimana skor mentah jumlah kata yang
diucapkan dengan benar dibagi jumlah seluruh kata yang benar
kemudian dikalikan 100%.
F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrument penelitian menurut suharsimi adalah”…alat bantu yang
digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian agar
pekerjaan menjadi lebih mudah dan hasilnya menjadi lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap dan sistematik sehingga mudah diolah.”
(Suharsimi, 2006 :160) .
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes
adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”
(Suharsimi, 2006:150). Pada penelitian ini tes digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh latihan menghembuskan nafas
melalui hidung melalui cermin kecil terhadap kemampuan huruf
konsonan velar sengau “Ng” dalam kata. Adapun teknik pengumpulan
data dilakukan dengan cara memberi tes lisan dan perbuatan pada
kondisi baseline 1, intvensi dan baseline-2. Adapun langkah-langkah
pembuatan tes sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi instrument
29
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kisi – kisi merupakan sebuah rancangan awal yang dibuat
sebelum langkah yang lebih lanjut dalam pembuatan instrument.
Kisi-kisi ini peneliti mengacu kepada kebutuhan siswa yang
dimiliki. Kisi-kisi instrument tersebut adalah sebagai berikut:
30
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
KISI – KISI INSTRUMEN
TES LATIHAN MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng”
Pokok Bahasan : Pengenalan Huruf Konsonan Velar Sengau “ng”
Jenjang Sekolah : SMPLB-B
Mata Pelajaran : B. Indonesia
Alokasi Waktu : 30 menit
Kelas : VIII
Jumlah Soal : 30
Standar Kompetensi
Membaca
3. menirukan kata dan kalimat sederhana
Kompetensi Dasar
3.1 Membaca beberapa kata sederhana
Pokok
Bahasan
Jumlah
Soal Ranah yang dicapai Indikator
Bentuk
Soal
Membaca
beberapa
kata
sederhana
30 soal
yang
terdiri
dari
10 kata
berawalan
“Ng”,
10 kata
ditengah
“Ng”,
10 kata
berakhiran
“Ng”
Melalui latihan
menghembuskan nafas
melalui hidung pada cermin
kecil siswa mampu
mengucapkan huruf “Ng”
dalam kata dengan benar
Mengucapkan
huruf “Ng”
diawal kata
Mengucapkan
huruf “Ng”
ditengah kata
Mengucapkan
huruf “Ng”
diakhir kata
Tes
Perbuatan
30
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel
Penelitian
Aspek
yang
dinilai
Indikator Jenis Tes Materi
Latihan
menghembus
kan nafas
melalui hidung
pada cermin.
Kemampuan
mengucapkan
huruf
“Ng”diawal,
ditengah dan
diakhir.
Mengucapkan
huruf “Ng”diawal
kata
Mengucapkan
huruf “Ng” ditengah
kata
Mengucapkan
huruf “Ng” diakhir
kata
Tes Lisan
Tes Perbuatan
Pemanasan :
1. Melakukan senam pernafasan
2. Peregangan alat artikulator
3. Melakukan senam bibir
Inti :
1. Adakan percakapan kecil mengenai kejadian
hangat hari itu, atau gambar atau pun apa saja
yang dapat menjadikan diri anak rileks dan
menemukan fonem-fonem yang akan
dilatihkan, misalnya fonem “Ng” :ngobrol,
bunga, datang kemudian tuliskanlah kata-kata
tersebut pada sehelai kertas, lalu garis bawahi
suku kata yang mengandung fonem “Ng”.
31
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Ucapkanlah secara global “bunga” suruhlah
anak menirukannya.
3. Amatilah ucapan anak.
4. Ajaklah anak latihan menghembuskan napas
melalui hidung pada cermin kecil selama 5
menit.
Langkah-langkahnya:
Tahap 1
1. Tempatkan satu cermin kecil dibawah hidung
klien saat menggenggamnya / tertutup
mulutnya, sebagaimana gambar di bawah ini
catatan: harap tidak mencoba latihan ini kecuali
jika klien mempercayai kamu
2. Bicarakan tentang "kabut" itu aliran udara
bunyi sengau telah buat pada permukaan dari
cermin
3. Kriteria untuk sukses: ulangi 5 kali sebelum
32
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melangkah maju ke langkah 2
langkah 2
1. Tempatkan cermin kecil pada hidung klien.
jangan menggenggamnya / tertutup mulutnya.
