Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
Cognitive Behavioral Play Therapy dalam layanan konseling individual
terhadap permasalahan Anger Expression pada siswa kelas VI SD Al
Irsyad, Bekasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang diajukan akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Al
Irsyad Bekasi, Jawa Barat. Alasan dilakukannya penelitian tersebut
adalah karena terdapat siswa yang memiliki Anger Expression buruk
dalam indikator Anger Out dan belum pernah diintervensi menggunakan
Cognitive Behavioral Play Therapy. Berikut adalah kegiatan yang akan
dilakukan oleh peneliti:
61
Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian
Bulan Kegiatan
Desember 2016 Pengajuan judul Proposal Penelitian Desember 2016,
Maret 2017 - April 2017 Penyusunan proposal penelitian
Studi Pendahuluan di SD Al Irsyad Bekasi Mei 2017 Seminar Proposal
Mei 2017 - Juni 2017 Revisi Proposal Penelitian Juli 2017
Agustus 2017 September 2017
Oktober 2017
Proses pengumpulan data di lapangan Pelaksanaan Treatment Pelaksanaan Treatment
Penyusunan skripsi November 2017 Sidang skripsi
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan teknik intervensi dalam
penelitian ini, maka peneliti bermaksud untuk menerapkan metode
Single Subject Research (SSR) atau yang dapat dikenal sebagai
Eksperimen Subjek Tunggal. Definisi Single Subject Research lebih
lanjut dinyatakan oleh Arifin (2012), yaitu eksperimen subjek-tunggal
adalah suatu eksperimen yang melibatkan subjek atau partisipannya
bersifat tunggal, bisa satu orang, dua orang, atau lebih. (Arifin, 2012).
Dalam penelitian ini, peneliti akan memberi perlakuan atau intervensi
kepada satu siswa SD Al Irsyad yang memiliki permasalahan dalam
Anger Expression dengan menerapkan Cognitive Behavioral Play
Therapy.
Single Subject Research pada umumnya digunakan untuk
meneliti perubahan perilaku yang ditunjukkan setelah diberikan sejenis
62
intervensi atau perlakuan (Fraenkel & Wallen, 2006). Hasil eksperimen
disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual. Prinsip
dasar eksperimen subjek tunggal adalah meneliti individu dalam dua
kondisi, yaitu tanpa perlakuan dan dengan perlakuan. Pengaruh
terhadap variabel akibat diukur dalam kedua kondisi tersebut. (Arifin,
2012). Maka dari itu, peneliti akan meneliti perubahan perilaku subjek
penelitian dalam menunjukkan kemarahannya pada saat sebelum dan
sesudah diberikan intervensi.
2. Desain Penelitian
Peneliti subjek tunggal menggunakan grafik garis untuk
menampilkan data subjek penelitian dan mengilustrasikan efek dari
intervensi dan perlakuan tertentu. Variabel dependen ditunjukkan pada
sumbu vertical (ordinat, atau sumbu-y). Sedangkan, sumbu horizontal
(absis, atau sumbu-x) digunakan untuk mengindikasi urutan waktu,
seperti sesi, harian, mingguan, percobaan, atau bulanan (Fraenkel &
Wallen, 2006). Maka, pada penelitian ini peneliti akan mencantumkan
CBPT atau Play Therapy yang akan ditunjukkan pada sumbu vertikal
(sumbu-y) sebagai variabel bebas, serta variabel terikat yaitu Anger
Expression akan ditunjukkan pada sumbu horizontal (sumbu-x).
Pendekatan mendasar yang dilakukan oleh peneliti yang
menggunakan desain A-B adalah untuk mengumpulkan data pada
subjek yang sama, mengoperasikan kontrol mereka di bawah dua
63
kondisi atau fase. Kondisi pertama adalah kondisi pre-treatment, dapat
disebut sebagai periode baseline dan diidentifikasi sebagai A. Selama
periode baseline, subyek akan dinilai dalam beberapa sesi hingga
munculnya perilaku khusus subyek dapat ditentukan. Periode baseline
sangat penting dalam penelitian subjek tunggal karena pada kondisi
tersebut dapat muncul dugaan terkait hal yang akan terjadi apabila
intervensi tidak dilakukan. (Fraenkel & Wallen, 2006). Sebagaimana
kondisi baseline yang akan ditetapkan, subjek penelitian akan
menunjukkan perilaku atau pengekspresian kemarahan dengan
agresif sebelum diberikan intervensi sehingga peneliti akan dapat
mengetahui perilaku kemarahan yang muncul pada subjek penelitian.
