Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah jenis
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan anatara suatu variabel dengan
variabel yang lain (Ulum dan Juanda, 2018). Hubungan ini dapat berupa hubungan
biasa (korelasi) maupun hubungan kausalitas. Penelitian ini hanya mengambil sampel
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2016-2017. Untuk menguji hipotesis yang diajukan,
variabel yang diteliti dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi variabel dependen
dan variabel independen.
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh perusahaan manufaktur sektor
barang industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun
periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2016-2017. Pengambilan
sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih dengan
menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau
masalah penelitian yang dikembangkan. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam
penentuan sampel penelitian, antara lain: a) Perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016 sampai
dengan tahun 2017; b) Mempunyai kelengkapan data yang diperlukan dalam
penelitian ini; dan c) Perusahaan yang mempunyai laba positif.
23
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Manajemen Laba
Manajemen laba menurut Shcipper (2000) adalah sebagai suatu intervensi
manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba untuk memperoleh beberapa
keuntungan pribadi. Maksud dari intervensi di sini adalah upaya yang dilakukan oleh
manajer untuk mempengaruhi informasi- informasi dalam laporan keuangan dengan
tujuan untuk mengelabui stakeholders yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi
perusahaan.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba
dalam perusahaan merupakan hal yang logis karena fleksibilitas akuntansi
memungkinkan manajer dalam mempengaruhi laporan keuangan. Model penelitian ini
menggunakan variabel dependen yaitu manajemen laba (earning management) yang
diproksikan dengan discretionary accruals. Discretionary accruals menggunakan
komponen akrual dalam mengatur laba karena komponen akrual tidak memerlukan
bukti kas secara fisik sehingga dalam mempermainkan komponen akrual tidak disertai
kas yang diterima/dikeluarkan (Sulistyanto, 2008). Discretionary accruals sebagai
proksi atas manajemen laba diukur dengan menggunakan Model Modifikasi Jones.
Formula selengkapnya dari Model John yang Dimodifikasi adalah sebagai berikut
(Dechow et al., 1995):
Menghitung total accrual (TAC) yaitu laba bersih tahun t dikurangi arus kas operasi
tahun t dengan rumus sebagai berikut:
TAC = NIit – CFOit
24
Selanjutnya, total accrual (TA) diestimasi dengan Ordinary Least Square sebagai
berikut:
DAit= TAit
Ait−1− [β1 (
1
Ait−1) + β2((∆REVit − ∆REC)/Ait−1) + β3 (
PPEit
Ait−1)]
Keterangan:
Dait = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit = Total Acrual perusahaan i pada periode ke t
Ait-t = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔREV = Perubahan pendapatan perusahaan i pa da periode ke t
∆REC = Perunahan piutang perusahaan i pada periode ke t
PPE = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
Nilai Discretionary Accruals menurut (Sulistyanto, 2008) dapat bernilai negatif,
nol, atau positif. Nilai negatif menunjukkan melakukan manajemen laba dengan cara
menurunkan laba (income minimization). Sedangkan nol menunjukkan melakukan
manajemen laba dengan cara perataan laba (income smoothing) dan jika bernilai
positif menunjukkan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba
(income maximization).
2. Perencanaan pajak
Perencanaan pajak menurut Zain (2008) adalah proses mengorganisasi usaha
wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya
baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang
25
minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah perencanaan pajak. Perencanaan
pajak merupakan tahap awal untuk melakukan analisis secara sistematis berbagai
alternatif perlakuan perpajakan dengan tujuan untuk mencapai pemenuhan kewajiban
perpajakan minimum. Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah
untuk memaksimalkan laba setelah pajak. Sehingga, untuk mengetahui perusahaan
melakukan perencanaan pajak dapat dihitung berdasarkan perbandingan beban pajak
kini dengan laba sebelum pajak. Variabel perencanaan pajak diukur dengan
menggunakan rumus effective tax rate. Pada penelitian ini menggunakan ukuran
penghindaran pajak dengan ETR disebabkan karena ukuran ini seringkali digunakan
sebagai proksi penghindaran pajak dalam berbagai riset perpajakan Hanlon dan
Heitzman (2010) dan sesuai dengan peraturan perpajakan di Indonesia. Rumus dari
ETR adalah sebagai berikut:
ETR= 𝑇𝑎𝑥𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒𝑖,𝑡
𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑖,𝑡
Keterangan:
ETR = effective tax rate berdasarkan pelaporan akuntansi keuangan yang
berlaku.
Tax expense =adalah beban pajak penghasilan badan untuk perusahaan i pada
tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan.
26
Pretax Income (EBT) it = Laba sebelum pajak perusahaan I pada tahun
Menurut (Budiman dan Setiono, 2012)semakin besar nilai ETR ini
mengindikasikan semakin rendah tingkat penghindaran pajak perusahaan. Ketika
perusahaan memiliki nilai ETR yang nilainya mendekati nol maka diindikasikan
bahwa perusahaan melakukan perencanaan pajak. Dapat disimpulkan bahwa, ketika
perusahaan mempunyai nilai ETR di bawah tarif pajak yang ditentukan (25%), maka
perusahaan dapat dikatakan melakukan perencanaan pajak.
3. Beban Pajak Tangguhan
Beban pajak tangguhan adalah jumlah pajak terpulihkan pada periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan
sisa kerugian yang belum dikompensasi. Deffered Tax terjadi karena ada perbedaan
pengakuan/koreksi komersial dengan fiskal. Pada dasarnya dengan mencari yang
sifatnya temporary different atau beda waktu yang diantaranya dapat dilihat dalam
metode depresiasi, pengakuan cadangan piutang, dan metode penilaian inventory.