2. instruksikan kepada klien untuk "mengendus-
endus" di luar untuk membuat "kabut" pada
permukaan dari cermin lebih besar.
3. kriteria untuk sukses: ulangi 5 kali sebelum
melanjutkan ke langkah 3.
langkah 3
1. Tempatkan satu objek ( sebuah kapas atau
gembung) pada permukaan dari cermin yang
menutup ke hidung anak seperti gambar di
bawah.
2. Instruksikan kepada klien untuk "mengendus-
endus" keluar untuk menggerakkan objek keluar
tepi dari cermin.
kriteria untuk sukses: biarkan anak untuk
33
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
"mengendus-endus" keluar sebanyak 5 objek
hingga berhasil melewati ujung cermin.
34
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Table 3.2
Kriteria Latihan Mengucap Konsonan Velar Sengau “Ng” dalam kata
Aspek yang
dinilai Indikator Jenis soal Butir soal
Kriteria Penilaian
3 2 1
Kemampuan
mengucapkan
huruf “Ng”
diawal, ditengah
dan diakhir.
Mengucapkan
huruf “Ng”
diawal kata
Tes
perbuatan 1-10
Mengucapkan
huruf “Ng”
ditengah kata
Tes
perbuatan 1-10
Mengucapkan
huruf “Ng”
diakhir kata
Tes
perbuatan 1-10
Untuk mengukur kemampuan mengucapkan huruf konsonan velar sengau “Ng”
subjek diminta berlatih mengucapkan huruf “Ng” dengan latihan menghembuskan
nafas melalui hidung pada cermin kecil. Kriteria penilaian dilakukan dengan
memberikan penilaian setiap kali anak mampu mengucapkan satu kata yang
didalamnya terdapat huruf “Ng” dengan kriteria penilaian:
Nilai 1 = tidak jelas
35
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai 2 = kurang jelas
Nilai 3 = jelas
Kemudian dijumlahkan untuk mengetahui presentase jumlah kata yang diperoleh
anak pada setiap sesinya.
Table 3.3
Instrumen Tes Mengucapkan Huruf Konsonan Velar Sengau “Ng” dalam
Kata Pada AnakTunarungu
Aspek yang
dinilai Indikator Jenis soal Butir soal
Kriteria
Penilaian
1 2 3
Kemampuan
mengucapkan
huruf “Ng”
diawal,
ditengah dan
diakhir.
Mengucapkan
huruf “Ng”
diawal kata
Tes lisan
Mengucapkan
kata dibawah
ini:
1. Ngobrol
2. Ngarai
3. Ngantuk
4. Ngilu
5. Nganga
6. Ngotot
7. Ngopi
8. Ngengat
9. Nguap
10. Ngiler
36
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mengucapkan
huruf “Ng”
ditengah kata
Tes
lisan
Mengucapkan
kata
dibawahini:
1. Bunga
2. Singa
3. Mangga
4. Sungai
5. Cangkir
6. Bangun
7. Dingin
8. Bangku
9. Bangkai
10. Mangkuk
Mengucapkan
huruf “Ng”
diakhir kata
Tes lisan
Mengucapkan
kata dibawah
ini:
1. Siang
2. Burung
3. Karung
4. Kerang
5. Batang
6. Pisang
7. Kacang
8. Pedang
9. Sarung
10. Musang
37
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Penyusunan Instrumen
Instrument tersebut berupa pembuatan butir soal yang disesuaikan
dengan indicator. Instrument dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Anak diberikan latihan pemanasan terlebih dahulu dengan senam
bibir, rahang dan latihan menghembuskan nafas melalui hidung
melalui cermin kecil
b. Guru menuliskan kata di kertas lalu memberikan perintah agar anak
membaca kata “Ng” diawal kata, ditengah dan diakhir.
Target behavior: Mengucap konsonan velar sengau “Ng” diawal,
ditengah dan diakhir kata
a. Nilai maksimal : 90
b. Nilai Minimal : 30
c. Nilai Keseluruhan : 90
Bobot nilai per soal:
NO NILAI KETERANGAN
1 3 Jelas
2 2 Kurang jelas
3 1 Tidak jelas
Nilai Akhir:
G. Prosedur Pengembangan Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Hadi, S (dalam Susetyo, 2011:88) Validitas adalah
“kesahihan dibatasi sebagai tingkat kemampuan suatu instrument
untuk mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukur”.