Ketika kondisi baseline telah terbentuk, maka kondisi perlakuan
atau intervensi yang dikenal sebagai B akan dilaksanakan dalam suatu
jangka waktu. Secara khusus, meskipun tidak harus, perilaku spesifik
akan diajarkan selama kondisi intervensi, dengan guru atau pengajar
menjadi pengumpul data – biasanya dengan cara merekam
banyaknya respon yang tepat (e.g., menjawab pertanyaan) atau
perilaku (e.g., melihat guru) yang diberikan oleh subjek selama jumlah
percobaan yang pasti. (Fraenkel & Wallen, 2006). Berikut ini adalah
contoh grafik dari desain penelitian A-B dalam Single Subject
Research:
64
Grafik 3.1 Pola Desain A-B
Seperti yang telah tertera pada grafik bahwa lima pengukuran
dilakukan sebelum intervensi dan lima pengukuran selama intervensi.
Namun, terdapat permasalaan dalam desain penelitian A-B, yaitu peneliti
tidak dapat memastikan bahwa perubahan perilaku terjadi dikarenakan
treatment. (Fraenkel & Wallen, 2006).
65
D. Prosedur Penelitian
Berdasarkan teori para ahli yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka prosedur penelitian akan
dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan dari pendekatan Cognitive Behavioral Play Therapy yang
dikembangkan oleh Susan M. Knell berdasarkan teori Cognitive Therapy yang dicetuskan oleh Aaron Beck.
Berikut adalah langkah treatment yang akan dilakukan oleh peneliti:
Tabel 3.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
No. Langkah Treatment
Kegiatan Waktu Keterangan
1. Mengukur Baseline,
Asesmen awal.
Peneliti akan melakukan observasi perilaku subjek penelitian yang ditunjukkan di sekolah
4 hari. Saat proses KBM, istirahat, hingga pulang sekolah. Alat yang digunakan adalah instrument serta pedoman wawancara.
2. Introductory / Orientation
Pada tahap ini, peneliti akan melakukan wawancara intake dengan orangtua beserta anak. Peneliti akan melakukan komunikasi dengan orangtua terkait sesi pertama anak.
45 menit. Waktu akan disesuaikan dengan orangtua. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara.
3. Assessment Asesmen akan dilakukan dengan observasi tingkah laku di kelas, membangun hubungan terapeutik yang hangat dengan subjek penelitian, wawancara intake, lalu subjek akan melakukan pengisian Student Interest Inventory untuk mengetahui ketertarikannya. Pada tahap ini, peneliti juga akan fokus terhadap permasalahan utama yang dimiliki oleh
4 sesi x 45 menit
Pada proses KBM hingga pulang sekolah, pengumpulan data akan disesuaikan dengan waktu yang dibutuhkan Asesmen konseling 1: Student Interest Inventory (Carr, 2007) serta melakukan Therapeutic Magic Tricks (Lowenstein, 2008) Asesmen konseling 2:
66
anak. Melakukan permainan lilin Asesmen konseling 3: The Magic Key (Lowenstein, 2008) Asesmen Konseling 4: Wawancara dengan melakukan permainan lilin
4. Middle Stage
Berdasarkan permasalahan yang telah dapat diketahui dari asesmen, maka peneliti akan mulai melakukan intervensi terhadap distorsi kognitif yang dimiliki oleh subjek penelitian. Pada tahap ini, peneliti akan lebih fokus untuk meningkatkan kontrol diri anak, belajar respon adaptif untuk menghadapi situasi yang spesifik melalui permainan. Teknik dan rekomendasi permainan dikutip berdasarkan contoh implementasi CBPT oleh (Knell, 2009):
5 sesi x 45 menit
Teknik CBPT 1. Pelatihan relaksasi 2. Restrukturisasi Kognitif 3. Problem Solving
45 menit 45 menit 45 menit
1. Teknik menghitung pernapasan 2. Musik relaksasi
1. Identifikasi ABC framework dan 8
automatic thoughts menggunakan karton
2. Mini bowling untung menjelaskan keterkaitannya melalui perumpamaan (Knell, 2009)
1. Mengubah cara subjek penelitian
dalam mengungkap-kan kemarahannya dengan menggunakan Anger Menu (Lowenstein, 2008). Menu makanan yang ditunjukkan kepada konseli
67
4. Positive Reinforcement 5. Extinction atau Differential
Reinforcement of Other Behavior
45 menit 45 menit
menggunakan aplikasi Zomato yang peneliti unduh dari playstore for Android.