Nanti jika hasilnya adalah koreksi positif (menambah pajak terutang) atau jika
koreksi negatif (mengurangi pajak terutang). Beban pajak tangguhan ini
dibandingkan dengan total aset, jadi seberapa mampukah perusahaan membayar
beban pajak dengan total aset yang dimilikinya. Beban pajak tangguhan dalam
penelitian dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
27
DTE = 𝐷𝑒𝑓𝑓𝑒𝑟𝑒𝑑 𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑡−1
Keterangan:
Deffered Tax Expense = Beban pajak tangguhan pada perusahaan i tahun t
Total aset t-1 = Total aset pada perusahaan i tahun sebelumnya
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan
pengolahnya (Ulum dan Juanda, 2018). Sumber data penelitian ini adalah
www.idx.co.id.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumenter, yaitu teknik pengambilan data dengan cara mengumpulkan (download)
data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Serta dari berbagai buku pendukung dan
sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan perencanaan pajak, pajak
tangguhan dan manajemen laba.
F. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku
umum atau generalisasi (Sanusi, 2011). Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran
28
numerik yang sangat penting bagi data sampel. Uji Statistik deskriptif tersebut
dilakukan dengan program SPSS 24.
2. Uji Asumsi Klasik
Agar model yang digunakan dapat memberikan hasil yang representatif, maka
dilakukan uji asumsi klasik pada model untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Model yang dibuat dalam penelitian harus memenuhi asumsi dasar yaitu: uji
multikolinearitas, uji normalitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Menurut Bougie dan Sekaran (2013), uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji ini diperlukan
untuk melakukan uji F dan uji t yang mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas
menggunakan kolmogorov-smirnov Z test dan normal PP-Plot. Pengambilan
keputusan dapat dilakukan berdasarkan probabilitas (asumsi significance) antara
lain:
1. Bila probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal
2. Bila probabilitas ≤ 0.05 maka data tidak berdistribusi normal
3. Apabila menggunakan normal PP-Plot dapat dilihat bahwa titik-titik dari data
mendekati garis diagonal sehingga dapat dinyatakan bahwa model tersebut
menyebar secara normal.
29
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2016a) . Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai
tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yng
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya.
Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF=1/ Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolnearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥10
dengan nilai kolonearitas 0,95 (Ghozali, 2016a).
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2016a) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain, jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Pada penelitian ini
menggunakan uji glejser yang itu dilakukan dengan meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen. Pengambilan keputusan dapat dilihat dari
30
koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya di atas 0,05 maka
dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedas. Namum sebaliknya, jika nilai
probabilitas signifikansinya di bawah 0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2016a). Pada penelitian ini uji statistik
yang dipergunakan untuk uji autokorelasi adalah uji Durbin-Watson.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen yaitu perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan terhadap
variabel dependen yaitu manajemen laba.
E= α0 + β1ETR + β2DTE + e
Keterangan :
E = Variabel manajemen laba
α0 = konstanta
β1,2,3= koefisien variabel
31
ETR = Perencanaan Pajak
DTE = Beban Pajak Tangguhan
e = Koefisien error
4. Koefisien Determinasi
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian statistik
parametrik, dimana statistik parametrik ini digunakan jika distribusi data yang
digunakan normal. Menurut Ghozali (2016a), ada beberapa kondisi yang harus
dipenuhi agar uji statistik parametrik dapat digunakan yaitu :
a. Observasi harus independen
b. Populasi asal observasi harus berdistribusi normal
c. Varian populasi masing-masing grup dalam hal analisis dengan dua grup
harus sama.
d. Variabel harus diukur paling tidak dalam skala interval.
Untuk mengetahui kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang
dilakukan, maka dilakukan pencarian nilai koefisien determinasi (adjusted R2).
a. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh pengaruh perencanaan pajak dan
beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba digunakan pengujian hipotesis
secara simultan (uji F) dan secara parsial (uji t).
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
32
bersama-sama terhadap varibel dependen (Ghozali, 2013). Langkah-langkah
dalam pengambilan keputusan untuk uji F adalah sebagai berikut:
H0: b1b2b3b4 = 0, berarti tidak terdapat pengaruh secara simultan antara
perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba.
Ha: b1b2b3b4 ≠ 0, berarti terdapat pengaruh secara simultan antara perencanaan
pajak dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba. Nilai F dari hasil
perhitungan ini dibandingkan dengan Ftabel yang diperoleh melalui signifikan
level 5%.
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Menurut Sugiyono (2008) uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
variabel penjelas secara individual alam menerangkan variasi variabel terikat.
Pengujian dilakukan terhadap koefisien regresi populasi, apakah sama dengan
nol, yang berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel terikat, atau tidak sama dengan nol, yang berarti variabel bebas
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1: Bagaimana pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen laba
H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perencanaan pajak terhadap
manajemen laba pada perusahaan sektor industri barang konsumsi
H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara perencanaan pajak terhadap
manajemen laba
33
Hipotesis 2: Bagaimana pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen
laba
H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara beban pajak tangguhan
terhadap manajemen laba
H1 = Tidak pengaruh yang signifikan antara beban pajak tangguhan terhadap
manajemen laba pada perusahaan sektor industri barang konsumsi.