38
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan batasan di atas validitas dapat diartikan sejauhmana hasil
pengukuran dapat diimplementasikan sebagai cerminan sasaran ukur
yang berapa kemampuan, karakteristik, atau tingkah laku yang diukur
melalui alat ukur yang tepat.
Uji validitas bertujuan untuk mencari kesesuaian antara alat
pengukuran dengan tujuan pengukuran atau ada kesesuaian antara
pengukur dengan apa yang akan diukur. Uji validitas yang digunakan
adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang mengecek
kecocokan diantara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator,
materi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Cara untuk
mengetahui validitas isi digunakan pendapat dari para ahli (Judgment
Experts). Dalam hal ini setelah instrument dikontruksikan tentang
aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu,
maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.
Perhitungan kecocokan terhadap validitas isi dilakukan dengan
menghitung besarnya presentase pada pernyataan cocok, yaitu
“presentase kecocokan suatu butir dengan tujuan/indikator”
berdasarkan penilaian guru/dosen atau ahli. Melalui proses judgment
kelayakan alat pengumpul data dapat digunakan sebagaimana
mestinya. Adapun nama-nama ahli yang memberikan judgment
adalah sebagai berikut:
Table 3.4
Daftar Pemberi Judgment
No Nama Jabatan
1 Endang Rusyani, M.Pd Kepala Lektor
2 Uji Sujiningsih, S.Pd Kepala Sekolah
3 Rusmiyati M.Pd Guru Kelas
Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indicator
mencapai lebih besar dari 50%. Rumus yang digunakan adalah:
39
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F
= x 100%
∑f
Di mana :
F = frekuensi cocok menurut penilai
∑f = jumlah ahli
2. Uji Realibilitas Instrumen
Suatu instrument penelitian akan semakin dikatakan layak untuk
digunakan di lapangan sebagai instrument yang baik, setelah diuji
validitas oleh penilai ahli maka langkah selanjutnya adalah menguji
realibilitas instrument tersebut. Hal ini beryujuan agar keampuhan
instrument yang akan digunakan dapat teruji dan terpecaya. Arikunto
(2006:178) menyatakan realibilitas menunjuk pada satu pengertian
bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.
Pengujian ralibilitas yang peneliti lakukan adalah dengan realibilitas
konsistensi internal. Realibilitas internal diperoleh dengan cara
menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan, Susetyo (2011:109)
menyatakan realibilitas konsistensi internal didasarkan pada skor yang
diperoleh dari satu perangkat tes dan sekali pengukuran pada peserta
tes. Adapun rumus hitungan pengujian realibilitas instrument yang
peneliti pilih adalah koefisien realibilitas Alpha Cronbach. Sustyo
(2011:120) menyatakan koefisien realibilitas Alpha Cronbach
digunakan untuk yang butir soalnya politomi, sehingga sering
digunakan untuk tes yang berbentuk essay. Perhitungan alpha cronbach
menggunakan variansi, yaitu variansi skor responden dan skor variansi
40
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
skor butir. Penggunaan variansi ini sama dengan perhitungan koefisien
realibilitas keseluruhan perangkat ukur yang menggunakan variansi
skor murni ganjil dan genap dengan variansi skor responden, yaitu:
Keterangan:
R11 = realibilitas instrumen
K = banyaknya soal
∑σ2b = jumlah varians butir
σ2t = varians total
Uji realibilitas instrument ini peneliti lakukan pada tujuh orang siswa
tunarungu di SLB BC BINA WIDYA dan dilakukan hanya satu kali
pengetesan, kemudian hasilnya langsung dihitung. Adapun hasil uji coba
pada instrument mengucapkan “Ng” dalam kata mendapatkan hasil hitungan
sebesar 0,99. Setelah dihitung secara keseluruhan dengan rumus alpha
cronbach yang melibatkan pula dihitungnya varians per butir soal dan
selanjutnya dihitung varians totalnya. Hitungan lebih jelasnya dapat dilihat
dilampiran.