1. Kertas penghargaan “As Cool As the Cucumber” (Carr, 2007)
1. Karton dan crayon untuk membuat poster “Peraturan bermain yang baik” (Knell, 2009)
5. Termination stage
Pada tahap ini, peneliti akan mengakhiri proses konseling, pada tahap ini peneliti juga menyiapkan anak untuk dapat mengelola kemarahannya sendiri tanpa adanya terapi.
1 x 45 menit
Tahapan ini akan dilakukan setelah pulang KBM Peneliti akan melakukan Termination Party seperti yang direkomendasikan oleh (Lowenstein, 2008)
68
68
E. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa Sekolah Dasar kelas VI di SD Al
Irsyad Al Islammiyah, Bekasi. Pemilihan subjek ini dilakukan berdasarkan
studi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali
kelas, serta wawancara teman-teman subjek penelitian.
Pada penelitian ini, karakteristik subjek adalah sebagai berikut:
1. Orang tua dan Anak bersedia untuk mengikuti konseling Cognitive
Behavioral Play Therapy untuk membantu anak mengendalikan
pengekspresian emosinya.
2. Subjek penelitian berinisial RZ, siswa kelas VI SD Al Irsyad Al
Islammiyah Bekasi, Jawa Barat. Ia adalah anak pertama dari dua
bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai supir ojek online dan Ibunya
bekerja di restoran sebuah Mal di Bekasi. Wali kelasnya saat kelas V
menyatakan bahwa Ia adalah anak yang kesulitan mengelola emosi
marahnya. Ia sering berteriak ketika marah dengan teman-teman
sekelasnya dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan
di sekolah. RZ juga dikenal sebagai anak yang aktif di kelas dan tidak
bisa diam. Wali kelasnya saat kelas V menyatakan bahwa saat kelas I,
II, dan III RZ sering terlihat memukul dan mencubit teman-temannya,
namun sekarang RZ lebih sering terlihat memaki-maki teman-
temannya atau berteriak. Berdasarkan pertimbangan ini, peneliti
memilih RZ sebagai subjek penelitian.
69
F. Variabel, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel sangat penting dalam penelitian karena menjadi objek
penelitian dan memiliki peran tersendiri dalam menyelidiki suatu
peristiwa atau fenomena yang akan diteliti (Arifin, 2012). Cara yang
umum dan berguna untuk memahami variabel adalah dengan cara
mengklasifikasikan variabel tersebut sebagai independen (bebas) dan
dependen (terikat) Variabel bebas adalah variabel yang dipilih oleh
peneliti untuk mengukur kemungkinan efek pada variabel satu dan
lainnya. Variabel yang diduga dipengaruhi oleh variabel bebas disebut
sebagai variabel terikat. Dalam istilah yang berdasar, variabel terikat
tergantung perlakuan variabel bebas dan pengaruh variabel bebas
pada variabel terikat tersebut. (Fraenkel & Wallen, 2006). Pada
penelitian subjek tunggal yang akan dilakukan peneliti ini, peneliti
menggunakan Anger Expression sebagai variabel terikat dan
Cognitive Behavioral Play Therapy sebagai variabel bebas.
2. Definisi Konseptual
Definisi Konseptual dari Anger Expression adalah cara
seseorang untuk meluapkan atau menunjukkan kemarahannya.
Kemarahan yang ditunjukkan oleh seseorang tersebut dapat berupa
Anger In yaitu memendam emosi marahnya, Anger Out yaitu
meluapkan kemarahannya dengan cara yang keras, dan agresif, serta
70
Anger Control yaitu dengan mengontrol pengekspresian
kemarahannya dengan tidak memendam namun tidak juga destruktif.
Pada indikator ini, kemarahan diungkapkan dengan asertif.
3. Definisi Operasional
Definisi Operasional dari Anger Expression adalah cara
seseorang untuk dapat mengungkapkan kemarahan yang dimiliki oleh
dirinya. Indikator pengekspresian kemarahan yang dapat dimiliki oleh
subjek adalah Anger In, Anger Out, dan Anger Control.
G. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dalam bentuk observasi yang dikembangkan
oleh peneliti dari teori pengekspresian kemarahan oleh Spielberger
(1998) yang mengatakan bahwa cara mengekspresikan kemarahan tiap
individu dibedakan menjadi tiga macam yaitu Anger Out, Anger In, dan
Anger Control (Safaria & Saputra, 2009).
Observasi akan dilakukan pada fase baseline sebanyak 4 hari dan
fase intervensi sebanyak 10 hari. Observer akan mengumpulkan data
terkait pengekspresian kemarahan subjek penelitian dala format yang
telah disediakan serta memberi skor. Pemberian skor menggunakan
ceklis (√) ketika perilaku yang menunjukkan kemarahan muncul. Skala
yang digunakan adalah rating scale, yaitu jumlah skor tergantung pada
kemunculan ekspresi kemarahan pada subjek penelitian.
71
Berikut adalah kisi-kisi instrumen observasi yang akan digunakan
oleh peneliti pada penelitian ini.
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen observasi pengekspresian kemarahan berdasarkan teori
Spielberger (1998)
Indikator Skor
Anger In Anger Out Anger Control
1, 2, 3, 4
72
Tabel 3.4 Butir instrument observasi pengekspresian kemarahan berdasarkan teori Spielberger (1998)
Variabel Aspek No. Perilaku Spesifik
Anger Expression Anger In 1 2 3 4 5 6 7 8
Diam dalam situasi yang tidak menyenangkan untuknya Menyimpan perasaan marah dalam dirinya sendiri Mengabaikan orang yang membuatnya marah Menolak melakukan kontak mata terhadap orang lain bila sedang marah Menolak untuk berbicara kepada semua orang ketika marah Menolak untuk bekerja sama dengan teman bila situasi tidak membuatnya nyaman Menolak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelas bila sedang marah Menarik diri dari keramaian bila sedang marah
Anger Out 9 10 11
12 13 14
15
Menunjukkan raut wajah cemberut ketika marah Melakukan sindiran terhadap orang yang membuatnya marah Melawan dengan berbicara menggunakan nada tinggi kepada orang yang lebih tua jika menegurnya Menghina orang yang membuatnya marah Menghina semua orang ketika sedang marah Melontarkan perkataan kasar atau perkataan yang tidak diharapkan oleh lingkungan ketika marah Bertengkar dengan orang yang membuatnya marah
16 Merusak benda dan lingkungan sekitar ketika marah Anger Control 17
18
19
20 21 22 23
24
Menunjukkan sikap tenang dalam situasi yang tidak membuatnya nyaman Mampu mengontrol nafas dan membuat dirinya tenang dalam keadaan yang tidak membuatnya nyaman Dapat mengungkapkan perasaan marahnya dengan tidak menyinggung dan menyakiti orang lain Dapat merespon pertanyaan yang diberikan orang lain terkait perasaan marahnya Mampu menahan diri untuk tidak memaki orang yang membuatnya marah Mampu memahami sebab-akibat dari peristiwa yang membuatnya marah. Menunggu hingga emosinya reda untuk membicarakan masalahnya dengan orang yang membuatnya marah Menunjukkan perilaku yang diharapkan oleh lingkungan meskipun keadaan tidak sesuai dengan keinginannya
73
H. Hasil Uji Coba Instrumen
Dalam penelitian ini, peneliti akan menghitung reliabilitas
instrument observasi kemarahan dengan menggunakan rumus
reliabilitas pengamatan atau observasi yang dikemukakan oleh H.J.X.