Hasil uji realibilitas pada masing-masing instrument tersebut, keduanya
memiliki kenyataan criteria penafsiran skor tinggi. Hal ini sesuai dengan
yang dinyatakan oleh Arikunto (2006:276) bahwasannya criteria penafsiran
dari skor hasil uji realibilitas sebagai berikut:
a. Antara 0,800 – 1,00 = sangat tinggi
b. Antara 0,600 – 0,799 = tinggi
c. Antara 0,400 – 0,599 = cukup
d. Antara 0,200 – 0,399 = rendah
e. Antara 0,000 – 0,199 = sangat rendah
r11=
41
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan cara pemberian tes. “Tes yaitu alat atau instrument yang digunakan
untuk mengukur kemampuan, kecakapan individu pada aspek tertentu baik
yang tampak maupun yang tidak nampak dan hasilnya berupa angka atau
skor” Susetyo (2011:3).
Melalui tes yang diberikan dalam penelitian ini akan diketahui
kemampuan mengucapkan konsonan “Ng” pada subjek peneliatian. Tes
yang akan diberikan sebanyak data pada fase kondisi baseline-1, intervensi
dan baseline-2. Tes pada baseline-1 untuk mengetahui kondisi awal
kemampuan mengucap konsonan “Ng” sebelum diberikan intervesi (B) .
Tes diberikan pada kondisi intervensi untuk mengetahui ketercapailan
latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin selama
mendapatkan perlakuan, dan tes diberikan juga pada kondisi baseline-2
yang bertujuan untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan memberikan
pengaruh terhadap kemampuan mengucap konsonan “Ng” pada anak
tunarungu di kelas VIII.
I. Teknik Pengolahan Data
Teknik penolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran
persentase yang merupakan suatu pengukuran variabel terikat yang biasa
digunakan oleh peneliti untuk mengukur prilaku. Persentase dihitung
dengan cara jumlah soal yang benar dibagi jumlah maksimum dikalikan
seratus.
42
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mengolah data dan menganalisa data pada penelitian ini yaitu
menggunakan statistik deskriptif. “Statistik deskriptif adalah bagian dari
statistik yang membahas cara pengumpulan dan penyajian data, sehingga
mudah untuk dipahami dan memberikan informasi yang berguna. Statistik
ini hanya berfungsi menguraikan dan menerangkan keadaan, persoalan
tanpa menarik kesimpulan terhadap data yang lebih luas atau populasi”
(Susetyo, 2010:4). Penyajian data penelitian ini dalam bentuk tabel dan
grafik garis.
Bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Fungsi dari grafik
garis ini adalah untuk memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen.
Menurut Sunanto (2006:30) komponen-komponen yang harus dipenuhi
untuk membuat grafik antara lain:
1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang
menunjukkan satuan untuk waktu.
2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang
menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran.
3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y
sebagai titik awal skala.
4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang
menunjukkan ukuran.
5. Label Kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi
eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.
6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan
adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam
bentuk garis putus-putus.
J. Analisis Data
Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan.
Pada penelitian eksperimen dengan subyek tunggal menggunakan statistik
deskriptif yang sederhana, hal ini bertujuan agar memperoleh gambaran
yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan.
Menurut Sunanto dkk (2006:68-76) ada dua cara dalam menganalisis data
yang telah didapat selama di lapangan yaitu analisis dalam kondisi dan
analisis antar kondisi.
43
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Analisis Dalam Kondisi
Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu
kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi.adapun yang
meliputi komponen analisis dalam kondisi yaitu:
a. Panjang Kondisi
Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut.
Banyaknya dala dalam kondisi juga menggambarkan banyaknya sesi
yang dilakukan pada kondisi tersebut. Banyaknya data dalam baseline
tidak ada ketentuan yang pasti data dalm kondisi baseline
dikumpulkan sampai data menunjukkan stabilitas dan arah yang jelas.
b. Kecenderungan Arah
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi
semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada
di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Untuk membuat
garis ini dapat ditempuh dengan dua metode, yaitu metode tangan
bebas dan metode belah tengah. Metode tangan bebas, yaitu membuat
garis secara langsung pada suatu kondisi sedemikian rupa sehingga
membelah data sama banyak yang terletak diatas dan dibawah garis
tersebut. Sementara metode belah tengah adalah membuat garis lurus
yang membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.