Fernandes (1984) dalam (Arikunto, 2010) yaitu sebagai berikut:
Dengan keterangan:
KK = koefisien kesepakatan
S = sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I
N2 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
Bila peneliti sudah mendapatkan hasil koefisien kesepakatan
pengamatan maka selanjutnya peneliti akan mengorelasikan dan
mengategorikan hasil tersebut menggunakan tingkat reliabilitas Cohen
Kappa sebagai berikut (Komalasari, dkk., 2011):
KK =
74
Tabel 3.5
Tingkat reliabilitas cohen kappa
Kappa Keterangan
< 0,4 Buruk
0,4 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,75 Memuaskan
> 0, 75 Istimewa
I. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, berikut adalah beberapa alat pengumpulan data:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai
fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan utama
observasi yaitu (a) untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun
tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun situasi
buatan, (b) untuk mengukur perilaku, tindakan dan proses atau
kegiatan yang sedang dilakukan, interaksi antara responden dan
lingkungan, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama
75
kecakapan sosial (social skills) (Arifin, 2012) Pada penelitian ini,
peneliti akan menggunakan teknik observasi dalam kondisi
baseline maupun treatment untuk mengetahui perubahan perilaku
yang terjadi pada subjek penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung
maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai tujuan
tertentu. (Arifin, 2012). Berdasarkan jenis wawancara, peneliti
akan menerapkan teknik wawancara langsung pada penelitian ini.
Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara
langsung antara pewawancara (interviewer) dan orang yang
diwawancarai (interviewee) tanpa melalui perantara. Tujuan
wawancara adalah untuk memperoleh informasi secara langsung,
menyelami dunia pikiran dan perasaan seseorang, membuat suatu
konstruksi kejadian dan pengalaman yang telah lalu, dan
memproyeksikan suatu kemungkinan yang diharapkan akan terjadi
di masa mendatang serta untuk memengaruhi situasi atau orang
tertentu (Arifin, 2012) Peneliti akan menggunakan wawancara
untuk mengumpulkan data terkait dengan subjek penelitian.
76
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan
menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti:
silabus, program tahunan, program bulanan, RPP, catatan pribadi
peserta didik, buku raport, kisi-kisi, daftar nilai, lembar soal/tugas,
lembar jawaban, dan lain-lain. Peneliti akan melakukan studi
dokumentasi agar mendapatkan data terkait akademik atau
kehadiran subjek penelitian.
J. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus kategorisasi
untuk menginterpretasi hasil pengukuran dalam kondisi baseline (A)
serta intervensi (B). Rumus kategorisasi yang akan digunakan oleh
peneliti adalah (Azwar, 2009):
µ =
Dengan keterangan sebagai berikut:
µ = mean teoritis
∑item = jumlah item
77
Selanjutnya, untuk menentukan skor standar deviasi teoritis, maka
digunakan rumus sebagai berikut:
σ =
Dengan keterangan sebagai berikut:
σ = standar deviasi
∑item = jumlah item
Selanjutnya, untuk menghitung kategorisasi sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi menggunakan rumus sebagai berikut:
X ≤ -1,5 σ kategori sangat rendah
-1,5 σ < X ≤ -0,5 σ kategori rendah
-0,5 σ < X ≤ +0,5 σ kategori sedang
+0,5 σ < X ≤ +1,5 σ kategori tinggi
+1,5 σ < X kategori sangat tinggi
Setelah menghitung kategorisasi hasil pengukuran instrumen,
peneliti akan menggunakan analisis data yang telah dinyatakan oleh
Sunanto (2005), berikut adalah analisis data yang akan digunakan:
1. Analisis dalam kondisi
Yang dimaksud dengan analisis perubahan dalam kondisi
adalah menganalisis perubahan data dalam satu kondisi misalnya
78
kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen
yang akan dianalisis adalah tingkat stabilitas, kecenderungan arah,
dan tingkat perubahan (level change) (Sunanto, 2005). Pada
penelitian ini, peneliti akan menganalisis perubahan pengelolaan
kemarahan yang dimiliki oleh subjek penelitian dengan komponen
tingkat stabilitas perubahan perilaku, kecenderungan arah dan
tingkat perubahan perilaku. Berikut adalah langkah analisis dalam
kondisi yang telah dikemukakan oleh Sunanto (2005):
- Langkah ke-1
Isi baris pertama dengan huruf Kaptal sesuai dengan
kondisinya misalnya (A) untuk baseline dan (B) untuk
intervensi.
- Langkah ke-2
Menentukan panjang interval, panjang interval menunjukkan
ada beberapa sesi dalam kondisi tersebut.
- Langkah ke-3
Mengestimasi kecenderungan arah dengan menggunakan
metode belah dua (split-middle). Untuk menggunakan metode
ini terdapat beberapa langkah, meliputi:
1) Bagilah data pada fase baseline menjadi dua bagian.
2) Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian
79
3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan.
Median dipilih karena dengan median, peneliti akan
mengetahui nilai tengah dalam grafik kecenderungan arah.
4) Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan
titik temu antara 2 dengan 3
- Langkah ke-4
Menentukan kecenderungan stabilitas, dalam hal ini
menggunakan kriteria stabilitas 15%, maka perhitungannya
seperti ini:
Menghitung persentase data poin pada kondisi baseline (A)
yang berada dalam rentang stabilitas dengan cara:
Skor tertinggi x Kriteria
Stabilitas
=
Rentang stabilitas
Banyaknya data poin yang
ada dalam rentang :
Banyaknya data poin
=
Persentase stabilitas
80
Jika persentase stabilitas sebesar 85% - 90% dikatakan stabil,
sedangkan di bawah itu dikatakan tidak stabil (variabel).
- Langkah ke-5
Menentukan kecenderungan jejak data. Hal ini sama dengan
kecenderungan arah di atas. Oleh karena itu, masukkan hasil
yang sama seperti kecenderungan arah.
- Langkah ke-6
Menentukan level stabilitas dan rentang: sebagaimana telah
dihitung di atas bahwa pada fase baseline (A) datanya variabel
atau tidak stabil. Adapun rentangnya 14-20. Pada fase
intervensi (B) datanya stabil dengan rentang 0 – 15.
- Langkah ke-7
Menentukan level perubahan dengan cara;tandai data pertama
(hari ke-1) dan data terakhir (hari ke-8) pada fase baseline (A).
Hitung selisih antara kedua data dan tentukan arahnya menaik
atau menurun dan beri tanda (+) jika membaik, (-) memburuk,
dan (=) jika tidak ada perubahan.
Catatan:
Tanda (+) menunjukkan makna yang membaik (meskipun
menurun)
Tanda (-) menunjukkan makna memburuk (meskipun menaik)
karena hal ini disesuaikan dengan tujuan intervensi
81
2. Analisis antar kondisi
Untuk memulai menganalisis perubahan antar kondisi, data
yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisis. Di
samping aspek stabilitas, ada tidaknya pengaruh intervensi
terhadap variabel terikat juga tergantung pada aspek perubahan
level, dan besar kecilnya overlap yang terjadi antara dua kondisi
yang sedang di analisis. Untuk melakukan analisis antar kondisi ini
pertama-tama masukkan kode kondisi pada baris pertama. Jika kita
sedang menganalisis antara kondisi baseline (A) dengan kondisi
intervensi (B), maka yang dimasukkan dalam format adalah seperti
berikut ini (Sunanto, 2005):
Perbandingan Kondisi B1 / A1
(2:1)
- Langkah ke-1
Menentukan jumlah variabel yang diubah. Pada data rekaan
variabel yang akan diubah dari kondisi baseline (A) ke intervensi
(B) adalah 1.
- Langkah ke-2
Menentukan perubahan kecenderungan arah dengan
mengambil data pada analisis dalam kondisi di atas.
82
- Langkah ke-3
Menentukan level perubahan dengan cara; tentukan data poin
pada kondisi baseline (A) pada sesi terakhir (18) dan sesi
pertama pada kondisi intervensi (B), kemudian hitung selisih
selisih antara keduanya.
- Langkah ke-4
Menentukan overlap data pada kondisi baseline (A) dengan
intervensi (B) dengan cara:
1) Lihat kembali batas bawah dan atas pada kondisi baseline
2) Hitung banyaknya data poin pada kondisi intervensi (B) yang
berada pada rentang kondisi (A) (1)
3) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data
poin dalam kondisi (B) kemudian dikalikan 100.