c. Tingkat Stabilitas
Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data dalam
suatu kondisi. Adapun tingkat kestabilan data ini dapat ditentukan
dengan menghitung banyaknya data yang berada didalam rentang 50%
di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50% atau lebih data berada
dalam rentang 50% diatas dan dibawah mean, maka data tersebut
dinyatakan stabil. Misalnya, dalam suatu baseline terdapat sebanyak
lima data, yaitu 14, 10, 20, 16, 12. Mean data tersebut adalah 14,4
44
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibulatkan 15% dari mean tersebut adalah 7, sehingga menurut
ketentuan di atas rentang stabilitas yang dapat kita pakai adalah 7-14.
Dengan demikian terdapat 3 data dari 5 yaitu 60% berada dalam
rentang tersebut. Artinya data tersebut dapat dianggap stabil.
d. Tingkat Perubahan (Level Change)
Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antara dua
data. Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam
suatu kondisi maupun data antar kondisi. Tingkat perubahan data
dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan
data terakhir, sementara tingkat perubahan data antar kondisi
ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama
dengan data pada kondisi berikutnya.
e. Jejak Data
Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalm
suatu kondisi. Perubahan satu data kedata berikutnya dapat terjadi tiga
kemungkinan, yaitu menaik, menurun dan mendatar. Jika serentetan
data dalam sutu kondisi kita telusuri jejak datanya dari yang pertama
hingga yang terakhir secara umum rentetan data tersebut dapat
disimpulkan menaik, mendatar atau menurun. Kesimpulan mengenai
hal ini sama dengan yang ditunjukkan oleh analisis pada
kecenderungan arah.
f. Rentang
Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan
jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang ini
memberikan informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis
tentang tingkat perubahan (level change).
2. Rentang Antar Kondisi
45
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Variabel Yang Diubah
Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau
perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis
ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku
sasaran.
b. Perubahan Kecenderungan Arah
Dalam analisis data antar kondisi, perubahan kecenderungan arah
grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna
perubahan prilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh
intervensi. Secara garis besar perubahan kecenderungan arah grafik
antar kondisi ini kemungkinannya adalah (a) mendatar ke mendatar,
(b) mendatar ke menaik, (c) mendatar ke menurun, (d) menaik ke
menaik, (e) menaik ke mendatar, (f) menaik ke menurun, (g) menurun
ke menaik, (h) menurun ke mendatar, (i) menurun ke menurun.
Adapun makna efeknya sangat tergantung pada tujuan intervensinya.
c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya
Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari
sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut
menunjukkan arah (mendatar, menaik atau menurun) secara konsisten.
Dalam analisis antar kondisi, kestabilan data memegang peranan
penting. Jika data pada kondisi baseline tidak stabil berarti jika data itu
menaik atau menurun, namun belum dapat diyakini kenaikan atau
penurunannya. Kondisi baseline yang seperti ini tidak memungkinkan
peneliti melanjutkan memberikan intervensi. Untuk memulai
menganalisis perubahan antarkondisi, data yang stabil harus
mendahului kondisi yang akan dianalisis.
d. Perubahan Level Data
46
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perubahan level data menunjukkan seberapa besar data berubah.
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu tingkat (level) perubahan data
antar kondisi ditunjukkan selisih antara data terakhir pada kondisi
baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini
menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan prilaku akibat
sebagai pengaruh dari intervensi.
e. Data Yang Tumpang Tindih (Overlap)
Data overlap menunjukkan data yang tumpang tindih. Artinya data
yang sama pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih
menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin
banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak
adanya perubahan pada kedua kondisi. Misalnya, jika data pada suatu
kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih pada kondisi
intervensi. Hal ini memberikan isyarat bahwa pengaruh intervensi
terhadap perubahan prilaku tidak dapat diyakinkan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data
tersebut antara lain:
a) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 1
b) Menskor hasil penilaian pada kondisi treatment/intervensi
c) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 2
d) Membuat table penilaian untuk skor skor yang telah diperoleh
pada kondisi baseline-1, intervensi, baseline-2.
e) Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, intervensi,
baseline-2.
f) Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat
dilihat secara langsung perubahan kemampuan dalam
47
Suhaeni, 2014 PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peningkatan kemampuan mengucap konsonan velar sengau
“Ng” dalam kata.